Best Profit (16/3) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun lebih
dari 10 persen pada perdagangan pekan lalu. Sedangkan sepanjang tahun
ini atau jika dihitung sejak awal tahun (YTD), IHSG sudah turun 22,28
persen
Di satu sisi, anjloknya pasar saham dapat dilihat sebagai
peluang bagi investor untuk masuk dan berinvestasi. Di lain pihak, kita
pun harus terus mencermatinya dengan hati-hati, apakah saat itu adalah
saat yang paling tepat untuk berinvestasi? best profit
Lalu
apa yang sebaiknya harus dilakukan oleh investor. Mari simak penjelasan
Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia
(MAMI), Freddy Tedja:
Jangan mudah terpengaruh kondisi pasar
Pelemahan
pada bursa-bursa saham di Asia yang dibebani oleh ketidakpastian wabah
novel coronavirus (Covid-19), dan kejatuhan harga minyak dunia setelah
OPEC gagal mencapai kesepakatan dengan sekutunya mengenai pemotongan
produksi, turut berpengaruh ke kondisi pasar modal Indonesia sepanjang
pekan ini. best profit
Anjloknya IHSG yang diikuti dengan
volatilitas tinggi membuat investor cenderung menahan diri untuk masuk
ke pasar saham. Pasar saham memang memiliki tingkat volatilitas yang
lebih tinggi dibandingkan pasar obligasi atau pasar uang.
Kadang,
pasar saham berada dalam tren penguatan (bullish), kadang dalam tren
pelemahan (bearish), atau terkadang berada dalam pola mendatar
(sideways).
Untuk itulah pasar saham hanya cocok bagi investor
yang memiliki profil risiko agresif dan memiliki horizon jangka panjang,
dalam arti dana yang diinvestasikan tidak untuk digunakan dalam waktu
dekat. best profit
Saat IHSG mengalami penurunan, akan
muncul berita-berita pesimis yang mudah ditemui di berbagai media baik
tertulis, daring (online), maupun berita-berita yang belum jelas
kesahihannya yang menyebar lewat media sosial sehingga menimbulkan
kekhawatiran bagi investor awam.
Sebaliknya, ketika IHSG menguat
kita pun dengan mudah pula akan menemukan berita dan analisa yang
berlebihan memprediksi seberapa menguat IHSG akan berlanjut. Kedua
kondisi di atas – terlalu optimis atau terlalu pesimis - dapat
menimbulkan kekhawatiran irasional ataupun eforia berlebihan bagi
investor awam, terutama yang terbiasa dengan filosofi investasi “ikut
saja apa yang orang lain lakukan”. best profit
Terlihat
bahwa faktor lingkungan ini juga berperan signifikan dalam membentuk
bias psikologi, kebiasaan investasi, atau persepsi dari seorang
investor.
Sulit untuk menebak dengan pasti apakah IHSG masih akan
terus melemah atau justru berbalik menguat. Namun yang sering terjadi
adalah, ketika pasar saham turun, investor reksa dana saham takut pasar
saham akan terkoreksi, sehingga memilih untuk menunda investasi. best profit
Sebaliknya,
ketika pasar saham menguat, investor reksa dana saham pun tidak
berinvestasi karena takut pasar saham sudah kemahalan. Kalau turun
takut, naik takut, lalu kapan investasinya?
Keputusan investasi seharusnya tidak dilakukan dengan cara menebak-nebak, karena pasar finansial memang tidak bisa ditebak!
Bagi
investor yang memiliki profil risiko agresif, memiliki tujuan jangka
panjang, memiliki dana yang tidak digunakan dalam waktu dekat, dapat
berinvestasi secara berkala (regular) tanpa memperhatikan pergerakan
pasar naik atau turun. best profit
Pernahkan kita
memikirkan kerugian yang terjadi ketika kita menunda investasi karena
terlalu lama menebak-nebak? Investasi secara berkala akan mengoptimalkan
peluang yang dapat kita raih, namun di saat yang sama kita pun
meminimalkan risiko yang terjadi dibandingkan kita berinvestasi
sekaligus dalam jumlah yang sangat besar.
Bagaimana dengan
investor yang memiliki profil risiko konservatif atau moderat? Pilihan
bisa ke reksa dana pendapatan tetap atau pasar uang.
Jika ingin
memperluas alokasi aset, menambah sedikit porsi investasi di reksa dana
saham, maksimal 20 persen. Tentu kuncinya adalah lakukan investasi
secara berkala. Sehingga mau pasar saham naik atau turun, siapa takut? best profit
Sumber : Liputan6
Showing posts with label Investor. Show all posts
Showing posts with label Investor. Show all posts
Sunday 15 March 2020
Sunday 1 March 2020
Best Profit | Investor Panik, Harga Emas Terperosok Lebih dari 3 Persen
Best Profit (3/2) - Harga emas jatuh lebih dari 3 persen pada
perdagangan akhir pekan ini. Hal ini disebabkan pengaruh dari
perkembangan virus corona yang membuat investor panik dan melikuidasi
aset secara keseluruhan.
“Banyak investor dan pedagang harus memenuhi panggilan margin untuk produk lain, sehingga mereka menjual apa yang mereka bisa. Itu sebabnya itu memukul emas dan saham pertambangan emas," kata Michael Matousek, kepala pedagang di Investor Global AS.
“Orang-orang berusaha menjual apa pun yang mereka bisa. Ini merupakan penjualan keseluruhan," tambah dia. best profit
Dikutip dari CNBC, Sabtu (29/2/2020), harga emas di pasar spot jatuh 3,2 persen menjadi USD 1,590,17 per ounce. Emas berjangka AS turun 3,5 persen menjadi USD 1,585,30 per ounce.
Harga emas koreksi tajam pada minggu ini, setelah mencapai tertinggi tujuh tahun USD 1.688,66 pada hari Senin. Logam ini sekarang berada di jalur untuk mencatat penurunan mingguan terbesar sejak November. best profit
Penyebaran cepat virus corona menimbulkan ketakutan akan pandemi, dengan enam negara melaporkan kasus pertama mereka dan Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan bahwa itu dapat menyebar ke seluruh dunia.
Kepanikan virus mengirim pasar saham dunia ke jalur untuk penurunan mingguan terburuk sejak 2008, dengan hampir USD 6 triliun terhapus dari nilai pasar mereka sejauh minggu ini. best profit
"Karena sentimen telah memburuk, investor telah menutup beberapa posisi terbuka mereka dalam mata uang, tetapi kemungkinan besar juga dalam emas. Oleh karena itu, harga emas telah gagal untuk membuat level tertinggi baru karena pasar ekuitas telah agresif dijual,” tulis analis ABN Amro Georgette Boele dalam sebuah catatan.
“Jika penghindaran risiko menyebabkan kepanikan, investor akan menemukan uang tunai dan aset yang sangat likuid lebih menarik. Mereka mungkin akan melikuidasi posisi investasi emas," tambah dia. best profit
Sumber : Liputan6
“Banyak investor dan pedagang harus memenuhi panggilan margin untuk produk lain, sehingga mereka menjual apa yang mereka bisa. Itu sebabnya itu memukul emas dan saham pertambangan emas," kata Michael Matousek, kepala pedagang di Investor Global AS.
“Orang-orang berusaha menjual apa pun yang mereka bisa. Ini merupakan penjualan keseluruhan," tambah dia. best profit
Dikutip dari CNBC, Sabtu (29/2/2020), harga emas di pasar spot jatuh 3,2 persen menjadi USD 1,590,17 per ounce. Emas berjangka AS turun 3,5 persen menjadi USD 1,585,30 per ounce.
Harga emas koreksi tajam pada minggu ini, setelah mencapai tertinggi tujuh tahun USD 1.688,66 pada hari Senin. Logam ini sekarang berada di jalur untuk mencatat penurunan mingguan terbesar sejak November. best profit
Penyebaran cepat virus corona menimbulkan ketakutan akan pandemi, dengan enam negara melaporkan kasus pertama mereka dan Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan bahwa itu dapat menyebar ke seluruh dunia.
Kepanikan virus mengirim pasar saham dunia ke jalur untuk penurunan mingguan terburuk sejak 2008, dengan hampir USD 6 triliun terhapus dari nilai pasar mereka sejauh minggu ini. best profit
"Karena sentimen telah memburuk, investor telah menutup beberapa posisi terbuka mereka dalam mata uang, tetapi kemungkinan besar juga dalam emas. Oleh karena itu, harga emas telah gagal untuk membuat level tertinggi baru karena pasar ekuitas telah agresif dijual,” tulis analis ABN Amro Georgette Boele dalam sebuah catatan.
“Jika penghindaran risiko menyebabkan kepanikan, investor akan menemukan uang tunai dan aset yang sangat likuid lebih menarik. Mereka mungkin akan melikuidasi posisi investasi emas," tambah dia. best profit
Sumber : Liputan6
Wednesday 5 February 2020
Best Profit | Harga Emas Naik Tipis Seiring Aksi Investor Berburu Saham
Best Profit (6/2) - Harga emas naik pada perdagangan Rabu di tengah
aksi berburu saham bagus di harga rendah (bargain hunting). Harga emas
berbalik arah dari level terendah dua minggu yang disentuh sebelumnya,
karena investor menempel pada tren kenaikan keseluruhan logam di
belakang lingkungan suku bunga rendah secara global dan ketidakpastian
yang masih ada.
Dikutip dari CNBC, harga emas di pasar spot naik 0,3 persen menjadi USD 1.557,51 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,4 persen menjadi USD 1.560,80 per ounce. best profit
"Secara keseluruhan trennya naik, orang ingin menjadi emas sekarang hanya karena bank sentral dan apa yang mereka lakukan dalam jangka panjang. Jadi, orang melihat penurunan sebagai peluang untuk mengakumulasi lebih banyak emas," kata Bob Haberkorn, Ahli Strategi Pasar Senior di RJO Futures.
"Orang-orang datang ke pasar karena suku bunga yang lebih rendah dan kebijakan longgar dari bank sentral global," lanjut dia. best profit
Keuntungan dari harga emas datang meskipun ada lonjakan di pasar saham AS, dibantu oleh data pekerjaan swasta domestik bulanan yang kuat dan laporan kemajuan dalam mengembangkan pengobatan untuk melawan virus corona yang menyebar cepat, serta dolar yang lebih kuat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengecilkan laporan media tentang obat terobosan yang ditemukan untuk mengobati orang yang terinfeksi virus baru, yang telah merenggut sekitar 500 nyawa di China dan telah menyebar ke setidaknya 20 negara lain. best profit
“Ketika sesuatu seperti virus keluar, atau ketakutan besar dunia, orang-orang menembak terlebih dahulu dan mengajukan pertanyaan kemudian dan ketika mereka menembak pertama kali, mereka mengambil emas. Ini adalah mode tarik mundur," kata Michael Matousek, Kepala Pedagang di Investor Global AS.
Bullion telah merosot ke level terendah sejak 21 Januari setelah sebuah laporan TV Cina mengatakan sebuah tim peneliti di Universitas Zhejiang telah menemukan obat yang efektif untuk virus itu. best profit
Di sisi lain, investor saat ini menunggu laporan payroll nonpertanian AS pada Jumat untuk mengukur kekuatan sektor tenaga kerja karena The Federal Reserve mempertahankan suku bunga tidak berubah dalam pertemuan terakhir, mengutip terus pertumbuhan ekonomi yang moderat dan pasar kerja yang kuat. best profit
Sumber : Liputan6
Dikutip dari CNBC, harga emas di pasar spot naik 0,3 persen menjadi USD 1.557,51 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,4 persen menjadi USD 1.560,80 per ounce. best profit
"Secara keseluruhan trennya naik, orang ingin menjadi emas sekarang hanya karena bank sentral dan apa yang mereka lakukan dalam jangka panjang. Jadi, orang melihat penurunan sebagai peluang untuk mengakumulasi lebih banyak emas," kata Bob Haberkorn, Ahli Strategi Pasar Senior di RJO Futures.
"Orang-orang datang ke pasar karena suku bunga yang lebih rendah dan kebijakan longgar dari bank sentral global," lanjut dia. best profit
Keuntungan dari harga emas datang meskipun ada lonjakan di pasar saham AS, dibantu oleh data pekerjaan swasta domestik bulanan yang kuat dan laporan kemajuan dalam mengembangkan pengobatan untuk melawan virus corona yang menyebar cepat, serta dolar yang lebih kuat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengecilkan laporan media tentang obat terobosan yang ditemukan untuk mengobati orang yang terinfeksi virus baru, yang telah merenggut sekitar 500 nyawa di China dan telah menyebar ke setidaknya 20 negara lain. best profit
“Ketika sesuatu seperti virus keluar, atau ketakutan besar dunia, orang-orang menembak terlebih dahulu dan mengajukan pertanyaan kemudian dan ketika mereka menembak pertama kali, mereka mengambil emas. Ini adalah mode tarik mundur," kata Michael Matousek, Kepala Pedagang di Investor Global AS.
Bullion telah merosot ke level terendah sejak 21 Januari setelah sebuah laporan TV Cina mengatakan sebuah tim peneliti di Universitas Zhejiang telah menemukan obat yang efektif untuk virus itu. best profit
Di sisi lain, investor saat ini menunggu laporan payroll nonpertanian AS pada Jumat untuk mengukur kekuatan sektor tenaga kerja karena The Federal Reserve mempertahankan suku bunga tidak berubah dalam pertemuan terakhir, mengutip terus pertumbuhan ekonomi yang moderat dan pasar kerja yang kuat. best profit
Sumber : Liputan6
Tuesday 21 January 2020
Best Profit | Harga Emas Turun Imbas Aksi Ambil Untung Investor
Best Profit (22/1) - Harga emas turun 1 persen pada hari Selasa di
perdagangan. Hal ini bagian dari upaya investor membukukan keuntungan
setelah harga mencapai tertinggi dua minggu di awal sesi perdagangan,
meskipun penurunan terbatas karena kekhawatiran tentang wabah virus di
Cina.
Dikutip dari laman CNBC, Rabu (22/1/2020), harga emas di pasar spot turun 0,2 persen pada USD 1,557.90 per ounce, setelah mencapai level tertinggi sejak 8 Januari di $ 1,568,35 pada awal perdagangan. Emas berjangka AS turun 0,14 persen menjadi USD 1.558,1. best profit
"Kami telah memiliki periode kinerja yang cukup baik untuk emas dan kami memberikan break sebagian dari itu," kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities. best profit
Dia menambahkan, harga emas kemungkinan akan bertahan dalam kisaran yang cukup ketat di sekitar USD 1.550 level untuk saat ini.
“Saya belum pernah mendengar berita apa pun yang menyarankan bahwa ini (penurunan emas) adalah semacam rangkaian perkembangan fundamental yang permanen dan struktural. Ini lebih merupakan penyesuaian terhadap downside karena alasan teknis,'" ucapnya. best profit
Harga emas mendapat dukungan karena pasar saham global merosot akibat meningkatnya kekhawatiran tentang jenis baru virus corona di Cina. Emas naik lebih dari 6 persen sejak 6 Desember. Pada 8 Januari, emas menembus batas USD 1.600 untuk pertama kalinya dalam hampir tujuh tahun terakhir karena meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran. best profit
“Struktur bullish dalam emas belum berubah. Itu harus menembus di bawah USD 1.450 untuk mengubah tren itu,” kata Michael Matousek, kepala pedagang di Investor Global AS, menambahkan emas akan didukung oleh Federal Reserve AS menjaga suku bunga stabil dan meningkatkan pembelian oleh bank sentral. best profit
Fokus sekarang cenderung beralih ke The Fed karena bertemu untuk pertemuan kebijakan pertama tahun ini pada 28-29 Januari. Suku bunga yang lebih tinggi mengangkat biaya peluang memegang non-yield bullion. best profit
Sumber : Liputan6
Dikutip dari laman CNBC, Rabu (22/1/2020), harga emas di pasar spot turun 0,2 persen pada USD 1,557.90 per ounce, setelah mencapai level tertinggi sejak 8 Januari di $ 1,568,35 pada awal perdagangan. Emas berjangka AS turun 0,14 persen menjadi USD 1.558,1. best profit
"Kami telah memiliki periode kinerja yang cukup baik untuk emas dan kami memberikan break sebagian dari itu," kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities. best profit
Dia menambahkan, harga emas kemungkinan akan bertahan dalam kisaran yang cukup ketat di sekitar USD 1.550 level untuk saat ini.
“Saya belum pernah mendengar berita apa pun yang menyarankan bahwa ini (penurunan emas) adalah semacam rangkaian perkembangan fundamental yang permanen dan struktural. Ini lebih merupakan penyesuaian terhadap downside karena alasan teknis,'" ucapnya. best profit
Harga emas mendapat dukungan karena pasar saham global merosot akibat meningkatnya kekhawatiran tentang jenis baru virus corona di Cina. Emas naik lebih dari 6 persen sejak 6 Desember. Pada 8 Januari, emas menembus batas USD 1.600 untuk pertama kalinya dalam hampir tujuh tahun terakhir karena meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran. best profit
“Struktur bullish dalam emas belum berubah. Itu harus menembus di bawah USD 1.450 untuk mengubah tren itu,” kata Michael Matousek, kepala pedagang di Investor Global AS, menambahkan emas akan didukung oleh Federal Reserve AS menjaga suku bunga stabil dan meningkatkan pembelian oleh bank sentral. best profit
Fokus sekarang cenderung beralih ke The Fed karena bertemu untuk pertemuan kebijakan pertama tahun ini pada 28-29 Januari. Suku bunga yang lebih tinggi mengangkat biaya peluang memegang non-yield bullion. best profit
Sumber : Liputan6
Thursday 28 March 2019
Best Profit | Tweet Donald Trump Soal OPEC Bikin Harga Minyak Mendatar
Best Profit (29/3) - Harga minyak berjangka mendatar usai pulih dari
kerugian terburuknya, ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump
menyerukan OPEC untuk meningkatkan produksi minyak mentah dalam upaya
menurunkan harga yang menuju kenaikan kuartalan terbaik mereka dalam
satu dekade.
Melansir laman Reuters, Jumat (29/3/2019), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 11 sen menjadi USD 59,30 per barel. Sebelumnya kontrak jatuh ke USD 58,20 setelah tweet Trump. Dia mengatakan jika sangat penting bahwa OPEC (Organisasi Negara Pengekspor Minyak) meningkatkan aliran Minyak" karena pasar dunia yang rapuh.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent kehilangan 1 sen menjadi USD 67,82 per barel, setelah sebelumnya tenggelam di posisi USD 66,54 per barel. best profit
Harga minyak telah naik lebih dari 25 persen pada tahun ini, dengan WTI menuju kenaikan kuartal pertama terbesar sejak 2002. Kedua benchmark menandai kenaikan kuartalan terbaik sejak 2009, terutama karena langkah OPEC dan sekutunya seperti Rusia untuk memangkas produksi. Kelompok OPEC, sepakat untuk memotong 1,2 juta barel per hari dari produksi pada awal tahun ini.
"Tweet Trump ini di mana ia menyerang orang-orang OPEC tidak memiliki jenis harga yang sama, dengan yang mereka lakukan ketika itu adalah fenomena baru," kata Bob Yawger, Direktur Berjangka di Mizuho di New York. best profit
Akibat ketidakpastian untuk pakta yang dipimpin OPEC, Arab Saudi mengalami kesulitan meyakinkan Rusia untuk tinggal lebih lama dalam kesepakatan. Moskow kemungkinan hanya menyetujui perpanjangan tiga bulan pemangkasan produksi, menurut tiga sumber yang akrab dengan masalah tersebut.
Sanksi AS terhadap Venezuela dan Iran turut membatasi ekspor minyak negara-negara tersebut dan mendorong harga minyak mentah tahun ini.
Amerika Serikat telah menginstruksikan pedagang dan penyuling minyak di seluruh dunia untuk lebih lanjut memotong kesepakatan dengan Venezuela atau menghadapi sanksi sendiri. best profit
Selain sanksi AS, pemadaman listrik yang terjadi pada bulan ini telah melumpuhkan industri minyak Venezuela. Pelabuhan ekspor utama minyak negara itu terhenti pada minggu ini.
"Jika pemotongan pasokan yang tidak direncanakan tetap ada, harga minyak bisa mencapai USD 75 per barel karena persediaan turun," ujar Tamas Varga PVM dalam sebuah catatan.
Permintaan kekhawatiran di balik kegelisahan ekonomi terkait dengan perang perdagangan AS-Tiongkok telah membatasi harga.
China telah berjanji untuk lebih lanjut membuka pasar keuangan besar-besaran bagi investor asing ketika pejabat senior AS tiba di Beijing untuk pembicaraan perdagangan lebih lanjut. best profit
Sumber : Liputan6
best profit
Melansir laman Reuters, Jumat (29/3/2019), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 11 sen menjadi USD 59,30 per barel. Sebelumnya kontrak jatuh ke USD 58,20 setelah tweet Trump. Dia mengatakan jika sangat penting bahwa OPEC (Organisasi Negara Pengekspor Minyak) meningkatkan aliran Minyak" karena pasar dunia yang rapuh.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent kehilangan 1 sen menjadi USD 67,82 per barel, setelah sebelumnya tenggelam di posisi USD 66,54 per barel. best profit
Harga minyak telah naik lebih dari 25 persen pada tahun ini, dengan WTI menuju kenaikan kuartal pertama terbesar sejak 2002. Kedua benchmark menandai kenaikan kuartalan terbaik sejak 2009, terutama karena langkah OPEC dan sekutunya seperti Rusia untuk memangkas produksi. Kelompok OPEC, sepakat untuk memotong 1,2 juta barel per hari dari produksi pada awal tahun ini.
"Tweet Trump ini di mana ia menyerang orang-orang OPEC tidak memiliki jenis harga yang sama, dengan yang mereka lakukan ketika itu adalah fenomena baru," kata Bob Yawger, Direktur Berjangka di Mizuho di New York. best profit
Akibat ketidakpastian untuk pakta yang dipimpin OPEC, Arab Saudi mengalami kesulitan meyakinkan Rusia untuk tinggal lebih lama dalam kesepakatan. Moskow kemungkinan hanya menyetujui perpanjangan tiga bulan pemangkasan produksi, menurut tiga sumber yang akrab dengan masalah tersebut.
Sanksi AS terhadap Venezuela dan Iran turut membatasi ekspor minyak negara-negara tersebut dan mendorong harga minyak mentah tahun ini.
Amerika Serikat telah menginstruksikan pedagang dan penyuling minyak di seluruh dunia untuk lebih lanjut memotong kesepakatan dengan Venezuela atau menghadapi sanksi sendiri. best profit
Selain sanksi AS, pemadaman listrik yang terjadi pada bulan ini telah melumpuhkan industri minyak Venezuela. Pelabuhan ekspor utama minyak negara itu terhenti pada minggu ini.
"Jika pemotongan pasokan yang tidak direncanakan tetap ada, harga minyak bisa mencapai USD 75 per barel karena persediaan turun," ujar Tamas Varga PVM dalam sebuah catatan.
Permintaan kekhawatiran di balik kegelisahan ekonomi terkait dengan perang perdagangan AS-Tiongkok telah membatasi harga.
China telah berjanji untuk lebih lanjut membuka pasar keuangan besar-besaran bagi investor asing ketika pejabat senior AS tiba di Beijing untuk pembicaraan perdagangan lebih lanjut. best profit
Sumber : Liputan6
best profit
Monday 18 February 2019
Best Profit | Harga Minyak Naik 5 Hari Berturut-Turut, Ada Apa?
Best Profit (19/2) - Harga minyak naik dalam lima hari berturut-turut
pada Senin (Selasa pagi WIB) ditopang keyakinan investor bahwa
pengurangan pasokan dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bisa
mencegah penumpukan stok minyak, meski ada kekhawatiran terhadap
ekonomi China menahan kenaikan.
Dikutip dari Reuters, Selasa (19/2/2019), harga minyak berjangka Brent naik USD 16 sen menjadi USD 66,41 per barel usai menyentuh level tertinggi 2019 USD 66,83 pada hari sebelumnya. Sementara harga minyak berjangka Amerika Serikat (AS) jenis West Texas Intermediate naik USD 47 sen menjadi USD 56,04 per barel. best profit
Harga minyak telah naik hampir 25 persen sepanjang tahun ini dan berada di jalur kinerja kuartal pertama terkuat sejak 2011, sebagian besar berkat komitmen OPEC dan sekutunya yang akan memangkas produksi.
Penyulingan di seluruh dunia juga harus membayar lebih untuk mengamankan pasokan minyak jenis medium atau berat yang diproduksi oleh Iran dan Venezuela, sebab kedua negara tersebut berada di bawah sanksi AS. best profit
Penguatan pasar keuangan sedikit mereda setelah data yang menunjukkan penurunan penjualan mobil China pada bulan Januari menimbulkan kekhawatiran tentang ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Beberapa kelemahan ini menular di pasar minyak, tetapi analis mengatakan tren keseluruhan harga minyak mentah tetap meyakinkan untuk saat ini. best profit
“Ada banyak 'jika' dan 'tetapi' yang dapat memiliki dampak mendalam pada harga minyak; pikirkan saja Donald Trump, Brexit, perundingan dagang yang tidak terduga dan kemungkinan akan terjadi di Libya atau produksi Venezuela, ”kata analis Associate PVM Oil Tamas Varga.
Sejumlah analis mengatakan kenaikan terus dalam produksi minyak AS dapat menjadi hambatan reli harga minyak saat ini. Perusahaan energi AS apada minggu lalu menambah 3 rig menjadi 857 rig untuk mencari pasokan minyak baru, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes dalam sebuah laporan Jumat lalu.
"Kami melihat kenaikan harga minyak saat ini sebagai berlebihan dan melihat potensi koreksi pertumbuhan tersebut," kata Commerzbank dalam sebuah catatan. "Fakta bahwa produksi minyak di AS saat ini meningkat secara signifikan lebih tajam dari yang diperkirakan sebelumnya sepenuhnya diabaikan saat ini." best profit
Sumber : Liputan6
best profit
Dikutip dari Reuters, Selasa (19/2/2019), harga minyak berjangka Brent naik USD 16 sen menjadi USD 66,41 per barel usai menyentuh level tertinggi 2019 USD 66,83 pada hari sebelumnya. Sementara harga minyak berjangka Amerika Serikat (AS) jenis West Texas Intermediate naik USD 47 sen menjadi USD 56,04 per barel. best profit
Harga minyak telah naik hampir 25 persen sepanjang tahun ini dan berada di jalur kinerja kuartal pertama terkuat sejak 2011, sebagian besar berkat komitmen OPEC dan sekutunya yang akan memangkas produksi.
Penyulingan di seluruh dunia juga harus membayar lebih untuk mengamankan pasokan minyak jenis medium atau berat yang diproduksi oleh Iran dan Venezuela, sebab kedua negara tersebut berada di bawah sanksi AS. best profit
Penguatan pasar keuangan sedikit mereda setelah data yang menunjukkan penurunan penjualan mobil China pada bulan Januari menimbulkan kekhawatiran tentang ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Beberapa kelemahan ini menular di pasar minyak, tetapi analis mengatakan tren keseluruhan harga minyak mentah tetap meyakinkan untuk saat ini. best profit
“Ada banyak 'jika' dan 'tetapi' yang dapat memiliki dampak mendalam pada harga minyak; pikirkan saja Donald Trump, Brexit, perundingan dagang yang tidak terduga dan kemungkinan akan terjadi di Libya atau produksi Venezuela, ”kata analis Associate PVM Oil Tamas Varga.
Sejumlah analis mengatakan kenaikan terus dalam produksi minyak AS dapat menjadi hambatan reli harga minyak saat ini. Perusahaan energi AS apada minggu lalu menambah 3 rig menjadi 857 rig untuk mencari pasokan minyak baru, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes dalam sebuah laporan Jumat lalu.
"Kami melihat kenaikan harga minyak saat ini sebagai berlebihan dan melihat potensi koreksi pertumbuhan tersebut," kata Commerzbank dalam sebuah catatan. "Fakta bahwa produksi minyak di AS saat ini meningkat secara signifikan lebih tajam dari yang diperkirakan sebelumnya sepenuhnya diabaikan saat ini." best profit
Sumber : Liputan6
best profit
Wednesday 17 May 2017
Wall Street Jatuh Imbas Memudar Harapan Investor Terhadap Trump | PT Bestprofit
PT Bestprofit (18/5) - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah dengan indeks saham S&P 500 dan Dow Jones cetak penurunan terbesar dalam satu hari sejak 9 September.
Tekanan wall street terjadi seiring memudar harapan investor terhadap rencana pemerintahan di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump untuk memangkas pajak dan menciptakan kebijakan pro bisnis lainnya.
Hal itu lantaran ada laporan Presiden AS Donald Trump mencoba menganggu penyelidikan federal. Mantan kepala FBI James Comes menyatakan dalam sebuah memo Trump telah memintanya menghentikan penyelidikan terhadap mantan sekretaris penasihat keamanan nasional Michael Flynn dengan Rusia.
Ini kekhawaturan terbaru dalam sebuah pergolakan di Gedung Putih usai Trump tiba-tiba memecat Comey dan dilaporkan mengungkapkan informasi rahasia ke Menteri Luar Negeri Rusia mengenai sebuah operasi yang direncanakan.
Perkembangan laporan itu menambah keraguan kalau Trump dapat merealisasikan janji memotong pajak, deregulasi dan stimulus fiskal. Aksi jual di pasar saham pun terjadi jelang penutupan, dan indeks saham utama berada di posisi terendah.
"Kami telah melihat agenda Trump tak berhasil, dan mencoba kembali ke jalur semula beberapa kali. Kini lebih banyak lagi investor yang ragu," ujar Michael O'Rourke, Kepala Riset Jones Trading, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (18/5/2017).
"Pasar sekarang menyadari beberapa ketakutan yang mereka hadapi pada Oktober akan membuahkan hasil," tambah dia.
Bursa saham AS pun alami tekanan. Baik Dow Jones dan S&P tergelincir di bawah rata-rata pergerakan 50 hari untuk pertama kalinya sejak akhir April.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones turun 372,82 poin atau 1,78 persen menjadi 20.606,93. Indeks saham S&P 500 merosot 43,64 poin atau 1,82 persen menjadi 2.357,03. Sedangkan indeks saham Nasdaq susut 158,63 poin atau 2,57 persen menjadi 6.011,24.
Indeks saham VIX yang mengukur kecemasan investor melonjak hingga 15,34, dan itu level tertinggi sejak 18 April.
Indeks saham Nasdaq alami penurunan terbesar sejak 24 Juni 2016 usai Inggris memilih keluar dari Uni Eropa. Indeks saham S&P 500 di sektor keuangan melemah 3 persen dan sektor teknologi tergelincir 2,8 persen. Saham perbankan bebani sektor keuangan dengan melemah 4 persen. Saham Bank of America melemah 5,9 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Kemudian saham JP Morgan susut 3,8 persen.
Adapun volume perdagangan saham sekitar 8,37 miliar saham di wall street atau bursa saham AS. Volume perdagangan itu tertinggi dibandingkan rata-rata selama 20 sesi terakhir sekitar 6,9 miliar saham.
Sumber : Liputan6
Lihat PT Bestprofit
Tuesday 28 March 2017
Aksi Ambil Untung Investor Bikin Harga Emas Terjatuh | PT Bestprofit
PT Bestprofit (29/3) - Harga emas melemah pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) setelah pada perdagangan sebelumnya sempat menguat tajam. Penurunan harga emas terjadi karena tekanan dari penguatan dolar AS.
Mengutip Reuters, Rabu (29/3/2017), harga emas di pasar spot turun 0,3 persen ke angka US$ 1.249,56 per ounce. Pada perdagangan Senin, harga emas di pasar spot sempat menyentuh level tertinggi di US$ 1.261,03 per ounce. Sedangkan untuk harga emas berjangka naik 0,01 persen dan menetap di level US$ 1.256,60 per ounce.
"Kami melihat siklus investor telah beralih dari emas ke pasar saham," jelas broker komoditas senior RJO Futures, Chicago, AS, Phillip Streible.
Ia melanjutkan, aksi ambil untung dari investor di logam mulia ini juga menambah tekanan sehingga harga jatuh. "Indeks dolar AS dan pasar ekuitas memainkan peranan penting kepada harga emas saat ini," lanjut dia.
Penguatan dolar AS membuat harga emas lebih mahal bagi para pelaku pasar atau investor yang bertransaksi menggunakan mata uang di luar dolar AS. Dengan mahalnya harga emas tersebut membuat permintaan turun.
Dolar AS memang menguat pada perdagangan Selasa ini setelah sehari sebelumnya mengalami tekanan hingga ke level terendah dalam empat bulan.
Penguatan dolar AS tersebut dipicu oleh komentar dari Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) dari Kansas Esther George yang menyatakan bahwa ia membutuhkan rincian dari proposal reformasi fiskal yang diajukan oleh Presiden AS Donald Trump.
Pada perdagangan sehari sebelumnya atau pada Senin, harga emas mampu reli hingga 1 persen pada perdagangan Senin setelah kegagalan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mendorong paket reformasi kesehatan pada Jumat kemarin. Para investor mempertanyakan kemampuan dari Trump untuk mewujudkan janji-janji kampanye.
"Kenaikan harga emas ini sepenuhnya karena pelemahan dolar AS," jelas analis Commerzbank, Carsten Fritsc. "Terjadi Trumpflation setelah kegagalan dia untuk mencabut Obamacare," lanjut dia. (Gdn/Ndw)
Sumber : Liputan6
Lihat PT Bestprofit
Tuesday 5 July 2016
Investor Berfokus Pada Pertumbuhan Global, Saham AS Ditutup Menurun
BESTPROFIT FUTURES (6/7) - Produsen
komoditas dan pemberi pinjaman memimpin saham AS lebih rendah, Indeks
S&P 500 hentikan penguatan beruntun terpanjangnya dalam tiga bulan,
setelah komentar dari Gubernur Bank of England Mark Carney menghidupkan
kembali sentiment mengenai keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan
membebani pertumbuhan global.
Saham
energi dan saham keuangan memimpin penurunan pada hari Selasa, dengan
investor menunjukkan pemilihan untuk aset haven karena penurunan ekuitas
dan volatilitas yang lebih tinggi menunjukan beberapa kecemasan
terlihat selama aksi jual dua hari setelah pemungutan suara Brexit.
Gubernur BOE memperingatkan outlook untuk "perlambatan ekonomi,"
ditengah mengembangnya risiko dari keputusan untuk meninggalkan Uni
Eropa.
Indeks
S&P 500 turun 0,7% menjadi 2,088.32 pada 16:00 sore di New York,
penurunan pertama dalam lima sesi. Indeks tersebut turun sebanyak 1,1%
jelang pemangkasan penurunan di jam perdagangan terakhir.(yds)
Sumber: Bloomberg
Wednesday 29 June 2016
Emas Berakhir Naik Terkait Spekulasi Investor Terhadap Bank Sentral
BESTPROFIT FUTURES (30/6) - Emas
menguat terkait investor yang berspekulasi bahwa bank sentral harus
terus mendukung ekonomi global di tengah pemungutan suara Inggris untuk
keluar dari Uni Eropa.
Emas diperdagangkan
mendekati level tertingginya dalam dua tahun dan sedang menuju level
terbaiknya di babak pertama dalam lebih dari 35 tahun sementara investor
meninggalkan aset berisiko dan beralih ke aset havens. Gubernur The Fed
Jerome Powell mengatakan Selasa ini bahwa risiko global telah bergeser
lebih jauh ke bawah pasca referendum, memperkenalkan ketidakpastian baru
yang mungkin dapat berdampak baik untuk mengkaji kembali kebijakan
moneter.
Emas berjangka untuk
pengiriman Agustus naik 0,7 persen untuk berakhir di $ 1,326.90 per ons
pada 1:52 siang di Comex New York, menguat untuk ketiga kalinya dalam
empat sesi dan pada kecepatan untuk kenaikan di kuartal kedua.(mrv)
Sumber: Bloomberg
Monday 18 April 2016
Investor Menuju Raihan Laba, Saham AS Menguat Pada Sesi Break
BESTPROFIT FUTURES MALANG (19/4) - Saham
AS menguat, dengan Dow Jones Industrial Average memuncaki level 18.000
untuk pertama kalinya sejak Juli, karena investor berhasil menangkal
penurunan minyak terkait gagalnya pembicaraan mengenai produksi dan
mengawasi kelompok tersebut minggu ini dari pendapatan perusahaan.
Hasbro Inc melonjak
5,4 persen menuju rekor, sentimen buoying setelah hasilnya mengalahkan
ekspektasi sebagian berkat permintaan untuk "Star Wars" mainan
berlisensi Walt Disney Co
tersebut. Disney menguat 2,6 persen. produsen energi naik ke level
tertingginya dalam seminggu terkait minyak mentah yang memangkas
penurunan nya. Morgan Stanley berfluktuasi antara keuntungan dan
kerugian setelah pemangkasan biaya membantu perusahaan untuk meraih
laporan laba yang lebih baik dari perkiraan.
Indeks Standard &
Poor 500 naik 0,6 persen menjadi 2,092.18 pada 12:43 siang di New York,
ke level tertinggi sejak 4 Desember lalu. Indeks Dow naik 102,25 poin,
atau 0,6 persen, ke 17,99.71, di jalur untuk sembilan bulan
tertingginya, sementara Indeks Nasdaq Composite menguat 0,3 persen.
Perdagangan saham di S & P 500 adalah 11 persen di bawah rata-rata
30-harinya untuk hari ini.(mrv)
Sumber: Bloomberg
Sunday 17 January 2016
Investor Masih Tertarik Pegang Rupiah
BESTPROFIT FUTURES MALANG (18/1) - Meski tingkat inflasi Indonesia lebih tinggi dibanding Amerika Serikat (AS), investor domestik dan asing masih meminati Rupiah, termasuk di portofolio investasi di surat utang negara (SUN). Alasannya, kekuatan ekonomi Indonesia masih dipandang baik hingga jangka panjang.
Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih mengaku inflasi merupakan salah satu faktor penyebab gejolak nilai tukar rupiah karena terkait dengan permintaan maupun penawaran dolar Amerika Serikat (AS). Permintaan atas mata uang dolar AS akan meningkat, sehingga berakibat penguatan dolar AS dan Rupiah terdepresiasi.
"Kalau inflasi di Indonesia tinggi, maka aset dalam bentuk rupiah lebih rendah dibanding pegang dolar AS. Jadi orang tidak akan tertarik menggenggam rupiah," jelasnya saat berbincang dengan beberapa wartawan di Jakarta, seperti ditulis Senin (18/1/2016).
Pada kenyataannya, kata Lana, Indonesia masih menarik bagi para investor sebagai negara tujuan investasi. Pemerintah menawarkan tingkat bunga atau kupon cukup menggiurkan saat lelang surat berharga atau surat utang dalam bentuk rupiah.
"Kalau dilihat kuponnya masih menarik, buktinya lelang-lelang surat utang selalu oversubscribed (kelebihan permintaan). Jadi investor masih mau pegang aset dalam bentuk Rupiah, karena mungkin mereka melihat ketidakpastian global jangka pendek saja," terangnya.
Sementara investor, sambung Lana, melihat Indonesia masih cukup prospektif untuk menanamkan modal didukung fundamental ekonomi yang kuat. Dalam jangka menengah dan panjang, Negara ini dianugerahi bonus demografi dengan jumlah penduduk usia produktif yang banyak.
"Kita punya faktor jangka menengah panjang yang cukup kuat. Demografi kita lagi di posisi bagus-bagusnya. Tingkat partisipasi tenaga kerja di atas 60 persen, artinya rata-rata dalam rumah tangga 60 persennya bekerja. Ini kekuatan ekonomi luar biasa," paparnya.
Lana menyatakan, kondisi ini berbeda dengan Jepang, China dan Uni Eropa (UE) di mana sebagian besar populasi penduduknya menua. Hal tersebut sangat mempengaruhi perekonomian sebuah negara.
"Kalau usia produktif itu berdampak ke konsumsi akan meningkat dan akan membantu pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi baik, rupiah bisa menguat," tandas Lana. (Fik/Ndw)
Sumber: Liputan6
Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih mengaku inflasi merupakan salah satu faktor penyebab gejolak nilai tukar rupiah karena terkait dengan permintaan maupun penawaran dolar Amerika Serikat (AS). Permintaan atas mata uang dolar AS akan meningkat, sehingga berakibat penguatan dolar AS dan Rupiah terdepresiasi.
"Kalau inflasi di Indonesia tinggi, maka aset dalam bentuk rupiah lebih rendah dibanding pegang dolar AS. Jadi orang tidak akan tertarik menggenggam rupiah," jelasnya saat berbincang dengan beberapa wartawan di Jakarta, seperti ditulis Senin (18/1/2016).
Pada kenyataannya, kata Lana, Indonesia masih menarik bagi para investor sebagai negara tujuan investasi. Pemerintah menawarkan tingkat bunga atau kupon cukup menggiurkan saat lelang surat berharga atau surat utang dalam bentuk rupiah.
"Kalau dilihat kuponnya masih menarik, buktinya lelang-lelang surat utang selalu oversubscribed (kelebihan permintaan). Jadi investor masih mau pegang aset dalam bentuk Rupiah, karena mungkin mereka melihat ketidakpastian global jangka pendek saja," terangnya.
Sementara investor, sambung Lana, melihat Indonesia masih cukup prospektif untuk menanamkan modal didukung fundamental ekonomi yang kuat. Dalam jangka menengah dan panjang, Negara ini dianugerahi bonus demografi dengan jumlah penduduk usia produktif yang banyak.
"Kita punya faktor jangka menengah panjang yang cukup kuat. Demografi kita lagi di posisi bagus-bagusnya. Tingkat partisipasi tenaga kerja di atas 60 persen, artinya rata-rata dalam rumah tangga 60 persennya bekerja. Ini kekuatan ekonomi luar biasa," paparnya.
Lana menyatakan, kondisi ini berbeda dengan Jepang, China dan Uni Eropa (UE) di mana sebagian besar populasi penduduknya menua. Hal tersebut sangat mempengaruhi perekonomian sebuah negara.
"Kalau usia produktif itu berdampak ke konsumsi akan meningkat dan akan membantu pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi baik, rupiah bisa menguat," tandas Lana. (Fik/Ndw)
Sumber: Liputan6
Monday 30 November 2015
Saham AS Pangkas Kenaikan Bulanan Seiring Investor Menunggu Keputusan Kebijakan
BESTPROFIT FUTURES MALANG (1/12) - Saham
AS pangkas kenaikan bulanan, dengan Indeks Standard & Poor 500
mengirim peningkatan pada bulan November, seiring para investor bersiap
untuk memutuskan kebijakan dari bank sentral ketika menunggu data
ekonomi pekan ini.
Indeks S&P 500
menguat 0,1 % pada bulan ini terkait tanda-tanda penguatan ekonomi AS
mengimbangi kekhawatiran bahwa Federal Reserve yang akan menaikkan suku
bunga pada tahun ini, perlambatan memicu meningkatkan stimulus guna
menopang kenaikan pasar selama 6 1/2 tahun. Meningkatnya prospek
pengetatan kebijakan moneter mendorong saham keuangan untuk kenaikan 1,7
% pada bulan November, sementara saham utilitas jatuh 2,8 % seiring
laba dividen menurun diiringi kenaikan obligasi.
Indeks S&P 500
turun 0,5 % ke level 2,080.67 pada pukul 04:00 sore waktu New York,
menghentikan kenaikan bulanan pertama secara berturut-turut sejak Mei
lalu.
Sementara itu,
investor mencari konfirmasi lebih lanjut bahwa ekonomi cukup kuat untuk
menopang suku bunga yang lebih tinggi, menurut data hari ini menunjukkan
penandatanganan kontrak untuk pembelian rumah tangan kedua di AS pada
bulan Oktober naik kurang dari perkiraan, yang menunjukkan bahwa
perumahan real estate menurun. Laporan lain minggu ini termasuk data
manufaktur yang akan dirilis besok dan laporan pekerjaan bulanan pada
Jumat mendatang.
Ketua Federal Reserve
Janet Yellen akan mengadakan pembicaraan kepada Kongres pada hari Kamis
dan Bank Sentral Eropa akan mengadakan pertemuan kebijakan terakhir pada
tahun ini di tengah spekulasi yang berkembang ECB akan mengambil
langkah-langkah tambahan untuk meningkatkan inflasi. Anggota OPEC juga
akan bertemu untuk membahas produksi minyak. (knc)
Sumber : Bloomberg
Sunday 20 September 2015
Bangun Kilang di RI, Investor Pasti Untung
BESTPROFIT FUTURES MALANG (21/9) - Pemerintah sedang mengebut
penyelesaian Peraturan Presiden (Perpres) tentang pembangunan kilang di
Indonesia. Pemerintah menjanjikan pembangunan proyek strategis ini akan
menguntungkan investor dengan berbagai insentif.
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kemenko Perekonomian, Montty Giriana mengungkapkan, proses perampungan Perpres terus dilakukan, sehingga dijanjikan tuntas dalam pekan depan.
"Sebetulnya semua sudah setuju, tinggal legal draft-nya saja. Minggu depan mudah-mudahan selesai," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Senin (21/9/2015).
Dalam Perpres pembangunan kilang, Montty bilang, pemerintah akan memberikan ragam insentif atau jaminan bagi investor yang berkomitmen membangun kilang pengolahan minyak di Tanah Air.
"Di Perpres ini nanti akan diberikan insentif atau jaminan. Intinya siapapun yang investasi di kilang tidak akan rugi. Perpres juga akan mengatur skema pembangunan kilang," ucapnya.
Dia menambahkan, penerbitan Perpres pembangunan kilang baru dan pengembangan kilang eksisting akan diikuti dengan Peraturan Menteri yang mengatur tentang aturan pembelian produk kilang. Dalam hal ini, PT Pertamina (Persero) yang akan membeli produk kilang tersebut.
"Nanti sudah ditugaskan ke Pertamina untuk membeli produk kilang jika kilang dibangun badan usaha, skema kerjasama pemerintah dan swasta atau lainnya," tegas Montty.
Terpisah, Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, pembangunan kilang sangat mendesak untuk Indonesia karena bisa memberikan nilai tambah di dalam negeri, apalagi jika kilang dibangun oleh perusahaan lokal.
"Kalau soal insentif, berpegangan pada internal rate of return (IRR) saja, berapa sih. Diberikan tax holiday yang sesuai, tapi jangan dikasih juga untung terlalu besar sampai 50 persen. Yang penting insentif bisa menarik buat investor," saran Purbaya.
Direktur Pembinaan Usaha Hilir Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Setyorini Tri Hutami sebelumnya menjelaskan, dalam perpres tersebut akan mengatur skema pembangunan kilang.
"Di Perpres itu nanti akan mengatur akan pembangunan kilang dengan berbagai mekanisme. Bisa kerjasama antara Badan Usaha (KPBU), bisa badan usaha swasta, bisa Pertamina, bisa dengan APBN," kata Setyorini.
Rini menambahkan, dalam Perpres tersebut juga mengatur insetif yang akan diberikan bagi pihak yang berminat membangun kilang. Insetif tersebut berupa tax holiday, pembebasan Pajak Penambahan Nilai (PPN) dan bea masuk.
"Kalau insentif dan lain-lainnya belum final. Kalau skemanya itu pembebasan PPN dan bea masuk itu umum," ungkapnya. (Fik/Ndw)
Sumber : Liputan6
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kemenko Perekonomian, Montty Giriana mengungkapkan, proses perampungan Perpres terus dilakukan, sehingga dijanjikan tuntas dalam pekan depan.
"Sebetulnya semua sudah setuju, tinggal legal draft-nya saja. Minggu depan mudah-mudahan selesai," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Senin (21/9/2015).
Dalam Perpres pembangunan kilang, Montty bilang, pemerintah akan memberikan ragam insentif atau jaminan bagi investor yang berkomitmen membangun kilang pengolahan minyak di Tanah Air.
"Di Perpres ini nanti akan diberikan insentif atau jaminan. Intinya siapapun yang investasi di kilang tidak akan rugi. Perpres juga akan mengatur skema pembangunan kilang," ucapnya.
Dia menambahkan, penerbitan Perpres pembangunan kilang baru dan pengembangan kilang eksisting akan diikuti dengan Peraturan Menteri yang mengatur tentang aturan pembelian produk kilang. Dalam hal ini, PT Pertamina (Persero) yang akan membeli produk kilang tersebut.
"Nanti sudah ditugaskan ke Pertamina untuk membeli produk kilang jika kilang dibangun badan usaha, skema kerjasama pemerintah dan swasta atau lainnya," tegas Montty.
Terpisah, Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, pembangunan kilang sangat mendesak untuk Indonesia karena bisa memberikan nilai tambah di dalam negeri, apalagi jika kilang dibangun oleh perusahaan lokal.
"Kalau soal insentif, berpegangan pada internal rate of return (IRR) saja, berapa sih. Diberikan tax holiday yang sesuai, tapi jangan dikasih juga untung terlalu besar sampai 50 persen. Yang penting insentif bisa menarik buat investor," saran Purbaya.
Direktur Pembinaan Usaha Hilir Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Setyorini Tri Hutami sebelumnya menjelaskan, dalam perpres tersebut akan mengatur skema pembangunan kilang.
"Di Perpres itu nanti akan mengatur akan pembangunan kilang dengan berbagai mekanisme. Bisa kerjasama antara Badan Usaha (KPBU), bisa badan usaha swasta, bisa Pertamina, bisa dengan APBN," kata Setyorini.
Rini menambahkan, dalam Perpres tersebut juga mengatur insetif yang akan diberikan bagi pihak yang berminat membangun kilang. Insetif tersebut berupa tax holiday, pembebasan Pajak Penambahan Nilai (PPN) dan bea masuk.
"Kalau insentif dan lain-lainnya belum final. Kalau skemanya itu pembebasan PPN dan bea masuk itu umum," ungkapnya. (Fik/Ndw)
Sumber : Liputan6
Monday 14 September 2015
Pertemuan The Fed Jadi Fokus Investor, Harga Minyak Susut 3%
BESTPROFIT FUTURES MALANG (15/9) - Harga minyak mentah turun lebih dari tiga persen di awal pekan terseret sentimen harga bensih merosot ditambah kekhawatiran kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) oleh bank sentral AS untuk pertama kalinya sejak 2006.
Harga minyak mentah acuan AS turun 75 sen menjadi US$ 43,88 per barel. Harga minyak mentah Brent melemah US$ 1,58 menjadi US$ 46,56 dibandingkan sesi sebelumnya US$ 46,36.
Pelaku pasar tengah menanti apakah bank sentral AS menaikkan suku bunga pada pertemuan Kamis pekan ini untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan. Analis memperkirakan bila kenaikan suku bunga terjadi maka harga minyak akan jatuh seiring penguatan dolar AS.
Hal itu lantaran penguatan dolar AS membuat permintaan dari negara pengimpor melambat.Selain itu, harga bensin yang reli tajam pada kuartal II telah menyeret harga minyak. Sejumlah pelaku pasar melihat pelemahan yang terjadi pada kontrak terdekat karena musim mengemudi pada musim panas segera berakhir. "
Saya rasa ini mengejutkan banyak orang, dan mereka lengah," ujar Scott Shelton, Analis Komoditas di ICAP, mengutip dari laman Reuters, Selasa (15/9/2015).
Sebelumnya harga minyak mentah berjangka sempat pulih setelah perusahaan intelijen Genscape melaporkan penarikan sekitar 1,8 juta barel pada pekan lalu.Akan tetapi, harga minyak terutama Brent telah turun tajam. Harga minyak Brent dari di atas US$ 117 pada Juni 2014 menjadi di bawah US$ 47 seiring pasokan minyak global berlebih dan kekhawatiran ekonomi China melambat.
"Kami pikir harga minyak cenderung rendah, dan tidak ada sentimen kuat untuk mengangkat harga minyak," kata Kepala Riset BNP Paribas, Harry Tchilinguirian. (Ahm/Gdn)
Sumber : Liputan6
Harga minyak mentah acuan AS turun 75 sen menjadi US$ 43,88 per barel. Harga minyak mentah Brent melemah US$ 1,58 menjadi US$ 46,56 dibandingkan sesi sebelumnya US$ 46,36.
Pelaku pasar tengah menanti apakah bank sentral AS menaikkan suku bunga pada pertemuan Kamis pekan ini untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan. Analis memperkirakan bila kenaikan suku bunga terjadi maka harga minyak akan jatuh seiring penguatan dolar AS.
Hal itu lantaran penguatan dolar AS membuat permintaan dari negara pengimpor melambat.Selain itu, harga bensin yang reli tajam pada kuartal II telah menyeret harga minyak. Sejumlah pelaku pasar melihat pelemahan yang terjadi pada kontrak terdekat karena musim mengemudi pada musim panas segera berakhir. "
Saya rasa ini mengejutkan banyak orang, dan mereka lengah," ujar Scott Shelton, Analis Komoditas di ICAP, mengutip dari laman Reuters, Selasa (15/9/2015).
Sebelumnya harga minyak mentah berjangka sempat pulih setelah perusahaan intelijen Genscape melaporkan penarikan sekitar 1,8 juta barel pada pekan lalu.Akan tetapi, harga minyak terutama Brent telah turun tajam. Harga minyak Brent dari di atas US$ 117 pada Juni 2014 menjadi di bawah US$ 47 seiring pasokan minyak global berlebih dan kekhawatiran ekonomi China melambat.
"Kami pikir harga minyak cenderung rendah, dan tidak ada sentimen kuat untuk mengangkat harga minyak," kata Kepala Riset BNP Paribas, Harry Tchilinguirian. (Ahm/Gdn)
Sumber : Liputan6
Thursday 2 April 2015
Kelihaian Investor Kaya China Zhang Lei Melihat Peluang Bisnis
BESTPROFIT FUTURES MALANG (3/4) - Pengusaha China semakin mampu meningkatkan kapasitasnya. Peningkatan
kapasitas itu berlawanan dengan perusahaan multinasional relatif lambat
bergerak.
Salah satu miliarder China Zhang Lei menyampaikan hal itu. Pernyataannya pun memang seperti mencerminkan dirinya ketika menjalankan usahanya. Ia meneliti suatu peluang bisnis lalu menjadikannya sebagai investasi, dan memberikan imbal hasil besar.
Zhang mendirikan perusahaan private equity Hillhouse Capital Group pada 2005. Dengan tangan dinginnya, ia mendapatkan kepercayaan dari Universitas Yale dan investor lainnya untuk menanamkan investasi di suatu bisnis. Kini ia memiliki dana sekitar US$ 18 miliar.
Zhang memiliki latar belakang tak biasa. Ia lahir di Zhumadian, provinsi Henan pada 1972. Kelahiran Zhang saat China berada di puncak revolusi kebudayaan. Ketika itu China sedang membersihkan diri dari segala sesuatu bahkan dari kapitalis.
Namun sejak usia dini, Zhang sudah memperlihatkan bakat bisnis. Pada usia 7 tahun, ia memiliki ide bisnis pertamanya dengan menyewakan buku komik untuk penumpang yang menunggu keretanya. Konsep tersebut menjadi dasar bagi perusahaan seperti Uber dan Airbnb.
Sumber : Liputan6
Salah satu miliarder China Zhang Lei menyampaikan hal itu. Pernyataannya pun memang seperti mencerminkan dirinya ketika menjalankan usahanya. Ia meneliti suatu peluang bisnis lalu menjadikannya sebagai investasi, dan memberikan imbal hasil besar.
Zhang mendirikan perusahaan private equity Hillhouse Capital Group pada 2005. Dengan tangan dinginnya, ia mendapatkan kepercayaan dari Universitas Yale dan investor lainnya untuk menanamkan investasi di suatu bisnis. Kini ia memiliki dana sekitar US$ 18 miliar.
Zhang memiliki latar belakang tak biasa. Ia lahir di Zhumadian, provinsi Henan pada 1972. Kelahiran Zhang saat China berada di puncak revolusi kebudayaan. Ketika itu China sedang membersihkan diri dari segala sesuatu bahkan dari kapitalis.
Namun sejak usia dini, Zhang sudah memperlihatkan bakat bisnis. Pada usia 7 tahun, ia memiliki ide bisnis pertamanya dengan menyewakan buku komik untuk penumpang yang menunggu keretanya. Konsep tersebut menjadi dasar bagi perusahaan seperti Uber dan Airbnb.
Sumber : Liputan6
Tuesday 28 October 2014
Investor Kaji Laba Jelang Keputusan The Fed Akibatkan Saham Jepang Rebound
BESTPROFIT FUTURES MALANG (29/10) - Saham
Jepang rebound dari penurunan kemarin karena para investor mengkaji
laba jelang keputusan kebijakan bank sentral dan terkait laporan yang
menunjukkan produksi industri naik pada bulan September lalu.
Indeks
Topix naik 0,8 persen ke level 1,261.76 pukul 09:01 pagi di Tokyo pasca
kemarin turun 0,2 persen. Indeks Nikkei 225 Stock Average naik 0,7
persen ke level 15,438.80. Pengumuman kebijakan Federal Reserve akan
dilaksanakan hari ini sementara Bank of Japan akan melakukan pertemuan
31 Oktober besok.
Indeks
Topix diperdagangkan sebesar 1,2 kali sejak kemarin, dibandingkan
dengan indeks Standard & Poor 500 sebesar 2,7 untuk dan untuk Indeks
Stoxx Europe 600 sebesar 1,8.
Indeks
S&P 500 naik 1,2 persen kemarin terkait investor memangkas laba dan
data ekonomi. Kontrak berjangka pada acuan ekuitas AS turun 0,2 persen
hari ini jelang pengumuman Fed.
Ketua
The Fed Janet Yellen dan para rekannya diharapkan untuk fokus pada
prospek penguatan perekonomian AS dan mengakhiri program pembelian
obligasi mereka seperti yang direncanakan sebelumnya, menurut para
ekonom yang disurvei oleh Bloomberg News. (vck)
Sumber: Bloomberg
Subscribe to:
Posts (Atom)