Wednesday, 13 May 2015

Emas Naik Ke Tertinggi Lima Pekan Diikuti Perak Terkait Penjualan Ritel AS

BESTPROFIT FUTURES MALANG (14/5) - Emas dan perak berjangka melonjak ke level tertinggi lima pekan hal tersebut dikarenakan data penjualan ritel AS akan mendorong kembali spekulasi ketika melambatnya pertumbuhan ekonomi yang dapat memicu The Fed menunda untuk menaikkan suku bunga.
Emas berjangka untuk pengiriman Juni naik 2,2 persen untuk menetap di level $ 1,218.20 per ons pada 2:02 siang di New York Comex. Sebelumnya, harga mencapai level $ 1,218.50, yang tertinggi untuk kontrak teraktif sejak 6 April. Dolar turun ke 15 pekan terendah terhadap sekumpulan 10 mata uang.
Logam ini naik pekan ini karena meningkatnya biaya energi sehingga memicu kekhawatiran inflasi. Minyak mentah berjangka di New York telah melonjak 44% dari posisi terendah enam tahun pada bulan Maret. Emas secara tradisional telah digunakan sebagai lindung nilai terhadap akslerasi harga konsumen.(yds)
Sumber: Bloomberg

Tuesday, 12 May 2015

REWARD TOUR TO BANGKOK AGUSTUS 2011











OUTBOND BALI JULI 2011










REWARD KUALA LUMPUR MARET 2011

















Alasan BI Tidak Turuti Pemerintah Turunkan Suku Bunga

BESTPROFIT FUTURES MALANG (13/5) - Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) sepertinya memiliki pandangan yang cukup berbeda terkait kebijakan suku bunga. Seperti diketahui pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2015 lalu mencatat laju paling rendah secara kuartalan sejak 2009 silam. Pasalnya, hal ini yang kemudian membuat Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI berpendapat bahwa BI harus menurunkan suku bunganya atau dengan kata lain menerapkan kebijakan moneter longgar.
Namun sayang, pendapat Kalla tidak sejalan dengan Gubernur BI, Agus Martowardojo, yang menegaskan akan tetap kukuh dengan kebijakan moneter ketat. Adapun Tujuan BI mempertahankan kebijakan moneter ketat ini adalah untuk mengendalikan ekspektasi inflasi dan mengelola tekanan eksternal, seperti diketahui inflasi Indonesia pada April lalu mencatat laju tertingginya dan dikhawatirkan masih dapat terus melonjak dalam beberapa bulan ke depan mengingat hari raya Idul Fitri semakin dekat. 
Sebelumnya telah digadang-gadang bahwa Presiden Joko Widodo akan mendorong pertumbuhan ekonomi tanah air dengan rata-rata 7 persen hingga 2019 mendatang. Namun, ternyata, pertumbuhan tahun 2015 ini masih terlihat lambat, setidaknya tercermin dari catatan kuartal I yang hanya tumbuh 4,7 persen. dimana laju pertumbuhan itu adalah yang terlemah sejak 2009.
BI hingga kini akan terus berupaya untuk menyeimbangkan tekanan yang datang dari pemerintah yang kerap meminta pihaknya untuk menurunkan suku bunga demi mendorong pertumbuhan. Pasalnya bukan hanya pertumbuhan ekonomi saja yang harus menjadi fokus pemerintah dan BI tetapi mengendalikan inflasi dan menekan defisit neraca transaksi berjalan demi menopang rupiah juga merupakan tugas penting yang harus segera diatasi bersama dalam jangka pendek ini.
Seperti sudah diberitakan sebelumnya, ruang BI untuk memangkas suku bunganya dalam waktu dekat cukup tertutup. Inflasi yang cukup tinggi bulan lalu telah berdampak pada terbatasnya kebijakan moneter longgar ke depan dan pasar tampaknya tidak akan menyambut positif keputusan pemangkasan suku bunga, sedangkan rupiah saat ini berada dalam tekanan jual.
BI baru akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) untuk membahas kebijakan moneter pada 19 Mei mendatang. Terkait RDG ini, BI mengatakan bahwa bank sentral akan tetap berkoordinasi dengan pemerintah, tetapi setiap hasil keputusan moneter tetap akan berkhiblat pada data ekonomi Tanah Air. BI sendiri optimis bahwa tanpa harus menerapkan kebijakan moneter longgar, pertumbuhan ekonomi dapat terpacu lebih optimal ketika pemerintah mulai membelanjakan anggarannya.

Sumber : Vibiznews