Bestprofit (7/3) – Emas, sebagai salah satu komoditas yang paling diperhatikan di pasar global, baru-baru ini mengalami penghentian reli harga yang sudah berlangsung selama tiga hari. Beberapa faktor makroekonomi, termasuk laporan data ekonomi yang beragam dari Amerika Serikat (AS) dan kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS, berperan dalam menghentikan momentum harga emas tersebut. Pada saat penulisan, harga emas (XAU/USD) diperdagangkan pada sekitar $2.918, yang hampir tidak mengalami perubahan signifikan.
1. Pengaruh Laporan Penggajian Nonpertanian AS terhadap Harga Emas
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi konsolidasi harga emas adalah ketidakpastian terkait dengan laporan Penggajian Nonpertanian AS yang sangat ditunggu-tunggu oleh para investor. Laporan ini seringkali menjadi indikator penting bagi keadaan perekonomian AS dan memberikan petunjuk mengenai kebijakan suku bunga yang mungkin diambil oleh The Federal Reserve (The Fed). Investor cenderung membukukan keuntungan sementara menunggu rilis data yang penting ini, yang memperburuk volatilitas harga emas.
Kunjungi juga : bestprofit futures
2. Kenaikan Imbal Hasil Obligasi Treasury AS yang Membebani Emas
Emas, yang tidak memberikan imbal hasil atau bunga, seringkali mengalami tekanan saat imbal hasil obligasi pemerintah AS mengalami kenaikan. Baru-baru ini, imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun mencatatkan level tertinggi dalam satu minggu, yang membatasi pergerakan harga emas. Ketika imbal hasil Treasury meningkat, para investor cenderung beralih ke instrumen yang memberikan imbal hasil, sehingga menjadikan emas kurang menarik.
Pada saat penulisan, imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun diperdagangkan pada 4,286%, setelah sebelumnya mencatatkan lonjakan yang cukup signifikan. Angka ini menunjukkan bahwa ada ketegangan di pasar obligasi yang juga berdampak pada pasar logam mulia. Emas perlu berjuang lebih keras untuk mempertahankan harga di atas angka $2.900, yang menjadi level psikologis penting bagi para trader dan investor.
3. Ketidakpastian Ekonomi Global dan Kebijakan Perdagangan AS
Pasar keuangan global saat ini diliputi oleh ketidakpastian yang besar, terutama terkait dengan kebijakan perdagangan AS. Kebijakan tarif yang diusulkan oleh Presiden AS, Donald Trump, telah memicu ketegangan dengan sejumlah negara, baik sekutu maupun musuh AS. Tarif yang diterapkan pada negara-negara seperti Kanada, Tiongkok, dan lainnya telah menyebabkan timbulnya respons balasan dari negara-negara tersebut, yang berpotensi menambah ketidakpastian global.
Meksiko juga mendapat penundaan tarif selama satu bulan, yang diperpanjang hingga 2 April. Penundaan ini muncul setelah adanya diskusi antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, mengenai perbaikan dalam penanggulangan masalah fentanil dan migrasi ilegal. Ketidakpastian ini turut memberi dampak pada pasar logam, termasuk harga emas, yang biasanya mendapat manfaat dari ketegangan geopolitik atau ketidakstabilan ekonomi.
4. Data Ekonomi AS yang Beragam Memengaruhi Sentimen Pasar
Selain faktor global, data ekonomi AS yang datang secara bergantian juga memengaruhi pasar emas. Salah satu laporan yang mencuri perhatian adalah laporan dari Challenger, Gray & Christmas, yang menunjukkan bahwa jumlah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) meningkat tajam pada Februari, mencapai level yang tidak terlihat sejak dua resesi terakhir. Lonjakan PHK ini menambah kekhawatiran tentang potensi pelambatan ekonomi di AS.
Namun, di sisi lain, data terkait klaim pengangguran mingguan menunjukkan penurunan klaim menjadi 221 ribu, yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang berada di angka 235 ribu dan 242 ribu pada minggu sebelumnya. Penurunan klaim ini memberi sedikit harapan bahwa resesi yang dikhawatirkan oleh banyak pihak mungkin tidak seburuk yang diperkirakan.
Kombinasi antara data PHK yang tinggi dan klaim pengangguran yang lebih baik menciptakan gambaran yang bertolak belakang mengenai kekuatan pasar tenaga kerja AS. Hal ini menambah ketidakpastian di kalangan investor, yang terus memantau perkembangan data ekonomi ini untuk membuat keputusan investasi, termasuk dalam pasar emas.
5. Proyeksi Pertumbuhan PDB AS yang Mengarah ke Kontraksi
Seiring dengan data ekonomi yang beragam, proyeksi untuk Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal pertama tahun 2025 menunjukkan angka yang mengecewakan. Model GDPNow dari Atlanta Fed memproyeksikan kontraksi PDB sebesar -2,4%, yang lebih buruk dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang menunjukkan penurunan sebesar -2,8%. Proyeksi negatif ini menciptakan sentimen yang pesimistis terhadap perekonomian AS, yang mungkin mendukung kenaikan harga emas sebagai aset pelindung nilai.
6. Imbal Hasil Riil AS dan Dampaknya Terhadap Emas
Imbal hasil riil AS, yang diukur melalui imbal hasil dari Sekuritas Terlindungi Inflasi (TIPS) Treasury 10 tahun, adalah faktor lain yang memengaruhi harga emas. Pada saat penulisan, imbal hasil riil AS tercatat datar pada angka 1,946%, yang berarti harga emas terhambat untuk bergerak lebih tinggi. Ketika imbal hasil riil tetap tinggi atau meningkat, emas sebagai aset tanpa imbal hasil cenderung menjadi kurang menarik bagi para investor.
7. Prediksi Pelonggaran Suku Bunga pada 2025 dan Dampaknya terhadap Emas
Meskipun saat ini pasar emas mengalami tekanan, ada prediksi bahwa pasar uang memperkirakan pelonggaran suku bunga oleh The Fed pada tahun 2025. Pedagang pasar uang saat ini mengharapkan penurunan suku bunga sebesar 74 basis poin, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang hanya 72 basis poin. Pelonggaran kebijakan moneter ini dapat memberikan dukungan positif bagi harga emas, karena suku bunga yang lebih rendah cenderung membuat emas lebih menarik sebagai alternatif investasi.
8. Kesimpulan: Konsolidasi Emas di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Secara keseluruhan, harga emas saat ini berada dalam fase konsolidasi setelah mengalami reli harga selama tiga hari sebelumnya. Pengaruh dari data ekonomi AS yang beragam, ketegangan perdagangan global, dan pergerakan imbal hasil obligasi Treasury AS menjadi faktor utama yang menahan laju harga emas. Sementara itu, ketidakpastian mengenai proyeksi pertumbuhan PDB AS dan kemungkinan pelonggaran suku bunga pada tahun 2025 tetap menjadi katalisator yang bisa memengaruhi pergerakan harga emas ke depan.
Dengan segala ketidakpastian yang ada, investor cenderung lebih berhati-hati dan memperhatikan perkembangan lebih lanjut dari laporan-laporan ekonomi yang akan datang. Emas tetap menjadi aset yang sangat sensitif terhadap dinamika pasar keuangan global, dan konsolidasi harga ini bisa menjadi peluang bagi para investor yang mencari peluang di tengah fluktuasi pasar.