Monday, 5 May 2025

Bestprofit | Emas Terkoreksi Ringan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-2.jpg

Bestprofit (6/5) – Harga emas mengalami penurunan tipis pada perdagangan awal Asia, memicu spekulasi tentang kemungkinan koreksi teknis setelah reli kuat di sesi sebelumnya. Meskipun demikian, indikator teknikal menunjukkan bahwa logam mulia ini tetap berada dalam tren naik yang solid, dengan dukungan teknikal yang menjaga harga dari penurunan lebih dalam. Artikel ini akan mengulas pergerakan harga emas terkini, faktor teknikal yang mendasari tren, serta potensi arah harga dalam waktu dekat.

Penurunan Tipis Setelah Lonjakan Kuat

Pada perdagangan Selasa pagi waktu Asia, harga emas spot tercatat turun 0,1% ke level $3.333,67 per ons. Penurunan ini terjadi setelah harga emas berjangka untuk pengiriman bulan depan ditutup naik sekitar 2,5% pada hari Senin. Kenaikan signifikan tersebut sebagian besar dipicu oleh aksi beli spekulatif dan short-covering — saat pelaku pasar yang sebelumnya menjual emas (short) membeli kembali untuk menutup posisi mereka, sehingga mendorong harga naik tajam.

Menurut Matt Simpson, analis pasar senior di FOREX.com dan City Index, pergerakan ini kemungkinan mencerminkan koreksi teknis setelah lonjakan yang sangat cepat. Dalam keterangannya melalui email, Simpson menjelaskan bahwa meskipun harga turun sedikit, tren keseluruhan masih menunjukkan momentum bullish yang kuat.

Dukungan Teknis pada Simple Moving Average 20 Hari

Salah satu indikator teknikal yang menjadi perhatian analis adalah Simple Moving Average (SMA) 20 hari, yang saat ini berfungsi sebagai level dukungan dinamis. SMA 20 hari banyak digunakan oleh para trader teknikal untuk mengidentifikasi tren jangka pendek. Ketika harga tetap di atas garis ini, itu menunjukkan bahwa sentimen pasar secara umum masih positif.

Harga emas yang bertahan di atas SMA 20 hari menandakan bahwa pasar belum mengubah arah secara signifikan, meskipun ada penurunan jangka pendek. Dengan demikian, penurunan 0,1% bisa dianggap sebagai konsolidasi sehat dalam tren naik yang lebih luas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Tren Bullish Masih Mendominasi

Jika dilihat dari grafik harian, momentum emas tetap berada dalam saluran naik (uptrend channel) yang mapan. Sejak awal tahun, harga emas telah menunjukkan kekuatan luar biasa, terutama karena meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, pelemahan dolar AS, dan ekspektasi terhadap pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral besar seperti Federal Reserve.

Matt Simpson menambahkan bahwa tren bullish saat ini telah mendapatkan momentum tambahan sejak pertengahan April, didukung oleh meningkatnya permintaan dari investor institusional dan retail yang mencari aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakstabilan geopolitik.

Faktor Fundamental yang Mendukung Emas

Di luar analisis teknikal, beberapa faktor fundamental juga turut mendorong reli harga emas belakangan ini:

  1. Ketidakpastian Geopolitik: Ketegangan di Timur Tengah dan ketidakpastian politik di beberapa negara ekonomi besar memicu minat investor terhadap aset safe haven seperti emas.

  2. Inflasi dan Suku Bunga: Meskipun inflasi global mulai menunjukkan tanda-tanda melambat, suku bunga riil (yang disesuaikan dengan inflasi) tetap rendah atau bahkan negatif di beberapa negara. Hal ini meningkatkan daya tarik emas sebagai penyimpan nilai.

  3. Permintaan Bank Sentral: Bank-bank sentral di berbagai negara berkembang terus menambah cadangan emas mereka sebagai upaya diversifikasi dari cadangan devisa berbasis dolar AS.

Short-Covering vs. Permintaan Nyata

Salah satu pertanyaan besar saat ini adalah: apakah lonjakan harga baru-baru ini semata-mata disebabkan oleh short-covering, ataukah ada permintaan riil yang menopangnya?

Short-covering seringkali menciptakan reli harga yang cepat namun tidak bertahan lama, karena tidak didukung oleh pembelian fundamental. Namun, jika emas berhasil bertahan di atas level resistance kunci setelah reli ini, maka ada kemungkinan besar bahwa harga akan mengalami konsolidasi di level yang lebih tinggi dan bukan kembali turun.

Simpson menggarisbawahi pentingnya level support dan resistance utama sebagai indikator apakah harga emas akan terus naik atau kembali mengalami tekanan jual. Ia menambahkan bahwa pelaku pasar akan memantau dengan cermat apakah harga dapat menstabilkan diri di atas level-level ini dalam beberapa hari mendatang.

Level-Level Kunci yang Harus Diperhatikan

Beberapa level teknikal penting yang saat ini menjadi fokus pasar:

  • Support terdekat: Sekitar $3.310–$3.320/oz, sejalan dengan SMA 20 hari.

  • Resistance psikologis: $3.350/oz, yang jika tertembus, bisa membuka jalan menuju $3.380/oz atau lebih tinggi.

  • Support jangka menengah: SMA 50 hari di kisaran $3.270/oz, yang menjadi indikator penting jika harga terkoreksi lebih dalam.

Level-level ini akan menjadi medan pertempuran antara pembeli dan penjual dalam menentukan arah harga selanjutnya.

Prospek Jangka Pendek: Konsolidasi atau Kenaikan Lanjutan?

Melihat kondisi teknikal dan fundamental saat ini, prospek jangka pendek emas kemungkinan adalah konsolidasi dalam kisaran sempit antara $3.320–$3.350. Namun, jika sentimen positif terhadap logam mulia ini terus berlanjut, terutama jika didukung oleh penurunan dolar AS atau sinyal dovish dari The Fed, harga emas bisa melanjutkan kenaikannya ke level lebih tinggi.

Namun demikian, pelaku pasar disarankan untuk berhati-hati terhadap kemungkinan koreksi teknis yang lebih dalam, terutama jika emas gagal bertahan di atas level support dinamisnya.

Kesimpulan

Penurunan tipis harga emas pada perdagangan awal Asia tampaknya mencerminkan koreksi teknis setelah reli signifikan sehari sebelumnya. Meski demikian, tren teknikal jangka menengah masih tetap bullish, dengan dukungan yang kuat di sekitar SMA 20 hari. Dukungan ini, dikombinasikan dengan faktor fundamental seperti ketegangan geopolitik dan permintaan dari bank sentral, menjaga prospek positif untuk emas.

Pelaku pasar kini akan memantau apakah momentum yang dibangun oleh short-covering dapat berkembang menjadi permintaan jangka panjang yang mendorong harga ke level lebih tinggi. Level support dan resistance utama akan menjadi titik kritis dalam menentukan arah harga selanjutnya.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 4 May 2025

Bestprofit | Emas Tertekan, Menuju Penurunan Mingguan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (5/5) – Pada hari Jumat, 2 Mei 2025, harga emas bergerak turun, mengikuti penurunan mingguan kedua berturut-turut. Harga emas spot tercatat turun 0,4% menjadi $3.228,50 per ons pada pukul 1:41 siang ET (17:41 GMT). Penurunan ini terjadi setelah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China mereda, serta laporan pekerjaan yang lebih baik dari perkiraan, yang memberikan tekanan lebih lanjut pada harga emas.

Dalam artikel ini, kita akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga emas, dampak dari ketegangan perdagangan AS-China, serta analisis tren pasar yang terjadi saat ini.

1. Harga Emas Turun pada Jumat dan Penurunan Mingguan Kedua

Emas adalah salah satu aset yang sering dipilih sebagai tempat berlindung (safe haven) oleh investor ketika ketidakpastian ekonomi atau politik meningkat. Namun, pada 2 Mei 2025, harga emas mengalami penurunan. Data menunjukkan bahwa harga emas spot turun 0,4% menjadi $3.228,50 per ons pada pukul 1:41 siang ET (17:41 GMT), sementara harga emas berjangka AS ditutup 0,6% lebih tinggi pada $3.243,30 per ons.

Penurunan harga ini menunjukkan bahwa investor mulai merasa lebih optimistis terhadap prospek ekonomi global setelah adanya tanda-tanda meredanya ketegangan perdagangan antara AS dan China.

2. Meredanya Ketegangan Perdagangan AS-China

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi harga emas adalah ketegangan perdagangan antara AS dan China. Dalam beberapa bulan terakhir, ketegangan ini telah memicu kecemasan global yang membuat investor mencari perlindungan pada aset-aset yang lebih aman seperti emas. Namun, pada Jumat 2 Mei, Kementerian Perdagangan China menyatakan bahwa AS telah menunjukkan kesediaannya untuk bernegosiasi mengenai tarif, dan bahwa pintu Beijing terbuka untuk pembicaraan lebih lanjut.

Pernyataan ini menandakan kemungkinan terjadinya deeskalasi dalam ketegangan perdagangan, yang pada gilirannya mengurangi ketidakpastian global. Hal ini berdampak pada harga emas, yang sebelumnya didorong oleh keresahan investor terhadap dampak potensi perang dagang antara kedua negara ekonomi terbesar dunia tersebut. Menurut Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, harga emas mencapai puncaknya pada $3.500 per ons, dan dengan meredanya ketegangan perdagangan, harga tersebut mungkin tidak akan tercapai lagi dalam waktu dekat.


Kunjungi juga : bestprofit futures

3. Laporan Pekerjaan yang Kuat dan Dampaknya terhadap Harga Emas

Salah satu faktor lain yang turut mempengaruhi penurunan harga emas adalah laporan pekerjaan yang lebih kuat dari yang diperkirakan. Data terbaru menunjukkan bahwa lapangan kerja nonpertanian di AS meningkat sebanyak 177.000 pekerjaan pada bulan April, melebihi perkiraan yang hanya 130.000 pekerjaan. Hasil ini menunjukkan bahwa ekonomi AS masih tumbuh dengan stabil, yang memberikan keyakinan lebih pada investor terhadap stabilitas ekonomi.

Namun, meskipun laporan pekerjaan ini positif, para analis mencatat bahwa dampaknya terhadap pasar tenaga kerja terkait kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump masih belum terlihat secara jelas. Sebagai contoh, kebijakan tarif yang diberlakukan dalam beberapa bulan terakhir mungkin belum menunjukkan dampak signifikan pada angka pekerjaan atau ekonomi secara keseluruhan.

4. Pengaruh Laporan Pekerjaan terhadap Kebijakan Suku Bunga Federal Reserve

Laporan pekerjaan yang kuat ini juga mengurangi ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve dalam waktu dekat. Sebelumnya, banyak trader memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada bulan Juni 2025, sebagai respons terhadap ketidakpastian ekonomi dan dampak perang dagang. Namun, dengan data ketenagakerjaan yang lebih baik, investor kini lebih yakin bahwa suku bunga mungkin tidak akan dipangkas secepat yang mereka perkirakan sebelumnya.

Suku bunga yang lebih tinggi cenderung membuat instrumen investasi seperti obligasi dan deposito lebih menarik bagi investor dibandingkan dengan emas, yang tidak memberikan imbal hasil. Hal ini menyebabkan penurunan permintaan terhadap emas sebagai tempat berlindung dan menambah tekanan pada harga emas.

5. Pergerakan Hasil Obligasi dan Implikasinya untuk Emas

Salah satu faktor lain yang mempengaruhi harga emas adalah pergerakan hasil obligasi, terutama obligasi Treasury 10 tahun AS. Pada 2 Mei 2025, hasil obligasi Treasury acuan meningkat, yang menunjukkan bahwa investor lebih memilih obligasi sebagai instrumen investasi yang lebih aman daripada emas. Ketika hasil obligasi meningkat, emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik bagi investor.

Seiring dengan meningkatnya hasil obligasi, harga emas bisa turun lebih lanjut, dengan beberapa analis memprediksi bahwa harga emas dapat menembus level support penting di sekitar $3.200 per ons. Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com, menyatakan bahwa dengan melemahnya permintaan sebagai tempat berlindung, harga emas dapat tertekan lebih jauh.

6. Perkembangan Harga Logam Mulia Lainnya: Perak, Platinum, dan Paladium

Selain emas, perak, platinum, dan paladium juga mencatatkan pergerakan yang signifikan pada 2 Mei 2025. Perak spot tercatat turun 1,3% menjadi $31,98 per ons, mengikuti tren penurunan mingguan yang terjadi pada logam mulia tersebut. Sementara itu, harga platinum sedikit naik 0,1% menjadi $959,20 per ons, dan paladium naik 0,6% menjadi $946,18 per ons.

Namun, meskipun ada kenaikan pada platinum dan paladium, ketiga logam mulia tersebut secara keseluruhan berada dalam jalur penurunan mingguan. Ini mencerminkan tekanan yang lebih besar pada pasar logam mulia secara keseluruhan, meskipun harga masing-masing logam masih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berbeda, seperti permintaan industri dan ketegangan geopolitik.

7. Outlook Harga Emas ke Depan

Melihat ke depan, beberapa faktor kunci akan terus mempengaruhi harga emas. Meredanya ketegangan perdagangan AS-China dan laporan ekonomi yang lebih baik dapat memberikan tekanan lebih lanjut pada harga emas, tetapi ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan moneter The Fed tetap menjadi faktor penting yang dapat mengubah arah pasar.

Apakah harga emas akan kembali naik atau terus turun sangat bergantung pada perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter yang akan diterapkan oleh The Fed. Investor dan analis pasar akan terus memantau indikator-indikator ekonomi, termasuk data pekerjaan dan inflasi, serta setiap perkembangan terkait perdagangan internasional yang dapat memengaruhi permintaan terhadap logam mulia ini.

Kesimpulan

Harga emas pada 2 Mei 2025 mengalami penurunan, yang disebabkan oleh meredanya ketegangan perdagangan antara AS dan China, laporan pekerjaan yang lebih kuat dari perkiraan, dan pergerakan hasil obligasi yang lebih tinggi. Meskipun harga emas diperkirakan tidak akan mencapai level tertinggi sebelumnya, beberapa faktor masih dapat mempengaruhi pergerakan harga ke depannya. Para investor perlu terus memantau dinamika pasar global dan kebijakan ekonomi yang dapat memberikan dampak signifikan pada pasar emas.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Thursday, 1 May 2025

Bestprofit | Momentum Emas Melemah, NFP Jadi Sorotan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (2/5) – Harga emas (XAU/USD) mengalami penurunan signifikan ke level terendah dalam dua minggu, mendekati $3.235 selama sesi awal Asia pada hari Jumat. Penurunan ini dipicu oleh meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan sejumlah mitra dagangnya, yang menyebabkan turunnya permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Situasi ini mencerminkan dinamika pasar global yang terus berkembang seiring dengan perubahan kebijakan geopolitik dan ekonomi makro.

Ketegangan Perdagangan Mereda, Daya Tarik Emas Menurun

Emas selama ini dikenal sebagai aset safe haven—artinya, investor cenderung beralih ke emas saat ketidakpastian geopolitik dan ekonomi meningkat. Namun, pernyataan terbaru dari Presiden AS Donald Trump mengindikasikan potensi kesepakatan perdagangan dengan India, Korea Selatan, dan Jepang. Ketiga negara tersebut sebelumnya terlibat dalam kebijakan tarif yang ketat dengan AS. Kini, kesepakatan baru tengah diupayakan, yang dapat mengubah dinamika tarif menjadi perjanjian perdagangan formal.

Lebih lanjut, media pemerintah Tiongkok pada Kamis malam melaporkan bahwa AS telah menghubungi Tiongkok untuk memulai kembali pembicaraan terkait tarif yang dikenakan Trump, yang mencapai hingga 145%. Isyarat akan perbaikan hubungan dagang ini memberi sinyal positif kepada pasar, sehingga menekan permintaan terhadap emas sebagai alat lindung nilai dari ketidakpastian.

Penguatan Dolar AS Menekan Harga Emas

Dalam kondisi pasar yang stabil atau positif secara geopolitik, investor cenderung beralih dari aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas ke instrumen dengan potensi pengembalian yang lebih tinggi, termasuk mata uang dan saham. Dalam kasus ini, Dolar AS (USD) menguat menyusul kabar baik dari sektor perdagangan global.

Penguatan USD membuat emas menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sehingga permintaan global terhadap emas pun menurun. Seperti yang dikatakan oleh analis UBS, Giovanni Staunovo, “Pasar melihat ketegangan perdagangan mereda dan kurang khawatir tentang independensi Fed, sehingga mengurangi permintaan aset safe haven untuk saat ini.”


Kunjungi juga : bestprofit futures

Data Ekonomi AS dan Ekspektasi Suku Bunga Federal Reserve

Meski ketegangan perdagangan menurun, faktor fundamental ekonomi domestik AS juga turut memengaruhi harga emas. Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal pertama tercatat lebih lemah dari yang diperkirakan, menunjukkan adanya perlambatan dalam pertumbuhan ekonomi. Hal ini meningkatkan spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) kemungkinan akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat untuk merangsang aktivitas ekonomi.

Pemotongan suku bunga oleh The Fed biasanya mendorong harga emas naik. Ini karena suku bunga yang lebih rendah mengurangi peluang investasi di aset berbunga seperti obligasi, sehingga membuat emas lebih menarik sebagai alternatif. Namun, sejauh ini, ekspektasi tersebut belum cukup kuat untuk mendorong harga emas naik secara signifikan, mengingat kekuatan USD yang sedang berlangsung.

Fokus Pasar pada Data Ketenagakerjaan AS Bulan April

Fokus pasar selanjutnya tertuju pada laporan ketenagakerjaan AS bulan April yang akan dirilis hari Jumat. Data ini sangat penting karena dapat menjadi indikator kuat arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan. Jika angka ketenagakerjaan atau upah ternyata lebih lemah dari ekspektasi, maka kemungkinan pemangkasan suku bunga akan meningkat. Dalam skenario tersebut, harga emas bisa mendapat dorongan naik.

Sebaliknya, jika data ketenagakerjaan menunjukkan hasil yang kuat, maka Fed kemungkinan akan tetap mempertahankan suku bunga atau bahkan menundanya, yang berarti tekanan pada harga emas masih akan berlanjut.

Emas Sebagai Aset Safe Haven: Peran dan Fungsinya

Di luar dinamika pasar jangka pendek, emas tetap memegang peranan penting dalam sistem keuangan global. Sejak zaman kuno, emas telah digunakan sebagai penyimpan nilai, alat tukar, dan simbol kekayaan. Keunikan emas adalah bahwa ia tidak terikat pada utang atau kewajiban negara tertentu, berbeda dengan mata uang fiat yang dapat terdepresiasi akibat inflasi atau kebijakan moneter.

Emas juga dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Ketika daya beli mata uang menurun, nilai emas cenderung tetap atau bahkan meningkat. Ini menjadikan emas sebagai salah satu aset paling diandalkan dalam portofolio investasi jangka panjang, khususnya saat ketidakpastian ekonomi meningkat.

Outlook Jangka Menengah: Antara Optimisme Global dan Risiko Terpendam

Meskipun harga emas saat ini dalam tren menurun, banyak analis memandang bahwa prospek jangka menengah masih mengandung potensi bullish, terutama jika ketegangan geopolitik kembali meningkat atau jika ekonomi global menunjukkan tanda-tanda perlambatan lebih lanjut.

Risiko yang tetap membayangi antara lain:

  • Potensi kebangkitan konflik dagang antara AS dan Tiongkok.

  • Ketidakpastian dalam kebijakan suku bunga The Fed.

  • Ketegangan geopolitik di wilayah Timur Tengah atau Eropa Timur.

  • Ancaman inflasi akibat stimulus fiskal dan moneter besar-besaran.

Jika salah satu dari faktor ini memburuk, permintaan terhadap aset safe haven seperti emas bisa kembali menguat, mendorong harganya naik kembali di atas $3.300 atau lebih.

Kesimpulan

Harga emas yang turun ke level terendah dua minggu mencerminkan kelegaan pasar terhadap membaiknya hubungan perdagangan internasional, terutama antara AS dan mitra dagangnya seperti India, Jepang, dan Korea Selatan. Ditambah dengan kemungkinan dimulainya kembali pembicaraan dagang antara AS dan Tiongkok, pasar cenderung beralih dari aset safe haven seperti emas menuju aset berisiko yang menjanjikan imbal hasil lebih tinggi.

Namun, ketidakpastian tetap ada, terutama terkait kebijakan suku bunga Federal Reserve dan data ekonomi mendatang seperti laporan ketenagakerjaan AS. Oleh karena itu, meski tren jangka pendek tampak bearish bagi emas, prospek jangka menengah hingga panjang masih bergantung pada bagaimana risiko global berkembang ke depannya.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Tuesday, 29 April 2025

Bestprofit | Emas Melemah, Data AS Ditunggu

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-4.jpg

Bestprofit (30/4) – Emas, yang selama ini menjadi andalan investor sebagai aset safe haven, mengalami tekanan pada hari Selasa, 29 April 2025. Harga emas spot turun hampir 1% seiring meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Perkembangan ini mengubah dinamika pasar dan menggeser fokus investor ke data ekonomi utama yang akan dirilis dalam minggu ini. Lantas, bagaimana tren ini akan memengaruhi harga emas dalam jangka pendek hingga akhir tahun?

Meredanya Ketegangan AS-Tiongkok Menekan Permintaan Safe Haven

Ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia, AS dan Tiongkok, yang sempat memicu lonjakan harga emas beberapa waktu lalu, kini mulai mereda. Hal ini membuat investor mulai keluar dari aset-aset safe haven seperti emas. Harga emas spot tercatat turun 0,8% menjadi $3.315,84 per ons pada pukul 14.22 ET (18.22 GMT), sementara emas berjangka AS ditutup 0,4% lebih rendah di $3.333,6 per ons.

David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures, menyatakan bahwa pasar saat ini optimistis terhadap de-eskalasi perang dagang. Pemerintahan Presiden Donald Trump menunjukkan sinyal positif dengan rencana pengurangan tarif otomotif dan penyesuaian pajak terhadap suku cadang impor yang digunakan di mobil buatan AS.

Reaksi Pasar terhadap Langkah Politik dan Ekonomi

Langkah AS untuk mengurangi beban tarif impor, serta upaya Tiongkok dalam membebaskan sejumlah barang dari tarif balasan, memberikan angin segar bagi pasar global. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengungkapkan bahwa beberapa mitra dagang utama telah memberikan proposal “sangat bagus” untuk menghindari konflik dagang lebih lanjut.

Tindakan ini dianggap sebagai upaya meredakan ketegangan dan mencegah eskalasi konflik perdagangan yang sebelumnya mendorong harga emas ke level tertinggi sepanjang masa di $3.500,05 per ons. Saat ketidakpastian global berkurang, investor cenderung melepas aset safe haven dan kembali ke aset berisiko seperti saham atau obligasi yang lebih tinggi imbal hasilnya.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Investor Beralih Fokus ke Data Ekonomi Penting

Meski tensi geopolitik mereda, fokus utama investor kini beralih ke data ekonomi AS yang akan dirilis pekan ini. Dua indikator penting adalah indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) pada hari Rabu dan laporan penggajian nonpertanian (NFP) pada hari Jumat.

Data ini sangat krusial dalam memberikan gambaran tentang inflasi dan kondisi ketenagakerjaan di AS, dua faktor utama yang dipertimbangkan Federal Reserve dalam menentukan arah kebijakan moneternya. Jika data inflasi atau pekerjaan menunjukkan penguatan, pasar bisa mengantisipasi pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut yang akan meningkatkan imbal hasil obligasi, dan pada akhirnya memberikan tekanan lebih pada emas.

Level-Level Penting Harga Emas: Apa yang Diharapkan Pasar?

Menurut Michael Matousek, kepala pedagang di U.S. Global Investors, pasar kemungkinan akan mengalami fluktuasi di sekitar level kunci $3.500 per ons dalam jangka pendek. Di level ini, investor biasanya mulai mengambil keuntungan dari lonjakan harga yang sebelumnya terjadi.

Namun, meskipun saat ini emas terkoreksi, prospek jangka menengah hingga akhir tahun masih menunjukkan potensi kenaikan. Matousek memperkirakan bahwa pada akhir kuartal, emas dapat kembali naik ke level $3.590 per ons, dan bisa mencapai $3.800 per ons pada akhir tahun, terutama jika terjadi perlambatan ekonomi global atau inflasi yang tak kunjung reda.

Dampak Terhadap Logam Mulia Lainnya

Tidak hanya emas yang terkena dampak dari sentimen pasar yang berubah. Harga logam mulia lainnya juga mengalami penurunan:

  • Perak spot turun 0,4% menjadi $33,02 per ons.

  • Platinum turun sekitar 1% menjadi $976,50 per ons.

  • Palladium turun 1,3% menjadi $936,41 per ons.

Penurunan ini mencerminkan pergeseran sementara minat investor dari logam mulia, yang biasanya diandalkan sebagai aset lindung nilai, menuju aset dengan risiko dan potensi imbal hasil yang lebih tinggi, seperti saham atau mata uang dengan yield tinggi.

Apakah Penurunan Harga Emas Akan Berlanjut?

Banyak analis percaya bahwa penurunan saat ini merupakan bagian dari koreksi teknikal yang wajar setelah reli besar dalam beberapa bulan terakhir. Sentimen pasar tetap rentan terhadap perubahan kondisi geopolitik dan ekonomi. Jika terjadi kembali eskalasi ketegangan dagang atau rilis data ekonomi yang mengecewakan, emas bisa kembali menjadi incaran utama.

Selain itu, ketidakpastian seputar arah kebijakan Federal Reserve — apakah akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama atau mulai melonggarkan kebijakan pada paruh kedua 2025 — menjadi faktor utama yang akan menentukan arah harga emas selanjutnya.

Strategi Investor: Bertahan atau Keluar?

Dalam kondisi seperti saat ini, investor disarankan untuk lebih berhati-hati dan mendiversifikasi portofolio. Emas tetap menjadi aset strategis untuk melindungi nilai, terutama dalam jangka panjang, namun pergerakan jangka pendek akan sangat dipengaruhi oleh data ekonomi dan kebijakan bank sentral.

Bagi investor konservatif, pelemahan harga emas bisa menjadi kesempatan untuk masuk kembali ke pasar dengan harga yang lebih rendah. Sementara bagi trader jangka pendek, penting untuk memperhatikan level teknikal seperti resistance di $3.500 dan support di sekitar $3.300 per ons.

Kesimpulan: Emas Masih Menarik, Tapi Waspadai Volatilitas

Penurunan harga emas hampir 1% pada hari Selasa mencerminkan pergeseran sentimen pasar yang lebih condong ke arah risiko seiring meredanya ketegangan dagang AS-Tiongkok. Meski demikian, ketidakpastian global belum sepenuhnya hilang, dan data ekonomi AS dalam beberapa hari ke depan akan menjadi penentu utama arah harga emas selanjutnya.

Investor disarankan untuk tetap waspada dan menyesuaikan strategi berdasarkan perkembangan ekonomi dan geopolitik terbaru. Dalam jangka panjang, emas masih memiliki potensi sebagai alat lindung nilai, terutama jika inflasi tetap tinggi atau ketidakpastian kembali meningkat.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Monday, 28 April 2025

Bestprofit | Emas Tertekan Redanya Ketegangan Dagang

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (29/4) – Harga emas (XAU/USD) mengalami penurunan pada sesi Asia awal hari Selasa, melemah ke sekitar $3.335. Penurunan ini terjadi seiring dengan rebound moderat pada Dolar AS (USD) serta meredanya kekhawatiran terkait ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia: Amerika Serikat dan Tiongkok. Logam mulia, yang sering dianggap sebagai aset safe haven, merespons sentimen pasar global yang lebih tenang dan peningkatan optimisme terhadap prospek perdamaian dagang.

Meredanya Ketegangan Perdagangan AS-Tiongkok Menekan Harga Emas

Salah satu faktor utama yang membebani harga emas saat ini adalah perkembangan positif dalam hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Tiongkok baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan membebaskan beberapa barang impor dari Amerika Serikat dari tarif tinggi sebesar 125%. Langkah ini disambut baik oleh pasar dan dilihat sebagai sinyal bahwa Beijing bersedia mengambil langkah menuju penyelesaian konflik perdagangan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Namun, optimisme ini sedikit dibayangi oleh reaksi Tiongkok terhadap pernyataan Presiden AS saat itu, Donald Trump, yang mengatakan bahwa negosiasi antara kedua negara sedang berlangsung. Pemerintah Tiongkok dengan cepat membantah klaim tersebut, menegaskan bahwa belum ada diskusi resmi yang sedang berlangsung. Meskipun demikian, keputusan Tiongkok untuk mengurangi tarif tetap memberi angin segar bagi pasar global.

Komentar dari Pejabat AS dan Sikap Tiongkok

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menambahkan lapisan lain pada narasi ini. Dalam pernyataannya pada hari Senin, ia menyebutkan bahwa Amerika Serikat tetap membuka jalur komunikasi dengan Tiongkok. Namun, ia juga menekankan bahwa inisiatif untuk meredakan ketegangan seharusnya datang dari pihak Beijing, mengingat ketidakseimbangan perdagangan yang selama ini menjadi sumber utama konflik.

Komentar dari Gedung Putih minggu lalu juga telah membangkitkan harapan bahwa kesepakatan perdagangan antara AS dan Tiongkok mungkin dapat terwujud dalam waktu dekat. Tim Waterer, Kepala Analis Pasar di KCM Trade, mengatakan bahwa sentimen positif ini telah meredam permintaan terhadap emas, karena para investor merasa lebih percaya diri terhadap stabilitas ekonomi global.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kuatnya Dolar AS Menambah Tekanan pada Harga Emas

Selain faktor geopolitik, kekuatan Dolar AS juga menjadi hambatan bagi harga emas. Karena emas dihargai dalam mata uang USD, penguatan dolar membuat logam mulia ini menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga menekan permintaan global.

Rebound moderat dalam nilai Dolar AS, yang sebagian besar dipicu oleh data ekonomi yang masih solid serta harapan akan stabilitas kebijakan moneter, membuat harga emas cenderung mengalami tekanan jual dalam jangka pendek. Meskipun belum menunjukkan reli besar, penguatan Dolar memberikan sinyal bahwa investor masih mempertahankan ekspektasi terhadap ekonomi AS.

Harapan Terhadap Pemotongan Suku Bunga oleh Federal Reserve

Namun, tidak semua faktor mendukung penurunan harga emas. Ada juga kekuatan penyeimbang, yaitu meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunganya dalam waktu dekat. Kemungkinan bahwa bank sentral AS akan mengambil langkah dovish dalam pertemuan FOMC berikutnya pada tanggal 7 Mei memberi harapan bagi kenaikan harga emas, mengingat emas tidak memberikan imbal hasil dan biasanya diuntungkan oleh suku bunga yang lebih rendah.

Dalam kondisi suku bunga rendah, investor cenderung mencari alternatif investasi yang lebih aman atau menawarkan potensi keuntungan jangka panjang seperti emas. Dengan ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, permintaan terhadap emas bisa kembali meningkat, terutama jika Dolar AS mulai melemah sebagai respons atas kebijakan tersebut.

Data Ekonomi AS Akan Jadi Fokus Utama Minggu Ini

Fokus pasar saat ini juga tertuju pada data ekonomi penting yang akan dirilis minggu ini, terutama laporan awal Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal pertama dan data ketenagakerjaan untuk bulan April. Dua indikator ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai arah kebijakan moneter Federal Reserve.

Ekonom memperkirakan bahwa ekonomi AS akan menambah sekitar 135.000 pekerjaan pada bulan April, dan tingkat pengangguran akan tetap stabil di angka 4,2%. Jika hasil yang dirilis lebih lemah dari yang diharapkan, ini bisa memberikan tekanan pada Dolar AS dan mendukung kenaikan harga emas dalam jangka pendek.

Sebaliknya, jika data menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja tetap solid dan pertumbuhan ekonomi cukup kuat, maka ekspektasi pemotongan suku bunga bisa mereda, dan ini akan menjadi sentimen negatif bagi emas.

Sentimen Investor: Keseimbangan Antara Optimisme dan Kewaspadaan

Situasi saat ini menciptakan kondisi pasar yang sangat sensitif terhadap berita dan data ekonomi. Di satu sisi, meredanya ketegangan antara AS dan Tiongkok menciptakan suasana pasar yang lebih optimis dan menurunkan permintaan untuk aset safe haven seperti emas. Di sisi lain, ketidakpastian kebijakan moneter dan kemungkinan pelonggaran suku bunga oleh The Fed memberi dukungan bagi logam mulia.

Investor emas kini menghadapi dilema: apakah tren penurunan ini bersifat sementara, ataukah akan berlanjut seiring dengan stabilisasi geopolitik dan ekonomi makro? Jawaban atas pertanyaan ini sangat tergantung pada perkembangan data ekonomi AS dan dinamika hubungan dagang internasional dalam beberapa pekan ke depan.

Kesimpulan: Emas dalam Persimpangan Jalan

Harga emas yang melemah ke level sekitar $3.335 mencerminkan respons pasar terhadap kombinasi faktor geopolitik, kebijakan moneter, dan fluktuasi mata uang. Meredanya ketegangan antara AS dan Tiongkok memberikan tekanan pada emas sebagai aset safe haven, sementara penguatan Dolar AS turut memperburuk situasi.

Namun, ekspektasi terhadap kebijakan dovish dari Federal Reserve dan potensi pelemahan ekonomi AS bisa menjadi katalis baru bagi kebangkitan harga emas. Dengan data penting seperti laporan PDB dan ketenagakerjaan yang akan dirilis minggu ini, pasar akan mendapatkan panduan lebih lanjut mengenai arah harga emas dalam jangka pendek.

Investor disarankan untuk tetap waspada dan mengikuti perkembangan fundamental secara cermat, karena pergerakan harga emas saat ini sangat bergantung pada berita dan kebijakan ekonomi utama.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 27 April 2025

Bestprofit | Emas Loyo, Dolar Perkasa

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (28/4) – Harga emas mengalami penurunan signifikan pada hari Jumat, 25 April 2025, sebesar hampir 2%, menandai koreksi mingguan seiring dengan menguatnya dolar AS dan sinyal positif dari hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Penurunan ini cukup mencolok, mengingat emas sempat mencetak rekor tertinggi beberapa minggu sebelumnya di tengah ketidakpastian geopolitik global.

Dolar AS Menguat, Menekan Harga Emas

Salah satu faktor utama di balik penurunan harga emas pekan ini adalah penguatan dolar AS. Mata uang dolar menguat dan mencatatkan kenaikan mingguan pertamanya sejak Maret. Dolar yang lebih kuat membuat emas—yang dihargai dalam mata uang tersebut—menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri, sehingga menurunkan permintaan.

Kondisi ini menciptakan tekanan tambahan terhadap harga emas spot, yang turun 1,7% menjadi $3.292,99 per ons pada pukul 01.39 EDT (17.39 GMT), setelah sempat anjlok hingga 2% di awal sesi perdagangan. Sementara itu, emas berjangka AS ditutup 1,5% lebih rendah pada $3.298,40 per ons. Secara mingguan, harga emas tercatat turun sebesar 1,2%.

Meredanya Ketegangan Perdagangan AS-Tiongkok

Faktor penting lain yang berkontribusi terhadap penurunan harga emas adalah perkembangan positif dalam hubungan dagang antara AS dan Tiongkok. Beijing dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk membebaskan beberapa barang impor dari AS dari tarif 125% yang sebelumnya diberlakukan. Pemerintah Tiongkok bahkan meminta pelaku bisnis untuk mengidentifikasi produk mana yang bisa mendapatkan pengecualian tarif.

Sinyal de-eskalasi dari Presiden AS Donald Trump awal pekan ini juga memperkuat sentimen positif. Trump menyatakan bahwa pembicaraan langsung antara kedua negara telah berlangsung, yang memberikan harapan bahwa perang dagang yang telah memanas selama beberapa tahun terakhir mungkin akan segera berakhir.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Daniel Ghali, seorang ahli strategi komoditas di TD Securities, mengatakan bahwa berita terkait tarif ini memiliki dampak langsung terhadap harga emas. “Penurunan tarif yang tampak jelas berdampak negatif pada harga emas,” ujarnya. Namun, ia juga mencatat bahwa belum terjadi likuidasi besar-besaran dari investor, menunjukkan masih adanya optimisme terhadap prospek jangka panjang logam mulia tersebut.

Emas: Aset Aman di Tengah Ketidakpastian

Meskipun harga emas mengalami tekanan dalam jangka pendek, posisinya sebagai aset lindung nilai (safe haven) masih kuat. Sepanjang tahun ini, harga emas telah melonjak lebih dari 25%, didorong oleh kekhawatiran seputar perlambatan ekonomi global, inflasi, dan ketegangan geopolitik—terutama antara AS dan Tiongkok.

Rekor tertinggi emas tercatat pada level $3.500,05 per ons, mencerminkan besarnya permintaan dari investor dan bank sentral yang mencari keamanan di tengah ketidakpastian. Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com, menegaskan bahwa kekhawatiran terhadap perang dagang adalah alasan utama di balik lonjakan harga emas sebelumnya. “Namun, mungkin masih butuh waktu sebelum kita melihat kemajuan yang sebenarnya, dan kekhawatiran tersebut belum sepenuhnya hilang,” katanya.

Pergerakan Logam Mulia Lainnya

Tak hanya emas, beberapa logam mulia lainnya juga menunjukkan pergerakan harga yang menarik. Perak spot turun sebesar 1,6% menjadi $33,03 per ons, meskipun secara mingguan logam ini tetap mencatatkan kenaikan untuk minggu ketiga berturut-turut—sebuah indikator kuat bahwa minat investor terhadap logam mulia tidak sepenuhnya memudar.

Sementara itu, platinum turun 0,5% menjadi $965,53 per ons, dan paladium mengalami penurunan yang lebih tajam sebesar 1,8% menjadi $936,89 per ons. Meskipun tidak setenar emas, pergerakan harga logam-logam ini mencerminkan dinamika pasar yang serupa, terutama dalam kaitannya dengan permintaan industri dan pergeseran sentimen investor.

Proyeksi Jangka Menengah dan Panjang: Masih Potensial?

Meski mengalami tekanan dalam jangka pendek, banyak analis masih melihat prospek yang kuat untuk harga emas dalam jangka menengah dan panjang. Inflasi global yang masih tinggi, ketidakpastian geopolitik yang belum sepenuhnya mereda, dan potensi perlambatan ekonomi AS serta Eropa menjadi faktor-faktor yang mendukung kenaikan harga emas ke depan.

Selain itu, bank sentral di berbagai negara, terutama di Asia dan Timur Tengah, terus meningkatkan cadangan emas mereka. Langkah ini memperkuat permintaan jangka panjang dan bisa memberikan penyangga terhadap fluktuasi harga yang disebabkan oleh faktor jangka pendek seperti penguatan dolar atau kebijakan perdagangan.

Kesimpulan: Penurunan Sementara atau Awal Koreksi Besar?

Penurunan harga emas pada 25 April 2025 merupakan respons pasar terhadap sejumlah sentimen positif—penguatan dolar dan meredanya tensi dagang AS-Tiongkok. Namun, secara fundamental, daya tarik emas sebagai aset aman tetap kuat, terutama di tengah risiko global yang belum sepenuhnya terselesaikan.

Meski ada kemungkinan bahwa harga emas bisa mengalami konsolidasi atau koreksi lebih lanjut dalam waktu dekat, banyak analis tetap yakin bahwa tren jangka panjangnya masih positif. Bagi investor, kondisi ini bisa menjadi peluang untuk membeli saat harga rendah sebelum harga kembali naik di masa depan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 24 April 2025

Bestprofit | Harga Emas Naik, Fokus ke Perdagangan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-6.jpg

Bestprofit (25/4) – Harga emas menguat pada Kamis (24/4) setelah mencatat penurunan tajam lebih dari 3% pada sesi sebelumnya. Kenaikan ini dipicu oleh pelemahan dolar AS serta aksi beli investor yang mencari harga murah (bargain hunting). Meskipun ketegangan geopolitik dan dinamika kebijakan AS masih menjadi latar belakang utama, fokus pasar tetap tertuju pada perkembangan hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Rebound Emas Setelah Koreksi Drastis

Harga emas spot tercatat naik sebesar 1,4%, berada di level $3.333,90 per ons pada pukul 1:46 siang EDT (1746 GMT). Kenaikan ini terjadi setelah harga sempat anjlok tajam sehari sebelumnya. Hanya dua hari sebelumnya, logam mulia ini mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di $3.500,05 per ons. Lonjakan ini didorong oleh kekhawatiran pasar terhadap arah ekonomi AS dan ketidakpastian kebijakan moneter.

Namun, pernyataan Presiden AS Donald Trump pada Rabu yang meredakan tensi dengan Federal Reserve dan mengurangi nada agresif terhadap Tiongkok menyebabkan harga emas mengalami koreksi. Pasar merespons perubahan sikap ini dengan menjual emas untuk merealisasikan keuntungan, memicu penurunan tajam.

Peran Dolar dan Sentimen Risiko

Pelemahan dolar AS turut memberi angin segar bagi harga emas. Emas dan dolar memiliki hubungan terbalik; ketika dolar melemah, emas menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. Akibatnya, permintaan terhadap emas meningkat.

Menurut Tai Wong, seorang pedagang logam independen, “Saat ini, seluruh pasar bergerak dengan satu cerita—tarif. China berperan sebagai pihak yang marah, dan ini membuat dolar turun serta emas naik.”

Sentimen risiko di pasar juga berubah. Setelah rebound singkat pada dolar dan saham, investor kembali berhati-hati. Emas sebagai aset safe haven kembali menarik, terutama di tengah ketidakpastian kebijakan luar negeri dan ekonomi AS.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kondisi Pasar Menunjukkan Konsolidasi

Meski emas mengalami kenaikan pada Kamis, para analis memperkirakan bahwa harga akan bergerak menyamping (sideways) untuk beberapa sesi mendatang. “Kenaikan harga emas hingga $3.500 sedikit berlebihan dan perlu sedikit kemunduran untuk dicerna,” ujar Wong. Ia menambahkan bahwa pasar emas secara umum masih berada dalam tren naik (bullish), namun koreksi harga sesekali adalah hal yang wajar dan sehat dalam jangka panjang.

Kondisi ini menunjukkan pasar sedang mencari keseimbangan baru setelah lonjakan tajam dan koreksi berikutnya. Investor menunggu perkembangan lebih lanjut, baik dari sisi kebijakan AS maupun respons dari Tiongkok, untuk menentukan arah selanjutnya.

Perdagangan AS-Tiongkok: Titik Panas Global

Fokus utama pasar tetap pada hubungan dagang antara AS dan Tiongkok. Dalam perkembangan terbaru, Tiongkok menuntut agar semua tarif sepihak dari AS dihapus. Beijing juga menegaskan bahwa hingga kini belum ada pembicaraan dagang resmi dengan Washington, meskipun pernyataan dari pemerintah AS menyiratkan sebaliknya.

Ketegangan dagang ini tidak hanya berdampak pada perdagangan global, tetapi juga menciptakan ketidakpastian besar di pasar keuangan. Investor cenderung mencari aset yang lebih aman seperti emas, terutama ketika narasi global didominasi oleh ketidakpastian dan konflik dagang.

Langkah-langkah proteksionis AS, seperti tarif impor terhadap barang Tiongkok, menciptakan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dunia. Hal ini mendorong peralihan dari aset berisiko ke instrumen lindung nilai seperti emas.

Data Ekonomi AS: Pasar Tenaga Kerja Tetap Tangguh

Di tengah kekhawatiran makroekonomi, data terbaru menunjukkan bahwa jumlah warga Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran naik sedikit. Meski demikian, pasar tenaga kerja secara keseluruhan masih menunjukkan ketangguhan.

Data ini menjadi sinyal bahwa meskipun ekonomi AS diterpa tekanan dari perang dagang dan ketidakpastian moneter, fondasi domestiknya belum goyah sepenuhnya. Namun, kombinasi dari kekhawatiran jangka menengah dan dinamika pasar global tetap membuat investor waspada, mendorong mereka untuk tetap mempertahankan eksposur terhadap aset lindung nilai seperti emas.

Logam Mulia Lainnya Bergerak Campuran

Selain emas, logam mulia lainnya menunjukkan pergerakan yang beragam:

  • Perak spot turun tipis 0,1% ke $33,51 per ons.

  • Platinum juga turun 0,1% menjadi $971,60 per ons.

  • Paladium, sebaliknya, naik 0,4% ke $947,93 per ons.

Pergerakan bervariasi ini mencerminkan dinamika permintaan dan penawaran masing-masing logam, serta pengaruh eksternal seperti kekuatan dolar dan prospek industri otomotif—terutama untuk paladium dan platinum yang banyak digunakan dalam katalis kendaraan.

Prospek Emas Jangka Pendek dan Jangka Menengah

Dalam jangka pendek, harga emas diperkirakan akan bergerak dalam kisaran konsolidasi, menyesuaikan diri setelah volatilitas tinggi dalam beberapa hari terakhir. Namun secara struktural, prospek emas tetap positif mengingat kondisi geopolitik yang masih penuh ketidakpastian serta kemungkinan sikap dovish dari bank sentral di seluruh dunia.

Para analis memperkirakan bahwa selama ketegangan antara AS dan Tiongkok belum mereda sepenuhnya, dan selama dolar tidak menunjukkan penguatan signifikan, harga emas memiliki ruang untuk menguat kembali. Namun investor juga harus siap menghadapi volatilitas yang tinggi, karena arah kebijakan AS dan respons global sangat dinamis.

Kesimpulan: Emas Kembali Jadi Primadona Saat Ketidakpastian Meningkat

Kenaikan harga emas pada Kamis menjadi cerminan dari kembalinya minat investor terhadap aset aman di tengah ketidakpastian global. Dengan dolar AS melemah dan ketegangan perdagangan kembali mencuat, logam mulia ini sekali lagi menunjukkan perannya sebagai pelindung nilai yang andal.

Meskipun harga sempat terkoreksi dari rekor tertinggi, pasar emas masih dalam tren positif. Selama sentimen risiko tetap tinggi dan dolar tidak menunjukkan penguatan yang konsisten, harga emas diperkirakan akan tetap tinggi, bahkan mungkin menguji kembali level rekor sebelumnya dalam beberapa pekan mendatang.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 23 April 2025

Bestprofit | Emas Anjlok 3% Usai Komentar Trump

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (24/4) – Emas, logam mulia yang dikenal sebagai aset safe haven, mengalami penurunan tajam pada hari Rabu (23 April 2025) setelah sebelumnya mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Penurunan ini dipicu oleh meningkatnya selera risiko di pasar keuangan global menyusul komentar Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menenangkan kekhawatiran pasar, serta sinyal positif dari hubungan dagang AS-China.

Penurunan Tajam Setelah Rekor Tertinggi

Harga emas spot jatuh sebesar 3% menjadi $3.281,6 per ons pada pukul 1:43 siang ET (1743 GMT), hanya sehari setelah menyentuh rekor tertinggi $3.500,05. Sementara itu, emas berjangka AS mengalami penurunan lebih tajam, yakni 3,7% menjadi $3.294,10 per ons.

Penurunan ini menandai koreksi signifikan setelah reli panjang yang terjadi sejak awal tahun, di mana harga emas telah naik lebih dari 26% sepanjang 2025, didorong oleh ketegangan geopolitik, pembelian besar-besaran oleh bank sentral, dan kekhawatiran terhadap perang tarif global.

Trump Redakan Ketegangan: Kepala The Fed Aman, Harapan Dagang Menguat

Salah satu pemicu utama koreksi harga emas adalah pernyataan mengejutkan dari Presiden Donald Trump, yang mengindikasikan bahwa ia tidak berencana memecat Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Hal ini meredakan ketegangan yang sempat meningkat karena Trump sebelumnya terus mengkritik Powell terkait keputusan suku bunga yang dinilai terlalu konservatif di tengah ketidakpastian ekonomi.

Selain itu, Trump juga memberikan sinyal kemajuan dalam negosiasi dagang dengan China, menyebutkan bahwa pembicaraan berjalan ke arah positif, terutama dalam hal tarif. Komentar ini memperkuat harapan investor bahwa konflik dagang antara dua ekonomi terbesar dunia ini akan segera mereda.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Sentimen Pasar Berubah: Safe Haven Ditinggalkan, Saham Teknologi Bersinar

Dengan memudarnya kekhawatiran terkait suku bunga dan perang dagang, pasar keuangan mulai beralih dari aset safe haven seperti emas ke aset berisiko seperti saham teknologi. Menurut Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures, rotasi besar-besaran terjadi di pasar, dengan banyak investor kini kembali mengejar saham unggulan seperti Apple dan Tesla.

“Pasar mulai bergerak melewati kejatuhan tarif,” kata Streible. “Ini saatnya rotasi besar dari aset pelindung ke aset pertumbuhan.”

Dolar Menguat, Tambah Tekanan untuk Emas

Penurunan emas juga diperburuk oleh penguatan dolar AS, yang secara historis memiliki korelasi terbalik dengan harga emas. Mata uang AS menguat setelah Trump menghentikan retorikanya terhadap Powell dan memberikan sinyal kestabilan kebijakan moneter.

Dengan penguatan dolar, biaya untuk membeli emas dalam mata uang lain menjadi lebih mahal, sehingga menurunkan permintaan dan mempercepat penurunan harga emas.

Tanggapan Pasar terhadap Komentar Menteri Keuangan AS

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, turut memperkuat sentimen positif pasar dengan mengatakan bahwa tarif yang terlalu tinggi harus diturunkan sebelum negosiasi dagang bisa kembali berjalan efektif. Pernyataan ini disambut baik oleh pelaku pasar karena dianggap menunjukkan keseriusan pemerintah AS dalam mencari solusi diplomatik.

Hal ini turut menambah tekanan pada emas, karena semakin menurunnya ketidakpastian politik dan ekonomi membuat investor cenderung melepas aset lindung nilai mereka.

Analisis Teknis: Risiko Koreksi Lebih Dalam

Menurut Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, penurunan tajam dari level $3.500 menunjukkan pola teknikal yang mengindikasikan potensi koreksi lebih dalam. Dalam catatannya, Hansen menyebut bahwa ledakan harga ke puncak tertinggi diikuti oleh pembalikan tajam adalah sinyal teknikal klasik dari pembentukan puncak pasar jangka pendek.

“Jika tekanan jual terus berlanjut dan level support teknikal gagal bertahan, maka emas berisiko kembali ke area $3.200 atau bahkan lebih rendah,” kata Hansen.

Logam Mulia Lain Ikut Bergerak: Perak Naik, Platinum Menguat

Sementara emas mengalami penurunan, logam mulia lainnya justru menunjukkan pergerakan berbeda:

  • Perak naik 3% menjadi $33,48 per ons, didukung oleh permintaan industri yang masih kuat.

  • Platinum menguat 1,1% menjadi $969,1 per ons, mengikuti tren komoditas lain yang mengalami kenaikan moderat.

  • Paladium stabil di $935,59, menunjukkan minimnya katalis baru untuk logam tersebut dalam jangka pendek.

Perbedaan tren ini menunjukkan bahwa meskipun emas sebagai penyimpan nilai mengalami koreksi, logam-logam dengan penggunaan industri yang lebih tinggi tetap didukung oleh faktor fundamental.

Kesimpulan: Emas Masih dalam Tren Jangka Panjang?

Meskipun koreksi harga emas yang signifikan pada hari Rabu terlihat tajam, banyak analis percaya bahwa tren jangka panjang masih mendukung logam mulia ini. Ketidakpastian global belum sepenuhnya menghilang, dan permintaan dari bank sentral serta investor institusional kemungkinan akan tetap kuat dalam jangka menengah.

Namun, dalam waktu dekat, rotasi pasar dari safe haven ke aset berisiko, penguatan dolar, dan meredanya ketegangan geopolitik bisa terus memberikan tekanan pada harga emas. Investor disarankan untuk tetap berhati-hati dan memantau perkembangan negosiasi dagang serta arah kebijakan moneter AS secara cermat.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Tuesday, 22 April 2025

Bestprofit | Emas Turun, Trump Redakan Ketegangan Fed

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-2.jpg

Bestprofit (23/4) – Harga emas mengalami tekanan signifikan pada awal sesi Asia hari Rabu, menyusul komentar Presiden AS Donald Trump dan dinamika geopolitik yang tengah berkembang. Logam mulia tersebut turun lebih dari 1% dan diperdagangkan pada level $3.333 per ons, setelah sebelumnya berada di kisaran $3.420. Penurunan harga ini mencerminkan kombinasi faktor fundamental dan psikologis yang memengaruhi pasar global.

Trump Tidak Akan Pecat Powell: Dampak pada Sentimen Pasar

Pernyataan Presiden Donald Trump yang mengatakan bahwa ia tidak berniat memecat Ketua Federal Reserve Jerome Powell menjadi pemicu utama fluktuasi harga emas. Trump menyatakan, “Pers memberitakan banyak hal. Tidak, saya tidak berniat memecatnya. Saya ingin melihatnya sedikit lebih aktif dalam hal idenya untuk menurunkan suku bunga.”

Pernyataan ini diinterpretasikan pasar sebagai sinyal bahwa kebijakan moneter AS akan tetap berada dalam kendali Powell, yang dikenal berhati-hati dan bergantung pada data. Meskipun Trump mendesak agar suku bunga diturunkan, ketegangan sebelumnya antara Presiden dan The Fed menimbulkan kekhawatiran akan potensi intervensi politik dalam kebijakan moneter. Dengan klarifikasi ini, ketidakpastian sebagian mereda, sehingga minat investor terhadap aset aman seperti emas pun berkurang.

Sinyal De-eskalasi dengan China Meningkatkan Selera Risiko

Selain komentar Trump, pernyataan dari Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang menyebutkan adanya tanda-tanda de-eskalasi ketegangan dagang dengan China turut meningkatkan optimisme pasar. Ketika risiko geopolitik mereda, aset safe haven seperti emas biasanya kehilangan sebagian daya tariknya, karena investor beralih ke instrumen berisiko yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.

Sejak pernyataan tersebut, harga emas anjlok dari $3.420 menjadi $3.370, mencerminkan pergeseran sentimen pasar ke arah aset berisiko. Namun, sebagian analis memperingatkan bahwa kondisi ini dapat berubah dengan cepat, mengingat ketidakpastian seputar arah kebijakan AS masih tinggi.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketidakpastian Ekonomi Global Masih Membayangi

Meskipun ada sinyal positif dari sisi geopolitik, faktor-faktor fundamental lain tetap memberikan dukungan terhadap harga emas. Ketidakpastian terkait arah perekonomian global dan dinamika inflasi membuat investor tetap mencari lindung nilai, dan emas adalah salah satu pilihan utama.

Ketua The Fed Jerome Powell dalam pernyataan terbarunya mengakui kemungkinan skenario stagflasi — kondisi ekonomi di mana pertumbuhan melambat tetapi inflasi tetap tinggi. Powell mengatakan, “Kita mungkin menemukan diri kita dalam skenario yang menantang di mana tujuan mandat ganda kita sedang bersitegang.”

Pernyataan ini menunjukkan bahwa The Fed akan tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan suku bunga, dan tetap fokus pada data ekonomi yang masuk. Hal ini menambah ketidakpastian terhadap arah suku bunga di masa depan, yang pada gilirannya mendukung permintaan emas sebagai aset lindung nilai.

Aliran Dana ke ETF Emas Tetap Kuat

Meskipun harga emas mengalami koreksi jangka pendek, aliran dana ke instrumen investasi emas tetap menunjukkan tren naik. Menurut World Gold Council (WGC), ETF emas fisik global mencatat arus masuk sebesar US$8,6 miliar pada bulan Maret saja. Secara keseluruhan, arus masuk sepanjang kuartal pertama 2025 mencapai US$21 miliar (226 ton), menjadikannya kuartal tertinggi kedua setelah Q2 2020.

Data ini mencerminkan kepercayaan investor jangka panjang terhadap emas di tengah volatilitas pasar saham dan ketidakpastian kebijakan moneter. Arus dana ini juga menjadi indikator bahwa meskipun harga turun, permintaan riil terhadap emas tetap tinggi.

Perkembangan Pasar Obligasi: Imbal Hasil Menurun

Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun turun dua basis poin menjadi 4,395%, mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap obligasi pemerintah yang lebih aman. Imbal hasil riil AS — yang disesuaikan dengan inflasi — juga turun dua basis poin menjadi 2,175%, seperti yang tercermin pada Sekuritas Inflasi Terlindungi (TIPS).

Penurunan imbal hasil ini biasanya menjadi katalis positif bagi harga emas, karena menurunnya opportunity cost dalam memegang emas (yang tidak memberikan bunga). Namun, kali ini penurunan harga emas disebabkan oleh kombinasi faktor jangka pendek seperti komentar politik dan meningkatnya optimisme pasar.

Prospek Suku Bunga: Pasar Mengantisipasi Pemotongan

Para pelaku pasar uang saat ini memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak 91 basis poin pada akhir tahun 2025, dengan pemotongan pertama kemungkinan dimulai pada bulan Juli. Ekspektasi ini memberi sinyal bahwa tekanan ekonomi kemungkinan akan memaksa The Fed melonggarkan kebijakan moneternya lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Pemotongan suku bunga biasanya mendukung harga emas, karena melemahnya dolar AS dan menurunnya imbal hasil investasi alternatif. Oleh karena itu, meskipun harga emas turun dalam jangka pendek, prospek jangka menengah hingga panjang tetap positif bagi logam mulia ini.

Agenda Ekonomi AS: Faktor Penentu Berikutnya

Minggu ini, kalender ekonomi AS dipenuhi dengan sejumlah data penting dan pidato pejabat The Fed, yang bisa memberikan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter. Beberapa indikator yang menjadi sorotan adalah:

  • S&P Global Flash PMI – untuk mengukur aktivitas manufaktur dan jasa

  • Pesanan Barang Tahan Lama – sebagai indikator investasi dan belanja modal

  • Sentimen Konsumen Universitas Michigan – mengukur keyakinan konsumen terhadap ekonomi

Jika data-data ini menunjukkan pelemahan ekonomi, kemungkinan besar akan memperkuat ekspektasi pelonggaran kebijakan, yang dapat kembali mendukung harga emas.


Kesimpulan: Harga Emas Turun, Tapi Fundamental Tetap Kuat

Meskipun harga emas turun tajam pada awal sesi perdagangan Rabu karena komentar Trump dan meningkatnya optimisme atas de-eskalasi konflik dagang, fundamental pasar emas tetap solid. Ketidakpastian ekonomi global, potensi stagflasi, dan ekspektasi penurunan suku bunga semuanya menjadi faktor pendukung bagi logam mulia ini.

Investor sebaiknya tidak terpaku pada fluktuasi jangka pendek, melainkan memperhatikan tren makroekonomi yang lebih besar. Dengan arus masuk yang kuat ke ETF emas dan pelemahan imbal hasil obligasi, emas masih memiliki tempat yang kokoh dalam portofolio sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global yang terus berlanjut.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Monday, 21 April 2025

Bestprofit | Emas Melejit, Lewati $3.400 per Ounce

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (22/4) – Senin, 21 April 2025 menjadi hari bersejarah bagi pasar logam mulia. Harga emas melonjak ke rekor tertinggi, melampaui angka $3.400 per ounce di tengah pelemahan dolar AS dan kekhawatiran global terhadap ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Emas Capai Rekor Baru: Mencapai $3.430 di Awal Sesi

Harga emas spot naik signifikan sebesar 2,7%, diperdagangkan pada level $3.417,62 per ounce pada pukul 1:46 siang waktu ET. Bahkan, di awal sesi, emas sempat menyentuh puncaknya di angka $3.430,18—angka tertinggi sepanjang sejarah perdagangan emas.

Sementara itu, harga emas berjangka di Amerika Serikat juga mencatat lonjakan 2,9%, ditutup pada $3.425,30 per ounce. Ini mempertegas tren bullish yang terus mendorong harga emas ke level yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam sejarah pasar logam mulia.

Dolar Melemah: Pendorong Utama Kenaikan Harga Emas

Salah satu faktor utama di balik kenaikan harga emas ini adalah melemahnya dolar AS, yang jatuh ke level terendah dalam tiga tahun terakhir. Melemahnya greenback membuat emas—yang dihargai dalam dolar—menjadi lebih murah dan menarik bagi investor asing yang memegang mata uang lain.

Pelemahan ini terjadi setelah pernyataan kontroversial dari Presiden AS Donald Trump yang mengkritik Ketua Federal Reserve, Jerome Powell. Komentar tersebut kembali mengguncang kepercayaan pasar terhadap stabilitas kebijakan moneter AS dan menambah tekanan pada nilai tukar dolar.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketegangan Dagang AS-Tiongkok Memicu Permintaan Safe Haven

Ketegangan dagang yang terus meningkat antara Amerika Serikat dan Tiongkok juga menjadi pendorong utama di balik lonjakan permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Pemerintah Tiongkok secara terbuka menuduh Washington telah menyalahgunakan tarif dan memperingatkan negara-negara lain agar berhati-hati dalam menjalin kesepakatan ekonomi dengan AS.

Ketidakpastian mengenai arah kebijakan perdagangan global ini mendorong investor untuk mencari perlindungan di aset-aset yang lebih stabil dan tahan terhadap gejolak ekonomi—dan emas adalah pilihan utama mereka.

“Karena ketegangan tarif terus meningkat, kami terus melihat harga emas bergerak naik sebagai respons terhadap aset yang aman,” ujar David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures. “Akan ada kemunduran dan aksi ambil untung sesekali, tetapi tren dasarnya tetap naik.”

Kenaikan Spektakuler Emas Sejak Awal Tahun 2025

Kenaikan harga emas pada bulan April ini hanyalah kelanjutan dari tren bullish yang telah terbentuk sejak awal tahun. Emas telah mencatatkan kenaikan lebih dari $700 hanya dalam kurun waktu empat bulan, melonjak dari level sekitar $2.700 per ounce pada Januari 2025 hingga menembus $3.400 pada April.

Puncak sebelumnya dicapai pada hari Rabu minggu lalu, saat emas menembus $3.300. Momentum yang kuat kemudian mendorong harga naik hampir $100 dalam waktu beberapa hari saja, menunjukkan betapa cepat dan kuatnya sentimen pasar terhadap logam mulia ini.

Analis: Pasar Emas Mungkin Dekati Titik Puncak Jangka Pendek

Meski tren saat ini menunjukkan arah kenaikan yang konsisten, beberapa analis mulai memperingatkan bahwa reli besar-besaran ini bisa mendekati titik jenuh. Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, menyebut bahwa lonjakan harian harga yang semakin besar adalah pertanda bahwa pasar emas mungkin sedang menuju puncaknya dalam jangka pendek.

“Pergerakan harga emas harian yang jauh lebih besar ini merupakan salah satu petunjuk awal bahwa kenaikan pasar yang sangat matang ini hampir mencapai klimaks dan bahwa puncak pasar jangka pendek mungkin sudah dekat, dari perspektif waktu, lebih dari perspektif harga,” jelas Wyckoff.

Namun demikian, ia menegaskan bahwa tren jangka panjang tetap positif, mengingat kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian.

Logam Mulia Lain: Perak Stabil, Platinum dan Paladium Melemah

Sementara emas mencatatkan performa luar biasa, logam mulia lainnya justru menunjukkan performa yang lebih datar, bahkan cenderung melemah. Harga perak spot tetap stabil di angka $32,60 per ounce. Platinum mengalami penurunan sebesar 0,6%, turun menjadi $961,61 per ounce. Sementara itu, paladium mencatatkan pelemahan paling tajam, turun 3% menjadi $934,25 per ounce.

Penurunan ini menunjukkan bahwa lonjakan harga emas lebih dipicu oleh faktor-faktor spesifik seperti pelemahan dolar dan krisis geopolitik, bukan karena penguatan menyeluruh di sektor logam mulia.

Arah Emas Selanjutnya: Antara Optimisme dan Kewaspadaan

Meskipun kenaikan harga emas terlihat spektakuler dan menjanjikan keuntungan bagi investor, tidak sedikit pihak yang menyarankan untuk tetap waspada. Volatilitas yang tinggi, kemungkinan aksi ambil untung, serta kebijakan moneter yang bisa berubah sewaktu-waktu membuat pasar emas tetap rentan terhadap koreksi mendadak.

Namun, selama ketidakpastian global—baik dari sisi geopolitik maupun ekonomi makro—masih mendominasi, emas diperkirakan akan tetap menjadi aset pelindung utama bagi investor di seluruh dunia.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
 

bestprofit futures
 

Sunday, 20 April 2025

Bestprofit | Dolar AS Stagnan di Tengah Libur Pasar

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Dolar-5.jpg

Bestprofit (21/4) – Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan Dolar AS (USD) terhadap enam mata uang utama dunia, tetap berada di bawah level 99,50 selama jam perdagangan awal Eropa pada hari Jumat, 18 April. Kondisi ini mencerminkan suasana pasar yang penuh kehati-hatian, terutama karena kekhawatiran atas dampak ekonomi dari tarif perdagangan serta dinamika internal kebijakan moneter Amerika Serikat.

Greenback Tertekan oleh Kekhawatiran Tarif dan Pertumbuhan Ekonomi

Stabilnya DXY di bawah 99,50 menunjukkan bahwa pelaku pasar tidak agresif membeli Dolar AS, meskipun mata uang ini secara tradisional dianggap sebagai aset aman (safe haven). Salah satu penyebab utama adalah meningkatnya kekhawatiran bahwa tarif perdagangan, terutama terhadap Tiongkok, dapat menghambat pertumbuhan ekonomi AS dalam jangka menengah hingga panjang.

Kekhawatiran ini datang seiring dengan meningkatnya risiko perlambatan ekonomi global, di mana Amerika Serikat tidak terkecuali. Sinyal bahwa ekonomi bisa melambat semakin menguat seiring dengan negosiasi dagang yang belum menunjukkan hasil konkret, walaupun Presiden Donald Trump menyuarakan optimisme akan tercapainya kesepakatan dalam waktu dekat.

Hari Libur Jumat Agung Membuat Aktivitas Perdagangan Lesu

Hari Jumat Agung (Good Friday) yang dirayakan di sejumlah negara membuat volume perdagangan menjadi lebih ringan dari biasanya. Banyak investor memilih untuk tidak mengambil posisi besar menjelang akhir pekan panjang, yang turut berkontribusi pada ketenangan pergerakan Dolar AS. Namun demikian, suasana pasar tetap waspada terhadap pernyataan-pernyataan penting yang bisa mengubah arah kebijakan ekonomi dan moneter AS.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pernyataan Jerome Powell Memicu Kewaspadaan Terhadap Stagflasi

Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, memberikan pernyataan yang cukup tegas dan mengisyaratkan kekhawatiran terhadap kondisi perekonomian. Ia memperingatkan bahwa kombinasi antara pertumbuhan ekonomi yang lesu dan inflasi yang persisten dapat mempersulit pencapaian target kebijakan moneter Fed.

Pernyataan Powell ini membuat pasar kembali mencermati risiko stagflasi, yaitu kondisi di mana inflasi tinggi terjadi bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi yang stagnan. Risiko ini menjadi salah satu momok terbesar bagi otoritas moneter karena mempersempit ruang gerak mereka dalam merespons krisis ekonomi.

Meskipun pernyataan tersebut memberikan sedikit dukungan kepada Dolar AS karena menandakan kehati-hatian dari The Fed, namun pasar tetap skeptis mengenai kemampuan bank sentral untuk mengelola situasi ini tanpa menyebabkan guncangan tambahan.

Donald Trump Kembali Mengkritik The Fed dan Powell

Presiden AS saat itu, Donald Trump, tak ketinggalan dalam memanaskan situasi. Ia kembali melontarkan kritik terhadap Ketua Fed Jerome Powell yang dinilainya terlalu lambat dalam menurunkan suku bunga. Trump bahkan menyatakan bahwa pemecatan Powell “tidak bisa dilakukan cukup cepat,” menunjukkan ketidaksabarannya terhadap laju penyesuaian kebijakan moneter.

Kritik politik terhadap otoritas moneter, meskipun bukan hal baru, tetap menimbulkan ketidakpastian di pasar. Intervensi semacam ini dapat merusak persepsi independensi The Fed, yang merupakan fondasi penting dalam menjaga kepercayaan investor terhadap stabilitas kebijakan moneter AS.

Proyeksi Pemotongan Suku Bunga Semakin Menguat

Terlepas dari nada hawkish Powell, pasar uang tetap mengantisipasi pelonggaran kebijakan moneter. Berdasarkan alat CME FedWatch, para pedagang memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar total 86 basis poin hingga akhir tahun 2025, dengan pemotongan pertama diprediksi terjadi pada bulan Juli.

Ekspektasi ini menunjukkan bahwa pasar lebih memercayai data dan tren ekonomi aktual dibandingkan pernyataan kebijakan yang bersifat antisipatif. Jika inflasi tetap tinggi namun pertumbuhan terus melambat, tekanan terhadap Fed untuk bertindak lebih akomodatif akan semakin kuat.

Optimisme Trump Terhadap Negosiasi Perdagangan dengan Tiongkok

Di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi, Trump tetap menunjukkan optimisme dalam negosiasi perdagangan dengan Tiongkok. Dalam sebuah pernyataan, ia mengatakan bahwa Tiongkok telah melakukan beberapa pendekatan positif dan dirinya tidak berniat menaikkan tarif lebih lanjut.

Trump juga menyatakan bahwa kenaikan tarif akan membuat barang-barang dari Tiongkok menjadi tidak terjangkau, yang pada akhirnya akan merugikan konsumen Amerika. Ia menambahkan bahwa kesepakatan dapat dicapai dalam waktu tiga hingga empat minggu, meskipun pernyataan semacam ini sudah beberapa kali muncul sebelumnya tanpa realisasi konkret.

Meski demikian, pasar tetap mencatat pernyataan ini sebagai sinyal positif, terutama jika benar-benar terjadi kesepakatan yang bisa menurunkan tensi geopolitik dan mendorong perdagangan global.

Data Tenaga Kerja AS Menunjukkan Sinyal Campuran

Laporan ketenagakerjaan terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS memberikan sinyal yang beragam. Klaim Pengangguran Awal turun menjadi 215.000 untuk minggu yang berakhir pada 12 April, lebih rendah dari ekspektasi dan dari angka revisi minggu sebelumnya yang berada di 224.000.

Penurunan ini menandakan bahwa pasar tenaga kerja tetap cukup kuat, setidaknya dalam jangka pendek. Namun, di sisi lain, Klaim Pengangguran Berkelanjutan naik sebesar 41.000 menjadi 1,885 juta untuk minggu yang berakhir pada 5 April, menunjukkan bahwa sebagian orang yang kehilangan pekerjaan mungkin lebih sulit untuk segera mendapatkan pekerjaan baru.

Kondisi ini memperkuat pandangan bahwa meskipun pemutusan hubungan kerja masih terbatas, namun pemulihan pasar kerja mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan.

Kesimpulan: Dolar AS di Persimpangan Jalan

DXY yang tetap di bawah 99,50 mencerminkan ketegangan yang sedang dihadapi Dolar AS. Di satu sisi, ada potensi penguatan jika The Fed mempertahankan sikap hawkish dan inflasi tetap tinggi. Di sisi lain, tekanan terhadap ekonomi dan pasar tenaga kerja bisa memaksa Fed untuk lebih longgar, yang akan menekan Dolar.

Ketidakpastian politik dan hubungan perdagangan yang belum pasti juga menambah kompleksitas situasi. Dalam jangka pendek, pasar kemungkinan akan tetap fluktuatif, dengan arah yang sangat bergantung pada perkembangan data ekonomi serta kebijakan moneter dan fiskal di AS.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures