Monday, 25 August 2025

Bestprofit | Emas Melemah Akibat Ambil Untung

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (26/8) – Harga emas mengalami penurunan pada awal perdagangan Asia hari ini, dipicu oleh aksi ambil untung dari para investor. Meski demikian, analis pasar menekankan bahwa pelemahan ini bersifat sementara dan tidak mencerminkan perubahan mendasar dalam tren jangka panjang logam mulia.

Pelemahan Emas: Koreksi Sementara, Bukan Perubahan Tren

Harga emas spot turun 0,4% ke level $3.353,14 per ons troy pada awal perdagangan Asia, menandai koreksi ringan setelah reli yang cukup kuat dalam beberapa sesi sebelumnya. Rania Gule, analis pasar senior dari perusahaan finansial global XS.com, menjelaskan bahwa penurunan ini lebih dipicu oleh aksi profit-taking ketimbang perubahan struktural dalam pasar emas itu sendiri.

“Penurunan ini bersifat korektif terkait aksi ambil untung, bukan perubahan struktural pada tren emas yang lebih luas,” tulis Gule dalam sebuah email kepada media.

Pernyataan ini menekankan bahwa para pelaku pasar mengambil kesempatan dari kenaikan harga emas sebelumnya untuk merealisasikan keuntungan mereka. Aksi semacam ini lazim terjadi di pasar keuangan, terutama setelah periode penguatan harga yang signifikan.

Fundamental Emas Masih Kuat: Daya Tarik sebagai Safe Haven Tak Berubah

Meskipun terjadi penurunan harga, latar belakang fundamental yang menopang emas tetap kuat. Dalam pandangan Gule, faktor-faktor seperti kebijakan moneter Amerika Serikat dan ketidakpastian geopolitik global masih menjadi katalis utama bagi permintaan emas dalam jangka menengah hingga panjang.

“Latar belakang fundamental yang mendukung logam mulia tetap utuh, baik dari perspektif kebijakan moneter AS maupun risiko geopolitik global yang berlanjut,” jelasnya lebih lanjut.

Ketika pasar dihadapkan pada ketidakpastian—baik akibat konflik geopolitik, ketegangan antarnegara, maupun ketidakpastian ekonomi global—emas kerap menjadi aset pelindung nilai (safe haven). Dalam kondisi seperti ini, investor cenderung mengalihkan dana mereka ke aset-aset yang dianggap lebih aman, seperti logam mulia.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kebijakan The Fed dan Dampaknya terhadap Harga Emas

Salah satu pilar utama yang mendukung tren positif emas dalam beberapa bulan terakhir adalah sikap dovish dari Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat. Meskipun The Fed belum secara resmi memangkas suku bunga, sinyal-sinyal penundaan kenaikan suku bunga atau potensi pemangkasan di masa depan telah memberikan angin segar bagi harga emas.

Emas cenderung sensitif terhadap pergerakan suku bunga karena logam mulia tidak memberikan imbal hasil (yield). Ketika suku bunga turun, opportunity cost memegang emas menjadi lebih rendah, sehingga meningkatkan daya tariknya.

Risiko Geopolitik dan Ketegangan Global: Faktor Pendukung Lainnya

Selain kebijakan moneter, situasi geopolitik global juga memainkan peran penting dalam mendongkrak permintaan emas. Konflik yang berkepanjangan di berbagai kawasan seperti Timur Tengah, ketegangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat, serta situasi yang tidak stabil di beberapa negara berkembang telah menciptakan lingkungan global yang tidak pasti.

Ketidakpastian inilah yang menjadi alasan kuat bagi investor untuk mencari perlindungan melalui aset safe haven seperti emas. Dalam sejarahnya, emas selalu menjadi pelabuhan aman saat krisis ekonomi atau konflik internasional memuncak.

Aksi Ambil Untung: Strategi Investor yang Wajar

Koreksi harga emas saat ini dilihat oleh banyak analis sebagai bagian alami dari dinamika pasar. Ketika harga mencapai titik tertentu setelah mengalami kenaikan tajam, wajar jika sebagian pelaku pasar memutuskan untuk mengamankan keuntungan mereka.

Aksi ambil untung bukanlah sinyal negatif dalam jangka panjang, melainkan bagian dari siklus perdagangan yang sehat. Setelah koreksi ini, banyak investor justru melihat kesempatan untuk membeli kembali emas dengan harga yang lebih rendah.

Tren Jangka Panjang Masih Bullish

Meskipun terjadi penurunan jangka pendek, banyak analis sepakat bahwa tren jangka panjang emas masih tetap naik (bullish). Permintaan global terhadap emas, baik dari investor institusional maupun individu, tetap tinggi.

Selain itu, bank sentral di banyak negara juga terus menambah cadangan emas mereka sebagai bagian dari strategi diversifikasi cadangan devisa. Fenomena ini turut memberikan dukungan fundamental yang kuat terhadap harga emas dalam jangka panjang.

Tekanan Teknis: Koreksi dalam Pola Kenaikan

Dari perspektif teknikal, koreksi emas ini bisa dilihat sebagai penurunan wajar setelah mengalami kenaikan tajam dalam beberapa minggu terakhir. Biasanya, dalam pola tren naik, harga akan mengalami beberapa kali konsolidasi atau retracement sebelum melanjutkan perjalanan ke atas.

Beberapa analis teknikal menyebutkan bahwa zona $3.300 hingga $3.350 per ons bisa menjadi support kuat, di mana harga berpotensi memantul kembali jika sentimen positif tetap bertahan.

Pandangan Jangka Pendek: Waspadai Volatilitas

Meskipun tren jangka panjang tetap positif, dalam jangka pendek investor tetap perlu mewaspadai volatilitas. Faktor-faktor seperti rilis data ekonomi AS (seperti inflasi dan pengangguran), pernyataan pejabat The Fed, serta perkembangan geopolitik bisa memicu fluktuasi tajam harga emas dalam hitungan jam.

Untuk itu, pendekatan manajemen risiko sangat penting, terutama bagi investor yang aktif di pasar komoditas.

Kesimpulan: Koreksi Sehat dalam Tren yang Masih Positif

Pelemahan harga emas pada awal perdagangan Asia ini lebih mencerminkan koreksi teknikal yang sehat ketimbang perubahan fundamental. Aksi ambil untung oleh investor setelah kenaikan harga yang signifikan merupakan hal yang wajar dalam pasar keuangan.

Didukung oleh kebijakan moneter global yang akomodatif dan meningkatnya ketidakpastian geopolitik, daya tarik emas sebagai aset safe haven masih tetap kuat. Oleh karena itu, banyak pihak menilai bahwa koreksi ini justru membuka peluang beli bagi investor yang masih optimis terhadap logam mulia ini dalam jangka menengah hingga panjang.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 24 August 2025

Bestprofit | Pemangkasan Suku Bunga Angkat Emas

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (25/8) – Harga emas kembali menunjukkan kekuatannya di tengah sentimen pasar yang mengarah pada kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada bulan September. Ketidakpastian ekonomi, sinyal dovish dari Ketua The Fed Jerome Powell, serta penurunan imbal hasil obligasi mendukung pergerakan harga emas mendekati level tertingginya. Berikut ulasan lengkap tentang perkembangan terbaru pasar emas.

Pernyataan Powell Menjadi Katalis Positif bagi Emas

Pada simposium tahunan Jackson Hole yang dihadiri para pembuat kebijakan ekonomi dunia, Ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan pandangan yang lebih lunak terhadap kebijakan moneter ke depan. Dalam pidatonya, Powell menyebut bahwa perekonomian Amerika Serikat tengah menghadapi situasi yang menantang, terutama dari sisi pasar tenaga kerja. Ia juga mengisyaratkan bahwa jika kondisi pasar tenaga kerja terus melemah, pemangkasan suku bunga bisa menjadi langkah yang layak pada pertemuan FOMC berikutnya.

Pernyataan tersebut langsung disambut positif oleh pasar emas. Harga emas spot mencapai hampir $3.370 per troy ounce pada Senin pagi waktu Asia, memperpanjang kenaikan 1,1% dari hari Jumat sebelumnya. Pasar melihat sinyal dari Powell sebagai indikasi kuat bahwa The Fed mungkin akan mulai menurunkan suku bunga acuan pada bulan September, sesuatu yang secara historis mendukung penguatan logam mulia.

Penurunan Imbal Hasil Obligasi dan Pelemahan Dolar AS

Salah satu faktor utama yang memperkuat harga emas adalah penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS, terutama tenor 2 tahun yang sensitif terhadap ekspektasi suku bunga. Imbal hasil obligasi tenor pendek tersebut turun setelah pernyataan Powell, mencerminkan ekspektasi pasar bahwa kebijakan moneter yang lebih longgar akan segera diterapkan.

Selain itu, indeks kekuatan dolar AS (DXY) juga melemah sebagai respons atas sinyal dovish dari The Fed. Karena emas dihargai dalam dolar AS dan tidak memberikan imbal hasil tetap, pelemahan dolar dan turunnya yield obligasi membuat emas menjadi lebih menarik dibandingkan aset berbunga lainnya. Kombinasi kedua faktor ini mendorong permintaan emas, baik dari investor institusional maupun individu.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pasar Derivatif: Probabilitas Pemangkasan Suku Bunga Meningkat

Data dari pasar derivatif menunjukkan bahwa probabilitas pemangkasan suku bunga pada bulan September kini diperkirakan lebih dari 85%. Ini merupakan lonjakan signifikan dibandingkan beberapa minggu sebelumnya ketika The Fed masih menunjukkan sikap yang lebih hati-hati.

Namun, arah kebijakan setelah pemangkasan pertama masih belum jelas. The Fed tetap berhati-hati karena inflasi inti masih berada di atas target 2% yang ditetapkan bank sentral. Di sisi lain, data ketenagakerjaan mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan, dengan pertumbuhan pekerjaan melambat dan tingkat partisipasi tenaga kerja menurun.

Ketidakseimbangan antara tekanan inflasi dan perlambatan pasar tenaga kerja menjadi dilema tersendiri bagi The Fed. Dalam konteks ini, emas dipandang sebagai aset lindung nilai yang menarik, karena dapat melindungi nilai kekayaan investor dalam kondisi ketidakpastian ekonomi dan kebijakan moneter yang fluktuatif.

Kekhawatiran Inflasi Masih Membayangi

Meski ekspektasi pasar terhadap pelonggaran kebijakan moneter meningkat, kekhawatiran soal inflasi belum sepenuhnya hilang. Dalam pidatonya, Powell menyinggung bahwa kebijakan tarif impor, seperti yang diterapkan di masa pemerintahan Presiden Donald Trump, berpotensi memicu inflasi lebih sistematis di masa depan jika kembali diberlakukan.

Hal ini menunjukkan bahwa The Fed masih mempertimbangkan berbagai skenario yang bisa mempengaruhi arah inflasi. Jika tekanan inflasi kembali meningkat akibat faktor eksternal seperti perang dagang atau gangguan rantai pasok, maka ruang untuk penurunan suku bunga bisa kembali tertutup. Ini membuat arah kebijakan The Fed ke depan menjadi lebih kompleks dan data-dependent.

Kinerja Emas Sepanjang Tahun: Naik Lebih dari 25%

Sejak awal tahun 2025, harga emas telah meningkat lebih dari 25%, mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap berbagai risiko ekonomi global. Tidak hanya faktor suku bunga dan inflasi, ketegangan geopolitik seperti konflik di Timur Tengah, ketegangan antara Tiongkok dan Taiwan, serta ketidakpastian politik menjelang pemilihan presiden AS juga berkontribusi terhadap naiknya permintaan akan aset safe haven seperti emas.

Selain itu, pembelian emas oleh bank sentral, khususnya dari negara-negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan Rusia, juga menjadi pendorong utama harga. Bank sentral cenderung menambah cadangan emas sebagai diversifikasi dari dolar AS dan lindung nilai terhadap ketidakstabilan ekonomi global.

Hedge Fund Justru Kurangi Posisi Bullish

Meskipun harga emas mengalami kenaikan signifikan, data dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC) menunjukkan bahwa posisi bullish dari hedge fund justru mengalami penurunan ke level terendah dalam enam minggu terakhir. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian investor besar mulai mengambil sikap lebih hati-hati, mungkin karena mengantisipasi aksi ambil untung atau volatilitas pasar dalam waktu dekat.

Namun, pengurangan posisi tersebut belum menunjukkan pembalikan tren secara menyeluruh. Banyak analis percaya bahwa koreksi harga dalam jangka pendek justru bisa menjadi peluang akumulasi, terutama jika The Fed benar-benar mulai memangkas suku bunga dan ketidakpastian ekonomi berlanjut.

Logam Mulia Lainnya Bergerak Datar

Di samping emas, logam mulia lainnya seperti perak, platinum, dan palladium juga menunjukkan pergerakan yang relatif stabil. Perak dan platinum diperdagangkan mendatar pada Senin pagi, sementara palladium sedikit menguat.

Meskipun logam-logam ini juga dipengaruhi oleh faktor makroekonomi global, pergerakan harganya cenderung lebih volatil dan dipengaruhi oleh permintaan industri. Perak misalnya, digunakan dalam sektor elektronik dan energi surya, sedangkan platinum dan palladium banyak digunakan di industri otomotif untuk katalisator.

Kesimpulan: Emas Masih Menjadi Pilihan Favorit di Tengah Ketidakpastian

Harga emas tetap kokoh di tengah ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter AS dan melemahnya kekuatan dolar. Meskipun ada kekhawatiran mengenai inflasi dan sikap hati-hati dari investor institusional, tren jangka menengah hingga panjang masih mendukung penguatan harga emas.

Dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, perlambatan ekonomi global, dan kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed, logam mulia ini tetap menjadi aset safe haven pilihan di tengah ketidakpastian. Bagi investor, emas bisa menjadi bagian penting dari strategi diversifikasi portofolio dalam menghadapi kondisi pasar yang terus berubah.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 21 August 2025

Bestprofit | Emas Stabil Jelang Powell

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-9.jpg

Bestprofit (22/8) – Para pelaku pasar global saat ini tengah menahan napas menjelang pidato penting Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell yang dijadwalkan berlangsung pada Jumat mendatang di simposium Jackson Hole. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, harga emas cenderung bergerak mendatar, dengan emas spot tercatat di level $3.338,31 per ounce.

Fadi Al Kurdi, pendiri dan CEO FFA Kings, mengatakan bahwa pasar tengah berada dalam posisi “menunggu dan melihat”. Menurutnya, sinyal kebijakan moneter yang akan disampaikan oleh Powell — apakah akan bersifat dovish (cenderung longgar) atau hawkish (ketat) — dapat menjadi katalis besar bagi arah pasar keuangan dalam waktu dekat.

Jackson Hole: Momen Krusial bagi Kebijakan The Fed

Simposium Jackson Hole merupakan salah satu ajang paling ditunggu oleh pelaku pasar, ekonom, dan pembuat kebijakan di seluruh dunia. Dalam forum ini, pejabat tinggi bank sentral, termasuk Ketua The Fed, biasanya memberikan wawasan mengenai arah kebijakan moneter AS ke depan.

Jerome Powell dijadwalkan akan menyampaikan pidato utama pada Jumat pagi waktu setempat, dan spekulasi pun bermunculan. Apakah ia akan menunjukkan komitmen untuk menjaga pertumbuhan lapangan kerja di tengah perlambatan ekonomi global? Ataukah ia justru akan tetap fokus dalam perjuangan menekan inflasi, yang meskipun telah mereda dari puncaknya, masih berada di atas target jangka panjang Fed sebesar 2%?

“Ketidakpastian apakah Powell akan memberi sinyal komitmen yang lebih kuat untuk mendukung lapangan kerja atau menegaskan kembali perjuangan melawan inflasi dapat memengaruhi arah pasar,” jelas Fadi Al Kurdi. Ia menambahkan bahwa sikap yang lebih dovish bisa menjadi sentimen positif bagi logam mulia seperti emas.

Dovish vs. Hawkish: Dampaknya terhadap Harga Emas

Harga emas sangat sensitif terhadap arah kebijakan suku bunga The Fed. Dalam konteks ini, istilah dovish merujuk pada kebijakan yang cenderung longgar atau akomodatif, seperti penurunan suku bunga atau penghentian kenaikan suku bunga. Sebaliknya, kebijakan hawkish menandakan sikap yang lebih ketat, seperti menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi.

Jika Powell mengisyaratkan pendekatan dovish — misalnya, dengan menyatakan bahwa The Fed mempertimbangkan pelonggaran moneter untuk mendukung pasar tenaga kerja — maka kemungkinan besar akan terjadi penurunan imbal hasil obligasi AS, serta pelemahan dolar AS. Kedua kondisi ini ideal bagi kenaikan harga emas, yang tidak memberikan bunga dan dihargai dalam dolar.

Namun jika Powell menegaskan kembali komitmen The Fed terhadap pengendalian inflasi, termasuk kemungkinan kenaikan suku bunga lanjutan, maka harga emas bisa tertekan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Emas Spot Bergerak Mendatar, Pasar Menahan Diri

Hingga Kamis pagi, harga emas spot tercatat stabil di $3.338,31 per ounce, menurut data Bloomberg. Pergerakan ini mencerminkan sikap hati-hati investor yang enggan mengambil posisi besar sebelum mendengar pidato Powell.

Dalam beberapa pekan terakhir, harga emas sempat mengalami volatilitas akibat data ekonomi AS yang beragam. Data ketenagakerjaan yang solid mendukung ekspektasi suku bunga tinggi lebih lama, sementara laporan inflasi yang lebih jinak menghidupkan harapan akan jeda dalam kenaikan suku bunga.

“Pasar emas saat ini berada dalam fase konsolidasi,” kata analis komoditas dari FXStreet. “Kondisi teknikal menunjukkan ada potensi breakout setelah pidato Powell, tergantung pada arah kebijakan moneter yang akan diambil.”

Strategi Investor: Lindung Nilai di Tengah Ketidakpastian

Emas telah lama dikenal sebagai aset safe haven — yaitu aset yang dicari saat ketidakpastian meningkat. Dalam situasi seperti sekarang, emas bukan hanya menjadi alat lindung nilai terhadap inflasi, tetapi juga terhadap ketidakpastian arah kebijakan The Fed dan potensi perlambatan ekonomi global.

“Investor institusional cenderung menambah posisi pada emas saat risiko geopolitik meningkat atau saat bank sentral diperkirakan akan mengubah arah kebijakan,” ujar Fadi Al Kurdi. “Jika Powell memberi sinyal bahwa The Fed akan lebih toleran terhadap inflasi demi mendukung pertumbuhan lapangan kerja, emas kemungkinan akan mendapat dorongan besar.”

Di sisi lain, banyak analis juga mengingatkan bahwa harga emas telah naik cukup signifikan sejak awal tahun, dan koreksi jangka pendek bisa terjadi jika ekspektasi pasar tidak sejalan dengan kenyataan.

Prospek Jangka Menengah: Emas di Tengah Transisi Ekonomi Global

Terlepas dari hasil pidato Powell, banyak pihak percaya bahwa kita sedang memasuki fase baru dalam siklus ekonomi global. Ketidakpastian geopolitik, perlambatan pertumbuhan di Tiongkok, serta transisi energi global turut menjadi faktor yang mendorong permintaan terhadap emas.

Beberapa bank investasi besar, seperti UBS dan Goldman Sachs, memperkirakan bahwa harga emas bisa menembus $3.500 per ounce pada akhir tahun jika The Fed mulai melonggarkan kebijakan dan data inflasi terus menurun.

Namun, semua itu tetap bergantung pada arah komunikasi The Fed, dan Jackson Hole menjadi titik penting untuk membaca sinyal tersebut.

Penutup: Semua Mata Tertuju pada Powell

Dengan pasar yang cenderung datar dan volatilitas yang rendah menjelang simposium Jackson Hole, tampaknya pelaku pasar global memilih untuk menunggu kepastian daripada berspekulasi.

Pidato Jerome Powell akan menjadi penentu arah pasar dalam beberapa minggu ke depan, terutama bagi pasar obligasi, mata uang, dan komoditas seperti emas. Satu pernyataan saja bisa mengubah persepsi pasar secara drastis.

Jika pidato tersebut bernada dovish, emas berpotensi untuk kembali menguat dan menembus level resistensi baru. Namun jika nada hawkish yang dominan, maka tekanan pada harga emas bisa terjadi, setidaknya dalam jangka pendek.

Untuk saat ini, satu hal yang pasti: ketidakpastian adalah satu-satunya kepastian, dan emas tetap menjadi aset utama bagi mereka yang mencari perlindungan dalam dunia yang penuh gejolak.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 20 August 2025

Bestprofit | Emas Melemah Jelang Jackson Hole

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (21/8) – Harga emas melemah tipis pada awal perdagangan Asia menjelang simposium Jackson Hole tiga hari yang dimulai Kamis. Analis memperkirakan bahwa pidato Ketua The Fed Jerome Powell akan memberikan arah baru bagi kebijakan moneter Amerika Serikat, terutama terkait potensi penurunan suku bunga.

Melemahnya Harga Emas di Awal Pekan

Pada perdagangan hari Kamis pagi waktu Asia, harga emas spot turun sebesar 0,2% menjadi $3.343,43 per ons. Pelemahan ini terjadi menjelang dimulainya simposium ekonomi tahunan yang diadakan oleh Federal Reserve Kansas City di Jackson Hole, Wyoming, yang berlangsung selama tiga hari.

Simposium ini dikenal sebagai salah satu forum utama bagi para bankir sentral, ekonom, dan pelaku pasar global untuk berdiskusi mengenai arah kebijakan ekonomi dan moneter dunia. Karena itu, pelaku pasar kerap menanti-nanti pidato utama dari para pemimpin bank sentral dunia, termasuk Ketua The Fed, Jerome Powell.

Jackson Hole: Pusat Perhatian Pasar Global

Simposium Jackson Hole bukan sekadar pertemuan akademik biasa. Dalam beberapa tahun terakhir, forum ini telah menjadi ajang penting bagi Federal Reserve dalam menyampaikan sinyal-sinyal kebijakan utama kepada pasar. Pidato-pidato di Jackson Hole kadang kala menjadi katalis pergerakan besar di pasar finansial global, termasuk pasar emas.

Analis senior Kitco.com, Jim Wyckoff, mengatakan bahwa pasar menanti pidato Powell yang dijadwalkan pada hari Jumat. Menurutnya, pidato tersebut “diperkirakan akan menjadi pembaruan kerangka kebijakan moneter bank sentral.”

Ia menambahkan, “Pidato Powell bisa memberi pasar perspektif baru tentang seberapa besar dukungan FOMC untuk menurunkan suku bunga AS pada September.”


Kunjungi juga : bestprofit futures

Hubungan Antara Suku Bunga dan Harga Emas

Salah satu alasan utama mengapa pidato Powell menjadi sangat penting bagi pasar emas adalah hubungan erat antara suku bunga dan harga emas. Emas merupakan aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset) seperti bunga atau dividen. Karena itu, ketika suku bunga tinggi, investor cenderung lebih memilih aset berbunga seperti obligasi karena memberikan return yang lebih baik daripada menyimpan emas.

Sebaliknya, jika The Fed memberikan sinyal untuk menurunkan suku bunga, maka daya tarik emas bisa meningkat karena kesempatan return dari aset lain menjadi lebih kecil. Oleh karena itu, jika Powell mengindikasikan bahwa Federal Reserve mulai mempertimbangkan pemangkasan suku bunga, maka harga emas bisa kembali menguat.

Skenario yang Ditunggu Pasar: Dovish atau Hawkish?

Dalam konteks kebijakan moneter, pasar kini sedang berusaha membaca apakah The Fed akan bersikap dovish (mendukung pelonggaran kebijakan) atau tetap hawkish (menjaga suku bunga tinggi dalam jangka panjang). Pidato Powell akan menjadi penentu arah pasar untuk jangka menengah.

Jika pidato Powell cenderung dovish — misalnya dengan menyampaikan kekhawatiran atas perlambatan ekonomi atau inflasi yang semakin terkendali — maka pelaku pasar akan menafsirkan hal tersebut sebagai sinyal kemungkinan penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Ini bisa menjadi sentimen positif untuk emas.

Sebaliknya, jika Powell menyatakan bahwa inflasi masih jauh dari target 2% dan membutuhkan kebijakan suku bunga tinggi lebih lama lagi, maka harga emas berpotensi melanjutkan tekanan turun.

Faktor Global yang Mempengaruhi Emas

Selain fokus utama pada The Fed, pasar emas juga dipengaruhi oleh berbagai faktor global lain, seperti:

  • Kondisi ekonomi Tiongkok yang saat ini menghadapi tantangan perlambatan pertumbuhan, yang bisa berdampak pada permintaan emas fisik.

  • Ketegangan geopolitik, seperti konflik di Timur Tengah atau ketegangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat, yang biasanya meningkatkan permintaan emas sebagai aset safe haven.

  • Nilai tukar dolar AS, yang memiliki korelasi terbalik dengan harga emas. Ketika dolar menguat, harga emas cenderung turun karena menjadi lebih mahal bagi pembeli non-dolar.

Data Inflasi dan Ekonomi AS Menjadi Pertimbangan

Menjelang simposium ini, pasar juga mencermati data-data ekonomi Amerika Serikat seperti:

  • Data inflasi (CPI dan PCE), yang menjadi indikator utama bagi kebijakan The Fed.

  • Data ketenagakerjaan, termasuk tingkat pengangguran dan pertumbuhan upah.

  • Data konsumsi dan pertumbuhan ekonomi (PDB), yang menunjukkan daya beli masyarakat.

Jika data-data tersebut menunjukkan perlambatan, maka kemungkinan besar The Fed akan mulai mempertimbangkan pelonggaran kebijakan. Ini tentu menjadi dukungan tambahan bagi harga emas dalam beberapa bulan mendatang.

Strategi Investor Menjelang Pidato Powell

Banyak investor cenderung wait and see menjelang pidato Powell. Volume perdagangan biasanya menurun karena pelaku pasar menghindari risiko spekulatif. Namun, beberapa investor jangka panjang justru melihat kondisi ini sebagai kesempatan untuk akumulasi emas di level harga yang lebih rendah.

Emas masih dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan inflasi. Oleh karena itu, meskipun harga emas mengalami pelemahan jangka pendek, prospeknya tetap menarik bagi investor yang mencari stabilitas jangka panjang.

Proyeksi Harga Emas ke Depan

Dengan harga saat ini di kisaran $3.343,43 per ons, analis memperkirakan bahwa pergerakan selanjutnya akan sangat tergantung pada:

  1. Nada pidato Powell di Jackson Hole

  2. Data inflasi AS pada bulan September

  3. Keputusan suku bunga The Fed pada FOMC bulan depan

  4. Sentimen global dan permintaan emas fisik

Jika Powell memberikan sinyal dovish, maka harga emas bisa menguji kembali level resistance di kisaran $3.400 hingga $3.450. Namun, jika sinyal hawkish yang muncul, maka emas bisa turun menuju support kuat di bawah $3.300.

Kesimpulan: Menanti Kejelasan dari The Fed

Pelemahan tipis harga emas pada awal perdagangan Asia merupakan cerminan dari ketidakpastian pasar menjelang simposium Jackson Hole. Semua mata tertuju pada pidato Jerome Powell yang bisa menjadi sinyal arah suku bunga ke depan.

Dengan hubungan yang erat antara suku bunga dan harga emas, pidato ini diperkirakan akan menjadi pemicu utama pergerakan emas dalam jangka pendek hingga menengah. Bagi investor, saat-saat seperti ini menjadi waktu yang krusial untuk mengamati, mengevaluasi, dan menyusun strategi berdasarkan arah kebijakan moneter The Fed yang akan segera terungkap.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 19 August 2025

Bestprofit | Emas Stabil Jelang Pidato Powell

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (20/8) – Harga emas tetap bertahan meskipun mencatat penurunan kecil menjelang pidato penting dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, akhir pekan ini. Pidato tahunan yang akan disampaikan di Jackson Hole, Wyoming, menjadi fokus utama pasar, dengan harapan bahwa arah kebijakan suku bunga akan lebih jelas.

Harga Emas Bertahan di Tengah Penurunan Permintaan Safe Haven

Pada awal sesi perdagangan Asia, harga emas batangan diperdagangkan di kisaran $3.315 per ons, mempertahankan penurunan 0,5% dari sesi sebelumnya. Penurunan ini terjadi setelah munculnya harapan baru untuk mengakhiri konflik antara Rusia dan Ukraina, yang mengurangi permintaan terhadap aset lindung nilai seperti emas.

Namun, meskipun terjadi penurunan tersebut, posisi emas relatif stabil. Investor masih menahan diri dari aksi jual besar-besaran menjelang pidato tahunan Jerome Powell yang akan digelar Jumat ini. Pasar sangat menantikan pidato ini, yang bisa memberikan petunjuk arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) untuk beberapa bulan ke depan.

Fokus Pasar: Prospek Pemangkasan Suku Bunga

Pasar saat ini memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh The Fed pada pertemuan berikutnya. Ekspektasi tersebut membuat investor tetap tertarik pada emas, karena suku bunga yang lebih rendah menguntungkan emas, yang tidak menghasilkan bunga seperti obligasi.

Namun, jalur pelonggaran moneter The Fed tidak sepenuhnya jelas. Data inflasi Amerika Serikat yang dirilis pekan lalu menunjukkan kenaikan yang lebih tinggi dari perkiraan, yang membuat sebagian pelaku pasar mulai meragukan prospek pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Powell Hadapi Tekanan Politik dan Tantangan Ekonomi

Jerome Powell kini berada di posisi sulit. Di satu sisi, ia menghadapi tekanan dari Presiden saat itu, Donald Trump, yang mendorong pemangkasan suku bunga besar-besaran demi mendukung pertumbuhan ekonomi dan meredam dampak kebijakan tarif yang agresif. Di sisi lain, Powell khawatir bahwa agenda tarif Trump dapat memicu inflasi, yang justru bertentangan dengan alasan untuk melonggarkan kebijakan moneter.

Dalam konteks ini, pidato Powell di Jackson Hole dipandang sebagai momen penting untuk mengklarifikasi posisi The Fed. Apakah mereka akan mengikuti tekanan pasar dan politik untuk menurunkan suku bunga, atau tetap bersikap hati-hati menghadapi potensi lonjakan inflasi?

Kinerja Emas Selama Tahun Ini: Didukung Faktor Global

Terlepas dari fluktuasi jangka pendek, emas tetap menjadi salah satu aset dengan kinerja paling solid sepanjang tahun ini. Harga emas telah menguat lebih dari 25%, didukung oleh beberapa faktor global:

  • Pembelian oleh bank sentral di berbagai negara, sebagai bagian dari diversifikasi cadangan devisa dan upaya de-dolarisasi.

  • Arus masuk ke Exchange Traded Funds (ETF) berbasis emas, yang menunjukkan minat kuat investor institusi.

  • Ketegangan geopolitik global, termasuk konflik Timur Tengah, Laut China Selatan, dan situasi Rusia-Ukraina.

  • Kekhawatiran atas dampak kebijakan tarif terhadap pertumbuhan ekonomi global, terutama di tengah meningkatnya proteksionisme dan perlambatan pertumbuhan Tiongkok.

Semua faktor ini berkontribusi terhadap persepsi bahwa emas adalah aset aman (safe haven) yang layak dimiliki dalam portofolio investasi.

Gerak Harga Logam Mulia Lainnya

Selain emas, logam mulia lainnya juga menunjukkan pergerakan yang relatif stabil:

  • Perak, paladium, dan platinum tercatat bergerak datar pada awal sesi Asia.

  • Bloomberg Dollar Spot Index naik 0,1%, yang sedikit menekan harga emas karena penguatan dolar biasanya membuat logam mulia menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.

Kondisi ini mencerminkan sikap pasar yang “wait and see”, dengan semua perhatian tertuju pada potensi arah kebijakan The Fed.

De-Dolarisasi: Tantangan Jangka Panjang bagi Dolar AS

Salah satu tema penting yang juga memengaruhi harga emas dalam jangka panjang adalah tren de-dolarisasi global. Negara-negara seperti Tiongkok, Rusia, dan beberapa negara BRICS telah secara aktif mengurangi ketergantungan mereka pada dolar AS dalam perdagangan internasional dan cadangan devisa mereka.

Langkah ini tidak hanya berdampak pada posisi dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia, tetapi juga mendorong permintaan terhadap emas sebagai alternatif penyimpan nilai global. De-dolarisasi yang meluas bisa menjadi katalis jangka panjang yang memperkuat harga emas, terutama jika ketegangan geopolitik terus meningkat.

Analisis Teknikal dan Sentimen Pasar

Secara teknikal, emas masih berada dalam tren naik jangka menengah hingga panjang, meskipun saat ini bergerak dalam rentang sempit. Level support utama berada di sekitar $3.280 per ons, sedangkan resistance jangka pendek ada di kisaran $3.340–$3.360 per ons.

Banyak analis memperkirakan bahwa, jika Powell memberikan sinyal dovish dalam pidatonya, harga emas bisa segera menembus resistance tersebut dan melanjutkan reli. Namun, jika Powell mengadopsi nada yang lebih hawkish karena kekhawatiran inflasi, emas bisa menghadapi tekanan jual sementara.

Kesimpulan: Pidato Powell Jadi Penentu Arah Emas Selanjutnya

Harga emas saat ini berada dalam posisi yang sensitif terhadap arah kebijakan moneter The Fed. Pidato Jerome Powell di Jackson Hole pada akhir pekan ini bisa menjadi penentu utama apakah harga emas akan kembali reli atau mengalami konsolidasi lebih lanjut.

Meskipun ada tekanan dari sisi data inflasi dan politik, prospek pemangkasan suku bunga tetap menjadi dukungan utama bagi emas. Selain itu, faktor-faktor seperti pembelian bank sentral, ketegangan geopolitik, dan de-dolarisasi global terus memberikan dukungan struktural terhadap permintaan emas.

Bagi investor, ini bisa menjadi waktu penting untuk memantau sinyal dari The Fed sekaligus mengevaluasi posisi portofolio, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kebijakan dan gejolak global yang terus berlanjut.

 


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Monday, 18 August 2025

Bestprofit | Pasar Tunggu Powell, Emas Konsolidasi

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (19/8) – Emas diperdagangkan dalam pola konsolidasi pada awal sesi Asia menjelang simposium ekonomi tahunan Jackson Hole yang akan berlangsung akhir pekan ini. Para pelaku pasar tampaknya mengambil pendekatan hati-hati, menantikan arahan lebih lanjut dari pejabat Federal Reserve terkait prospek suku bunga. Harga emas spot tercatat nyaris stagnan di kisaran $3.331,89 per ons, mencerminkan ketidakpastian pasar.

Menanti Isyarat dari Jerome Powell

Simposium ekonomi Jackson Hole yang digelar setiap tahun oleh Federal Reserve Bank of Kansas City menjadi salah satu ajang paling penting bagi pembuat kebijakan ekonomi global. Tahun ini, perhatian pasar tertuju pada pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, yang dijadwalkan akan memberikan arahan kebijakan moneter.

Menurut laporan riset ANZ Research, para analis memperkirakan Powell mungkin memberi sinyal tentang kemungkinan pemangkasan suku bunga secepat bulan September.

“Pernyataan Powell di Jackson Hole sangat krusial karena bisa menetapkan ekspektasi pasar untuk beberapa bulan ke depan. Jika nada pidatonya dovish, harga emas berpotensi menguat signifikan,” tulis analis ANZ.

Emas dan Hubungannya dengan Suku Bunga

Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Ketika suku bunga naik, daya tarik emas sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil (yield) menjadi berkurang. Sebaliknya, jika suku bunga dipangkas, emas menjadi lebih menarik bagi investor sebagai alat lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi.

Dalam beberapa bulan terakhir, ekspektasi akan pemangkasan suku bunga telah meningkat, seiring dengan data inflasi yang mulai melambat dan tanda-tanda pelemahan dalam beberapa sektor ekonomi AS. Namun, hingga saat ini, The Fed masih mempertahankan kebijakan ketat, menunggu bukti lebih lanjut bahwa inflasi benar-benar telah menuju target 2%.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Dolar AS Menahan Laju Emas

Meskipun ada potensi pemangkasan suku bunga, penguatan dolar AS justru menjadi penghambat utama bagi kenaikan harga emas. Indeks dolar tercatat naik tipis dalam beberapa sesi terakhir, yang membuat emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

“Dolar AS yang kuat menciptakan tekanan terhadap permintaan emas global. Ini menjadi salah satu alasan mengapa harga emas belum menunjukkan respons positif yang besar terhadap ekspektasi pemangkasan suku bunga,” ujar seorang analis pasar komoditas di Singapura.

Secara historis, harga emas memiliki korelasi terbalik dengan dolar AS. Ketika dolar menguat, investor cenderung mengalihkan dana ke aset dolar, mengurangi permintaan terhadap logam mulia.

Meredanya Ketegangan Geopolitik Melemahkan Daya Tarik Safe Haven

Selain faktor makroekonomi, harga emas juga dipengaruhi oleh dinamika geopolitik. Dalam beberapa bulan terakhir, ketegangan antara negara-negara besar seperti AS, Rusia, dan Tiongkok sempat mendorong minat terhadap aset safe haven seperti emas. Namun, saat ini ketegangan tersebut tampak mereda, setidaknya untuk sementara waktu.

Dengan tidak adanya konflik besar atau eskalasi ketegangan baru, investor tampaknya memilih untuk menahan diri daripada mengalihkan dana ke aset perlindungan seperti emas. Hal ini turut menekan harga emas untuk bergerak dalam rentang yang sempit.

Pasar Menunggu Keputusan: Konsolidasi Menjadi Strategi

Pergerakan harga emas yang cenderung mendatar menunjukkan bahwa pasar sedang dalam fase konsolidasi. Dalam dunia perdagangan, konsolidasi terjadi ketika harga bergerak dalam kisaran tertentu tanpa arah yang jelas, mencerminkan ketidakpastian dan penantian terhadap katalis besar.

“Trader saat ini memilih untuk wait and see. Mereka menunggu pidato Powell dan hasil diskusi para pembuat kebijakan di Jackson Hole. Volatilitas bisa meningkat tajam setelah simposium berlangsung,” jelas seorang trader komoditas senior di Hong Kong.

Volume perdagangan emas juga tampak menurun dalam beberapa sesi terakhir, seiring minimnya pemicu pasar yang baru. Investor tampaknya enggan mengambil posisi besar sebelum memperoleh kejelasan dari pertemuan bank sentral akhir pekan ini.

Faktor Tambahan yang Diperhatikan Pasar

Selain Jackson Hole, ada beberapa indikator ekonomi lain yang juga menjadi perhatian pelaku pasar, antara lain:

  1. Data Inflasi (CPI dan PCE) di AS
    Jika data inflasi ke depan menunjukkan tren penurunan yang konsisten, hal ini akan memperkuat peluang pemangkasan suku bunga, yang bisa mendukung harga emas.

  2. Laporan Tenaga Kerja (NFP)
    Pasar tenaga kerja yang melambat bisa menjadi sinyal bahwa perekonomian AS mulai kehilangan tenaga, memberikan alasan tambahan bagi The Fed untuk mulai melonggarkan kebijakan moneter.

  3. Permintaan Fisik dari Asia
    Negara-negara seperti Tiongkok dan India merupakan konsumen emas terbesar di dunia. Permintaan fisik dari kawasan Asia akan menjadi faktor penting yang turut membentuk harga emas dalam beberapa bulan ke depan.

Outlook Jangka Pendek dan Menengah

Dengan mempertimbangkan seluruh dinamika yang ada, outlook harga emas dalam jangka pendek masih tergantung pada arah kebijakan The Fed. Jika Powell menyampaikan pandangan dovish di Jackson Hole, harga emas bisa melonjak ke atas $3.350 per ons. Namun jika ia tetap bertahan pada pendekatan hati-hati atau hawkish, maka harga berisiko terkoreksi di bawah $3.300.

Dalam jangka menengah, potensi pemangkasan suku bunga secara bertahap, ketidakpastian politik menjelang pemilu AS 2026, serta perkembangan geopolitik global dapat menjadi faktor pendukung harga emas.

Kesimpulan

Perdagangan emas menjelang simposium Jackson Hole menunjukkan dinamika pasar yang hati-hati. Harga emas yang bergerak konsolidasi mencerminkan ketidakpastian arah kebijakan The Fed dan pengaruh dari faktor eksternal seperti penguatan dolar dan meredanya ketegangan geopolitik.

Fokus utama tertuju pada pidato Jerome Powell, yang bisa menjadi titik balik bagi arah pasar emas dalam beberapa bulan ke depan. Dengan kondisi pasar yang sensitif terhadap setiap sinyal perubahan kebijakan moneter, investor disarankan untuk mencermati perkembangan secara saksama dan bersiap menghadapi potensi volatilitas tinggi dalam waktu dekat.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Thursday, 14 August 2025

Bestprofit | Emas Melemah Mingguan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (15/8) – Harga emas mengalami tekanan minggu ini setelah para pedagang mengurangi ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) bulan depan. Kenaikan inflasi grosir di Amerika Serikat telah memicu penguatan dolar dan imbal hasil obligasi, yang pada akhirnya menekan harga logam mulia, terutama emas yang tidak menawarkan imbal hasil bunga.

Inflasi AS Meningkat, Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Menurun

Pada bulan Juli, inflasi grosir AS tercatat mengalami kenaikan tercepat dalam tiga tahun terakhir. Data tersebut mengejutkan pasar, yang sebelumnya memperkirakan bahwa tekanan inflasi akan mereda dan membuka jalan bagi The Fed untuk memangkas suku bunga pada bulan September.

Namun, laporan inflasi terbaru justru memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari yang diantisipasi. Hasilnya, para pedagang swap kini memperkirakan sekitar 90% kemungkinan pemangkasan suku bunga akan terjadi pada September.

Situasi ini berdampak langsung terhadap harga emas, yang sangat sensitif terhadap perubahan kebijakan moneter. Ketika suku bunga tinggi, emas menjadi kurang menarik karena tidak memberikan imbal hasil, tidak seperti obligasi atau aset berbunga lainnya.

Harga Emas Tertekan, Dolar dan Imbal Hasil Obligasi Menguat

Harga emas batangan saat ini diperdagangkan mendekati $3.335 per ons, turun sekitar 0,6% pada sesi sebelumnya. Sementara itu, emas spot stabil di $3.336,45 per ons pada pukul 7:44 pagi waktu Singapura. Penurunan mingguan diperkirakan mencapai 1,8%, menjadikannya salah satu minggu terburuk sejak pertengahan tahun ini.

Penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS menambah tekanan pada harga emas. Keduanya membuat emas, yang dihargai dalam dolar dan tidak memberikan bunga, menjadi relatif kurang menarik bagi investor.

Indeks Spot Dolar Bloomberg sedikit berubah, namun tetap berada di level tinggi yang mencerminkan kepercayaan pasar terhadap kekuatan ekonomi AS dan kemungkinan pengetatan kebijakan lebih lanjut.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kinerja Emas di Tahun Ini: Masih Naik Lebih dari 25%

Meskipun tekanan dalam jangka pendek meningkat, harga emas secara keseluruhan masih menunjukkan kinerja yang solid sepanjang tahun 2025. Sejauh ini, emas telah mencatat kenaikan lebih dari 25%, sebagian besar didorong oleh ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global.

Empat bulan pertama tahun ini merupakan periode pertumbuhan paling signifikan bagi emas. Permintaan terhadap aset safe haven meningkat tajam, terutama akibat konflik yang terus berlangsung di berbagai wilayah serta kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global.

Selain itu, pembelian emas oleh bank sentral di seluruh dunia juga turut menopang harga. Banyak bank sentral, terutama di negara-negara berkembang, meningkatkan cadangan emas mereka sebagai langkah diversifikasi dari dolar AS dan sebagai strategi lindung nilai terhadap inflasi.

Ketegangan Geopolitik dan Perdagangan Menambah Volatilitas

Faktor lain yang turut memengaruhi pergerakan harga emas adalah ketegangan geopolitik dan kebijakan perdagangan internasional. Minggu lalu, pasar emas dikejutkan oleh kabar bahwa emas batangan mungkin akan dikenakan tarif oleh AS.

Hal ini menyebabkan lonjakan premi untuk kontrak berjangka emas di New York dibandingkan dengan harga spot di London. Ketidakpastian tersebut memicu kekhawatiran akan terganggunya pasokan emas fisik dan mendorong permintaan dalam kontrak berjangka.

Namun, Presiden Donald Trump kemudian menyatakan bahwa tidak akan ada tarif untuk emas batangan. Masih belum ada klarifikasi formal yang berarti risiko kebijakan tetap ada dan dapat memicu volatilitas harga dalam waktu dekat.

Performa Logam Mulia Lain: Perak, Platinum, dan Paladium

Selain emas, logam mulia lainnya juga menunjukkan kinerja yang beragam pekan ini. Perak diperdagangkan datar, sementara platinum dan paladium mengalami penurunan tipis.

Pergerakan ini mencerminkan ketidakpastian yang lebih luas di pasar komoditas logam mulia. Meskipun perak memiliki penggunaan industri yang luas, harga logam ini tetap terpengaruh oleh sentimen investor terhadap dolar dan suku bunga.

Platinum dan paladium, yang banyak digunakan dalam industri otomotif untuk perangkat pengendali emisi, juga rentan terhadap perubahan kebijakan moneter dan ketegangan perdagangan global, karena permintaan industri mereka sangat sensitif terhadap kondisi ekonomi global.

Prospek Emas: Antara Ketidakpastian dan Harapan

Ke depan, pergerakan harga emas kemungkinan besar akan terus dipengaruhi oleh dua faktor utama: arah kebijakan moneter The Fed dan perkembangan ketegangan geopolitik.

Jika data inflasi AS kembali menunjukkan tren kenaikan, maka harapan untuk pemangkasan suku bunga mungkin akan semakin surut. Hal ini dapat memperpanjang tekanan terhadap harga emas. Sebaliknya, jika inflasi mulai mereda atau ada sinyal dovish dari pejabat The Fed, maka harga emas bisa kembali naik.

Selain itu, peristiwa geopolitik yang tak terduga seperti eskalasi konflik, sanksi ekonomi, atau krisis regional bisa mendongkrak permintaan terhadap emas sebagai aset pelindung nilai (safe haven).

Kesimpulan: Koreksi Jangka Pendek Bukan Akhir dari Reli Emas

Meskipun emas menuju kerugian mingguan akibat ekspektasi pemangkasan suku bunga yang berkurang dan data inflasi yang mengejutkan, logam mulia ini masih menunjukkan performa yang kuat secara tahunan. Tekanan jangka pendek saat ini mencerminkan reaksi pasar terhadap data ekonomi terbaru dan arah kebijakan moneter AS.

Namun, latar belakang ketegangan geopolitik, pembelian oleh bank sentral, dan minat investor terhadap aset safe haven tetap memberikan dukungan kuat bagi harga emas dalam jangka menengah hingga panjang.

Investor dan pengamat pasar sebaiknya tidak hanya fokus pada pergerakan mingguan, tetapi juga mempertimbangkan konteks makroekonomi dan geopolitik yang lebih luas dalam mengambil keputusan terkait investasi emas.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
 

bestprofit futures
 

Wednesday, 13 August 2025

Bestprofit | Emas Menguat Jelang Pemangkasan The Fed

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-4.jpg

Bestprofit (14/8) – Pada Kamis pagi (14 Agustus), harga emas mengalami penguatan yang signifikan di pasar Asia, didorong oleh meningkatnya spekulasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat akan melakukan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Menurut para analis, keputusan ini dapat memperkuat daya tarik emas sebagai aset safe-haven, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Katalis Utama Penguatan Emas: Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, memberikan pernyataan yang memicu spekulasi besar tentang potensi pemangkasan suku bunga. Dalam wawancara yang disiarkan pada hari Rabu, Yellen menyebutkan bahwa ada kemungkinan besar The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan bulan depan. Yellen juga memperkirakan bahwa biaya pinjaman akan turun sekitar 1,5 poin persentase atau lebih dalam beberapa bulan ke depan, tergantung pada situasi ekonomi.

Perkiraan tersebut langsung mencuri perhatian pelaku pasar, yang memperkirakan langkah agresif dari The Fed untuk mengatasi ketidakpastian ekonomi yang sedang berlangsung. Pasar uang pun sepenuhnya memperhitungkan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September mendatang, dan ada pula kemungkinan besar bahwa langkah tersebut akan berlanjut dalam beberapa bulan setelahnya.

Reaksi Pasar: Emas Menjadi Aset Favorit

Reaksi pasar terhadap komentar Menteri Keuangan Yellen menunjukkan bahwa pelaku pasar semakin memandang emas sebagai alternatif yang lebih menarik dibandingkan instrumen keuangan lainnya. Emas, sebagai logam mulia yang tidak terpengaruh langsung oleh suku bunga, sering dipandang sebagai aset safe-haven dalam situasi ketidakpastian ekonomi atau ketika nilai mata uang seperti dolar AS sedang tertekan.

Pada hari yang sama, harga emas spot mencatatkan kenaikan sebesar 0,4% dan diperdagangkan pada harga $3.370,33 per ounce. Ini adalah sinyal kuat bahwa investor semakin memprioritaskan emas sebagai tempat untuk melindungi nilai kekayaan mereka, dengan memanfaatkan penurunan suku bunga yang diharapkan untuk menjaga daya beli mereka.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Apa Dampak Pemangkasan Suku Bunga Terhadap Harga Emas?

Pemangkasan suku bunga oleh The Fed dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap harga emas. Ketika suku bunga turun, instrumen seperti obligasi dan tabungan menjadi kurang menarik karena imbal hasilnya menurun. Sebagai alternatif, investor cenderung beralih ke aset yang lebih stabil dan lebih menguntungkan seperti emas, yang meskipun tidak menghasilkan bunga, memberikan proteksi terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi.

Sebagai contoh, pada masa-masa sebelumnya, ketika The Fed melakukan penurunan suku bunga secara agresif, harga emas cenderung bergerak naik, karena investor mencari pelaburan yang aman dari dampak penurunan nilai mata uang. Hal ini membuat emas menjadi pilihan utama di kalangan investor institusi dan individu yang menginginkan perlindungan terhadap gejolak pasar finansial.

Mengapa Yellen Memprediksi Pemangkasan Suku Bunga?

Prediksi Janet Yellen mengenai pemangkasan suku bunga ini mengindikasikan bahwa The Fed mungkin akan mengambil langkah yang lebih proaktif untuk merespons tekanan ekonomi yang sedang berkembang. Meskipun AS menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi, masih ada sejumlah tantangan global, termasuk ketegangan perdagangan internasional, inflasi yang tak menentu, serta potensi resesi di beberapa negara besar. Oleh karena itu, The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga untuk merangsang pertumbuhan dan mencegah perlambatan ekonomi yang lebih dalam.

Selain itu, pemangkasan suku bunga juga bertujuan untuk mendukung sektor-sektor ekonomi yang sensitif terhadap suku bunga, seperti properti dan konsumsi rumah tangga. Dengan biaya pinjaman yang lebih rendah, masyarakat dan bisnis diharapkan akan lebih aktif dalam berbelanja dan berinvestasi, yang pada gilirannya dapat mendukung perekonomian AS secara keseluruhan.

Spekulasi Pasar: Reaksi terhadap Komentar Yellen

Setelah pernyataan Yellen, spekulasi mengenai pemangkasan suku bunga semakin berkembang, dengan banyak pelaku pasar yang mulai mengantisipasi bahwa langkah tersebut mungkin akan segera terjadi. Pasar uang kini memperhitungkan sepenuhnya pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin, namun beberapa analis juga memproyeksikan kemungkinan pemangkasan yang lebih besar sebesar 50 basis poin.

Beberapa ekonom mengatakan bahwa keputusan untuk menurunkan suku bunga sebanyak 50 basis poin akan menjadi langkah yang lebih berani, tetapi dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian yang lebih luas. Hal ini juga akan menambah daya tarik emas, karena kebijakan moneter yang lebih longgar cenderung menyebabkan pelemahan nilai tukar dolar AS, yang pada gilirannya membuat emas menjadi lebih murah bagi investor internasional.

Emas Sebagai Aset Safe-Haven

Sebagai tambahan, banyak investor beralih ke emas sebagai aset safe-haven selama periode ketidakpastian global, terutama ketika faktor-faktor eksternal, seperti ketegangan politik atau gejolak ekonomi internasional, memengaruhi pasar. Dalam hal ini, pemangkasan suku bunga dapat mengindikasikan adanya ketidakpastian lebih lanjut, yang pada gilirannya mendorong investor untuk melindungi diri mereka dengan berinvestasi pada logam mulia.

Keputusan The Fed untuk memangkas suku bunga juga bisa menjadi indikasi bahwa bank sentral AS melihat adanya potensi resesi atau penurunan tajam dalam aktivitas ekonomi, yang biasanya memicu lonjakan permintaan terhadap emas sebagai instrumen lindung nilai. Oleh karena itu, dengan proyeksi pemangkasan suku bunga yang semakin kuat, para investor semakin mempertimbangkan emas sebagai pilihan utama untuk menghindari risiko-risiko pasar lainnya.

Bagaimana Perkembangan Selanjutnya?

Meskipun saat ini pasar tengah memandang optimisme terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga, situasi tetap bisa berubah dengan cepat. The Fed harus mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk data inflasi dan lapangan kerja yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang stabil, sebelum akhirnya mengambil keputusan untuk memangkas suku bunga lebih lanjut.

Namun, berdasarkan pandangan pasar saat ini, emas tampaknya akan tetap menjadi pilihan yang sangat menarik bagi investor yang ingin melindungi kekayaan mereka dari potensi risiko yang timbul dari ketidakpastian ekonomi global. Dalam jangka pendek, kenaikan harga emas diperkirakan akan terus berlanjut, dengan investor terus mencari cara untuk memitigasi risiko yang berasal dari kebijakan moneter yang lebih longgar dan ketidakpastian pasar keuangan.

Kesimpulan

Pada akhirnya, komentar Menteri Keuangan Janet Yellen mengenai potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed semakin menguatkan prospek kenaikan harga emas di pasar global. Dalam situasi ketidakpastian ekonomi yang terus berkembang, emas tetap menjadi aset pilihan bagi banyak investor. Dengan harga yang cenderung menguat, emas kembali menunjukkan posisinya sebagai aset yang sangat dihargai dalam dunia investasi, terutama ketika suku bunga rendah membuat instrumen lain menjadi kurang menarik. Ke depannya, perkembangan kebijakan moneter The Fed dan dinamika ekonomi global akan terus memengaruhi harga emas, namun saat ini, logam mulia tersebut tampaknya tetap berada dalam tren penguatan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 12 August 2025

Bestprofit | Emas Naik Tipis, Spekulasi Rate Cut Meningkat

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (13/8) – Harga emas kembali mengalami penguatan tipis setelah data inflasi AS yang dirilis menunjukkan angka yang sesuai dengan ekspektasi pasar. Inflasi inti AS tercatat mengalami kenaikan, yang mendekati level terkuat sejak awal tahun ini, meskipun ada sedikit kenaikan harga barang yang meredakan kekhawatiran tentang tekanan yang didorong oleh tarif. Situasi ini memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada bulan depan, yang memberi sentimen positif terhadap harga emas.

Artikel ini akan membahas bagaimana data inflasi ini mempengaruhi pasar emas, spekulasi mengenai pemangkasan suku bunga, serta perkembangan lainnya yang turut memengaruhi pergerakan harga emas di pasar internasional.

Data Inflasi AS Meningkatkan Harapan Pemangkasan Suku Bunga

Menurut laporan terbaru, inflasi inti di Amerika Serikat mengalami kenaikan, mencapai level tertinggi sejak awal tahun. Meskipun terjadi sedikit kenaikan harga barang, yang dapat meredakan kekhawatiran mengenai tekanan inflasi yang berasal dari tarif impor, data ini tetap memperkuat spekulasi bahwa The Fed akan mengambil langkah pemangkasan suku bunga pada pertemuan bulan depan. Hal ini menambah keyakinan pasar bahwa Bank Sentral AS akan berusaha mendukung perekonomian dengan menurunkan biaya pinjaman, yang akan berdampak langsung pada pasar komoditas.

Harga emas, yang tidak memberikan imbal hasil bunga, biasanya memperoleh manfaat dalam lingkungan suku bunga yang lebih rendah. Ketika suku bunga diturunkan, daya tarik emas sebagai aset safe haven meningkat, karena biaya peluang untuk memegang emas menjadi lebih rendah dibandingkan dengan instrumen keuangan lainnya yang berbasis bunga. Oleh karena itu, kenaikan harga emas yang tercatat dalam beberapa hari terakhir tidak terlepas dari faktor ini.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kebijakan The Fed dan Prospek Suku Bunga yang Lebih Rendah

Pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) sebelumnya, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level yang lebih tinggi, meskipun terdapat kekhawatiran mengenai inflasi yang belum sepenuhnya mereda. Akan tetapi, data inflasi terbaru telah memperkuat spekulasi bahwa The Fed dapat mengubah kebijakannya. Beberapa analis ekonomi menganggap bahwa dengan adanya penurunan tekanan inflasi yang relatif terkendali, The Fed mungkin lebih cenderung menurunkan suku bunga guna merangsang pertumbuhan ekonomi yang lebih sehat, khususnya dalam menghadapi ketidakpastian pasar tenaga kerja.

Kondisi pasar tenaga kerja AS yang mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan juga menambah alasan bagi The Fed untuk mempertimbangkan kebijakan pemangkasan suku bunga. Sektor tenaga kerja yang lebih lemah biasanya berhubungan dengan pengurangan konsumsi dan investasi, sehingga suku bunga yang lebih rendah diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Impor Emas Batangan dan Ketidakpastian Tarif Impor

Salah satu isu yang sedang dipantau oleh pasar emas adalah ketidakpastian mengenai tarif impor emas batangan. Seiring dengan ketegangan perdagangan yang meningkat, pedagang dan investor mulai khawatir tentang kemungkinan adanya tarif tambahan yang dikenakan pada impor emas. Pada hari Senin, mantan Presiden Donald Trump menyatakan bahwa tidak akan ada pungutan tambahan atas impor emas, meskipun tidak memberikan penjelasan lebih lanjut terkait hal ini.

Pernyataan Trump datang setelah Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) AS mengejutkan pasar pada hari Jumat dengan pengumuman bahwa emas batangan yang diimpor akan dikenakan bea masuk. Pengumuman ini memicu ketidakpastian di kalangan pelaku pasar, yang langsung mengamati dampaknya terhadap harga emas global. Namun, setelah pernyataan Trump, pasar bereaksi dengan relatif tenang, dan harga emas berjangka di New York serta harga emas spot di London kembali stabil.

Pergerakan Harga Emas dan Spekulasi Pasar

Pada hari Rabu, harga emas berjangka untuk bulan Desember di Comex New York bertahan di kisaran $3.400 per ons, sedangkan harga emas spot diperdagangkan di sekitar $3.350 per ons. Perbedaan harga antara kedua pasar ini sudah mulai menipis setelah pernyataan dari Trump yang meredakan ketegangan seputar masalah tarif.

Harga emas telah mencatatkan kenaikan signifikan sekitar 28% sepanjang tahun ini, dengan sebagian besar kenaikan tersebut terjadi pada empat bulan pertama tahun 2025. Kenaikan harga ini didorong oleh beberapa faktor utama, termasuk ketegangan geopolitik yang meningkat serta ketidakpastian dalam perdagangan internasional, yang telah membuat emas semakin diminati sebagai aset safe haven. Selain itu, permintaan emas dari bank sentral di berbagai negara juga turut memberikan dorongan positif bagi harga emas.

Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Harga Emas

Selain spekulasi mengenai kebijakan moneter AS dan ketegangan perdagangan internasional, beberapa faktor lain juga turut berkontribusi pada fluktuasi harga emas. Salah satunya adalah pergerakan nilai tukar dolar AS. Harga emas sering kali bergerak seiring dengan pergerakan dolar AS, karena emas dihargakan dalam mata uang dolar di pasar internasional. Ketika dolar AS melemah, harga emas cenderung naik, karena emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Pada pagi hari di Singapura, harga emas spot tercatat naik tipis 0,1% menjadi $3.351,25 per ons. Indeks Bloomberg Dollar Spot juga sedikit berubah, meskipun tercatat mengalami kerugian sebesar 0,4% pada hari sebelumnya. Perak dan platinum cenderung stabil, sementara paladium mengalami pelemahan.

Kesimpulan: Emas Sebagai Aset Safe Haven yang Terus Menarik Perhatian

Dalam beberapa bulan terakhir, harga emas telah menunjukkan tren kenaikan yang signifikan. Penyebab utamanya adalah ketidakpastian yang meliputi pasar global, baik itu terkait dengan inflasi, kebijakan moneter AS, ketegangan geopolitik, maupun perkembangan perdagangan internasional. Kenaikan harga emas juga didorong oleh permintaan yang kuat dari bank sentral dan investor yang mencari perlindungan di tengah ketidakpastian ekonomi.

Saat ini, pasar emas tengah menunggu kepastian lebih lanjut mengenai kebijakan The Fed, potensi pemangkasan suku bunga, dan juga ketidakpastian mengenai tarif impor emas. Para investor dan pedagang masih mengamati dengan cermat perkembangan situasi ini, karena keputusan-keputusan yang akan diambil dalam beberapa minggu mendatang dapat memengaruhi arah pergerakan harga emas lebih lanjut.

Dengan berbagai faktor yang mendukung, emas tetap menjadi aset yang menarik dan terus diperhatikan oleh pelaku pasar sebagai salah satu instrumen yang dapat memberikan perlindungan terhadap ketidakpastian ekonomi global.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Monday, 11 August 2025

Bestprofit | Emas Naik Usai Koreksi

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-9.jpg

Bestprofit (12/8) – Emas kembali menunjukkan penguatan di awal perdagangan Asia pada hari Selasa, menyusul koreksi tajam sebelumnya yang terjadi pada hari Senin. Penguatan ini disinyalir sebagai bagian dari pemulihan teknis setelah logam mulia tersebut mengalami penurunan harian paling tajam dalam tiga bulan terakhir. Kabar terbaru dari mantan Presiden AS Donald Trump mengenai tarif terhadap emas menjadi salah satu faktor utama yang memicu perubahan sentimen ini.

Klarifikasi Trump Bantu Redakan Kepanikan Pasar

Kenaikan harga emas di awal perdagangan Asia terjadi tak lama setelah unggahan di akun Truth Social milik mantan Presiden AS Donald Trump. Dalam unggahan tersebut, Trump mengklarifikasi bahwa emas tidak akan dikenai tarif, membantah rumor yang sempat beredar luas pada akhir pekan lalu.

Sebelumnya, beredar laporan bahwa pemerintahan Trump, jika terpilih kembali, kemungkinan akan mempertimbangkan penerapan tarif terhadap impor logam mulia, termasuk emas batangan. Kabar ini memicu lonjakan harga emas pada hari Jumat lalu, bahkan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa. Para investor, dalam kepanikan, segera memborong emas sebagai langkah antisipatif terhadap kemungkinan pembatasan pasokan global.

Namun, setelah Trump merespons isu tersebut secara langsung dan menegaskan bahwa emas tidak termasuk dalam rencana tarif, sentimen pasar mulai membaik. Pernyataan ini memicu koreksi harga pada hari Senin, namun pemulihan kembali terjadi di awal sesi Asia hari ini, seiring pelaku pasar menilai respons sebelumnya terlalu berlebihan.

Harga Emas Spot Sedikit Menguat

Pada pukul awal perdagangan Asia hari ini, harga emas spot naik sebesar 0,2% ke level $3.347,81 per troy ounce. Meskipun kenaikan ini relatif kecil, namun cukup menunjukkan adanya pembalikan arah dari tekanan jual yang kuat sebelumnya.

Secara teknikal, penguatan ini juga dianggap sebagai bentuk pemulihan alami dari pasar yang sempat mengalami tekanan jangka pendek. Analis teknikal menyebutkan bahwa selama emas masih bertahan di atas level support kunci, maka peluang untuk kembali menguat tetap terbuka.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Sorotan Tertuju pada Data Inflasi AS

Selain isu tarif, fokus utama pasar hari ini adalah pada rilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) AS bulan Juli yang dijadwalkan keluar dalam beberapa jam ke depan. Data ini sangat penting karena akan memberikan petunjuk arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) ke depannya.

Jika inflasi menunjukkan tanda-tanda peningkatan yang lebih tinggi dari perkiraan, maka kemungkinan The Fed untuk kembali mengetatkan suku bunga menjadi lebih besar. Sebaliknya, jika inflasi melandai, maka akan memperkuat ekspektasi bahwa siklus kenaikan suku bunga telah berakhir, bahkan membuka peluang penurunan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan.

Pergerakan harga emas sangat sensitif terhadap perubahan ekspektasi suku bunga. Suku bunga yang lebih rendah cenderung membuat emas lebih menarik karena menurunkan opportunity cost dari memegang aset tanpa imbal hasil seperti emas.

Dinamika Teknikal dan Sentimen Pasar

Secara teknikal, penguatan emas di sesi Asia bisa dianggap sebagai sinyal rebound dari kondisi oversold dalam jangka pendek. Harga emas yang sempat melonjak ke rekor tertinggi lalu turun tajam menunjukkan bahwa pasar sedang mencari keseimbangan baru di tengah ketidakpastian global.

Banyak analis menyebutkan bahwa emas saat ini berada dalam fase konsolidasi setelah reli panjang. Koreksi yang terjadi bisa menjadi peluang bagi investor untuk kembali masuk ke pasar, terutama bagi mereka yang memandang emas sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian geopolitik.

Sementara itu, dari sisi makroekonomi, kekhawatiran atas pertumbuhan global, ketegangan geopolitik di beberapa wilayah, serta ketidakpastian politik di AS menjelang pemilu, turut mendukung daya tarik emas sebagai safe haven.

Respons Pasar Global Terhadap Volatilitas Emas

Reaksi pasar global terhadap pernyataan Trump menunjukkan betapa sensitifnya pasar emas terhadap faktor-faktor geopolitik dan kebijakan perdagangan. Dalam era informasi cepat seperti saat ini, satu pernyataan di media sosial dari tokoh politik besar seperti Trump bisa langsung memicu pergerakan tajam di pasar keuangan.

Hal ini menegaskan pentingnya bagi investor untuk tidak hanya mengandalkan indikator teknikal atau data ekonomi, tetapi juga memperhatikan perkembangan politik dan berita utama yang bisa berdampak besar terhadap psikologi pasar.

Outlook Emas Dalam Jangka Menengah

Melihat ke depan, prospek emas masih cukup menarik dalam jangka menengah hingga panjang. Permintaan terhadap logam mulia diperkirakan tetap tinggi, baik dari sektor investasi, bank sentral, maupun konsumen ritel di negara-negara seperti Tiongkok dan India.

Selain itu, dengan meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan melemahnya kepercayaan terhadap mata uang fiat di beberapa negara berkembang, emas kembali dipandang sebagai alat lindung nilai yang efektif. Banyak analis memperkirakan bahwa harga emas bisa tetap berada di atas level $3.300/oz hingga akhir tahun 2025, dengan potensi mencetak rekor baru jika kondisi global memburuk.

Kesimpulan

Kenaikan harga emas di awal sesi Asia hari ini menunjukkan bahwa pasar masih sangat responsif terhadap perkembangan politik dan ekonomi global. Klarifikasi dari Donald Trump mengenai isu tarif berhasil meredam ketakutan sementara dan memberikan ruang bagi pemulihan teknikal harga emas.

Namun, fokus utama pelaku pasar saat ini adalah pada data inflasi AS yang akan menjadi petunjuk penting arah kebijakan moneter The Fed. Jika inflasi terbukti jinak, maka harga emas berpotensi untuk melanjutkan tren naik.

Dalam kondisi ketidakpastian seperti ini, emas tetap menjadi pilihan populer bagi investor yang ingin melindungi portofolio mereka dari guncangan ekonomi dan volatilitas pasar. Oleh karena itu, tetap memantau perkembangan ekonomi dan geopolitik global menjadi kunci bagi siapa pun yang ingin berinvestasi dalam logam mulia ini.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures