Thursday, 6 November 2025

Bestprofit | Emas Naik, Ekonomi AS Goyang?

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/Emas_Stabil_Jelang_Simposium_The_Fed_di_Jackson_Ho-1.jpg

Bestprofit (7/11) – Harga emas dunia kembali menguat pada sesi perdagangan Asia, didorong oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS). Data terbaru menunjukkan bahwa sejumlah besar perusahaan AS berencana memangkas tenaga kerja dalam jumlah signifikan, sementara penutupan sebagian pemerintahan federal yang telah berlangsung lebih dari sebulan semakin menekan aktivitas ekonomi. Di tengah meningkatnya ketidakpastian, investor beralih pada aset safe haven seperti emas untuk melindungi nilai portofolionya.

Lonjakan Rencana PHK di AS Picu Kekhawatiran Resesi

Sinyal terbaru mengenai pelemahan ekonomi AS datang dari laporan konsultan tenaga kerja Challenger, Gray & Christmas, yang menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan AS mengumumkan rencana pemangkasan lebih dari 150.000 pekerjaan pada bulan lalu. Angka ini hampir tiga kali lipat dibandingkan dengan bulan September, mencerminkan tekanan yang semakin berat di dunia usaha akibat biaya pendanaan yang tinggi dan permintaan yang melemah.

Menurut laporan tersebut, sektor teknologi dan keuangan menjadi dua bidang yang paling terdampak. Perusahaan-perusahaan besar di Silicon Valley, misalnya, kembali melakukan restrukturisasi setelah periode ekspansi masif pascapandemi. Di sisi lain, bank-bank besar mulai memangkas tenaga kerja untuk menekan biaya operasional, seiring perlambatan aktivitas kredit dan meningkatnya risiko gagal bayar di segmen konsumen.

Data tersebut memperkuat pandangan bahwa pasar tenaga kerja AS—yang selama ini menjadi pilar kekuatan ekonomi—mulai menunjukkan tanda-tanda retak. Investor dan ekonom kini semakin yakin bahwa resesi teknikal bisa terjadi dalam beberapa kuartal mendatang, terutama jika tekanan inflasi tetap tinggi dan The Federal Reserve mempertahankan kebijakan suku bunga yang ketat lebih lama dari yang diperkirakan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Penutupan Pemerintah AS Masuki Hari ke-37: Aktivitas Ekonomi Terganggu

Selain data ketenagakerjaan yang suram, faktor lain yang memperburuk sentimen pasar adalah penutupan sebagian pemerintahan AS (government shutdown) yang telah memasuki hari ke-37. Kondisi ini menjadi salah satu yang terpanjang dalam sejarah modern AS, dengan dampak yang semakin nyata terhadap aktivitas ekonomi dan pelayanan publik.

Salah satu dampak paling signifikan muncul di sektor transportasi udara. Otoritas Penerbangan Federal (FAA) mengeluarkan perintah pengurangan lalu lintas udara sebesar 10% di 40 bandara utama di seluruh negeri. Kebijakan ini dilakukan karena kekurangan tenaga kerja akibat penundaan pembayaran gaji dan absennya sebagian staf penting. Penurunan volume penerbangan bukan hanya menghambat mobilitas warga, tetapi juga berdampak negatif terhadap rantai pasokan dan industri pariwisata.

Ekonom memperkirakan bahwa setiap minggu tambahan penutupan pemerintah dapat memangkas pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS sekitar 0,1 hingga 0,2 poin persentase. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka tekanan terhadap konsumsi rumah tangga dan investasi korporasi bisa meningkat tajam, memperburuk prospek ekonomi dalam jangka pendek.

Dampak Terhadap Pasar Keuangan dan Sentimen Risiko

Kombinasi antara potensi perlambatan ekonomi dan ketidakpastian politik menyebabkan sentimen risiko di pasar keuangan global melemah. Indeks saham utama di Wall Street mengalami tekanan, dengan investor berbondong-bondong meninggalkan aset berisiko seperti saham teknologi dan kripto. Volatilitas meningkat, sementara indeks VIX, yang dikenal sebagai “indeks ketakutan”, menunjukkan lonjakan ke level tertinggi dalam dua bulan terakhir.

Di pasar obligasi, yield Treasury AS turun karena meningkatnya permintaan untuk aset aman, menandakan bahwa investor mencari perlindungan di tengah ketidakpastian. Namun, pergerakan ini juga mencerminkan kekhawatiran bahwa perekonomian bisa kehilangan momentum secara lebih drastis dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Christopher Tahir, ahli strategi pasar senior di Exness, menilai bahwa kombinasi faktor makroekonomi ini berpotensi memperpanjang tren defensif di kalangan investor.

“Penutupan pemerintah yang berkepanjangan dapat terus membebani sentimen dan mendorong permintaan untuk aset safe haven,” jelas Tahir.

Menurutnya, kondisi seperti ini biasanya menjadi katalis positif bagi harga emas, karena logam mulia sering kali dipandang sebagai tempat berlindung dari ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

Harga Emas Naik di Tengah Arus Beli Defensif

Sejalan dengan meningkatnya kekhawatiran pasar, harga emas spot naik 0,2% ke level $3.983,54 per ons pada perdagangan sesi Asia. Kenaikan ini mencerminkan arus beli defensif dari pelaku pasar yang mencari perlindungan terhadap potensi perlambatan ekonomi global dan risiko politik di AS.

Penguatan emas juga didorong oleh penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS, yang membuat biaya peluang untuk memegang emas menjadi lebih rendah. Selain itu, dolar AS yang sedikit melemah memberikan tambahan dukungan bagi logam mulia, karena membuat harga emas lebih murah bagi pemegang mata uang lain.

Jika tekanan ekonomi AS terus meningkat, tidak menutup kemungkinan harga emas akan menembus level psikologis penting di $4.000 per ons dalam waktu dekat. Namun, analis juga mengingatkan bahwa reli emas bisa menghadapi hambatan jika The Fed memberikan sinyal lebih hawkish dalam pernyataan kebijakan berikutnya atau jika data inflasi kembali menunjukkan kenaikan.

Peran Emas Sebagai Aset Lindung Nilai di Masa Ketidakpastian

Kenaikan harga emas kali ini kembali menegaskan peran penting logam mulia tersebut sebagai aset lindung nilai (safe haven). Dalam periode ketidakpastian, baik akibat krisis ekonomi, konflik geopolitik, maupun instabilitas politik domestik, emas sering kali menjadi pilihan utama investor global. Nilainya yang cenderung stabil dan tidak bergantung pada kinerja perusahaan atau kebijakan pemerintah menjadikannya pelindung nilai yang efektif.

Selama dua dekade terakhir, pola pergerakan emas menunjukkan korelasi negatif dengan pasar saham dalam periode krisis besar, seperti krisis finansial 2008, pandemi COVID-19 pada 2020, hingga konflik Rusia-Ukraina pada 2022. Kini, dengan meningkatnya risiko perlambatan ekonomi AS dan gejolak politik di Washington, emas kembali memainkan peran strategis dalam portofolio global.

Prospek Ke Depan: Emas Bisa Terus Menguat?

Melihat perkembangan terkini, banyak analis memperkirakan bahwa tren penguatan emas masih akan berlanjut dalam jangka menengah. Ketidakpastian makroekonomi, potensi pelonggaran kebijakan moneter di tahun mendatang, serta permintaan fisik yang stabil dari Asia—khususnya India dan Tiongkok—menjadi faktor pendukung utama.

Namun, prospek ini tidak lepas dari risiko. Jika penutupan pemerintah AS berakhir lebih cepat dari perkiraan dan data ekonomi berikutnya menunjukkan perbaikan, maka minat terhadap aset berisiko bisa pulih, menekan harga emas. Selain itu, penguatan dolar AS secara tiba-tiba atau kenaikan kembali imbal hasil obligasi juga berpotensi membatasi laju reli emas.

Kendati demikian, sebagian besar pelaku pasar menilai bahwa landskap ekonomi global saat ini cenderung mendukung harga emas. Dalam lingkungan di mana ketidakpastian meningkat dan kepercayaan terhadap kebijakan fiskal serta moneter AS mulai goyah, emas tetap menjadi aset yang diandalkan.

Kesimpulan

Penguatan harga emas di sesi Asia kali ini bukan sekadar reaksi jangka pendek, melainkan cerminan dari meningkatnya kekhawatiran terhadap ketahanan ekonomi Amerika Serikat. Lonjakan rencana pemangkasan pekerjaan, penutupan pemerintah yang berkepanjangan, serta pelemahan sentimen pasar global telah menciptakan kombinasi faktor yang ideal bagi reli emas.

Selama ketidakpastian ini belum mereda, investor kemungkinan akan terus mencari perlindungan pada logam mulia tersebut. Dengan demikian, emas sekali lagi membuktikan dirinya sebagai simbol keamanan finansial di tengah rapuhnya fondasi ekonomi dunia modern.

 
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Wednesday, 5 November 2025

Bestprofit | Emas Menguat Saat Investor Hindari Risiko

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/Emas_Wait_and_See_Jelang_Jackson_Hole-1.jpg

Bestprofit (6/11) – Harga emas dunia menguat tajam pada perdagangan Rabu (5/11), mencatat kenaikan lebih dari 1% di tengah meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven. Kenaikan ini terjadi meski data ketenagakerjaan swasta Amerika Serikat (AS) menunjukkan hasil yang lebih kuat dari perkiraan, yang biasanya menekan harga logam mulia karena mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga.

Kinerja Harga Emas di Pasar Global

Pada perdagangan sore waktu setempat (1930 GMT), emas spot naik 1,3% ke level $3.983,89 per ons, sementara kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Desember menguat 0,8% dan ditutup di $3.992,90 per ons.

Kenaikan harga ini menunjukkan bahwa investor kembali beralih ke emas setelah penurunan tajam yang sempat terjadi sehari sebelumnya, di mana logam mulia ikut terkoreksi bersama pasar saham dan aset berisiko lainnya.

Tai Wong, seorang pedagang logam independen yang berbasis di New York, mengatakan bahwa penguatan emas kali ini menandakan adanya ketenangan di kalangan investor bullish.

“Emas dan perak menguat tipis meski laporan payroll swasta ADP lebih kuat dari perkiraan, yang saat ini menjadi indikator ketenagakerjaan terluas terbaik mengingat adanya penutupan (pemerintah). Ini memberi ketenangan bagi kubu bull yang kemarin terkejut karena logam ikut turun bersama aset berisiko,” ujar Wong.

https://best-profit-futures-malang.com/bestprofit-emas-menguat-di-tengah-pemulihan/

Data Payroll Swasta AS Menguat, tapi Investor Tetap Waspada

Kenaikan harga emas terjadi setelah laporan ketenagakerjaan swasta ADP menunjukkan peningkatan 42.000 pekerjaan baru pada Oktober, melampaui ekspektasi pasar sebesar 28.000 pekerjaan berdasarkan survei Reuters.

Secara historis, data ketenagakerjaan yang kuat dapat menjadi sinyal bagi Federal Reserve (The Fed) untuk menahan diri dalam memangkas suku bunga. Suku bunga tinggi biasanya membuat aset tanpa imbal hasil seperti emas menjadi kurang menarik. Namun, kali ini pasar tampak lebih fokus pada risiko ekonomi dan gejolak pasar saham ketimbang pada data makroekonomi semata.

“Pasar kerja yang masih kuat memang dapat menahan langkah pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Namun kekhawatiran terhadap valuasi saham dan ketidakpastian global membuat investor mencari perlindungan,” tulis laporan pasar harian Kitco Metals.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pasar Saham Melemah dari Rekor Tertinggi

Pada hari yang sama, indeks saham utama AS menunjukkan pelemahan setelah sebelumnya mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Investor mulai mempertanyakan apakah reli yang didorong oleh euforia kecerdasan buatan (AI) dan stimulus moneter sudah terlalu jauh.

Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, menjelaskan bahwa permintaan terhadap emas meningkat seiring munculnya kekhawatiran terhadap potensi gelembung pasar saham.

“Sebagian permintaan safe haven muncul di pertengahan pekan karena pasar saham global masih goyah di tengah pandangan bahwa saham AS dinilai terlalu tinggi dan ada gelembung saham AI,” ujar Wyckoff.

Kondisi ini memperkuat persepsi bahwa sebagian pelaku pasar mulai mengambil langkah lindung nilai terhadap potensi koreksi di pasar ekuitas, terutama setelah valuasi beberapa saham teknologi dinilai tidak lagi mencerminkan fundamentalnya.

Kebijakan The Fed dan Prospek Suku Bunga ke Depan

Salah satu faktor yang juga mendukung penguatan harga emas adalah kebijakan moneter terbaru dari The Fed. Bank sentral AS tersebut memangkas suku bunga acuan pekan lalu, dengan Ketua Jerome Powell memberi sinyal bahwa pemangkasan itu mungkin menjadi yang terakhir untuk tahun ini.

Langkah The Fed tersebut disambut positif oleh pasar keuangan global, namun tidak semua pelaku pasar yakin bahwa siklus pelonggaran akan berlanjut. Saat ini, peluang pemangkasan suku bunga tambahan pada Desember diperkirakan turun menjadi 63%, dari sebelumnya lebih dari 90% seminggu sebelumnya, menurut data CME FedWatch Tool.

Bagi emas, prospek suku bunga tetap menjadi faktor penentu utama. Dalam lingkungan suku bunga rendah, biaya peluang memegang emas—yang tidak memberikan imbal hasil—menjadi lebih kecil, sehingga mendorong permintaan. Sebaliknya, jika suku bunga bertahan tinggi, investor cenderung beralih ke aset berimbal hasil seperti obligasi pemerintah.

Emas Sebagai Aset Safe Haven di Tengah Ketidakpastian

Meningkatnya ketidakpastian global menjadi faktor kunci di balik lonjakan permintaan emas. Investor kini berhadapan dengan kombinasi faktor risiko: volatilitas pasar saham, ketegangan perdagangan, serta ketidakpastian politik di AS menjelang tahun pemilu.

Selain itu, sidang Mahkamah Agung AS pada Rabu sore turut menjadi sorotan pasar. Sidang tersebut membahas legalitas tarif impor era Presiden Donald Trump, setelah pengadilan yang lebih rendah memutuskan bahwa pemerintah saat itu telah melampaui kewenangannya ketika memberlakukan bea berdasarkan undang-undang darurat.

Keputusan dalam kasus ini berpotensi berdampak besar terhadap kebijakan perdagangan AS ke depan. Jika tarif tersebut dinyatakan ilegal, pasar mungkin menafsirkan adanya penurunan risiko inflasi jangka menengah. Namun, ketidakpastian politik dan hukum di sekitar kebijakan perdagangan masih menambah sentimen kehati-hatian di kalangan investor.

Kinerja Logam Mulia Lain: Perak, Platinum, dan Paladium

Tidak hanya emas, logam mulia lainnya juga mengalami penguatan pada perdagangan Rabu. Harga perak spot melonjak 2,2% ke $48,13 per ons, sementara platinum naik 1,7% ke $1.561,65, dan paladium menguat 2,4% ke $1.424,22 per ons.

Pergerakan ini menunjukkan bahwa sentimen positif terhadap logam mulia secara umum meningkat, seiring meningkatnya minat investor terhadap aset yang dianggap lebih stabil dibanding saham.

Perak, misalnya, tidak hanya diperdagangkan sebagai aset investasi tetapi juga memiliki permintaan industri yang kuat, terutama dari sektor energi terbarukan dan elektronik. Dengan meningkatnya harapan terhadap pemulihan manufaktur global, perak berpotensi mempertahankan momentumnya.

Analisis dan Prospek Ke Depan

Dalam jangka pendek, arah harga emas akan sangat bergantung pada data ekonomi AS berikutnya, terutama laporan non-farm payrolls (NFP) dan inflasi. Jika data menunjukkan perlambatan ekonomi, ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga tambahan dapat meningkat, yang pada akhirnya memberikan dorongan baru bagi emas.

Namun, jika ekonomi AS tetap kuat dan inflasi bertahan di atas target, maka peluang The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi akan meningkat—yang dapat menekan harga emas kembali ke bawah level psikologis $3.900 per ons.

Beberapa analis memperkirakan bahwa volatilitas emas akan tetap tinggi hingga akhir tahun. Ketidakpastian politik di AS, arah kebijakan moneter global, serta pergerakan dolar AS akan terus menjadi faktor dominan.

Kesimpulan

Kenaikan harga emas lebih dari 1% pada Rabu (5/11) mencerminkan pergeseran sentimen investor menuju aset aman di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. Meskipun data ketenagakerjaan swasta AS menunjukkan kekuatan ekonomi, faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik, kekhawatiran atas gelembung saham AI, dan prospek suku bunga masih menjadi pendorong utama permintaan logam mulia.

Dengan suku bunga yang kemungkinan tetap tinggi dalam jangka pendek dan pasar saham yang menunjukkan tanda-tanda kelelahan, emas diperkirakan akan tetap menjadi aset favorit bagi investor yang mencari perlindungan nilai. Jika ketidakpastian global berlanjut, tidak tertutup kemungkinan harga emas akan kembali menguji level psikologis $4.000 per ons dalam waktu dekat.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 4 November 2025

Bestprofit | Emas Menguat di Tengah Pemulihan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/Emas_Naik_dari_Level_Rendah_Dua_Minggu-1.jpg

Bestprofit (5/11) – Harga emas dunia kembali mencatatkan penguatan tipis di tengah kondisi pasar yang penuh ketidakpastian. Setelah sempat terkoreksi 1,3% pada penutupan perdagangan berjangka sebelumnya, logam mulia ini menunjukkan tanda-tanda pemulihan teknis. Menurut analis pasar komoditas, pergerakan ini mencerminkan fase konsolidasi alami setelah reli panjang, sekaligus reaksi terhadap sinyal yang beragam dari kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).

Konsolidasi Emas Setelah Koreksi Tajam

Harga emas berjangka bulan depan sempat turun 1,3% dalam perdagangan semalam, memicu kekhawatiran sementara di kalangan investor. Namun, analis TD Securities, Bart Melek, menilai bahwa kondisi tersebut bukanlah sinyal negatif, melainkan bagian dari proses konsolidasi harga setelah lonjakan signifikan dalam beberapa bulan terakhir.

Melek memperkirakan bahwa emas akan bergerak dalam kisaran $3.800–$4.050 per ons untuk sementara waktu. Kisaran ini dianggap sebagai level teknikal penting yang menunjukkan upaya pasar dalam mencari keseimbangan baru antara tekanan jual jangka pendek dan sentimen positif jangka menengah.

“Tidak terlalu mengejutkan melihat logam mulia ini berkonsolidasi di kisaran perdagangan yang lebih rendah,” ujar Melek dalam laporan risetnya. Ia menambahkan bahwa investor sedang menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai arah suku bunga The Federal Reserve (The Fed), yang belakangan ini menjadi faktor utama penggerak harga emas.

Faktor-Faktor yang Menggerus Sentimen Bullish

Selama beberapa bulan terakhir, emas menikmati momentum bullish yang kuat. Ketegangan geopolitik, kekhawatiran inflasi yang membandel, dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral dunia telah mendorong harga logam mulia ini ke rekor tertinggi baru. Namun, Melek menilai bahwa “lingkungan pasar emas yang sempurna” tersebut kini mulai terkikis oleh sejumlah faktor baru.


Kunjungi juga : bestprofit futures

1. Ambiguitas Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Salah satu penyebab utama pergeseran sentimen adalah ketidakpastian mengenai waktu dan besarnya pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Sebelumnya, pasar memperkirakan bahwa bank sentral AS akan mulai memangkas suku bunga pada akhir tahun 2025, namun data ekonomi terbaru yang menunjukkan ketahanan ekonomi AS membuat The Fed lebih berhati-hati.

Ketika suku bunga tetap tinggi lebih lama, imbal hasil obligasi AS (Treasury yield) juga cenderung naik. Hal ini menekan harga emas karena logam mulia tidak memberikan imbal hasil bunga, sehingga menjadi kurang menarik dibandingkan aset pendapatan tetap.

Dengan kata lain, semakin lama The Fed menunda pemangkasan suku bunga, semakin berat tekanan terhadap emas di jangka pendek.

2. Kekhawatiran terhadap Kebijakan Bank Sentral

Selain The Fed, sejumlah bank sentral besar lainnya—termasuk Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan (BoJ)—juga menunjukkan sikap yang lebih hati-hati dalam pelonggaran moneter. Hal ini menimbulkan ketidakpastian di pasar global dan mendorong volatilitas di berbagai aset, termasuk logam mulia.

Di sisi lain, pembelian emas oleh bank sentral dunia, yang sempat menjadi pendorong kuat harga pada awal 2025, mulai melambat. Beberapa negara pengimpor besar seperti Tiongkok dan Turki tampak menurunkan volume pembelian mereka karena kondisi pasar domestik yang melemah dan kebutuhan untuk menstabilkan mata uang masing-masing.

3. Perubahan Pola Pembelian Ritel di Tiongkok

Tiongkok, sebagai konsumen emas terbesar di dunia, memainkan peran penting dalam menentukan arah harga logam mulia ini. Menurut Melek, pembelian ritel di Tiongkok belakangan menunjukkan tren melambat. Faktor-faktor seperti pelemahan ekonomi domestik, pasar properti yang lesu, serta ketidakpastian kebijakan pemerintah membuat permintaan emas perhiasan dan investasi menurun.

Meski demikian, penurunan tersebut lebih bersifat sementara. Dalam jangka panjang, permintaan dari Tiongkok diperkirakan akan kembali meningkat seiring stabilisasi ekonomi dan kebangkitan daya beli masyarakat.

Pemulihan Teknis: Sinyal Bullish yang Mulai Terbentuk

Meski menghadapi sejumlah hambatan fundamental, beberapa indikator teknikal menunjukkan bahwa emas mulai membangun fondasi untuk kenaikan berikutnya. Penguatan tipis 0,1% menjadi $3.934,70 per ons dalam perdagangan terakhir menunjukkan minat beli yang perlahan meningkat di area support.

Analis teknikal menilai bahwa selama harga emas mampu bertahan di atas level $3.800, tren jangka menengah tetap positif. Volume transaksi yang stabil dan pola pergerakan harga yang membentuk “higher low” juga menandakan potensi pembalikan arah dalam waktu dekat.

Melek memperkirakan bahwa setelah fase konsolidasi ini berakhir, emas berpeluang mencatat rekor kuartalan baru di atas $4.400 per ons pada paruh pertama tahun 2026. Proyeksi ini didukung oleh ekspektasi melemahnya dolar AS, penurunan suku bunga global, serta meningkatnya permintaan aset lindung nilai di tengah ketegangan geopolitik yang masih tinggi.

Faktor Fundamental yang Dapat Mendorong Kenaikan Emas

Untuk memahami potensi kenaikan harga emas ke depan, perlu melihat lebih jauh pada faktor-faktor fundamental yang mendasarinya. Berikut beberapa aspek yang kemungkinan besar akan menjadi pendorong utama:

1. Inflasi yang Masih Sulit Dikendalikan

Meskipun inflasi global mulai menunjukkan tanda-tanda moderasi, sejumlah negara besar masih berjuang mengendalikan harga-harga yang tinggi. Harga energi dan pangan yang berfluktuasi, ditambah gangguan rantai pasok akibat konflik geopolitik, berpotensi menahan inflasi di atas target. Dalam kondisi seperti ini, emas menjadi aset pelindung nilai yang paling diminati investor.

2. Ketegangan Geopolitik dan Ketidakstabilan Politik

Konflik di Timur Tengah, tensi antara AS–Tiongkok, serta ketidakpastian politik di beberapa negara berkembang, terus menambah daya tarik emas sebagai aset aman (safe haven). Setiap kali terjadi eskalasi konflik atau guncangan geopolitik, harga emas cenderung naik karena investor beralih ke aset yang lebih stabil.

3. Diversifikasi Cadangan Bank Sentral

Tren global menunjukkan bahwa banyak bank sentral mulai menambah cadangan emas sebagai langkah diversifikasi dari dolar AS. Jika tren ini berlanjut, permintaan institusional akan menjadi salah satu faktor penopang kuat bagi harga emas di tahun-tahun mendatang.

Prospek Harga Emas Hingga 2026

Berdasarkan pandangan Bart Melek dan sejumlah analis lainnya, arah jangka panjang emas masih menunjukkan kecenderungan positif. Setelah periode konsolidasi di kisaran $3.800–$4.050, harga diperkirakan akan menembus resistance utama dan mencapai rata-rata di atas $4.400 per ons pada paruh pertama 2026.

Kondisi tersebut akan didorong oleh kombinasi faktor fundamental seperti penurunan suku bunga, melemahnya dolar AS, dan meningkatnya permintaan fisik dari Asia. Investor institusional juga diperkirakan akan kembali menambah posisi di aset logam mulia sebagai bagian dari strategi lindung nilai terhadap risiko sistemik.

Namun, Melek mengingatkan bahwa volatilitas tetap akan tinggi. Setiap perubahan arah kebijakan The Fed atau data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan bisa memicu koreksi sementara di pasar emas.

Kesimpulan: Emas Tetap Jadi Pilihan Strategis di Tengah Ketidakpastian

Secara keseluruhan, meskipun emas tengah berada dalam fase konsolidasi, prospek jangka menengah hingga panjang tetap positif. Penguatan tipis yang terjadi saat ini menandai awal dari potensi pemulihan teknis setelah koreksi singkat.

Faktor-faktor seperti ketidakpastian kebijakan moneter, kekhawatiran inflasi, serta meningkatnya risiko geopolitik akan terus menjadi pendorong utama bagi kenaikan harga emas di masa mendatang. Dengan proyeksi harga rata-rata di atas $4.400 per ons pada 2026, logam mulia ini tetap menjadi salah satu aset paling strategis bagi investor yang mencari stabilitas dan perlindungan nilai dalam lanskap ekonomi global yang bergejolak.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
 

bestprofit futures
 

Monday, 3 November 2025

Bestprofit | Emas Terkoreksi karena Kekhawatiran Tiongkok

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/Emas_Diam_di_Tempat_Mata_Investor_Tertuju_ke_Jack-1.jpg

Bestprofit (4/11) – Harga emas global kembali mengalami pelemahan pada awal sesi perdagangan Asia. Sentimen pasar tertekan oleh kekhawatiran atas berakhirnya insentif pajak yang sebelumnya diberlakukan oleh Kementerian Keuangan Tiongkok untuk penjualan logam mulia. Kebijakan baru ini, yang efektif per 1 November 2025, menimbulkan kekhawatiran akan menurunnya permintaan emas dari konsumen dan pelaku industri di negara tersebut — salah satu pasar emas terbesar di dunia.

1. Pelemahan Harga Emas di Awal Sesi Asia

Pada perdagangan Selasa pagi waktu Asia, harga emas spot turun sebesar 0,2% menjadi US$3.997,62 per ons troi. Meski penurunan ini terlihat tipis secara persentase, pergerakan harga tersebut menunjukkan adanya kekhawatiran yang nyata di kalangan investor mengenai arah kebijakan ekonomi Tiongkok terhadap sektor logam mulia.

Emas berjangka di bursa Comex juga mengikuti tren serupa, dengan penurunan tipis sekitar 0,15% di awal sesi. Aktivitas perdagangan yang relatif tenang menggambarkan sikap hati-hati pelaku pasar, menunggu kejelasan lebih lanjut dari otoritas Tiongkok terkait implementasi dan dampak nyata kebijakan tersebut terhadap rantai pasok logam mulia domestik.


Kunjungi juga : bestprofit futures

2. Latar Belakang Kebijakan Insentif Pajak Tiongkok

Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah Tiongkok telah memberikan sejumlah insentif pajak untuk transaksi emas dan logam mulia lainnya, dengan tujuan mendorong aktivitas perdagangan dan memperkuat posisi Tiongkok sebagai salah satu pusat perdagangan emas terbesar dunia.

Insentif ini mencakup potongan pajak pertambahan nilai (PPN) dan kemudahan bagi pedagang besar atau lembaga keuangan yang terlibat dalam pembelian emas batangan. Dengan diberlakukannya kebijakan baru per November 2025, insentif tersebut secara resmi dihentikan.

Keputusan ini diperkirakan merupakan bagian dari langkah pemerintah untuk menstabilkan penerimaan fiskal dan mencegah potensi spekulasi berlebihan di pasar logam mulia. Namun, bagi pelaku industri, langkah ini justru menimbulkan kekhawatiran akan penurunan minat beli, terutama di segmen grosir dan manufaktur perhiasan.

3. Potensi Dampak terhadap Permintaan Emas di Tiongkok

Sebagai negara konsumen emas terbesar di dunia bersama India, Tiongkok memiliki peranan penting dalam menentukan arah harga emas global. Dengan berakhirnya insentif pajak, pelaku pasar memperkirakan akan terjadi perlambatan permintaan dari pengguna akhir, seperti produsen perhiasan, investor ritel, dan lembaga keuangan.

Menurut Daniel Ghali dari TD Securities, aturan baru ini “berpotensi mengurangi permintaan emas grosir bagi pengguna akhir,” karena meningkatnya biaya transaksi dan berkurangnya margin keuntungan bagi pelaku usaha.

Lebih jauh, Ghali menambahkan bahwa “aturan baru ini dapat berdampak signifikan pada ekosistem emas di Tiongkok,” termasuk terhadap aktivitas perdagangan di Shanghai Gold Exchange (SGE) dan sektor manufaktur perhiasan yang sangat bergantung pada bahan baku logam mulia tersebut.

4. Reaksi Pasar dan Investor Global

Pasar global merespons berita ini dengan hati-hati. Investor cenderung mengurangi eksposur terhadap aset berisiko tinggi dan melakukan rotasi sementara ke instrumen lain seperti dolar AS dan obligasi pemerintah.

Indeks dolar AS menunjukkan penguatan tipis di tengah meningkatnya permintaan aset safe haven non-logam. Sementara itu, yield obligasi AS tenor 10 tahun juga naik beberapa basis poin, menandakan adanya pergeseran sentimen dari emas ke instrumen pendapatan tetap.

Namun, beberapa analis melihat pelemahan emas kali ini sebagai koreksi jangka pendek, bukan perubahan tren jangka panjang. “Permintaan emas sebagai aset lindung nilai masih kuat, terutama di tengah ketidakpastian geopolitik dan potensi perlambatan ekonomi global,” ujar seorang analis di Bloomberg Intelligence.

5. Kondisi Fundamental Pasar Emas Global

Secara fundamental, pasar emas masih ditopang oleh beberapa faktor positif, seperti:

  1. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa Timur yang masih berlangsung.

  2. Kebijakan suku bunga bank sentral global, terutama Federal Reserve, yang mulai mendekati fase pelonggaran.

  3. Permintaan investasi jangka panjang, baik melalui ETF emas maupun pembelian fisik oleh bank sentral di berbagai negara berkembang.

Namun, faktor tekanan dari sisi permintaan ritel — terutama dari Tiongkok — bisa menahan kenaikan harga dalam waktu dekat. Sebagai ilustrasi, Tiongkok menyumbang lebih dari 25% konsumsi emas global setiap tahunnya. Penurunan permintaan di negara tersebut dapat menyebabkan penyesuaian harga global dalam beberapa bulan mendatang.

6. Implikasi bagi Pelaku Industri dan Investor

Bagi pelaku industri perhiasan dan perdagangan logam mulia, perubahan kebijakan fiskal Tiongkok ini memaksa mereka untuk menyesuaikan strategi bisnis. Pabrikan mungkin akan menekan volume produksi atau mencari efisiensi biaya untuk mengimbangi kenaikan harga input.

Sementara itu, investor di pasar global menghadapi dilema. Di satu sisi, berkurangnya permintaan di Tiongkok dapat menekan harga emas dalam jangka pendek. Namun di sisi lain, pelemahan harga dapat menjadi peluang akumulasi bagi investor jangka panjang, terutama yang memandang emas sebagai aset pelindung nilai terhadap inflasi dan ketidakstabilan ekonomi.

Banyak analis memprediksi bahwa harga emas akan tetap bergerak di kisaran US$3.950–4.050 per ons troi dalam jangka pendek, dengan potensi rebound apabila sentimen global kembali membaik atau terjadi pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral utama dunia.

7. Pandangan ke Depan: Arah Emas Setelah Kebijakan Baru

Ke depan, dinamika harga emas akan sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama:

  1. Kebijakan lanjutan dari pemerintah Tiongkok, apakah akan ada langkah kompensasi untuk menjaga stabilitas industri emas domestik.

  2. Pergerakan nilai dolar AS dan suku bunga global, yang selama ini memiliki hubungan terbalik dengan harga emas.

Jika pemerintah Tiongkok memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai aturan pajak baru dan dampaknya dapat diminimalkan, pasar emas mungkin akan kembali stabil. Namun, bila kebijakan ini memperlambat aktivitas perdagangan secara signifikan, tekanan harga berpotensi berlanjut hingga akhir kuartal pertama 2026.

8. Kesimpulan

Pelemahan harga emas di awal sesi Asia mencerminkan sensitivitas pasar terhadap kebijakan fiskal dan ekonomi Tiongkok, negara yang memiliki pengaruh besar terhadap rantai pasok dan permintaan logam mulia global.

Berakhirnya insentif pajak bagi penjualan emas menimbulkan kekhawatiran akan turunnya permintaan domestik, khususnya di sektor grosir dan manufaktur perhiasan. Meski demikian, banyak analis menilai tekanan ini bersifat sementara, karena fundamental pasar emas dunia masih cukup kuat berkat faktor geopolitik dan potensi pelonggaran kebijakan moneter global.

Dalam konteks investasi, periode koreksi seperti ini bisa menjadi momen penting untuk akumulasi, terutama bagi investor yang melihat emas sebagai aset jangka panjang. Namun, kehati-hatian tetap diperlukan, mengingat arah kebijakan ekonomi Tiongkok masih menjadi variabel kunci yang akan menentukan arah pasar emas di bulan-bulan mendatang.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 2 November 2025

Bestprofit | Insentif Emas Dicabut, Harga Terkoreksi

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/Harga_Emas_Menguat_Fokus_ke_The_Fed_dan_Ukraina-1.jpg

Bestprofit (3/11) – Harga emas turun di awal sesi Asia pada 1 November setelah pengumuman dari Kementerian Keuangan Tiongkok yang mengakhiri insentif pajak untuk penjualan logam mulia. Keputusan ini membuat pasar terkejut, karena aturan pajak yang berlaku sebelumnya telah membantu meringankan beban pajak bagi transaksi emas. Akibatnya, harga emas spot mengalami penurunan sekitar 0,4% ke angka $3.987,46 per ons. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai alasan di balik penurunan harga emas, dampak kebijakan baru ini terhadap pasar emas, serta bagaimana perubahan tersebut bisa memengaruhi harga emas global.

1. Keputusan Kementerian Keuangan Tiongkok Mengakhiri Insentif Pajak

Pada 1 November, Kementerian Keuangan Tiongkok mengumumkan penghentian insentif pajak untuk penjualan logam mulia, termasuk emas. Insentif pajak yang diberlakukan selama ini memungkinkan investor emas di Tiongkok untuk mengkompensasi pajak pertambahan nilai (PPN) ketika menjual emas yang dibeli dari Shanghai Gold Exchange (SGE). Dengan aturan ini, investor ritel dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar, karena mereka tidak dikenakan PPN saat melakukan transaksi jual beli emas.

Keputusan ini mengejutkan pasar, terutama karena aturan lama sudah berlaku cukup lama dan memberikan manfaat yang signifikan bagi pasar emas domestik Tiongkok. Banyak investor yang mengandalkan insentif pajak ini untuk meningkatkan margin keuntungan mereka dalam transaksi emas. Penghentian insentif pajak ini langsung berdampak pada harga emas spot yang terpantau turun pada sesi Asia.

2. Reaksi Pasar dan Penurunan Harga Emas

Setelah pengumuman kebijakan tersebut, harga emas spot langsung melemah sekitar 0,4%, turun menjadi $3.987,46 per ons. Penurunan harga ini mencerminkan sentimen negatif pasar terhadap kebijakan yang baru diterapkan. Tiongkok adalah salah satu pasar emas terbesar di dunia, dan kebijakan yang mengubah dinamika pajak dapat memengaruhi minat beli dan permintaan di negara ini.

Penurunan harga emas di awal sesi Asia ini tidak hanya menunjukkan dampak langsung dari perubahan kebijakan, tetapi juga mencerminkan ketidakpastian pasar mengenai dampak jangka panjang dari kebijakan tersebut. Mengingat Tiongkok merupakan konsumen emas utama, keputusan ini dapat memengaruhi pola pembelian dan penjualan emas di seluruh dunia.


Kunjungi juga : bestprofit futures

3. Kekecewaan Investor di Tiongkok

Menurut ANZ Research, banyak investor di Tiongkok yang merasa kecewa dengan keputusan pemerintah untuk mengakhiri insentif pajak tersebut. Sebelum kebijakan ini diterapkan, investor ritel bisa menikmati keuntungan lebih besar ketika menjual emas mereka dengan pengurangan atau penghapusan pajak. Hal ini mendorong permintaan emas di kalangan masyarakat, yang berperan penting dalam stabilitas dan pertumbuhan pasar emas domestik.

Dengan berakhirnya insentif pajak ini, investor emas ritel di Tiongkok kini akan terpaksa menghadapi pajak pertambahan nilai (PPN) saat menjual emas yang dibeli dari Shanghai Gold Exchange. Ini tentu menambah beban biaya transaksi mereka, yang bisa membuat beberapa investor mundur atau mengurangi volume pembelian dan penjualan emas mereka.

Kekecewaan ini juga tercermin dalam laporan yang menyebutkan bahwa banyak investor di Tiongkok yang beralih ke instrumen investasi lain yang mungkin lebih menguntungkan atau lebih stabil dalam hal pengenaan pajak. Meskipun kebijakan ini berlaku di Tiongkok, efek psikologisnya bisa merembet ke pasar emas global karena negara ini memiliki pengaruh besar terhadap harga emas dunia.

4. Dampak Perubahan Aturan terhadap Permintaan Emas di Tiongkok

Tiongkok adalah salah satu konsumen emas terbesar di dunia. Data menunjukkan bahwa negara ini menyumbang hampir sepertiga dari total permintaan emas global, baik dalam bentuk perhiasan, investasi, maupun cadangan bank sentral. Oleh karena itu, perubahan dalam pola permintaan emas di Tiongkok dapat memengaruhi harga emas secara global.

Dengan penghapusan insentif pajak, diperkirakan bahwa permintaan emas di Tiongkok akan berkurang, terutama di kalangan investor ritel yang sebelumnya lebih aktif di pasar emas. Hal ini bisa mengarah pada penurunan daya beli emas di pasar domestik, yang akan berdampak pada pasokan dan permintaan emas secara keseluruhan.

Selain itu, potensi berkurangnya volume transaksi emas di Shanghai Gold Exchange juga dapat mengurangi likuiditas pasar emas internasional. Ini pada gilirannya bisa menyebabkan fluktuasi harga emas yang lebih besar, karena pasar global lebih rentan terhadap perubahan permintaan dari konsumen besar seperti Tiongkok.

5. Perubahan Kebijakan dan Implikasinya pada Harga Emas Global

Keputusan pemerintah Tiongkok ini tidak hanya berdampak pada pasar emas domestik mereka, tetapi juga bisa mempengaruhi harga emas di pasar internasional. Tiongkok adalah pasar utama bagi emas, dan perubahan signifikan dalam permintaan dari negara ini sering kali memicu reaksi di pasar global. Penurunan permintaan emas di Tiongkok dapat menyebabkan penurunan harga emas di pasar internasional, terutama jika negara ini mengurangi pembelian emas untuk cadangan atau investasi pribadi.

Selain itu, jika lebih banyak investor ritel di Tiongkok memilih untuk tidak berinvestasi dalam emas atau beralih ke instrumen lain yang lebih menguntungkan, pasar bisa mengalami penurunan signifikan dalam permintaan. Seiring dengan penurunan permintaan dari Tiongkok, harga emas global bisa tertekan lebih lanjut, yang menyebabkan volatilitas harga dalam jangka pendek.

Namun, perlu dicatat bahwa Tiongkok juga memiliki kebijakan cadangan emas yang kuat, dan meskipun permintaan emas ritel berkurang, bank sentral Tiongkok tetap dapat membeli emas untuk memperkuat cadangan devisanya. Ini bisa mencegah penurunan harga emas yang terlalu tajam dan memberikan dukungan pada harga emas dalam jangka panjang.

6. Kesimpulan: Potensi Fluktuasi Harga Emas dalam Beberapa Bulan ke Depan

Keputusan Tiongkok untuk mengakhiri insentif pajak emas telah mengejutkan pasar dan memberikan dampak langsung pada harga emas. Penurunan harga emas yang terjadi setelah kebijakan ini diumumkan mencerminkan ketidakpastian di pasar, terutama karena Tiongkok merupakan salah satu konsumen emas terbesar di dunia. Kekecewaan investor dan berkurangnya permintaan emas domestik bisa memengaruhi harga emas secara global dalam beberapa bulan ke depan.

Meskipun demikian, perubahan ini bukanlah akhir dari pasar emas. Ada potensi bagi bank sentral Tiongkok untuk terus membeli emas untuk cadangan devisa mereka, yang dapat membantu mendukung harga emas di tingkat global. Oleh karena itu, meskipun harga emas mungkin mengalami volatilitas jangka pendek, investor dan pelaku pasar harus tetap memperhatikan perkembangan kebijakan Tiongkok dan dampaknya terhadap dinamika permintaan dan penawaran emas.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures