Monday, 13 October 2025

Bestprofit | Fundamental Kuat, Emas Naik

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (14/10) – Harga emas kembali menunjukkan performa impresif di awal sesi Asia, melanjutkan tren penguatannya yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir. Kenaikan harga logam mulia ini tidak hanya dipicu oleh sentimen jangka pendek, tetapi juga oleh faktor fundamental yang semakin mendukung prospek jangka panjang. Tim Riset Global Bank of America (BofA) bahkan memproyeksikan harga emas akan mencapai level mencengangkan $5.000 per ons pada tahun 2026.

Penguatan Emas Terkini: Menyentuh Rekor Tertinggi

Pada perdagangan awal sesi Asia, harga emas spot naik 0,5% menjadi $4.131,72/oz, setelah sempat menyentuh rekor tertinggi intraday di $4.132,04/oz. Lonjakan ini menjadi sinyal kuat bahwa emas masih menjadi instrumen lindung nilai yang dicari oleh investor di tengah ketidakpastian ekonomi global dan tekanan geopolitik yang belum mereda.

Kenaikan harga ini mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap emas, baik sebagai aset safe haven maupun instrumen diversifikasi portofolio, terutama ketika dolar AS menunjukkan kelemahan dan imbal hasil obligasi cenderung melemah.

Fundamental Bullish: Mengapa Emas Masih Menarik?

Tim riset BofA menyoroti bahwa penguatan emas bukan sekadar respons terhadap volatilitas pasar, melainkan didorong oleh fundamental ekonomi yang sangat bullish. Beberapa faktor utama yang mendorong harga emas saat ini dan ke depan antara lain:

  1. Defisit Fiskal AS yang Meningkat
    Pemerintah AS menghadapi tekanan fiskal yang besar. Belanja negara yang terus meningkat, terutama untuk sektor pertahanan, infrastruktur, dan program sosial, mendorong defisit anggaran ke level yang mengkhawatirkan. Dalam situasi ini, investor melihat emas sebagai pelindung nilai terhadap risiko fiskal jangka panjang.

  2. Peningkatan Utang Publik
    Seiring dengan meningkatnya defisit, utang nasional AS juga mencetak rekor, melampaui $34 triliun pada pertengahan 2025. Beban utang ini akan membatasi ruang gerak kebijakan moneter dan fiskal di masa depan, sehingga memperkuat argumen untuk menyimpan kekayaan dalam bentuk emas.

  3. Dorongan untuk Pemangkasan Suku Bunga
    Meskipun inflasi menunjukkan tanda-tanda pelunakan, pertumbuhan ekonomi AS mulai melambat. Ini membuka kemungkinan bagi Federal Reserve untuk mulai memangkas suku bunga, yang secara historis sangat positif bagi harga emas. Suku bunga yang lebih rendah menurunkan opportunity cost memegang aset non-yielding seperti emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Prediksi Harga Emas dan Perak: Mencapai Level Baru di 2026

Dalam laporan risetnya, tim riset Global BofA memberikan proyeksi yang sangat optimis terhadap harga logam mulia:

  • Harga emas diperkirakan bisa mencapai $5.000 per ons pada 2026

  • Harga perak diproyeksikan melonjak ke $65 per ons

Proyeksi ini mencerminkan bukan hanya ekspektasi terhadap kebijakan moneter dan fiskal di AS, tetapi juga kekhawatiran global terhadap stabilitas keuangan dan geopolitik. Jika prediksi ini terwujud, maka akan menandai salah satu kenaikan harga emas paling signifikan dalam sejarah modern.

Kerangka Kebijakan Gedung Putih yang Tidak Lazim: Peluang bagi Emas

Dalam laporan risetnya, BofA juga menyinggung bahwa kerangka kebijakan ekonomi pemerintahan AS saat ini bersifat tidak lazim. Artinya, pendekatan yang digunakan tidak konvensional jika dibandingkan dengan prinsip-prinsip fiskal klasik.

Kebijakan seperti peningkatan belanja publik tanpa pembiayaan fiskal yang jelas, serta penggunaan kebijakan moneter longgar untuk mendukung pertumbuhan jangka pendek, dianggap memperbesar risiko inflasi dan penurunan nilai tukar dolar AS dalam jangka panjang.

Dalam kondisi seperti ini, emas menjadi alat penyimpan nilai yang semakin relevan. Investor global mulai mencari “safe harbor” yang dapat melindungi kekayaan mereka dari potensi depresiasi mata uang fiat dan gejolak pasar.

Faktor Eksternal yang Memperkuat Harga Emas

Selain faktor domestik AS, beberapa faktor global juga ikut menopang harga emas:

  • Ketegangan geopolitik: Konflik yang masih berlangsung di Timur Tengah dan ketegangan antara AS dan Tiongkok membuat investor lebih konservatif dan memilih emas sebagai lindung nilai.

  • Permintaan fisik dari Asia: Negara-negara seperti India dan Tiongkok terus menunjukkan permintaan kuat terhadap emas, baik untuk konsumsi domestik maupun cadangan devisa.

  • De-dolarisasi oleh bank sentral global: Banyak bank sentral, terutama dari negara berkembang, mulai mengalihkan sebagian cadangan mereka ke emas, mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

Respon Pasar dan Strategi Investor

Melihat arah pergerakan harga emas yang semakin agresif, investor ritel dan institusional mulai menyesuaikan strategi portofolio mereka. Beberapa pendekatan yang saat ini umum diambil:

  • Menambah porsi logam mulia dalam portofolio investasi, baik dalam bentuk fisik, ETF emas, atau saham tambang emas.

  • Diversifikasi ke instrumen terkait emas dan perak, seperti kontrak futures dan derivatif lainnya.

  • Hedging terhadap inflasi dan risiko nilai tukar melalui eksposur di pasar logam mulia.

Potensi Risiko dan Volatilitas

Walaupun outlook jangka panjang terlihat positif, investor tetap harus mewaspadai risiko jangka pendek, seperti:

  • Koreksi harga teknikal akibat profit-taking

  • Penguatan sementara dolar AS

  • Kebijakan moneter agresif dari bank sentral yang belum sepenuhnya diantisipasi pasar

Namun demikian, dengan dasar fundamental yang kuat dan dukungan makroekonomi yang terus berkembang, logam mulia diperkirakan tetap menjadi primadona hingga beberapa tahun ke depan.

Kesimpulan: Emas Tetap Bersinar di Tengah Ketidakpastian Global

Kenaikan harga emas ke level rekor terbaru menunjukkan bahwa logam mulia ini masih menjadi aset pilihan di tengah dinamika pasar global. Didukung oleh defisit fiskal yang membengkak, peningkatan utang, potensi penurunan suku bunga, serta kebijakan ekonomi yang tidak konvensional, emas memiliki potensi besar untuk terus menguat hingga mencapai $5.000 per ons pada 2026, sebagaimana diprediksi oleh Bank of America.

Bagi investor jangka panjang, tren ini memberikan peluang strategis untuk meningkatkan eksposur terhadap logam mulia sebagai bagian dari diversifikasi portofolio dan perlindungan terhadap risiko makroekonomi. Meski volatilitas jangka pendek mungkin tetap ada, arah jangka panjangnya tampaknya tetap bullish dan menjanjikan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 12 October 2025

Bestprofit | Emas Menguat, Dolar Tertekan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (13/10) – Harga emas kembali melonjak di awal perdagangan Asia pada Senin, 13 Oktober 2025. Dorongan utama datang dari meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap potensi devaluasi mata uang fiat global. Kenaikan ini mencerminkan bagaimana logam mulia kembali menjadi pilihan utama investor saat ketidakpastian ekonomi global meningkat.

Menurut Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, sejumlah indikator ekonomi utama, khususnya dari Amerika Serikat, menunjukkan tekanan signifikan terhadap sistem keuangan global. Dalam sebuah email, Hansen menyebutkan bahwa “Pembayaran bunga Departemen Keuangan AS telah melampaui pengeluaran pertahanan tahunan, The Fed menghadapi pengawasan politik atas independensinya, dan rasio utang pasar maju terus meningkat meskipun PDB nominal mencapai rekor.”

Artikel ini akan membahas secara mendalam faktor-faktor yang mendorong penguatan emas, mengapa devaluasi kembali menjadi kekhawatiran utama, serta bagaimana dampaknya terhadap pasar global dan portofolio investor.

Kebangkitan Kembali Devaluasi sebagai Isu Global

Devaluasi adalah istilah yang dulu lebih sering terdengar dalam konteks krisis ekonomi masa lalu. Namun kini, istilah tersebut kembali ramai diperbincangkan. Dalam konteks saat ini, devaluasi tidak lagi hanya terjadi di negara berkembang, tetapi menjadi kekhawatiran riil di negara-negara maju, terutama karena beban defisit fiskal yang kian membengkak.

Hansen menekankan bahwa kepercayaan terhadap mata uang fiat mulai terkikis. “Devaluasi, yang dulu hanya tercatat dalam sejarah, telah muncul kembali dalam kosakata pasar karena kepercayaan terhadap mata uang fiat terkikis di bawah beban defisit kronis, kebijakan moneter yang dipolitisasi, dan penurunan imbal hasil riil,” ujarnya.

Hal ini terjadi seiring dengan meningkatnya kekhawatiran bahwa bank sentral tidak lagi mampu menjaga nilai mata uangnya di tengah tekanan politik dan beban fiskal yang besar. Dalam konteks ini, emas kembali menjadi alat lindung nilai (hedge) yang diandalkan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

The Fed dalam Sorotan: Tekanan Politik atas Independensi

Federal Reserve (The Fed) selama ini dikenal sebagai institusi independen yang memegang kendali penuh atas kebijakan moneter Amerika Serikat. Namun, beberapa tahun terakhir, tekanan politik terhadap The Fed meningkat secara signifikan. Pengawasan dari Kongres dan intervensi dari eksekutif telah menciptakan kekhawatiran pasar mengenai potensi bias kebijakan yang bersifat politis.

Ketika kebijakan suku bunga atau pelonggaran kuantitatif diputuskan bukan semata karena pertimbangan ekonomi, tetapi karena tekanan politik, maka kredibilitas mata uang pun ikut tergerus. Hal ini memperparah kondisi di mana investor merasa mata uang fiat tidak lagi dapat diandalkan sebagai penyimpan nilai.

Utang Negara Meningkat Tajam: Bayang-Bayang Krisis Fiskal

Salah satu pemicu utama kekhawatiran devaluasi saat ini adalah rasio utang negara yang terus meningkat, terutama di negara-negara maju. Meskipun PDB nominal menunjukkan rekor tertinggi, utang pemerintah jauh tumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Amerika Serikat, misalnya, kini menghadapi situasi di mana pembayaran bunga tahunan atas utang nasional telah melampaui pengeluaran pertahanan — yang selama ini menjadi salah satu pos belanja terbesar negara tersebut. Ini merupakan sinyal bahaya bahwa sistem fiskal berada dalam tekanan yang luar biasa.

Investor mulai mempertanyakan keberlanjutan struktur fiskal ini, dan pada akhirnya memilih untuk mengalihkan dana ke aset yang lebih aman, seperti emas.

Penurunan Imbal Hasil Riil: Faktor Pendukung Emas

Imbal hasil riil (real yield) — yaitu imbal hasil obligasi dikurangi inflasi — saat ini berada pada level yang sangat rendah, atau bahkan negatif di beberapa negara. Dalam lingkungan seperti ini, emas menjadi jauh lebih menarik karena tidak memiliki risiko gagal bayar dan tidak memberikan imbal hasil tetap.

Dengan suku bunga yang stagnan atau menurun dan inflasi yang tetap tinggi, investor semakin terdorong untuk memarkir dananya di aset yang dapat mempertahankan nilai riilnya. Emas, yang secara historis memiliki korelasi negatif terhadap imbal hasil riil, menjadi pilihan logis dalam kondisi seperti ini.

Ketidakpastian Geopolitik Menambah Daya Tarik Emas

Selain faktor-faktor ekonomi, ketidakpastian geopolitik juga mendorong kenaikan harga emas. Ketegangan di Timur Tengah, ketidakstabilan politik di beberapa negara berkembang, serta ketegangan antara kekuatan besar seperti AS dan Tiongkok, menciptakan kondisi yang tidak kondusif bagi pasar modal konvensional.

Dalam situasi geopolitik yang bergejolak, investor cenderung mencari aset safe haven. Emas kembali menjadi pilihan utama karena dapat menyimpan nilai di tengah gejolak politik dan ekonomi.

Arah Emas ke Depan: Apakah Akan Terus Menguat?

Dengan kondisi global yang masih dipenuhi ketidakpastian, arah harga emas diprediksi tetap menguat dalam jangka menengah hingga panjang. Beberapa analis bahkan memperkirakan harga emas bisa menembus $4.200/oz jika tekanan terhadap dolar AS terus berlanjut dan inflasi tetap tinggi.

Namun, ada juga risiko koreksi jangka pendek, terutama jika bank sentral menunjukkan sinyal pengetatan kebijakan moneter atau jika ada pemulihan mendadak dalam stabilitas fiskal.

Tetap penting bagi investor untuk memantau indikator makroekonomi utama, arah kebijakan The Fed, dan tren geopolitik untuk menilai prospek harga emas ke depan.

Kesimpulan: Emas Kembali Bersinar di Tengah Ancaman Devaluasi

Kenaikan harga emas pada awal perdagangan Asia Senin ini merupakan respons terhadap meningkatnya kekhawatiran global akan devaluasi mata uang fiat dan ketidakpastian ekonomi secara umum. Dengan tekanan terhadap The Fed, meningkatnya rasio utang negara, dan menurunnya imbal hasil riil, emas kembali menjadi alat lindung nilai yang dicari.

Kondisi ini menunjukkan bahwa emas tidak hanya berfungsi sebagai komoditas, tetapi juga sebagai cermin kepercayaan terhadap sistem keuangan global. Selama kekhawatiran terhadap stabilitas moneter dan fiskal terus berlanjut, emas diperkirakan tetap menjadi aset unggulan dalam portofolio investor global.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 9 October 2025

Bestprofit | Emas Rebound di Asia

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (10/10) – Emas, sebagai salah satu aset paling stabil di dunia, terus menarik perhatian para investor di tengah ketidakpastian pasar global. Pada awal sesi Asia, harga emas mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,3%, bergerak menuju level $3.986,90 per ounce, setelah mengalami penurunan tajam pada sesi sebelumnya. Kenaikan harga emas ini dipandang sebagai pemulihan teknis, di mana pasar mulai mengoreksi penurunan harga yang terjadi dalam waktu singkat. Menurut Fadi Al Kurdi dari FFA Kings, momentum bullish emas masih berpeluang berlanjut. Lantas, apa yang mendorong kenaikan harga emas ini? Mari kita ulas lebih lanjut.

Pemulihan Teknis Emas Pasca Penurunan Tajam

Pada sesi sebelumnya, harga emas sempat mengalami penurunan signifikan, namun segera kembali bangkit pada awal sesi Asia. Kenaikan ini lebih banyak dipandang sebagai pemulihan teknis, yang sering terjadi setelah harga turun tajam dalam waktu singkat. Pemulihan teknis adalah koreksi sementara di pasar, yang terjadi ketika harga berbalik arah setelah penurunan tajam atau kenaikan yang berlebihan.

Faktor utama yang mendasari kenaikan harga emas ini adalah adanya kepercayaan pasar bahwa meskipun ada penurunan harga emas sebelumnya, prospek jangka panjang tetap bullish. Meskipun pasar mengalami fluktuasi, banyak analis yang percaya bahwa faktor-faktor eksternal seperti ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan moneter akan terus mendukung harga emas.

Sentimen Pasar dan Dampak Shutdown Pemerintah AS

Salah satu faktor penting yang memengaruhi pergerakan harga emas adalah sentimen pasar. Baru-baru ini, ketidakpastian di pasar AS meningkat akibat kemungkinan terjadinya shutdown pemerintah AS. Proses shutdown ini berpotensi menunda rilis data penting yang dapat memberikan gambaran tentang kesehatan ekonomi AS, sehingga meningkatkan ketidakpastian fiskal. Ketika situasi ekonomi memburuk atau tidak pasti, investor cenderung beralih ke aset yang lebih aman, seperti emas, untuk melindungi nilai investasinya.

Selain itu, ketidakpastian yang ditimbulkan oleh shutdown pemerintah AS dapat memperburuk sentimen pasar, yang kemudian mendukung kenaikan harga emas. Emas sering dipandang sebagai safe haven asset, yaitu aset yang dicari investor untuk mengurangi risiko selama ketidakpastian pasar, seperti yang kita lihat dalam periode shutdown ini.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Risalah FOMC dan Kebijakan Suku Bunga The Fed

Sementara itu, risalah dari pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee) bulan September baru-baru ini juga memberikan gambaran tentang bagaimana The Fed (Federal Reserve) melihat kondisi ekonomi AS. Salah satu hal yang menarik dalam risalah tersebut adalah bahwa The Fed masih melihat risiko pasar tenaga kerja sebagai faktor besar yang dapat menghambat pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun inflasi mulai terkendali, Bank Sentral AS masih berhati-hati dalam membuat kebijakan lanjutan yang dapat berdampak pada pemulihan ekonomi.

Menurut analisis dari para ahli, meskipun suku bunga The Fed belum menunjukkan indikasi penurunan lebih lanjut dalam waktu dekat, kombinasi antara kebijakan moneter yang ketat dan ketidakpastian inflasi tetap mendukung harga emas. Emas biasanya mencatatkan kinerja yang baik dalam kondisi suku bunga yang rendah atau saat ada ketidakpastian inflasi, karena daya tariknya sebagai aset yang tidak menghasilkan bunga atau dividen menjadi lebih besar.

Proyeksi Harga Emas: Bullish atau Bearish?

Secara keseluruhan, proyeksi harga emas tetap dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yang saling berkaitan. Salah satunya adalah potensi penurunan lebih lanjut dalam kebijakan moneter The Fed yang mendukung harga emas, selain ketidakpastian ekonomi global yang membuat investor tetap mencari aset aman.

Namun, para analis juga mengingatkan bahwa meskipun prospek harga emas masih menunjukkan kecenderungan positif, terdapat beberapa risiko yang harus diwaspadai. Salah satunya adalah adanya potensi pengetatan lebih lanjut dari kebijakan suku bunga The Fed jika data ekonomi AS menunjukkan adanya tekanan inflasi yang berkelanjutan. Hal ini bisa menyebabkan penurunan permintaan terhadap emas dalam jangka pendek.

Di sisi lain, jika ketidakpastian global terus meningkat dan jika pemerintah AS benar-benar mengalami shutdown yang berkepanjangan, investor kemungkinan akan semakin mencari perlindungan pada emas. Kombinasi dari risiko inflasi dan ketidakpastian fiskal ini menciptakan latar belakang yang mendukung potensi kenaikan harga emas.

Faktor Global yang Mendukung Harga Emas

Selain faktor-faktor domestik di AS, ada sejumlah isu global yang juga dapat memengaruhi harga emas. Ketegangan geopolitik, seperti konflik perdagangan antara negara-negara besar atau ketidakpastian ekonomi di negara-negara berkembang, bisa mendorong harga emas ke atas. Ketika ketegangan internasional meningkat, investor sering kali beralih ke emas sebagai bentuk perlindungan nilai.

Salah satu contoh terbaru adalah ketegangan yang meningkat antara AS dan beberapa negara besar seperti China dan Rusia, yang menciptakan ketidakpastian lebih lanjut di pasar global. Faktor-faktor seperti ini mendorong investor untuk mengalihkan investasinya ke emas, mengingat statusnya sebagai aset yang dapat mengurangi risiko selama ketegangan internasional.

Emas Sebagai Aset Safe Haven: Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Emas dikenal sebagai salah satu “safe haven asset” yang paling dicari, terutama pada masa-masa ketidakpastian ekonomi dan politik. Ini karena emas tidak bergantung pada kebijakan pemerintah atau suku bunga, yang membuatnya relatif stabil dibandingkan dengan aset lainnya. Meskipun harga emas dapat berfluktuasi dalam jangka pendek, dalam jangka panjang, banyak investor yang percaya bahwa emas akan tetap menjadi penyimpan nilai yang andal.

Penting bagi investor untuk mempertimbangkan elemen-elemen yang mempengaruhi harga emas, seperti kebijakan moneter bank sentral, inflasi, ketegangan geopolitik, dan ketidakpastian pasar global. Ketika salah satu faktor ini muncul atau memburuk, harga emas cenderung mengalami kenaikan, yang sering kali menarik investor untuk melakukan aksi beli.

Kesimpulan

Emas telah menunjukkan pemulihan harga di awal sesi Asia setelah penurunan tajam pada sesi sebelumnya. Kenaikan ini dipandang sebagai pemulihan teknis, namun prospek harga emas ke depan masih tetap positif, terutama mengingat ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan moneter The Fed yang cenderung berhati-hati. Dengan sentimen pasar yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti shutdown pemerintah AS dan risiko inflasi, emas tetap menjadi aset yang menarik bagi para investor yang ingin mengurangi risiko dalam portofolio mereka.

Namun, pasar tetap perlu waspada terhadap potensi perubahan kebijakan suku bunga yang dapat mempengaruhi daya tarik emas di masa mendatang. Seiring dengan perkembangan ketidakpastian global dan domestik, harga emas kemungkinan akan terus mencatatkan volatilitas, meskipun momentum bullishnya masih berpeluang berlanjut. Sebagai aset safe haven, emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang ingin melindungi nilai investasi mereka di tengah ketidakpastian pasar yang terus berkembang.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Wednesday, 8 October 2025

Bestprofit | Emas Tembus Rekor, Lalu Terkoreksi

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (9/10) – Emas turun ±0,7% pada awal sesi Asia Kamis (9/10), setelah reli empat hari beruntun. Koreksi ini terjadi usai harga emas mencetak rekor baru di atas $4.000 per ons troy. Meskipun mengalami penurunan, logam mulia ini masih mencatatkan kenaikan lebih dari 50% sepanjang tahun 2025.

Rekor Baru dan Aksi Ambil Untung

Pada Rabu (8/10), harga emas mencatatkan kenaikan harian sebesar 1,4% hingga menembus rekor di atas $4.040/oz, memperpanjang reli empat hari berturut-turut yang telah mengangkat harga ke level tertinggi dalam sejarah. Namun, memasuki awal sesi Asia pada Kamis pagi (9/10), harga spot emas turun tipis sekitar 0,7% ke level $4.014,24.

Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh aksi taking profit atau ambil untung dari para investor, yang melihat potensi koreksi teknikal setelah emas berada dalam kondisi overbought (jenuh beli) hampir sepanjang satu bulan terakhir. Beberapa indikator teknikal seperti RSI (Relative Strength Index) menunjukkan level yang ekstrem, yang secara historis kerap diikuti oleh koreksi harga.

“Pasar emas telah mengalami reli luar biasa selama beberapa minggu terakhir. Koreksi kecil ini sangat wajar secara teknikal,” ujar analis komoditas dari Asia Futures Capital.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Faktor-Faktor yang Menggerakkan Harga Emas

1. Ketidakpastian Geopolitik dan Ekonomi Global

Lonjakan harga emas tahun ini terutama didorong oleh ketidakpastian global yang belum mereda. Ketegangan geopolitik, isu perdagangan internasional, dan kekhawatiran terhadap resesi global menjadi faktor utama yang mendorong investor beralih ke aset safe haven seperti emas.

Di sepanjang 2025, pasar global telah dihantui oleh konflik dagang antara AS dan Tiongkok, krisis utang di beberapa negara berkembang, serta gejolak politik dalam negeri di sejumlah negara maju.

2. Debat soal Independensi The Fed dan Stabilitas Fiskal AS

Polemik seputar independensi Federal Reserve dari tekanan politik juga turut memberikan dorongan ke pasar emas. Beberapa pejabat tinggi AS sempat melontarkan kritik terbuka terhadap arah kebijakan moneter, yang dinilai terlalu longgar dan berpotensi memicu inflasi jangka panjang.

Selain itu, kekhawatiran terhadap stabilitas fiskal AS, terutama terkait dengan besarnya defisit anggaran dan utang nasional, turut membuat investor meragukan daya tahan dolar AS sebagai penyimpan nilai jangka panjang. Hal ini menyebabkan banyak pihak melirik emas sebagai alternatif pelindung nilai (hedge).

3. Pembelian Agresif oleh Bank Sentral

Bank sentral di berbagai belahan dunia, terutama negara-negara berkembang, mencatatkan pembelian emas dalam jumlah besar sepanjang 2025. Langkah ini dilakukan sebagai strategi diversifikasi cadangan devisa dan perlindungan terhadap risiko nilai tukar serta inflasi global.

Menurut data dari World Gold Council, beberapa negara Asia dan Timur Tengah menjadi pembeli emas terbesar tahun ini. Pembelian agresif dari institusi resmi ini telah menciptakan permintaan struktural yang menopang harga emas di tengah fluktuasi pasar.

Faktor Geopolitik Mereda, Daya Tarik Safe Haven Menurun

Meskipun harga emas masih berada di level tinggi, sebagian daya tarik sebagai safe haven mulai menurun. Pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyebut bahwa kesepakatan damai di Timur Tengah “sangat dekat” menjadi salah satu katalis yang menenangkan pasar.

Pernyataan ini didukung oleh sinyal positif dari pejabat Israel dan Hamas, yang mengindikasikan adanya kemajuan dalam negosiasi damai yang dimediasi oleh Mesir. Jika perundingan ini benar-benar membuahkan hasil, maka ketegangan di wilayah tersebut—yang sebelumnya menjadi faktor pendorong harga emas—berpotensi mereda.

Meski begitu, analis tetap berhati-hati. “Ketegangan geopolitik bisa berubah sangat cepat. Walau ada sinyal positif saat ini, belum ada kepastian final. Investor tetap waspada dan menahan sebagian alokasi asetnya di emas,” kata seorang analis dari Global Macro Insight.

Pasar Logam Lain Ikut Melemah

Bukan hanya emas yang mengalami koreksi. Logam mulia lainnya seperti platinum dan paladium juga mencatatkan penurunan harga tipis setelah sebelumnya mengalami reli. Meski demikian, pasar kedua logam ini tetap ketat karena permintaan industri dan dukungan dari arus dana ETF (Exchange Traded Funds).

  • Platinum turun sekitar 0,5% dalam perdagangan pagi, meskipun permintaan dari sektor otomotif dan energi hijau masih kuat.

  • Paladium juga terkoreksi tipis, namun tetap dalam tren positif akibat pasokan yang terbatas dari produsen utama seperti Rusia dan Afrika Selatan.

Sementara itu, perak juga ikut turun, tetapi tetap bertahan dekat level tertingginya dalam beberapa dekade terakhir. Perak kerap mengikuti tren harga emas, tetapi juga mendapat dukungan dari permintaan industri, khususnya sektor elektronik dan energi terbarukan.

Stabilitas Dolar dan Pengaruh Terhadap Harga Emas

Pada saat harga emas terkoreksi, Bloomberg Dollar Spot Index tercatat nyaris tidak berubah. Stabilnya dolar AS di pasar global menahan laju emas untuk rebound lebih tinggi. Secara historis, ada hubungan terbalik antara dolar dan emas: ketika dolar menguat, harga emas cenderung turun karena menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.

Namun, stabilitas dolar saat ini dinilai lebih disebabkan oleh posisi wait and see dari investor menjelang data ekonomi utama AS yang akan dirilis dalam beberapa hari mendatang, termasuk data inflasi dan tenaga kerja.

Prospek Harga Emas ke Depan

Meskipun mengalami koreksi tipis, prospek jangka menengah hingga panjang emas masih dianggap positif oleh banyak analis. Kombinasi dari ketidakpastian global, potensi pelemahan dolar, dan permintaan institusional tetap menjadi fondasi kuat bagi harga logam mulia ini.

Beberapa proyeksi bahkan menyebutkan bahwa harga emas bisa menembus $4.200–$4.300/oz dalam beberapa bulan ke depan, terutama jika terjadi eskalasi baru dalam konflik geopolitik atau pelemahan tajam di pasar keuangan global.

Namun, investor juga diingatkan bahwa volatilitas akan tetap tinggi, dan koreksi seperti saat ini dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bagian dari konsolidasi pasar.

Kesimpulan

Emas mengalami koreksi tipis setelah menembus rekor harga sepanjang masa di atas $4.000/oz. Koreksi ini wajar terjadi karena kondisi teknikal yang jenuh beli dan aksi ambil untung dari investor. Meskipun terjadi pelemahan, fundamental jangka panjang emas tetap solid berkat ketidakpastian global, kebijakan moneter longgar, serta pembelian dari bank sentral.

Sementara sebagian daya tarik safe haven sempat mereda karena perkembangan positif di Timur Tengah, pasar tetap waspada terhadap potensi perubahan situasi geopolitik. Logam mulia lain seperti platinum, paladium, dan perak juga ikut terkoreksi namun masih dalam tren kuat.

Ke depan, prospek emas masih positif, dengan potensi mencetak rekor-rekor baru jika sentimen pasar kembali memburuk. Investor disarankan tetap mencermati kondisi makro global dan tidak terlalu terpaku pada pergerakan harian yang fluktuatif.

 
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 7 October 2025

Bestprofit | Shutdown Dorong Emas

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (8/10) – Rabu, 8 Oktober 2025 menjadi hari yang bersejarah bagi pasar komoditas global. Harga emas spot kembali mendekati level psikologis penting di $4.000 per ons troy, menyentuh rekor intraday sekitar $3.990, sebelum akhirnya ditutup sedikit di bawahnya. Sementara itu, kontrak berjangka emas Desember di New York yang paling aktif kembali menembus angka $4.000, mengukuhkan tren bullish yang telah berlangsung sejak kuartal ketiga tahun ini.

Reli ini memperpanjang status emas sebagai aset safe haven utama di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global, dengan kombinasi faktor teknikal dan fundamental yang mendukung lonjakan harga.

Tekanan di Pasar Saham dan Ketidakpastian Politik Dorong Permintaan Emas

Salah satu pemicu kuat dalam reli harga emas minggu ini adalah tekanan signifikan yang dialami oleh sektor teknologi, khususnya setelah laporan margin cloud Oracle yang lebih rendah dari ekspektasi. Kinerja buruk saham Oracle menular ke saham teknologi lain, memicu rotasi portofolio dari ekuitas ke aset safe haven seperti emas.

Selain itu, penutupan pemerintahan AS yang berkepanjangan turut memperkuat ketidakpastian pasar. Penutupan ini tidak hanya mengganggu layanan publik, tetapi juga menunda rilis sejumlah data ekonomi penting, termasuk laporan ketenagakerjaan dan inflasi yang biasa dijadikan acuan oleh Federal Reserve untuk kebijakan suku bunga.

Dengan ketidakjelasan arah kebijakan moneter, pelaku pasar memilih untuk melakukan lindung nilai melalui kepemilikan emas dan obligasi. Hal ini menciptakan lonjakan permintaan, terutama di tengah ketidakpastian arah ekonomi jangka pendek.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Faktor ETF dan Bank Sentral Perkuat Bias Bullish

Salah satu pendorong utama reli harga emas adalah arus masuk yang kuat dari investor institusional dan bank sentral. Data terbaru menunjukkan bahwa meskipun terjadi arus keluar bulanan terbesar dari ETF emas global pada bulan September, namun kuartal ketiga secara keseluruhan mencatat arus masuk terbesar yang pernah tercatat.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada volatilitas jangka pendek, kepercayaan investor terhadap emas dalam jangka menengah hingga panjang tetap tinggi. Bank sentral di berbagai belahan dunia, khususnya dari negara-negara berkembang, juga terus meningkatkan cadangan emas mereka sebagai bagian dari strategi diversifikasi cadangan devisa.

Tak hanya itu, Goldman Sachs meningkatkan proyeksi harga emas untuk Desember 2026 dari sebelumnya $4.300 menjadi $4.900 per ons, dengan menyebut arus masuk dari ETF Barat dan pembelian bank sentral sebagai alasan utama dari revisi tersebut.

Dolar AS dan Ketegangan Geopolitik Menjadi Hambatan Jangka Pendek

Meski outlook jangka menengah untuk emas tampak menjanjikan, bukan berarti perjalanan menuju level $4.000 bersih akan mulus. Salah satu hambatan utama saat ini adalah penguatan Dolar AS (USD) yang membuat emas—yang dihargai dalam dolar—menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga menekan permintaan internasional.

Selain itu, ketidakpastian politik di negara-negara besar seperti Prancis dan Jepang turut memicu flight to safety ke aset berdenominasi dolar, alih-alih langsung ke emas. Akibatnya, terjadi arus balik ke USD dan kenaikan imbal hasil obligasi AS, yang secara historis menjadi kompetitor langsung bagi emas sebagai aset tanpa imbal hasil.

Kombinasi dua faktor ini menciptakan hambatan jangka pendek yang bisa membatasi potensi kenaikan emas secara cepat, meskipun tren jangka menengah masih condong bullish.

Suku Bunga The Fed: Katalis atau Risiko?

Ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed menjadi titik krusial yang bisa menentukan arah harga emas dalam beberapa bulan ke depan. Dengan absennya data ekonomi resmi akibat penutupan pemerintah, pasar kini bergantung pada komentar dari pejabat The Fed dan sinyal-sinyal verbal lainnya untuk menilai kemungkinan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.

Jika The Fed memberikan sinyal dovish yang lebih kuat, emas kemungkinan besar akan mendapatkan dorongan tambahan. Sebaliknya, jika komentar dari Fed menunjukkan sikap hawkish yang masih bertahan—terlepas dari kurangnya data—maka harga emas bisa mengalami koreksi teknikal sebelum kembali naik.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga yang lebih cepat cenderung menurunkan imbal hasil obligasi dan melemahkan dolar, keduanya merupakan kondisi yang sangat kondusif bagi penguatan emas.

Harga Emas Spot dan Berjangka Semakin Sinkron

Harga emas spot yang tetap mendekati rekor tertinggi dan harga berjangka Desember yang berhasil menembus $4.000 menandakan adanya konvergensi sentimen pasar jangka pendek dan menengah. Ini menunjukkan bahwa pelaku pasar kini tidak hanya berspekulasi, tetapi juga menaruh kepercayaan struktural pada nilai emas di tengah iklim ketidakpastian yang berkepanjangan.

Harga emas spot yang berada di kisaran $3.990 mencerminkan kekuatan permintaan riil, sementara posisi kontrak berjangka yang positif menunjukkan keyakinan terhadap potensi kenaikan lebih lanjut dalam beberapa bulan ke depan.

Tren Logam Mulia Lain: Perak, Platinum, dan Paladium

Reli emas juga turut mempengaruhi pasar logam mulia lainnya. Harga perak, meskipun sempat terkoreksi sebelumnya, menunjukkan tren sedikit menguat, sejalan dengan pemulihan sektor industri ringan dan permintaan safe haven alternatif.

Sementara itu, platinum terlihat relatif stabil, dipengaruhi oleh kombinasi faktor permintaan otomotif dan industri. Paladium, yang sempat tertekan pada kuartal sebelumnya, menunjukkan penguatan, didorong oleh harapan pemulihan sektor otomotif global.

Namun demikian, emas tetap menjadi bintang utama dalam lanskap logam mulia, berkat kombinasi kekuatan teknikal dan dukungan makroekonomi global.

Kesimpulan: Emas di Ambang Era Baru?

Level $4.000 per ons tidak hanya menjadi angka psikologis, tapi juga menjadi simbol dari perubahan lanskap keuangan global. Dari tekanan geopolitik, inflasi, suku bunga, hingga krisis fiskal, semua faktor tampaknya mengarah pada peningkatan permintaan terhadap aset aman seperti emas.

Meskipun hambatan jangka pendek seperti penguatan dolar dan ketidakpastian politik masih bisa menahan laju emas, bias jangka menengah dan panjang tetap bullish, terutama jika The Fed benar-benar bergerak ke arah pelonggaran kebijakan moneter.

Dengan bank sentral global terus membeli emas, ETF menunjukkan arus masuk yang solid, dan prospek fundamental yang mendukung, harga emas berpotensi menembus rekor-rekor baru dalam beberapa tahun mendatang. Seperti yang disinyalir oleh Goldman Sachs, target $4.900/oz pada 2026 kini bukan lagi angan-angan, tetapi skenario yang semakin realistis.

 
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Monday, 6 October 2025

Bestprofit | Emas Uji $4000 di Tengah Ketidakpastian

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (7/10) – Pasar komoditas global kembali diramaikan oleh pergerakan harga emas yang signifikan. Di awal perdagangan Asia, harga emas melonjak ke rekor tertinggi baru, memperkuat tren bullish yang telah terbentuk dalam beberapa bulan terakhir. Didukung oleh berbagai faktor seperti ketidakpastian makroekonomi, pelemahan dolar AS, dan meningkatnya permintaan terhadap aset keras, emas kembali menunjukkan daya tariknya sebagai safe haven utama.

Kenaikan Emas di Tengah Ketidakpastian Makroekonomi

Emas spot tercatat naik 0,3% menjadi $3.969,75 per ons setelah sempat menyentuh rekor tertinggi intraday di $3.976,18/oz, menurut data ICE. Kenaikan ini bukan sekadar fluktuasi teknikal, melainkan cerminan dari meningkatnya kecemasan pasar terhadap kondisi ekonomi global.

Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com, dalam sebuah email menyebutkan bahwa tren kenaikan harga emas saat ini didorong oleh ketidakpastian makro yang luas. Ketidakpastian tersebut mencakup berbagai aspek — dari perlambatan pertumbuhan ekonomi global, ketegangan geopolitik, hingga arah kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia.

Kondisi global yang tidak menentu membuat para investor mencari perlindungan pada aset yang lebih stabil, dan emas — sebagai komoditas yang telah terbukti nilainya selama ribuan tahun — menjadi pilihan utama.

Dolar Melemah, Emas Menguat

Salah satu pendorong utama dari kenaikan harga emas adalah pelemahan dolar AS. Hubungan antara emas dan dolar bersifat invers — ketika dolar melemah, emas menjadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain, sehingga permintaan meningkat dan harga terdorong naik.

Pelemahan dolar saat ini terjadi di tengah spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin akan mengadopsi sikap moneter yang lebih dovish dalam beberapa bulan ke depan. Suku bunga yang lebih rendah akan menurunkan imbal hasil obligasi, membuat aset non-yielding seperti emas menjadi lebih menarik.

Ketidakpastian terhadap masa depan ekonomi AS, serta ketegangan fiskal yang belum mereda, turut memberi tekanan pada dolar. Dalam konteks ini, emas kembali menguat sebagai lindung nilai terhadap kemungkinan inflasi dan devaluasi mata uang.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Permintaan Terus Berlanjut untuk Aset Keras

Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran tren investasi global dari aset berbasis fiat ke aset keras. Investor institusional maupun ritel kini lebih tertarik untuk menempatkan dananya di aset fisik seperti emas dan logam mulia lainnya.

Menurut Razaqzada, permintaan terhadap “aset keras” seperti emas tetap kuat. Ini bukan hanya karena faktor ketakutan pasar, tetapi juga karena adanya perubahan dalam strategi diversifikasi portofolio. Di tengah volatilitas pasar saham dan kripto, serta ancaman terhadap stabilitas keuangan global, emas menjadi simbol ketahanan nilai yang konsisten.

Bank-bank sentral dunia juga tercatat terus menambah cadangan emas mereka dalam beberapa tahun terakhir, sebagai bagian dari strategi untuk memperkuat stabilitas moneter di tengah ketidakpastian ekonomi.

Level Teknis Kritis: Potensi Menuju $4.000/oz

Dalam analisis teknikal, penembusan terhadap level resistensi penting seringkali menandakan kelanjutan tren. Dalam hal ini, emas telah berhasil menembus level $3.900/oz — sebuah level psikologis dan teknikal yang penting. Menurut Razaqzada, hal ini hanya memperkuat momentum bullish karena tidak ada aksi jual signifikan yang terlihat setelah penembusan tersebut.

“Penembusan emas di atas level bulat lainnya hanya memicu momentum bullish mengingat kurangnya aktivitas jual yang signifikan,” katanya. Artinya, pasar masih memiliki potensi naik lebih lanjut tanpa tekanan jual besar yang biasanya menandai titik pembalikan harga.

Dengan $3.900 telah dilewati, target selanjutnya berada di $4.000/oz. Jika level tersebut tercapai dan bertahan, maka akan membuka potensi reli emas yang lebih panjang dalam jangka menengah hingga panjang.

Apa yang Mendorong Target $4.000/oz Menjadi Realistis?

Beberapa faktor fundamental mendukung skenario harga emas mencapai atau bahkan melampaui $4.000/oz:

  1. Inflasi Global yang Tetap Tinggi
    Meskipun inflasi di beberapa negara telah melambat, namun tetap berada di atas target bank sentral. Emas secara historis dianggap sebagai pelindung nilai terhadap inflasi.

  2. Ketidakpastian Geopolitik dan Perang Dagang
    Konflik di berbagai kawasan — termasuk Eropa Timur, Timur Tengah, dan ketegangan AS-China — menciptakan ketidakpastian global yang mendorong permintaan emas.

  3. Ketergantungan pada Bank Sentral
    Ketiadaan arah kebijakan yang jelas dari bank sentral utama membuat pasar rentan terhadap kejutan. Dalam situasi ini, emas menawarkan kestabilan nilai jangka panjang.

  4. Diversifikasi Portofolio oleh Investor Besar
    Hedge fund, manajer kekayaan institusi, dan bahkan perusahaan teknologi mulai menambah eksposur mereka ke emas, sebagai pelindung nilai terhadap volatilitas pasar.

Apa Risiko dari Tren Kenaikan Ini?

Meski saat ini harga emas menunjukkan kekuatan teknikal dan fundamental, tetap ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan:

  • Kebijakan Suku Bunga yang Lebih Ketat dari Perkiraan
    Jika bank sentral seperti The Fed kembali mengadopsi kebijakan hawkish, maka emas bisa menghadapi tekanan karena kenaikan suku bunga meningkatkan opportunity cost dari memegang emas.

  • Penguatan Kembali Dolar AS
    Jika dolar kembali menguat karena perbaikan ekonomi atau arus masuk modal, maka harga emas bisa mengalami koreksi.

  • Profit Taking dan Volatilitas Teknis
    Setelah mencapai rekor tertinggi, tidak menutup kemungkinan terjadinya aksi ambil untung yang bisa menekan harga emas dalam jangka pendek.

Kesimpulan: Emas Kembali Menjadi Primadona

Kenaikan harga emas hingga mendekati $4.000/oz mencerminkan bukan hanya faktor teknikal, tetapi juga sentimen pasar terhadap ketidakpastian global. Dalam konteks ekonomi yang penuh risiko, emas kembali menegaskan posisinya sebagai aset safe haven utama.

Dengan permintaan yang terus meningkat, pelemahan dolar, dan ketegangan geopolitik yang belum mereda, tren bullish ini berpotensi berlanjut. Namun, investor juga perlu waspada terhadap potensi koreksi jangka pendek akibat faktor eksternal.

Bagi para pelaku pasar, baik trader maupun investor jangka panjang, saat ini merupakan waktu yang krusial untuk memperhatikan perkembangan emas secara aktif. Level psikologis $4.000/oz akan menjadi titik penting yang menentukan arah harga emas dalam beberapa bulan ke depan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 5 October 2025

Bestprofit | Rekor Emas Terpecahkan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (6/10) – Senin, 6 Oktober 2025, pasar keuangan global dikejutkan oleh lonjakan harga emas yang menembus level $3.920 per ons, level tertinggi sepanjang sejarah. Lonjakan harga emas ini mencerminkan meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan politik, terutama di Amerika Serikat, yang tengah menghadapi penutupan pemerintahan (government shutdown) berkepanjangan. Sementara logam kuning menjadi primadona, mata uang dolar AS justru menunjukkan penguatan moderat, menandakan kompleksitas sentimen pasar saat ini.

Penutupan Pemerintah AS: Sumber Ketidakpastian Global

Penutupan pemerintahan AS yang sedang berlangsung telah menjadi salah satu faktor utama pemicu reli harga emas. Ketika pemerintah federal berhenti beroperasi sebagian karena kebuntuan anggaran, banyak sektor publik lumpuh, dan kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi AS mulai luntur.

Penutupan ini juga berdampak langsung pada penundaan rilis data ekonomi penting, seperti data ketenagakerjaan bulanan yang seharusnya dirilis pada Jumat lalu. Bagi investor, ketiadaan data ini berarti hilangnya indikator penting untuk menilai arah perekonomian AS, membuat pasar cenderung mencari aset safe haven seperti emas untuk perlindungan nilai.

Ketidakpastian fiskal dan ketidakmampuan pemerintah menjalankan fungsinya secara normal memunculkan kekhawatiran bahwa krisis politik di Washington akan berdampak sistemik pada pasar global. Di tengah ketidakpastian tersebut, permintaan terhadap emas meningkat tajam sebagai bentuk antisipasi atas potensi gejolak lanjutan.

Emas sebagai Aset Safe Haven: Kembali Jadi Pilihan Utama

Sejak dahulu, emas dikenal sebagai aset lindung nilai yang efektif terhadap ketidakpastian ekonomi dan politik. Dalam konteks saat ini, emas kembali menjadi pilihan utama investor, seiring meningkatnya risiko sistemik.

Tidak hanya investor institusional, investor ritel juga mulai memborong emas fisik dan derivatifnya. Lonjakan ini bahkan menular ke logam mulia lainnya seperti perak, platinum, dan paladium yang turut mencatat kenaikan harga signifikan. Pagi ini, emas diperdagangkan di kisaran $3.908 per ons, sedikit terkoreksi dari puncaknya namun tetap menguat 0,6% dibanding hari sebelumnya.

Sentimen bullish ini didorong oleh perpaduan antara permintaan tinggi dan pasokan yang relatif terbatas, serta meningkatnya ekspektasi bahwa ketidakpastian global tidak akan mereda dalam waktu dekat.

Faktor Lain Pendorong Kenaikan: Trump, Geopolitik, dan Suku Bunga

Lonjakan harga emas sepanjang 2025 tidak terjadi dalam ruang hampa. Sejak awal tahun, harga emas telah melonjak hampir 50%, sebuah peningkatan dramatis yang dipicu oleh kombinasi beberapa faktor makroekonomi dan geopolitik:

  1. Kebijakan Presiden Donald Trump
    Kembalinya Trump ke Gedung Putih membawa serta kebijakan ekonomi yang kontroversial. Meski pro-bisnis, kebijakan fiskal dan perdagangan Trump kerap menciptakan volatilitas. Pendekatannya yang keras terhadap beberapa negara mitra dagang dan strategi proteksionis telah meningkatkan kekhawatiran investor global.

  2. Gejolak Geopolitik
    Ketegangan antara AS dan Tiongkok, konflik di Timur Tengah, serta krisis diplomatik di beberapa kawasan turut menciptakan atmosfer global yang tidak stabil. Dalam situasi seperti ini, investor cenderung mencari perlindungan dalam bentuk emas dan logam mulia lainnya.

  3. Kebijakan Moneter The Fed
    Federal Reserve telah memangkas suku bunga beberapa kali tahun ini dalam upaya menopang pertumbuhan ekonomi yang melambat. Pemangkasan suku bunga ini menyebabkan imbal hasil obligasi turun, menjadikan emas yang tidak memberikan bunga lebih menarik secara relatif. Emas pun menjadi pilihan rasional di tengah rendahnya return dari instrumen pendapatan tetap.

Dolar AS dan Emas: Hubungan yang Rumit

Menariknya, di tengah reli harga emas, indeks dolar AS juga menunjukkan penguatan sebesar 0,3%. Biasanya, harga emas dan dolar bergerak berlawanan arah—ketika dolar menguat, emas cenderung melemah, dan sebaliknya. Namun, situasi kali ini menunjukkan anomali pasar, di mana kedua aset safe haven tersebut justru sama-sama menguat.

Fenomena ini bisa dijelaskan oleh meningkatnya permintaan global atas aset aman dalam berbagai bentuk. Investor asing mungkin tetap membeli dolar sebagai bentuk perlindungan sementara, namun juga mengalihkan sebagian besar portofolio mereka ke emas untuk perlindungan nilai jangka panjang.

Dampak ke Pasar Global dan Domestik

Lonjakan harga emas ini tidak hanya berdampak pada pasar global, tetapi juga mengguncang pasar domestik di banyak negara:

  • Bank Sentral di berbagai negara mulai meninjau kembali kebijakan moneter mereka untuk mengantisipasi potensi volatilitas lebih lanjut.

  • Pasar saham di negara berkembang mengalami tekanan, karena arus dana keluar ke instrumen safe haven.

  • Harga emas domestik di negara seperti Indonesia, India, dan China mencatat rekor baru, memicu minat masyarakat terhadap investasi logam mulia.

Beberapa analis memprediksi bahwa jika ketidakpastian global tidak mereda, harga emas bisa terus menanjak dan menembus level $4.000 per ons dalam waktu dekat.

Apa yang Bisa Diharapkan Selanjutnya?

Melihat dinamika saat ini, pasar emas tampaknya akan tetap volatil, namun berada dalam tren naik (bullish) untuk jangka pendek hingga menengah. Beberapa faktor yang harus terus diawasi oleh investor meliputi:

  • Apakah penutupan pemerintahan AS akan segera diakhiri, atau justru berlarut-larut?

  • Akankah The Fed kembali memangkas suku bunga atau mempertahankan sikap dovish?

  • Sejauh mana ketegangan geopolitik akan terus bereskalasi?

  • Dan apakah inflasi global akan tetap tinggi atau mulai melandai?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan sangat menentukan arah pergerakan emas dan pasar keuangan global dalam beberapa bulan ke depan.

Kesimpulan: Emas di Puncak, Dunia di Persimpangan

Harga emas yang mencapai $3.920 per ons bukan sekadar angka, melainkan cerminan dari keresahan global yang mendalam. Ketika pemerintah AS tidak mampu menjalankan fungsinya, ketika data ekonomi terhenti, dan ketika pasar kehilangan arah, investor kembali ke logam mulia yang selama ribuan tahun dipercaya sebagai pelindung kekayaan.

Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, emas kembali memainkan peran sentral sebagai simbol keamanan dan stabilitas. Namun, seperti biasa, pasar tidak bergerak dalam garis lurus. Koreksi bisa terjadi kapan saja, dan investor harus tetap waspada serta berpikir jangka panjang.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 2 October 2025

Bestprofit | Emas Naik karena Shutdown AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (3/10) – Harga emas mengalami kenaikan tipis pada awal perdagangan Asia, ditopang oleh kekhawatiran akan dampak ekonomi dari potensi penutupan pemerintah Amerika Serikat (AS). Kondisi ini memperkuat ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar dari Federal Reserve (The Fed), yang pada akhirnya mendukung kenaikan harga logam mulia tersebut.

Dalam kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian, investor kembali melirik emas sebagai aset safe haven. Selain didorong oleh potensi pelonggaran suku bunga, logam mulia ini juga memperoleh dukungan dari permintaan bank sentral dan pelemahan dolar AS.

Risiko Penutupan Pemerintah AS dan Dampaknya terhadap Ekonomi

Ancaman penutupan pemerintah AS menjadi salah satu sentimen utama yang menggerakkan pasar saat ini. Penutupan pemerintah, atau government shutdown, terjadi ketika Kongres gagal menyetujui anggaran federal, yang menyebabkan sebagian layanan pemerintah berhenti beroperasi.

Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, melalui pernyataan yang disampaikan oleh Deputi Menteri Keuangan, Bessent, menyatakan bahwa penutupan semacam itu dapat “menggerogoti pertumbuhan ekonomi AS secara signifikan.” Ketidakpastian ini menambah tekanan pada ekonomi yang sudah menghadapi berbagai tantangan global, mulai dari inflasi tinggi, konflik geopolitik, hingga ketidakpastian pasar tenaga kerja.

Jika ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda pelambatan akibat penutupan tersebut, maka tekanan terhadap The Fed untuk memangkas suku bunga akan semakin besar. Hal ini membuat pasar mulai memperhitungkan kemungkinan kebijakan moneter yang lebih akomodatif dalam waktu dekat.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Daya Tarik Emas di Tengah Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga

Emas dikenal sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan inflasi. Dalam kondisi normal, kenaikan suku bunga cenderung membebani emas karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil atau bunga. Namun, ketika pasar memperkirakan suku bunga akan turun, maka daya tarik emas meningkat karena opportunity cost untuk memegangnya menjadi lebih rendah.

Menurut analis pasar senior di City Index dan FOREX.com, Fawad Razaqzada, harga emas saat ini mendapat dukungan dari beberapa faktor utama: ekspektasi terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar, permintaan yang stabil dari bank sentral, serta pelemahan dolar AS.

“Pasar mulai berspekulasi bahwa The Fed mungkin akan segera menyesuaikan suku bunga mereka untuk mengimbangi dampak negatif dari penutupan pemerintah. Ini memberikan ruang bagi emas untuk menguat,” ujar Razaqzada dalam sebuah email kepada media.

Pergerakan Harga Emas Terbaru

Dalam sesi perdagangan Asia pada Kamis pagi, harga emas spot tercatat naik tipis sebesar 0,1% menjadi $3.861,22 per ons. Walau kenaikannya relatif kecil, namun pergerakan ini mencerminkan sentimen hati-hati investor yang menanti kejelasan arah kebijakan fiskal dan moneter AS dalam beberapa minggu ke depan.

Kenaikan harga emas juga tidak terlepas dari fluktuasi dolar AS. Mata uang AS melemah terhadap sebagian besar mata uang utama dunia, terutama setelah muncul ekspektasi bahwa The Fed tidak akan melanjutkan kebijakan pengetatan yang agresif. Dolar yang lebih lemah membuat harga emas dalam denominasi dolar menjadi lebih murah bagi investor luar negeri, sehingga mendorong permintaan.

Permintaan Bank Sentral Global Terhadap Emas

Selain faktor makroekonomi, harga emas juga didukung oleh permintaan dari bank sentral di berbagai negara. Dalam beberapa tahun terakhir, tren pembelian emas oleh bank sentral terus meningkat sebagai bagian dari diversifikasi cadangan devisa.

Negara-negara seperti China, Rusia, India, dan beberapa negara Timur Tengah secara aktif meningkatkan kepemilikan emas mereka. Alasan utamanya adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS, serta meningkatkan stabilitas cadangan devisa di tengah volatilitas geopolitik dan keuangan global.

Permintaan jangka panjang yang kuat dari sektor institusional ini menjadi penopang fundamental bagi harga emas, bahkan ketika terjadi volatilitas jangka pendek akibat sentimen pasar.

Ketidakpastian Geopolitik Tambah Dorongan ke Emas

Ketegangan geopolitik yang terus berkembang di berbagai wilayah dunia turut menambah dorongan ke arah aset-aset safe haven seperti emas. Konflik di Timur Tengah, ketegangan antara China dan Taiwan, serta perang yang masih berlangsung di Ukraina menjadi faktor-faktor eksternal yang mendukung harga emas.

Investor global cenderung mengalihkan sebagian portofolionya ke aset yang dianggap lebih aman ketika situasi politik dan ekonomi dunia memburuk. Dalam konteks ini, emas tetap menjadi pilihan utama karena likuiditasnya yang tinggi dan statusnya sebagai penyimpan nilai universal.

Outlook Emas di Sisa Tahun 2025

Melihat kondisi pasar saat ini, prospek emas untuk sisa tahun 2025 terlihat cukup positif, terutama jika The Fed benar-benar mengambil langkah dovish dalam beberapa bulan mendatang. Ekspektasi pelonggaran suku bunga, ketidakpastian fiskal AS, serta melemahnya dolar AS dapat menjadi kombinasi yang menguntungkan bagi logam mulia ini.

Namun, para analis juga mengingatkan bahwa volatilitas tetap tinggi, terutama jika data ekonomi AS menunjukkan ketahanan yang mengejutkan atau jika inflasi kembali meningkat. Dalam skenario tersebut, The Fed bisa saja menunda pemangkasan suku bunga, yang tentu saja akan membebani harga emas.

Kesimpulan

Kenaikan tipis harga emas pada awal perdagangan Asia mencerminkan kehati-hatian investor di tengah ketidakpastian kebijakan fiskal AS dan prospek ekonomi global. Penutupan pemerintah AS menjadi katalis penting yang dapat memicu perubahan arah kebijakan moneter The Fed, yang pada gilirannya memperkuat daya tarik emas.

Dengan permintaan yang kuat dari bank sentral, dukungan teknikal dari pelemahan dolar AS, serta tekanan geopolitik global, emas diperkirakan tetap akan menjadi aset penting dalam portofolio lindung nilai. Namun, investor tetap perlu mencermati perkembangan ekonomi AS dan arah kebijakan The Fed dalam menentukan strategi investasi ke depan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 1 October 2025

Bestprofit | Emas Melemah Sementara

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/04/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (2/10) – Harga emas mengalami pelemahan pada sesi perdagangan Asia di pagi hari, menyusul lonjakan tajam yang terjadi sebelumnya. Meskipun emas berjangka Comex bulan depan mencatat kenaikan sebesar 0,7% dan ditutup pada $3.867,50 per ounce pada hari Rabu — level tertinggi baru — pergerakan harga saat ini menunjukkan potensi koreksi teknis jangka pendek. Namun, dukungan fundamental dari data ekonomi Amerika Serikat yang lemah bisa menjadi bantalan penurunan harga logam mulia ini.

Kenaikan Tajam dan Level Psikologis Baru

Emas berjangka Comex bulan depan mencatat lonjakan signifikan pada Rabu, naik 0,7% dan mencapai $3.867,50 per ounce — sebuah pencapaian level tertinggi baru. Kenaikan ini dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi global serta meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) di masa mendatang.

Kenaikan harga ini membawa emas mendekati level psikologis penting, yang sering kali menjadi area resistensi teknikal dan menjadi fokus perhatian para trader dan analis. Level psikologis adalah titik harga yang dianggap signifikan secara emosional dan teknikal, seperti $3.900 atau $4.000 per ounce. Saat harga mendekati angka-angka tersebut, volatilitas cenderung meningkat, sebagaimana disampaikan oleh analis pasar Linh Tran dari XS.com.

Koreksi Teknis di Sesi Asia: Sementara atau Awal Tren Turun?

Meski sebelumnya menunjukkan penguatan, emas spot turun tipis sebesar 0,2% menjadi $3.858,66 per ounce pada sesi Asia pagi ini. Penurunan ini dipandang oleh banyak pelaku pasar sebagai koreksi teknis yang wajar, mengingat kenaikan harga yang cukup tajam dalam beberapa hari terakhir.

Koreksi teknis adalah fenomena umum di pasar keuangan ketika harga aset mengalami penurunan sementara setelah mengalami kenaikan signifikan. Hal ini biasanya tidak disebabkan oleh perubahan fundamental, melainkan lebih karena aksi ambil untung (profit-taking) oleh para pelaku pasar.

Menurut Linh Tran, koreksi seperti ini tidak serta merta mengubah tren utama emas yang masih condong ke atas. “Emas akan terus menguat tetapi dengan fluktuasi berkala di sekitar level psikologis utama, mengingat latar belakang data AS yang beragam,” jelasnya dalam sebuah email.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Dampak Laporan ADP: Sinyal Lemahnya Ketenagakerjaan AS

Faktor fundamental yang mendukung harga emas adalah laporan ketenagakerjaan dari ADP (Automatic Data Processing) yang dirilis semalam. Laporan ini menunjukkan penurunan tak terduga dalam jumlah pekerjaan sektor swasta di AS pada bulan September.

Menurut data ADP, penciptaan lapangan kerja hanya mencapai 89.000, jauh di bawah ekspektasi pasar yang berkisar di angka 150.000. Angka ini mengindikasikan melambatnya pertumbuhan ekonomi, dan bisa menjadi salah satu alasan bagi The Fed untuk mempertimbangkan pelonggaran kebijakan moneternya.

Lemahnya data ini mendorong ekspektasi pasar bahwa The Fed kemungkinan besar akan mulai menurunkan suku bunga lebih awal dari perkiraan sebelumnya. Suku bunga yang lebih rendah akan membuat aset non-yielding seperti emas menjadi lebih menarik dibandingkan obligasi atau instrumen keuangan berbunga lainnya.

The Fed dan Ekspektasi Penurunan Suku Bunga

Pasar kini memantau dengan ketat langkah-langkah yang akan diambil oleh Federal Reserve menyusul serangkaian data ekonomi yang melemah. Selain data ADP, indikator ekonomi lainnya seperti indeks manufaktur, belanja konsumen, dan inflasi juga menunjukkan tanda-tanda pelambatan.

Jika tren ini berlanjut, The Fed kemungkinan besar akan mengubah arah kebijakan moneternya. Penurunan suku bunga akan melemahkan dolar AS dan menurunkan imbal hasil obligasi, dua faktor yang sangat mendukung penguatan harga emas.

Linh Tran menekankan bahwa “serangkaian data yang lemah akan semakin mendekatkan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, mendukung pergerakan emas menuju level psikologis yang lebih tinggi.” Hal ini menunjukkan bahwa meskipun harga emas saat ini sedang terkoreksi, fundamental jangka menengah hingga panjang tetap positif.

Ketidakpastian Global dan Permintaan Safe Haven

Selain faktor ekonomi AS, ketidakpastian global juga terus menjadi pendorong utama permintaan terhadap emas. Ketegangan geopolitik di beberapa kawasan, seperti konflik di Eropa Timur dan Timur Tengah, serta kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi Tiongkok, membuat investor beralih ke aset yang dianggap aman seperti emas.

Investor institusional dan bank sentral global juga meningkatkan kepemilikan emas mereka sebagai langkah diversifikasi cadangan devisa dan perlindungan terhadap risiko sistemik. Permintaan dari sektor ritel pun meningkat, terutama di negara-negara seperti India dan Tiongkok yang memiliki tradisi kuat terhadap investasi emas.

Analisis Teknikal: Titik Kritis di Depan Mata

Secara teknikal, harga emas saat ini berada di area resistance kuat. Jika harga berhasil menembus dan bertahan di atas $3.870–$3.880 per ounce, maka level $3.900 bahkan $4.000 per ounce dapat dicapai dalam waktu dekat. Namun, jika koreksi berlanjut dan harga turun di bawah $3.830, maka potensi konsolidasi jangka pendek menjadi semakin besar.

Indikator RSI (Relative Strength Index) pada grafik harian menunjukkan kondisi overbought, mendukung kemungkinan terjadinya penurunan dalam jangka pendek. Namun, tren jangka menengah masih tetap bullish selama harga tidak menembus support kritis.

Kesimpulan: Fluktuasi Sementara, Tren Masih Positif

Pelemahan harga emas di sesi Asia pagi ini kemungkinan besar merupakan koreksi teknis jangka pendek setelah kenaikan tajam sebelumnya. Dukungan dari data ekonomi AS yang lemah, khususnya laporan ketenagakerjaan ADP, memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang akan mendukung harga emas dalam jangka menengah.

Dengan latar belakang ketidakpastian global dan permintaan terhadap aset safe haven yang tetap tinggi, tren harga emas secara keseluruhan masih menunjukkan arah kenaikan. Namun, fluktuasi di sekitar level psikologis seperti $3.850 hingga $3.900 harus diwaspadai oleh para trader dan investor.

Sebagaimana dikatakan oleh Linh Tran dari XS.com, pasar emas saat ini berada dalam fase dinamis dengan potensi naik yang signifikan, namun disertai dengan volatilitas jangka pendek yang tidak bisa diabaikan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures