Wednesday, 29 October 2025

Bestprofit | Emas Berbalik Negatif

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-9.jpg

Bestprofit (30/10) – Harga emas kembali melemah di bawah level psikologis $3.950 per ons, setelah pernyataan terbaru dari Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, yang menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga pada Desember bukanlah sesuatu yang pasti. Pernyataan tersebut mengguncang ekspektasi pasar yang sebelumnya menilai peluang besar terhadap penurunan suku bunga lanjutan sebesar 25 basis poin. Akibatnya, imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun naik di atas 4%, menambah tekanan pada logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil langsung.

Pernyataan Powell dan Dampaknya terhadap Ekspektasi Pasar

Dalam konferensi pers pasca keputusan suku bunga terbaru, Powell menekankan bahwa The Fed akan tetap bergantung pada data dan tidak akan berkomitmen pada arah kebijakan moneter berikutnya. Pesan ini mengisyaratkan bahwa meski ada tanda-tanda pelambatan ekonomi, tingkat inflasi inti masih berada di atas target 2%, sehingga ruang bagi pelonggaran kebijakan masih terbatas.

Pasar keuangan segera bereaksi terhadap pernyataan tersebut. Sebelum pidato Powell, pelaku pasar memperkirakan peluang sekitar 70% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga lagi pada bulan Desember. Namun setelah pernyataan itu, probabilitas tersebut turun tajam menjadi sekitar 40%, menekan aset-aset yang sensitif terhadap suku bunga rendah seperti emas.

Kenaikan Imbal Hasil Treasury: Pukulan Ganda bagi Emas

Salah satu konsekuensi langsung dari sikap hati-hati The Fed adalah kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Imbal hasil Treasury tenor 10 tahun naik menembus level 4%, yang berarti biaya peluang untuk memegang emas—sebuah aset tanpa imbal hasil—menjadi lebih tinggi.

Secara ekonomi, ketika imbal hasil obligasi meningkat, investor cenderung beralih dari emas ke aset berbunga karena potensi keuntungan yang lebih menarik. Selain itu, kenaikan yield juga meningkatkan biaya pembiayaan dan penyimpanan emas batangan, memperlemah daya tarik logam mulia sebagai aset lindung nilai (hedging asset). Kondisi ini memperburuk tekanan harga emas di pasar spot dan futures.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kebijakan The Fed: Pemangkasan 25 Basis Poin dan Akhir Pengurangan Neraca

Menariknya, pelemahan harga emas terjadi meskipun The Fed baru saja memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, membawa kisaran target suku bunga acuan menjadi 3,75%–4,00%. Keputusan ini juga disertai dengan pengumuman penting lainnya—rencana untuk mengakhiri kebijakan pengurangan neraca (quantitative tightening) pada bulan Desember mendatang.

Langkah tersebut secara teori bersifat dovish, karena memperluas likuiditas di sistem keuangan dan menekan suku bunga riil jangka pendek. Biasanya, kondisi ini menjadi pendorong positif bagi emas karena menurunkan biaya peluang kepemilikan aset tanpa imbal hasil. Namun, efek dovish ini teredam oleh sinyal kehati-hatian Powell, yang menegaskan bahwa pelonggaran moneter lanjutan tidak dijamin.

Kombinasi antara pelonggaran terbatas dan peringatan kebijakan ini menciptakan sentimen pasar yang ambigu, di mana pelaku pasar menahan diri untuk kembali meningkatkan posisi beli (long position) pada emas.

Faktor Fundamental yang Masih Menopang Harga Emas

Meskipun tekanan jangka pendek meningkat, beberapa faktor fundamental tetap memberikan dukungan struktural terhadap harga emas. Salah satunya adalah pembelian resmi oleh bank sentral di seluruh dunia. Selama beberapa tahun terakhir, terutama sejak 2022, bank sentral negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan Turki terus meningkatkan cadangan emas mereka sebagai diversifikasi terhadap dolar AS dan risiko geopolitik.

Selain itu, akumulasi ETF berbasis emas juga menunjukkan tanda-tanda peningkatan. Setelah mengalami arus keluar selama paruh pertama tahun ini, data terbaru memperlihatkan kembalinya arus masuk bersih ke sejumlah produk investasi berbasis emas. Hal ini memperketat pasokan logam fisik di bursa dan saluran resmi, menciptakan dasar harga (price floor) yang relatif kuat di kisaran $3.900 per ons.

Peran Likuiditas Global dan Pengaruh Mata Uang Dolar AS

Kebijakan moneter The Fed juga berpengaruh langsung terhadap likuiditas global dan nilai tukar dolar AS. Meskipun suku bunga AS cenderung masih tinggi, keputusan untuk menghentikan pengurangan neraca pada Desember berarti likuiditas dolar akan meningkat secara bertahap. Secara historis, kondisi seperti ini biasanya mendukung aset berdenominasi dolar seperti emas.

Namun, jika dolar AS menguat karena kenaikan imbal hasil obligasi, maka harga emas yang diperdagangkan dalam dolar akan relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga menekan permintaan global. Dengan demikian, arah nilai tukar dolar menjadi faktor kunci dalam menentukan pergerakan harga emas beberapa bulan ke depan.

Ketidakpastian Makro dan Risiko Global: Penopang Jangka Panjang

Di luar kebijakan moneter, ketidakpastian makroekonomi global tetap menjadi pendorong utama bagi permintaan emas sebagai aset safe haven. Konflik geopolitik yang masih berlangsung di Eropa Timur dan Timur Tengah, ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok, serta perlambatan pertumbuhan di beberapa ekonomi besar, menciptakan lingkungan risiko tinggi yang biasanya mendorong investor beralih ke emas.

Selain itu, kekhawatiran terhadap potensi penurunan nilai mata uang (currency debasement) akibat ekspansi fiskal dan moneter di berbagai negara juga memperkuat daya tarik emas sebagai penyimpan nilai (store of value). Dalam konteks ini, emas bukan sekadar komoditas, tetapi instrumen lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan inflasi jangka panjang.

Perdagangan AS–Tiongkok dan Dampaknya terhadap Arus Safe Haven

Kemajuan dalam kerangka perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok baru-baru ini sedikit meredakan ketegangan pasar, yang sebelumnya mendorong permintaan safe haven. Namun, para analis menilai bahwa perbaikan hubungan dagang ini bersifat sementara, karena perbedaan mendasar terkait teknologi, keamanan data, dan rantai pasok strategis masih belum terselesaikan.

Dengan demikian, meskipun arus masuk ke aset safe haven seperti emas mungkin sedikit berkurang, faktor pendorong yang lebih dalam—yakni ketidakpastian jangka panjang dan risiko geopolitik—masih tetap eksis. Hal ini menjelaskan mengapa harga emas tidak jatuh lebih dalam meskipun tekanan dari sisi suku bunga meningkat.

Prospek Emas ke Depan: Konsolidasi Sebelum Kenaikan Baru?

Para analis memperkirakan bahwa harga emas akan bergerak dalam pola konsolidasi pada kisaran $3.850–$4.000 per ons dalam jangka pendek. Tekanan dari kenaikan imbal hasil dan penguatan dolar kemungkinan masih akan menahan kenaikan harga, tetapi permintaan fundamental dari bank sentral dan investor institusional dapat menjadi bantalan utama.

Jika data inflasi AS beberapa bulan ke depan menunjukkan pelemahan yang signifikan, peluang pemangkasan suku bunga Desember bisa kembali meningkat—dan hal ini berpotensi mendorong reli baru pada harga emas menuju level $4.050–$4.100 per ons. Sebaliknya, jika inflasi bertahan tinggi, emas mungkin akan tetap bergerak mendatar di sekitar level saat ini.

Kesimpulan: Antara Ketidakpastian Kebijakan dan Fondasi Kuat Emas

Pelemahan emas di bawah $3.950 per ons mencerminkan ketegangan antara sinyal kebijakan moneter yang hati-hati dari The Fed dan kekuatan fundamental jangka panjang dari logam mulia ini. Kenaikan imbal hasil Treasury dan penguatan dolar memberi tekanan jangka pendek, namun pembelian bank sentral, peningkatan ETF, dan risiko makro global memberikan dukungan berkelanjutan.

Dalam lanskap ekonomi global yang penuh ketidakpastian, emas tetap memegang peran penting sebagai penyeimbang portofolio dan pelindung nilai jangka panjang. Meskipun jalannya tidak selalu mulus, fondasi struktural yang kuat menunjukkan bahwa emas masih akan menjadi salah satu aset paling tangguh di tengah dinamika ekonomi dan geopolitik dunia yang terus berubah.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 28 October 2025

Bestprofit | Emas Stabil di $3.950

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-2.jpg

Bestprofit (29/10) – Harga emas dunia mulai menunjukkan tanda-tanda stabil pada Rabu (29/10) setelah mengalami tekanan jual selama tiga hari berturut-turut. Logam mulia itu diperdagangkan di kisaran $3.950 per ons, menandai momen jeda di tengah ketidakpastian global dan jelang pertemuan penting antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Pasar keuangan global kini tengah menaruh harapan besar bahwa pertemuan tersebut dapat menghasilkan terobosan baru dalam hubungan dagang kedua negara ekonomi terbesar dunia itu.

Optimisme Pasar terhadap Potensi Terobosan Dagang

Harapan terhadap meredanya ketegangan dagang AS–Tiongkok kembali meningkat setelah beredar kabar bahwa Washington bersedia mencabut sebagian tarif impor jika Beijing mau memperketat pengawasan terhadap ekspor bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi fentanil, sejenis obat sintetis yang menjadi masalah besar di AS.

Kabar ini memberikan sentimen positif di pasar keuangan global. Investor menjadi lebih berani masuk ke aset berisiko seperti saham dan obligasi korporasi, sehingga permintaan terhadap emas, yang biasanya berperan sebagai aset lindung nilai (safe haven), mengalami sedikit penurunan.

Namun, stabilnya harga emas di sekitar $3.950 per ons menunjukkan bahwa minat terhadap logam mulia ini masih cukup kuat, terutama dari pelaku pasar yang melihat potensi jangka menengah hingga panjang tetap positif.

Dari Rekor Tertinggi ke Koreksi Sehat

Pekan lalu, harga emas sempat “ngamuk” dengan menembus rekor baru di atas $4.380 per ons, lonjakan yang menimbulkan euforia di kalangan investor. Namun, kenaikan tajam tersebut ternyata diikuti oleh koreksi teknikal yang cukup dalam. Banyak trader merasa harga sudah terlalu tinggi dalam waktu singkat sehingga mereka mengambil keuntungan (profit-taking).

Meskipun demikian, secara tahunan, harga emas masih menunjukkan kenaikan sekitar 50%—sebuah capaian luar biasa di tengah ketidakpastian ekonomi global. Lonjakan tersebut banyak didorong oleh pembelian masif dari bank sentral berbagai negara serta kekhawatiran atas pelemahan nilai uang kertas akibat meningkatnya utang dan defisit fiskal di banyak negara besar.

Selain itu, investor institusional dan ritel juga memperkuat tren kenaikan harga melalui pembelian Exchange-Traded Fund (ETF) berbasis emas. Salah satu ETF terbesar, SPDR Gold Shares, sempat mencatat arus keluar besar pada awal pekan ini, menandakan sebagian investor mengambil jeda. Namun, analis menilai langkah tersebut lebih bersifat konsolidatif daripada pembalikan tren jangka panjang.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Debat di Kalangan Pelaku Pasar: Istirahat atau Lemah Permanen?

Kondisi pasar emas saat ini menimbulkan perdebatan di kalangan analis dan pelaku industri. Banyak yang bertanya: apakah ini hanya masa istirahat sebelum reli berikutnya, atau tanda bahwa momentum emas mulai melemah?

Dalam Konferensi Logam Mulia London Bullion Market Association (LBMA) yang berlangsung di Kyoto minggu ini, mayoritas peserta masih menunjukkan sikap optimistis terhadap prospek harga emas. Dari survei terhadap 106 peserta, sebagian besar memperkirakan harga emas bisa menyentuh level $5.000 per ons dalam 12 bulan ke depan.

Analis dari Pepperstone, Chris Weston, menilai bahwa selama harga emas mampu bertahan di kisaran $3.900 untuk kontrak berjangka bulan depan, pembeli kemungkinan besar akan kembali masuk ke pasar. Artinya, tekanan jual yang menekan harga beberapa hari terakhir mungkin sudah hampir selesai. Weston menambahkan, stabilitas di level tersebut bisa menjadi dasar kuat untuk reli berikutnya jika faktor fundamental mendukung.

Faktor Penentu: Kebijakan Suku Bunga The Fed

Salah satu faktor yang paling memengaruhi arah harga emas dalam jangka pendek adalah kebijakan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Saat ini, pelaku pasar tengah menunggu keputusan terbaru dari The Fed mengenai suku bunga acuan.

Spekulasi yang berkembang menunjukkan bahwa The Fed berpotensi menurunkan suku bunga guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang melambat. Dalam kondisi normal, penurunan suku bunga merupakan berita positif bagi emas, karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil bunga—sehingga menjadi lebih menarik ketika suku bunga rendah.

Namun, dinamika pasar kali ini jauh lebih kompleks. Yield obligasi yang lebih rendah juga meningkatkan daya tarik saham teknologi, yang dinilai mampu memberikan pertumbuhan pendapatan lebih tinggi. Akibatnya, sebagian dana investor beralih ke pasar saham alih-alih menumpuk di aset safe haven seperti emas.

Kondisi inilah yang membuat reaksi harga emas terhadap kebijakan moneter menjadi lebih beragam dibandingkan beberapa tahun lalu.

Pergerakan Logam Mulia Lain dan Indeks Dolar

Tidak hanya emas yang mengalami stagnasi. Pada perdagangan Rabu pagi waktu Singapura, harga emas spot turun tipis 0,1% menjadi $3.949,10 per ons. Perak bergerak stabil di kisaran yang sama seperti sehari sebelumnya, platinum sedikit melemah, dan paladium juga mengalami penurunan tipis.

Sementara itu, indeks dolar AS—yang sering menjadi cerminan kekuatan mata uang Amerika—hampir tidak berubah. Biasanya, pergerakan dolar memiliki hubungan terbalik dengan harga emas: dolar yang lebih lemah membuat emas lebih murah bagi pembeli luar negeri, dan sebaliknya. Karena dolar kali ini relatif stabil, emas juga tidak mendapat dorongan tambahan dari sisi mata uang.

Bank Sentral dan Ketahanan Nilai Uang Kertas

Salah satu pendorong jangka panjang yang terus menopang harga emas adalah pembelian agresif oleh bank sentral di berbagai negara. Mereka meningkatkan cadangan emas sebagai upaya diversifikasi dari aset berbasis dolar dan sebagai perlindungan terhadap inflasi.

Selain itu, meningkatnya utang publik dan defisit fiskal di banyak negara besar—termasuk AS dan Jepang—menimbulkan kekhawatiran akan penurunan nilai uang kertas dalam jangka panjang. Dalam konteks seperti ini, emas kembali menjadi simpanan nilai (store of value) yang dipercaya mampu mempertahankan daya beli.

Para analis juga mencatat bahwa geopolitik yang tidak menentu—mulai dari tensi Timur Tengah hingga ketidakpastian politik di Eropa—masih memberikan dukungan kuat terhadap permintaan emas fisik.

Kesimpulan: Stabilitas Sementara atau Awal dari Tren Baru?

Pergerakan harga emas yang mulai stabil pada Rabu ini bisa dilihat sebagai momen transisi penting. Di satu sisi, stabilitas di kisaran $3.950 per ons menunjukkan bahwa pasar menemukan titik keseimbangan baru setelah reli besar dan koreksi tajam. Di sisi lain, arah jangka menengah akan sangat tergantung pada hasil pertemuan Trump–Xi, kebijakan The Fed, serta persepsi risiko global ke depan.

Jika pertemuan AS–Tiongkok menghasilkan kesepakatan positif, pasar berisiko bisa melanjutkan penguatannya, dan emas mungkin tetap tertahan. Namun, jika pembicaraan kembali buntu atau tensi meningkat, permintaan terhadap aset safe haven bisa melonjak lagi, mendorong emas menembus level psikologis baru.

Dengan latar makroekonomi yang masih penuh ketidakpastian, emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan nilai. Meskipun volatilitas tinggi, fondasi permintaan jangka panjang dari bank sentral, investor institusional, dan ritel global membuat logam mulia ini tetap bersinar di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Monday, 27 October 2025

Bestprofit | Emas Meredup di Tengah Damai Dagang

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (28/10) – Harga emas mengalami pergerakan yang signifikan dalam beberapa hari terakhir, dengan tren naik yang tercatat hingga mencapai rekor harga lebih dari $4.380 per ons. Namun, harga emas tiba-tiba jatuh tajam pada hari Senin (27/10) lalu, menembus level $4.000 per ons, karena perkembangan terbaru dalam perundingan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Meskipun sempat mengalami penurunan yang cukup besar, emas berhasil memulihkan sebagian kerugiannya pada hari Selasa (28/10). Artikel ini akan mengulas faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga emas, dari kemajuan dalam negosiasi perdagangan AS-Tiongkok hingga kebijakan moneter The Federal Reserve (Fed).

Penurunan Harga Emas yang Signifikan

Pada hari Senin (27/10), harga emas anjlok hingga 3,2%, turun tajam di bawah $4.000 per ons. Salah satu faktor utama yang memengaruhi penurunan ini adalah optimisme yang meningkat atas kemajuan dalam perundingan perdagangan antara AS dan Tiongkok. Keberhasilan dalam mencapai kesepakatan terkait tarif dan kontrol ekspor antara kedua negara besar tersebut melemahkan permintaan terhadap aset haven, seperti emas. Dalam situasi ketidakpastian geopolitik atau krisis ekonomi, emas sering kali dilihat sebagai tempat yang aman bagi investor untuk melindungi nilai kekayaan mereka. Namun, jika ketegangan perdagangan berkurang dan kondisi ekonomi membaik, permintaan untuk emas sebagai aset pelindung pun bisa menurun.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pemulihan Harga Emas pada Selasa Pagi

Pada hari Selasa (28/10), harga emas sedikit menguat, mencatatkan kenaikan 0,5% menjadi $4.000,81 per ons pada pukul 7:54 pagi waktu Singapura. Hal ini terjadi meskipun ada faktor negatif lainnya yang turut memengaruhi pergerakan harga emas. Salah satunya adalah penurunan yang tercatat pada obligasi pemerintah, meskipun pasar masih memperkirakan bahwa The Fed akan melonggarkan kebijakan moneternya pada minggu ini. Imbal hasil obligasi yang lebih tinggi membuat permintaan terhadap emas yang tidak memberikan bunga menjadi tertekan.

Meskipun emas mengalami penurunan tajam pada sesi sebelumnya, reli harga emas tahun ini masih cukup mengesankan. Harga emas tercatat naik lebih dari 50% sepanjang tahun 2025 ini. Salah satu faktor utama yang mendukung kenaikan harga emas adalah pembelian yang signifikan oleh bank sentral. Selain itu, ketegangan ekonomi global dan devaluasi mata uang juga mendorong investor untuk membeli emas sebagai pelindung nilai terhadap risiko inflasi dan ketidakpastian ekonomi.

Pengaruh Posisi Long dan Leveraged Trading

Kenaikan harga emas yang cepat dan penurunan tajam baru-baru ini dapat dijelaskan oleh fenomena trading berbasis leverage yang banyak digunakan oleh para pedagang di pasar berjangka. Chris Weston, Kepala Riset di Pepperstone Group Ltd., menyatakan bahwa posisi long yang banyak diambil oleh investor dapat dengan cepat terkoreksi ketika pedagang yang menggunakan leverage bergegas untuk mengunci keuntungan mereka. Posisi long adalah posisi yang diambil oleh investor dengan harapan bahwa harga emas akan naik. Namun, jika harga bergerak turun tajam, investor yang menggunakan leverage dapat mengalami kerugian besar dan terpaksa menutup posisi mereka, yang menyebabkan penurunan harga lebih lanjut.

Meskipun koreksi harga emas terjadi setelah reli yang cepat, volume perdagangan berjangka tetap tinggi, yang menunjukkan bahwa volatilitas pasar emas tetap tinggi. Para analis mengungkapkan bahwa sulit untuk memprediksi apakah harga emas akan mencapai titik terendah atau akan kembali naik dalam waktu dekat.

Dampak dari Penurunan Permintaan Bank Sentral

Permintaan dari bank sentral, yang selama ini menjadi pendorong utama kenaikan harga emas, terlihat mulai menurun. John Reade, seorang ahli strategi pasar di World Gold Council, mengatakan bahwa permintaan dari bank sentral tidak sekuat sebelumnya. Bank-bank sentral di seluruh dunia memang aktif membeli emas untuk mendiversifikasi cadangan devisa mereka dan mengurangi ketergantungan pada mata uang asing, seperti dolar AS. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, pembelian emas oleh bank sentral tampak mulai berkurang. Reade menyebutkan bahwa jika harga emas turun lebih dalam, hal ini bisa disambut dengan baik oleh para pedagang profesional yang dapat memanfaatkan harga yang lebih rendah untuk melakukan pembelian kembali.

Selain itu, perubahan kebijakan moneter di negara-negara besar juga dapat mempengaruhi permintaan terhadap emas. Dalam beberapa bulan terakhir, banyak negara, termasuk AS, telah mengimplementasikan kebijakan pelonggaran moneter untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ini menyebabkan suku bunga tetap rendah, yang pada gilirannya mendukung daya tarik emas sebagai aset pelindung nilai.

Perubahan Dalam Sentimen Pasar Terkait Perdagangan AS-Tiongkok

Salah satu faktor utama yang mendorong penurunan harga emas pada awal pekan ini adalah kemajuan yang tercapai dalam perundingan perdagangan antara AS dan Tiongkok. Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping telah mencapai beberapa kesepakatan terkait tarif dan kontrol ekspor, yang membantu meredakan ketegangan di pasar global. Dengan adanya kesepakatan ini, prospek untuk pemulihan ekonomi global semakin cerah, yang mengurangi ketertarikan investor pada emas sebagai aset yang aman.

Namun, meskipun ada harapan bahwa perundingan perdagangan akan menghasilkan solusi yang lebih stabil antara kedua negara tersebut, beberapa analis memperkirakan bahwa harga emas mungkin tetap melemah dalam beberapa minggu mendatang. Analis dari Citigroup Inc., termasuk Max Layton, memperkirakan bahwa harga emas bisa jatuh lebih jauh ke $3.800 per ons dalam tiga bulan ke depan.

Pengaruh Kebijakan The Federal Reserve

Kebijakan moneter The Federal Reserve (Fed) juga memainkan peran penting dalam pergerakan harga emas. Para pelaku pasar memperkirakan bahwa Fed akan kembali menurunkan suku bunga pada pertemuan kebijakan yang akan berlangsung pada minggu ini. Penurunan suku bunga ini diharapkan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi, namun juga bisa menekan permintaan untuk emas yang tidak memberikan bunga. Dalam pertemuan tersebut, pasar juga akan memperhatikan perkembangan terkait siapa yang akan menggantikan Jerome Powell sebagai Ketua Fed pada Mei tahun depan. Beberapa kandidat yang disebut-sebut adalah Christopher Waller dan Michelle Bowman dari Fed, serta mantan Gubernur Fed Kevin Warsh.

Kesimpulan

Harga emas saat ini berada dalam posisi yang sangat dinamis, dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal seperti perundingan perdagangan antara AS dan Tiongkok, kebijakan moneter The Fed, serta sentimen pasar yang dipengaruhi oleh pergerakan harga saham dan obligasi. Meskipun emas sempat mengalami penurunan tajam, pemulihan sebagian harga pada hari Selasa menunjukkan bahwa pasar emas masih penuh ketidakpastian. Dalam beberapa bulan mendatang, kemungkinan harga emas akan terus bergerak volatil, dengan para investor dan analis memantau dengan cermat perkembangan ekonomi global, kebijakan perdagangan internasional, dan keputusan kebijakan moneter yang akan datang.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
 

bestprofit futures
 

Sunday, 26 October 2025

Bestprofit | Emas Melemah, Dolar Perkasa

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (27/10) – Pada awal perdagangan Asia, harga emas mengalami penurunan yang signifikan akibat optimisme mengenai kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Penguatan prospek perundingan dagang ini mengimbangi beberapa faktor lain yang biasanya mendukung harga emas, seperti data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan. Penurunan harga emas ini juga dipengaruhi oleh pernyataan Menteri Keuangan AS, Bessent, yang memuji perundingan dagang yang berlangsung di Malaysia sebagai “konstruktif.” Menurutnya, perundingan tersebut dapat memberikan dampak positif bagi hubungan dagang global, yang mengurangi ketidakpastian ekonomi dan, pada gilirannya, daya tarik emas sebagai aset safe haven.

Perkembangan Perundingan Dagang AS-Tiongkok

Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan harga emas adalah optimisme yang mengemuka terkait kesepakatan dagang antara AS dan Tiongkok. Sebagaimana diketahui, hubungan dagang antara kedua negara ini telah menjadi salah satu faktor utama ketidakpastian ekonomi global selama beberapa tahun terakhir. Namun, dalam beberapa pekan terakhir, ada tanda-tanda positif mengenai perundingan dagang yang berlangsung. Menteri Keuangan AS, Bessent, mengungkapkan bahwa proses perundingan yang berlangsung di Malaysia berjalan dengan konstruktif dan menghasilkan kemajuan yang signifikan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pernyataan ini menjadi sangat penting karena ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok sebelumnya telah meningkatkan volatilitas pasar dan memperburuk ketidakpastian ekonomi global, yang pada gilirannya mengarah pada peningkatan permintaan terhadap aset-aset safe haven seperti emas. Dengan adanya sinyal positif dalam kesepakatan dagang ini, para pelaku pasar mulai merasakan adanya peluang untuk penyelesaian masalah dagang yang dapat mengurangi ketegangan geopolitik dan memberikan stabilitas bagi pasar keuangan global.

Dampak Optimisme Perdagangan terhadap Daya Tarik Emas

Kenaikan optimisme dalam perdagangan AS-Tiongkok secara langsung berdampak pada daya tarik emas sebagai aset safe haven. Emas telah lama dikenal sebagai tempat berlindung yang aman bagi investor saat menghadapi ketidakpastian ekonomi, ketegangan politik, atau gejolak pasar saham. Namun, dengan adanya prospek penyelesaian positif dalam perundingan dagang, investor merasa lebih yakin untuk mengambil risiko dan berinvestasi di instrumen lain yang lebih berisiko namun berpotensi memberikan imbal hasil lebih tinggi, seperti saham atau obligasi.

Emas cenderung kehilangan daya tariknya ketika investor merasa lebih optimis tentang perekonomian global dan risiko geopolitis tidak terlalu mengkhawatirkan. Oleh karena itu, optimisme mengenai kesepakatan dagang ini menyebabkan permintaan terhadap emas menurun, yang akhirnya menyebabkan penurunan harga emas di pasar.

Data Inflasi AS yang Lebih Rendah dari Perkiraan

Selain perundingan dagang, data inflasi AS yang dirilis pada bulan September juga turut berperan dalam perkembangan harga emas. Menurut laporan yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS, harga konsumen naik 3% pada September 2025 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year), angka ini lebih rendah dari perkiraan para analis yang memperkirakan angka inflasi sekitar 3,3%.

Meski inflasi AS menunjukkan sedikit penurunan, hal ini tidak langsung berdampak besar pada harga emas. Data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan semestinya bisa mengurangi tekanan pada harga emas, mengingat emas seringkali dilihat sebagai pelindung terhadap inflasi. Namun, analis komoditas dari Commerzbank Research, Carsten Fritsch, dalam laporannya menyatakan bahwa data inflasi AS kemungkinan tidak akan memengaruhi harga emas secara signifikan.

Ekspektasi Suku Bunga dan Perannya terhadap Harga Emas

Beberapa faktor lain yang juga bisa mempengaruhi harga emas adalah kebijakan suku bunga yang diterapkan oleh bank sentral, khususnya Federal Reserve AS. Selama beberapa bulan terakhir, ekspektasi terhadap suku bunga baru-baru ini tampaknya hanya memainkan peran kecil dalam pergerakan harga emas. Meskipun Federal Reserve AS telah mengindikasikan bahwa mereka mungkin akan menunda kenaikan suku bunga untuk menjaga pemulihan ekonomi, pengaruh suku bunga terhadap harga emas tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya.

Suku bunga yang lebih rendah biasanya menguntungkan emas karena menurunkan biaya peluang memegang emas. Emas tidak memberikan bunga atau dividen, sehingga investor cenderung lebih tertarik pada emas ketika suku bunga rendah. Namun, dengan pasar yang lebih terfokus pada perkembangan kesepakatan dagang AS-Tiongkok dan prospek ekonomi global yang lebih stabil, ekspektasi suku bunga tidak lagi menjadi faktor penentu utama dalam pergerakan harga emas.

Penurunan Harga Emas di Pasar Spot

Pada perdagangan awal Asia, harga emas spot turun sekitar 0,8% menjadi $4.078,36 per ounce. Penurunan ini terjadi di tengah optimisme yang meluas terkait perkembangan perundingan dagang AS-Tiongkok, yang menyebabkan investor lebih cenderung beralih ke aset yang lebih berisiko. Meskipun emas tetap dipandang sebagai salah satu instrumen investasi yang aman, kenyataannya ketidakpastian yang lebih rendah terkait masalah perdagangan dan inflasi yang terkendali mengurangi urgensi bagi banyak investor untuk membeli emas.

Perkembangan harga emas di pasar spot ini mencerminkan pengaruh faktor-faktor makroekonomi yang lebih luas, termasuk dinamika perdagangan internasional, kebijakan moneter global, dan ekspektasi inflasi. Di sisi lain, meskipun harga emas turun, logam mulia ini tetap dipertahankan sebagai komoditas yang penting dalam portofolio investasi jangka panjang, terutama di saat ketidakpastian ekonomi global kembali meningkat.

Apa yang Dapat Diharapkan di Masa Depan?

Mengamati pergerakan harga emas dalam beberapa bulan ke depan, dapat diperkirakan bahwa harga emas mungkin akan terus dipengaruhi oleh sentimen pasar terhadap perkembangan perdagangan internasional, khususnya antara AS dan Tiongkok. Jika kesepakatan dagang berhasil terwujud dan ketegangan geopolitik mereda, permintaan terhadap emas mungkin akan terus mengalami penurunan.

Namun, meskipun ada optimisme mengenai perdagangan global, ketidakpastian lainnya seperti potensi resesi ekonomi global, krisis energi, atau bahkan krisis kesehatan global tetap dapat mendorong investor untuk kembali mencari perlindungan dalam emas. Selain itu, faktor-faktor seperti kebijakan moneter, inflasi, dan gejolak pasar saham tetap bisa mempengaruhi daya tarik emas sebagai aset safe haven.

Secara keseluruhan, meskipun harga emas mungkin mengalami penurunan dalam waktu dekat, prospek jangka panjang tetap menunjukkan bahwa emas akan terus menjadi bagian penting dari strategi diversifikasi investasi, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global yang tak terduga.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 23 October 2025

Bestprofit | Emas Melemah, Investor Lepas Posisi

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (24/10) – Harga emas kembali melemah pada awal perdagangan Asia, seiring meningkatnya kemungkinan pelepasan posisi long oleh para investor setelah reli singkat yang terjadi dalam beberapa sesi terakhir. Para analis menilai tekanan jual ini dapat memicu penurunan moderat lanjutan dalam waktu dekat, terutama jika harga gagal bertahan di atas level psikologis penting, yakni $4.000 per ons.

Tekanan Baru di Awal Pekan: Emas Turun 0,4%

Pada perdagangan Jumat pagi di sesi Asia, emas spot turun 0,4% ke level $4.109,32 per ons, setelah sebelumnya sempat menunjukkan penguatan terbatas di sekitar area support. Penurunan ini menunjukkan bahwa sentimen pasar terhadap logam mulia tersebut masih rapuh, di tengah ketidakpastian global yang belum sepenuhnya mendorong arus dana ke aset safe haven.

Menurut data pasar, harga emas sempat mencoba menembus kisaran $4.000–$4.022 per ons, yang diidentifikasi para analis sebagai area support kunci. Namun, penguatan itu tidak berlangsung lama karena para pelaku pasar tampak memanfaatkan momentum tersebut untuk melakukan aksi ambil untung.

Analis: Potensi Penurunan Moderat Masih Terbuka

Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com, menyampaikan pandangan bahwa penurunan emas masih mungkin berlanjut dalam waktu dekat.

“Analisis emas kami menunjukkan penurunan moderat lebih lanjut mungkin akan terjadi,” ujarnya dalam sebuah komentar pasar terbaru.

Razaqzada menambahkan bahwa meskipun emas sempat bangkit mendekati level support di kisaran $4.000–$4.022 per ons, hal itu tidak serta merta menandakan akhir dari tren bearish. Menurutnya, selama harga belum menembus dan bertahan di atas area resistance penting, tekanan jual masih akan mendominasi.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Level Psikologis $4.000 Jadi Penentu Arah Selanjutnya

Salah satu faktor teknikal yang kini menjadi fokus utama pelaku pasar adalah level $4.000 per ons, yang dianggap sebagai batas psikologis sekaligus teknikal. Jika harga emas ditutup di bawah level ini, Razaqzada menilai hal tersebut akan menjadi sinyal teknis yang bearish dan membuka peluang bagi penurunan lanjutan.

“Jika emas ditutup di bawah $4.000 per ons, itu akan menjadi perkembangan teknis yang bearish,” jelasnya.

Secara historis, level psikologis seperti ini kerap menjadi area pertarungan antara pembeli (bulls) dan penjual (bears). Jika tekanan jual mampu menembus level tersebut dengan volume yang kuat, maka bukan tidak mungkin emas akan menguji level support selanjutnya di kisaran $3.950–$3.970 per ons.

Pelepasan Posisi Long Jadi Pemicu Utama

Para analis memperkirakan bahwa penurunan harga emas kali ini disebabkan oleh aksi pelepasan posisi long setelah periode penguatan singkat sebelumnya. Posisi long biasanya dilakukan oleh investor yang memperkirakan harga akan naik, namun ketika momentum melemah, mereka cenderung menutup posisi untuk mengamankan keuntungan yang tersisa.

Fenomena ini sering terjadi setelah periode volatilitas tinggi, terutama ketika pasar mulai kehilangan arah yang jelas. Dalam konteks saat ini, pelaku pasar tampak ragu untuk mempertahankan posisi beli di tengah ketidakpastian arah kebijakan moneter global dan fluktuasi nilai dolar AS.

Dolar AS dan Imbal Hasil Obligasi Ikut Menekan Emas

Selain faktor teknikal, penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury yields) juga turut menekan harga emas. Dolar yang menguat membuat logam mulia menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sementara imbal hasil obligasi yang lebih tinggi mengurangi daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil bunga.

Jika tren penguatan dolar berlanjut, tekanan terhadap emas kemungkinan akan semakin kuat. Namun, di sisi lain, setiap tanda-tanda pelemahan ekonomi AS atau potensi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve dapat kembali memberikan dorongan bagi logam mulia tersebut.

Kondisi Makroekonomi Global Masih Penuh Ketidakpastian

Ketidakpastian ekonomi global tetap menjadi latar belakang penting dalam pergerakan harga emas. Konflik geopolitik di beberapa wilayah dunia, kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi China, serta arah kebijakan moneter bank sentral utama dunia — semuanya masih menjadi faktor yang diawasi ketat oleh investor.

Biasanya, kondisi geopolitik yang tidak menentu dapat meningkatkan permintaan emas sebagai aset lindung nilai (safe haven). Namun, dalam situasi saat ini, reaksi pasar cenderung terbagi karena sebagian investor justru lebih fokus pada potensi kenaikan suku bunga dan kekuatan dolar AS.

Pandangan Teknis: Area Support dan Resistance

Secara teknikal, pergerakan harga emas dalam jangka pendek masih berada dalam fase konsolidasi menurun. Beberapa analis teknikal memetakan area kunci sebagai berikut:

  • Support utama: $4.000 – $3.970 per ons

  • Support tambahan: $3.950 per ons

  • Resistance terdekat: $4.150 per ons

  • Resistance lanjutan: $4.200 – $4.250 per ons

Jika harga menembus dan bertahan di bawah $4.000 per ons, arah selanjutnya cenderung ke bawah menuju area $3.950. Sebaliknya, jika harga mampu kembali ke atas $4.150, peluang pemulihan jangka pendek akan terbuka.

Strategi Investor: Waspadai Volatilitas Jangka Pendek

Bagi para investor dan trader emas, periode saat ini menuntut kedisiplinan dalam manajemen risiko. Volatilitas yang tinggi dan ketidakpastian arah kebijakan moneter membuat pasar emas rentan terhadap perubahan sentimen yang cepat.

Strategi konservatif dapat mencakup pembelian bertahap di dekat area support kuat, dengan penempatan stop loss ketat untuk mengantisipasi penembusan ke bawah. Sementara bagi trader jangka pendek, strategi sell on rally atau menjual pada saat harga naik mendekati resistance bisa menjadi alternatif yang lebih aman hingga tren jangka menengah menunjukkan arah yang lebih jelas.

Prospek Jangka Menengah: Antara Tekanan dan Potensi Pemulihan

Meskipun tekanan jangka pendek masih terasa, sebagian analis tetap melihat potensi pemulihan harga emas dalam jangka menengah hingga panjang. Faktor utama yang mendukung pandangan ini antara lain kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter global pada tahun depan, serta meningkatnya permintaan emas fisik dari bank sentral dan pasar Asia.

Namun, untuk jangka pendek, pasar emas tampaknya masih akan berjuang menghadapi kombinasi tekanan teknikal dan fundamental. Selama harga belum mampu bertahan di atas $4.150 per ons, tren bearish moderat masih akan membayangi.

Kesimpulan: Momentum Lemah, Waspadai Penutupan di Bawah $4.000

Penurunan harga emas sebesar 0,4% pada awal perdagangan Asia menjadi sinyal bahwa sentimen pasar terhadap logam mulia masih cenderung negatif. Aksi pelepasan posisi long, penguatan dolar AS, dan tekanan teknikal di sekitar level $4.000 per ons menjadi faktor utama yang menahan potensi rebound.

Analis seperti Fawad Razaqzada menilai bahwa penurunan moderat lebih lanjut masih mungkin terjadi, terutama jika emas menutup perdagangan di bawah level psikologis $4.000. Dalam kondisi ini, investor disarankan untuk tetap berhati-hati dan memperhatikan indikator teknikal serta pergerakan pasar global sebelum mengambil keputusan investasi baru.

Dengan pasar yang masih bergejolak dan ketidakpastian ekonomi global yang tinggi, emas tetap menjadi aset penting dalam diversifikasi portofolio — namun dengan pendekatan yang lebih selektif dan disiplin terhadap manajemen risiko.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Wednesday, 22 October 2025

Emas Melemah, Aksi Ambil Untung Meningkat

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (23/10) – Harga emas kembali mengalami tekanan pada awal sesi perdagangan Asia setelah kontrak berjangka emas Comex untuk pengiriman bulan depan mencatat penurunan untuk sesi kedua berturut-turut pada perdagangan sebelumnya. Setelah lonjakan signifikan pada pekan lalu, para investor kini tampak mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking), menyebabkan harga logam mulia itu bergerak melemah.

Menurut tim Riset Sucden Financial, pelemahan harga emas kali ini lebih disebabkan oleh koreksi teknikal dan normalisasi sentimen pasar ketimbang oleh perubahan fundamental ekonomi yang mendasar. Harga emas spot tercatat turun 0,2% menjadi $4.089,65 per ons, mencerminkan berkurangnya arus masuk ke aset safe haven yang sebelumnya sempat melonjak akibat ketidakpastian global.

Latar Belakang: Kenaikan Spekulatif dan Koreksi Pasar

Kenaikan harga emas pada pekan sebelumnya sebagian besar didorong oleh sentimen spekulatif yang kuat. Banyak investor beralih ke emas untuk melindungi portofolio mereka dari potensi risiko geopolitik dan ekonomi global. Kenaikan tajam itu juga diperkuat oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve AS mungkin akan mempertahankan suku bunga tetap rendah dalam waktu dekat, sehingga mengurangi daya tarik dolar AS dan obligasi pemerintah dibandingkan emas.

Namun, setelah reli cepat tersebut, pasar mulai menilai kembali posisi mereka. Beberapa pelaku pasar memutuskan untuk merealisasikan keuntungan, terutama karena belum ada pemicu baru yang cukup kuat untuk mendorong harga emas ke level yang lebih tinggi lagi.

Tim analis Sucden Financial menilai bahwa pergerakan ini merupakan reaksi wajar dari pasar yang tengah mencari keseimbangan setelah lonjakan yang terlalu cepat. “Sebagian besar penurunan ini mencerminkan aksi ambil untung dan berkurangnya arus masuk aset safe haven, bukan perubahan mendasar dalam fundamental makro atau imbal hasil obligasi,” ujar mereka dalam laporan risetnya.

Faktor Utama Penurunan: Aksi Ambil Untung dan Arus Modal

1. Aksi Ambil Untung Setelah Lonjakan Cepat

Setelah harga emas mencatatkan reli tajam minggu lalu, sebagian besar investor jangka pendek memilih untuk mengamankan keuntungan mereka. Hal ini adalah fenomena umum dalam perdagangan komoditas, terutama ketika harga telah naik signifikan dalam waktu singkat.

Aksi ambil untung tersebut menciptakan tekanan jual tambahan yang mendorong harga turun sementara, meskipun fundamental emas masih relatif kuat. Banyak analis melihat penurunan ini bukan sebagai tanda pelemahan jangka panjang, melainkan sebagai proses konsolidasi sebelum pasar menentukan arah berikutnya.

2. Berkurangnya Arus Masuk ke Aset Safe Haven

Selain aksi ambil untung, berkurangnya minat terhadap aset safe haven juga turut menekan harga emas. Pada minggu lalu, ketegangan geopolitik dan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global membuat investor beralih ke emas sebagai tempat berlindung yang aman.

Namun, ketika situasi mulai terlihat lebih stabil dan indeks saham global menunjukkan pemulihan, sebagian modal yang sebelumnya mengalir ke emas kini mulai kembali ke aset berisiko seperti saham dan obligasi korporasi. Perubahan arus modal ini turut memperlemah permintaan terhadap logam mulia tersebut.

Peran Imbal Hasil Obligasi AS dan Kebijakan Moneter

Menariknya, meskipun harga emas turun, imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury yields) masih berada di level yang relatif rendah. Biasanya, imbal hasil obligasi yang lebih tinggi akan menekan harga emas karena logam mulia tidak memberikan imbal hasil bunga. Namun kali ini, penurunan emas tidak dipicu oleh faktor tersebut.

Tim riset Sucden Financial menegaskan bahwa imbal hasil obligasi pemerintah AS yang tetap rendah masih memberikan dukungan mendasar bagi harga emas. Artinya, meskipun terjadi koreksi harga dalam jangka pendek, secara struktural emas masih memiliki potensi untuk mempertahankan posisinya di level tinggi dalam jangka menengah hingga panjang.

Selain itu, kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia, khususnya Federal Reserve, akan tetap menjadi faktor penentu arah harga emas. Jika The Fed menunda pemangkasan suku bunga lebih lanjut atau memberikan sinyal kebijakan yang lebih longgar, hal ini dapat memperkuat permintaan emas karena biaya peluang untuk memegang aset non-yield seperti emas menjadi lebih rendah.

Ketidakpastian Makro yang Berkelanjutan

Di tengah kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil, ketidakpastian makro masih menjadi faktor utama yang menopang harga emas. Sejumlah isu seperti perlambatan ekonomi Tiongkok, ketegangan di Timur Tengah, dan prospek pertumbuhan global yang lemah terus menciptakan lingkungan yang mendukung bagi aset safe haven.

Bahkan dengan adanya koreksi saat ini, banyak analis memandang bahwa emas tetap menjadi instrumen lindung nilai (hedging instrument) yang penting terhadap volatilitas pasar dan inflasi. Ketika volatilitas meningkat atau risiko resesi kembali mencuat, permintaan terhadap emas diperkirakan akan pulih.

Pandangan Analis dan Prospek Ke Depan

Sejumlah analis memperkirakan bahwa koreksi harga emas kali ini bersifat sementara. Mereka menilai pasar masih berada dalam tren naik jangka menengah selama harga tetap bertahan di atas level teknikal penting.

Menurut analis di beberapa lembaga keuangan besar, harga emas diperkirakan akan tetap kuat di tengah ketidakpastian arah kebijakan moneter dan prospek ekonomi global. Faktor-faktor seperti:

  • Permintaan fisik dari Tiongkok dan India, dua konsumen emas terbesar dunia;

  • Pembelian emas oleh bank sentral, yang terus meningkat dalam dua tahun terakhir;

  • serta melemahnya dolar AS di tengah ekspektasi kebijakan moneter longgar;

semuanya diperkirakan akan memberikan dukungan tambahan bagi harga emas dalam jangka panjang.

Namun, volatilitas jangka pendek tetap perlu diwaspadai. Jika data ekonomi AS menunjukkan perbaikan yang lebih cepat dari perkiraan dan mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga, maka tekanan terhadap emas bisa meningkat kembali.

Analisis Teknis: Level Kunci yang Perlu Diperhatikan

Secara teknikal, para trader emas saat ini memantau beberapa level penting. Area $4.050–$4.100 per ons menjadi zona support utama yang perlu dijaga agar tren naik tetap utuh. Jika harga mampu bertahan di atas level ini, peluang rebound ke arah $4.150–$4.200 per ons masih terbuka.

Namun, bila tekanan jual berlanjut dan harga menembus di bawah $4.000 per ons, maka risiko koreksi lebih dalam bisa meningkat. Dalam kondisi tersebut, pasar mungkin akan menguji ulang area konsolidasi sebelumnya di sekitar $3.950 per ons sebelum mencari arah baru.

Kesimpulan: Koreksi Sehat di Tengah Dukungan Fundamental

Penurunan harga emas di awal sesi Asia mencerminkan fase koreksi alami setelah reli yang cukup agresif pada minggu lalu. Aksi ambil untung dan berkurangnya arus masuk ke aset safe haven menjadi pemicu utama pelemahan kali ini, sementara faktor fundamental seperti imbal hasil obligasi yang rendah dan ketidakpastian makro tetap menjadi penopang harga.

Meskipun jangka pendek terlihat melemah, prospek jangka menengah dan panjang untuk emas masih cukup positif. Permintaan global yang kuat, kondisi moneter longgar, dan ketidakpastian geopolitik berpotensi menjaga minat investor terhadap logam mulia ini.

Dengan demikian, fase penurunan ini bisa dianggap sebagai “koreksi sehat” dalam tren naik yang lebih luas, bukan sebagai tanda pembalikan arah secara permanen. Bagi investor jangka panjang, penurunan semacam ini sering kali dilihat sebagai peluang untuk akumulasi posisi, terutama jika sentimen makro tetap mendukung.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 21 October 2025

Bestprofit | Emas-Perak Stabil, Reli Mereda

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-4.jpg

Bestprofit (22/10) – Harga emas dan perak mengalami koreksi tajam setelah mengalami reli spektakuler dalam beberapa bulan terakhir. Aksi jual besar-besaran ini menandai penurunan harian terbesar dalam lebih dari satu dekade, menciptakan kegelisahan di pasar dan mendorong investor serta analis untuk mengevaluasi kembali posisi mereka terhadap logam mulia. Artikel ini membahas latar belakang penurunan tersebut, reaksi pasar, serta prospek jangka pendek dan jangka panjangnya.

Penurunan Terbesar Dalam Lebih dari 12 Tahun

Pada hari Selasa, harga emas spot jatuh hingga 6,3%, penurunan intraday terbesar sejak lebih dari dua belas tahun terakhir. Perak spot bahkan mengalami koreksi lebih tajam, yaitu 8,7%. Harga emas sempat diperdagangkan mendekati $4.125 per ons, sementara perak mengalami fluktuasi signifikan setelah mencetak rekor tertinggi dalam beberapa hari sebelumnya.

Penurunan ini mengejutkan banyak pelaku pasar yang telah melihat reli kuat selama beberapa bulan terakhir. Lonjakan harga sebelumnya didorong oleh berbagai faktor, termasuk:

  • Ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve

  • Perlindungan terhadap pelemahan dolar AS

  • Kekhawatiran atas defisit anggaran pemerintah

Namun, reli tersebut juga dinilai terlalu cepat dan berlebihan, menciptakan kondisi jenuh beli (overbought) di pasar logam mulia.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Alasan Di Balik Aksi Jual Tajam

1. Realisasi Keuntungan (Profit Taking)

Investor besar mulai merealisasikan keuntungan dari lonjakan harga logam mulia yang sangat tinggi. Ini adalah hal yang wajar terjadi setelah kenaikan harga yang drastis, di mana sebagian besar pelaku pasar memutuskan untuk mengunci profit sebelum potensi koreksi.

2. Kekhawatiran Terhadap Kenaikan yang Berlebihan

Indikator teknikal menunjukkan bahwa harga emas dan perak telah mengalami lonjakan yang terlalu cepat. Banyak analis percaya bahwa pasar sudah “berlari lebih cepat dari fundamental”, dengan harga yang mencerminkan ekspektasi ekstrem, bukan kenyataan saat ini.

3. Faktor Geopolitik dan Ekonomi Global

Isu geopolitik seperti ketegangan AS-Tiongkok juga memengaruhi selera risiko pasar. Meskipun konflik seringkali mendorong permintaan untuk aset safe haven seperti emas, pernyataan optimis dari Presiden Donald Trump tentang potensi kesepakatan dengan Presiden Xi Jinping turut menurunkan ketegangan dan meredakan kekhawatiran sementara.

Respons Analis dan Lembaga Keuangan

Citigroup Pangkas Rekomendasi Overweight

Citigroup Inc. menjadi salah satu lembaga keuangan besar yang menurunkan pandangannya terhadap emas. Setelah penurunan tajam di hari Selasa, tim riset komoditas Citi memproyeksikan bahwa emas akan mengalami fase konsolidasi di sekitar $4.000 per ons dalam beberapa minggu ke depan.

Dalam catatan strateginya, Charlie Massy-Collier dan tim menyatakan bahwa harga emas “sudah terlalu jauh memproyeksikan cerita debasement” — yaitu pelemahan nilai mata uang akibat lonjakan utang dan defisit.

Pandangan dari MKS Pamp SA

Sementara itu, Nicky Shiels dari MKS Pamp SA melihat kondisi saat ini sebagai peluang untuk masuk pasar. Ia menyebut harga emas dan perak telah mencapai “level masuk yang baik”, dan memproyeksikan kisaran perdagangan jangka pendek:

  • Emas: $4.000 – $4.500 per ons

  • Perak: $45 – $50 per ons

Menurut Shiels, kisaran harga ini dapat memberikan pasar waktu untuk bernapas, meningkatkan likuiditas, dan memulihkan dasar-dasar fundamental.

Faktor Tambahan yang Memengaruhi Pasar

1. Penutupan Pasar India

India merupakan pembeli emas terbesar kedua di dunia. Penutupan pasar India selama festival Diwali telah mengurangi likuiditas global, yang pada gilirannya menambah tekanan jual di pasar logam mulia.

2. Pasar Perak dan Utilitas Industrinya

Berbeda dengan emas, perak memiliki utilitas industri yang tinggi. Kenaikannya dalam beberapa minggu terakhir lebih mencolok, dan tekanan jual saat ini menunjukkan bahwa reli tersebut mungkin terlalu cepat.

Penurunan harga perak juga berkaitan dengan peristiwa bersejarah di pasar London, di mana harga perak melampaui rekor tahun 1980 selama masa spekulasi oleh Hunt bersaudara. Ketidakseimbangan antara pasar berjangka New York dan fisik London mendorong pengiriman logam besar-besaran ke ibu kota Inggris.

Pada hari Selasa, Shanghai Futures Exchange mencatat arus keluar terbesar dalam satu hari sejak Februari, menunjukkan distribusi ulang stok logam secara global.

Logam Mulia Lainnya: Platinum dan Paladium

Selain emas dan perak, logam mulia lain seperti platinum dan paladium juga mencatat kerugian signifikan, masing-masing lebih dari 5% pada hari Selasa. Hal ini menunjukkan bahwa aksi jual bukan hanya terbatas pada satu atau dua logam, tetapi merupakan koreksi luas di seluruh sektor logam berharga.

Apakah Ini Akhir dari Reli Emas dan Perak?

Meskipun aksi jual ini tampak dramatis, banyak analis melihatnya sebagai koreksi sehat dalam tren naik jangka panjang. Permintaan bank sentral untuk mendiversifikasi cadangan dari dolar AS kemungkinan akan berlanjut, terutama jika defisit anggaran di negara maju terus melebar.

Investor jangka panjang cenderung melihat logam mulia sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Dengan inflasi yang belum benar-benar terkendali di banyak negara dan suku bunga riil yang masih rendah, emas dan perak tetap menarik sebagai aset lindung nilai.

Prospek Jangka Pendek dan Strategi Investor

Dalam jangka pendek, pasar logam mulia kemungkinan akan bergerak dalam kisaran konsolidasi. Investor disarankan untuk:

  • Menunggu stabilisasi harga sebelum melakukan pembelian besar-besaran

  • Memantau perkembangan kebijakan moneter Federal Reserve

  • Mengamati kondisi geopolitik global terutama hubungan AS-Tiongkok

  • Mencermati permintaan fisik, khususnya dari pasar besar seperti India dan Tiongkok

Kesimpulan: Koreksi Sehat atau Awal Penurunan?

Koreksi tajam dalam harga emas dan perak mencerminkan perpaduan antara realisasi keuntungan, penyesuaian teknikal, serta reaksi terhadap perkembangan ekonomi global. Meskipun menimbulkan kekhawatiran jangka pendek, banyak analis percaya bahwa dasar fundamental untuk logam mulia tetap kuat.

Dengan kondisi makroekonomi global yang masih penuh ketidakpastian, logam mulia kemungkinan tetap menjadi bagian penting dalam portofolio diversifikasi jangka panjang. Namun, kehati-hatian tetap diperlukan, mengingat volatilitas yang tinggi bisa kembali terjadi dalam waktu dekat.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Monday, 20 October 2025

Bestprofit | Emas Terbang Karena Spekulasi Suku Bunga

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-9.jpg

Bestprofit (21/10) – Pada hari Senin (20/10), harga emas mengalami lonjakan lebih dari 2%, dipengaruhi oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve AS serta permintaan berkelanjutan terhadap aset safe haven. Kondisi ini muncul seiring dengan ketidakpastian global yang meningkat, terutama terkait dengan perundingan dagang antara AS dan Tiongkok, serta rilis data inflasi AS yang sangat dinanti pada minggu ini.

Lonjakan Harga Emas Spot dan Emas Berjangka AS

Harga emas spot mengalami kenaikan signifikan, melonjak 2,3% menjadi $4.346,39 per ons pada pukul 13.47 ET (17.46 GMT). Di sisi lain, emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup 3,5% lebih tinggi pada $4.359,40 per ons. Kenaikan harga ini datang setelah penurunan harga pada hari Jumat sebelumnya, yang sempat mencapai rekor tertinggi di $4.378,69, sebelum akhirnya ditutup 1,8% lebih rendah setelah komentar Presiden AS Donald Trump meredakan ketegangan yang berhubungan dengan perdagangan AS-Tiongkok.

Penurunan harga emas pada hari Jumat, yang mencatatkan penurunan terbesar sejak pertengahan Mei, lebih disebabkan oleh komentar optimis dari Presiden Trump yang mengatakan bahwa hubungan dagang dengan Tiongkok bisa membaik, yang menyebabkan pasar merespon secara positif dan harga emas sedikit menurun.

Faktor yang Mendorong Kenaikan Harga Emas

Beberapa faktor utama mendorong kenaikan harga emas ini, salah satunya adalah ketidakpastian politik dan ekonomi global. Jeffrey Christian, Managing Partner CPM Group, mengatakan bahwa meskipun harga emas sempat turun tajam pada hari Jumat, kekhawatiran yang terus berlanjut terkait ketegangan perdagangan, terutama antara AS dan Tiongkok, mendorong investor untuk beralih ke emas sebagai aset safe haven.

“Harapan kami adalah harga emas akan terus naik selama beberapa minggu dan bulan mendatang, bahkan kami tidak akan terkejut jika harga mencapai $4.500/oz dalam waktu dekat,” ujar Christian. Kenaikan ini juga disebabkan oleh kondisi global yang penuh ketidakpastian, yang menyebabkan para investor memilih emas sebagai pelindung nilai.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Penutupan Pemerintah AS yang Memperburuk Ketidakpastian Ekonomi

Salah satu faktor tambahan yang turut mendorong lonjakan harga emas adalah berlanjutnya penutupan pemerintah AS yang memasuki hari ke-20 pada Senin (20/10). Penutupan pemerintah ini terjadi setelah senat gagal untuk mencapai kesepakatan terkait anggaran, yang menyebabkan sejumlah data ekonomi utama tertunda. Ketidakpastian ini memicu investor untuk lebih berhati-hati, meningkatkan permintaan terhadap emas sebagai instrumen yang lebih aman.

Selain itu, penutupan pemerintah ini juga telah menunda rilis data penting, termasuk Indeks Harga Konsumen (CPI) yang dijadwalkan rilis pada Jumat depan. Data CPI ini sangat penting karena akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai inflasi di AS, yang dapat mempengaruhi keputusan kebijakan moneter Federal Reserve. Tanpa data ini, baik investor maupun pembuat kebijakan tidak dapat membuat keputusan yang berbasis data mengenai arah kebijakan ekonomi AS.

Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga oleh Federal Reserve

Pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve menjadi salah satu faktor utama yang mendasari lonjakan harga emas. Para pedagang di pasar futures memperkirakan kemungkinan 99% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan kebijakan pekan depan. Suku bunga yang lebih rendah akan membuat emas semakin menarik bagi investor karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil, sehingga semakin banyak orang beralih ke emas sebagai aset penyimpan nilai.

Di samping itu, ekspektasi bahwa Federal Reserve akan melanjutkan kebijakan pemangkasan suku bunga pada bulan Desember semakin memperkuat pandangan para analis bahwa harga emas masih berpotensi untuk terus menguat dalam beberapa bulan mendatang.

Perundingan Dagang AS-Tiongkok dan Dampaknya pada Emas

Kondisi ketidakpastian global lainnya yang turut mendorong harga emas adalah perkembangan terbaru dalam perundingan dagang antara AS dan Tiongkok. Meskipun ada tanda-tanda positif, seperti pertemuan yang dijadwalkan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping, ketegangan perdagangan masih berpotensi berlarut-larut.

Trump sendiri mengatakan pada hari Jumat bahwa pertemuan dengan Xi Jinping akan tetap dilaksanakan meskipun ada sejumlah hambatan yang terjadi dalam perundingan tersebut. Ketegangan ini menambah ketidakpastian pasar global, yang mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman, seperti emas.

Jeffrey Christian, dari CPM Group, menyatakan bahwa ketegangan politik dan perdagangan antara AS dan Tiongkok, yang tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, akan semakin mendukung kenaikan harga emas. “Saya tidak akan terkejut jika harga emas mencapai $5.000/oz tahun depan, terutama jika ketegangan politik ini terus berlanjut dan masalah politik semakin memburuk,” tambah Christian.

Perak, Platinum, dan Paladium Juga Menguat

Selain emas, harga logam mulia lainnya juga mengalami kenaikan pada hari Senin (20/10). Harga perak spot naik 0,6% menjadi $52,17 per ons, meskipun sempat mengalami penurunan 4,4% pada hari Jumat setelah mencapai rekor tertinggi $54,47. Kenaikan harga perak ini mengikuti jejak emas, di mana logam mulia lainnya turut mendapat manfaat dari meningkatnya permintaan untuk aset safe haven.

Platinum juga menunjukkan kinerja positif dengan harga yang naik 1,9% menjadi $1.640,90 per ons. Begitu pula dengan paladium yang naik 1,5% menjadi $1.496,59 per ons, meskipun harga paladium masih berada di bawah rekor tertinggi yang tercatat sebelumnya.

Prospek Harga Emas ke Depan

Prospek harga emas dalam waktu dekat diprediksi akan terus menunjukkan tren kenaikan, meskipun beberapa faktor, seperti ketegangan politik global dan kebijakan moneter yang masih sangat dinamis, dapat mempengaruhi arah pergerakan harga emas. Namun, dengan adanya ketidakpastian global yang terus berlanjut—baik dalam aspek ekonomi, politik, maupun perdagangan—emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan nilai dalam situasi yang penuh ketidakpastian.

Seiring dengan ekspektasi bahwa suku bunga AS akan terus dipangkas dan ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok belum menunjukkan tanda-tanda mereda, harga emas diprediksi bisa mencapai angka yang lebih tinggi lagi dalam beberapa bulan mendatang. Beberapa analis bahkan menyarankan bahwa harga emas bisa mencapai $5.000 per ons dalam waktu dekat jika ketegangan politik semakin memuncak dan pasar global semakin tidak stabil.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 19 October 2025

Bestprofit | Emas Turun 2% Usai Rekor, Trump Lunak

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (20/10) – Pada hari Jumat, 17 Oktober, harga emas (XAU/USD) sempat mencapai level tertinggi sepanjang masa di $4.379 per ounce, namun setelah itu, harga logam mulia ini turun signifikan hampir 2%, jatuh di bawah $4.250. Penurunan ini dipicu oleh komentar dari Presiden AS, Donald Trump, yang menyatakan bahwa tarif tiga digit terhadap Tiongkok tidak berkelanjutan. Pada saat artikel ini ditulis, harga emas batangan diperdagangkan di kisaran $4.230 hingga $4.240 per ounce. Penurunan harga emas ini menunjukkan fluktuasi yang tajam dalam pasar komoditas, yang sering kali dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi global dan sentimen pasar.

Penyebab Penurunan Harga Emas

Beberapa faktor utama yang memengaruhi penurunan harga emas ini adalah komentar dari Presiden Trump dan perubahan dalam dinamika pasar obligasi AS. Emas, yang sering dianggap sebagai aset aman (safe haven), umumnya menunjukkan pergerakan yang sangat sensitif terhadap perubahan dalam sentimen risiko dan kebijakan moneter global.

1. Komentar Donald Trump Mengenai Tarif terhadap Tiongkok

Komentar Trump tentang tarif yang tidak berkelanjutan terhadap Tiongkok menjadi faktor utama yang memengaruhi pasar. Sebelumnya, pasar memperkirakan bahwa ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok akan memunculkan peningkatan tarif, yang berpotensi merugikan kedua ekonomi besar tersebut. Namun, Trump mengatakan bahwa tarif tiga digit tidaklah layak dan tidak akan diteruskan.

Selain itu, Trump juga menyatakan harapannya untuk dapat bertemu dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, dalam beberapa minggu mendatang di Korea Selatan. Pernyataan ini memperlihatkan adanya potensi perbaikan hubungan perdagangan antara kedua negara besar ini. Dengan adanya kemungkinan pertemuan yang mengarah pada penyelesaian perselisihan perdagangan, sentimen risiko pun mulai membaik. Hal ini menyebabkan pelaku pasar kembali mengalihkan perhatian mereka dari aset aman seperti emas ke instrumen yang lebih berisiko namun lebih menguntungkan, seperti saham dan komoditas lainnya.


Kunjungi juga : bestprofit futures

2. Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

Selain komentar dari Trump, faktor lainnya yang turut memengaruhi pergerakan harga emas adalah kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Imbal hasil obligasi 10 tahun AS naik hampir tiga basis poin pada hari tersebut, sebuah kenaikan yang cukup signifikan. Kenaikan imbal hasil obligasi ini biasanya terjadi ketika investor mulai merasa lebih optimis terhadap prospek ekonomi, dan cenderung mengalihkan dana mereka dari aset aman ke instrumen yang lebih berisiko.

Hal ini juga berhubungan dengan peningkatan selera risiko di pasar keuangan. Ketika imbal hasil obligasi naik, hal itu sering kali mengurangi daya tarik emas, karena emas tidak memberikan hasil atau bunga seperti obligasi. Akibatnya, investor lebih cenderung memilih obligasi atau instrumen keuangan lainnya yang memberikan imbal hasil lebih tinggi.

Dampak Kenaikan Greenback terhadap Harga Emas

Dolar AS (greenback) juga mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan, yang menjadi hambatan bagi harga emas. Emas dan dolar AS sering kali bergerak berlawanan arah. Ketika dolar menguat, emas cenderung melemah, karena harga emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Pemulihan dolar ini turut menambah tekanan terhadap harga emas.

Kebijakan Federal Reserve (Fed) yang Menjadi Sentimen Pasar

Selain faktor-faktor eksternal yang berasal dari komentar Presiden Trump dan pergerakan pasar obligasi, kebijakan moneter AS yang dijalankan oleh Federal Reserve (Fed) juga menjadi perhatian utama para pelaku pasar. Beberapa pejabat Fed baru-baru ini menyampaikan pandangannya tentang arah kebijakan suku bunga dan inflasi.

Alberto Musalem, Gubernur Fed St. Louis, mendukung penurunan suku bunga dalam pertemuan bulan Oktober, namun tetap menekankan komitmennya untuk menjaga target inflasi 2%. Pandangan ini menunjukkan bahwa meskipun ada dorongan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, Fed tetap berhati-hati dalam menurunkan suku bunga agar tidak mengorbankan stabilitas harga.

Di sisi lain, Gubernur Fed Christopher Waller sependapat dengan Musalem, tetapi lebih optimis mengenai keadaan ekonomi. Waller mencatat bahwa meskipun ada beberapa tantangan, ekonomi AS tidak melambat secepat yang diperkirakan sebelumnya. Sementara itu, Neel Kashkari, Gubernur Fed Minneapolis, lebih yakin bahwa ekonomi tidak akan mengalami penurunan yang tajam.

Ketidakpastian terkait kebijakan moneter AS dan pengaruhnya terhadap inflasi membuat pasar lebih berhati-hati. Ini juga memengaruhi harga emas, karena emas sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Ketika pasar meragukan kemampuan Fed untuk menjaga inflasi tetap terkendali, permintaan terhadap emas cenderung meningkat.

Fokus pada Data Ekonomi AS Pekan Depan

Pekan depan, pasar akan menghadapi pekan yang relatif sepi dari rilis data ekonomi AS. Meskipun demikian, ada satu laporan penting yang sangat dinantikan oleh para pelaku pasar, yaitu Indeks Harga Konsumen (IHK) yang akan dirilis pada hari Jumat, pukul 08.30 ET. IHK adalah indikator utama inflasi, dan perubahan yang signifikan dalam angka ini bisa mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga Fed ke depan.

Jika data IHK menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, ini bisa meningkatkan harapan pasar bahwa Fed akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunga, yang pada gilirannya akan memberikan tekanan lebih lanjut pada harga emas. Sebaliknya, jika data inflasi lebih rendah dari ekspektasi, ini bisa memperkuat pandangan bahwa Fed akan mempertahankan kebijakan suku bunga yang lebih rendah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, yang berpotensi mendukung harga emas.

Kesimpulan

Penurunan harga emas yang tajam setelah mencapai rekor tertinggi di $4.379 disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk komentar Presiden Trump tentang tarif Tiongkok, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS, dan pergerakan dolar AS. Kenaikan selera risiko dan optimisme pasar terhadap prospek ekonomi global menyebabkan pelaku pasar mulai mengalihkan investasinya dari emas ke aset yang lebih berisiko. Selain itu, kebijakan moneter yang dijalankan oleh Federal Reserve juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi pergerakan harga emas, dengan para pelaku pasar mengantisipasi perkembangan lebih lanjut terkait inflasi dan suku bunga.

Pekan depan, rilis data Indeks Harga Konsumen AS akan menjadi perhatian utama bagi pelaku pasar, karena angka inflasi yang tinggi atau rendah dapat mempengaruhi arah kebijakan moneter dan, pada gilirannya, harga emas. Sebagai aset yang sensitif terhadap faktor-faktor global, harga emas kemungkinan akan terus berfluktuasi seiring dengan perkembangan situasi ekonomi dan geopolitik dunia.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures