Tuesday, 12 May 2015

Proyeksi Permintaan Meningkat, Harga Minyak Mentah Melambung

BESTPROFIT FUTURES MALANG (13/5) - Harga minyak mentah naik pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) setelah adanya perkiraan kenaikan permintaan akan minyak mentah yang dikeluarkan oleh dua lembaga.

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (13/5/2015), minyak mentah jenis Light untuk pengiriman Juni naik US$ 1,50 atau 2,5 persen menjadi US$ 60,75 per barel di New York Mercantile Exchange, Amerika Serikat (AS). Sedangkan minyak mentah jenis Brent, yang menjadi patokan harga global, menguat US$ 1,95 atau 3 persen menjadi US$ 66,86 per barel di ICE Futures Europe exchange.

Organisasi negara-negara pengekspor minyak atau Organization of The Petroleum Exporting Countries (OPEC) pada Selasa (12/5/2015) mengeluarkan proyeksi permintaan minyak mentah untuk tahun ini. Dalam proyeksi tersebut, OPEC memperkirakan bahwa permintaan minyak berada di level 92,5 juta barel per hari atau naik 50 ribu barel per hari jika dibanding dengan proyeksi yang dikeluarkan pada bulan April 2015 lalu.

Dalam laporan yang terpisah,  Departemen Energi Amerika Serikat atau The U.S. Energy Information Administration mengeluarkan data proyeksi bahwa pada 2015 ini permintaan global akan naik di kisaran 190 ribu barel per hari atau menjadi 93,28 juta barel per hari.

Alasan yang menjadi dasar dua lembaga tersebut menaikkan proyeksi permintaan minyak mentah adalah adanya prospek perbaikan ekonomi di Eropa didorong oleh rendahnya harga minyak yang rendah. Eropa memang sedang menghadapi krisis, namun karena harga minyak cukup rendah setidaknya selama enam bulan ini membuat biaya produksi turun sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

Harga minyak di Amerika dan dunia mendekati level tertingi pada tahun ini setelah sebelumnya turun sekitar 40 persen dari level tertinggi yang ditorehkan pada Juni 2014 lalu atau ketika harga masih berada di atas US$ 100 per barel.

Harga minyak telah jatuh pada akhir 2014 lalu karena pertumbuhan produksi yang cukup cepat dan penurunan permintaan. Tetapi pasar kembali pulih dalam beberapa minggu terakhir karena ekspektasi penurunan produksi di Amerika Serikat.

Dalam laporan Departemen Energi Amerika Serikat yang dikeluarkan pada Senin (11/5/2015) kemarin menunjukkan bahwa produksi minyak mentah dari tujuh wilayah turun 54 ribu barel per hari pada Mei 2015. Sedangkan pada Juni 2015 diperkirakan produksi juga akan turun 86 ribu barel per hari.

"Prediksi dari Departemen Energi Amerika tersebut tentu saja memberikan dukungan ke pasar untuk mengantisipasi penurunan produksi minyak mentah selama beberapa bulan ke depan pada saat yang bersamaan terjadi peningkatan permintaan akan minyak global," jelas Direktur Perusahaan konsultan Minyak Lipow Oil Associates, Andy Lipow.

Di awal 2015 ini, persediaan minyak mentah di Amerika sebenarnya terus berada di level tertinggi dalam 80 tahun terakhir. Namun angka persediaan tersebut jatuh untuk pertama kalinya pada pekan yang berakhir pada 1  Mei 2015 lalu. Penyebab jatuhnya persediaan minyak di AS tersebut karena kenaikan permintaan dan penurunan produksi.

Berbeda dari data yang dikeluarkan oleh Departemen Energi AS, analis yang disurvei oleh Wall Street Journal menyebutkan bahwa pasokan minyak mentah akan naik 100 ribu barel pada pekan lalu. Analis juga memperkirakan bahwa persediaan bahan bakar minyak anak naik 400 ribu barel pada minggu lalu.

Pada hari ini, Departemen Energi AS akan mengeluarkan data persediaan mingguan. The American Petroleum Institute, sebuah kelompok industri minyak, menyatakan bahwa pasokan minyak mentah telah turun 2 juta barel. (Gdn)


Sumber : Liputan6

Penurunan Imbal Hasil Obligasi Bikin Wall Street Tertekan

BESTPROFIT FUTURES MALANG (13/5) - Saham-saham di Amerika Serikat (AS) kembali melorot untuk hari kedua bergabung dengan penurunan yang terjadi di pasar saham global. Salah satu sentimen yang menjadi pendorong pelemahan Wall Street adalah penurunan imbal hasil di pasar obligasi.

Mengutip Bloomberg, Rabu (13/5/2015), Indeks Standard & Poor 500 turun 0,3 persen menjadi 2.090,08 pada pukul 04.00 sore waktu New York, Amerika Serikat. Apa yang terjadi di indeks patokan tersebut seirama dengan yang dialami oleh imbal hasil surat utang dengan jangka waktu 10 tahun yang mengalami penurunan dari level tertinggi sejak November tahun lalu.

"Bila Anda membeli saham saat indeks acuan berada di level tertinggi, Anda harus banyak-banyak berharap akan adanya berita baik daripada yang ada saat ini," jelas analis saham Miller Tabak & Co, Matt Maley. Menurutnya, satu atau dua sentimen positif masih sulit untuk mendorong Wall Street untuk bisa kembali ke puncak rekor tertinggi.

Penurunan Indeks Standard & Poor 500 didorong oleh turunnya saham-saham di sektor energi karena harga minyak mentah tak kunjung pulih. Sektor saham energi memang terus tertekan sejak Januari 2015 lalu setelah harga minyak berada di level terendah dalam sejarah.

Penurunan imbal hasil surat utang ternyata berpengaruh ke instrumen investasi lain seperti saham. Penurunan tersebut terjadi setelah adanya pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral Eropa.

Di pasar saham AS sendiri para investor masih menunggu kejelasan mengenai rencana kenaikan suku bunga acuan yang bakal dilakukan oleh The Fed. Sebagian besar pelaku pasar melihat bahwa kemungkinan besar Bank Sentral AS belum akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat ini.

Pasalnya, tanda-tanda pemulihan ekonomi belum nampak jelas yang terlihat dari data-data yang ada. Meskipun angka pengangguran telah berada di level terbaik sejak krisis yang terjadi pada 2008 lalu, namun angka lain seperti peningkatan gaji dan inflasi belum terlalu mendukung.

Pada perdagangan kemarin, Wall Street juga melemah. Pelemahan indeks saham acuan di bursa saham AS didorong kekhawatiran investor terhadap Yunani. Investor pesimistis terhadap pertemuan menteri Keuangan Eropa yang membahas kesepakatan reformasi untuk Yunani soal pembayaran utangnya. Yunani membayar utang sekitar 750 juta euro atau sekitar US$ 836 juta kepada Dana Moneter Internasional (IMF).

Selain sentimen Yunani, investor juga fokus melihat perkembangan kondisi ekonomi China. Bank sentral China telah memangkas suku bunga ketiga kalinya dalam enam bulan yang diharapkan dorong pertumbuhan ekonomi. (Gdn)


Sumber : Liputan6

Emas Melonjak Tajam Dalam Sepekan Terakhir

BESTPROFIT FUTURES MALANG (13/5) - Emas berjangka naik tajam dalam sepekan terakhir pasca penurunan dolar dan reli minyak mentah dunia sehingga mendorong daya tarik emas sebagai penyimpan nilai.
Greenback melanjutkan penurunannya setelah penurunan pada April yang menghentikan reli sembilan bulan terhadap sekumpulan 10 mata uang, sementara minyak telah melonjak lebih dari 40% dari level terendah di 2015. Emas secara historis telah menjadi sebagai aset alternatif terhadap dolar dan sebagai nilai lindung terhadap meningkatnya biaya konsumen.
Emas berjangka untuk pengiriman Juni naik 0,8% untuk menetap di level $ 1,192.40 per ons pada 1:50 di Comex New York, yang merupakan kenaikan terbesar sejak 4 Mei.
Perak untuk pengiriman Juli naik 1,3% menjadi $ 16,526 per ons. Sebelumnya, harga menyentuh level $ 16,12, yang terendah untuk kontrak teraktif sejak 1 Mei.
Platinum berjangka untuk pengiriman Juli naik 0,5% menjadi $ 1.133 per ons di New York Mercantile Exchange. Palladium berjangka untuk pengiriman Juni naik 0,6% menjadi $ 785,15 per ons.(yds)
Sumber: Bloomberg

Bursa Saham AS Di tutup Turun 0.3%

BESTPROFIT FUTURES MALANG (13/5) - Saham-saham AS melemah untuk hari kedua, bergabung dengan pelemahan di bursa saham global setelah kekalahan di pasar fix-income menyebar ke ekuitas.
Indeks Standard & Poor 500 turun 0,3% ke level 2,099.08 pada pukul 4 sore di New York. Indeks tersebut menghapus penurunan sebesar 0,9% setelah imbal hasil Treasuri dengan tenor 10-tahun melemah dari level tertinggi sejak November tahun lalu. Indeks acuan mengakhiri perdagangan hari Jumat, pekan lalu, berada dua poin dari rekor sebelum memulai minggu ini dengan penurunan.
Indeks S&P 500 mempertahankan penurunannya setelah Treasuri berbalik, dan saham energi menguat dengan harga minyak mentah setelah kelompok saham energi pada hari Senin mengalami penurunan terbesar sejak Januari yang lalu.(frk)
Sumber: Bloomberg

INTERNAL BRANDING SFSF OKTOBER 2010














Outbond Selorejo Januari 2010















Monday, 11 May 2015

Produksi AS Pulih Picu Harga Minyak Melemah

BESTPROFIT FUTURES MALANG (12/5) - Harga minyak dunia melemah pada awal pekan didorong pasokan minyak Amerika Serikat (AS) bertambah.

Harga minyak mentah acuan Amerika Serikat (AS) melemah 14 sen menjadi US$ 59,25 per barel. Sedangkan harga minyak mentah jenis Brent turun 48 sen menjadi US$ 64,91.

Pada pekan lalu, harga minyak mentah AS naik secara mingguan sedangkan Brent menurun setelah empat minggu menguat. Hal itu menandakan kalau pasar merespons dari kenaikan harga minyak terutama dipicu dari pasokan minyak AS bertambah.

Namun, lembaga administrasi informasi energi AS mengharapkan produksi minyak yang cepat dapat turun 71 ribu barel per hari menjadi 4,97 juta barel per hari pada Juni 2015.

"Sentimen ada bervariasi sebagai tanda pelaku pasar mencari tahu situasi lebih jelas terhadap permintaan dan persediaan minyak," ujar Gene McGillian, Analis Senior Tradition Energy, mengutip dari laman Reuters, Selasa (12/5/2015).

Selain pasokan minyak, dolar menguat terhadap sejumlah mata uang utama juga menekan harga minyak. Akan tetapi, dampak penurunan suku bunga oleh bank sentral China diharapkan dapat membantu kenaikan harga minyak dunia. China diharapkan dapat menyerap sebagian persediaan minyak yang berlebih.

Meski demikian, analis Morgan Stanley mengatakan, kenaikan pasokan dipicu dari aktivitas produksi minyak di AS dan OPEC masih membebani prospek harga minyak. Bahkan kekhawatiran terhadap tekanan harga minyak terus berlanjut hingga semester II 2015 dan 2016.

Adapun sentimen lainnya yang akan mempengaruhi harga minyak yaitu fokus perhatian investor terhadap rilis data bulanan dari Badan Energi Internasional pada Rabu pekan ini. Investor ingin mengetahui apakah penurunan harga minyak telah meningkatkan permintaan global. (Ahm/)


Sumber : Liputan6

Kebuntuan Kesepakatan Yunani Tekan Euro Pada Hari Ke-3

BESTPROFIT FUTURES MALANG (12/5) - Euro turun pada hari ketiga pada spekulasi rapat menteri keuangan Eropa di Brussels yang mengalami kebuntuan kesepakatan untuk melakukan bailout Yunani dan menjaga mata uang bersama (euro).
Euro turun 0,4% menjadi $ 1,1155 pada 5:00 sore di New York, setelah menyentuh level $ 1,1392 pada 7 Mei, yang merupakan level tertinggi sejak 23 Februari lalu.
Sementara yen menguat terhadap sebagian besar dari 16 mata uang rekanan seiring permintaan haven karena saham AS dan minyak mentah AS turun. Mata uang Jepang naik 0,2% menjadi 133,96 per euro, dan turun 0,3% menjadi 120,11 per dolar AS.(yds)
Sumber: Bloomberg

Emas Berjangka Jatuh Ditengah Tanda-tanda Meredanya Ketegangan Bailout Yunani

BESTPROFIT FUTURES MALANG (12/5) - Emas turun untuk ketiga kalinya dalam empat sesi terakhir, hal tersebut dikarenakan tanda-tanda meredanya ketegangan antara Yunani dan kreditor sehingga mengurangi permintaan untuk emas sebagai aset heaven.

Sementara menteri keuangan zona euro menyambut keberhasilan Yunani pada rapat persyaratan mengenai dana talangan (bailout) serta menuntut lebih banyak pekerjaan sebelum dana tersebut dapat dikeluarkan, menurut dua pejabat resmi. Mentri keuangan akan berkumpul di Brussels untuk merilis pernyataan guna mendukung kerja Yunani terkait rencana untuk memperbaiki perekonomianya, ungkap para pejabat. Spekulasi terkait kesepakatan bantuan tersebut tetap sulit untuk mendorong bullion pada Senin ini.

Pekan lalu, emas mencatat reli terkait kekhawatiran bahwa Yunani akan mengalami kesulitan dalam upaya untuk menghindari default. Harga juga naik pekan lalu setelah laporan yang menunjukkan kenaikan upah terbatas ditengah meningkatnya perekrutan di AS yang mengindikasikan bahwa The Fed dapat menentukan waktu dalam upaya menaikkan suku bunga acuan.

Emas berjangka untuk pengiriman Juni turun 0,5% menetap di level $ 1.183 per ons pada 1:48 siang di New York Comex. Logam ini naik 1,2% pada pekan lalu.(yds)

Sumber: Bloomberg

Bursa Saham AS Berakhir di Zona Merah

BESTPROFIT FUTURES MALANG (12/5) - Saham-saham AS melemah, setelah mengalami reli terbesar dalam dua bulan terakhir, setelah Noble Energy Inc. memimpin penurunan terbesar saham energi sejak bulan Januari.
Indeks Standard & Poor 500 turun 0,5% ke level 2,105.30 pada pukul 4 sore di New York, setelah pada hari Jumat yang lalu ditutup dua poin dari rekor.
Saham-saham mengalami lonjakan terbesar sejak bulan Maret pada hari Jumat setelah adanya laporan yang menunjukkan perekrutan tenaga kerja menguat kembali pada bulan April, menandakan bahwa perusahaan yakin ekonomi akan pulih dari perlambatan akibat musim dingin. Penguatan membantu mendorong indeks S&P 500 naik 0,4% untuk minggu ini.(frk)
Sumber: Bloomberg

Bursa Saham AS Melemah Akibat Penurunan S&P 500

BESTPROFIT FUTURES MALANG (12/5) - Aksi jual dalam saham energi memimpin saham AS yang lebih rendah, setelah mengalami reli terbesar dalam dua bulan membuat Indeks Standard & Poor 500 di dekat semua waktu tertinggi.
Saham Noble Energy Inc. turun 5,9% setelah setuju untuk mengakuisisi Rosetta Resources Inc. sebesar $ 2,1 miliar. Sementara saham Rosetta melonjak 27%, menaikkan Indeks Russell 2000. Saham Exxon Mobil Corp. kehilangan 1,4% akibat penurunan harga minyak. Saham Actavis Plc. naik 3,4% setelah membukukan laba kuartal pertama yang lebih baik dari perkiraan. Saham Dean Foods Co. naik 6,9% setelah laba perusahaan melampaui perkiraan analis dan membuat perusahaan meningkatkan outlook.
Indeks Standard & Poor 500 melemah 0,3% ke level 2,110.44 pada pukul 12:28 siang di New York. Sementara indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 56,68 poin, atau 0,3%, ke 18,134.43. Indeks Russell 2000 naik 0,5%, sementara Indeks Nasdaq Composite sedikit berubah.
Saham-saham mengalami lonjakan terbesar sejak bulan Maret pada hari Jumat setelah sebuah laporan menunjukkan perekrutan tenaga kerja menguat kembali pada bulan April, menandakan perusahaan yakin bahwa ekonomi akan pulih dari perlambatan akibat musim dingin. Penguatan membantu mendorong indeks S&P 500 naik 0,4% untuk minggu ini.(frk)
Sumber: Bloomberg

Sunday, 10 May 2015

Potensi Buruknya Pergerakan Hang Seng Pekan Ini

BESTPROFIT FUTURES MALANG (11/5) - Tren bearish diperdagangan bursa saham Hongkong pekan terakhir bulan April  tampak masih berlangsung disepanjang perdagangan diawal bulan Meid dengan Indeks Hang Seng yang harus memperbesar volume pelemahan. Buruknya data dalam negeri serta tekanan kuat data kawasan Asia yang negatif turut membebankan pergerakan saham selama satu pekan.
Buruknya data penjualan retail Tiongkok secara tahunan menjadi pelemah terbesar diawal perdagangan bursa saham bulan mei, dengan menunjukan penurunan sangat signifikan menjadi 0.8% dari hasil rilis sebelumnya pada 18.1% setelah direvisi dengan ekspektasi penurunan oleh ekonom mejadi 4,28%. Pelemahan tersebut tampak dilanjutkan oleh hasil rilis data manufaktur PMI Hongkong yang juga menunjukan penurunan signifikan menjadi 48.6 basis poin dari hasil rilis sebelumnya pada 49.6 basis poin dengan diperkirakan oleh ekonom akan menunjukan peningkatan menjadi 50.57 basis poin.
Sedangkan pemberat terbesar dari kawasan Asia adalah penurunan tingkat pertumbuhan pada indeks MSCI Tiongkok oleh lembaga keuangan international Morgan Stanley pada perusahaan besar dan menengah yang terdaftar pada bursa saham Tiongkok. Penurunan Tingkat pertumbuhan tersebut juga berdampak pada perdagangan bursa saham Tiongkok.
Secara sektoral diperdagangan bursa saham Hongkong diawal bulan Mei tersebut tampak sektor perumahan menjadi pelemah terbesar, dimana sektor perumahan tersebut harus berakhir melemah sebesar 1.322,93 poin atau 3.63% dengan menjadi 35.140,37 poin dari hasil rilis sebelumnya pada 36.463,30 poin, disusul sektor industri yang harus berakhir melemah sebesar 408.08 poin atau 2.53% dengan menjadi 15.695,43 poin dari hasil rilis sebelumnya pada 16.103,51 poin.
Berlanjut pada sektor keuangan yang juga harus berakhir melemah sebesar 670.32 poin atau 1.68% dengan menjadi 39.662,46 poin dari hasil rilis sebelumnya pada 40.332,78 poin. Namun pada sektor utilitas mampu ditutup sedikit menguat sebesar 6.57 poin atau 0.01% yang menjadi 56.999,76 poin dari hasil rilis sebelumnya pada 56.993,19 poin.
Demikian juga dengan pergerakan indeks Hang Seng diawal bulan yang berakhir melemah signifikan sebesar 319 poin atau 1.13% dengan menjadi 27.748 poin dari hasil penutupan sebelumnya pada 28.067 poin serta mencapai tertinggi pada 28.343,74 poin dan terendah pada 27.207,28 poin.  Tidak jauh berbeda pada pergerakan Indeks Hang Seng berjangka diawal bulan yang juga harus berakhir melemah sebesar 578 poin atau 2.05% dengan menjadi 27.514 poin dari hasil penutupan sebelumnya pada 28.092 poin serta mencapai tertinggi pada 28.353 poin dan terendah pada 27.002 poin.
Saham-saham yang turut memberatkan adalah saham Bank of China, saham HSBC, saham Hang Seng Bank, saham Bank of Comunicatons, saham Comunications Bank of China, AIA Group, saham Ping An Insurance, saham Lenovo, PetroChina, saham Kunlun Energy, Saham Sino Land serta Saham China Resources Land & Investment.
Secara fundamental diperdagangan bursa saham Hongkong selama pekan kedua tampak akan bergerak volatile yang dikarenakan sepinya arahan fundamental dalam negeri.  Namun dipenghujung akhir pekan, bursa saham Hongkong diperkirakan akan melemah dengan merespon pada penurunan pertumbuhan PDB Hongkong dikuartal pertama lalu.
Secara teknikal dipergerakan indeks Hang Seng pekan kedua dengan MA5 yang masih bergerak diteritori bawah pada BB10 daily serta pada indikator Stochastic pada weekly yang menunjukan adanya indikasi penurunan, maka Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan indeks Hang Seng selama pekan kedua akan memiliki range normal pada level support pada 27.160  poin dengan MA5 bawah BB10 daily dan 26.685 poin dengan MA5 tengah BB10 weekly serta level resistance pada 27.970 poin dengan MA5 bawah BB10 daily dan 28.434 poin dengan MA5 atas BB10 weekly.

Sumber : Vibiznews