Tuesday, 16 September 2025

Bestprofit | Emas Menguat Jelang Keputusan The Fed

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-4.jpg

Bestprofit (17/9) – Harga emas mengalami kenaikan tipis pada awal sesi perdagangan Asia hari ini. Pergerakan ini terjadi menjelang pengumuman penting dari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dijadwalkan akan dirilis dalam waktu dekat. Ketidakpastian pasar terkait arah kebijakan suku bunga Amerika Serikat membuat investor cenderung mengalihkan perhatian ke aset lindung nilai seperti emas.

Menurut Eric Chia, analis pasar dari Exness, pelaku pasar sepenuhnya telah memperhitungkan kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve sebesar 25 basis poin (bps). Meski demikian, ada kemungkinan kecil bahwa The Fed dapat mengambil langkah lebih agresif dengan memangkas suku bunga hingga 50 bps. Kondisi ini, kata Chia, memberikan dorongan terhadap permintaan emas yang tidak memberikan bunga tetapi dinilai lebih aman di tengah ketidakpastian.

Emas Spot Naik 0,1%: Sinyal Awal Pergerakan?

Harga emas spot tercatat naik 0,1% ke level $3,694.54 per ons troi. Meskipun kenaikan ini tergolong kecil, namun dianggap sebagai sinyal awal dari potensi lonjakan harga lebih lanjut jika keputusan The Fed sesuai atau bahkan lebih dovish dari ekspektasi pasar.

Investor global tampak waspada dan memilih untuk menyesuaikan posisi portofolio mereka menjelang keputusan FOMC. Sikap wait-and-see ini lazim terjadi menjelang rilis kebijakan besar, karena implikasinya terhadap pasar sangat luas, termasuk nilai tukar dolar, imbal hasil obligasi, dan harga komoditas seperti emas.

Suku Bunga dan Emas: Hubungan Terbalik yang Kuat

Hubungan antara suku bunga dan harga emas bersifat terbalik. Ketika suku bunga naik, emas cenderung turun karena investor akan lebih memilih aset yang memberikan imbal hasil (yield), seperti obligasi. Sebaliknya, saat suku bunga turun, emas menjadi lebih menarik karena biaya peluang untuk memilikinya menjadi lebih rendah.

Dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps, investor memperkirakan dolar AS akan melemah, sehingga mendorong harga emas naik. Selain itu, penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS juga menjadikan emas lebih menarik sebagai alternatif investasi jangka panjang.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Fokus Pasar: Proyeksi Kuartalan dan Pernyataan Powell

Selain keputusan suku bunga itu sendiri, pasar akan mencermati proyeksi ekonomi kuartalan dari The Fed serta pernyataan dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell. Proyeksi ini mencakup perkiraan pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat pengangguran, serta peta jalan suku bunga (dot plot).

“Investor sangat menantikan konferensi pers Powell untuk mendapatkan sinyal yang lebih jelas mengenai arah kebijakan suku bunga ke depan,” tambah Chia dalam keterangan tertulisnya.

Jika proyeksi tersebut menunjukkan tren penurunan suku bunga yang lebih tajam dari ekspektasi saat ini, harga emas berpotensi mengalami lonjakan tajam. Sebaliknya, jika The Fed menunjukkan sikap hawkish dengan menahan kemungkinan pemangkasan lebih lanjut, harga emas dapat terkoreksi.

Risiko Geopolitik dan Inflasi Masih Menjadi Faktor Pendukung

Selain faktor kebijakan moneter, emas juga didukung oleh kekhawatiran geopolitik dan inflasi global yang masih membayangi. Ketegangan di Timur Tengah, perlambatan ekonomi China, dan krisis energi di Eropa menjadi faktor tambahan yang menjaga minat investor terhadap emas sebagai aset safe haven.

Inflasi yang tetap tinggi di berbagai negara juga membuat investor mencari perlindungan nilai. Meski inflasi AS menunjukkan tanda-tanda moderasi, namun belum cukup untuk memastikan tren penurunan suku bunga yang berkelanjutan, terutama jika data tenaga kerja tetap kuat.

Strategi Investor: Lindung Nilai dan Diversifikasi

Bagi investor ritel maupun institusi, momen seperti ini menjadi waktu penting untuk melakukan diversifikasi portofolio. Emas sering dijadikan alat lindung nilai terhadap volatilitas pasar dan fluktuasi nilai mata uang. Dalam jangka panjang, emas terbukti mampu mempertahankan nilainya, bahkan saat pasar keuangan global mengalami guncangan besar.

Para manajer aset global juga diketahui meningkatkan eksposur mereka terhadap emas dalam beberapa bulan terakhir sebagai langkah antisipatif terhadap kebijakan moneter global yang tidak pasti. Menurut data World Gold Council, permintaan emas oleh bank sentral dunia juga meningkat, yang turut memperkuat sentimen positif terhadap logam mulia ini.

Prediksi Ke Depan: Apakah Emas Bisa Menembus $3,700?

Dengan harga yang kini mendekati $3,700/oz, banyak analis memperkirakan bahwa level psikologis ini bisa ditembus jika The Fed memberikan sinyal dovish yang kuat. Namun, volatilitas diperkirakan tetap tinggi menjelang dan sesudah pengumuman FOMC.

Jika pemangkasan hanya 25 bps dan pernyataan The Fed terkesan hati-hati, emas mungkin akan mengalami konsolidasi sementara. Tapi jika Powell membuka peluang pemangkasan lanjutan dalam waktu dekat, harga emas bisa melonjak lebih tinggi dari level saat ini.

Sementara itu, data ekonomi lanjutan seperti PDB kuartalan AS, angka inflasi bulanan, dan data ketenagakerjaan juga akan menjadi penentu pergerakan emas selanjutnya.

Kesimpulan: Momentum Emas Masih Kuat, Tapi Perlu Waspada

Kenaikan tipis harga emas pada awal sesi Asia menunjukkan bahwa investor tengah bersiap menghadapi potensi perubahan kebijakan The Fed. Ekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps telah masuk dalam harga, namun arah pergerakan selanjutnya sangat tergantung pada komunikasi dan proyeksi dari bank sentral AS.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan geopolitik yang terus berlangsung, emas tetap menjadi pilihan menarik bagi investor yang mencari perlindungan nilai. Namun demikian, keputusan investasi tetap harus memperhatikan profil risiko masing-masing dan mengikuti perkembangan data ekonomi terbaru.

Dengan latar belakang pasar yang sensitif terhadap sinyal The Fed, volatilitas jangka pendek tetap perlu diwaspadai. Strategi jangka menengah hingga panjang yang berimbang antara emas, obligasi, dan aset berisiko lainnya bisa menjadi pilihan terbaik untuk menghadapi dinamika ekonomi ke depan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
bestprofit futures
 

Monday, 15 September 2025

Bestprofit | Emas Naik Tajam, The Fed Dinanti

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (16/9) – Pada hari Senin (15/9), harga emas spot melonjak ke level tertinggi dalam sejarah, didorong oleh pelemahan dolar AS, penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS, serta ekspektasi pasar menjelang pertemuan penting Federal Reserve minggu ini. Kenaikan harga ini menandai kelanjutan tren positif logam mulia di tengah ketidakpastian global dan kebijakan moneter yang melonggar.

Harga Emas Tembus Rekor Baru

Harga emas spot tercatat naik 1,1% menjadi $3.680,80 per ons pada pukul 13:44 EDT (1744 GMT), setelah sebelumnya menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di angka $3.685,39 di awal sesi perdagangan. Sementara itu, emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup naik 0,8% menjadi $3.719,00 per ons.

Kenaikan ini merupakan kelanjutan dari tren minggu lalu, di mana emas batangan naik sekitar 1,6%, mencerminkan sentimen pasar yang tetap positif terhadap aset safe haven ini.

Dolar Melemah, Obligasi Menurun: Kombinasi Emas Bersinar

Salah satu faktor utama yang mendukung reli emas adalah pelemahan dolar AS. Indeks dolar turun 0,3% ke level terendah dalam satu minggu, membuat emas lebih murah bagi pembeli luar negeri yang menggunakan mata uang selain dolar. Ketika dolar melemah, logam mulia menjadi lebih terjangkau secara global, mendorong permintaan dan harga.

Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10-tahun juga sedikit menurun. Penurunan imbal hasil ini menurunkan opportunity cost untuk memegang emas, yang tidak memberikan bunga atau dividen. Kombinasi antara dolar yang lemah dan penurunan imbal hasil menciptakan kondisi ideal bagi harga emas untuk melonjak.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Fokus Pasar: Pertemuan Federal Reserve

Para pelaku pasar tengah mengalihkan perhatian mereka pada pertemuan Federal Reserve (The Fed) yang dijadwalkan berlangsung minggu ini. Banyak pihak memperkirakan bahwa bank sentral AS akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu mendatang—yang akan menjadi pemangkasan pertama sejak Desember lalu.

Menurut alat FedWatch dari CME, probabilitas pemangkasan suku bunga sudah tertanam kuat di pasar, bahkan sebagian investor memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin. Ekspektasi ini semakin mendorong permintaan terhadap emas.

Peter Grant, Wakil Presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals, menyatakan bahwa ekspektasi pemangkasan 25 basis poin sudah diperhitungkan oleh pasar. Ia juga menambahkan kemungkinan akan ada satu atau dua pemangkasan suku bunga tambahan sebelum akhir tahun ini.

Prospek Harga: Target Selanjutnya di $3.700 dan Lebih Tinggi

Dengan terus menguatnya tren harga, para analis kini menyoroti level teknikal emas berikutnya. Peter Grant menyebutkan bahwa target selanjutnya berada di $3.700, disusul oleh $3.730 dan $3.743 dalam jangka pendek. Jika momentum ini berlanjut, emas bisa dengan cepat menembus level-level tersebut.

Reli emas juga diperkuat oleh statusnya sebagai aset safe haven yang populer di masa ketidakpastian ekonomi dan politik. Dalam lingkungan suku bunga rendah, emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi lebih menarik sebagai alat lindung nilai.

Ketegangan Politik Membayangi Pertemuan The Fed

Selain faktor ekonomi, pertemuan The Fed kali ini juga terjadi di tengah tekanan politik yang tidak biasa. Presiden AS saat ini, Donald Trump, secara terbuka menekan The Fed untuk menurunkan suku bunga dan memberi pengaruh lebih besar terhadap kebijakan moneter. Bahkan, Senat telah membuka jalan bagi penasihat ekonomi Trump, Stephen Miran, untuk bergabung dalam komite penetapan suku bunga.

Ketegangan politik ini menciptakan ketidakpastian tambahan, yang justru semakin memperkuat daya tarik emas sebagai tempat berlindung bagi investor global.

Faktor Eksternal: China Longgarkan Aturan Impor Emas

Laporan yang muncul pada akhir pekan sebelumnya menyebutkan bahwa Tiongkok tengah mempertimbangkan untuk melonggarkan aturan impor dan ekspor emas. Kabar ini langsung memicu pembelian besar-besaran, baik oleh sektor resmi maupun swasta.

Tai Wong, seorang pedagang logam independen, menyatakan bahwa permintaan dari Tiongkok—baik dari sektor publik maupun swasta—telah menjadi pendorong utama dari reli emas kali ini. Jika Tiongkok benar-benar merealisasikan pelonggaran aturan tersebut, permintaan emas dapat meningkat secara signifikan di pasar internasional.

Data Ekonomi Mendukung Penurunan Suku Bunga

Beberapa data ekonomi terbaru turut mendukung argumen untuk penurunan suku bunga oleh The Fed. Data inflasi menunjukkan bahwa harga konsumen AS naik pada laju tercepat dalam tujuh bulan terakhir pada Agustus. Di sisi lain, data ketenagakerjaan memperlihatkan pelemahan di pasar tenaga kerja.

Kombinasi antara inflasi yang meningkat dan pasar tenaga kerja yang melemah menciptakan dilema bagi bank sentral. Namun, banyak analis memperkirakan The Fed akan lebih fokus pada upaya untuk menjaga pertumbuhan ekonomi tetap stabil, yang berarti pemangkasan suku bunga menjadi opsi yang sangat mungkin.

Kinerja Logam Mulia Lainnya

Tak hanya emas yang mengalami kenaikan. Pergerakan logam mulia lainnya di pasar spot juga menunjukkan tren positif, dengan perak naik 1,1% menjadi $42,62 per ons. Platinum naik 0,7% menjadi $1.400,77, sementara paladium justru turun tipis sebesar 0,3% menjadi $1.193,21.

Kenaikan perak sejalan dengan emas, karena keduanya sering dianggap sebagai aset lindung nilai dalam ketidakpastian ekonomi. Platinum dan paladium, yang lebih banyak digunakan dalam industri, bergerak lebih dipengaruhi oleh permintaan sektor manufaktur.

Kesimpulan: Arah Emas Ditentukan The Fed

Reli emas yang membawa harga ke level tertinggi sepanjang masa ini merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling mendukung—mulai dari pelemahan dolar, penurunan imbal hasil obligasi, ekspektasi pemangkasan suku bunga, hingga ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global.

Pertemuan Federal Reserve pada Rabu mendatang akan menjadi penentu utama arah harga emas untuk sisa tahun ini. Jika The Fed memberikan sinyal dovish (melonggarkan kebijakan moneter), bukan tidak mungkin harga emas akan melanjutkan reli ke level yang lebih tinggi lagi.

 


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 14 September 2025

Bestprofit | Emas Terkoreksi Tipis

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (15/9) – Harga emas mengalami pelemahan tipis pada perdagangan sesi Asia di hari Senin, 15 September 2025. Pergerakan ini diperkirakan sebagai hasil dari koreksi teknis setelah sebelumnya mencatatkan reli terpanjang sejak 28 Maret 2025 pada kontrak berjangka emas Comex bulan depan.

Reli yang cukup kuat dalam beberapa pekan terakhir membuat pasar emas berada dalam posisi rawan koreksi. Saat ini, investor tengah menanti keputusan penting dari Federal Open Market Committee (FOMC) serta rilis data ekonomi Amerika Serikat yang diprediksi dapat memengaruhi arah pergerakan logam mulia, termasuk emas.

Koreksi Teknis Setelah Reli yang Panjang

Pada pekan lalu, emas mencatatkan kenaikan beruntun yang menjadi rekor tertinggi dalam enam bulan terakhir. Kenaikan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global serta ekspektasi terhadap arah kebijakan suku bunga AS.

Namun, seperti yang dijelaskan oleh Frank Walbaum, analis pasar dari Naga, dalam sebuah email:

“Pasar berpotensi menghadapi risiko koreksi harga jangka pendek setelah kenaikan yang cukup kuat.”

Pelemahan harga emas ini dianggap sebagai bagian dari konsolidasi harga alami di pasar komoditas. Dengan kata lain, harga yang terlalu cepat naik tanpa dukungan fundamental yang cukup kuat cenderung akan mengalami penyesuaian atau koreksi jangka pendek.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Harga Spot dan Kontrak Berjangka Emas Menurun

Hingga sesi awal Senin pagi, harga emas spot tercatat turun 0,1% menjadi $3.637,95 per ons. Penurunan ini memang tergolong kecil, namun cukup untuk menunjukkan adanya tekanan teknikal di pasar.

Sementara itu, kontrak berjangka emas Comex juga menunjukkan pelemahan ringan, menyusul reli panjang yang tercatat selama beberapa hari terakhir. Reli tersebut didorong oleh ekspektasi bahwa The Fed mungkin akan menahan suku bunga atau bahkan mulai melonggarkan kebijakan moneternya dalam beberapa bulan mendatang.

Namun, tanpa adanya data ekonomi baru yang memperkuat sentimen tersebut, banyak pelaku pasar yang mulai merealisasikan keuntungan (profit taking), yang akhirnya memicu penurunan harga.

Menanti Keputusan FOMC dan Rilis Data Ekonomi AS

Fokus utama para pelaku pasar saat ini adalah pada pertemuan Federal Reserve (FOMC) yang dijadwalkan berlangsung minggu ini. Pertemuan ini sangat dinantikan karena akan memberikan sinyal yang lebih jelas tentang arah kebijakan suku bunga di masa depan.

Suku bunga yang lebih tinggi cenderung menekan harga emas karena emas tidak memberikan imbal hasil (yield). Sebaliknya, jika The Fed memberikan sinyal akan menahan atau bahkan menurunkan suku bunga, maka emas bisa kembali mendapatkan dukungan sebagai alternatif investasi yang menarik.

Selain FOMC, investor juga menantikan sejumlah data ekonomi penting AS seperti inflasi (CPI), penjualan ritel, serta klaim pengangguran mingguan. Semua data ini akan menjadi bahan pertimbangan utama bagi The Fed dalam menentukan kebijakan moneternya.

Faktor-Faktor yang Masih Mendukung Harga Emas

Meskipun saat ini harga emas melemah, beberapa faktor fundamental tetap memberikan dukungan jangka menengah hingga panjang terhadap harga logam mulia ini:

1. Ketidakpastian Ekonomi Global

Situasi geopolitik yang masih memanas di berbagai belahan dunia, termasuk ketegangan di Timur Tengah dan konflik dagang antara negara-negara besar, tetap menjadi faktor pendukung utama permintaan emas sebagai aset safe haven.

2. Kondisi Pasar Obligasi dan Dolar AS

Dolar AS yang cenderung stabil atau melemah juga memberi ruang bagi harga emas untuk naik. Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury yield) yang relatif rendah menjadikan emas lebih menarik dibandingkan aset berbunga rendah lainnya.

Prospek Harga Emas: Konsolidasi atau Lanjut Naik?

Dengan pelemahan tipis ini, muncul pertanyaan penting di kalangan investor: Apakah emas sedang memasuki fase konsolidasi sebelum kembali naik, atau justru bersiap turun lebih dalam?

Jawabannya bergantung pada beberapa faktor:

  • Sikap The Fed: Jika The Fed memberi sinyal dovish, harga emas bisa kembali menguat.

  • Data Ekonomi AS: Jika inflasi lebih rendah dari perkiraan, emas bisa mendapat dorongan naik.

  • Tekanan Jual Teknis: Jika koreksi saat ini terus berlanjut dan menembus level support kunci, bisa jadi harga emas turun ke level yang lebih rendah untuk sementara waktu.

Analisis Teknis: Level Penting yang Perlu Diperhatikan

Dari sudut pandang teknikal, berikut beberapa level harga yang perlu diperhatikan oleh para trader dan investor:

  • Resistance terdekat: $3.660 – jika harga menembus level ini, reli bisa berlanjut ke $3.700.

  • Support terdekat: $3.620 – jika harga turun di bawah level ini, potensi koreksi lebih dalam terbuka.

  • Support kunci jangka menengah: $3.580 – level ini harus dipertahankan untuk mempertahankan tren naik jangka menengah.

Indikator RSI (Relative Strength Index) saat ini berada di area netral, mengindikasikan bahwa pasar belum berada di wilayah jenuh beli atau jenuh jual. Ini membuka peluang pergerakan ke dua arah tergantung perkembangan berita fundamental.

Kesimpulan: Waspadai Volatilitas di Tengah Ketidakpastian

Pelemahan tipis harga emas pada awal sesi Asia hari Senin, 15 September 2025, menjadi pengingat bahwa pasar logam mulia tetap sangat sensitif terhadap dinamika global, baik dari sisi fundamental maupun teknikal.

Koreksi teknis ini wajar terjadi setelah reli yang kuat, dan bukan berarti tren bullish emas telah berakhir. Namun, investor perlu tetap waspada terhadap potensi volatilitas, khususnya menjelang keputusan FOMC dan rilis data ekonomi penting dari Amerika Serikat.

 


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 11 September 2025

Bestprofit | Emas Melemah di Bawah $3.650

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-6.jpg

Bestprofit (12/9) – Harga emas (XAU/USD) melemah ke kisaran $3.630 per ons pada sesi awal perdagangan Asia, Jumat (12/9), setelah mencetak rekor tertinggi sebelumnya. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh aksi ambil untung dari investor serta penguatan moderat Dolar AS. Meskipun demikian, spekulasi pasar mengenai potensi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat memberikan harapan untuk pembalikan arah harga emas dalam waktu dekat.

Aksi Ambil Untung Tekan Harga Emas Setelah Rekor Tertinggi

Setelah mencatat rekor harga tertinggi, tidak mengherankan jika investor memilih untuk merealisasikan keuntungan mereka. Aksi ambil untung ini mendorong tekanan jual, yang menyebabkan koreksi harga emas menuju $3.630. Ini merupakan fenomena umum di pasar komoditas, di mana kenaikan harga yang tajam sering kali diikuti oleh retracement dalam jangka pendek.

Namun, koreksi ini dianggap sehat oleh banyak analis pasar, karena membuka peluang bagi pembeli baru untuk masuk pada harga yang lebih rendah. Dalam kondisi fundamental yang tetap mendukung, penurunan harga seperti ini sering kali bersifat sementara.

Dolar AS Menguat Moderat, Tambah Tekanan pada Emas

Selain aksi ambil untung, penguatan Dolar AS juga turut menekan harga emas. Sebagai komoditas yang dihargai dalam dolar, kenaikan nilai tukar USD cenderung membuat emas menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri, sehingga menekan permintaan global.

Meskipun penguatan USD belum signifikan, pergerakan ini cukup untuk memicu tekanan tambahan pada harga emas, terutama di tengah ketidakpastian arah kebijakan moneter The Fed.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed Jadi Penahan Penurunan

Di sisi lain, meningkatnya spekulasi bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga menjadi faktor kunci yang dapat membatasi pelemahan harga emas. Penurunan suku bunga cenderung menurunkan imbal hasil obligasi, yang secara historis memberikan dorongan bagi aset non-yielding seperti emas.

Data terbaru yang mendukung prospek pelonggaran kebijakan moneter termasuk penurunan tak terduga dalam Indeks Harga Produsen (PPI) AS, serta tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja. Kombinasi kedua indikator ini memperkuat ekspektasi bahwa ekonomi AS mulai kehilangan momentum, yang membuka ruang bagi pemangkasan suku bunga.

Tiga Kali Pemangkasan Suku Bunga? Proyeksi Barclays Memicu Antisipasi

Analis dari Barclays memproyeksikan bahwa The Fed akan melakukan tiga kali pemangkasan suku bunga sebesar masing-masing 25 basis poin, dimulai dari pertemuan FOMC pada September, kemudian Oktober, dan terakhir Desember. Jika skenario ini terjadi, maka total pemangkasan suku bunga hingga akhir tahun bisa mencapai 75 basis poin.

Penurunan suku bunga sebesar ini akan menurunkan biaya peluang untuk memegang emas, menjadikannya lebih menarik dibandingkan aset berbunga rendah seperti obligasi pemerintah. Proyeksi Barclays juga mencerminkan perubahan besar dalam pandangan terhadap kebijakan moneter AS, dari sikap hawkish pada awal tahun menjadi lebih dovish menjelang akhir 2025.

Data Inflasi dan Sentimen Konsumen Jadi Katalis Selanjutnya

Investor kini menantikan data penting berikutnya yang akan dirilis Jumat malam waktu AS, yaitu Indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan. Data ini akan memberikan gambaran mengenai pandangan masyarakat terhadap kondisi ekonomi, inflasi, dan pasar tenaga kerja.

Data ini penting karena dapat memberikan petunjuk tambahan bagi The Fed dalam menentukan arah kebijakan moneternya. Sentimen konsumen yang melemah dapat menjadi indikasi lanjutan bahwa tekanan ekonomi semakin meningkat, dan pelonggaran kebijakan mungkin diperlukan lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Risiko Geopolitik Dukung Permintaan Emas Sebagai Safe Haven

Di luar faktor-faktor ekonomi, risiko geopolitik global juga terus menopang permintaan terhadap emas. Sebagai aset safe haven, emas cenderung diburu investor saat ketidakpastian global meningkat. Dua hotspot geopolitik utama saat ini adalah Eropa Timur dan Timur Tengah.

Ketegangan antara Rusia dan NATO kembali meningkat setelah Polandia dilaporkan menembak jatuh drone milik Rusia yang masuk ke wilayah udaranya. Insiden ini terjadi di tengah konflik yang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina, dan dapat memicu eskalasi lebih lanjut yang berdampak pada pasar global.

Sementara itu, situasi di Timur Tengah juga kembali memanas setelah Israel melancarkan serangan udara ke ibu kota Qatar, Doha, dengan target pimpinan senior Hamas. Serangan ini dipandang sebagai bentuk ekspansi konflik dari Gaza ke kawasan Teluk, yang selama ini relatif lebih stabil. Ketegangan ini meningkatkan kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas, yang pada akhirnya bisa mendorong investor untuk mencari perlindungan di aset seperti emas.

Prospek Harga Emas Jangka Pendek dan Menengah

Meskipun saat ini harga emas terkoreksi dari level tertingginya, prospek jangka pendek hingga menengah tetap positif, terutama jika The Fed benar-benar mulai melonggarkan kebijakannya. Jika suku bunga AS mulai diturunkan, maka tekanan dari USD dan imbal hasil obligasi akan berkurang, memberikan ruang bagi harga emas untuk naik kembali.

Selain itu, faktor musiman seperti permintaan emas fisik dari India menjelang musim pernikahan dan festival juga dapat memberikan dukungan tambahan pada kuartal keempat tahun ini.

Para analis memperkirakan bahwa selama harga emas mampu bertahan di atas zona support teknikal penting di sekitar $3.600, maka peluang untuk kembali ke tren naik tetap terbuka. Jika momentum fundamental dan teknikal bertepatan, bukan tidak mungkin emas akan kembali menguji level tertingginya, bahkan mencetak rekor baru.

Kesimpulan: Kombinasi Faktor Fundamental Tetap Dukung Emas

Penurunan harga emas menuju $3.630 pada sesi Asia awal Jumat mencerminkan koreksi teknikal yang wajar setelah kenaikan tajam. Aksi ambil untung dan penguatan moderat Dolar AS menjadi penekan utama dalam jangka pendek. Namun, dukungan fundamental seperti potensi pemangkasan suku bunga The Fed, inflasi yang menurun, pelemahan pasar tenaga kerja, serta ketegangan geopolitik global, menjadi penyeimbang yang kuat bagi emas.

Investor akan sangat mencermati data ekonomi mendatang, termasuk sentimen konsumen dan laporan inflasi selanjutnya. Jika data-data ini mengonfirmasi perlambatan ekonomi AS, maka kemungkinan besar emas akan kembali menguat, didorong oleh ekspektasi pelonggaran moneter yang lebih agresif.

Dengan demikian, meskipun harga saat ini terkoreksi, prospek jangka menengah hingga akhir tahun 2025 masih positif bagi emas. Emas tetap menjadi instrumen lindung nilai yang solid, baik terhadap inflasi maupun gejolak geopolitik global.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 10 September 2025

Bestprofit | Safe Haven Dilirik, Emas kembali Naik

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-2.jpg

Bestprofit (11/9) – Harga emas melonjak pada hari Rabu, naik lebih dari 0,60%, didorong oleh data inflasi AS yang memperkuat ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) dalam waktu dekat. Ketegangan geopolitik yang meningkat di berbagai belahan dunia juga turut menjadi pendorong utama bagi investor untuk kembali melirik emas sebagai aset safe haven.

Lonjakan Harga Emas dan Faktor Pendorongnya

Pada saat penulisan artikel ini, harga emas (XAU/USD) tercatat diperdagangkan di level $3.646 per troy ounce, hanya sedikit di bawah rekor tertingginya di $3.674. Kenaikan ini mencerminkan peningkatan minat investor terhadap aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global.

Peningkatan harga emas sebesar 0,60% ini terutama didorong oleh tiga faktor utama:

  1. Spekulasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed

  2. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah

  3. Insiden pesawat nirawak Rusia yang memasuki wilayah udara Polandia

Data Inflasi AS Memicu Harapan Pelonggaran Moneter

Indeks Harga Produsen (IHPB atau PPI) AS untuk bulan Agustus menunjukkan penurunan inflasi, yang mendukung pandangan bahwa tekanan harga sedang mereda. IHPB utama turun dari 3,1% menjadi 2,6% secara tahunan (YoY), sementara IHPB inti turun dari 3,4% menjadi 2,8% YoY.

Angka ini memperkuat narasi bahwa The Fed bisa melonggarkan kebijakan moneternya dalam waktu dekat, mungkin secepat pertemuan bulan September mendatang. Sentimen pasar saat ini mencatat 90% kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, menurut data dari Prime Market Terminal. Peluang untuk pemangkasan yang lebih agresif, yakni 50 basis poin, hanya sekitar 10%.

Revisi Data Penggajian Memperkuat Spekulasi

Selain data inflasi, revisi signifikan terhadap data penggajian AS turut memperkuat ekspektasi akan adanya pelonggaran moneter. Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) merevisi turun angka penggajian tahunannya menjadi -911 ribu untuk Maret 2025, jauh lebih buruk dari estimasi sebelumnya sebesar -682 ribu.

Revisi ini menjadi sinyal tambahan bahwa pasar tenaga kerja AS mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan, membuka jalan bagi The Fed untuk lebih mudah memangkas suku bunga tanpa risiko memperburuk inflasi.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Tensi Geopolitik: Timur Tengah dan Rusia-Polandia

Geopolitik kembali menjadi katalis kuat bagi pergerakan harga emas. Dua insiden besar terjadi secara berdekatan:

  1. Serangan udara Israel terhadap pemimpin Hamas di Qatar menambah ketegangan di kawasan Timur Tengah, dan merusak inisiatif perdamaian AS di wilayah tersebut.

  2. Pelanggaran wilayah udara Polandia oleh pesawat nirawak Rusia dalam konteks serangan ke Ukraina memperburuk hubungan antara Rusia dan NATO. Polandia menanggapi pelanggaran ini sebagai “tindakan agresi yang disengaja,” meningkatkan risiko eskalasi konflik regional.

Situasi ini memicu lonjakan permintaan terhadap emas, yang secara historis menjadi tempat berlindung utama dalam masa-masa ketidakpastian global.

Pasar Obligasi dan Dolar AS: Tanda-Tanda Dovish

Pasar obligasi AS juga memberikan sinyal dovish. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun tercatat turun 4 basis poin menjadi 4,045%, sementara imbal hasil riil (disesuaikan dengan inflasi) juga turun menjadi 1,685%. Penurunan imbal hasil ini menandakan bahwa investor bersiap menghadapi suku bunga yang lebih rendah ke depan.

Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) stagnan di level 97,75, mencerminkan ketidakpastian pasar terkait arah kebijakan moneter The Fed dalam jangka pendek.

Bank Sentral Tiongkok Terus Menyerap Emas

Dalam perkembangan global lainnya, data resmi Tiongkok menunjukkan bahwa Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) telah memperpanjang rekor pembelian emas selama 10 bulan berturut-turut hingga Agustus. Pembelian ini mencerminkan strategi diversifikasi cadangan devisa dan kemungkinan kekhawatiran terhadap ketidakstabilan dolar AS sebagai aset cadangan utama.

Langkah PBoC ini menjadi sinyal tambahan bahwa permintaan global terhadap emas masih sangat kuat, tidak hanya dari investor ritel, tetapi juga dari institusi dan bank sentral besar.

Data Inflasi Konsumen Jadi Penentu Berikutnya

Investor kini mengalihkan perhatian mereka ke rilis Indeks Harga Konsumen (IHK/CPI) AS yang dijadwalkan pada hari Kamis. Konsensus pasar memperkirakan IHK utama akan naik dari 2,7% menjadi 2,9% YoY, sedangkan IHK inti diprediksi tetap stabil di level 3,1% YoY.

Hasil dari rilis ini akan menjadi penentu utama arah kebijakan The Fed. Jika inflasi tetap rendah atau menurun, maka peluang untuk pemangkasan suku bunga akan semakin besar, dan harga emas bisa melanjutkan tren naiknya.

Penutupan: Harga Emas Bisa Mencetak Rekor Baru?

Dengan kondisi saat ini, ada kemungkinan besar harga emas akan menguji kembali — atau bahkan melampaui — rekor tertingginya di $3.674. Kombinasi antara pelemahan data ekonomi AS, ketidakpastian geopolitik, dan permintaan kuat dari bank sentral dunia menciptakan lingkungan yang sangat kondusif bagi reli emas.

Namun, investor juga perlu berhati-hati terhadap potensi koreksi jangka pendek, terutama jika data IHK AS di atas ekspektasi, yang dapat menahan langkah The Fed untuk menurunkan suku bunga secepat yang diharapkan pasar.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 9 September 2025

Bestprofit | Emas Tembus Rekor, The Fed Jadi Sorotan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (10/9) – harga emas kembali mencetak rekor baru di tengah meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera memulai siklus pemangkasan suku bunga. Lonjakan harga logam mulia ini mencerminkan kekhawatiran pasar akan perlambatan ekonomi serta pencarian investor terhadap aset yang aman (safe haven).

Harga Emas Terus Melonjak

Pada perdagangan hari Selasa (9/9), kontrak berjangka emas naik sebesar 0,2% menjadi $3.683,70 per ons, setelah sebelumnya sempat menembus level psikologis penting di atas $3.700 per ons. Di sisi lain, harga emas spot naik 0,3% ke level $3.645,73 per ons, dengan titik tertingginya hari itu mencapai $3.674,09 per ons.

Ini menandai tiga sesi perdagangan berturut-turut di mana harga emas menunjukkan tren penguatan. Dalam catatannya, lembaga riset keuangan ING menyebutkan bahwa tren ini didorong oleh meningkatnya taruhan pasar terhadap gelombang pemangkasan suku bunga oleh The Fed.

“Dalam tiga sesi perdagangan terakhir, harga emas terus menguat, ditopang meningkatnya taruhan pada gelombang pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini,” tulis ING.

https://best-profit-futures-malang.com/bestprofit-rate-cut/

Kinerja Emas Sepanjang Tahun

Kenaikan harga emas bukan hanya fenomena sesaat. Sejak awal tahun 2025, harga emas telah melonjak sekitar 40%, menurut laporan dari ING. Lonjakan ini menjadi salah satu performa terbaik emas dalam satu tahun terakhir, dan bahkan melebihi kinerja banyak aset lain seperti saham teknologi dan obligasi pemerintah.

Kenaikan ini juga menunjukkan bahwa emas masih menjadi pilihan utama investor global ketika ketidakpastian ekonomi meningkat, inflasi tak kunjung reda, dan bank sentral mulai mengubah kebijakan moneter mereka.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Hubungan Emas dan Suku Bunga

Emas dikenal memiliki hubungan terbalik dengan suku bunga. Ketika suku bunga tinggi, aset berbunga seperti obligasi menjadi lebih menarik karena memberikan imbal hasil yang lebih tinggi, sementara emas yang tidak menghasilkan bunga menjadi kurang kompetitif.

Namun sebaliknya, ketika suku bunga rendah atau dipangkas, daya tarik emas meningkat karena investor mencari tempat yang lebih aman untuk menyimpan nilai aset mereka. Dalam konteks saat ini, spekulasi mengenai kemungkinan The Fed mulai menurunkan suku bunga telah memicu lonjakan permintaan terhadap emas.

Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga oleh The Fed

The Fed selama dua tahun terakhir telah melakukan serangkaian kenaikan suku bunga agresif guna menekan laju inflasi yang sempat mencapai level tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Namun kini, tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi AS serta melambatnya laju inflasi membuat para pelaku pasar memperkirakan bahwa bank sentral AS akan mulai melonggarkan kebijakan moneternya.

Beberapa data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat, seperti menurunnya angka inflasi inti, melemahnya pasar tenaga kerja, dan penurunan sektor manufaktur, semakin memperkuat ekspektasi tersebut.

Pasar uang kini memperkirakan kemungkinan sebesar 70% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan berikutnya, menurut data dari CME FedWatch Tool.

Emas sebagai Safe Haven di Tengah Ketidakpastian

Ketidakpastian geopolitik yang masih tinggi, termasuk ketegangan di Timur Tengah dan meningkatnya risiko perlambatan ekonomi global, juga mendorong investor untuk beralih ke aset safe haven seperti emas.

Emas telah lama dianggap sebagai pelindung nilai terhadap inflasi dan pelemahan mata uang. Dalam situasi ketika nilai dolar AS mulai tergerus dan volatilitas pasar meningkat, emas menjadi tempat berlindung yang relatif stabil.

Analis memperkirakan bahwa tren penguatan harga emas bisa berlanjut jika ketidakpastian global terus meningkat dan The Fed benar-benar mulai melonggarkan kebijakan moneternya.

Dampak Terhadap Pasar dan Investor

Kenaikan harga emas tentu memiliki dampak luas terhadap pasar dan portofolio investor. Bagi mereka yang memiliki eksposur terhadap logam mulia ini—baik melalui pembelian emas fisik, ETF berbasis emas, atau saham perusahaan tambang emas—kenaikan harga menjadi keuntungan signifikan.

Namun, bagi industri yang bergantung pada emas sebagai bahan baku, seperti sektor perhiasan atau elektronik, harga tinggi dapat menekan margin keuntungan dan meningkatkan biaya produksi.

Selain itu, para investor institusi juga mulai menyeimbangkan kembali portofolio mereka dengan menambah porsi pada aset yang lebih aman seperti emas, mengurangi eksposur terhadap saham-saham berisiko tinggi.

Proyeksi Harga Emas ke Depan

Analis dari beberapa lembaga keuangan terkemuka memperkirakan bahwa harga emas masih punya ruang untuk naik lebih tinggi lagi jika tren dovish dari The Fed berlanjut. Jika suku bunga benar-benar dipangkas beberapa kali sepanjang akhir 2025 dan awal 2026, tidak tertutup kemungkinan harga emas bisa menembus level $3.800 hingga $4.000 per ons.

Namun demikian, beberapa analis juga mengingatkan bahwa volatilitas bisa tetap tinggi. Jika The Fed berubah haluan dan kembali hawkish karena tekanan inflasi, maka harga emas bisa terkoreksi kembali.

Kesimpulan: Apakah Ini Waktu yang Tepat untuk Berinvestasi Emas?

Lonjakan harga emas ke rekor tertinggi menunjukkan bahwa logam mulia ini kembali menjadi primadona di tengah ketidakpastian global dan ekspektasi perubahan kebijakan moneter AS. Dengan prospek suku bunga yang lebih rendah, daya tarik emas sebagai aset safe haven kian menguat.

Namun bagi investor, penting untuk tidak hanya terpaku pada euforia pasar. Setiap keputusan investasi harus mempertimbangkan risiko, tujuan keuangan, dan diversifikasi aset. Meski emas tengah bersinar, tidak ada jaminan bahwa tren ini akan bertahan tanpa fluktuasi.

Jika Anda termasuk investor jangka panjang yang mencari perlindungan nilai terhadap inflasi atau ketidakstabilan ekonomi, maka emas tetap menjadi pilihan strategis. Namun jika Anda mengejar keuntungan jangka pendek, maka perlu berhati-hati terhadap potensi koreksi tajam akibat perubahan sentimen pasar.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Monday, 8 September 2025

Bestprofit | Rate Cut The Fed, Emas Bersinar

 

https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg 

Bestprofit (9/9) – Harga emas bertahan dekat level tertingginya sepanjang sejarah pada Senin (9/9), didorong oleh meningkatnya spekulasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga hingga tiga kali tahun ini. Reli emas yang sudah berlangsung selama tiga tahun tampaknya belum akan berakhir, ditopang oleh berbagai faktor ekonomi dan geopolitik global.

Lonjakan Harga Emas: Hanya $10 dari Rekor Puncak

Pada awal perdagangan Asia hari Selasa, harga emas spot tercatat di $3.635,07 per ons, hanya sekitar $10 di bawah level puncaknya yaitu $3.646,46 per ons. Kenaikan ini mencerminkan lonjakan sebesar 2,5% hanya dalam dua sesi terakhir, menandai momentum kuat bagi logam mulia ini.

Lonjakan harga tersebut terjadi setelah data tenaga kerja AS yang dirilis Jumat lalu menunjukkan pelemahan yang cukup signifikan, memicu ekspektasi bahwa The Fed akan melakukan tiga kali pemangkasan suku bunga tahun ini, termasuk satu pemangkasan sebesar 25 basis poin yang diperkirakan akan diumumkan dalam pertemuan pekan depan.

Emas dan Suku Bunga: Hubungan yang Erat

Salah satu alasan utama mengapa harga emas melonjak saat ekspektasi pemangkasan suku bunga meningkat adalah karena emas tidak memberikan bunga atau imbal hasil tetap. Oleh karena itu, ketika suku bunga acuan turun, daya tarik emas sebagai aset investasi meningkat, karena opportunity cost dari memegang emas menjadi lebih rendah.

Emas juga sering dianggap sebagai pelindung nilai terhadap inflasi dan gejolak ekonomi, yang membuatnya menjadi aset favorit di tengah ketidakpastian pasar dan kebijakan moneter yang longgar.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Data Ekonomi Jadi Penentu Arah Selanjutnya

Keberlanjutan reli harga emas dalam jangka pendek akan sangat dipengaruhi oleh sejumlah data ekonomi penting yang akan dirilis dalam pekan ini. Di antaranya adalah:

  • Revisi data tenaga kerja AS yang dijadwalkan keluar pada Selasa

  • Data inflasi produsen (PPI) yang akan dirilis pada Rabu

  • Data inflasi konsumen (CPI) yang menjadi sorotan utama pada Kamis

Selain itu, pelaku pasar juga akan mencermati hasil lelang obligasi jangka pendek dan panjang AS, yang bisa memberikan sinyal tambahan mengenai persepsi risiko dan arah kebijakan moneter.

Kenaikan 40% Sepanjang Tahun: Apa Pendorongnya?

Hingga awal September 2025, harga emas telah mencatat kenaikan hampir 40% sejak awal tahun, menjadikannya salah satu aset dengan kinerja terbaik di pasar global. Beberapa faktor yang menjadi pendorong utama reli ini antara lain:

  1. Pembelian besar-besaran oleh bank sentral, terutama dari negara-negara berkembang seperti China dan India.

  2. Spekulasi kuat terhadap pelonggaran moneter global, bukan hanya dari The Fed, tetapi juga bank sentral lainnya.

  3. Permintaan terhadap aset safe haven di tengah ketegangan geopolitik, termasuk konflik di Timur Tengah dan ketidakpastian seputar kebijakan tarif AS.

  4. Ketidakpastian politik dan ekonomi AS, termasuk meningkatnya kritik Presiden Donald Trump terhadap independensi The Fed.

Campur Tangan Politik dan Ketidakpastian AS

Komentar-komentar Presiden Donald Trump yang secara terbuka mengkritik kebijakan suku bunga Federal Reserve menambah ketidakpastian di pasar keuangan. Banyak investor melihat intervensi semacam ini sebagai ancaman terhadap independensi bank sentral, yang selama ini menjadi pilar utama stabilitas moneter.

Ketidakpastian politik ini membuat investor global semakin cenderung memindahkan aset mereka ke instrumen yang lebih aman seperti emas, terutama ketika pasar obligasi menjadi semakin volatile akibat tekanan politik.

Potensi Kenaikan Lebih Lanjut: Menuju $5.000?

Menurut laporan Goldman Sachs, harga emas berpotensi mencapai level $5.000 per ons dalam jangka menengah hingga panjang. Proyeksi ini berdasarkan pada asumsi bahwa sebagian kecil dana dari pasar obligasi global akan dialihkan ke pasar emas.

Dengan total pasar obligasi global yang bernilai triliunan dolar, bahkan pergeseran modal sebesar 1–2% saja ke emas bisa menciptakan lonjakan permintaan yang besar, yang secara signifikan dapat mendorong harga lebih tinggi.

ETF Emas dan Dukungan Pasar Institusional

Minat investor terhadap produk keuangan berbasis emas seperti Exchange-Traded Funds (ETF) juga meningkat pesat. Pada hari Senin, ETF emas mencatat arus masuk tertinggi dalam hampir tiga bulan terakhir, menandakan kembalinya minat institusional terhadap logam mulia ini.

Meski demikian, total kepemilikan ETF emas saat ini masih lebih rendah dibandingkan puncaknya saat pandemi Covid-19 dan masa awal invasi Rusia ke Ukraina. Artinya, masih ada ruang besar bagi kenaikan lebih lanjut, jika tren akumulasi ETF kembali ke tingkat tertingginya.

Dolar Stabil, Logam Lain Bergerak Variatif

Pada saat harga emas spot stabil di $3.635,07 per ons, Indeks Dolar Bloomberg tercatat datar, menunjukkan tidak adanya penguatan signifikan pada dolar AS. Stabilnya dolar memberikan dukungan tambahan bagi emas karena membuatnya lebih murah bagi pemegang mata uang lain.

Sementara itu, logam mulia lainnya menunjukkan pergerakan bervariasi:

  • Perak melemah tipis

  • Paladium dan platinum justru menguat, mengikuti tren emas sebagai alternatif investasi di tengah ketidakpastian ekonomi global

Kesimpulan: Apakah Ini Awal dari Super Cycle Baru?

Harga emas yang mendekati rekor tertinggi menunjukkan bahwa pasar global semakin bersandar pada logam mulia sebagai bentuk perlindungan terhadap ketidakpastian ekonomi dan politik. Dengan kombinasi faktor-faktor seperti:

  • Potensi pelonggaran kebijakan moneter

  • Meningkatnya permintaan dari bank sentral

  • Ketegangan geopolitik global

  • Ketidakpastian politik dalam negeri AS

…maka wajar jika para analis memperkirakan bahwa kita sedang memasuki fase baru dari super cycle emas.

Namun demikian, arah selanjutnya tetap akan sangat bergantung pada data ekonomi AS dalam beberapa hari ke depan, serta sikap Federal Reserve dalam pertemuan mendatang. Jika ekspektasi pemangkasan suku bunga benar-benar terealisasi, maka emas bisa saja menembus rekor baru dan menuju level psikologis $4.000, bahkan $5.000 per ons dalam jangka menengah.

Penutup

Dalam dunia yang dipenuhi ketidakpastian, emas kembali membuktikan dirinya sebagai “safe haven” yang tidak pernah kehilangan daya tarik. Bagi investor, memahami dinamika pasar emas saat ini bukan hanya soal memantau grafik harga, tetapi juga membaca arah kebijakan global, gejolak geopolitik, dan psikologi pasar secara keseluruhan.

Dengan momentum yang sangat kuat saat ini, emas tampaknya masih punya ruang untuk terus bersinar.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

 

Sunday, 7 September 2025

Bestprofit | Harga Emas Naik karena Fed

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (8/9) – Harga emas dunia kembali mengalami penguatan pada awal perdagangan di kawasan Asia. Laporan terbaru menunjukkan bahwa harga emas spot naik sebesar 0,2% menjadi $3.593,41 per ons. Kenaikan ini dipicu oleh beberapa faktor utama, termasuk laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat yang lebih lemah dari ekspektasi serta meningkatnya ketegangan politik terkait independensi The Federal Reserve (The Fed).

Laporan Ketenagakerjaan AS Melemah, Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Meningkat

Salah satu faktor utama yang mendorong penguatan harga emas kali ini adalah laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat yang menunjukkan hasil lebih buruk dari perkiraan pasar. Data ketenagakerjaan yang lemah sering kali dipandang sebagai tanda bahwa perekonomian melambat, sehingga mendorong bank sentral untuk mengambil langkah pelonggaran kebijakan moneter, seperti pemangkasan suku bunga.

Menurut catatan dari tim riset ANZ, pelemahan data ketenagakerjaan AS telah memperkuat ekspektasi bahwa The Fed kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga pada akhir bulan ini. Langkah ini biasanya diambil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan konsumsi dan investasi, serta menurunkan biaya pinjaman.

Dalam konteks ini, emas mendapat dorongan positif karena instrumen ini sering dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan inflasi. Ketika suku bunga turun, nilai dolar AS cenderung melemah, sehingga membuat emas – yang dihargai dalam dolar – menjadi lebih murah dan menarik bagi investor global.

Kekhawatiran Terhadap Independensi The Fed Dorong Permintaan Safe Haven

Selain faktor ekonomi, ada pula elemen politik yang turut mendukung penguatan harga emas. Tim riset ANZ juga mencatat bahwa permintaan investor terhadap emas meningkat seiring dengan kekhawatiran akan potensi hilangnya independensi The Fed.

Kekhawatiran ini muncul akibat campur tangan politik Presiden Donald Trump dalam proses penunjukan gubernur bank sentral. Trump diketahui beberapa kali secara terbuka mengkritik kebijakan suku bunga The Fed dan bahkan mencoba mendorong penunjukan figur-figur yang lebih selaras dengan pandangannya.

Meskipun The Fed secara teknis merupakan lembaga independen, meningkatnya tekanan politik dari pihak eksekutif memunculkan ketidakpastian di kalangan pelaku pasar. Ketika pasar mencium potensi intervensi politik terhadap lembaga keuangan utama seperti The Fed, kepercayaan terhadap kebijakan moneter yang stabil bisa terganggu. Hal ini menyebabkan investor beralih ke aset-aset yang dianggap lebih aman seperti emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Emas sebagai Aset Safe Haven di Tengah Ketidakpastian Global

Kenaikan harga emas dalam konteks saat ini menegaskan kembali peran logam mulia tersebut sebagai safe haven atau aset perlindungan nilai di tengah gejolak ekonomi dan politik global. Dalam beberapa dekade terakhir, emas selalu menunjukkan kinerja positif ketika dunia dihadapkan pada krisis ekonomi, ketegangan geopolitik, atau ketidakpastian pasar.

Kondisi pasar yang tidak stabil, baik akibat pelemahan ekonomi maupun ketidakpastian arah kebijakan moneter, membuat banyak investor mengurangi eksposur mereka terhadap aset-aset berisiko tinggi seperti saham, dan beralih ke aset yang dinilai lebih aman. Emas, sebagai komoditas yang langka dan tidak bergantung pada kebijakan negara manapun, menjadi pilihan utama dalam skenario seperti ini.

Khususnya dalam kasus kali ini, perpaduan antara data ekonomi yang melemah dan kekhawatiran atas campur tangan politik dalam kebijakan moneter menciptakan lingkungan yang sangat kondusif bagi penguatan harga emas.

Dampak terhadap Pasar Global dan Portofolio Investor

Kenaikan harga emas juga memiliki implikasi luas terhadap strategi investasi di berbagai belahan dunia. Investor institusional maupun individu mulai menyesuaikan portofolio mereka dengan menambah eksposur ke logam mulia.

Hal ini juga tercermin dalam meningkatnya arus masuk ke exchange-traded fund (ETF) emas dan pembelian fisik emas oleh bank sentral dari berbagai negara. Seiring dengan meningkatnya risiko sistemik di ekonomi global, banyak negara berkembang dan berkembang mulai memperkuat cadangan emas mereka sebagai bentuk diversifikasi dari ketergantungan terhadap dolar AS.

Sementara itu, perusahaan tambang emas juga melihat sentimen pasar yang lebih positif. Saham-saham perusahaan tambang utama dunia mengalami penguatan seiring dengan naiknya harga komoditas yang mereka hasilkan.

Prediksi Ke Depan: Apakah Tren Bullish Emas Akan Berlanjut?

Pertanyaan utama yang kini muncul adalah: apakah tren penguatan emas akan terus berlanjut? Jawaban atas pertanyaan ini bergantung pada beberapa faktor utama:

  1. Kebijakan The Fed ke depan
    Jika The Fed benar-benar memangkas suku bunga dalam beberapa pekan ke depan, maka harga emas berpotensi naik lebih tinggi. Investor akan mengantisipasi siklus pelonggaran moneter yang lebih panjang.

  2. Kondisi politik AS dan global
    Jika ketegangan politik, baik di AS maupun di panggung global, terus meningkat – misalnya melalui konflik dagang, pemilihan umum, atau ketegangan geopolitik – maka permintaan terhadap emas kemungkinan besar akan tetap tinggi.

  3. Data ekonomi lanjutan
    Laporan ekonomi selanjutnya, termasuk inflasi, pertumbuhan GDP, dan indeks manufaktur, akan menjadi indikator penting arah pergerakan emas. Data yang buruk akan mendukung tren bullish emas.

Namun demikian, beberapa analis juga memperingatkan bahwa harga emas telah mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa bulan terakhir, dan mungkin rawan terhadap koreksi jangka pendek jika ekspektasi pemangkasan suku bunga tidak terealisasi sesuai harapan.

Penutup

Kenaikan harga emas pada awal perdagangan Asia menjadi sinyal bahwa pasar global tengah menghadapi kombinasi tekanan ekonomi dan ketegangan politik. Data ketenagakerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan memperkuat peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed, yang memberi dorongan signifikan pada harga emas.

Sementara itu, kekhawatiran atas independensi The Fed, terutama karena campur tangan Presiden Trump, semakin meningkatkan permintaan terhadap aset aman. Dalam iklim ketidakpastian ini, emas kembali menunjukkan peran pentingnya sebagai pelindung nilai dan simbol kestabilan.

Para investor dan pelaku pasar perlu mencermati perkembangan data ekonomi dan kebijakan bank sentral dalam beberapa minggu ke depan untuk mengantisipasi arah pergerakan emas selanjutnya. Jika tren ini berlanjut, bukan tidak mungkin harga emas akan kembali mencetak rekor baru di kuartal mendatang.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 3 September 2025

Bestprofit | Emas Melonjak karena Spekulasi Fed Cut

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (4/9) – Harga emas terus melesat, mendekati rekor tertinggi, didorong oleh pelemahan data tenaga kerja AS dan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve. Ketidakpastian geopolitik dan kekhawatiran akan independensi bank sentral turut memperkuat daya tarik logam mulia ini sebagai aset lindung nilai.

Harga Emas Mendekati Rekor Tertinggi Sepanjang Masa

Harga emas dunia melanjutkan reli tujuh hari berturut-turut dan kini bertahan dekat rekor tertinggi sepanjang masa. Pada Kamis pagi waktu Asia, emas untuk pengiriman segera diperdagangkan di sekitar $3.556 per ons, hanya sedikit di bawah rekor sebelumnya di $3.578,51 yang tercapai sehari sebelumnya.

Lonjakan ini terjadi di tengah kekhawatiran yang meningkat akan kondisi ekonomi AS, terutama terkait pasar tenaga kerja yang melemah. Penurunan jumlah lowongan kerja ke level terendah dalam 10 bulan menjadi sinyal tambahan bahwa perekonomian mulai kehilangan tenaga, sehingga memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga secepatnya pada bulan ini.

Data Tenaga Kerja AS Dorong Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga

Data tenaga kerja AS menjadi katalis utama penguatan emas dalam beberapa pekan terakhir. Jumlah lowongan kerja yang terus menurun dan laporan payroll yang diperkirakan akan melemah selama empat bulan berturut-turut menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja mulai merasakan tekanan dari tingginya suku bunga dalam beberapa tahun terakhir.

Pelaku pasar kini memperkirakan hampir pasti bahwa Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan mendatang. Bahkan, sebagian besar ekonom memproyeksikan bahwa setidaknya dua kali pemangkasan tambahan akan terjadi pada 2025. Hal ini secara langsung berdampak positif terhadap emas, yang tidak memberikan imbal hasil (yield), sehingga menjadi lebih menarik dibandingkan obligasi pemerintah ketika suku bunga rendah.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Dolar dan Imbal Hasil Obligasi Turun, Dukung Harga Emas

Bersamaan dengan melemahnya data tenaga kerja, imbal hasil obligasi AS mengalami penurunan signifikan. Imbal hasil (yield) Treasury AS tenor 10 tahun — yang menjadi tolok ukur utama pasar — turun ke level terendah dalam beberapa bulan terakhir. Di sisi lain, indeks dolar AS yang stabil namun masih mengalami kenaikan 0,4% dalam sepekan, belum cukup kuat untuk menahan laju penguatan emas.

Karena emas dihargai dalam dolar AS, penurunan dolar dapat membuat harga emas menjadi lebih murah bagi investor yang menggunakan mata uang lain. Selain itu, dengan turunnya imbal hasil obligasi, daya tarik emas sebagai aset tanpa bunga menjadi meningkat secara relatif.

Kekhawatiran Terhadap Independensi The Fed Ikut Mendorong Permintaan Emas

Selain faktor makroekonomi, kekhawatiran politik juga ikut memperkuat permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Presiden Donald Trump secara terbuka mengkritik Federal Reserve dan bahkan menyatakan keinginannya untuk mengganti jajaran gubernur bank sentral dengan orang-orang yang lebih sejalan dengan pandangan ekonominya.

Trump juga tengah menantikan keputusan hukum apakah dirinya dapat secara sah memberhentikan Gubernur Fed Lisa Cook, dan jika ya, akan membuka jalan baginya untuk menunjuk pengganti yang cenderung dovish terhadap kebijakan moneter. Di sisi lain, pencalonan Stephen Miran – seorang penasihat ekonomi yang dekat dengan Trump – untuk posisi gubernur Fed juga dipercepat oleh Komite Perbankan Senat.

Situasi ini menambah ketidakpastian terhadap arah kebijakan moneter AS ke depan dan menimbulkan pertanyaan tentang independensi bank sentral. Investor yang khawatir terhadap potensi intervensi politik terhadap kebijakan moneter memilih untuk mengalihkan sebagian portofolionya ke emas dan perak sebagai aset pelindung nilai.

Komentar Dovish dari Pejabat The Fed Dorong Sentimen Pasar

Pernyataan Gubernur The Fed, Christopher Waller, pada Rabu menjadi pendorong tambahan untuk pasar logam mulia. Waller, yang dianggap sebagai kandidat kuat pengganti Jerome Powell tahun depan, menyatakan bahwa bank sentral sebaiknya mulai menurunkan suku bunga bulan ini dan melakukan beberapa pemangkasan tambahan dalam waktu dekat.

Komentar ini diterima pasar sebagai sinyal kuat bahwa langkah pelonggaran moneter memang tinggal menunggu waktu. Pasar emas pun langsung merespons dengan reli lebih lanjut.

Performa Emas dan Perak Jadi Sorotan

Sejauh tahun ini, emas telah mencatat kenaikan lebih dari sepertiga nilainya, menjadikannya salah satu komoditas berkinerja terbaik di pasar global. Namun, performa tersebut bahkan masih kalah dibandingkan perak, yang telah melonjak lebih dari 40% sepanjang tahun ini.

Harga perak menembus level $40 per ons pada awal pekan – tertinggi sejak 2011. Kenaikan harga perak tidak hanya didorong oleh permintaan investasi, tetapi juga oleh faktor fundamental di sisi permintaan industri, khususnya untuk teknologi energi bersih seperti panel surya.

Ketatnya Pasokan Perak dan Kenaikan Permintaan Industri

Menurut Silver Institute, pasar perak global diperkirakan akan mengalami defisit pasokan selama lima tahun berturut-turut. Permintaan dari sektor industri, terutama untuk kebutuhan energi terbarukan dan teknologi, terus meningkat, sementara pasokan tidak mampu mengimbangi laju tersebut.

Hal ini terlihat dari naiknya kepemilikan ETF berbasis perak selama tujuh bulan berturut-turut hingga Agustus. Kondisi ini telah menyusutkan stok logam perak yang tersedia di London dan menciptakan kondisi pasokan yang semakin ketat di pasar fisik.

Outlook: Emas dan Perak Masih Punya Ruang untuk Naik?

Melihat tren makroekonomi dan geopolitik saat ini, prospek jangka menengah untuk emas dan perak masih cukup positif. Dengan ekspektasi bahwa suku bunga akan mulai diturunkan dalam waktu dekat, permintaan terhadap aset non-yielding seperti emas kemungkinan akan tetap tinggi.

Selain itu, risiko politik di AS menjelang pemilu, ketegangan geopolitik global, dan ketidakpastian arah kebijakan moneter turut memperkuat argumen untuk tetap mempertahankan eksposur terhadap aset safe haven.

Kesimpulan

Kombinasi antara pelemahan ekonomi AS, ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter, ketegangan politik, serta ketatnya pasokan logam mulia telah menciptakan lingkungan yang sangat mendukung bagi reli harga emas dan perak. Meski volatilitas tetap ada, tren jangka menengah tampaknya masih condong ke arah bullish, dengan investor global terus melirik logam mulia sebagai perlindungan dari ketidakpastian yang terus berkembang.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 2 September 2025

Bestprofit | Emas Melemah, Fokus ke Data AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (3/9) – Rabu (3/9) pagi, harga emas dunia melemah tipis setelah sehari sebelumnya mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Meskipun penurunan yang terjadi relatif kecil, pergerakan ini menjadi cerminan dari meningkatnya kehati-hatian investor global terhadap arah kebijakan moneter Amerika Serikat. Ketidakpastian ini diperparah dengan dinamika politik di Washington serta ekspektasi pasar terhadap data ekonomi penting yang akan dirilis dalam waktu dekat.

Koreksi Tipis Setelah Rekor Baru

Pada sesi perdagangan pagi di pasar Asia, harga emas spot tercatat turun 0,1% menjadi US$3.529,40 per ons troy. Penurunan ini terjadi setelah harga emas mencapai rekor tertinggi baru pada perdagangan sebelumnya, seiring dengan lonjakan permintaan terhadap aset lindung nilai akibat ketidakpastian global.

Kendati mengalami koreksi, emas masih bertahan di dekat level tertingginya sepanjang masa. Hal ini menegaskan bahwa minat investor terhadap logam mulia tetap kuat, terutama sebagai pelindung nilai (hedge) terhadap risiko ekonomi dan politik.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketidakpastian Kebijakan The Fed

Salah satu faktor utama yang menjadi sorotan pasar adalah ketidakpastian mengenai arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed). Para analis dari ANZ Research mencatat bahwa investor mulai khawatir atas langkah-langkah pemerintah Amerika Serikat, terutama setelah administrasi Donald Trump mendorong perubahan susunan dewan gubernur The Fed.

Trump dikabarkan tengah mempertimbangkan calon-calon baru yang dinilai lebih sejalan dengan agenda ekonominya, termasuk dorongan terhadap suku bunga rendah dan kebijakan moneter yang lebih longgar. Langkah ini menimbulkan spekulasi di kalangan investor bahwa independensi bank sentral bisa terancam, yang pada akhirnya meningkatkan ketidakpastian pasar.

Fokus Tertuju pada Data Nonfarm Payrolls

Sentimen pasar saat ini juga sangat dipengaruhi oleh antisipasi terhadap rilis data tenaga kerja non-pertanian (nonfarm payrolls) AS untuk bulan Agustus, yang dijadwalkan akan diumumkan pada hari Jumat mendatang. Data ini dipandang sebagai indikator utama kondisi ekonomi AS dan menjadi bahan pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan The Fed terkait suku bunga.

Frank Walbaum, analis pasar dari Naga, menyebutkan bahwa jika data tenaga kerja menunjukkan pelemahan, maka emas bisa mendapatkan dorongan tambahan. “Aset tanpa imbal hasil seperti emas cenderung menguat ketika prospek kenaikan suku bunga melemah,” ujarnya.

Pasalnya, suku bunga yang lebih rendah menurunkan opportunity cost untuk memegang emas, sehingga meningkatkan daya tarik logam mulia tersebut di mata investor.

Emas Tetap Jadi Aset Favorit di Tengah Ketidakpastian

Meskipun harga emas mencatat koreksi tipis pagi ini, tren jangka menengah hingga panjang masih menunjukkan kecenderungan naik. Ini mencerminkan status emas sebagai aset safe haven utama ketika investor menghadapi ketidakpastian makroekonomi dan geopolitik.

Selama beberapa bulan terakhir, permintaan terhadap emas terus meningkat, baik dari investor institusional maupun individu. Faktor-faktor seperti perlambatan ekonomi global, ketegangan geopolitik, inflasi yang membandel, serta arah kebijakan moneter yang belum jelas telah mendorong banyak pelaku pasar untuk mengalihkan portofolio mereka ke emas.

Daya Tarik Emas di Era Suku Bunga Rendah

Dalam lingkungan suku bunga rendah atau bahkan negatif, emas semakin menarik karena tidak memiliki imbal hasil tetap seperti obligasi, namun juga tidak tergerus nilainya akibat inflasi. Hal ini menjadikan emas sebagai pilihan utama dalam strategi diversifikasi risiko.

Selain itu, banyak bank sentral di dunia juga meningkatkan cadangan emas mereka sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas nilai tukar dan perlindungan terhadap volatilitas pasar global. Tren ini turut menopang harga emas dalam jangka panjang.

Spekulasi Pasar Meningkat

Pasar saat ini berada dalam kondisi penuh spekulasi. Di satu sisi, investor menanti-nanti sinyal dari The Fed mengenai rencana kebijakan suku bunga ke depan, sementara di sisi lain, mereka juga harus memperhitungkan dinamika politik di AS yang bisa memengaruhi arah kebijakan tersebut.

Kemungkinan bahwa Trump akan menempatkan tokoh-tokoh yang mendukung suku bunga rendah dalam tubuh The Fed menjadi perhatian serius. Jika hal itu terjadi, bisa saja The Fed menjadi lebih dovish (cenderung melonggarkan kebijakan), yang artinya suku bunga akan lebih lama dipertahankan rendah. Ini tentu saja bisa menjadi sentimen positif untuk emas.

Proyeksi Harga Emas ke Depan

Sejumlah analis memperkirakan bahwa harga emas bisa terus naik dalam beberapa bulan ke depan, terutama jika data ekonomi AS melemah dan tekanan terhadap independensi The Fed meningkat. Faktor-faktor seperti ketegangan dagang, pemilu AS, dan gejolak pasar modal juga bisa mendorong permintaan terhadap logam mulia.

Namun, koreksi jangka pendek seperti yang terjadi pagi ini tetap mungkin terjadi. Hal ini merupakan bagian dari dinamika pasar normal di mana investor melakukan aksi ambil untung setelah lonjakan harga yang signifikan.

Kesimpulan: Emas Tetap Menarik, Meski Ada Koreksi

Penurunan harga emas pagi ini sebesar 0,1% menjadi US$3.529,40 per ons troy bukanlah tanda bahwa tren bullish emas telah berakhir. Sebaliknya, ini menunjukkan bahwa pasar masih mencermati berbagai faktor risiko sebelum melanjutkan aksi beli. Ketidakpastian arah kebijakan The Fed, dinamika politik AS, dan data ekonomi yang akan datang akan terus menjadi penggerak utama harga emas.

Dalam iklim global yang sarat dengan ketegangan dan ketidakpastian, emas tetap menjadi aset yang sangat relevan. Investor yang mencari perlindungan nilai dan diversifikasi risiko kemungkinan akan tetap mempertahankan eksposur mereka terhadap logam mulia ini.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures