BESTPROFIT FUTURES MALANG (13/5) - Pemerintah dan Bank Indonesia (BI)
sepertinya memiliki pandangan yang cukup berbeda terkait kebijakan suku
bunga. Seperti diketahui pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I
2015 lalu mencatat laju paling rendah secara kuartalan sejak 2009 silam.
Pasalnya, hal ini yang kemudian membuat Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI
berpendapat bahwa BI harus menurunkan suku bunganya atau dengan kata
lain menerapkan kebijakan moneter longgar.
Namun sayang, pendapat Kalla tidak
sejalan dengan Gubernur BI, Agus Martowardojo, yang menegaskan akan
tetap kukuh dengan kebijakan moneter ketat. Adapun Tujuan
BI mempertahankan kebijakan moneter ketat ini adalah untuk mengendalikan
ekspektasi inflasi dan mengelola tekanan eksternal, seperti diketahui
inflasi Indonesia pada April lalu mencatat laju tertingginya dan
dikhawatirkan masih dapat terus melonjak dalam beberapa bulan ke depan
mengingat hari raya Idul Fitri semakin dekat.
Sebelumnya telah digadang-gadang bahwa
Presiden Joko Widodo akan mendorong pertumbuhan ekonomi tanah air dengan
rata-rata 7 persen hingga 2019 mendatang. Namun, ternyata, pertumbuhan
tahun 2015 ini masih terlihat lambat, setidaknya tercermin dari catatan
kuartal I yang hanya tumbuh 4,7 persen. dimana laju pertumbuhan itu
adalah yang terlemah sejak 2009.
BI hingga kini akan terus berupaya untuk
menyeimbangkan tekanan yang datang dari pemerintah yang kerap meminta
pihaknya untuk menurunkan suku bunga demi mendorong pertumbuhan.
Pasalnya bukan hanya pertumbuhan ekonomi saja yang harus menjadi fokus
pemerintah dan BI tetapi mengendalikan inflasi dan menekan defisit
neraca transaksi berjalan demi menopang rupiah juga merupakan tugas
penting yang harus segera diatasi bersama dalam jangka pendek ini.
Seperti sudah diberitakan sebelumnya,
ruang BI untuk memangkas suku bunganya dalam waktu dekat cukup tertutup.
Inflasi yang cukup tinggi bulan lalu telah berdampak pada terbatasnya
kebijakan moneter longgar ke depan dan pasar tampaknya tidak akan
menyambut positif keputusan pemangkasan suku bunga, sedangkan
rupiah saat ini berada dalam tekanan jual.
BI baru akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) untuk membahas
kebijakan moneter pada 19 Mei mendatang. Terkait RDG ini, BI mengatakan
bahwa bank sentral akan tetap berkoordinasi dengan pemerintah, tetapi
setiap hasil keputusan moneter tetap akan berkhiblat pada data ekonomi
Tanah Air. BI sendiri optimis bahwa tanpa harus menerapkan kebijakan
moneter longgar, pertumbuhan ekonomi dapat terpacu lebih optimal ketika
pemerintah mulai membelanjakan anggarannya.
Sumber : Vibiznews