Monday, 28 April 2025

Bestprofit | Emas Tertekan Redanya Ketegangan Dagang

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (29/4) – Harga emas (XAU/USD) mengalami penurunan pada sesi Asia awal hari Selasa, melemah ke sekitar $3.335. Penurunan ini terjadi seiring dengan rebound moderat pada Dolar AS (USD) serta meredanya kekhawatiran terkait ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia: Amerika Serikat dan Tiongkok. Logam mulia, yang sering dianggap sebagai aset safe haven, merespons sentimen pasar global yang lebih tenang dan peningkatan optimisme terhadap prospek perdamaian dagang.

Meredanya Ketegangan Perdagangan AS-Tiongkok Menekan Harga Emas

Salah satu faktor utama yang membebani harga emas saat ini adalah perkembangan positif dalam hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Tiongkok baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan membebaskan beberapa barang impor dari Amerika Serikat dari tarif tinggi sebesar 125%. Langkah ini disambut baik oleh pasar dan dilihat sebagai sinyal bahwa Beijing bersedia mengambil langkah menuju penyelesaian konflik perdagangan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.

Namun, optimisme ini sedikit dibayangi oleh reaksi Tiongkok terhadap pernyataan Presiden AS saat itu, Donald Trump, yang mengatakan bahwa negosiasi antara kedua negara sedang berlangsung. Pemerintah Tiongkok dengan cepat membantah klaim tersebut, menegaskan bahwa belum ada diskusi resmi yang sedang berlangsung. Meskipun demikian, keputusan Tiongkok untuk mengurangi tarif tetap memberi angin segar bagi pasar global.

Komentar dari Pejabat AS dan Sikap Tiongkok

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menambahkan lapisan lain pada narasi ini. Dalam pernyataannya pada hari Senin, ia menyebutkan bahwa Amerika Serikat tetap membuka jalur komunikasi dengan Tiongkok. Namun, ia juga menekankan bahwa inisiatif untuk meredakan ketegangan seharusnya datang dari pihak Beijing, mengingat ketidakseimbangan perdagangan yang selama ini menjadi sumber utama konflik.

Komentar dari Gedung Putih minggu lalu juga telah membangkitkan harapan bahwa kesepakatan perdagangan antara AS dan Tiongkok mungkin dapat terwujud dalam waktu dekat. Tim Waterer, Kepala Analis Pasar di KCM Trade, mengatakan bahwa sentimen positif ini telah meredam permintaan terhadap emas, karena para investor merasa lebih percaya diri terhadap stabilitas ekonomi global.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kuatnya Dolar AS Menambah Tekanan pada Harga Emas

Selain faktor geopolitik, kekuatan Dolar AS juga menjadi hambatan bagi harga emas. Karena emas dihargai dalam mata uang USD, penguatan dolar membuat logam mulia ini menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga menekan permintaan global.

Rebound moderat dalam nilai Dolar AS, yang sebagian besar dipicu oleh data ekonomi yang masih solid serta harapan akan stabilitas kebijakan moneter, membuat harga emas cenderung mengalami tekanan jual dalam jangka pendek. Meskipun belum menunjukkan reli besar, penguatan Dolar memberikan sinyal bahwa investor masih mempertahankan ekspektasi terhadap ekonomi AS.

Harapan Terhadap Pemotongan Suku Bunga oleh Federal Reserve

Namun, tidak semua faktor mendukung penurunan harga emas. Ada juga kekuatan penyeimbang, yaitu meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunganya dalam waktu dekat. Kemungkinan bahwa bank sentral AS akan mengambil langkah dovish dalam pertemuan FOMC berikutnya pada tanggal 7 Mei memberi harapan bagi kenaikan harga emas, mengingat emas tidak memberikan imbal hasil dan biasanya diuntungkan oleh suku bunga yang lebih rendah.

Dalam kondisi suku bunga rendah, investor cenderung mencari alternatif investasi yang lebih aman atau menawarkan potensi keuntungan jangka panjang seperti emas. Dengan ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, permintaan terhadap emas bisa kembali meningkat, terutama jika Dolar AS mulai melemah sebagai respons atas kebijakan tersebut.

Data Ekonomi AS Akan Jadi Fokus Utama Minggu Ini

Fokus pasar saat ini juga tertuju pada data ekonomi penting yang akan dirilis minggu ini, terutama laporan awal Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal pertama dan data ketenagakerjaan untuk bulan April. Dua indikator ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai arah kebijakan moneter Federal Reserve.

Ekonom memperkirakan bahwa ekonomi AS akan menambah sekitar 135.000 pekerjaan pada bulan April, dan tingkat pengangguran akan tetap stabil di angka 4,2%. Jika hasil yang dirilis lebih lemah dari yang diharapkan, ini bisa memberikan tekanan pada Dolar AS dan mendukung kenaikan harga emas dalam jangka pendek.

Sebaliknya, jika data menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja tetap solid dan pertumbuhan ekonomi cukup kuat, maka ekspektasi pemotongan suku bunga bisa mereda, dan ini akan menjadi sentimen negatif bagi emas.

Sentimen Investor: Keseimbangan Antara Optimisme dan Kewaspadaan

Situasi saat ini menciptakan kondisi pasar yang sangat sensitif terhadap berita dan data ekonomi. Di satu sisi, meredanya ketegangan antara AS dan Tiongkok menciptakan suasana pasar yang lebih optimis dan menurunkan permintaan untuk aset safe haven seperti emas. Di sisi lain, ketidakpastian kebijakan moneter dan kemungkinan pelonggaran suku bunga oleh The Fed memberi dukungan bagi logam mulia.

Investor emas kini menghadapi dilema: apakah tren penurunan ini bersifat sementara, ataukah akan berlanjut seiring dengan stabilisasi geopolitik dan ekonomi makro? Jawaban atas pertanyaan ini sangat tergantung pada perkembangan data ekonomi AS dan dinamika hubungan dagang internasional dalam beberapa pekan ke depan.

Kesimpulan: Emas dalam Persimpangan Jalan

Harga emas yang melemah ke level sekitar $3.335 mencerminkan respons pasar terhadap kombinasi faktor geopolitik, kebijakan moneter, dan fluktuasi mata uang. Meredanya ketegangan antara AS dan Tiongkok memberikan tekanan pada emas sebagai aset safe haven, sementara penguatan Dolar AS turut memperburuk situasi.

Namun, ekspektasi terhadap kebijakan dovish dari Federal Reserve dan potensi pelemahan ekonomi AS bisa menjadi katalis baru bagi kebangkitan harga emas. Dengan data penting seperti laporan PDB dan ketenagakerjaan yang akan dirilis minggu ini, pasar akan mendapatkan panduan lebih lanjut mengenai arah harga emas dalam jangka pendek.

Investor disarankan untuk tetap waspada dan mengikuti perkembangan fundamental secara cermat, karena pergerakan harga emas saat ini sangat bergantung pada berita dan kebijakan ekonomi utama.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 27 April 2025

Bestprofit | Emas Loyo, Dolar Perkasa

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (28/4) – Harga emas mengalami penurunan signifikan pada hari Jumat, 25 April 2025, sebesar hampir 2%, menandai koreksi mingguan seiring dengan menguatnya dolar AS dan sinyal positif dari hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Penurunan ini cukup mencolok, mengingat emas sempat mencetak rekor tertinggi beberapa minggu sebelumnya di tengah ketidakpastian geopolitik global.

Dolar AS Menguat, Menekan Harga Emas

Salah satu faktor utama di balik penurunan harga emas pekan ini adalah penguatan dolar AS. Mata uang dolar menguat dan mencatatkan kenaikan mingguan pertamanya sejak Maret. Dolar yang lebih kuat membuat emas—yang dihargai dalam mata uang tersebut—menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri, sehingga menurunkan permintaan.

Kondisi ini menciptakan tekanan tambahan terhadap harga emas spot, yang turun 1,7% menjadi $3.292,99 per ons pada pukul 01.39 EDT (17.39 GMT), setelah sempat anjlok hingga 2% di awal sesi perdagangan. Sementara itu, emas berjangka AS ditutup 1,5% lebih rendah pada $3.298,40 per ons. Secara mingguan, harga emas tercatat turun sebesar 1,2%.

Meredanya Ketegangan Perdagangan AS-Tiongkok

Faktor penting lain yang berkontribusi terhadap penurunan harga emas adalah perkembangan positif dalam hubungan dagang antara AS dan Tiongkok. Beijing dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk membebaskan beberapa barang impor dari AS dari tarif 125% yang sebelumnya diberlakukan. Pemerintah Tiongkok bahkan meminta pelaku bisnis untuk mengidentifikasi produk mana yang bisa mendapatkan pengecualian tarif.

Sinyal de-eskalasi dari Presiden AS Donald Trump awal pekan ini juga memperkuat sentimen positif. Trump menyatakan bahwa pembicaraan langsung antara kedua negara telah berlangsung, yang memberikan harapan bahwa perang dagang yang telah memanas selama beberapa tahun terakhir mungkin akan segera berakhir.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Daniel Ghali, seorang ahli strategi komoditas di TD Securities, mengatakan bahwa berita terkait tarif ini memiliki dampak langsung terhadap harga emas. “Penurunan tarif yang tampak jelas berdampak negatif pada harga emas,” ujarnya. Namun, ia juga mencatat bahwa belum terjadi likuidasi besar-besaran dari investor, menunjukkan masih adanya optimisme terhadap prospek jangka panjang logam mulia tersebut.

Emas: Aset Aman di Tengah Ketidakpastian

Meskipun harga emas mengalami tekanan dalam jangka pendek, posisinya sebagai aset lindung nilai (safe haven) masih kuat. Sepanjang tahun ini, harga emas telah melonjak lebih dari 25%, didorong oleh kekhawatiran seputar perlambatan ekonomi global, inflasi, dan ketegangan geopolitik—terutama antara AS dan Tiongkok.

Rekor tertinggi emas tercatat pada level $3.500,05 per ons, mencerminkan besarnya permintaan dari investor dan bank sentral yang mencari keamanan di tengah ketidakpastian. Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com, menegaskan bahwa kekhawatiran terhadap perang dagang adalah alasan utama di balik lonjakan harga emas sebelumnya. “Namun, mungkin masih butuh waktu sebelum kita melihat kemajuan yang sebenarnya, dan kekhawatiran tersebut belum sepenuhnya hilang,” katanya.

Pergerakan Logam Mulia Lainnya

Tak hanya emas, beberapa logam mulia lainnya juga menunjukkan pergerakan harga yang menarik. Perak spot turun sebesar 1,6% menjadi $33,03 per ons, meskipun secara mingguan logam ini tetap mencatatkan kenaikan untuk minggu ketiga berturut-turut—sebuah indikator kuat bahwa minat investor terhadap logam mulia tidak sepenuhnya memudar.

Sementara itu, platinum turun 0,5% menjadi $965,53 per ons, dan paladium mengalami penurunan yang lebih tajam sebesar 1,8% menjadi $936,89 per ons. Meskipun tidak setenar emas, pergerakan harga logam-logam ini mencerminkan dinamika pasar yang serupa, terutama dalam kaitannya dengan permintaan industri dan pergeseran sentimen investor.

Proyeksi Jangka Menengah dan Panjang: Masih Potensial?

Meski mengalami tekanan dalam jangka pendek, banyak analis masih melihat prospek yang kuat untuk harga emas dalam jangka menengah dan panjang. Inflasi global yang masih tinggi, ketidakpastian geopolitik yang belum sepenuhnya mereda, dan potensi perlambatan ekonomi AS serta Eropa menjadi faktor-faktor yang mendukung kenaikan harga emas ke depan.

Selain itu, bank sentral di berbagai negara, terutama di Asia dan Timur Tengah, terus meningkatkan cadangan emas mereka. Langkah ini memperkuat permintaan jangka panjang dan bisa memberikan penyangga terhadap fluktuasi harga yang disebabkan oleh faktor jangka pendek seperti penguatan dolar atau kebijakan perdagangan.

Kesimpulan: Penurunan Sementara atau Awal Koreksi Besar?

Penurunan harga emas pada 25 April 2025 merupakan respons pasar terhadap sejumlah sentimen positif—penguatan dolar dan meredanya tensi dagang AS-Tiongkok. Namun, secara fundamental, daya tarik emas sebagai aset aman tetap kuat, terutama di tengah risiko global yang belum sepenuhnya terselesaikan.

Meski ada kemungkinan bahwa harga emas bisa mengalami konsolidasi atau koreksi lebih lanjut dalam waktu dekat, banyak analis tetap yakin bahwa tren jangka panjangnya masih positif. Bagi investor, kondisi ini bisa menjadi peluang untuk membeli saat harga rendah sebelum harga kembali naik di masa depan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 24 April 2025

Bestprofit | Harga Emas Naik, Fokus ke Perdagangan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-6.jpg

Bestprofit (25/4) – Harga emas menguat pada Kamis (24/4) setelah mencatat penurunan tajam lebih dari 3% pada sesi sebelumnya. Kenaikan ini dipicu oleh pelemahan dolar AS serta aksi beli investor yang mencari harga murah (bargain hunting). Meskipun ketegangan geopolitik dan dinamika kebijakan AS masih menjadi latar belakang utama, fokus pasar tetap tertuju pada perkembangan hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Rebound Emas Setelah Koreksi Drastis

Harga emas spot tercatat naik sebesar 1,4%, berada di level $3.333,90 per ons pada pukul 1:46 siang EDT (1746 GMT). Kenaikan ini terjadi setelah harga sempat anjlok tajam sehari sebelumnya. Hanya dua hari sebelumnya, logam mulia ini mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di $3.500,05 per ons. Lonjakan ini didorong oleh kekhawatiran pasar terhadap arah ekonomi AS dan ketidakpastian kebijakan moneter.

Namun, pernyataan Presiden AS Donald Trump pada Rabu yang meredakan tensi dengan Federal Reserve dan mengurangi nada agresif terhadap Tiongkok menyebabkan harga emas mengalami koreksi. Pasar merespons perubahan sikap ini dengan menjual emas untuk merealisasikan keuntungan, memicu penurunan tajam.

Peran Dolar dan Sentimen Risiko

Pelemahan dolar AS turut memberi angin segar bagi harga emas. Emas dan dolar memiliki hubungan terbalik; ketika dolar melemah, emas menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. Akibatnya, permintaan terhadap emas meningkat.

Menurut Tai Wong, seorang pedagang logam independen, “Saat ini, seluruh pasar bergerak dengan satu cerita—tarif. China berperan sebagai pihak yang marah, dan ini membuat dolar turun serta emas naik.”

Sentimen risiko di pasar juga berubah. Setelah rebound singkat pada dolar dan saham, investor kembali berhati-hati. Emas sebagai aset safe haven kembali menarik, terutama di tengah ketidakpastian kebijakan luar negeri dan ekonomi AS.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kondisi Pasar Menunjukkan Konsolidasi

Meski emas mengalami kenaikan pada Kamis, para analis memperkirakan bahwa harga akan bergerak menyamping (sideways) untuk beberapa sesi mendatang. “Kenaikan harga emas hingga $3.500 sedikit berlebihan dan perlu sedikit kemunduran untuk dicerna,” ujar Wong. Ia menambahkan bahwa pasar emas secara umum masih berada dalam tren naik (bullish), namun koreksi harga sesekali adalah hal yang wajar dan sehat dalam jangka panjang.

Kondisi ini menunjukkan pasar sedang mencari keseimbangan baru setelah lonjakan tajam dan koreksi berikutnya. Investor menunggu perkembangan lebih lanjut, baik dari sisi kebijakan AS maupun respons dari Tiongkok, untuk menentukan arah selanjutnya.

Perdagangan AS-Tiongkok: Titik Panas Global

Fokus utama pasar tetap pada hubungan dagang antara AS dan Tiongkok. Dalam perkembangan terbaru, Tiongkok menuntut agar semua tarif sepihak dari AS dihapus. Beijing juga menegaskan bahwa hingga kini belum ada pembicaraan dagang resmi dengan Washington, meskipun pernyataan dari pemerintah AS menyiratkan sebaliknya.

Ketegangan dagang ini tidak hanya berdampak pada perdagangan global, tetapi juga menciptakan ketidakpastian besar di pasar keuangan. Investor cenderung mencari aset yang lebih aman seperti emas, terutama ketika narasi global didominasi oleh ketidakpastian dan konflik dagang.

Langkah-langkah proteksionis AS, seperti tarif impor terhadap barang Tiongkok, menciptakan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dunia. Hal ini mendorong peralihan dari aset berisiko ke instrumen lindung nilai seperti emas.

Data Ekonomi AS: Pasar Tenaga Kerja Tetap Tangguh

Di tengah kekhawatiran makroekonomi, data terbaru menunjukkan bahwa jumlah warga Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran naik sedikit. Meski demikian, pasar tenaga kerja secara keseluruhan masih menunjukkan ketangguhan.

Data ini menjadi sinyal bahwa meskipun ekonomi AS diterpa tekanan dari perang dagang dan ketidakpastian moneter, fondasi domestiknya belum goyah sepenuhnya. Namun, kombinasi dari kekhawatiran jangka menengah dan dinamika pasar global tetap membuat investor waspada, mendorong mereka untuk tetap mempertahankan eksposur terhadap aset lindung nilai seperti emas.

Logam Mulia Lainnya Bergerak Campuran

Selain emas, logam mulia lainnya menunjukkan pergerakan yang beragam:

  • Perak spot turun tipis 0,1% ke $33,51 per ons.

  • Platinum juga turun 0,1% menjadi $971,60 per ons.

  • Paladium, sebaliknya, naik 0,4% ke $947,93 per ons.

Pergerakan bervariasi ini mencerminkan dinamika permintaan dan penawaran masing-masing logam, serta pengaruh eksternal seperti kekuatan dolar dan prospek industri otomotif—terutama untuk paladium dan platinum yang banyak digunakan dalam katalis kendaraan.

Prospek Emas Jangka Pendek dan Jangka Menengah

Dalam jangka pendek, harga emas diperkirakan akan bergerak dalam kisaran konsolidasi, menyesuaikan diri setelah volatilitas tinggi dalam beberapa hari terakhir. Namun secara struktural, prospek emas tetap positif mengingat kondisi geopolitik yang masih penuh ketidakpastian serta kemungkinan sikap dovish dari bank sentral di seluruh dunia.

Para analis memperkirakan bahwa selama ketegangan antara AS dan Tiongkok belum mereda sepenuhnya, dan selama dolar tidak menunjukkan penguatan signifikan, harga emas memiliki ruang untuk menguat kembali. Namun investor juga harus siap menghadapi volatilitas yang tinggi, karena arah kebijakan AS dan respons global sangat dinamis.

Kesimpulan: Emas Kembali Jadi Primadona Saat Ketidakpastian Meningkat

Kenaikan harga emas pada Kamis menjadi cerminan dari kembalinya minat investor terhadap aset aman di tengah ketidakpastian global. Dengan dolar AS melemah dan ketegangan perdagangan kembali mencuat, logam mulia ini sekali lagi menunjukkan perannya sebagai pelindung nilai yang andal.

Meskipun harga sempat terkoreksi dari rekor tertinggi, pasar emas masih dalam tren positif. Selama sentimen risiko tetap tinggi dan dolar tidak menunjukkan penguatan yang konsisten, harga emas diperkirakan akan tetap tinggi, bahkan mungkin menguji kembali level rekor sebelumnya dalam beberapa pekan mendatang.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 23 April 2025

Bestprofit | Emas Anjlok 3% Usai Komentar Trump

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (24/4) – Emas, logam mulia yang dikenal sebagai aset safe haven, mengalami penurunan tajam pada hari Rabu (23 April 2025) setelah sebelumnya mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Penurunan ini dipicu oleh meningkatnya selera risiko di pasar keuangan global menyusul komentar Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menenangkan kekhawatiran pasar, serta sinyal positif dari hubungan dagang AS-China.

Penurunan Tajam Setelah Rekor Tertinggi

Harga emas spot jatuh sebesar 3% menjadi $3.281,6 per ons pada pukul 1:43 siang ET (1743 GMT), hanya sehari setelah menyentuh rekor tertinggi $3.500,05. Sementara itu, emas berjangka AS mengalami penurunan lebih tajam, yakni 3,7% menjadi $3.294,10 per ons.

Penurunan ini menandai koreksi signifikan setelah reli panjang yang terjadi sejak awal tahun, di mana harga emas telah naik lebih dari 26% sepanjang 2025, didorong oleh ketegangan geopolitik, pembelian besar-besaran oleh bank sentral, dan kekhawatiran terhadap perang tarif global.

Trump Redakan Ketegangan: Kepala The Fed Aman, Harapan Dagang Menguat

Salah satu pemicu utama koreksi harga emas adalah pernyataan mengejutkan dari Presiden Donald Trump, yang mengindikasikan bahwa ia tidak berencana memecat Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Hal ini meredakan ketegangan yang sempat meningkat karena Trump sebelumnya terus mengkritik Powell terkait keputusan suku bunga yang dinilai terlalu konservatif di tengah ketidakpastian ekonomi.

Selain itu, Trump juga memberikan sinyal kemajuan dalam negosiasi dagang dengan China, menyebutkan bahwa pembicaraan berjalan ke arah positif, terutama dalam hal tarif. Komentar ini memperkuat harapan investor bahwa konflik dagang antara dua ekonomi terbesar dunia ini akan segera mereda.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Sentimen Pasar Berubah: Safe Haven Ditinggalkan, Saham Teknologi Bersinar

Dengan memudarnya kekhawatiran terkait suku bunga dan perang dagang, pasar keuangan mulai beralih dari aset safe haven seperti emas ke aset berisiko seperti saham teknologi. Menurut Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures, rotasi besar-besaran terjadi di pasar, dengan banyak investor kini kembali mengejar saham unggulan seperti Apple dan Tesla.

“Pasar mulai bergerak melewati kejatuhan tarif,” kata Streible. “Ini saatnya rotasi besar dari aset pelindung ke aset pertumbuhan.”

Dolar Menguat, Tambah Tekanan untuk Emas

Penurunan emas juga diperburuk oleh penguatan dolar AS, yang secara historis memiliki korelasi terbalik dengan harga emas. Mata uang AS menguat setelah Trump menghentikan retorikanya terhadap Powell dan memberikan sinyal kestabilan kebijakan moneter.

Dengan penguatan dolar, biaya untuk membeli emas dalam mata uang lain menjadi lebih mahal, sehingga menurunkan permintaan dan mempercepat penurunan harga emas.

Tanggapan Pasar terhadap Komentar Menteri Keuangan AS

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, turut memperkuat sentimen positif pasar dengan mengatakan bahwa tarif yang terlalu tinggi harus diturunkan sebelum negosiasi dagang bisa kembali berjalan efektif. Pernyataan ini disambut baik oleh pelaku pasar karena dianggap menunjukkan keseriusan pemerintah AS dalam mencari solusi diplomatik.

Hal ini turut menambah tekanan pada emas, karena semakin menurunnya ketidakpastian politik dan ekonomi membuat investor cenderung melepas aset lindung nilai mereka.

Analisis Teknis: Risiko Koreksi Lebih Dalam

Menurut Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, penurunan tajam dari level $3.500 menunjukkan pola teknikal yang mengindikasikan potensi koreksi lebih dalam. Dalam catatannya, Hansen menyebut bahwa ledakan harga ke puncak tertinggi diikuti oleh pembalikan tajam adalah sinyal teknikal klasik dari pembentukan puncak pasar jangka pendek.

“Jika tekanan jual terus berlanjut dan level support teknikal gagal bertahan, maka emas berisiko kembali ke area $3.200 atau bahkan lebih rendah,” kata Hansen.

Logam Mulia Lain Ikut Bergerak: Perak Naik, Platinum Menguat

Sementara emas mengalami penurunan, logam mulia lainnya justru menunjukkan pergerakan berbeda:

  • Perak naik 3% menjadi $33,48 per ons, didukung oleh permintaan industri yang masih kuat.

  • Platinum menguat 1,1% menjadi $969,1 per ons, mengikuti tren komoditas lain yang mengalami kenaikan moderat.

  • Paladium stabil di $935,59, menunjukkan minimnya katalis baru untuk logam tersebut dalam jangka pendek.

Perbedaan tren ini menunjukkan bahwa meskipun emas sebagai penyimpan nilai mengalami koreksi, logam-logam dengan penggunaan industri yang lebih tinggi tetap didukung oleh faktor fundamental.

Kesimpulan: Emas Masih dalam Tren Jangka Panjang?

Meskipun koreksi harga emas yang signifikan pada hari Rabu terlihat tajam, banyak analis percaya bahwa tren jangka panjang masih mendukung logam mulia ini. Ketidakpastian global belum sepenuhnya menghilang, dan permintaan dari bank sentral serta investor institusional kemungkinan akan tetap kuat dalam jangka menengah.

Namun, dalam waktu dekat, rotasi pasar dari safe haven ke aset berisiko, penguatan dolar, dan meredanya ketegangan geopolitik bisa terus memberikan tekanan pada harga emas. Investor disarankan untuk tetap berhati-hati dan memantau perkembangan negosiasi dagang serta arah kebijakan moneter AS secara cermat.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Tuesday, 22 April 2025

Bestprofit | Emas Turun, Trump Redakan Ketegangan Fed

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-2.jpg

Bestprofit (23/4) – Harga emas mengalami tekanan signifikan pada awal sesi Asia hari Rabu, menyusul komentar Presiden AS Donald Trump dan dinamika geopolitik yang tengah berkembang. Logam mulia tersebut turun lebih dari 1% dan diperdagangkan pada level $3.333 per ons, setelah sebelumnya berada di kisaran $3.420. Penurunan harga ini mencerminkan kombinasi faktor fundamental dan psikologis yang memengaruhi pasar global.

Trump Tidak Akan Pecat Powell: Dampak pada Sentimen Pasar

Pernyataan Presiden Donald Trump yang mengatakan bahwa ia tidak berniat memecat Ketua Federal Reserve Jerome Powell menjadi pemicu utama fluktuasi harga emas. Trump menyatakan, “Pers memberitakan banyak hal. Tidak, saya tidak berniat memecatnya. Saya ingin melihatnya sedikit lebih aktif dalam hal idenya untuk menurunkan suku bunga.”

Pernyataan ini diinterpretasikan pasar sebagai sinyal bahwa kebijakan moneter AS akan tetap berada dalam kendali Powell, yang dikenal berhati-hati dan bergantung pada data. Meskipun Trump mendesak agar suku bunga diturunkan, ketegangan sebelumnya antara Presiden dan The Fed menimbulkan kekhawatiran akan potensi intervensi politik dalam kebijakan moneter. Dengan klarifikasi ini, ketidakpastian sebagian mereda, sehingga minat investor terhadap aset aman seperti emas pun berkurang.

Sinyal De-eskalasi dengan China Meningkatkan Selera Risiko

Selain komentar Trump, pernyataan dari Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang menyebutkan adanya tanda-tanda de-eskalasi ketegangan dagang dengan China turut meningkatkan optimisme pasar. Ketika risiko geopolitik mereda, aset safe haven seperti emas biasanya kehilangan sebagian daya tariknya, karena investor beralih ke instrumen berisiko yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi.

Sejak pernyataan tersebut, harga emas anjlok dari $3.420 menjadi $3.370, mencerminkan pergeseran sentimen pasar ke arah aset berisiko. Namun, sebagian analis memperingatkan bahwa kondisi ini dapat berubah dengan cepat, mengingat ketidakpastian seputar arah kebijakan AS masih tinggi.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketidakpastian Ekonomi Global Masih Membayangi

Meskipun ada sinyal positif dari sisi geopolitik, faktor-faktor fundamental lain tetap memberikan dukungan terhadap harga emas. Ketidakpastian terkait arah perekonomian global dan dinamika inflasi membuat investor tetap mencari lindung nilai, dan emas adalah salah satu pilihan utama.

Ketua The Fed Jerome Powell dalam pernyataan terbarunya mengakui kemungkinan skenario stagflasi — kondisi ekonomi di mana pertumbuhan melambat tetapi inflasi tetap tinggi. Powell mengatakan, “Kita mungkin menemukan diri kita dalam skenario yang menantang di mana tujuan mandat ganda kita sedang bersitegang.”

Pernyataan ini menunjukkan bahwa The Fed akan tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan suku bunga, dan tetap fokus pada data ekonomi yang masuk. Hal ini menambah ketidakpastian terhadap arah suku bunga di masa depan, yang pada gilirannya mendukung permintaan emas sebagai aset lindung nilai.

Aliran Dana ke ETF Emas Tetap Kuat

Meskipun harga emas mengalami koreksi jangka pendek, aliran dana ke instrumen investasi emas tetap menunjukkan tren naik. Menurut World Gold Council (WGC), ETF emas fisik global mencatat arus masuk sebesar US$8,6 miliar pada bulan Maret saja. Secara keseluruhan, arus masuk sepanjang kuartal pertama 2025 mencapai US$21 miliar (226 ton), menjadikannya kuartal tertinggi kedua setelah Q2 2020.

Data ini mencerminkan kepercayaan investor jangka panjang terhadap emas di tengah volatilitas pasar saham dan ketidakpastian kebijakan moneter. Arus dana ini juga menjadi indikator bahwa meskipun harga turun, permintaan riil terhadap emas tetap tinggi.

Perkembangan Pasar Obligasi: Imbal Hasil Menurun

Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun turun dua basis poin menjadi 4,395%, mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap obligasi pemerintah yang lebih aman. Imbal hasil riil AS — yang disesuaikan dengan inflasi — juga turun dua basis poin menjadi 2,175%, seperti yang tercermin pada Sekuritas Inflasi Terlindungi (TIPS).

Penurunan imbal hasil ini biasanya menjadi katalis positif bagi harga emas, karena menurunnya opportunity cost dalam memegang emas (yang tidak memberikan bunga). Namun, kali ini penurunan harga emas disebabkan oleh kombinasi faktor jangka pendek seperti komentar politik dan meningkatnya optimisme pasar.

Prospek Suku Bunga: Pasar Mengantisipasi Pemotongan

Para pelaku pasar uang saat ini memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak 91 basis poin pada akhir tahun 2025, dengan pemotongan pertama kemungkinan dimulai pada bulan Juli. Ekspektasi ini memberi sinyal bahwa tekanan ekonomi kemungkinan akan memaksa The Fed melonggarkan kebijakan moneternya lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Pemotongan suku bunga biasanya mendukung harga emas, karena melemahnya dolar AS dan menurunnya imbal hasil investasi alternatif. Oleh karena itu, meskipun harga emas turun dalam jangka pendek, prospek jangka menengah hingga panjang tetap positif bagi logam mulia ini.

Agenda Ekonomi AS: Faktor Penentu Berikutnya

Minggu ini, kalender ekonomi AS dipenuhi dengan sejumlah data penting dan pidato pejabat The Fed, yang bisa memberikan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter. Beberapa indikator yang menjadi sorotan adalah:

  • S&P Global Flash PMI – untuk mengukur aktivitas manufaktur dan jasa

  • Pesanan Barang Tahan Lama – sebagai indikator investasi dan belanja modal

  • Sentimen Konsumen Universitas Michigan – mengukur keyakinan konsumen terhadap ekonomi

Jika data-data ini menunjukkan pelemahan ekonomi, kemungkinan besar akan memperkuat ekspektasi pelonggaran kebijakan, yang dapat kembali mendukung harga emas.


Kesimpulan: Harga Emas Turun, Tapi Fundamental Tetap Kuat

Meskipun harga emas turun tajam pada awal sesi perdagangan Rabu karena komentar Trump dan meningkatnya optimisme atas de-eskalasi konflik dagang, fundamental pasar emas tetap solid. Ketidakpastian ekonomi global, potensi stagflasi, dan ekspektasi penurunan suku bunga semuanya menjadi faktor pendukung bagi logam mulia ini.

Investor sebaiknya tidak terpaku pada fluktuasi jangka pendek, melainkan memperhatikan tren makroekonomi yang lebih besar. Dengan arus masuk yang kuat ke ETF emas dan pelemahan imbal hasil obligasi, emas masih memiliki tempat yang kokoh dalam portofolio sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global yang terus berlanjut.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Monday, 21 April 2025

Bestprofit | Emas Melejit, Lewati $3.400 per Ounce

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (22/4) – Senin, 21 April 2025 menjadi hari bersejarah bagi pasar logam mulia. Harga emas melonjak ke rekor tertinggi, melampaui angka $3.400 per ounce di tengah pelemahan dolar AS dan kekhawatiran global terhadap ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Emas Capai Rekor Baru: Mencapai $3.430 di Awal Sesi

Harga emas spot naik signifikan sebesar 2,7%, diperdagangkan pada level $3.417,62 per ounce pada pukul 1:46 siang waktu ET. Bahkan, di awal sesi, emas sempat menyentuh puncaknya di angka $3.430,18—angka tertinggi sepanjang sejarah perdagangan emas.

Sementara itu, harga emas berjangka di Amerika Serikat juga mencatat lonjakan 2,9%, ditutup pada $3.425,30 per ounce. Ini mempertegas tren bullish yang terus mendorong harga emas ke level yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam sejarah pasar logam mulia.

Dolar Melemah: Pendorong Utama Kenaikan Harga Emas

Salah satu faktor utama di balik kenaikan harga emas ini adalah melemahnya dolar AS, yang jatuh ke level terendah dalam tiga tahun terakhir. Melemahnya greenback membuat emas—yang dihargai dalam dolar—menjadi lebih murah dan menarik bagi investor asing yang memegang mata uang lain.

Pelemahan ini terjadi setelah pernyataan kontroversial dari Presiden AS Donald Trump yang mengkritik Ketua Federal Reserve, Jerome Powell. Komentar tersebut kembali mengguncang kepercayaan pasar terhadap stabilitas kebijakan moneter AS dan menambah tekanan pada nilai tukar dolar.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketegangan Dagang AS-Tiongkok Memicu Permintaan Safe Haven

Ketegangan dagang yang terus meningkat antara Amerika Serikat dan Tiongkok juga menjadi pendorong utama di balik lonjakan permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Pemerintah Tiongkok secara terbuka menuduh Washington telah menyalahgunakan tarif dan memperingatkan negara-negara lain agar berhati-hati dalam menjalin kesepakatan ekonomi dengan AS.

Ketidakpastian mengenai arah kebijakan perdagangan global ini mendorong investor untuk mencari perlindungan di aset-aset yang lebih stabil dan tahan terhadap gejolak ekonomi—dan emas adalah pilihan utama mereka.

“Karena ketegangan tarif terus meningkat, kami terus melihat harga emas bergerak naik sebagai respons terhadap aset yang aman,” ujar David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures. “Akan ada kemunduran dan aksi ambil untung sesekali, tetapi tren dasarnya tetap naik.”

Kenaikan Spektakuler Emas Sejak Awal Tahun 2025

Kenaikan harga emas pada bulan April ini hanyalah kelanjutan dari tren bullish yang telah terbentuk sejak awal tahun. Emas telah mencatatkan kenaikan lebih dari $700 hanya dalam kurun waktu empat bulan, melonjak dari level sekitar $2.700 per ounce pada Januari 2025 hingga menembus $3.400 pada April.

Puncak sebelumnya dicapai pada hari Rabu minggu lalu, saat emas menembus $3.300. Momentum yang kuat kemudian mendorong harga naik hampir $100 dalam waktu beberapa hari saja, menunjukkan betapa cepat dan kuatnya sentimen pasar terhadap logam mulia ini.

Analis: Pasar Emas Mungkin Dekati Titik Puncak Jangka Pendek

Meski tren saat ini menunjukkan arah kenaikan yang konsisten, beberapa analis mulai memperingatkan bahwa reli besar-besaran ini bisa mendekati titik jenuh. Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, menyebut bahwa lonjakan harian harga yang semakin besar adalah pertanda bahwa pasar emas mungkin sedang menuju puncaknya dalam jangka pendek.

“Pergerakan harga emas harian yang jauh lebih besar ini merupakan salah satu petunjuk awal bahwa kenaikan pasar yang sangat matang ini hampir mencapai klimaks dan bahwa puncak pasar jangka pendek mungkin sudah dekat, dari perspektif waktu, lebih dari perspektif harga,” jelas Wyckoff.

Namun demikian, ia menegaskan bahwa tren jangka panjang tetap positif, mengingat kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian.

Logam Mulia Lain: Perak Stabil, Platinum dan Paladium Melemah

Sementara emas mencatatkan performa luar biasa, logam mulia lainnya justru menunjukkan performa yang lebih datar, bahkan cenderung melemah. Harga perak spot tetap stabil di angka $32,60 per ounce. Platinum mengalami penurunan sebesar 0,6%, turun menjadi $961,61 per ounce. Sementara itu, paladium mencatatkan pelemahan paling tajam, turun 3% menjadi $934,25 per ounce.

Penurunan ini menunjukkan bahwa lonjakan harga emas lebih dipicu oleh faktor-faktor spesifik seperti pelemahan dolar dan krisis geopolitik, bukan karena penguatan menyeluruh di sektor logam mulia.

Arah Emas Selanjutnya: Antara Optimisme dan Kewaspadaan

Meskipun kenaikan harga emas terlihat spektakuler dan menjanjikan keuntungan bagi investor, tidak sedikit pihak yang menyarankan untuk tetap waspada. Volatilitas yang tinggi, kemungkinan aksi ambil untung, serta kebijakan moneter yang bisa berubah sewaktu-waktu membuat pasar emas tetap rentan terhadap koreksi mendadak.

Namun, selama ketidakpastian global—baik dari sisi geopolitik maupun ekonomi makro—masih mendominasi, emas diperkirakan akan tetap menjadi aset pelindung utama bagi investor di seluruh dunia.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
 

bestprofit futures
 

Sunday, 20 April 2025

Bestprofit | Dolar AS Stagnan di Tengah Libur Pasar

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Dolar-5.jpg

Bestprofit (21/4) – Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan Dolar AS (USD) terhadap enam mata uang utama dunia, tetap berada di bawah level 99,50 selama jam perdagangan awal Eropa pada hari Jumat, 18 April. Kondisi ini mencerminkan suasana pasar yang penuh kehati-hatian, terutama karena kekhawatiran atas dampak ekonomi dari tarif perdagangan serta dinamika internal kebijakan moneter Amerika Serikat.

Greenback Tertekan oleh Kekhawatiran Tarif dan Pertumbuhan Ekonomi

Stabilnya DXY di bawah 99,50 menunjukkan bahwa pelaku pasar tidak agresif membeli Dolar AS, meskipun mata uang ini secara tradisional dianggap sebagai aset aman (safe haven). Salah satu penyebab utama adalah meningkatnya kekhawatiran bahwa tarif perdagangan, terutama terhadap Tiongkok, dapat menghambat pertumbuhan ekonomi AS dalam jangka menengah hingga panjang.

Kekhawatiran ini datang seiring dengan meningkatnya risiko perlambatan ekonomi global, di mana Amerika Serikat tidak terkecuali. Sinyal bahwa ekonomi bisa melambat semakin menguat seiring dengan negosiasi dagang yang belum menunjukkan hasil konkret, walaupun Presiden Donald Trump menyuarakan optimisme akan tercapainya kesepakatan dalam waktu dekat.

Hari Libur Jumat Agung Membuat Aktivitas Perdagangan Lesu

Hari Jumat Agung (Good Friday) yang dirayakan di sejumlah negara membuat volume perdagangan menjadi lebih ringan dari biasanya. Banyak investor memilih untuk tidak mengambil posisi besar menjelang akhir pekan panjang, yang turut berkontribusi pada ketenangan pergerakan Dolar AS. Namun demikian, suasana pasar tetap waspada terhadap pernyataan-pernyataan penting yang bisa mengubah arah kebijakan ekonomi dan moneter AS.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pernyataan Jerome Powell Memicu Kewaspadaan Terhadap Stagflasi

Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, memberikan pernyataan yang cukup tegas dan mengisyaratkan kekhawatiran terhadap kondisi perekonomian. Ia memperingatkan bahwa kombinasi antara pertumbuhan ekonomi yang lesu dan inflasi yang persisten dapat mempersulit pencapaian target kebijakan moneter Fed.

Pernyataan Powell ini membuat pasar kembali mencermati risiko stagflasi, yaitu kondisi di mana inflasi tinggi terjadi bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi yang stagnan. Risiko ini menjadi salah satu momok terbesar bagi otoritas moneter karena mempersempit ruang gerak mereka dalam merespons krisis ekonomi.

Meskipun pernyataan tersebut memberikan sedikit dukungan kepada Dolar AS karena menandakan kehati-hatian dari The Fed, namun pasar tetap skeptis mengenai kemampuan bank sentral untuk mengelola situasi ini tanpa menyebabkan guncangan tambahan.

Donald Trump Kembali Mengkritik The Fed dan Powell

Presiden AS saat itu, Donald Trump, tak ketinggalan dalam memanaskan situasi. Ia kembali melontarkan kritik terhadap Ketua Fed Jerome Powell yang dinilainya terlalu lambat dalam menurunkan suku bunga. Trump bahkan menyatakan bahwa pemecatan Powell “tidak bisa dilakukan cukup cepat,” menunjukkan ketidaksabarannya terhadap laju penyesuaian kebijakan moneter.

Kritik politik terhadap otoritas moneter, meskipun bukan hal baru, tetap menimbulkan ketidakpastian di pasar. Intervensi semacam ini dapat merusak persepsi independensi The Fed, yang merupakan fondasi penting dalam menjaga kepercayaan investor terhadap stabilitas kebijakan moneter AS.

Proyeksi Pemotongan Suku Bunga Semakin Menguat

Terlepas dari nada hawkish Powell, pasar uang tetap mengantisipasi pelonggaran kebijakan moneter. Berdasarkan alat CME FedWatch, para pedagang memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar total 86 basis poin hingga akhir tahun 2025, dengan pemotongan pertama diprediksi terjadi pada bulan Juli.

Ekspektasi ini menunjukkan bahwa pasar lebih memercayai data dan tren ekonomi aktual dibandingkan pernyataan kebijakan yang bersifat antisipatif. Jika inflasi tetap tinggi namun pertumbuhan terus melambat, tekanan terhadap Fed untuk bertindak lebih akomodatif akan semakin kuat.

Optimisme Trump Terhadap Negosiasi Perdagangan dengan Tiongkok

Di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi, Trump tetap menunjukkan optimisme dalam negosiasi perdagangan dengan Tiongkok. Dalam sebuah pernyataan, ia mengatakan bahwa Tiongkok telah melakukan beberapa pendekatan positif dan dirinya tidak berniat menaikkan tarif lebih lanjut.

Trump juga menyatakan bahwa kenaikan tarif akan membuat barang-barang dari Tiongkok menjadi tidak terjangkau, yang pada akhirnya akan merugikan konsumen Amerika. Ia menambahkan bahwa kesepakatan dapat dicapai dalam waktu tiga hingga empat minggu, meskipun pernyataan semacam ini sudah beberapa kali muncul sebelumnya tanpa realisasi konkret.

Meski demikian, pasar tetap mencatat pernyataan ini sebagai sinyal positif, terutama jika benar-benar terjadi kesepakatan yang bisa menurunkan tensi geopolitik dan mendorong perdagangan global.

Data Tenaga Kerja AS Menunjukkan Sinyal Campuran

Laporan ketenagakerjaan terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS memberikan sinyal yang beragam. Klaim Pengangguran Awal turun menjadi 215.000 untuk minggu yang berakhir pada 12 April, lebih rendah dari ekspektasi dan dari angka revisi minggu sebelumnya yang berada di 224.000.

Penurunan ini menandakan bahwa pasar tenaga kerja tetap cukup kuat, setidaknya dalam jangka pendek. Namun, di sisi lain, Klaim Pengangguran Berkelanjutan naik sebesar 41.000 menjadi 1,885 juta untuk minggu yang berakhir pada 5 April, menunjukkan bahwa sebagian orang yang kehilangan pekerjaan mungkin lebih sulit untuk segera mendapatkan pekerjaan baru.

Kondisi ini memperkuat pandangan bahwa meskipun pemutusan hubungan kerja masih terbatas, namun pemulihan pasar kerja mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan.

Kesimpulan: Dolar AS di Persimpangan Jalan

DXY yang tetap di bawah 99,50 mencerminkan ketegangan yang sedang dihadapi Dolar AS. Di satu sisi, ada potensi penguatan jika The Fed mempertahankan sikap hawkish dan inflasi tetap tinggi. Di sisi lain, tekanan terhadap ekonomi dan pasar tenaga kerja bisa memaksa Fed untuk lebih longgar, yang akan menekan Dolar.

Ketidakpastian politik dan hubungan perdagangan yang belum pasti juga menambah kompleksitas situasi. Dalam jangka pendek, pasar kemungkinan akan tetap fluktuatif, dengan arah yang sangat bergantung pada perkembangan data ekonomi serta kebijakan moneter dan fiskal di AS.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 16 April 2025

Bestprofit | Harga Emas Naik Tajam

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (17/4) – Harga emas mengalami kenaikan di sesi perdagangan Asia awal, dipicu oleh meningkatnya permintaan terhadap aset safe-haven setelah pernyataan bernada waspada dari Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell. Dalam kondisi ketidakpastian ekonomi global yang meningkat, emas kembali menunjukkan peran historisnya sebagai pelindung nilai dan instrumen diversifikasi portofolio.

Pernyataan Powell Memicu Kekhawatiran Investor

Pada pidatonya semalam, Jerome Powell memperingatkan risiko ekonomi yang masih mengintai perekonomian Amerika Serikat dan global. Ia menekankan bahwa meskipun inflasi mulai mereda, tekanan struktural seperti ketegangan geopolitik, volatilitas pasar tenaga kerja, dan potensi perlambatan ekonomi tetap menjadi ancaman nyata.

Pernyataan Powell tersebut memicu respons cepat dari pasar keuangan. Indeks saham melemah, imbal hasil obligasi jatuh, dan permintaan terhadap aset aman seperti emas langsung melonjak. Reaksi ini menunjukkan sensitivitas pasar terhadap arah kebijakan moneter dan kekhawatiran terhadap ketidakpastian makroekonomi.

Harga Emas Cetak Rekor Baru

Emas spot naik 0,3% menjadi $3.350,88 per troy ounce setelah sempat menyentuh rekor intraday tertinggi di $3.357,92 per ounce, menurut data dari platform ICE. Lonjakan ini memperpanjang reli harga emas yang telah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir.

Faktor-faktor pendorong kenaikan ini mencakup:

  • Kekhawatiran geopolitik di Timur Tengah dan Eropa Timur

  • Ketidakpastian arah kebijakan suku bunga AS

  • Melemahnya dolar AS

  • Arus modal yang menghindari aset berisiko

Kenaikan harga emas ini juga didukung oleh meningkatnya permintaan dari investor institusional yang melihat emas sebagai lindung nilai terhadap potensi stagflasi.

Safe-Haven Menguat di Tengah Ketidakpastian Global

Dalam situasi global yang tidak menentu, emas kembali menegaskan dirinya sebagai aset safe-haven utama. Quasar Elizundia, ahli strategi riset dari Pepperstone, dalam sebuah email mengatakan, “Prospek emas tetap konstruktif, didukung oleh campuran kuat faktor makroekonomi dan geopolitik yang memperkuat nilai intrinsiknya sebagai penyimpan nilai dan aset diversifikasi di masa yang tidak pasti.”

Emas secara historis telah menjadi pilihan utama saat pasar menghadapi krisis. Dengan meningkatnya tensi antara kekuatan global, konflik regional, dan tekanan fiskal di banyak negara, investor cenderung mengalihkan portofolionya ke aset yang dianggap aman dan likuid seperti emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Proyeksi Harga Emas: Target Jangka Menengah hingga Panjang

Menurut Quasar Elizundia, jika kondisi saat ini berlanjut, harga emas diproyeksikan dapat mencapai target jangka menengah hingga panjang di kisaran $3.734 per ounce. Ini mengindikasikan potensi kenaikan lebih dari 10% dari level saat ini.

Beberapa skenario yang bisa mendorong harga emas lebih tinggi antara lain:

  • Penurunan suku bunga oleh The Fed pada semester kedua 2025

  • Melemahnya data tenaga kerja AS

  • Penurunan nilai dolar AS

  • Kenaikan permintaan fisik dari Tiongkok dan India

  • Ketegangan geopolitik yang meluas

Faktor Pendukung Lain: Permintaan Fisik dan Cadangan Bank Sentral

Selain faktor pasar finansial, permintaan fisik terhadap emas dari konsumen dan bank sentral juga berperan penting. Tiongkok dan India tetap menjadi konsumen utama emas dunia, baik untuk perhiasan maupun investasi.

Lebih dari itu, bank sentral di berbagai negara berkembang terus menambah cadangan emas mereka sebagai strategi diversifikasi cadangan devisa. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dan sebagai bentuk proteksi terhadap inflasi global.

Data terbaru dari World Gold Council menunjukkan bahwa pembelian emas oleh bank sentral global tetap kuat, mencerminkan keyakinan jangka panjang terhadap stabilitas logam mulia ini.

Dampak terhadap Investor Ritel dan Institusional

Kenaikan harga emas memberi dampak yang berbeda bagi berbagai tipe investor. Bagi investor ritel, tren ini membuka peluang untuk masuk ke aset emas fisik maupun derivatif seperti ETF berbasis emas. Sementara itu, bagi investor institusional seperti hedge fund dan manajer aset, pergerakan emas menjadi sinyal penting dalam pengelolaan portofolio strategis.

Banyak institusi kini menyesuaikan komposisi portofolio mereka dengan menambah eksposur ke aset safe-haven, termasuk emas dan obligasi pemerintah AS jangka panjang.

Risiko Koreksi Masih Ada

Meski tren harga emas menunjukkan kekuatan, para analis tetap memperingatkan risiko koreksi dalam jangka pendek. Beberapa faktor yang bisa menekan harga emas di antaranya adalah:

  • Pemulihan ekonomi global lebih cepat dari perkiraan

  • Data inflasi AS yang lebih tinggi yang bisa mendorong Fed mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama

  • Penguatan dolar AS secara tiba-tiba

Dengan kata lain, meskipun tren jangka panjang cenderung naik, investor tetap perlu memperhatikan fluktuasi jangka pendek dan volatilitas pasar.

Kesimpulan: Emas Kembali Bersinar di Tengah Awan Ketidakpastian

Kenaikan harga emas saat ini mencerminkan kekhawatiran mendalam investor terhadap kondisi ekonomi global dan geopolitik yang tidak menentu. Dengan peringatan dari Ketua The Fed yang memperkuat ketakutan pasar, permintaan terhadap aset safe-haven melonjak, dan emas menjadi penerima manfaat utama.

Dengan prospek yang tetap kuat dan dukungan dari berbagai faktor fundamental dan teknikal, emas diperkirakan akan terus menarik minat dalam jangka menengah hingga panjang. Target harga $3.734 per ounce bukanlah hal yang tidak masuk akal jika ketidakpastian global berlanjut.

Bagi investor, saat ini bisa menjadi momen penting untuk menilai kembali peran emas dalam portofolio mereka — bukan hanya sebagai instrumen lindung nilai, tetapi juga sebagai strategi untuk menghadapi era volatilitas baru yang mungkin sedang kita hadapi.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 15 April 2025

Bestprofit | Harga Emas Naik, Imbal Hasil Turun

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (16/4) – Harga emas mengakhiri sesi perdagangan Selasa dengan lonjakan signifikan karena para pedagang beralih ke logam mulia sebagai aset aman di tengah kekhawatiran global yang meningkat. Ketidakpastian atas rencana tarif Presiden AS Donald Trump, penurunan imbal hasil obligasi, serta ketegangan geopolitik semakin memperkuat daya tarik emas.

Emas Ditutup Lebih Tinggi: Naik Lebih dari 6,5%

Pada akhir sesi New York, emas (XAU/USD) diperdagangkan di kisaran $3.240 per troy ounce, mencatat kenaikan lebih dari 6,5%. Peningkatan ini terjadi setelah penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS selama dua hari berturut-turut, yang menjadi salah satu pendorong utama permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.

Para investor global semakin mencari perlindungan terhadap ketidakpastian kebijakan perdagangan AS, khususnya rencana tarif baru Presiden Trump yang menyasar sektor farmasi, yang membuat pasar global gelisah.

Imbal Hasil Obligasi AS Terus Turun

Salah satu pendorong utama lonjakan harga emas adalah penurunan signifikan pada imbal hasil obligasi AS. Imbal hasil Treasury 10-tahun turun sebesar 4,5 basis poin ke level 4,339%. Sementara itu, imbal hasil riil—yang dihitung melalui obligasi Treasury yang dilindungi inflasi (TIPS)—turun sebesar 3,5 bps ke 2,149%.

Penurunan imbal hasil ini membuat emas yang tidak memberikan bunga menjadi lebih menarik. Ketika imbal hasil riil turun, biaya peluang memegang emas juga berkurang, sehingga mendorong peningkatan permintaan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketegangan Perdagangan: Tiongkok dan Boeing

Konflik dagang AS-Tiongkok kembali memanas setelah Tiongkok memerintahkan maskapai domestiknya untuk menghentikan pengiriman pesawat Boeing. Langkah ini dilihat sebagai pembalasan terhadap kebijakan tarif AS yang baru, dan memperburuk suasana hati pelaku pasar global.

Ketegangan ini menambah tekanan pada pasar saham dan mendukung arus modal ke aset-aset aman seperti emas, yang sering digunakan sebagai lindung nilai terhadap gejolak geopolitik.

Data Ekonomi AS yang Beragam

Di sisi data ekonomi, laporan dari AS menunjukkan hasil yang beragam. Harga impor tetap tidak berubah, sementara laporan Indeks Manufaktur Empire State dari New York membaik menjadi -8,1 pada April 2025 dari -20 pada Maret. Meskipun ini menunjukkan perbaikan, angka tersebut masih berada di wilayah kontraksi dan menunjukkan bahwa aktivitas bisnis tetap lemah.

Selain itu, data menunjukkan adanya kenaikan harga input, yang menambah kekhawatiran inflasi di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi. Sementara prospek bisnis enam bulan ke depan memburuk, menunjukkan sentimen yang masih pesimis dari pelaku industri.

Fokus Pasar Minggu Ini: Penjualan Ritel dan Pidato Powell

Para pelaku pasar kini mengalihkan perhatian mereka ke data Penjualan Ritel bulan Maret, yang akan dirilis pada hari Rabu. Diperkirakan terjadi kenaikan dari 0,6% menjadi 1,3% secara bulanan (MoM). Namun, kelompok kontrol—komponen penting untuk perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB)—diprediksi turun dari 1% menjadi 0,6%. Ini bisa menjadi sinyal awal bahwa rumah tangga mulai mengurangi pengeluaran mereka.

Selain itu, pidato dari beberapa pejabat Federal Reserve, terutama Ketua Jerome Powell, akan menjadi sorotan. Investor ingin mengetahui apakah Fed akan memberikan sinyal pelonggaran kebijakan moneter di tengah pelemahan ekonomi dan inflasi yang masih membandel.

Produksi Industri Diperkirakan Menyusut

Produksi industri AS untuk Maret juga diperkirakan mencatat kontraksi sebesar 0,2% setelah tumbuh 0,7% pada Februari. Jika ramalan ini benar, maka kontraksi ini akan menghentikan tren positif setelah tiga bulan berturut-turut penurunan yang terjadi antara September hingga November 2024.

Kontraksi ini akan menjadi sinyal bahwa sektor manufaktur masih berada dalam tekanan berat, meskipun ada perbaikan kecil di beberapa indikator lainnya.

Harapan Pemangkasan Suku Bunga oleh The Fed

Pelaku pasar uang kini memperkirakan Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar total 85 basis poin sebelum akhir tahun 2025. Pasar bahkan memperkirakan pemangkasan pertama akan terjadi pada bulan Juli. Ekspektasi pelonggaran ini merupakan reaksi terhadap data ekonomi yang melambat dan potensi tekanan dari sisi geopolitik serta sektor konsumen.

Dengan kebijakan moneter yang lebih longgar, dolar AS kemungkinan akan melemah, yang biasanya menjadi dorongan tambahan bagi harga emas karena membuat emas lebih murah bagi pembeli luar negeri.

Kesimpulan: Emas Kembali Menjadi Primadona

Kombinasi dari penurunan imbal hasil obligasi, ketegangan geopolitik antara AS dan Tiongkok, serta ekspektasi pelonggaran kebijakan oleh Federal Reserve telah menghidupkan kembali daya tarik emas sebagai aset aman. Kenaikan harga yang signifikan dalam satu sesi menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap berita makroekonomi dan politik.

Meskipun harga emas telah melonjak, ketidakpastian yang masih membayangi bisa membuat logam mulia ini tetap menjadi aset pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan. Para pelaku pasar kini menanti pidato dari Ketua Fed Jerome Powell dan data penjualan ritel sebagai penentu arah harga selanjutnya.

Jika data ekonomi menunjukkan perlambatan yang konsisten dan The Fed memberikan sinyal dovish, maka harga emas berpotensi mencetak rekor baru dalam beberapa bulan ke depan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Monday, 14 April 2025

Bestprofit | Emas Menguat di Tengah Ketidakpastian

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (15/4) – Harga emas mencatatkan kenaikan tipis pada sesi perdagangan Asia pagi ini, di tengah ketidakpastian arah pasar yang didorong oleh sinyal campuran dari kebijakan moneter dan pernyataan politik terbaru. Dengan emas spot naik 0,1% menjadi $3.212,53 per ons, investor tampaknya mengambil sikap hati-hati sambil mencermati dinamika pasar global, termasuk kebijakan suku bunga Amerika Serikat dan kebijakan tarif dari mantan Presiden Donald Trump.

Sinyal dari The Fed: Potensi Penurunan Suku Bunga

Salah satu pendorong utama kenaikan harga emas pagi ini adalah pernyataan dari Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller. Dalam komentarnya semalam, Waller menyatakan bahwa suku bunga acuan mungkin perlu diturunkan dalam waktu dekat, terutama jika tarif impor besar yang diberlakukan selama masa kepresidenan Trump tetap diberlakukan.

Pernyataan ini memberi angin segar bagi logam mulia. Emas, yang tidak menawarkan bunga, biasanya mendapat dorongan ketika suku bunga rendah karena biaya peluang untuk memilikinya menjadi lebih kecil. Dengan ekspektasi bahwa Federal Reserve bisa melonggarkan kebijakan moneternya, daya tarik emas sebagai aset lindung nilai meningkat.

Menurut para analis, pernyataan Waller menunjukkan bahwa bank sentral masih waspada terhadap dampak kebijakan fiskal terhadap perekonomian. Tarif yang tinggi dapat menekan pertumbuhan dan inflasi, membuka ruang bagi The Fed untuk memangkas suku bunga guna mendorong konsumsi dan investasi.

Sinyal Berlawanan: Trump Pertimbangkan Kelonggaran Tarif

Namun, narasi yang mendukung harga emas tidak berdiri sendiri. Pada saat yang hampir bersamaan, mantan Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa ia mempertimbangkan untuk menghentikan sementara beberapa tarif, khususnya untuk mendukung industri otomotif domestik.

Langkah ini, jika diambil, dapat mengurangi ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global yang selama ini mendorong minat terhadap aset safe haven seperti emas. Dengan menurunnya risiko yang dipersepsikan pasar, permintaan terhadap emas bisa tertekan.

Trump menyampaikan niat tersebut sebagai bagian dari kampanyenya yang berfokus pada revitalisasi industri Amerika, namun pasar melihatnya sebagai langkah yang dapat mengurangi tekanan terhadap ekonomi dan membuat kebijakan moneter longgar menjadi kurang mendesak.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pasar Emas dalam Fase Konsolidasi

Kombinasi dari dua sinyal yang bertolak belakang ini menciptakan ketidakpastian di pasar emas. Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com, mengatakan dalam sebuah email bahwa dalam jangka pendek, emas tampak “sedikit melar” dan mungkin memerlukan periode konsolidasi sebelum kembali bergerak secara signifikan.

“Pasar tampaknya butuh waktu untuk mencerna berita ini. Para pelaku masih menunggu sinyal yang lebih jelas mengenai arah kebijakan The Fed dan bagaimana dinamika tarif ini akan berkembang,” tulis Razaqzada.

Periode konsolidasi dalam perdagangan biasanya menandakan bahwa harga sedang dalam proses menstabilkan diri setelah kenaikan atau penurunan yang tajam, dan sering kali diikuti oleh pergerakan besar selanjutnya. Dalam hal ini, pelaku pasar emas bersiap menghadapi volatilitas jika ada kejelasan lebih lanjut dari Washington maupun dari otoritas moneter.

Daya Tarik Emas Sebagai Safe Haven Masih Kuat

Meskipun ada potensi relaksasi tarif dari Trump, emas tetap menjadi pilihan utama sebagai aset safe haven di tengah berbagai ketidakpastian global. Ketegangan geopolitik, konflik perdagangan yang masih membayangi, serta potensi fluktuasi suku bunga tetap menjadi alasan kuat bagi investor untuk menahan posisi di logam mulia ini.

Kinerja emas yang naik tipis di tengah berita campuran ini mencerminkan kekuatan fundamentalnya. Bahkan ketika kabar baik muncul dari sisi kebijakan fiskal atau moneter, investor masih memilih untuk menempatkan sebagian portofolio mereka dalam bentuk emas sebagai perlindungan dari risiko sistemik.

Faktor Lain yang Mempengaruhi Harga Emas

Selain faktor suku bunga dan tarif, beberapa elemen lain juga menjadi perhatian para pelaku pasar emas:

  1. Kurs Dolar AS – Kekuatan dolar mempengaruhi daya beli investor global terhadap emas. Jika dolar melemah, emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain, yang dapat mendorong permintaan.

  2. Permintaan Fisik – Permintaan dari negara-negara seperti Tiongkok dan India, dua konsumen emas terbesar dunia, juga berdampak besar pada harga. Saat ini, permintaan domestik di kedua negara tersebut menunjukkan tren yang positif.

  3. Ketegangan Geopolitik – Situasi di Timur Tengah, konflik Rusia-Ukraina, serta ketegangan AS-Tiongkok tetap menjadi latar belakang yang mendukung posisi emas sebagai aset perlindungan.

  4. Inflasi Global – Emas juga dilihat sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Jika data inflasi AS dan global menunjukkan percepatan, kemungkinan permintaan terhadap emas akan kembali meningkat.

Prospek Ke Depan: Kapan Harga Akan Bergerak Signifikan?

Banyak analis percaya bahwa pasar emas sedang menunggu “pemicu besar” berikutnya. Entah itu berupa kebijakan baru dari Federal Reserve, keputusan Trump tentang tarif, atau peristiwa geopolitik yang tidak terduga, investor emas siap untuk bereaksi.

Dengan harga emas saat ini mendekati level resistance psikologis, setiap pergerakan naik yang disertai volume besar bisa menandakan dimulainya tren bullish baru. Namun sebaliknya, jika ketidakpastian mereda dan pasar kembali ke aset berisiko seperti saham, harga emas bisa kembali tertekan.

Analis Merekomendasikan Sikap Hati-hati

Para analis menyarankan agar investor tetap waspada dan menghindari keputusan impulsif dalam jangka pendek. Menurut Razaqzada, investor sebaiknya menunggu konfirmasi arah sebelum mengambil posisi besar.

“Volatilitas akan tetap tinggi dalam beberapa minggu ke depan. Ini bukan saat yang tepat untuk berspekulasi berlebihan, kecuali Anda punya strategi jangka panjang yang jelas,” tambahnya.


Kesimpulan

Kenaikan tipis harga emas di sesi Asia pagi ini mencerminkan pasar yang tengah mencerna sinyal yang saling bertentangan. Di satu sisi, komentar dovish dari Gubernur The Fed memberi harapan akan penurunan suku bunga yang mendukung emas. Namun di sisi lain, potensi pengurangan tarif oleh Trump mengurangi kebutuhan investor untuk berlindung pada logam mulia ini.

Dengan kondisi global yang masih rentan dan penuh ketidakpastian, emas tetap menjadi instrumen lindung nilai yang relevan. Meski pergerakannya saat ini lambat, semua mata tertuju pada pengumuman besar berikutnya yang bisa mengubah arah pasar secara drastis. Periode konsolidasi saat ini bisa menjadi momen tenang sebelum badai.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures