Bestprofit (14/10) – Harga emas kembali menunjukkan performa impresif di awal sesi Asia, melanjutkan tren penguatannya yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir. Kenaikan harga logam mulia ini tidak hanya dipicu oleh sentimen jangka pendek, tetapi juga oleh faktor fundamental yang semakin mendukung prospek jangka panjang. Tim Riset Global Bank of America (BofA) bahkan memproyeksikan harga emas akan mencapai level mencengangkan $5.000 per ons pada tahun 2026.
Penguatan Emas Terkini: Menyentuh Rekor Tertinggi
Pada perdagangan awal sesi Asia, harga emas spot naik 0,5% menjadi $4.131,72/oz, setelah sempat menyentuh rekor tertinggi intraday di $4.132,04/oz. Lonjakan ini menjadi sinyal kuat bahwa emas masih menjadi instrumen lindung nilai yang dicari oleh investor di tengah ketidakpastian ekonomi global dan tekanan geopolitik yang belum mereda.
Kenaikan harga ini mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap emas, baik sebagai aset safe haven maupun instrumen diversifikasi portofolio, terutama ketika dolar AS menunjukkan kelemahan dan imbal hasil obligasi cenderung melemah.
Fundamental Bullish: Mengapa Emas Masih Menarik?
Tim riset BofA menyoroti bahwa penguatan emas bukan sekadar respons terhadap volatilitas pasar, melainkan didorong oleh fundamental ekonomi yang sangat bullish. Beberapa faktor utama yang mendorong harga emas saat ini dan ke depan antara lain:
-
Defisit Fiskal AS yang Meningkat
Pemerintah AS menghadapi tekanan fiskal yang besar. Belanja negara yang terus meningkat, terutama untuk sektor pertahanan, infrastruktur, dan program sosial, mendorong defisit anggaran ke level yang mengkhawatirkan. Dalam situasi ini, investor melihat emas sebagai pelindung nilai terhadap risiko fiskal jangka panjang. -
Peningkatan Utang Publik
Seiring dengan meningkatnya defisit, utang nasional AS juga mencetak rekor, melampaui $34 triliun pada pertengahan 2025. Beban utang ini akan membatasi ruang gerak kebijakan moneter dan fiskal di masa depan, sehingga memperkuat argumen untuk menyimpan kekayaan dalam bentuk emas. -
Dorongan untuk Pemangkasan Suku Bunga
Meskipun inflasi menunjukkan tanda-tanda pelunakan, pertumbuhan ekonomi AS mulai melambat. Ini membuka kemungkinan bagi Federal Reserve untuk mulai memangkas suku bunga, yang secara historis sangat positif bagi harga emas. Suku bunga yang lebih rendah menurunkan opportunity cost memegang aset non-yielding seperti emas.
Kunjungi juga : bestprofit futures
Prediksi Harga Emas dan Perak: Mencapai Level Baru di 2026
Dalam laporan risetnya, tim riset Global BofA memberikan proyeksi yang sangat optimis terhadap harga logam mulia:
-
Harga emas diperkirakan bisa mencapai $5.000 per ons pada 2026
-
Harga perak diproyeksikan melonjak ke $65 per ons
Proyeksi ini mencerminkan bukan hanya ekspektasi terhadap kebijakan moneter dan fiskal di AS, tetapi juga kekhawatiran global terhadap stabilitas keuangan dan geopolitik. Jika prediksi ini terwujud, maka akan menandai salah satu kenaikan harga emas paling signifikan dalam sejarah modern.
Kerangka Kebijakan Gedung Putih yang Tidak Lazim: Peluang bagi Emas
Dalam laporan risetnya, BofA juga menyinggung bahwa kerangka kebijakan ekonomi pemerintahan AS saat ini bersifat tidak lazim. Artinya, pendekatan yang digunakan tidak konvensional jika dibandingkan dengan prinsip-prinsip fiskal klasik.
Kebijakan seperti peningkatan belanja publik tanpa pembiayaan fiskal yang jelas, serta penggunaan kebijakan moneter longgar untuk mendukung pertumbuhan jangka pendek, dianggap memperbesar risiko inflasi dan penurunan nilai tukar dolar AS dalam jangka panjang.
Dalam kondisi seperti ini, emas menjadi alat penyimpan nilai yang semakin relevan. Investor global mulai mencari “safe harbor” yang dapat melindungi kekayaan mereka dari potensi depresiasi mata uang fiat dan gejolak pasar.
Faktor Eksternal yang Memperkuat Harga Emas
Selain faktor domestik AS, beberapa faktor global juga ikut menopang harga emas:
-
Ketegangan geopolitik: Konflik yang masih berlangsung di Timur Tengah dan ketegangan antara AS dan Tiongkok membuat investor lebih konservatif dan memilih emas sebagai lindung nilai.
-
Permintaan fisik dari Asia: Negara-negara seperti India dan Tiongkok terus menunjukkan permintaan kuat terhadap emas, baik untuk konsumsi domestik maupun cadangan devisa.
-
De-dolarisasi oleh bank sentral global: Banyak bank sentral, terutama dari negara berkembang, mulai mengalihkan sebagian cadangan mereka ke emas, mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.
Respon Pasar dan Strategi Investor
Melihat arah pergerakan harga emas yang semakin agresif, investor ritel dan institusional mulai menyesuaikan strategi portofolio mereka. Beberapa pendekatan yang saat ini umum diambil:
-
Menambah porsi logam mulia dalam portofolio investasi, baik dalam bentuk fisik, ETF emas, atau saham tambang emas.
-
Diversifikasi ke instrumen terkait emas dan perak, seperti kontrak futures dan derivatif lainnya.
-
Hedging terhadap inflasi dan risiko nilai tukar melalui eksposur di pasar logam mulia.
Potensi Risiko dan Volatilitas
Walaupun outlook jangka panjang terlihat positif, investor tetap harus mewaspadai risiko jangka pendek, seperti:
-
Koreksi harga teknikal akibat profit-taking
-
Penguatan sementara dolar AS
-
Kebijakan moneter agresif dari bank sentral yang belum sepenuhnya diantisipasi pasar
Namun demikian, dengan dasar fundamental yang kuat dan dukungan makroekonomi yang terus berkembang, logam mulia diperkirakan tetap menjadi primadona hingga beberapa tahun ke depan.
Kesimpulan: Emas Tetap Bersinar di Tengah Ketidakpastian Global
Kenaikan harga emas ke level rekor terbaru menunjukkan bahwa logam mulia ini masih menjadi aset pilihan di tengah dinamika pasar global. Didukung oleh defisit fiskal yang membengkak, peningkatan utang, potensi penurunan suku bunga, serta kebijakan ekonomi yang tidak konvensional, emas memiliki potensi besar untuk terus menguat hingga mencapai $5.000 per ons pada 2026, sebagaimana diprediksi oleh Bank of America.
Bagi investor jangka panjang, tren ini memberikan peluang strategis untuk meningkatkan eksposur terhadap logam mulia sebagai bagian dari diversifikasi portofolio dan perlindungan terhadap risiko makroekonomi. Meski volatilitas jangka pendek mungkin tetap ada, arah jangka panjangnya tampaknya tetap bullish dan menjanjikan.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!