Thursday, 3 August 2017

Facebook Ingin Buat Algoritma Hoax untuk Indonesia | PT Bestprofit

PT Bestprofit Malang (4/8) - Sudah menjadi rahasia umum bahwa Facebook adalah salah satu media sosial yang digunakan sejumlah orang tak bertanggungjawab untuk menyebarkan informasi palsu (hoax), termasuk di Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, Facebook berencana membuat algoritma khusus untuk hoax di Indonesia.
Dirjen Aplikasi Informatika (Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Semuel Abrijani Pengerapan, mengungkapkan soal rencana Facebook itu usai bertemu sejumlah perwakilannya pada hari ini, Rabu (2/8/2017) di kantor Kemkominfo, Jakarta.
Rencana ini disambut baik karena pemerintah merasa penanganan untuk menghapus hoax harus ditingkatkan, terutama menjelang momen-momen penting seperti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Pemerintah juga akan bekerja sama dengan Facebook untuk menangani hoax.
"Kalau kita bicara media sosial, memang tingkat penyebarannya sangat cepat. Hal ini akan diatur, bahkan mereka (Facebook) ingin membuat algoritma khusus untuk Indonesia menangkal hoax," tutur Semuel.
Di sisi lain, kata pria yang akrab disapa Semmy itu, pemerintah akan membentuk tim terpadu untuk memantau informasi yang beredar, khususnya saat Pilkada.
"Diharapkannya memang ada tim yang bisa memberikan masukan siapa yang bisa menentukan hoax dan waktu yang dibutuhkan, karena khawatir akan beredar luas," jelasnya.
Penanganan hoax di Facebook juga dinilai akan lebih mudah jika media sosial itu telah membuka kantornya secara resmi di Indonesia. Kantor Facebook di Indonesia, rencananya akan dibuka sebelum 17 Agustus 2017.
"Kantor Facebook akan ada di pusat kota dan semua kegiatan usahanya akan dikelola di sana," ungkap Semmy.
Kantor Facebook di Indonesia sendiri dinilai akan meningkatkan Service Level Index (SLI) mengenai respons terhadap pemerintah selama 2016-2017. Rata-rata respons Facebook terhadap ketentuan pemerintah baru menyentuh angka 49,3 persen.
Sumber : Liputan6

Lihat PT Bestprofit

Wednesday, 2 August 2017

Bursa Asia Tertekan Imbas Aksi Jual Investor | Bestprofit Malang

Bestprofit Malang (3/8) - Bursa saham Asia melemah pada perdagangan saham Kamis pekan ini seiring pelaku pasar mengambil keuntungan dari penguatan indeks saham Dow Jones.
Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,5 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi tergelincir 1,5 persen pada awal sesi perdagangan. Indeks saham Jepang Nikkei susut 0,1 persen. Sedangkan indeks saham Jepang Topix mendatar.
Saham Samsung Electronics membukukan penurunan terbesar secara harian sejak Oktober 2016. Saham Samsung Electronics susut 2,6 persen.
"Ada sejumlah saham yang jenuh beli pada perdagangan saham Selasa pekan ini sehingga terjadi aksi jual. Saya kira investor ingin merealisasikan keuntungan secepatnya usai melihat koreksi tajam pada pekan lalu," ujar Yukino Yamada, Senior Strategist Daiwa Securities, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (3/8/2017).
Pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) membayangi laju bursa Asia. Indeks saham Dow Jones sentuh level di atas 22.000 yang didorong penguatan saham Apple. Indeks saham S&P 500 naik 0,05 persen yang didukung kinerja keuangan perusahaan. Selain itu, harapan bank sentral AS akan lambat menaikkan suku bunga menjadi sentimen di bursa saham.
"Pasar saham kini didukung pertumbuhan keuntungan perusahaan. Ditambah ekonomi yang bertumbuh dan kebijakan suku bunga rendah," kata Mutsumi Kagawa, Chief Global Strategist Rakuten Securities.
Di pasar uang, euro ditransaksikan di kisaran US$ 1,18 usai sentuh level tertinggi US$ 1,19. Yen ditransaksikan di level tertinggi dalam 1,5 bulan di kisaran 109,92 yen. Harga minyak melemah 0,3 persen ke level US$ 52,22 per barel pada perdagangan Kamis pekan ini.
Sumber : Liputan6

Lihat Bestprofit

Tuesday, 1 August 2017

Belanja Konsumen AS Stagnan, Harga Emas Loncat ke Level Tertinggi | Best Profit Malang

Best Profit Malang (2/8) - Harga emas naik ke level tertinggi dalam tujuh pekan pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga emas ini karena data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang belum menunjukkan perbaikan.
Mengutip Reuters, Rabu (2/8/2018), harga emas di pasar spot sempat menyentuh angka US$ 1.273,97 per ounce yang merupakan level tertinggi sejak 14 Juni. Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman Agustus berakhir naik 0,5 persen ke level US$ 1.279,40 per ounce.
"Berlanjutnya pelemahan data-data ekonomi AS membuat orang mempertanyakan kebijakan Bank Sentral AS (the Federal Reserve/the Fed). Jika inflasi memang sulit bergerak naik maka emas akan diuntungkan," kata analis komoditas TD Securities Ryan McKay.
"Pelaku pasar tengah melihat kelanjutan rencana kenaikan suku bunga the Fed dan harga emas ternyata sudah mulai kembali naik dari posisi US$ 1.200 per ounce," lanjut dia.
Nilai tukar dolar AS naik tipis karena investor sedang mencari posisi. Sebenarnya jika nilai tukar dolar AS naik akan menekan harga emas. Namun kali ini tak terjadi.
Dalam beberapa hari terakhir dolar AS memang terus tertekan bahkan jatuh ke level terendah dalam 15 bulan karena ketidakpastian situasi politik di AS dan data-data ekonomi yang tidak terlalu menggembirakan.
Presiden AS Donald Trump terus membuat keputusan kontrovesial dalam beberapa pekan ini. Terakhir, Presiden Trump pada Senin kemarin memecat Anthony Scaramucci dari jabatannya sebagai direktur komunikasi setelah yang bersangkutan mengeluarkan kata-kata kasar kepada staf senior lainnya.
Pemecatan Scaramucci cukup mencengangkan karena terjadi hanya 10 hari ia berkantor di Sayap Barat Gedung Putih. Penunjukan Scaramucci telah memicu kekacauan yang menyebabkan mundurnya Sean Spicer sebagai sekretaris pers dan Reince Priebus sebagai kepala staf presiden.
Sumber : Liputan6

Monday, 31 July 2017

Harga Minyak Naik ke Posisi Tertinggi dalam 2 Bulan | PT Bestprofit Malang

PT Bestprofit Malang (1/8) - New York Harga minyak mentah dunia naik ke posisi tertinggi dalam dua bulan, terdorong ekspektasi sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Venezuela dan kekhawatiran berkurangnya pasokan dalam beberapa pekan terakhir.
Dilansir dari laman Reuters, Selasa (1/8/2017), patokan minyak mentah Brent naik 0,3 persen menjadi US$ 52,65. Sebelumnya, harga Brent mencapai US$ 52,92 per barel sejak 25 Mei. Sementara minyak mentah AS mencapai posisi tertinggi dengan naik hampir 1 persen menjadi US$ 50,17 per barel.
Selama perdagangan, hal yang mempengaruhi berpusat di sekitar potensi sanksi AS terhadap Venezuela, terkait pemilihan umum di negara tersebut yang dikecam Washington "palsu".
Hal yang mendorong harga adalah kekhawatiran tentang pembatasan impor minyak Venezuela atau ekspor AS ke negara itu. Namun, Departemen Keuangan AS kemudian mengumumkan sanksi terbatas hanya untuk Presiden Venezuela Nicolas Maduro.
"Sejauh ini pasar minyak adalah non-event," kata Presiden Konsultan Energi WTRG Economics, James Williams, di London, Arkansas.
Di sisi lain, rencananya beberapa anggota OPEC dan non-OPEC akan bertemu pada 7-8 Agustus di Abu Dhabi untuk menilai kepatuhan negara-negara ini terkait pengurangan produksi pada 1 Januari.
Sebuah survei yang digelar Reuters, mengindikasikan jika produksi Juni 200 ribu barel per hari akan direvisi naik.
Di Eropa, pemadaman produksi sebesar 404 ribu barel per hari akibat kebakaran di kilang Royal Dutch Shell Plc, Belanda, berdampak ke margin patokan diesel Eropa naik ke posisi tertinggi sejak November 2015 sebesar US$ 14,60 per barel.
Sumber : Liputan6

Sunday, 30 July 2017

Pemerintah Ingin Operator Blok Rokan Beri Nilai Tambah | Bestprofit Malang

Bestprofit Malang (31/7) - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) berjanji penunjukan operator Blok Minyak dan Gas Bumi Rokan, Riau akan memberikan nilai tambah pada negara.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, saat ini pemerintah belum menunjuk operator Blok Rokan, setelah kontrak PT Chevron Pacific Indonesia yang menjadi operator saat ini habis pada 2021.
"Mengenai Blok Rokan statusnya masih sama, nanti berakhir 2021, siapa pengelola blok Rokan, ini kan yang jadi pertanyaannya, ini belum diputuskan," kata Arcandra, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Minggu (30/7/2017).
Meski belum mengambil keputusan, menurut Arcandra pemerintah memiliki kei‎nginan terhadap operator Blok Rokan setelah 2021 memberikan nilai nilai tambah ke negara, baik dari sisi produksi mapun sisi bagi hasil.
"Itu harus lebih baik buat negara. Siapapun pengelolanya," ucapnya.
Sebelumnya, Senior Vice President Policy, Government and Public Affairs Chevron Pacific Indonesia, Yanto Sianipar ‎mengatakan, perusahaan migas asal Amerika Serikat (AS) tersebut akan memaksimalkan produksi minyak pada Blok ‎Rokan, dengan biaya seefisien mungkin. Untuk diketahui, produksi minyak siap jual (lifting) blok tersebut mencapai 256 ribu bph pada 2016.
"Kami berkomitmen untuk produksikan Rokan semaksimal mungkin dengan biaya seefisien mungkin," kata Yanto.
Yanto menuturkan, Chevron akan bekerja optimal dalam memproduksi minyak dari blok saat ini menjadi ‎tulang punggung produksi minyak Indonesia tersebut, sehingga dapat memberi manfaat bagi negara dan masyarakat Riau. Meski masa kontrak Chevron akan habis pada September 2021.
"Kami ingin sekali Rokan berkinerja optimum dan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi Indonesia dan masyarakat riau, terutama dalam hal kinerja produksi dan biaya operasional," ucap dia..
Diketahui, Chevron mengelola Blok Rokan sejak 1971 dengan luas wilayah 6.264 kilometer (km) persegi. Menurut data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (SKK Migas), lifting dari blok Rokan mencapai 256,4 ribu barel per hari (bph), atau 31,3 persen dari total lifting nasional sebesar 817,9 ribu bph per semester I 2016. Bestprofit
Sumber : Liputan6

Thursday, 27 July 2017

Dollar AS Rebound Dikuatkan Data Durable Goods Orders | Best Profit Malang

Best Profit Malang (28/7) - Dolar A.S. rally terhadap euro pada akhir perdagangan Jumat dinihari (28/07) setelah data ekonomi A.S. yang solid, rebound dari level terendah setelah pernyataan kebijakan moneter Federal Reserve kemarin.
Pesanan barang tahan lama A.S. naik lebih dari yang diperkirakan bulan lalu dan kenaikan pengiriman bulanan kelima berturut-turut menunjukkan bahwa pengeluaran bisnis untuk peralatan akan mendukung pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua.
Data pesanan barang tahan lama yang baik merupakan tanda selamat datang pada bullish dollar, karena data ekonomi A.S., termasuk inflasi yang lemah, dan ketidakpastian seputar stimulus fiskal Presiden AS Donald Trump yang diusulkan telah menenggelamkan dolar dalam beberapa bulan terakhir.
Euro pada hari Kamis turun 0,5 persen terhadap dolar, tergelincir kembali di bawah tanda $ 1,17.
Dolar AS merosot kemarin setelah pernyataan kebijakan Fed sebagian besar tetap tidak berubah dari bulan Juni dan menyarankan the Fed tidak terburu-buru untuk menaikkan suku bunga lagi.
Data ekonomi AS yang lembut mengenai inflasi dan belanja konsumen tahun ini telah mendorong dolar ke posisi terendah multi tahun terhadap euro, yang juga telah didukung oleh Pembicaraan Bank Sentral Eropa untuk mengurangi kebijakan moneter ultra-longgar.
Euro telah meningkat lebih dari 11 persen terhadap dolar sepanjang tahun ini.
Analis juga mengatakan penyelidikan terhadap hubungan administrasi Trump dengan Rusia, dan ketidakmampuan rekan-rekan Partai Republik Trump untuk mendorong pencekalan yang dijanjikan Presiden atas Undang-Undang Perawatan Terjangkau 2010, telah mengurangi kemungkinan rencana reformasi pajak dan rencana pengeluaran infrastruktur yang segera diundangkan juga.
Swiss franc merupakan penggerak terbesar di antara mata uang utama, jatuh ke level terlemah sejak jatuhnya pada 2015.
Franc telah memegang sebagian besar stabil selama dua tahun terakhir sebagai hasil dari modal mencari keamanan Swiss dan kampanye intervensi resmi terhadap mata uang.
Pada hari Kamis dolar naik 1,4 persen terhadap mata uang Swiss menjadi 0,9638 franc.
Malam nanti akan dirilis data GDP Growth Rate QoQ Adv Q2 AS, yang diindikasikan meningkat.
Sumber : Vibiznews

Wednesday, 26 July 2017

The Fed AS Segera Kurangi Program Stimulus; Pertahankan Suku Bunga Tetap | PT Bestprofit

PT Bestprofit Malang (27/7) Federal Reserve AS mengeluarkan keputusan pada Kamis dinihari tadi (27/07) untuk mulai mengurangi segera program stimulus besar yang diluncurkannya untuk menyelamatkan ekonomi dari krisis keuangan. Seperti yang juga diharapkan, the Fed dengan suara bulat tidak menaikkan suku bunga bulan ini.
Setelah pertemuan kebijakan dua hari tersebut, Komite Pasar Terbuka Federal mengeluarkan sebuah pernyataan kunci yang mengarah pada langkah awal bulan September. Pada saat itu, bank sentral akan mulai meluncurkan portofolio obligasi senilai 4,5 triliun dolar yang telah dia kumpulkan di neraca, sebagian besar di tahun-tahun setelah krisis dan Resesi Besar yang dihasilkannya.
“Komite mengharapkan untuk mulai menerapkan program normalisasi neraca secara relatif, mengingat bahwa perekonomian berkembang secara luas seperti yang diantisipasi,” kata pernyataan pasca-pertemuan tersebut.
Ungkapan “relatif cepat” adalah inti dari pengumuman tersebut. Pengamat Fed telah mencari bahasa untuk berubah dari “tahun ini,” seperti yang ditunjukkan berikut pada pertemuan bulan Juni, untuk sesuatu yang lebih cepat.
Upaya untuk mengurangi neraca akan memungkinkan tingkat pembatasan hasil dari portofolio obligasi untuk meluncur setiap bulannya. Sisanya akan diinvestasikan kembali seperti biasa. Program ini akan mulai dari $ 10 miliar per bulan dan meningkat setiap triwulan menjadi $ 50 miliar. Pejabat Fed memperkirakan bahwa sekali program tersebut berjalan dengan baik, neraca kemungkinan masih akan melebihi $ 2 triliun.
Ketua Fed Janet Yellen dan yang lainnya telah mengindikasikan bahwa limpasan neraca tidak boleh mengganggu pasar, meskipun beberapa orang takut akan menaikkan suku bunga jika permintaan obligasi tidak kuat.
The Fed memperluas neraca dalam upaya untuk menyadarkan ekonomi di ambang keruntuhan selama krisis.
Dalam tiga putaran, yang terakhir diakhiri pada tahun 2014, bank sentral mengukuhkan dirinya dengan dana yang kemudian digunakan untuk membeli hutang – Treasurys dan sekuritas berbasis mortgage, yang terakhir dalam upaya untuk menurunkan suku bunga pinjaman perumahan selama periode terburuk pasar real estat sejak Great Depression.
Operasi tersebut dikenal di pasar sebagai “pencetakan uang,” meski tidak melibatkan penciptaan fisik mata uang baru. PT Bestprofit
Dalam beberapa bulan terakhir, pejabat Fed telah menyatakan keinginannya untuk mengurangi neraca sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk menormalkan kebijakan era krisis.
Seiring dengan membeli obligasi, Fed mempertahankan suku bunga acuannya berlabuh mendekati nol sampai Desember 2015, saat memulai proses kenaikan secara bertahap. Target saat ini adalah antara 1 persen dan 1,25 persen, setelah empat kenaikan kuartalan.
Pasar tidak mengharapkan Fed menaikkan suku bunga pada pertemuan ini. Pedagang di pasar berjangka dana menetapkan sekitar 50-50 kemungkinan bank sentral membuat satu suku bunga lagi bergerak sebelum akhir tahun.
Dalam menilai ekonomi, panitia menilai bahwa “aktivitas telah meningkat cukup moderat sepanjang tahun ini.” Pada inflasi, pernyataan tersebut menghapus kata “agak” dari kata-kata bulan Juni dan mengatakan bahwa inflasi berjalan “di bawah 2 persen,” sebuah pernyataan yang halus yang mungkin menandakan pejabat sedikit lebih pesimis untuk mencapai tujuan yang dimandatkan.
Sementara istilah tersebut mengandung konotasi negatif, beberapa inflasi dianggap baik untuk ekonomi. Bank sentral telah menargetkan 2 persen sebagai tingkat yang diinginkan, namun telah turun secara konsisten sementara tingkat pengangguran turun menjadi 4,4 persen.
Pejabat Fed telah bingung dengan ketidakmampuan ekonomi untuk menghasilkan pendapatan yang meningkat yang memberi konsumen lebih banyak daya beli dan meningkatkan standar hidup kolektif.
Rata-rata pertumbuhan upah per jam telah tertahan sekitar 2,5 persen. Langkah-langkah inflasi lainnya bahkan lebih rendah lagi, dengan ukuran pilihan Fed, indeks pengeluaran konsumsi pribadi, sebesar 1,4 persen.
Sumber : Vibiznews

Tuesday, 25 July 2017

Arab Saudi Kurangi Ekspor, Harga Minyak Melonjak 3 Persen | Bestprofit

Bestprofit (26/7) - Harga minyak naik 3,3 persen pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) dan mencetak penutupan tertinggi dalam satu bulan. Harga minyak melonjak usai perusahaan minyak AS Anadarko mengumumkan akan mengurangi belanja modal dan Arab Saudi berjanji untuk menahan ekspor minyak mentah untuk membantu mengurangi kelebihan pasokan global.
Mengutip Reuters, Rabu (26/7/2017), harga minyak Brent berjangka naik US$ 1,60 atau 3,3 persen dan menetap di US$ 50,20 per barel, pertama kalinya patokan harga minyak dunia ini ditutup di atas US$ 50 sejak 6 Juni.
Sedangkan kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$ 1,55 atau 3,3 persen dan menetap di US$ 47,89 per barel. Penutupan tertinggi untuk patokan tersebut Sejak awal Juni.
Harga minyak naik 3,3 persen pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) dan mencetak penutupan tertinggi dalam satu bulan. Harga minyak melonjak usai perusahaan minyak AS Anadarko mengumumkan akan mengurangi belanja modal dan Arab Saudi berjanji untuk menahan ekspor minyak mentah untuk membantu mengurangi kelebihan pasokan global.
Mengutip Reuters, Rabu (26/7/2017), harga minyak Brent berjangka naik US$ 1,60 atau 3,3 persen dan menetap di US$ 50,20 per barel, pertama kalinya patokan harga minyak dunia ini ditutup di atas US$ 50 sejak 6 Juni.
Sedangkan kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$ 1,55 atau 3,3 persen dan menetap di US$ 47,89 per barel. Penutupan tertinggi untuk patokan tersebut Sejak awal Juni.
Sumber : Liputan6

Lihat Bestprofit

Monday, 24 July 2017

Harga Emas Stabil Terpicu Penguatan Dolar dan Pertemuan The Fed | Best Profit

Best Profit (25/7) - Harga emas stabil usai Dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat. Emas sempat mencapai posisi tertingginya dalam satu bulan karena gejolak politik di Amerika Serikat yang memberi sentimen jelang pertemuan moneter Federal Reserve pada pekan ini.
Melansir laman Reuters, Selasa (25/7/2017), harga emas di pasar spot mendatar di posisi US$ 1.254,45 per ounce, usai menyentuh US$ 1.258,79 per ounce, posisi tertinggi sejak 23 Juni.
Adapun emas berjangka AS menetap turun 60 sen, atau 0,05 persen ke posisi US$ 1.254,30 per ounce.
Penyelidikan dugaan campur tangan dan kolusi Rusia pada Pemilu AS di 2016, dipandang sebagai hambatan untuk rencana Pemerintah AS untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Adapun nilai tukar Dolar AS naik dari level terendah dalam lebih dari satu tahun, seiring kenaikan imbal hasil treasury AS. Investor bersiap untuk kemungkinan petunjuk dari The Fed perihal kenaikan suku bunga berikutnya.
"Dolar dan keputusan suku bunga AS akan menjadi penggerak utama minggu ini," ujar Analis SP Angel Sergey Raevskiy seraya menambahkan pasar juga akan bereaksi terhadap gejolak politik AS.
Mata uang AS yang lebih tinggi membuat emas dalam denominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
The Fed akan menggelar pertemuan selama dua hari yang berakhir pada Rabu melalui sebuah pernyataan. "Kami sekarang berharap hanya ada satu kali kenaikan suku bunga tahun ini di Desember. Ini akan memberi latar belakang yang lebih positif untuk harga emas, yang baru-baru ini telah kembali terbalik karena Dolar AS, " menurut Capital Economics dalam
catatan kuartal ketiganya.
Lembaga ini pun merevisi prediksi harga emas di posisi US$ 1.150 per ounce di akhir 2017.
Sementara harga perak naik 0,02 persen menjadi US$ 16,47 per ounce, setelah sempat naik ke posisi tertinggi US$ 16,59, sejak 3 Juli.
Harga Platinum turun 0,3 persen menjadi US$ 930,40, setelah naik ke
level tertinggi US$ 940,40 sejak 15 Juni, dan paladium naik 0,7 persen menjadi US$ 850,75.
Sumber : Liputan6

Sunday, 23 July 2017

Dollar AS Akhir Pekan Anjlok Terendah 1 Tahun; Mingguan Merosot 1,3 Persen | PT Bestprofit

PT Bestprofit (24/7) - Dolar A.S. mencapai level terendah dalam lebih dari satu tahun terhadap sekeranjang mata utama pada akhir perdagangan akhir pekan Sabtu dinihari (22/07) sehari setelah pernyataan Presiden Bank Sentral Eropa mengangkat euro, sementara hambatan terhadap agenda kebijakan Presiden AS Donald Trump juga membebani mata uang AS ini.
Presiden ECB Mario Draghi mengatakan pada hari Kamis bahwa kondisi pembiayaan tetap mendukung secara luas, dan mencatat bahwa apresiasi euro telah “mendapat beberapa perhatian.” Namun, dia tidak menyebutkan kekuatan itu sebagai masalah.
Analis menyatakan fakta bahwa Draghi tidak selalu berdebat terlalu menentang kekuatan euro, memberi lampu hijau bagi individu untuk ingin memiliki mata uang euro lagi atau benar-benar menambah posisi mereka.
Kekhawatiran Draghi yang kurang memperhatikan tentang menguatnya euro meyakinkan pedagang bahwa bank sentral tetap berada di jalur yang berpotensi mulai merayap pada stimulus pembelian obligasi akhir tahun ini.
Indeks dolar menyentuh 93.952, level terendah sejak Juni tahun lalu, dan terakhir turun 0,38 persen pada 93,94. Euro menyentuh level $ 1,1677, level tertinggi terhadap dolar dalam hampir dua tahun, dan terakhir naik 0,30 persen pada hari di $ 1,1664.
Euro berada di jalur terakhir untuk mendapatkan 1,8 persen dalam sepekan, yang akan menandai kenaikan mingguan kedua berturut-turut terhadap dolar. Indeks dolar turun 1.3 persen untuk menandai penurunan mingguan kedua berturut-turut.
Terhadap yen, dolar AS menyentuh lebih dari empat minggu rendah 111,02 yen.
Selain ekspektasi pedagang bahwa ECB tetap mengikuti kebijakan pengetatan moneter, investigasi dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan A.S. dan kemungkinan kolusi dengan kampanye Trump dipandang sebagai penghalang agenda pertumbuhan pro-pemerintah dan negatif bagi dolar.
Dolar AS menyentuh level terendahnya terhadap franc Swiss lebih dari satu tahun di 0,9468 franc.
Malam nanti akan dirils data ekonomi AS yang diindikasikan mixed. Data Markit Composite AS Juli diindikasikan naik, namun data Existing Home Sales Juni AS diindikasikan menurun.
Namun jika sore nanti data Markit Composite Zona Eropa Juli terealisir menurun, akan membantu kenaikan dollar AS.
Sumber : Vibiznews

Thursday, 20 July 2017

Dollar AS Anjlok Terendah 2 Tahun Pasca Pernyataan Draghi | Bestprofit

Bestprofit (21/7) – Dolar AS jatuh ke level terendah dalam hampir dua tahun terhadap euro pada akhir perdagangan Jumat dinihari (21/07) setelah Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi mengatakan pembuat kebijakan akan membahas kemungkinan perubahan pada skema pembelian obligasi di musim gugur.
Meskipun Draghi mengatakan tidak ada tanggal yang ditetapkan untuk membahas perubahan apapun terhadap program tersebut dan bahwa penghitung suku ECB telah sepakat dalam keputusan mereka untuk tidak mengubah panduan mereka mengenai kebijakan moneter, namun para investor menduga bahwa diskusi di musim gugur akan menyebabkan pengetatan moneter tahun depan.
Euro naik setinggi $ 1,1632 terhadap dollar AS setelah pernyataan Draghi, memasangnya sekitar 1,02 persen pada hari itu dan menandai level tertingginya sejak Agustus 2015. Euro terakhir dalam perjalanan untuk kenaikan persentase harian terbesarnya dalam lebih dari tiga minggu di $ 1,1622.
Indeks dolar AS, yang mengukur dollar AS terhadap sekeranjang enam saingan utama, menyentuh sesi rendah di 94.090, menandai tingkat terendah dalam hampir setahun. Itu terakhir kembali ke 94.31.
Analis mengatakan dolar juga tetap melemah mengingat keruntuhannya pada hari Senin terkait perombakan Republikan terhadap sistem kesehatan A.S. Data ekonomi yang lemah juga telah menurunkan ekspektasi kenaikan suku bunga lain dari Federal Reserve akhir tahun ini.
Dolar tidak berubah pada 111,96 yen. Itu tetap sedikit di atas level terendah Rabu tiga minggu terhadap mata uang Jepang 111,53 yen.
Bank of Japan mempertahankan kebijakan moneter stabil pada hari Kamis namun sekali lagi mendorong mundur waktunya untuk mencapai target inflasi yang ambisius. Pandangan bahwa BoJ mempertahankan kebijakan uang mudah memungkinkan dolar untuk tetap agak menguat terhadap yen, demikian pernyataan para analis.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan dollar AS akan bergerak datar mengingat belum adanya data fundamental signifikan AS yang dapat menggerakkan dollar AS. Perkembangan ekonomi di Asia, Eropa dan harga minyak mentah akan dicermati untuk pergerakan dollar AS.
Sumber : Vibiznews
Lihat Bestprofit

Wednesday, 19 July 2017

Sri Mulyani Bakal Ubah Penerapan Batas Gaji Bebas Pajak | Best Profit

Best Profit (20/7) - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati sedang mengkaji perubahan penerapan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Alasannya dengan batas gaji bebas pajak yang terlampau tinggi justru akan menggerus basis pajak sehingga implikasinya terhadap rasio pajak atau tax ratio Indonesia.
Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak berkeinginan menjalankan PTKP yang disesuaikan dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang berlaku di daerah.
"Kita melakukan kajian yang sangat teliti mengenai apa yang disebut definisi tax ratio. Ini sudah saya minta supaya kalau kita membandingkan tax ratio antar negara konsisten," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (20/7/2017).
Sebagai contoh, Ia menuturkan, negara lain memasukkan royalti, pajak daerah, dan keamanan sosial di dalam komponen tax ratio. Dengan melihat hal tersebut, Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, bahkan di dunia.
"Sebab isi yang kita bandingkan di dalam tax ratio antara Indonesia dan negara lain berbeda. Jadi saya sudah minta kepada Ditjen Pajak untuk melakukan penelitian apa saja yang masuk dalam komponen tax ratio," ujar dia.
Salah satu perbedaan komponen atau isi dari tax ratio antara Indonesia dan negara lain, Sri Mulyani bilang, bisa dilihat dari kebijakan PTKP. "Semakin tinggi PTKP, maka basis pajak makin sedikit. Apalagi Indonesia sudah menaikkan dua kali PTKP," ucap dia.
Asal tahu, batas gaji bebas pajak yang berlaku saat ini sebesar Rp 54 juta setahun atau Rp 4,5 juta per bulan. Batasan tersebut naik dari semula Rp 3 juta per bulan atau Rp 36 juta setahun.
"Dibanding negara ASEAN, PTKP kita yang paling tinggi, walaupun pendapatan per kapita kita relatif lebih rendah dari Malaysia, Thailand, bahkan dengan Singapura sekalipun. Indonesia menerapkan PTKP yang tinggi," Sri Mulyani menjelaskan.
Di samping itu, Ia menambahkan, mengenai kebijakan pungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang mempengaruhi tax ratio. Menurut dia, negara lain mampu mengumpulkan penerimaan PPN bisa lebih tinggi meskipun tarifnya rendah.
"Jadi Ditjen Pajak sekarang tetap melakukan perbaikan reformasi, seperti IT sistem, sumber daya manusia, bisnis proses, dan struktur organisasi," ujar dia.
"Namun kita ingin menyakinkan apa yang dilakukan Indonesia bisa dibandingkan secara konsisten dengan negara lain sehingga kita tidak seagresif mengejar pajak, tapi kita ingin penerimaan pajak cukup besar supaya mampu membiayai kebutuhan pembangunan," kata Sri Mulyani.
Untuk diketahui, rasio pajak Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) saat ini baru 10,3 persen. Pemerintah menargetkan rasio pajak bisa menyentuh 16 persen terhadap PDB pada 2019.
Sumber : Liputan6

Tuesday, 18 July 2017

Ekspor Arab Saudi Menurun, Harga Minyak Melambung | PT Bestprofit

PT Bestprofit (19/7) - Harga minyak sedikit menguat pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) karena permintaan yang kuat dan penurunan ekspor Arab Saudi. Sayangnya keluarnya Ekuador dari kesepakatan organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) menahan penguatan ke level yang lebih tinggi.
Mengutip Reuters, Rabu (19/7/2017), harga minyak Brent yang merupakan patokan harga dunia naik 42 sen menjadi US$ 48,84 per barel. Sedangkan untuk harga minyak mentah AS naik 38 sen menjadi US$ 46,40 per barel.
"Ekspor minyak Arab Saudi menurun sehingga membuat pelaku pasar menarik kesimpulan bahwa produksi minyak di negara tersebut juga terus menurun," jelas analis energi CHS Hedging Tony Headrick.
Arab Saudi yang merupakan negara eksportir minyak terbesar yang tergabung dalam OPEC memang tengah berusaha menurunkan produksi guna mendorong kenaikan harga minyak.
Langkah menahan produksi tersebut bukan hanya dilakukan oleh Arab Saudi saja melainkan seluruh anggota OPEC dan beberapa negara lain di luar OPEC seperti Rusia.
Ekspor minyak mentah Arab Saudi pada Mei turun menjadi 6,924 juta barel per hari dari bulan sebelumnya yang tercatat ada di 7,006 juta barel per hari.
Salah satu pejabat Arab Saudi mengatakan bahwa penurunan angka ekspor ini memang sejalan dengan kebijakan dari negara tersebut untuk mengurangi kelebihan pasokan global yang menyebabkan harga minyak terus tertekan.
"Tujuh dari eksportir minyak utama dunia telah menjalankan kebijakan OPEC dan hasilnya sudah mulai terlihat," jelas pejabat tersebut.
Sayangnya, kenaikan harga minyak sedikit tertekan karena Ekuador memilih untuk tidak melanjutkan kesepakatan yang telah dilakukan sejak awal tahun ini. Ekuador sebenarnya masih menjalankan kesepakatan tetapi jumlah pengurangan produksi tidak sebesar yang ditentukan.
Dalam kesepakatan awal, negara tersebut menyanggupi untuk mengurangi produksi minyak mencapai 26 ribu barel per hari. Namun karena masalah keuangan negara maka jumlah pengurangan tidak setinggi kesepakatan.
Menteri Perminyakan Ekuador Carlos Perez menyatakan bahwa negara tersebut hanya akan mengurangi produksi 60 persen dari jumlah kesepakatan.
Sumber : Liputan6


Monday, 17 July 2017

Wall Street Berakhir Datar di Tengah Penurunan Saham Kesehatan | Bestprofit

Bestprofit (18/7) - Wall street ditutup mendatar terpicu keuntungan pada utilitas dan saham konsumen yang mengimbangi penurunan saham perusahaan perawatan kesehatan.
Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 8,02 poin, atau 0,04 persen ke posisi 21.629.72. Sementara indeks S & P 500 kehilangan 0,13 poin, atau 0,01 persen menjadi 2.459,14 dan Nasdaq Composite bertambah 1,97 poin, atau 0,03 persen ke level 6.314,43 poin.
Pasar dipengaruhi saham sektor kesehatan pada indeks S&P 500 yang tergelincir. Sebagian terbebani keputusan Senat Amerika Serikat (AS) untuk mempertimbangkan penundaan undang-undang kesehatan.
"Saya pikir kita harus melihat beberapa hal terkait kesehatan sebelum Anda dapat membuat taruhan pada industri itu," kata Erick Ormsby, CEO Alcosta Capital Management di San Ramon, California.
Menurut dia, sebagian besar aliran dana akan datang bila telah ada kejelasan tentang RUU kesehatan.
Industri kesehatan pada indeks S&P turun 0,3 persen. Sementara utilitas meraih 0,4 persen dan sektor konsumen naik 0,26 persen.
Adapun saham BlackRock turun 3,1 persen menjadi US$ 424,63 usai perusahaan aset manajer terbesar dunia ini melaporkan perolehan laba kuartalannya di bawah ekspektasi.
Di sisi lain, saham Netflix (NFLX.O) melonjak 8,5 persen menjadi US$ 175,45, atau lebih baik dari harapan pertumbuhan pelanggan. Saham Procter & Gamble (PG.N) naik 0,5 persen menjadi US$ 87,55.
Amazon (AMZN.O) memimpin kenaikan sebesar 0,8 persen menjadi US$ 1.010,04.
Sekitar 5,16 miliar saham berpindah tangan di pasar, dibandingkan 6,51 miliar rata-rata harian selama 20 sesi terakhir.
Sumber : Liputan6

Lihat Bestprofit

Sunday, 16 July 2017

Menanti Data Ekonomi China, Bursa Asia Menguat | Best Profit

Bursa saham Asia menguat pada awal pekan ini seiring pelaku pasar menanti rilis data produk domestik bruto atau PDB China pada kuartal II 2017. Selain itu, bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat pada akhir pekan lalu berimbas ke bursa Asia.

Pada perdagangan saham Senin (17/7/2017), indeks saham MSCI Asia Pacifik di luar Jepang naik 0,2 persen pada awal perdagangan. Indeks saham Korea Selatan Kospi naik 0,5 persen. Sedangkan indeks saham Australia turun 0,1 persen.

Rilis data ekonomi China menjadi perhatian pelaku pasar. Ekonom mengharapkan ekonomi China tumbuh 6,8 persen. Pertumbuhan ekonomi ini diperkirakan melambat dari kuartal sebelumnya 6,9 persen.

Bila ekonomi China naik secara mengejutkan berdampak dongkrak saham dan harga komoditas secara global. Sebaliknya jika data ekonomi China melemah berdampak ke yuan. Sepanjang tahun ini, yuan sudah naik dua persen terhadap dolar Amerika Serikat.

Selain itu, bursa saham AS menguat pada akhir pekan berimbas positif ke bursa saham Asia. Penguatan bursa AS didorong terjadi usai harga konsumen tidak berubah pada Juni dan data penjualan ritel turun.

Sementara itu, berdasarkan survei, peluang suku bunga bank sentral AS naik pada Desember turun menjadi 43,1 persen usai data ekonomi keluar. Dari pasar uang, indeks dolar AS berada di level terendah dalam 10 bulan. Indeks dolar AS berada di posisi 95,10.

"Rilis data ekonomi AS pada Jumat pekan lalu mendorong aksi jual dolar AS," ujar Stephen Innes, Senior Trader OANDA, seperti dikutip dari laman Reuters, Senin pekan ini.

Ia menambahkan, kemungkinan suku bunga bank sentral AS naik kurang dari 50 persen membuat pelaku pasar sudah mengantisipasi. Selain itu, tidak ada pernyataan pejabat bank sentral AS sebelum 26 Juli. "Dolar AS dapat bergejolak," kata dia.

Dolar AS cenderung stabil terhadap yen. Tercatat dolar AS berada di kisaran 112,45 terhadap yen usai turun 0,7 persen pada pekan lalu. Pelemahan dolar AS mendorong penguatan dolar Australia dan dolar Kanada. Sedangkan euro bergerak di kisaran US$ 1,1474.

Di pasar komoditas, harga minyak Amerika Serikat naik 0,1 persen ke level US$ 46,61 pada awal perdagangan. Harga minyak Brent mendaki 0,15 persen ke level US$ 49. Harga emas berada di kisaran US$ 1.230,70 per ounce.
Sumber : Liputan6

Thursday, 13 July 2017

Lebih Dekat dengan Pusaran Gas Raksasa di Wajah Jupiter | PT Bestprofit

PT Bestprofit (14/7) - Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Juno akhirnya sukses 'terjun' ke wilayah paling dekat pusaran gas raksasa planet Jupiter. Pesawat luar angkasa NASA itu pun mengabadikan seperti apa suasana di dalam pusaran gas yang berwarna kemerahan ini.
Menurut yang dilansir Inverse, Jumat (14/7/2017), Juno mengabadikan pemandangan pusaran gas Jupiter dalam pendekatan yang dramatis. Diketahui, Juno membidik pusaran tersebut dalam jarak 5.600 mil di atas permukaan dengan kamera JunoCam.
Karena prosesnya berlangsung singkat, kira-kira 12 menit, para ilmuwan NASA tidak memiliki waktu yang cukup untuk memproses semua foto yang dibidik Juno. Alhasil, mereka merilis foto-foto mentah pusaran gas Jupiter tanpa memilahnya terlebih dulu.
JunoCam mampu mengabadikan pemandangan pusaran gas dalam resolusi hampir dua mil per piksel. Saat mendekati garis khatulistiwa dan kutub Jupiter, ia bahkan bisa mengambil foto dalam 30 mil per piksel. Hasilnya sangat menakjubkan. Pasalnya, belum pernah ada instrumen NASA yang posisinya pernah sedekat itu dengan Jupiter.
Sebelum Juno, foto terbaik Jupiter dibidik dari dua pesawat luar angkasa Voyager yang melewati planet raksasa 40 tahun lalu, tepatnya 1979.
Sayang, ilmuwan NASA belum dapat menjabarkan apa yang ada di dalam pusaran gas tersebut. Untuk saat ini, mereka masih mengkaji ulang foto-foto bidikan Juno untuk kembali memeriksa asal muasal pusaran gas yang terus berputar tanpa henti selama 350 tahun lamanya itu.
Dengan diterbangkannya Juno ke Jupiter, NASA berharap eksplorasi ini dapat mengubah perspektif umat manusia tentang Tata Surya di alam semesta.
Seperti yang sudah disebutkan, Juno juga akan mempelajari lapisan atmosfer Jupiter. Setelah itu, para ilmuwan akan mencoba mempelajari ekosistem Jupiter dan menguak apakah planet ini menyimpan 'rahasia' lain.
Dilansir Tech Insider, Juno merupakan pesawat jenis probe yang ditenagai oleh tiga baling-baling seluas lapangan basket. Ia juga memiliki panel surya sebagai sumber tenaga utamanya. Baling-baling berputar tiga kali setiap menit.
Kemampuan baling-baling Juno mampu membuatnya mengorbit Jupiter lebih cepat. Meski begitu, para astronom sempat khawatir dengan panel solar yang menyokong baling-baling Juno.
Pasalnya, cahaya matahari begitu jauh dari Jupiter dan panel solar tersebut pasti hanya menyerap sedikit cahaya. Ini tentu berbeda kasusnya dengan panel tenaga New Horizons, probe yang mengitari Pluto karena mereka ditenagai oleh plutonium.
Probe ini juga memiliki kamera khusus Juno Cam yang mampu mengambil foto-foto dengan resolusi tinggi. Selain itu, salah satu instrumen milik Juno yang disebut JADE (Jovian Auroral Distributions Experiment) akan mempelajari fenomena aurora Jupiter yang terjadi belum lama ini.
Juno juga akan mencari apa memang Jupiter memiliki kandungan air dari atmosfer planet. Jika sudah selesai dengan misinya, ia akan 'menyelam' ke tengah planet dan akan menghancurkan diri di antara atmosfer Jupiter.
Sumber : Liputan6

Wednesday, 12 July 2017

Sentimen The Fed Bikin Wall Street Cetak Rekor | Bestprofit

Bestprofit (13/7) - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat dengan indeks saham Dow Jones catat rekor tertinggi. Penguatan bursa saham AS ini juga didukung dari testimoni pimpinan bank sentral AS atau The Federal Reserve Janet Yellen menuturkan menaikkan suku bunga secara bertahap.
Pada penutupan perdagangan saham, Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones menguat 123,07 poin atau 0,57 persen ke level 21.532,14. Indeks saham Dow Jones sentuh level tertinggi intraday. Indeks saham S&P 500 menguat 17,72 poin atau 0,73 persen ke level 2.443,25. Indeks saham Nasdaq bertambah 67,87 poin atau 1,1 persen ke level 6.261,17.
Pernyataan pimpinan the Federal Reserve Janet Yellen mempengaruhi pasar. The Federal Reserve mengisyaratkan kenaikan suku bunga bertahap. Demikian juga saat mengurangi neracanya. Tingkat suku bunga pun dinilai tidak akan menghambat aktivitas ekonomi.
Investor merespons positif pernyataan Janet Yellen. Hal itu mengurangi kekhawatiran pasar terhadap penurunan inflasi.
"Orang-orang khawatir tentang pernyataan lebih agresif dari Janet Yellen. Ia mengatakan dengan tepat apa yang diharapkan pasar. Itulah mengapa pasar senang dengan hal itu," ujar Chris Zaccarelli, Direktur Cornerstone Financial Partners, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (13/7/2017).
Sejumlah sektor saham alami penguatan. Indeks saham sektor properti S&P mencatatkan penguatan sekitar 1,3 persen. Didukung indeks saham sektor teknologi yang naik 1,3 persen. Pernyataan the Federal Reserve kurang agresif pun mendorong indeks sektor saham keuangan S&P naik tipis 0,1 persen.
Indeks saham maskapai pun menguat 2,3 persen usai maskapai American Airlines Group Inc melaporkan hasil kinerja yang mengalahkan harapan. saham American Airlines Group Inc menguat 4,2 persen. Saham Delta Air Lines Inc, United Continental Holdings Inc, saham Alaska Air Group Inc, Spirit Airlines Ind dan JetBlue Airways Corp masing-masing menguat satu persen.
Sejumlah perusahaan pun akan merilis kinerja keuangan menjelang akhir pekan ini. Perusahaan itu antara lain JP Morgan Chase, Wells Fargo dan Citigroup.
Sementara itu, laporan the Federal Reserve terbaru yang menunjukkan ekonomi AS tumbuh secara moderat juga menahan kenaikan bursa saham.
Volume perdagangan saham pun tercatat 6,1 miliar saham di wall street. Angka ini di bawah rata-rata perdagangan saham selama 20 harian sekitar 6,9 miliar.
Sumber : Liputan6

Lihat Bestprofit

Tuesday, 11 July 2017

Ada Dugaan Rusia Terlibat di Pemilu AS Bikin Wall Street Tertekan | Best Profit

Best Profit (12/7) - Wall Street hanya sedikit berubah pada penutupan perdagangan saham Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Sentimen politik menjadi penggerak Wall Street pada perdagangan kali ini.
Mengutip Reuters, Rabu (12/7/2017), Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik 0,55 poin menjadi 21,409.07. S&P 500 kehilangan 1,9 poin atau 0,08 persen, menjadi 2.425,53. Sedangkan Nasdaq Composite menambahkan 16,91 poin atau 0,27 persen menjadi 6,193.31.
Wall Street tertekan di awal perdagangan Selasa usai adanya berita yang menyatakan bahwa putera laki-laki tertua dari Presiden AS Donald Trump mendapat surat elektronik (email) dukungan dari Rusia untuk memenangkan ayahnya dalam pemilihan Presiden AS melawan Hillary Clinton.
Email tersebut merujuk kepada seorang jaksa dari Pemerintahan Rusia yang menawarkan informasi yang dapat digunakan oleh Tump dalam kampanye melawan Hillary Clinton.
Namun pada perdagangan saham di siang hari, tekanan terhadap Wall Street pulih setelah Pemimpin Senat AS Mitch McConnell menyatakan bahwa ada penundaan masa reses selama dua pekan pada Agustus nanti.
Dengan adanya penundaan masa reses tersebut maka akan memberikan lebih banyak waktu bagi senat untuk menyelesaikan pembahasan beberapa undang-undang yang saat ini sedang berjalan.
"Semula semua berjalan dengan sentimen negatif. Dengan adanya penundaan masa reses ini menjadi sesuatu yang mungkin bisa menggerakkan ke arah positif," jelas chief investment officer Commonwealth Financial, Waltham, Massachusetts, AS, Brad McMillan.
Sebenarnya adanya sentimen politik dari email Trump Jr tersebut masih ada di dalam Wall Street. Namun kekuatannya tidak terlalu besar lagi. "Komitmen dari Senat AS untuk mengubah beberapa kebijakan lebih dilihat oleh pelaku pasar," tambah Brad McMillan. Best Profit
Sumber : Liputan6

Monday, 10 July 2017

Harga Minyak Naik di Tengah Kekhawatiran Bertambahnya Pasokan | PT Bestprofit

PT Bestprofit (11/7) - Harga minyak mentah dunia naik di tengah peningkatan aktivitas pengeboran milik Amerika Serikat (AS) dan ketidakpastian pengurangan produksi di Nigeria dan Libya yang mengurangi prospek pasokan minyak di masa depan.
Melansir laman Reuters, Selasa (11/7/2017), harga minyak mentah berjangka AS naik 17 sen atau 0,4 persen menjadi US$ 44,40 per barel. Sementara minyak mentah berjangka Brent naik 17 sen atau 0,36 persen ke US$ 46,88 per barel.
"Pasar rapuh pada setiap langkah OPEC," kata James Williams, presiden perusahaan konsultan energi WTRG Economics di London, Arkansas.
Organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) dan beberapa anggota non-OPEC pada Mei, memang setuju untuk mengurangi produksi minyaknya hingga Maret 2018. Namun langkah itu gagal untuk menurunkan membanjirnya pasokan minyak mentah global.
Beberapa menteri kunci anggota OPEC rencananya akan bertemu dengan pejabat non OPEC Rusia pada 24 Juli di St. Petersburg, Rusia, untuk membahas kondisi pasar minyak.
Nigeria dan Libya telah diundang untuk pertemuan tersebut, dengan kemungkinan produksi mereka bisa dibatasi lebih awal dari November.
Namun menteri minyak Nigeria tidak bisa menghadiri pertemuan OPEC karena komitmen sebelumnya, ujar Menteri Perminyakan Kuwait Essam al-Marzouq.
Libya dikatakan siap untuk melakukan pembicaraan tetapi meminta ada pertimbangan terkait situasi ekonomi dan kemanusiaan politik di negaranya yang harus masuk dalam pembicaraan.
Sementara itu, CEO Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan pada sebuah konferensi di Istanbul jika dirinya berpikir dunia sedang menuju kekurangan pasokan global.
"Volume minyak konvensional ditemukan di seluruh dunia selama empat tahun terakhir memiliki lebih dari setengahnya dibandingkan sebelumnya," kata Nasser.
Namun produksi minyak AS terus tumbuh, meningkat lebih dari 10 persen sejak pertengahan 2016. Perusahaan AS tercatat menambahkan tujuh rig pengeboran minyak pekan lalu.
Sumber : Liputan6

Sunday, 9 July 2017

Sebelum Akhir Tahun, Harga Minyak Bisa Capai US$ 60 per Barel | Bestprofit

Bestprofit (10/7) - Harga minyak bisa mencapai level US$ 60 per barel pada tahun ini jika permintaan akan minyak mentah terus meningkat dan pengurangan produksi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) terus berjalan.

Dilangsir Reuters Senin (10/7/2017), berdasarkan laporan dari Barron yang mengutip penelitian analis energi senior Citigroup Eric Lee, penurunan harga minyak dalam beberapa pekan terakhir hingga mencapai kisaran US$ 44 per barel merupakan pelemahan jangka pendek.

Harga minyak akan kembali naik secara perlahan seiring dengan perbaikan perekonomian beberapa negara sehingga meningkatkan permintaan akan minyak mentah. Lee memproyeksikan permintaan akan minyak mentah di kisaran 97,3 juta barel per hari. Angka tersebut cukup tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang ada di angka 96 juta barel per hari.

Lee merupakan analis energi yang sebagian besar penelitian selalu mendekati kenyataan. Pada tiga tahun lalu atau saat harga minyak melampaui angka US$ 100 per barel, ia menyatakan bahwa harga minyak akan tertekan dalam karena harga pasar tidak mencerminkan permintaan.

Lee melanjutkan, kenaikan harga minyak saat ini ke level US$ 60 per barel akan didorong oleh permintaan dari negara-negara berkembang seperti China dan India. Seiring dengan itu, pengurangan pasokan oleh OPEC sekitar 0,7 juta barel per hari mendorong harga minyak hingga ke level US$ 60 per barel sebelum akhir kuartal keempat 2017.

Untuk diketahui, pada perdagangan Jumat lalu harga minyak anjlok hingga tiga persen seiring kenaikan produksi minyak Amerika Serikat (AS) dan ekspor OPEC meningkat.

"Kekhawatiran mengenai pasokan berlanjut," ujar Matt Smitch, Direktur Clipperdata. Dia melanjutkan, ekspor OPEC naik 2 juta barel per hari, dan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan 2016. Angka ini juga di atas dari kesepakatan memangkas produksi minyak di antara negara OPEC mencapai 1,8 juta barel per hari.

"Kami melihat ekspor bulan lalu dari OPEC lebih kuat dari April dan Mei. Kelihatannya hal ini berbeda dengan kesepakatan pemangkasan produksi minyak OPEC," ujar Smith.

Harga minyak Brent turun US$ 1,4 atau 2,9 persen ke level US$ 46,71 per barel, usai sentuh level terendah US$ 46,28. Harga minyak Amerika Serikat West Texas Intermediate (WTI) merosot US$ 1,29 atau 2,89 persen ke level US$ 44,23 per barel. Selama sepekan, harga minyak Brent turun 2,5 persen dan harga minyak WTI tergelincir 3,9 persen.

Sumber : Liputan 6
Lihat Bestprofit