Tuesday, 22 April 2025

Bestprofit | Emas Turun, Trump Redakan Ketegangan Fed

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-2.jpg

Bestprofit (23/4) – Harga emas mengalami tekanan signifikan pada awal sesi Asia hari Rabu, menyusul komentar Presiden AS Donald Trump dan dinamika geopolitik yang tengah berkembang. Logam mulia tersebut turun lebih dari 1% dan diperdagangkan pada level $3.333 per ons, setelah sebelumnya berada di kisaran $3.420. Penurunan harga ini mencerminkan kombinasi faktor fundamental dan psikologis yang memengaruhi pasar global.

Trump Tidak Akan Pecat Powell: Dampak pada Sentimen Pasar

Pernyataan Presiden Donald Trump yang mengatakan bahwa ia tidak berniat memecat Ketua Federal Reserve Jerome Powell menjadi pemicu utama fluktuasi harga emas. Trump menyatakan, “Pers memberitakan banyak hal. Tidak, saya tidak berniat memecatnya. Saya ingin melihatnya sedikit lebih aktif dalam hal idenya untuk menurunkan suku bunga.”

Pernyataan ini diinterpretasikan pasar sebagai sinyal bahwa kebijakan moneter AS akan tetap berada dalam kendali Powell, yang dikenal berhati-hati dan bergantung pada data. Meskipun Trump mendesak agar suku bunga diturunkan, ketegangan sebelumnya antara Presiden dan The Fed menimbulkan kekhawatiran akan potensi intervensi politik dalam kebijakan moneter. Dengan klarifikasi ini, ketidakpastian sebagian mereda, sehingga minat investor terhadap aset aman seperti emas pun berkurang.

Sinyal De-eskalasi dengan China Meningkatkan Selera Risiko

Selain komentar Trump, pernyataan dari Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang menyebutkan adanya tanda-tanda de-eskalasi ketegangan dagang dengan China turut meningkatkan optimisme pasar. Ketika risiko geopolitik mereda, aset safe haven seperti emas biasanya kehilangan sebagian daya tariknya, karena investor beralih ke instrumen berisiko yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.

Sejak pernyataan tersebut, harga emas anjlok dari $3.420 menjadi $3.370, mencerminkan pergeseran sentimen pasar ke arah aset berisiko. Namun, sebagian analis memperingatkan bahwa kondisi ini dapat berubah dengan cepat, mengingat ketidakpastian seputar arah kebijakan AS masih tinggi.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketidakpastian Ekonomi Global Masih Membayangi

Meskipun ada sinyal positif dari sisi geopolitik, faktor-faktor fundamental lain tetap memberikan dukungan terhadap harga emas. Ketidakpastian terkait arah perekonomian global dan dinamika inflasi membuat investor tetap mencari lindung nilai, dan emas adalah salah satu pilihan utama.

Ketua The Fed Jerome Powell dalam pernyataan terbarunya mengakui kemungkinan skenario stagflasi — kondisi ekonomi di mana pertumbuhan melambat tetapi inflasi tetap tinggi. Powell mengatakan, “Kita mungkin menemukan diri kita dalam skenario yang menantang di mana tujuan mandat ganda kita sedang bersitegang.”

Pernyataan ini menunjukkan bahwa The Fed akan tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan suku bunga, dan tetap fokus pada data ekonomi yang masuk. Hal ini menambah ketidakpastian terhadap arah suku bunga di masa depan, yang pada gilirannya mendukung permintaan emas sebagai aset lindung nilai.

Aliran Dana ke ETF Emas Tetap Kuat

Meskipun harga emas mengalami koreksi jangka pendek, aliran dana ke instrumen investasi emas tetap menunjukkan tren naik. Menurut World Gold Council (WGC), ETF emas fisik global mencatat arus masuk sebesar US$8,6 miliar pada bulan Maret saja. Secara keseluruhan, arus masuk sepanjang kuartal pertama 2025 mencapai US$21 miliar (226 ton), menjadikannya kuartal tertinggi kedua setelah Q2 2020.

Data ini mencerminkan kepercayaan investor jangka panjang terhadap emas di tengah volatilitas pasar saham dan ketidakpastian kebijakan moneter. Arus dana ini juga menjadi indikator bahwa meskipun harga turun, permintaan riil terhadap emas tetap tinggi.

Perkembangan Pasar Obligasi: Imbal Hasil Menurun

Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun turun dua basis poin menjadi 4,395%, mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap obligasi pemerintah yang lebih aman. Imbal hasil riil AS — yang disesuaikan dengan inflasi — juga turun dua basis poin menjadi 2,175%, seperti yang tercermin pada Sekuritas Inflasi Terlindungi (TIPS).

Penurunan imbal hasil ini biasanya menjadi katalis positif bagi harga emas, karena menurunnya opportunity cost dalam memegang emas (yang tidak memberikan bunga). Namun, kali ini penurunan harga emas disebabkan oleh kombinasi faktor jangka pendek seperti komentar politik dan meningkatnya optimisme pasar.

Prospek Suku Bunga: Pasar Mengantisipasi Pemotongan

Para pelaku pasar uang saat ini memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak 91 basis poin pada akhir tahun 2025, dengan pemotongan pertama kemungkinan dimulai pada bulan Juli. Ekspektasi ini memberi sinyal bahwa tekanan ekonomi kemungkinan akan memaksa The Fed melonggarkan kebijakan moneternya lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Pemotongan suku bunga biasanya mendukung harga emas, karena melemahnya dolar AS dan menurunnya imbal hasil investasi alternatif. Oleh karena itu, meskipun harga emas turun dalam jangka pendek, prospek jangka menengah hingga panjang tetap positif bagi logam mulia ini.

Agenda Ekonomi AS: Faktor Penentu Berikutnya

Minggu ini, kalender ekonomi AS dipenuhi dengan sejumlah data penting dan pidato pejabat The Fed, yang bisa memberikan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter. Beberapa indikator yang menjadi sorotan adalah:

  • S&P Global Flash PMI – untuk mengukur aktivitas manufaktur dan jasa

  • Pesanan Barang Tahan Lama – sebagai indikator investasi dan belanja modal

  • Sentimen Konsumen Universitas Michigan – mengukur keyakinan konsumen terhadap ekonomi

Jika data-data ini menunjukkan pelemahan ekonomi, kemungkinan besar akan memperkuat ekspektasi pelonggaran kebijakan, yang dapat kembali mendukung harga emas.


Kesimpulan: Harga Emas Turun, Tapi Fundamental Tetap Kuat

Meskipun harga emas turun tajam pada awal sesi perdagangan Rabu karena komentar Trump dan meningkatnya optimisme atas de-eskalasi konflik dagang, fundamental pasar emas tetap solid. Ketidakpastian ekonomi global, potensi stagflasi, dan ekspektasi penurunan suku bunga semuanya menjadi faktor pendukung bagi logam mulia ini.

Investor sebaiknya tidak terpaku pada fluktuasi jangka pendek, melainkan memperhatikan tren makroekonomi yang lebih besar. Dengan arus masuk yang kuat ke ETF emas dan pelemahan imbal hasil obligasi, emas masih memiliki tempat yang kokoh dalam portofolio sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global yang terus berlanjut.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Monday, 21 April 2025

Bestprofit | Emas Melejit, Lewati $3.400 per Ounce

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (22/4) – Senin, 21 April 2025 menjadi hari bersejarah bagi pasar logam mulia. Harga emas melonjak ke rekor tertinggi, melampaui angka $3.400 per ounce di tengah pelemahan dolar AS dan kekhawatiran global terhadap ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Emas Capai Rekor Baru: Mencapai $3.430 di Awal Sesi

Harga emas spot naik signifikan sebesar 2,7%, diperdagangkan pada level $3.417,62 per ounce pada pukul 1:46 siang waktu ET. Bahkan, di awal sesi, emas sempat menyentuh puncaknya di angka $3.430,18—angka tertinggi sepanjang sejarah perdagangan emas.

Sementara itu, harga emas berjangka di Amerika Serikat juga mencatat lonjakan 2,9%, ditutup pada $3.425,30 per ounce. Ini mempertegas tren bullish yang terus mendorong harga emas ke level yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam sejarah pasar logam mulia.

Dolar Melemah: Pendorong Utama Kenaikan Harga Emas

Salah satu faktor utama di balik kenaikan harga emas ini adalah melemahnya dolar AS, yang jatuh ke level terendah dalam tiga tahun terakhir. Melemahnya greenback membuat emas—yang dihargai dalam dolar—menjadi lebih murah dan menarik bagi investor asing yang memegang mata uang lain.

Pelemahan ini terjadi setelah pernyataan kontroversial dari Presiden AS Donald Trump yang mengkritik Ketua Federal Reserve, Jerome Powell. Komentar tersebut kembali mengguncang kepercayaan pasar terhadap stabilitas kebijakan moneter AS dan menambah tekanan pada nilai tukar dolar.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketegangan Dagang AS-Tiongkok Memicu Permintaan Safe Haven

Ketegangan dagang yang terus meningkat antara Amerika Serikat dan Tiongkok juga menjadi pendorong utama di balik lonjakan permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Pemerintah Tiongkok secara terbuka menuduh Washington telah menyalahgunakan tarif dan memperingatkan negara-negara lain agar berhati-hati dalam menjalin kesepakatan ekonomi dengan AS.

Ketidakpastian mengenai arah kebijakan perdagangan global ini mendorong investor untuk mencari perlindungan di aset-aset yang lebih stabil dan tahan terhadap gejolak ekonomi—dan emas adalah pilihan utama mereka.

“Karena ketegangan tarif terus meningkat, kami terus melihat harga emas bergerak naik sebagai respons terhadap aset yang aman,” ujar David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures. “Akan ada kemunduran dan aksi ambil untung sesekali, tetapi tren dasarnya tetap naik.”

Kenaikan Spektakuler Emas Sejak Awal Tahun 2025

Kenaikan harga emas pada bulan April ini hanyalah kelanjutan dari tren bullish yang telah terbentuk sejak awal tahun. Emas telah mencatatkan kenaikan lebih dari $700 hanya dalam kurun waktu empat bulan, melonjak dari level sekitar $2.700 per ounce pada Januari 2025 hingga menembus $3.400 pada April.

Puncak sebelumnya dicapai pada hari Rabu minggu lalu, saat emas menembus $3.300. Momentum yang kuat kemudian mendorong harga naik hampir $100 dalam waktu beberapa hari saja, menunjukkan betapa cepat dan kuatnya sentimen pasar terhadap logam mulia ini.

Analis: Pasar Emas Mungkin Dekati Titik Puncak Jangka Pendek

Meski tren saat ini menunjukkan arah kenaikan yang konsisten, beberapa analis mulai memperingatkan bahwa reli besar-besaran ini bisa mendekati titik jenuh. Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, menyebut bahwa lonjakan harian harga yang semakin besar adalah pertanda bahwa pasar emas mungkin sedang menuju puncaknya dalam jangka pendek.

“Pergerakan harga emas harian yang jauh lebih besar ini merupakan salah satu petunjuk awal bahwa kenaikan pasar yang sangat matang ini hampir mencapai klimaks dan bahwa puncak pasar jangka pendek mungkin sudah dekat, dari perspektif waktu, lebih dari perspektif harga,” jelas Wyckoff.

Namun demikian, ia menegaskan bahwa tren jangka panjang tetap positif, mengingat kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian.

Logam Mulia Lain: Perak Stabil, Platinum dan Paladium Melemah

Sementara emas mencatatkan performa luar biasa, logam mulia lainnya justru menunjukkan performa yang lebih datar, bahkan cenderung melemah. Harga perak spot tetap stabil di angka $32,60 per ounce. Platinum mengalami penurunan sebesar 0,6%, turun menjadi $961,61 per ounce. Sementara itu, paladium mencatatkan pelemahan paling tajam, turun 3% menjadi $934,25 per ounce.

Penurunan ini menunjukkan bahwa lonjakan harga emas lebih dipicu oleh faktor-faktor spesifik seperti pelemahan dolar dan krisis geopolitik, bukan karena penguatan menyeluruh di sektor logam mulia.

Arah Emas Selanjutnya: Antara Optimisme dan Kewaspadaan

Meskipun kenaikan harga emas terlihat spektakuler dan menjanjikan keuntungan bagi investor, tidak sedikit pihak yang menyarankan untuk tetap waspada. Volatilitas yang tinggi, kemungkinan aksi ambil untung, serta kebijakan moneter yang bisa berubah sewaktu-waktu membuat pasar emas tetap rentan terhadap koreksi mendadak.

Namun, selama ketidakpastian global—baik dari sisi geopolitik maupun ekonomi makro—masih mendominasi, emas diperkirakan akan tetap menjadi aset pelindung utama bagi investor di seluruh dunia.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
 

bestprofit futures
 

Sunday, 20 April 2025

Bestprofit | Dolar AS Stagnan di Tengah Libur Pasar

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Dolar-5.jpg

Bestprofit (21/4) – Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan Dolar AS (USD) terhadap enam mata uang utama dunia, tetap berada di bawah level 99,50 selama jam perdagangan awal Eropa pada hari Jumat, 18 April. Kondisi ini mencerminkan suasana pasar yang penuh kehati-hatian, terutama karena kekhawatiran atas dampak ekonomi dari tarif perdagangan serta dinamika internal kebijakan moneter Amerika Serikat.

Greenback Tertekan oleh Kekhawatiran Tarif dan Pertumbuhan Ekonomi

Stabilnya DXY di bawah 99,50 menunjukkan bahwa pelaku pasar tidak agresif membeli Dolar AS, meskipun mata uang ini secara tradisional dianggap sebagai aset aman (safe haven). Salah satu penyebab utama adalah meningkatnya kekhawatiran bahwa tarif perdagangan, terutama terhadap Tiongkok, dapat menghambat pertumbuhan ekonomi AS dalam jangka menengah hingga panjang.

Kekhawatiran ini datang seiring dengan meningkatnya risiko perlambatan ekonomi global, di mana Amerika Serikat tidak terkecuali. Sinyal bahwa ekonomi bisa melambat semakin menguat seiring dengan negosiasi dagang yang belum menunjukkan hasil konkret, walaupun Presiden Donald Trump menyuarakan optimisme akan tercapainya kesepakatan dalam waktu dekat.

Hari Libur Jumat Agung Membuat Aktivitas Perdagangan Lesu

Hari Jumat Agung (Good Friday) yang dirayakan di sejumlah negara membuat volume perdagangan menjadi lebih ringan dari biasanya. Banyak investor memilih untuk tidak mengambil posisi besar menjelang akhir pekan panjang, yang turut berkontribusi pada ketenangan pergerakan Dolar AS. Namun demikian, suasana pasar tetap waspada terhadap pernyataan-pernyataan penting yang bisa mengubah arah kebijakan ekonomi dan moneter AS.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pernyataan Jerome Powell Memicu Kewaspadaan Terhadap Stagflasi

Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, memberikan pernyataan yang cukup tegas dan mengisyaratkan kekhawatiran terhadap kondisi perekonomian. Ia memperingatkan bahwa kombinasi antara pertumbuhan ekonomi yang lesu dan inflasi yang persisten dapat mempersulit pencapaian target kebijakan moneter Fed.

Pernyataan Powell ini membuat pasar kembali mencermati risiko stagflasi, yaitu kondisi di mana inflasi tinggi terjadi bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi yang stagnan. Risiko ini menjadi salah satu momok terbesar bagi otoritas moneter karena mempersempit ruang gerak mereka dalam merespons krisis ekonomi.

Meskipun pernyataan tersebut memberikan sedikit dukungan kepada Dolar AS karena menandakan kehati-hatian dari The Fed, namun pasar tetap skeptis mengenai kemampuan bank sentral untuk mengelola situasi ini tanpa menyebabkan guncangan tambahan.

Donald Trump Kembali Mengkritik The Fed dan Powell

Presiden AS saat itu, Donald Trump, tak ketinggalan dalam memanaskan situasi. Ia kembali melontarkan kritik terhadap Ketua Fed Jerome Powell yang dinilainya terlalu lambat dalam menurunkan suku bunga. Trump bahkan menyatakan bahwa pemecatan Powell “tidak bisa dilakukan cukup cepat,” menunjukkan ketidaksabarannya terhadap laju penyesuaian kebijakan moneter.

Kritik politik terhadap otoritas moneter, meskipun bukan hal baru, tetap menimbulkan ketidakpastian di pasar. Intervensi semacam ini dapat merusak persepsi independensi The Fed, yang merupakan fondasi penting dalam menjaga kepercayaan investor terhadap stabilitas kebijakan moneter AS.

Proyeksi Pemotongan Suku Bunga Semakin Menguat

Terlepas dari nada hawkish Powell, pasar uang tetap mengantisipasi pelonggaran kebijakan moneter. Berdasarkan alat CME FedWatch, para pedagang memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar total 86 basis poin hingga akhir tahun 2025, dengan pemotongan pertama diprediksi terjadi pada bulan Juli.

Ekspektasi ini menunjukkan bahwa pasar lebih memercayai data dan tren ekonomi aktual dibandingkan pernyataan kebijakan yang bersifat antisipatif. Jika inflasi tetap tinggi namun pertumbuhan terus melambat, tekanan terhadap Fed untuk bertindak lebih akomodatif akan semakin kuat.

Optimisme Trump Terhadap Negosiasi Perdagangan dengan Tiongkok

Di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi, Trump tetap menunjukkan optimisme dalam negosiasi perdagangan dengan Tiongkok. Dalam sebuah pernyataan, ia mengatakan bahwa Tiongkok telah melakukan beberapa pendekatan positif dan dirinya tidak berniat menaikkan tarif lebih lanjut.

Trump juga menyatakan bahwa kenaikan tarif akan membuat barang-barang dari Tiongkok menjadi tidak terjangkau, yang pada akhirnya akan merugikan konsumen Amerika. Ia menambahkan bahwa kesepakatan dapat dicapai dalam waktu tiga hingga empat minggu, meskipun pernyataan semacam ini sudah beberapa kali muncul sebelumnya tanpa realisasi konkret.

Meski demikian, pasar tetap mencatat pernyataan ini sebagai sinyal positif, terutama jika benar-benar terjadi kesepakatan yang bisa menurunkan tensi geopolitik dan mendorong perdagangan global.

Data Tenaga Kerja AS Menunjukkan Sinyal Campuran

Laporan ketenagakerjaan terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS memberikan sinyal yang beragam. Klaim Pengangguran Awal turun menjadi 215.000 untuk minggu yang berakhir pada 12 April, lebih rendah dari ekspektasi dan dari angka revisi minggu sebelumnya yang berada di 224.000.

Penurunan ini menandakan bahwa pasar tenaga kerja tetap cukup kuat, setidaknya dalam jangka pendek. Namun, di sisi lain, Klaim Pengangguran Berkelanjutan naik sebesar 41.000 menjadi 1,885 juta untuk minggu yang berakhir pada 5 April, menunjukkan bahwa sebagian orang yang kehilangan pekerjaan mungkin lebih sulit untuk segera mendapatkan pekerjaan baru.

Kondisi ini memperkuat pandangan bahwa meskipun pemutusan hubungan kerja masih terbatas, namun pemulihan pasar kerja mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan.

Kesimpulan: Dolar AS di Persimpangan Jalan

DXY yang tetap di bawah 99,50 mencerminkan ketegangan yang sedang dihadapi Dolar AS. Di satu sisi, ada potensi penguatan jika The Fed mempertahankan sikap hawkish dan inflasi tetap tinggi. Di sisi lain, tekanan terhadap ekonomi dan pasar tenaga kerja bisa memaksa Fed untuk lebih longgar, yang akan menekan Dolar.

Ketidakpastian politik dan hubungan perdagangan yang belum pasti juga menambah kompleksitas situasi. Dalam jangka pendek, pasar kemungkinan akan tetap fluktuatif, dengan arah yang sangat bergantung pada perkembangan data ekonomi serta kebijakan moneter dan fiskal di AS.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 16 April 2025

Bestprofit | Harga Emas Naik Tajam

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (17/4) – Harga emas mengalami kenaikan di sesi perdagangan Asia awal, dipicu oleh meningkatnya permintaan terhadap aset safe-haven setelah pernyataan bernada waspada dari Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell. Dalam kondisi ketidakpastian ekonomi global yang meningkat, emas kembali menunjukkan peran historisnya sebagai pelindung nilai dan instrumen diversifikasi portofolio.

Pernyataan Powell Memicu Kekhawatiran Investor

Pada pidatonya semalam, Jerome Powell memperingatkan risiko ekonomi yang masih mengintai perekonomian Amerika Serikat dan global. Ia menekankan bahwa meskipun inflasi mulai mereda, tekanan struktural seperti ketegangan geopolitik, volatilitas pasar tenaga kerja, dan potensi perlambatan ekonomi tetap menjadi ancaman nyata.

Pernyataan Powell tersebut memicu respons cepat dari pasar keuangan. Indeks saham melemah, imbal hasil obligasi jatuh, dan permintaan terhadap aset aman seperti emas langsung melonjak. Reaksi ini menunjukkan sensitivitas pasar terhadap arah kebijakan moneter dan kekhawatiran terhadap ketidakpastian makroekonomi.

Harga Emas Cetak Rekor Baru

Emas spot naik 0,3% menjadi $3.350,88 per troy ounce setelah sempat menyentuh rekor intraday tertinggi di $3.357,92 per ounce, menurut data dari platform ICE. Lonjakan ini memperpanjang reli harga emas yang telah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir.

Faktor-faktor pendorong kenaikan ini mencakup:

  • Kekhawatiran geopolitik di Timur Tengah dan Eropa Timur

  • Ketidakpastian arah kebijakan suku bunga AS

  • Melemahnya dolar AS

  • Arus modal yang menghindari aset berisiko

Kenaikan harga emas ini juga didukung oleh meningkatnya permintaan dari investor institusional yang melihat emas sebagai lindung nilai terhadap potensi stagflasi.

Safe-Haven Menguat di Tengah Ketidakpastian Global

Dalam situasi global yang tidak menentu, emas kembali menegaskan dirinya sebagai aset safe-haven utama. Quasar Elizundia, ahli strategi riset dari Pepperstone, dalam sebuah email mengatakan, “Prospek emas tetap konstruktif, didukung oleh campuran kuat faktor makroekonomi dan geopolitik yang memperkuat nilai intrinsiknya sebagai penyimpan nilai dan aset diversifikasi di masa yang tidak pasti.”

Emas secara historis telah menjadi pilihan utama saat pasar menghadapi krisis. Dengan meningkatnya tensi antara kekuatan global, konflik regional, dan tekanan fiskal di banyak negara, investor cenderung mengalihkan portofolionya ke aset yang dianggap aman dan likuid seperti emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Proyeksi Harga Emas: Target Jangka Menengah hingga Panjang

Menurut Quasar Elizundia, jika kondisi saat ini berlanjut, harga emas diproyeksikan dapat mencapai target jangka menengah hingga panjang di kisaran $3.734 per ounce. Ini mengindikasikan potensi kenaikan lebih dari 10% dari level saat ini.

Beberapa skenario yang bisa mendorong harga emas lebih tinggi antara lain:

  • Penurunan suku bunga oleh The Fed pada semester kedua 2025

  • Melemahnya data tenaga kerja AS

  • Penurunan nilai dolar AS

  • Kenaikan permintaan fisik dari Tiongkok dan India

  • Ketegangan geopolitik yang meluas

Faktor Pendukung Lain: Permintaan Fisik dan Cadangan Bank Sentral

Selain faktor pasar finansial, permintaan fisik terhadap emas dari konsumen dan bank sentral juga berperan penting. Tiongkok dan India tetap menjadi konsumen utama emas dunia, baik untuk perhiasan maupun investasi.

Lebih dari itu, bank sentral di berbagai negara berkembang terus menambah cadangan emas mereka sebagai strategi diversifikasi cadangan devisa. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dan sebagai bentuk proteksi terhadap inflasi global.

Data terbaru dari World Gold Council menunjukkan bahwa pembelian emas oleh bank sentral global tetap kuat, mencerminkan keyakinan jangka panjang terhadap stabilitas logam mulia ini.

Dampak terhadap Investor Ritel dan Institusional

Kenaikan harga emas memberi dampak yang berbeda bagi berbagai tipe investor. Bagi investor ritel, tren ini membuka peluang untuk masuk ke aset emas fisik maupun derivatif seperti ETF berbasis emas. Sementara itu, bagi investor institusional seperti hedge fund dan manajer aset, pergerakan emas menjadi sinyal penting dalam pengelolaan portofolio strategis.

Banyak institusi kini menyesuaikan komposisi portofolio mereka dengan menambah eksposur ke aset safe-haven, termasuk emas dan obligasi pemerintah AS jangka panjang.

Risiko Koreksi Masih Ada

Meski tren harga emas menunjukkan kekuatan, para analis tetap memperingatkan risiko koreksi dalam jangka pendek. Beberapa faktor yang bisa menekan harga emas di antaranya adalah:

  • Pemulihan ekonomi global lebih cepat dari perkiraan

  • Data inflasi AS yang lebih tinggi yang bisa mendorong Fed mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama

  • Penguatan dolar AS secara tiba-tiba

Dengan kata lain, meskipun tren jangka panjang cenderung naik, investor tetap perlu memperhatikan fluktuasi jangka pendek dan volatilitas pasar.

Kesimpulan: Emas Kembali Bersinar di Tengah Awan Ketidakpastian

Kenaikan harga emas saat ini mencerminkan kekhawatiran mendalam investor terhadap kondisi ekonomi global dan geopolitik yang tidak menentu. Dengan peringatan dari Ketua The Fed yang memperkuat ketakutan pasar, permintaan terhadap aset safe-haven melonjak, dan emas menjadi penerima manfaat utama.

Dengan prospek yang tetap kuat dan dukungan dari berbagai faktor fundamental dan teknikal, emas diperkirakan akan terus menarik minat dalam jangka menengah hingga panjang. Target harga $3.734 per ounce bukanlah hal yang tidak masuk akal jika ketidakpastian global berlanjut.

Bagi investor, saat ini bisa menjadi momen penting untuk menilai kembali peran emas dalam portofolio mereka — bukan hanya sebagai instrumen lindung nilai, tetapi juga sebagai strategi untuk menghadapi era volatilitas baru yang mungkin sedang kita hadapi.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 15 April 2025

Bestprofit | Harga Emas Naik, Imbal Hasil Turun

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (16/4) – Harga emas mengakhiri sesi perdagangan Selasa dengan lonjakan signifikan karena para pedagang beralih ke logam mulia sebagai aset aman di tengah kekhawatiran global yang meningkat. Ketidakpastian atas rencana tarif Presiden AS Donald Trump, penurunan imbal hasil obligasi, serta ketegangan geopolitik semakin memperkuat daya tarik emas.

Emas Ditutup Lebih Tinggi: Naik Lebih dari 6,5%

Pada akhir sesi New York, emas (XAU/USD) diperdagangkan di kisaran $3.240 per troy ounce, mencatat kenaikan lebih dari 6,5%. Peningkatan ini terjadi setelah penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS selama dua hari berturut-turut, yang menjadi salah satu pendorong utama permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.

Para investor global semakin mencari perlindungan terhadap ketidakpastian kebijakan perdagangan AS, khususnya rencana tarif baru Presiden Trump yang menyasar sektor farmasi, yang membuat pasar global gelisah.

Imbal Hasil Obligasi AS Terus Turun

Salah satu pendorong utama lonjakan harga emas adalah penurunan signifikan pada imbal hasil obligasi AS. Imbal hasil Treasury 10-tahun turun sebesar 4,5 basis poin ke level 4,339%. Sementara itu, imbal hasil riil—yang dihitung melalui obligasi Treasury yang dilindungi inflasi (TIPS)—turun sebesar 3,5 bps ke 2,149%.

Penurunan imbal hasil ini membuat emas yang tidak memberikan bunga menjadi lebih menarik. Ketika imbal hasil riil turun, biaya peluang memegang emas juga berkurang, sehingga mendorong peningkatan permintaan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketegangan Perdagangan: Tiongkok dan Boeing

Konflik dagang AS-Tiongkok kembali memanas setelah Tiongkok memerintahkan maskapai domestiknya untuk menghentikan pengiriman pesawat Boeing. Langkah ini dilihat sebagai pembalasan terhadap kebijakan tarif AS yang baru, dan memperburuk suasana hati pelaku pasar global.

Ketegangan ini menambah tekanan pada pasar saham dan mendukung arus modal ke aset-aset aman seperti emas, yang sering digunakan sebagai lindung nilai terhadap gejolak geopolitik.

Data Ekonomi AS yang Beragam

Di sisi data ekonomi, laporan dari AS menunjukkan hasil yang beragam. Harga impor tetap tidak berubah, sementara laporan Indeks Manufaktur Empire State dari New York membaik menjadi -8,1 pada April 2025 dari -20 pada Maret. Meskipun ini menunjukkan perbaikan, angka tersebut masih berada di wilayah kontraksi dan menunjukkan bahwa aktivitas bisnis tetap lemah.

Selain itu, data menunjukkan adanya kenaikan harga input, yang menambah kekhawatiran inflasi di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi. Sementara prospek bisnis enam bulan ke depan memburuk, menunjukkan sentimen yang masih pesimis dari pelaku industri.

Fokus Pasar Minggu Ini: Penjualan Ritel dan Pidato Powell

Para pelaku pasar kini mengalihkan perhatian mereka ke data Penjualan Ritel bulan Maret, yang akan dirilis pada hari Rabu. Diperkirakan terjadi kenaikan dari 0,6% menjadi 1,3% secara bulanan (MoM). Namun, kelompok kontrol—komponen penting untuk perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB)—diprediksi turun dari 1% menjadi 0,6%. Ini bisa menjadi sinyal awal bahwa rumah tangga mulai mengurangi pengeluaran mereka.

Selain itu, pidato dari beberapa pejabat Federal Reserve, terutama Ketua Jerome Powell, akan menjadi sorotan. Investor ingin mengetahui apakah Fed akan memberikan sinyal pelonggaran kebijakan moneter di tengah pelemahan ekonomi dan inflasi yang masih membandel.

Produksi Industri Diperkirakan Menyusut

Produksi industri AS untuk Maret juga diperkirakan mencatat kontraksi sebesar 0,2% setelah tumbuh 0,7% pada Februari. Jika ramalan ini benar, maka kontraksi ini akan menghentikan tren positif setelah tiga bulan berturut-turut penurunan yang terjadi antara September hingga November 2024.

Kontraksi ini akan menjadi sinyal bahwa sektor manufaktur masih berada dalam tekanan berat, meskipun ada perbaikan kecil di beberapa indikator lainnya.

Harapan Pemangkasan Suku Bunga oleh The Fed

Pelaku pasar uang kini memperkirakan Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar total 85 basis poin sebelum akhir tahun 2025. Pasar bahkan memperkirakan pemangkasan pertama akan terjadi pada bulan Juli. Ekspektasi pelonggaran ini merupakan reaksi terhadap data ekonomi yang melambat dan potensi tekanan dari sisi geopolitik serta sektor konsumen.

Dengan kebijakan moneter yang lebih longgar, dolar AS kemungkinan akan melemah, yang biasanya menjadi dorongan tambahan bagi harga emas karena membuat emas lebih murah bagi pembeli luar negeri.

Kesimpulan: Emas Kembali Menjadi Primadona

Kombinasi dari penurunan imbal hasil obligasi, ketegangan geopolitik antara AS dan Tiongkok, serta ekspektasi pelonggaran kebijakan oleh Federal Reserve telah menghidupkan kembali daya tarik emas sebagai aset aman. Kenaikan harga yang signifikan dalam satu sesi menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap berita makroekonomi dan politik.

Meskipun harga emas telah melonjak, ketidakpastian yang masih membayangi bisa membuat logam mulia ini tetap menjadi aset pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan. Para pelaku pasar kini menanti pidato dari Ketua Fed Jerome Powell dan data penjualan ritel sebagai penentu arah harga selanjutnya.

Jika data ekonomi menunjukkan perlambatan yang konsisten dan The Fed memberikan sinyal dovish, maka harga emas berpotensi mencetak rekor baru dalam beberapa bulan ke depan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Monday, 14 April 2025

Bestprofit | Emas Menguat di Tengah Ketidakpastian

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (15/4) – Harga emas mencatatkan kenaikan tipis pada sesi perdagangan Asia pagi ini, di tengah ketidakpastian arah pasar yang didorong oleh sinyal campuran dari kebijakan moneter dan pernyataan politik terbaru. Dengan emas spot naik 0,1% menjadi $3.212,53 per ons, investor tampaknya mengambil sikap hati-hati sambil mencermati dinamika pasar global, termasuk kebijakan suku bunga Amerika Serikat dan kebijakan tarif dari mantan Presiden Donald Trump.

Sinyal dari The Fed: Potensi Penurunan Suku Bunga

Salah satu pendorong utama kenaikan harga emas pagi ini adalah pernyataan dari Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller. Dalam komentarnya semalam, Waller menyatakan bahwa suku bunga acuan mungkin perlu diturunkan dalam waktu dekat, terutama jika tarif impor besar yang diberlakukan selama masa kepresidenan Trump tetap diberlakukan.

Pernyataan ini memberi angin segar bagi logam mulia. Emas, yang tidak menawarkan bunga, biasanya mendapat dorongan ketika suku bunga rendah karena biaya peluang untuk memilikinya menjadi lebih kecil. Dengan ekspektasi bahwa Federal Reserve bisa melonggarkan kebijakan moneternya, daya tarik emas sebagai aset lindung nilai meningkat.

Menurut para analis, pernyataan Waller menunjukkan bahwa bank sentral masih waspada terhadap dampak kebijakan fiskal terhadap perekonomian. Tarif yang tinggi dapat menekan pertumbuhan dan inflasi, membuka ruang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga guna mendorong konsumsi dan investasi.

Sinyal Berlawanan: Trump Pertimbangkan Kelonggaran Tarif

Namun, narasi yang mendukung harga emas tidak berdiri sendiri. Pada saat yang hampir bersamaan, mantan Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa ia mempertimbangkan untuk menghentikan sementara beberapa tarif, khususnya untuk mendukung industri otomotif domestik.

Langkah ini, jika diambil, dapat mengurangi ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global yang selama ini mendorong minat terhadap aset safe haven seperti emas. Dengan menurunnya risiko yang dipersepsikan pasar, permintaan terhadap emas bisa tertekan.

Trump menyampaikan niat tersebut sebagai bagian dari kampanyenya yang berfokus pada revitalisasi industri Amerika, namun pasar melihatnya sebagai langkah yang dapat mengurangi tekanan terhadap ekonomi dan membuat kebijakan moneter longgar menjadi kurang mendesak.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pasar Emas dalam Fase Konsolidasi

Kombinasi dari dua sinyal yang bertolak belakang ini menciptakan ketidakpastian di pasar emas. Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com, mengatakan dalam sebuah email bahwa dalam jangka pendek, emas tampak “sedikit melar” dan mungkin memerlukan periode konsolidasi sebelum kembali bergerak secara signifikan.

“Pasar tampaknya butuh waktu untuk mencerna berita ini. Para pelaku masih menunggu sinyal yang lebih jelas mengenai arah kebijakan The Fed dan bagaimana dinamika tarif ini akan berkembang,” tulis Razaqzada.

Periode konsolidasi dalam perdagangan biasanya menandakan bahwa harga sedang dalam proses menstabilkan diri setelah kenaikan atau penurunan yang tajam, dan sering kali diikuti oleh pergerakan besar selanjutnya. Dalam hal ini, pelaku pasar emas bersiap menghadapi volatilitas jika ada kejelasan lebih lanjut dari Washington maupun dari otoritas moneter.

Daya Tarik Emas Sebagai Safe Haven Masih Kuat

Meskipun ada potensi relaksasi tarif dari Trump, emas tetap menjadi pilihan utama sebagai aset safe haven di tengah berbagai ketidakpastian global. Ketegangan geopolitik, konflik perdagangan yang masih membayangi, serta potensi fluktuasi suku bunga tetap menjadi alasan kuat bagi investor untuk menahan posisi di logam mulia ini.

Kinerja emas yang naik tipis di tengah berita campuran ini mencerminkan kekuatan fundamentalnya. Bahkan ketika kabar baik muncul dari sisi kebijakan fiskal atau moneter, investor masih memilih untuk menempatkan sebagian portofolio mereka dalam bentuk emas sebagai perlindungan dari risiko sistemik.

Faktor Lain yang Mempengaruhi Harga Emas

Selain faktor suku bunga dan tarif, beberapa elemen lain juga menjadi perhatian para pelaku pasar emas:

  1. Kurs Dolar AS – Kekuatan dolar mempengaruhi daya beli investor global terhadap emas. Jika dolar melemah, emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain, yang dapat mendorong permintaan.

  2. Permintaan Fisik – Permintaan dari negara-negara seperti Tiongkok dan India, dua konsumen emas terbesar dunia, juga berdampak besar pada harga. Saat ini, permintaan domestik di kedua negara tersebut menunjukkan tren yang positif.

  3. Ketegangan Geopolitik – Situasi di Timur Tengah, konflik Rusia-Ukraina, serta ketegangan AS-Tiongkok tetap menjadi latar belakang yang mendukung posisi emas sebagai aset perlindungan.

  4. Inflasi Global – Emas juga dilihat sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Jika data inflasi AS dan global menunjukkan percepatan, kemungkinan permintaan terhadap emas akan kembali meningkat.

Prospek Ke Depan: Kapan Harga Akan Bergerak Signifikan?

Banyak analis percaya bahwa pasar emas sedang menunggu “pemicu besar” berikutnya. Entah itu berupa kebijakan baru dari Federal Reserve, keputusan Trump tentang tarif, atau peristiwa geopolitik yang tidak terduga, investor emas siap untuk bereaksi.

Dengan harga emas saat ini mendekati level resistance psikologis, setiap pergerakan naik yang disertai volume besar bisa menandakan dimulainya tren bullish baru. Namun sebaliknya, jika ketidakpastian mereda dan pasar kembali ke aset berisiko seperti saham, harga emas bisa kembali tertekan.

Analis Merekomendasikan Sikap Hati-hati

Para analis menyarankan agar investor tetap waspada dan menghindari keputusan impulsif dalam jangka pendek. Menurut Razaqzada, investor sebaiknya menunggu konfirmasi arah sebelum mengambil posisi besar.

“Volatilitas akan tetap tinggi dalam beberapa minggu ke depan. Ini bukan saat yang tepat untuk berspekulasi berlebihan, kecuali Anda punya strategi jangka panjang yang jelas,” tambahnya.


Kesimpulan

Kenaikan tipis harga emas di sesi Asia pagi ini mencerminkan pasar yang tengah mencerna sinyal yang saling bertentangan. Di satu sisi, komentar dovish dari Gubernur The Fed memberi harapan akan penurunan suku bunga yang mendukung emas. Namun di sisi lain, potensi pengurangan tarif oleh Trump mengurangi kebutuhan investor untuk berlindung pada logam mulia ini.

Dengan kondisi global yang masih rentan dan penuh ketidakpastian, emas tetap menjadi instrumen lindung nilai yang relevan. Meski pergerakannya saat ini lambat, semua mata tertuju pada pengumuman besar berikutnya yang bisa mengubah arah pasar secara drastis. Periode konsolidasi saat ini bisa menjadi momen tenang sebelum badai.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 13 April 2025

Bestprofit | Sinyal Trump Tekan Harga Emas

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (14/4) – Harga emas mengalami penurunan di awal sesi perdagangan Asia pada hari Senin setelah pasar global bereaksi terhadap sinyal yang bertentangan dari pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump. Komoditas safe haven ini, yang biasanya menguat saat ketidakpastian geopolitik atau ekonomi meningkat, justru mencatat penurunan ringan sebesar 0,5% menjadi $3.219,18 per ons.

Sinyal Campuran dari Pemerintah AS

Penyebab utama dari fluktuasi harga emas ini adalah kebijakan dagang AS terhadap Tiongkok yang terus berubah-ubah. Di satu sisi, Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS mengumumkan bahwa berbagai produk teknologi tinggi seperti komputer, tablet, jam tangan pintar Apple, peralatan semikonduktor, dan barang elektronik lainnya dibebaskan dari tarif impor yang sebelumnya diberlakukan atas barang-barang asal Tiongkok. Selain itu, tarif 10% atas seluruh impor juga ditangguhkan untuk sejumlah produk tertentu.

Namun, hanya dua hari setelah pengumuman tersebut, pernyataan berbeda datang dari Menteri Perdagangan AS, Lutnick. Ia menyebut bahwa barang-barang teknologi yang sebelumnya dibebaskan dari tarif akan kembali dikenakan pungutan baru dalam satu hingga dua bulan mendatang. Hal ini memunculkan ketidakpastian di kalangan pelaku pasar terkait arah kebijakan dagang jangka menengah AS.

Reaksi Pasar Terhadap Ketidakpastian

Investor global, termasuk pelaku pasar emas, merespon dengan kehati-hatian terhadap perkembangan ini. Emas, yang selama ini dianggap sebagai aset pelindung nilai terhadap risiko pasar dan gejolak politik, justru tidak menunjukkan penguatan yang signifikan.

Menurut Daniel Ghali, seorang ahli strategi komoditas senior di TD Securities, penurunan harga emas yang terjadi saat ini sifatnya sangat terbatas. Dalam laporannya, Ghali menekankan bahwa tekanan penurunan emas tidak terlalu kuat karena adanya faktor-faktor lain yang mendukung harga logam mulia ini dalam jangka menengah.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Faktor-Faktor Pendukung Harga Emas

Salah satu faktor yang disebut Ghali adalah pembelian potensial dari perusahaan asuransi jiwa di Tiongkok. Perusahaan-perusahaan ini diperkirakan akan meningkatkan alokasi investasi mereka pada emas sebagai bentuk diversifikasi portofolio dan pelindung terhadap volatilitas mata uang serta pasar saham.

Selain itu, kekhawatiran global atas perlambatan ekonomi, ketegangan geopolitik yang belum reda, serta kebijakan moneter longgar dari sejumlah bank sentral besar dunia juga mendukung permintaan terhadap emas. Bank sentral seperti The Fed, ECB, dan Bank of Japan masih cenderung mempertahankan suku bunga rendah bahkan menyiapkan stimulus tambahan.

Tren Jangka Panjang Masih Positif

Meski emas menunjukkan koreksi harga dalam jangka pendek, banyak analis memperkirakan bahwa tren jangka panjang masih condong ke arah positif. Ini didasarkan pada ekspektasi bahwa ketidakpastian global tidak akan mereda dalam waktu dekat, dan investor tetap membutuhkan instrumen lindung nilai terhadap inflasi serta risiko sistemik.

Ketegangan antara AS dan Tiongkok dalam hal perdagangan dan teknologi diprediksi akan terus berlangsung. Selain itu, menjelang tahun pemilu di AS, kebijakan Presiden Trump cenderung lebih populis dan proteksionis, yang justru bisa memperkeruh situasi dan meningkatkan permintaan akan emas.

Kebijakan Perdagangan AS: Faktor Penentu Utama

Kebijakan perdagangan AS saat ini memainkan peran sangat penting dalam menentukan arah pergerakan pasar komoditas, terutama emas. Ketidakpastian yang timbul dari tarik-ulur kebijakan tarif dapat membuat pasar sulit untuk memprediksi arah ekonomi global.

Investor akan terus mencermati setiap pernyataan atau tindakan dari pejabat AS. Bila tarif baru benar-benar diberlakukan kembali dalam beberapa bulan ke depan, bisa jadi emas akan kembali mencatat penguatan tajam akibat meningkatnya risiko ekonomi global.

Dampak Terhadap Pasar Asia dan Global

Di Asia, khususnya di negara-negara importir besar emas seperti India dan Tiongkok, harga emas yang lebih rendah bisa menjadi peluang akumulasi. Konsumen ritel maupun institusional cenderung memanfaatkan koreksi harga untuk meningkatkan pembelian, terlebih menjelang musim pernikahan dan festival di India yang secara historis mendorong permintaan emas fisik.

Sementara itu, di pasar global, harga emas yang sedikit terkoreksi juga menjadi peluang bagi investor jangka panjang. Permintaan dari ETF (exchange-traded funds) berbasis emas masih menunjukkan pertumbuhan yang stabil.

Prediksi Jangka Pendek dan Strategi Investor

Dalam jangka pendek, harga emas diperkirakan akan tetap bergerak fluktuatif, menunggu kejelasan lebih lanjut terkait kebijakan tarif AS. Jika ketidakpastian meningkat, emas bisa kembali naik ke level resistance berikutnya.

Strategi yang dapat dipertimbangkan investor saat ini adalah posisi jangka menengah dengan diversifikasi portofolio, termasuk memegang sebagian aset dalam bentuk logam mulia. Mengingat karakteristik emas yang cenderung menguat saat kondisi pasar penuh tekanan, memiliki eksposur terhadap emas bisa menjadi langkah mitigasi risiko yang bijak.

Kesimpulan

Penurunan harga emas pada awal sesi Asia bukanlah sinyal bahwa permintaan terhadap aset safe haven telah menurun secara keseluruhan, melainkan cerminan dari reaksi pasar terhadap sinyal campuran dari pemerintah AS. Ketidakpastian seputar kebijakan perdagangan AS masih menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan emas, namun prospek jangka panjang tetap positif karena dukungan dari faktor global lainnya.

Investor disarankan untuk terus mencermati perkembangan kebijakan internasional dan menyesuaikan strategi investasi mereka berdasarkan kondisi pasar terbaru. Dalam situasi global yang dinamis seperti saat ini, fleksibilitas dan kewaspadaan adalah kunci dalam mengambil keputusan investasi yang cerdas.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
 

bestprofit futures
 

Thursday, 10 April 2025

Bestprofit | Emas Tembus Rekor di Tengah Kecemasan Resesi

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (11/4) – Harga emas kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di tengah kekhawatiran global, konflik perdagangan, dan ketidakpastian kebijakan ekonomi yang mendorong investor menuju aset safe haven.

Lonjakan Harga Emas ke Atas $3.190 per Ons

Pada Jumat pagi (11 April), harga emas batangan naik tipis di awal sesi perdagangan Asia, menyentuh level di atas $3.190 per ons. Angka ini mencatatkan rekor tertinggi baru, melampaui capaian hari sebelumnya yang sudah menunjukkan lonjakan lebih dari 3% dalam dua hari berturut-turut.

Reli ini menandai momentum positif berkelanjutan untuk emas, yang sejak awal tahun telah menguat lebih dari 20%. Emas spot pun tercatat naik sebesar 0,3% menjadi $3.186,08 per ons pada pukul 06:55 pagi waktu Singapura, dengan kenaikan mingguan sekitar 5%.

Safe Haven: Ketika Ketidakpastian Jadi Pemicu

Kenaikan harga emas tidak bisa dilepaskan dari kekhawatiran investor terhadap arah kebijakan perdagangan global, terutama menyusul pernyataan yang berubah-ubah dari Presiden AS saat itu, Donald Trump, terkait agenda tarifnya.

Aksi jual besar-besaran yang melanda pasar saham, obligasi, dan dolar AS dalam beberapa hari terakhir memperlihatkan bagaimana pelaku pasar semakin resah akan kemungkinan resesi global. Dalam situasi seperti ini, emas kembali memperkuat perannya sebagai aset lindung nilai (safe haven), tempat perlindungan bagi investor ketika pasar keuangan mengalami guncangan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Perang Dagang yang Kian Membara

Isu tarif dan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi pemicu utama kekacauan pasar. Meskipun ada pengumuman mengenai penundaan tarif selama 90 hari, keraguan tetap membayangi efektivitas pembicaraan antara kedua raksasa ekonomi ini.

Bahkan setelah jeda sementara itu, tarif atas semua impor dari Tiongkok telah meningkat drastis, dengan total bea masuk kini menyentuh angka setidaknya 145%. Ini berdampak langsung pada rantai pasok global, inflasi, serta kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi dunia.

Pasar pun merespons dengan sangat negatif. Laporan Bloomberg menyebutkan bahwa eksodus besar-besaran dari aset AS terjadi akibat kekhawatiran yang makin mendalam tentang prospek pertumbuhan ekonomi global.

Skeptisisme atas Penyelesaian Konflik Dagang

Meskipun Gedung Putih, melalui Direktur Dewan Ekonomi Kevin Hassett, menyatakan bahwa AS “sangat maju” dalam negosiasi dengan mitra dagangnya, pelaku pasar tampaknya tidak seoptimistis itu.

Tingkat skeptisisme yang tinggi terhadap penyelesaian konflik dagang dalam waktu dekat menjadi salah satu alasan utama mengapa investor memilih untuk mengalihkan dana ke emas dan logam mulia lainnya. Ketidakpastian inilah yang menjadikan emas lebih menarik dibandingkan aset lain yang lebih rentan terhadap gejolak politik dan ekonomi.

Dukung oleh Ekspektasi Pelonggaran Kebijakan Moneter

Faktor lain yang turut menopang reli harga emas adalah harapan pasar terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar dari Federal Reserve. Data terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa inflasi inti melambat secara luas pada bulan Maret, memperbesar peluang terjadinya pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.

Saat ini, para pedagang memperkirakan akan ada setidaknya tiga pemotongan suku bunga dari The Fed sepanjang sisa tahun ini, bahkan dengan kemungkinan keempat. Dalam kondisi suku bunga yang rendah, daya tarik emas meningkat karena tidak adanya bunga yang dibayarkan dari kepemilikan logam mulia ini menjadi tidak terlalu merugikan dibandingkan aset berbunga lainnya.

Bank Sentral Global Tambah Porsi Emas

Selain dari faktor eksternal seperti perang dagang dan kebijakan moneter, pembelian emas oleh bank sentral global juga menjadi pendorong utama kenaikan harga emas.

Dalam beberapa tahun terakhir, bank sentral dari negara berkembang hingga negara maju telah meningkatkan cadangan emas mereka sebagai bagian dari diversifikasi dan perlindungan terhadap risiko geopolitik serta ketegangan perdagangan.

Langkah-langkah ini mencerminkan kecenderungan strategis yang lebih luas dalam dunia keuangan global untuk meningkatkan kepemilikan aset riil yang tahan terhadap fluktuasi nilai mata uang dan gejolak pasar.

Kinerja Positif Logam Mulia Lainnya

Tidak hanya emas, logam mulia lainnya seperti perak, platinum, dan paladium juga mengalami kenaikan meskipun dalam skala yang lebih moderat. Kenaikan ini mencerminkan kepercayaan pasar secara keseluruhan terhadap sektor komoditas logam mulia, yang kerap menjadi pelarian saat ketidakpastian ekonomi meningkat.

Indeks Bloomberg Dollar Spot, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, juga mencatat penurunan selama empat hari berturut-turut. Melemahnya dolar memberikan keuntungan tambahan bagi harga emas, karena emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain.

Kesimpulan: Emas Tetap Jadi Pilihan Utama di Tengah Ketidakpastian

Dalam situasi global yang penuh ketidakpastian dan risiko, baik dari sisi kebijakan perdagangan, kondisi ekonomi, maupun arah suku bunga, emas telah menegaskan kembali perannya sebagai aset yang dapat diandalkan.

Dengan mencapai rekor tertinggi baru di atas $3.190 per ons, emas bukan hanya menjadi indikator ketidakpastian pasar, tetapi juga menjadi refleksi dari kepercayaan yang mulai luntur terhadap sistem keuangan konvensional dalam menghadapi guncangan global.

Jika tren saat ini berlanjut, emas berpotensi untuk terus mencetak rekor baru dalam beberapa bulan ke depan — menjadikannya pilihan menarik bagi investor yang mencari stabilitas di tengah ketidakstabilan.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 9 April 2025

Bestprofit | Emas Menguat Usai Penundaan Tarif

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (10/4) – Rabu (09/4) mencatat lonjakan tajam harga emas, yang melampaui $3.065 per ons, menandai kenaikan lebih dari 3% dalam satu hari. Kenaikan ini tidak lepas dari meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang mendorong investor global untuk mencari perlindungan dalam aset safe haven seperti emas. Dalam artikel ini, kita akan membahas faktor-faktor utama yang mendorong lonjakan harga emas tersebut, respons pasar global, dan proyeksi ke depan.

1. Ketegangan Perdagangan AS-Tiongkok Memanas

Pemicunya adalah langkah mengejutkan dari mantan Presiden Donald Trump yang mengumumkan melalui platform Truth Social bahwa Amerika Serikat akan menangguhkan tarif timbal balik sebesar 10% selama 90 hari untuk semua negara, kecuali Tiongkok. Di sisi lain, tarif impor dari Tiongkok justru dinaikkan secara signifikan menjadi 125%, mencerminkan strategi tekanan ekonomi yang lebih agresif terhadap Beijing.

Langkah ini langsung memicu kegelisahan di pasar global. Tiongkok merespons cepat dengan memberlakukan tarif balasan atas barang-barang asal AS sebesar 84%, meningkat tajam dari sebelumnya 34%. Kebijakan saling balas tarif ini mempertegas bahwa ketegangan dagang antar dua kekuatan ekonomi dunia belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

2. Klarifikasi dari Departemen Keuangan AS

Menteri Keuangan Scott Bessent kemudian memberikan klarifikasi, menyatakan bahwa tarif 10% tersebut merupakan tarif negosiasi yang bersifat sementara dan tidak mencakup Tiongkok maupun sektor-sektor khusus tertentu. Dengan demikian, ketidakpastian tetap membayangi prospek perdagangan jangka pendek.

Bessent juga menegaskan bahwa tarif terhadap Tiongkok dapat bertahan dalam jangka panjang jika tidak tercapai kesepakatan perdagangan baru. Ini menambah tekanan terhadap perusahaan-perusahaan global yang bergantung pada rantai pasok lintas negara, serta memperkuat alasan investor untuk berlindung dalam aset yang lebih aman seperti emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

3. Uni Eropa Ikut Memberikan Respons

Tidak hanya Tiongkok, Uni Eropa juga memberikan respons tegas, menyetujui kebijakan tarif pembalasan atas impor AS senilai €21 miliar. Langkah ini menunjukkan bahwa efek domino dari ketegangan perdagangan AS bisa meluas ke wilayah-wilayah lain, memperparah ketidakpastian global.

Dampaknya terhadap harga emas semakin terasa karena pasar memandang krisis perdagangan ini berpotensi memicu perlambatan ekonomi global, yang pada gilirannya akan memaksa bank sentral untuk mempertimbangkan pelonggaran kebijakan moneter. Semua ini menciptakan latar belakang yang kondusif bagi kenaikan harga logam mulia.

4. Investor Beralih ke Aset Safe Haven

Dalam kondisi ketidakpastian seperti ini, emas kembali memainkan perannya sebagai aset safe haven utama. Investor besar dan institusi keuangan global mulai memindahkan portofolio mereka dari aset berisiko seperti saham dan obligasi korporasi, menuju emas dan instrumen terkait lainnya.

Lonjakan harga emas lebih dari 3% dalam sehari menjadi cerminan langsung dari arus modal besar yang mengalir ke instrumen tersebut. Apalagi emas memiliki reputasi kuat sebagai pelindung nilai saat inflasi naik atau risiko geopolitik meningkat.

5. FOMC: Inflasi Bisa Meningkat Akibat Tarif Baru

Dalam risalah pertemuan terbarunya, Federal Open Market Committee (FOMC) menyatakan bahwa kenaikan tarif impor kemungkinan besar akan mendorong inflasi lebih tinggi dalam jangka pendek, namun mereka juga menggarisbawahi adanya ketidakpastian mengenai seberapa kuat dan bertahannya efek ini terhadap perekonomian secara keseluruhan.

Pernyataan ini menciptakan spekulasi bahwa Fed mungkin akan mengambil pendekatan lebih hati-hati terhadap kebijakan suku bunga ke depan. Kemungkinan Fed mempertahankan suku bunga atau bahkan memotongnya semakin membuka ruang bagi harga emas untuk terus naik, karena biaya peluang untuk memegang emas menjadi lebih rendah.

6. Arus Masuk Besar ke ETF Emas

Menambah dorongan ke harga emas, World Gold Council (WGC) melaporkan bahwa ETF yang didukung emas mencatat arus masuk sebesar 226,5 metrik ton selama kuartal pertama tahun ini. Nilai investasi ini mencapai $21,1 miliar, menandakan tingginya permintaan institusional terhadap emas fisik dan derivatifnya.

Arus masuk ini menjadi sinyal penting bahwa bukan hanya investor ritel, melainkan juga lembaga keuangan besar melihat emas sebagai pelindung utama di tengah guncangan ekonomi dan politik yang sedang berlangsung. Ketika permintaan terus meningkat sementara pasokan relatif stagnan, harga secara alami terdorong naik.

7. Prospek Emas dalam Beberapa Bulan ke Depan

Melihat dinamika saat ini, banyak analis memperkirakan bahwa harga emas bisa terus menanjak dalam jangka pendek hingga menengah, terutama jika konflik perdagangan tidak menunjukkan tanda-tanda penyelesaian. Potensi pemangkasan suku bunga, inflasi yang membayangi, dan ketegangan geopolitik lainnya (seperti situasi Timur Tengah atau ketidakstabilan politik di Eropa) juga berpotensi memperkuat permintaan emas.

Namun, beberapa pihak memperingatkan kemungkinan koreksi teknikal jangka pendek mengingat lonjakan harga yang begitu cepat. Meski demikian, sentimen pasar masih sangat positif terhadap emas sebagai aset pelindung nilai.

Kesimpulan: Emas Kembali Menjadi Primadona

Lonjakan harga emas di atas $3.065 per ons bukanlah kejadian terisolasi, melainkan cerminan dari ketegangan global yang kian memanas dan ketidakpastian ekonomi yang meningkat. Mulai dari perang tarif AS-Tiongkok, kebijakan balasan dari Uni Eropa, hingga sinyal dovish dari The Fed, semuanya membentuk iklim investasi yang mendukung penguatan harga emas.

Dengan latar belakang ini, emas kembali tampil sebagai aset andalan di tengah ketidakpastian global. Bagi investor, kondisi seperti ini menjadi pengingat pentingnya diversifikasi portofolio dan kesiapsiagaan menghadapi gejolak pasar yang bisa datang sewaktu-waktu.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 8 April 2025

Bestprofit | Harga Emas Pangkas Kenaikan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-9.jpg

Bestprofit (9/4) – Pada hari Selasa (8 April), harga emas mengalami koreksi signifikan setelah mencatatkan kenaikan tajam di awal sesi. Emas diperdagangkan hampir tidak berubah, bergerak di kisaran $2.980 per ons, setelah sebelumnya menguat lebih tinggi. Penurunan harga emas ini banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kenaikan imbal hasil Treasury AS yang mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe haven, serta kekhawatiran tentang meningkatnya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi pergerakan harga emas pada hari tersebut, termasuk dampak dari kebijakan tarif, serta permintaan terhadap emas sebagai tempat perlindungan di tengah ketidakpastian ekonomi global.

1. Kenaikan Imbal Hasil Treasury Tekan Harga Emas

Salah satu faktor utama yang menyebabkan koreksi harga emas pada hari Selasa adalah kenaikan imbal hasil Treasury AS. Imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih tinggi cenderung membuat aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil, seperti emas, menjadi kurang menarik bagi para investor. Ketika imbal hasil obligasi naik, investor lebih memilih untuk berinvestasi di instrumen yang memberikan pengembalian lebih tinggi, sehingga membuat permintaan terhadap emas menurun.

Kenaikan imbal hasil Treasury ini sebagian besar didorong oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve (Fed) mungkin akan tetap mempertahankan kebijakan suku bunga yang lebih tinggi untuk mengendalikan inflasi. Oleh karena itu, meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS sering kali menjadi faktor penghambat bagi pergerakan harga emas, karena emas tidak memberikan imbal hasil apapun kepada pemegangnya, berbeda dengan instrumen seperti obligasi.

2. Ketegangan Perang Dagang AS-Tiongkok Meningkatkan Kekhawatiran Pasar

Selain faktor teknikal di pasar obligasi, harga emas juga dipengaruhi oleh perkembangan geopolitik yang terjadi antara AS dan Tiongkok. Ketegangan perdagangan yang meningkat antara kedua negara ini menjadi perhatian utama bagi para pelaku pasar, karena dampaknya bisa sangat besar terhadap ekonomi global.

Pada hari yang sama, seorang pejabat Gedung Putih mengonfirmasi bahwa AS akan melanjutkan penerapan tarif hingga 104% atas impor dari Tiongkok. Tarif yang lebih tinggi ini akan mulai berlaku pada tengah malam, menambah ketegangan dalam hubungan dagang kedua negara. Pengumuman tersebut memberikan dampak langsung terhadap sentimen pasar, dengan investor yang mulai lebih berhati-hati dan mengalihkan perhatian mereka ke aset-aset yang lebih aman, seperti emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Sebelumnya dalam sesi tersebut, pasar sempat terangkat oleh optimisme tentang potensi kemajuan dalam negosiasi perdagangan. Namun, pengumuman pejabat Gedung Putih tersebut langsung mengubah prospek pasar, menambah ketidakpastian yang memicu permintaan terhadap aset safe haven. Emas sebagai aset yang dianggap aman dalam kondisi ketidakpastian geopolitik, mendapatkan dukungan dari kekhawatiran perang dagang yang semakin meningkat.

3. Optimisme Awal yang Terkoreksi: Perkembangan Positif dalam Negosiasi Tarif

Sebelum ketegangan terkait perang dagang kembali memanas, pasar sempat dipenuhi dengan optimisme atas kemajuan yang mungkin tercapai dalam negosiasi tarif antara AS dan Tiongkok. Menteri Keuangan AS, Bessent, menyatakan bahwa lebih dari 70 negara telah menghubungi Gedung Putih, menunjukkan adanya peluang untuk mencapai kesepakatan perdagangan yang menguntungkan.

Bessent juga menyebutkan bahwa beberapa negara kemungkinan akan mencapai kesepakatan perdagangan yang menjanjikan, yang dapat meredakan ketegangan dan membuka peluang bagi perekonomian global untuk kembali stabil. Optimisme ini sempat mengangkat pasar dan menekan harga emas di awal sesi, karena investor mulai merasa lebih percaya diri terhadap prospek ekonomi global.

Namun, optimisme tersebut ternyata tidak bertahan lama. Pengumuman terkait tarif baru yang lebih tinggi dari AS terhadap impor Tiongkok mengubah sentimen pasar, mengembalikan kekhawatiran investor terhadap potensi dampak negatif yang ditimbulkan oleh ketegangan perdagangan yang berlarut-larut. Harga emas, yang sempat terkoreksi, kembali mendapatkan dukungan dari investor yang lebih memilih berinvestasi di aset yang aman.

4. Permintaan Safe Haven Menjaga Dukungan Bagi Harga Emas

Meskipun ada penurunan harga emas pada hari tersebut, permintaan terhadap logam kuning ini tetap kuat. Emas selalu dianggap sebagai aset safe haven, yang menarik minat investor ketika ketidakpastian ekonomi atau politik meningkat. Kekhawatiran mengenai perang dagang AS-Tiongkok, serta potensi dampak negatif dari kebijakan perdagangan yang lebih agresif, membuat investor beralih ke emas sebagai tempat perlindungan nilai.

Selain ketegangan geopolitik, faktor lain yang mendukung permintaan terhadap emas adalah ekspektasi bahwa suku bunga mungkin akan tetap rendah atau bahkan turun dalam waktu dekat. Ketika suku bunga berada pada level yang rendah, daya tarik emas meningkat karena biaya peluang untuk tidak berinvestasi di instrumen berbunga menjadi lebih rendah. Oleh karena itu, meskipun harga emas mengalami penurunan dalam jangka pendek, permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven tetap terjaga, mendukung harga emas pada level yang relatif tinggi.

5. Ekspektasi Suku Bunga Lebih Rendah Mendukung Prospek Emas

Salah satu alasan mengapa harga emas tetap mendapat dukungan dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini adalah ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga yang lebih rendah. Para analis memperkirakan bahwa Federal Reserve akan lebih berhati-hati dalam menaikkan suku bunga, mengingat ketidakpastian yang timbul dari ketegangan perdagangan global dan dampaknya terhadap perekonomian.

Dengan suku bunga yang lebih rendah, emas menjadi lebih menarik bagi investor, karena logam mulia ini tidak memerlukan bunga untuk disimpan. Sebaliknya, suku bunga rendah membuat investasi pada aset yang menghasilkan bunga lebih sedikit menarik. Oleh karena itu, meskipun harga emas mengalami fluktuasi, ekspektasi terhadap suku bunga yang lebih rendah tetap memberikan dukungan fundamental yang kuat bagi harga emas.

6. Kesimpulan: Perpaduan Antara Faktor Teknis dan Fundamental

Harga emas pada 8 April 2025 mencerminkan perpaduan antara faktor teknikal dan fundamental yang memengaruhi pasar. Kenaikan imbal hasil Treasury dan ketegangan dalam perang dagang AS-Tiongkok menjadi penghambat harga emas di satu sisi, sementara permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven dan ekspektasi suku bunga yang lebih rendah memberikan dukungan di sisi lain.

Meskipun harga emas mengalami koreksi dalam jangka pendek, sentimen pasar yang dipengaruhi oleh ketidakpastian geopolitik dan ekspektasi terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar tetap memberikan prospek positif bagi harga emas ke depannya. Sebagai aset yang tahan banting dalam situasi ketidakpastian, emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan nilai di tengah gejolak pasar.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures