BESTPROFIT FUTURES MALANG (13/5) - Harga minyak mentah naik pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) setelah adanya perkiraan kenaikan permintaan akan minyak mentah yang dikeluarkan oleh dua lembaga.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (13/5/2015), minyak mentah jenis Light untuk pengiriman Juni naik US$ 1,50 atau 2,5 persen menjadi US$ 60,75 per barel di New York Mercantile Exchange, Amerika Serikat (AS). Sedangkan minyak mentah jenis Brent, yang menjadi patokan harga global, menguat US$ 1,95 atau 3 persen menjadi US$ 66,86 per barel di ICE Futures Europe exchange.
Organisasi negara-negara pengekspor minyak atau Organization of The Petroleum Exporting Countries (OPEC) pada Selasa (12/5/2015) mengeluarkan proyeksi permintaan minyak mentah untuk tahun ini. Dalam proyeksi tersebut, OPEC memperkirakan bahwa permintaan minyak berada di level 92,5 juta barel per hari atau naik 50 ribu barel per hari jika dibanding dengan proyeksi yang dikeluarkan pada bulan April 2015 lalu.
Dalam laporan yang terpisah, Departemen Energi Amerika Serikat atau The U.S. Energy Information Administration mengeluarkan data proyeksi bahwa pada 2015 ini permintaan global akan naik di kisaran 190 ribu barel per hari atau menjadi 93,28 juta barel per hari.
Alasan yang menjadi dasar dua lembaga tersebut menaikkan proyeksi permintaan minyak mentah adalah adanya prospek perbaikan ekonomi di Eropa didorong oleh rendahnya harga minyak yang rendah. Eropa memang sedang menghadapi krisis, namun karena harga minyak cukup rendah setidaknya selama enam bulan ini membuat biaya produksi turun sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
Harga minyak di Amerika dan dunia mendekati level tertingi pada tahun ini setelah sebelumnya turun sekitar 40 persen dari level tertinggi yang ditorehkan pada Juni 2014 lalu atau ketika harga masih berada di atas US$ 100 per barel.
Harga minyak telah jatuh pada akhir 2014 lalu karena pertumbuhan produksi yang cukup cepat dan penurunan permintaan. Tetapi pasar kembali pulih dalam beberapa minggu terakhir karena ekspektasi penurunan produksi di Amerika Serikat.
Dalam laporan Departemen Energi Amerika Serikat yang dikeluarkan pada Senin (11/5/2015) kemarin menunjukkan bahwa produksi minyak mentah dari tujuh wilayah turun 54 ribu barel per hari pada Mei 2015. Sedangkan pada Juni 2015 diperkirakan produksi juga akan turun 86 ribu barel per hari.
"Prediksi dari Departemen Energi Amerika tersebut tentu saja memberikan dukungan ke pasar untuk mengantisipasi penurunan produksi minyak mentah selama beberapa bulan ke depan pada saat yang bersamaan terjadi peningkatan permintaan akan minyak global," jelas Direktur Perusahaan konsultan Minyak Lipow Oil Associates, Andy Lipow.
Di awal 2015 ini, persediaan minyak mentah di Amerika sebenarnya terus berada di level tertinggi dalam 80 tahun terakhir. Namun angka persediaan tersebut jatuh untuk pertama kalinya pada pekan yang berakhir pada 1 Mei 2015 lalu. Penyebab jatuhnya persediaan minyak di AS tersebut karena kenaikan permintaan dan penurunan produksi.
Berbeda dari data yang dikeluarkan oleh Departemen Energi AS, analis yang disurvei oleh Wall Street Journal menyebutkan bahwa pasokan minyak mentah akan naik 100 ribu barel pada pekan lalu. Analis juga memperkirakan bahwa persediaan bahan bakar minyak anak naik 400 ribu barel pada minggu lalu.
Pada hari ini, Departemen Energi AS akan mengeluarkan data persediaan mingguan. The American Petroleum Institute, sebuah kelompok industri minyak, menyatakan bahwa pasokan minyak mentah telah turun 2 juta barel. (Gdn)
Sumber : Liputan6
Tuesday, 12 May 2015
Penurunan Imbal Hasil Obligasi Bikin Wall Street Tertekan
BESTPROFIT FUTURES MALANG (13/5) - Saham-saham di Amerika Serikat (AS) kembali melorot untuk hari kedua bergabung dengan penurunan yang terjadi di pasar saham global. Salah satu sentimen yang menjadi pendorong pelemahan Wall Street adalah penurunan imbal hasil di pasar obligasi.
Mengutip Bloomberg, Rabu (13/5/2015), Indeks Standard & Poor 500 turun 0,3 persen menjadi 2.090,08 pada pukul 04.00 sore waktu New York, Amerika Serikat. Apa yang terjadi di indeks patokan tersebut seirama dengan yang dialami oleh imbal hasil surat utang dengan jangka waktu 10 tahun yang mengalami penurunan dari level tertinggi sejak November tahun lalu.
"Bila Anda membeli saham saat indeks acuan berada di level tertinggi, Anda harus banyak-banyak berharap akan adanya berita baik daripada yang ada saat ini," jelas analis saham Miller Tabak & Co, Matt Maley. Menurutnya, satu atau dua sentimen positif masih sulit untuk mendorong Wall Street untuk bisa kembali ke puncak rekor tertinggi.
Penurunan Indeks Standard & Poor 500 didorong oleh turunnya saham-saham di sektor energi karena harga minyak mentah tak kunjung pulih. Sektor saham energi memang terus tertekan sejak Januari 2015 lalu setelah harga minyak berada di level terendah dalam sejarah.
Penurunan imbal hasil surat utang ternyata berpengaruh ke instrumen investasi lain seperti saham. Penurunan tersebut terjadi setelah adanya pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral Eropa.
Di pasar saham AS sendiri para investor masih menunggu kejelasan mengenai rencana kenaikan suku bunga acuan yang bakal dilakukan oleh The Fed. Sebagian besar pelaku pasar melihat bahwa kemungkinan besar Bank Sentral AS belum akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat ini.
Pasalnya, tanda-tanda pemulihan ekonomi belum nampak jelas yang terlihat dari data-data yang ada. Meskipun angka pengangguran telah berada di level terbaik sejak krisis yang terjadi pada 2008 lalu, namun angka lain seperti peningkatan gaji dan inflasi belum terlalu mendukung.
Pada perdagangan kemarin, Wall Street juga melemah. Pelemahan indeks saham acuan di bursa saham AS didorong kekhawatiran investor terhadap Yunani. Investor pesimistis terhadap pertemuan menteri Keuangan Eropa yang membahas kesepakatan reformasi untuk Yunani soal pembayaran utangnya. Yunani membayar utang sekitar 750 juta euro atau sekitar US$ 836 juta kepada Dana Moneter Internasional (IMF).
Selain sentimen Yunani, investor juga fokus melihat perkembangan kondisi ekonomi China. Bank sentral China telah memangkas suku bunga ketiga kalinya dalam enam bulan yang diharapkan dorong pertumbuhan ekonomi. (Gdn)
Sumber : Liputan6
Mengutip Bloomberg, Rabu (13/5/2015), Indeks Standard & Poor 500 turun 0,3 persen menjadi 2.090,08 pada pukul 04.00 sore waktu New York, Amerika Serikat. Apa yang terjadi di indeks patokan tersebut seirama dengan yang dialami oleh imbal hasil surat utang dengan jangka waktu 10 tahun yang mengalami penurunan dari level tertinggi sejak November tahun lalu.
"Bila Anda membeli saham saat indeks acuan berada di level tertinggi, Anda harus banyak-banyak berharap akan adanya berita baik daripada yang ada saat ini," jelas analis saham Miller Tabak & Co, Matt Maley. Menurutnya, satu atau dua sentimen positif masih sulit untuk mendorong Wall Street untuk bisa kembali ke puncak rekor tertinggi.
Penurunan Indeks Standard & Poor 500 didorong oleh turunnya saham-saham di sektor energi karena harga minyak mentah tak kunjung pulih. Sektor saham energi memang terus tertekan sejak Januari 2015 lalu setelah harga minyak berada di level terendah dalam sejarah.
Penurunan imbal hasil surat utang ternyata berpengaruh ke instrumen investasi lain seperti saham. Penurunan tersebut terjadi setelah adanya pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral Eropa.
Di pasar saham AS sendiri para investor masih menunggu kejelasan mengenai rencana kenaikan suku bunga acuan yang bakal dilakukan oleh The Fed. Sebagian besar pelaku pasar melihat bahwa kemungkinan besar Bank Sentral AS belum akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat ini.
Pasalnya, tanda-tanda pemulihan ekonomi belum nampak jelas yang terlihat dari data-data yang ada. Meskipun angka pengangguran telah berada di level terbaik sejak krisis yang terjadi pada 2008 lalu, namun angka lain seperti peningkatan gaji dan inflasi belum terlalu mendukung.
Pada perdagangan kemarin, Wall Street juga melemah. Pelemahan indeks saham acuan di bursa saham AS didorong kekhawatiran investor terhadap Yunani. Investor pesimistis terhadap pertemuan menteri Keuangan Eropa yang membahas kesepakatan reformasi untuk Yunani soal pembayaran utangnya. Yunani membayar utang sekitar 750 juta euro atau sekitar US$ 836 juta kepada Dana Moneter Internasional (IMF).
Selain sentimen Yunani, investor juga fokus melihat perkembangan kondisi ekonomi China. Bank sentral China telah memangkas suku bunga ketiga kalinya dalam enam bulan yang diharapkan dorong pertumbuhan ekonomi. (Gdn)
Sumber : Liputan6
Emas Melonjak Tajam Dalam Sepekan Terakhir
BESTPROFIT FUTURES MALANG (13/5) - Emas
berjangka naik tajam dalam sepekan terakhir pasca penurunan dolar dan
reli minyak mentah dunia sehingga mendorong daya tarik emas sebagai
penyimpan nilai.
Greenback
melanjutkan penurunannya setelah penurunan pada April yang menghentikan
reli sembilan bulan terhadap sekumpulan 10 mata uang, sementara minyak
telah melonjak lebih dari 40% dari level terendah di 2015. Emas secara
historis telah menjadi sebagai aset alternatif terhadap dolar dan
sebagai nilai lindung terhadap meningkatnya biaya konsumen.
Emas
berjangka untuk pengiriman Juni naik 0,8% untuk menetap di level $
1,192.40 per ons pada 1:50 di Comex New York, yang merupakan kenaikan
terbesar sejak 4 Mei.
Perak
untuk pengiriman Juli naik 1,3% menjadi $ 16,526 per ons. Sebelumnya,
harga menyentuh level $ 16,12, yang terendah untuk kontrak teraktif
sejak 1 Mei.
Platinum
berjangka untuk pengiriman Juli naik 0,5% menjadi $ 1.133 per ons di
New York Mercantile Exchange. Palladium berjangka untuk pengiriman Juni
naik 0,6% menjadi $ 785,15 per ons.(yds)
Sumber: Bloomberg
Bursa Saham AS Di tutup Turun 0.3%
BESTPROFIT FUTURES MALANG (13/5) - Saham-saham
AS melemah untuk hari kedua, bergabung dengan pelemahan di bursa saham
global setelah kekalahan di pasar fix-income menyebar ke ekuitas.
Indeks
Standard & Poor 500 turun 0,3% ke level 2,099.08 pada pukul 4 sore
di New York. Indeks tersebut menghapus penurunan sebesar 0,9% setelah
imbal hasil Treasuri dengan tenor 10-tahun melemah dari level tertinggi
sejak November tahun lalu. Indeks acuan mengakhiri perdagangan hari
Jumat, pekan lalu, berada dua poin dari rekor sebelum memulai minggu ini
dengan penurunan.
Indeks
S&P 500 mempertahankan penurunannya setelah Treasuri berbalik, dan
saham energi menguat dengan harga minyak mentah setelah kelompok saham
energi pada hari Senin mengalami penurunan terbesar sejak Januari yang
lalu.(frk)
Sumber: Bloomberg
Monday, 11 May 2015
Produksi AS Pulih Picu Harga Minyak Melemah
BESTPROFIT FUTURES MALANG (12/5) - Harga minyak dunia melemah pada awal pekan didorong pasokan minyak Amerika Serikat (AS) bertambah.
Harga minyak mentah acuan Amerika Serikat (AS) melemah 14 sen menjadi US$ 59,25 per barel. Sedangkan harga minyak mentah jenis Brent turun 48 sen menjadi US$ 64,91.
Pada pekan lalu, harga minyak mentah AS naik secara mingguan sedangkan Brent menurun setelah empat minggu menguat. Hal itu menandakan kalau pasar merespons dari kenaikan harga minyak terutama dipicu dari pasokan minyak AS bertambah.
Namun, lembaga administrasi informasi energi AS mengharapkan produksi minyak yang cepat dapat turun 71 ribu barel per hari menjadi 4,97 juta barel per hari pada Juni 2015.
"Sentimen ada bervariasi sebagai tanda pelaku pasar mencari tahu situasi lebih jelas terhadap permintaan dan persediaan minyak," ujar Gene McGillian, Analis Senior Tradition Energy, mengutip dari laman Reuters, Selasa (12/5/2015).
Selain pasokan minyak, dolar menguat terhadap sejumlah mata uang utama juga menekan harga minyak. Akan tetapi, dampak penurunan suku bunga oleh bank sentral China diharapkan dapat membantu kenaikan harga minyak dunia. China diharapkan dapat menyerap sebagian persediaan minyak yang berlebih.
Meski demikian, analis Morgan Stanley mengatakan, kenaikan pasokan dipicu dari aktivitas produksi minyak di AS dan OPEC masih membebani prospek harga minyak. Bahkan kekhawatiran terhadap tekanan harga minyak terus berlanjut hingga semester II 2015 dan 2016.
Adapun sentimen lainnya yang akan mempengaruhi harga minyak yaitu fokus perhatian investor terhadap rilis data bulanan dari Badan Energi Internasional pada Rabu pekan ini. Investor ingin mengetahui apakah penurunan harga minyak telah meningkatkan permintaan global. (Ahm/)
Sumber : Liputan6
Harga minyak mentah acuan Amerika Serikat (AS) melemah 14 sen menjadi US$ 59,25 per barel. Sedangkan harga minyak mentah jenis Brent turun 48 sen menjadi US$ 64,91.
Pada pekan lalu, harga minyak mentah AS naik secara mingguan sedangkan Brent menurun setelah empat minggu menguat. Hal itu menandakan kalau pasar merespons dari kenaikan harga minyak terutama dipicu dari pasokan minyak AS bertambah.
Namun, lembaga administrasi informasi energi AS mengharapkan produksi minyak yang cepat dapat turun 71 ribu barel per hari menjadi 4,97 juta barel per hari pada Juni 2015.
"Sentimen ada bervariasi sebagai tanda pelaku pasar mencari tahu situasi lebih jelas terhadap permintaan dan persediaan minyak," ujar Gene McGillian, Analis Senior Tradition Energy, mengutip dari laman Reuters, Selasa (12/5/2015).
Selain pasokan minyak, dolar menguat terhadap sejumlah mata uang utama juga menekan harga minyak. Akan tetapi, dampak penurunan suku bunga oleh bank sentral China diharapkan dapat membantu kenaikan harga minyak dunia. China diharapkan dapat menyerap sebagian persediaan minyak yang berlebih.
Meski demikian, analis Morgan Stanley mengatakan, kenaikan pasokan dipicu dari aktivitas produksi minyak di AS dan OPEC masih membebani prospek harga minyak. Bahkan kekhawatiran terhadap tekanan harga minyak terus berlanjut hingga semester II 2015 dan 2016.
Adapun sentimen lainnya yang akan mempengaruhi harga minyak yaitu fokus perhatian investor terhadap rilis data bulanan dari Badan Energi Internasional pada Rabu pekan ini. Investor ingin mengetahui apakah penurunan harga minyak telah meningkatkan permintaan global. (Ahm/)
Sumber : Liputan6
Kebuntuan Kesepakatan Yunani Tekan Euro Pada Hari Ke-3
BESTPROFIT FUTURES MALANG (12/5) - Euro
turun pada hari ketiga pada spekulasi rapat menteri keuangan Eropa di
Brussels yang mengalami kebuntuan kesepakatan untuk melakukan bailout
Yunani dan menjaga mata uang bersama (euro).
Euro
turun 0,4% menjadi $ 1,1155 pada 5:00 sore di New York, setelah
menyentuh level $ 1,1392 pada 7 Mei, yang merupakan level tertinggi
sejak 23 Februari lalu.
Sementara
yen menguat terhadap sebagian besar dari 16 mata uang rekanan seiring
permintaan haven karena saham AS dan minyak mentah AS turun. Mata uang
Jepang naik 0,2% menjadi 133,96 per euro, dan turun 0,3% menjadi 120,11
per dolar AS.(yds)
Sumber: Bloomberg
Emas Berjangka Jatuh Ditengah Tanda-tanda Meredanya Ketegangan Bailout Yunani
BESTPROFIT FUTURES MALANG (12/5) - Emas turun untuk ketiga kalinya dalam empat sesi terakhir, hal tersebut dikarenakan tanda-tanda meredanya ketegangan antara Yunani dan kreditor sehingga mengurangi permintaan untuk emas sebagai aset heaven.
Sementara menteri keuangan zona euro menyambut keberhasilan Yunani pada rapat persyaratan mengenai dana talangan (bailout) serta menuntut lebih banyak pekerjaan sebelum dana tersebut dapat dikeluarkan, menurut dua pejabat resmi. Mentri keuangan akan berkumpul di Brussels untuk merilis pernyataan guna mendukung kerja Yunani terkait rencana untuk memperbaiki perekonomianya, ungkap para pejabat. Spekulasi terkait kesepakatan bantuan tersebut tetap sulit untuk mendorong bullion pada Senin ini.
Pekan lalu, emas mencatat reli terkait kekhawatiran bahwa Yunani akan mengalami kesulitan dalam upaya untuk menghindari default. Harga juga naik pekan lalu setelah laporan yang menunjukkan kenaikan upah terbatas ditengah meningkatnya perekrutan di AS yang mengindikasikan bahwa The Fed dapat menentukan waktu dalam upaya menaikkan suku bunga acuan.
Emas berjangka untuk pengiriman Juni turun 0,5% menetap di level $ 1.183 per ons pada 1:48 siang di New York Comex. Logam ini naik 1,2% pada pekan lalu.(yds)
Sumber: Bloomberg
Sementara menteri keuangan zona euro menyambut keberhasilan Yunani pada rapat persyaratan mengenai dana talangan (bailout) serta menuntut lebih banyak pekerjaan sebelum dana tersebut dapat dikeluarkan, menurut dua pejabat resmi. Mentri keuangan akan berkumpul di Brussels untuk merilis pernyataan guna mendukung kerja Yunani terkait rencana untuk memperbaiki perekonomianya, ungkap para pejabat. Spekulasi terkait kesepakatan bantuan tersebut tetap sulit untuk mendorong bullion pada Senin ini.
Pekan lalu, emas mencatat reli terkait kekhawatiran bahwa Yunani akan mengalami kesulitan dalam upaya untuk menghindari default. Harga juga naik pekan lalu setelah laporan yang menunjukkan kenaikan upah terbatas ditengah meningkatnya perekrutan di AS yang mengindikasikan bahwa The Fed dapat menentukan waktu dalam upaya menaikkan suku bunga acuan.
Emas berjangka untuk pengiriman Juni turun 0,5% menetap di level $ 1.183 per ons pada 1:48 siang di New York Comex. Logam ini naik 1,2% pada pekan lalu.(yds)
Sumber: Bloomberg
Bursa Saham AS Berakhir di Zona Merah
BESTPROFIT FUTURES MALANG (12/5) - Saham-saham
AS melemah, setelah mengalami reli terbesar dalam dua bulan terakhir,
setelah Noble Energy Inc. memimpin penurunan terbesar saham energi sejak
bulan Januari.
Indeks
Standard & Poor 500 turun 0,5% ke level 2,105.30 pada pukul 4 sore
di New York, setelah pada hari Jumat yang lalu ditutup dua poin dari
rekor.
Saham-saham
mengalami lonjakan terbesar sejak bulan Maret pada hari Jumat setelah
adanya laporan yang menunjukkan perekrutan tenaga kerja menguat kembali
pada bulan April, menandakan bahwa perusahaan yakin ekonomi akan pulih
dari perlambatan akibat musim dingin. Penguatan membantu mendorong
indeks S&P 500 naik 0,4% untuk minggu ini.(frk)
Sumber: Bloomberg
Bursa Saham AS Melemah Akibat Penurunan S&P 500
BESTPROFIT FUTURES MALANG (12/5) - Aksi
jual dalam saham energi memimpin saham AS yang lebih rendah, setelah
mengalami reli terbesar dalam dua bulan membuat Indeks Standard &
Poor 500 di dekat semua waktu tertinggi.
Saham
Noble Energy Inc. turun 5,9% setelah setuju untuk mengakuisisi Rosetta
Resources Inc. sebesar $ 2,1 miliar. Sementara saham Rosetta melonjak
27%, menaikkan Indeks Russell 2000. Saham Exxon Mobil Corp. kehilangan
1,4% akibat penurunan harga minyak. Saham Actavis Plc. naik 3,4% setelah
membukukan laba kuartal pertama yang lebih baik dari perkiraan. Saham
Dean Foods Co. naik 6,9% setelah laba perusahaan melampaui perkiraan
analis dan membuat perusahaan meningkatkan outlook.
Indeks
Standard & Poor 500 melemah 0,3% ke level 2,110.44 pada pukul 12:28
siang di New York. Sementara indeks Dow Jones Industrial Average
tergelincir 56,68 poin, atau 0,3%, ke 18,134.43. Indeks Russell 2000
naik 0,5%, sementara Indeks Nasdaq Composite sedikit berubah.
Saham-saham
mengalami lonjakan terbesar sejak bulan Maret pada hari Jumat setelah
sebuah laporan menunjukkan perekrutan tenaga kerja menguat kembali pada
bulan April, menandakan perusahaan yakin bahwa ekonomi akan pulih dari
perlambatan akibat musim dingin. Penguatan membantu mendorong indeks
S&P 500 naik 0,4% untuk minggu ini.(frk)
Sumber: Bloomberg
Sunday, 10 May 2015
Potensi Buruknya Pergerakan Hang Seng Pekan Ini
BESTPROFIT FUTURES MALANG (11/5) - Tren bearish diperdagangan bursa saham
Hongkong pekan terakhir bulan April tampak masih berlangsung
disepanjang perdagangan diawal bulan Meid dengan Indeks Hang Seng yang
harus memperbesar volume pelemahan. Buruknya data dalam negeri serta
tekanan kuat data kawasan Asia yang negatif turut membebankan pergerakan
saham selama satu pekan.
Buruknya data penjualan retail Tiongkok
secara tahunan menjadi pelemah terbesar diawal perdagangan bursa saham
bulan mei, dengan menunjukan penurunan sangat signifikan menjadi 0.8%
dari hasil rilis sebelumnya pada 18.1% setelah direvisi dengan
ekspektasi penurunan oleh ekonom mejadi 4,28%. Pelemahan tersebut tampak
dilanjutkan oleh hasil rilis data manufaktur PMI Hongkong yang juga
menunjukan penurunan signifikan menjadi 48.6 basis poin dari hasil rilis
sebelumnya pada 49.6 basis poin dengan diperkirakan oleh ekonom akan
menunjukan peningkatan menjadi 50.57 basis poin.
Sedangkan pemberat terbesar dari kawasan
Asia adalah penurunan tingkat pertumbuhan pada indeks MSCI Tiongkok
oleh lembaga keuangan international Morgan Stanley pada perusahaan besar
dan menengah yang terdaftar pada bursa saham Tiongkok. Penurunan
Tingkat pertumbuhan tersebut juga berdampak pada perdagangan bursa saham
Tiongkok.
Secara sektoral diperdagangan bursa
saham Hongkong diawal bulan Mei tersebut tampak sektor perumahan menjadi
pelemah terbesar, dimana sektor perumahan tersebut harus berakhir
melemah sebesar 1.322,93 poin atau 3.63% dengan menjadi 35.140,37 poin
dari hasil rilis sebelumnya pada 36.463,30 poin, disusul sektor industri
yang harus berakhir melemah sebesar 408.08 poin atau 2.53% dengan
menjadi 15.695,43 poin dari hasil rilis sebelumnya pada 16.103,51 poin.
Berlanjut pada sektor keuangan yang juga
harus berakhir melemah sebesar 670.32 poin atau 1.68% dengan menjadi
39.662,46 poin dari hasil rilis sebelumnya pada 40.332,78 poin. Namun
pada sektor utilitas mampu ditutup sedikit menguat sebesar 6.57 poin
atau 0.01% yang menjadi 56.999,76 poin dari hasil rilis sebelumnya pada
56.993,19 poin.
Demikian juga dengan pergerakan indeks
Hang Seng diawal bulan yang berakhir melemah signifikan sebesar 319 poin
atau 1.13% dengan menjadi 27.748 poin dari hasil penutupan sebelumnya
pada 28.067 poin serta mencapai tertinggi pada 28.343,74 poin dan
terendah pada 27.207,28 poin. Tidak jauh berbeda pada pergerakan Indeks
Hang Seng berjangka diawal bulan yang juga harus berakhir melemah
sebesar 578 poin atau 2.05% dengan menjadi 27.514 poin dari hasil
penutupan sebelumnya pada 28.092 poin serta mencapai tertinggi pada
28.353 poin dan terendah pada 27.002 poin.
Saham-saham yang turut memberatkan
adalah saham Bank of China, saham HSBC, saham Hang Seng Bank, saham Bank
of Comunicatons, saham Comunications Bank of China, AIA Group, saham
Ping An Insurance, saham Lenovo, PetroChina, saham Kunlun Energy, Saham
Sino Land serta Saham China Resources Land & Investment.
Secara fundamental diperdagangan bursa
saham Hongkong selama pekan kedua tampak akan bergerak volatile yang
dikarenakan sepinya arahan fundamental dalam negeri. Namun dipenghujung
akhir pekan, bursa saham Hongkong diperkirakan akan melemah dengan
merespon pada penurunan pertumbuhan PDB Hongkong dikuartal pertama lalu.
Secara teknikal dipergerakan indeks Hang
Seng pekan kedua dengan MA5 yang masih bergerak diteritori bawah pada
BB10 daily serta pada indikator Stochastic pada weekly yang menunjukan
adanya indikasi penurunan, maka Analyst Vibiz Research Center
memperkirakan bahwa pergerakan indeks Hang Seng selama pekan kedua akan
memiliki range normal pada level support pada 27.160 poin dengan MA5
bawah BB10 daily dan 26.685 poin dengan MA5 tengah BB10 weekly serta
level resistance pada 27.970 poin dengan MA5 bawah BB10 daily dan 28.434
poin dengan MA5 atas BB10 weekly.
Sumber : Vibiznews
Subscribe to:
Posts (Atom)