Tuesday, 23 September 2025

Bestprofit | Emas Terkoreksi Ringan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-4.jpg

Bestprofit (24/9) – Emas spot alami koreksi teknis setelah cetak rekor baru, namun permintaan dari bank sentral tetap menjadi penopang utama

Harga emas mengalami pelemahan tipis pada perdagangan sesi Asia pagi hari ini, menandai koreksi teknis setelah logam mulia tersebut kembali mencetak rekor tertinggi baru pada sesi perdagangan sebelumnya. Meskipun harga mengalami tekanan, prospek peningkatan permintaan dari bank sentral global diyakini akan membatasi penurunan lebih lanjut.

Menurut catatan dari ANZ Research, permintaan emas terus menunjukkan kekuatan, terutama dari sektor resmi, yaitu bank sentral. Fenomena ini menunjukkan pergeseran fundamental dalam dinamika pasar emas global, di mana pembelian institusional dari negara-negara berkembang dan kekuatan ekonomi baru memainkan peran yang semakin besar.

Koreksi Teknis Setelah Rekor Tertinggi

Harga emas spot tercatat turun sebesar 0,1% ke level $3.762,78 per ons troi pada perdagangan pagi di sesi Asia. Pelemahan ini merupakan bentuk koreksi teknis yang umum terjadi setelah fase kenaikan tajam, terutama ketika pasar menyentuh rekor harga tertinggi baru. Sehari sebelumnya, harga emas mencapai level tertinggi sepanjang sejarah, didorong oleh kombinasi ketegangan geopolitik, ketidakpastian makroekonomi global, dan pelemahan dolar AS.

Namun demikian, pelemahan harga pagi ini dinilai bersifat sementara. Investor mengambil sebagian keuntungan setelah lonjakan harga sebelumnya, sembari menanti sinyal lanjutan dari arah kebijakan moneter global, terutama dari Federal Reserve AS.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Permintaan dari Bank Sentral Jadi Faktor Penopang

Salah satu faktor kunci yang membatasi penurunan harga emas adalah permintaan berkelanjutan dari bank sentral berbagai negara. Dalam beberapa tahun terakhir, tren pembelian emas oleh bank sentral mengalami lonjakan signifikan. Bank sentral dari negara-negara berkembang, termasuk Tiongkok, India, Turki, dan Rusia, terus menambah cadangan emas sebagai bagian dari diversifikasi aset dan penguatan stabilitas keuangan nasional.

Menurut analis dari ANZ Research, aliran masuk ke cadangan strategis negara-negara tersebut tetap kuat. “Permintaan telah didukung oleh arus masuk yang kuat ke cadangan strategis negara-negara dalam beberapa tahun terakhir,” tulis mereka dalam laporan riset terbaru.

Langkah Strategis Bank Rakyat Tiongkok

Salah satu langkah strategis terbaru yang patut diperhatikan datang dari Bank Rakyat Tiongkok (PBOC). Bank sentral Tiongkok ini dilaporkan ingin memanfaatkan tren global ini dengan mengukuhkan peran Tiongkok dalam pasar emas global. Salah satu caranya adalah dengan mendorong negara-negara sahabat untuk membeli emas batangan dan menyimpannya di Bursa Emas Shanghai (Shanghai Gold Exchange/SGE).

“Bank Rakyat Tiongkok ingin memanfaatkan pergeseran ini dengan menjadi kustodian cadangan emas asing,” kata para analis ANZ. Hal ini menunjukkan ambisi Tiongkok untuk menjadikan SGE sebagai pusat emas global alternatif yang mampu menyaingi dominasi pasar emas Barat seperti London dan New York.

Dinamika Geopolitik dan Strategi Diversifikasi Aset

Peningkatan permintaan emas dari bank sentral tidak terlepas dari meningkatnya ketidakpastian geopolitik global dalam beberapa tahun terakhir. Konflik di berbagai wilayah seperti Timur Tengah, ketegangan AS-Tiongkok, serta ketidakpastian arah kebijakan suku bunga global, membuat banyak negara lebih memilih instrumen lindung nilai (hedging) seperti emas.

Emas dipandang sebagai aset aman (safe haven) yang tidak tergantung pada sistem keuangan suatu negara. Dalam konteks ini, bank sentral melihat emas sebagai cara untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS, yang dominan dalam cadangan devisa global.

Pergeseran Kekuasaan Pasar Emas: Timur vs Barat

Dorongan Tiongkok untuk menjadikan dirinya sebagai pusat penyimpanan emas internasional melalui Bursa Emas Shanghai menandai pergeseran strategis dalam keseimbangan kekuatan pasar logam mulia. Jika selama puluhan tahun pusat perdagangan dan penyimpanan emas berada di London dan New York, kini kekuatan ekonomi Asia – terutama Tiongkok – mulai menantang dominasi tersebut.

Banyak negara berkembang yang memiliki kedekatan diplomatik dan ekonomi dengan Tiongkok mungkin akan mempertimbangkan tawaran dari PBOC ini. Dengan menyimpan emas di SGE, mereka bisa mendapat manfaat logistik, keamanan, serta akses langsung ke pasar emas Asia yang semakin likuid.

Fundamental Emas Tetap Kuat Meski Ada Volatilitas

Walaupun terjadi pelemahan harga jangka pendek, secara fundamental prospek emas masih sangat kuat. Beberapa faktor yang mendukung antara lain:

  1. Inflasi global yang masih tinggi di banyak negara mendorong investor mencari aset lindung nilai.

  2. Ketidakpastian suku bunga, terutama dari The Fed, membuat pasar bergejolak.

  3. Ketegangan geopolitik yang belum mereda mendorong permintaan aset safe haven.

  4. Diversifikasi cadangan devisa oleh bank sentral global mendorong permintaan emas jangka panjang.

Analis memperkirakan harga emas akan tetap dalam tren naik untuk jangka menengah hingga panjang, meskipun mungkin akan mengalami koreksi teknis sesekali seperti yang terjadi saat ini.

Emas sebagai Instrumen Politik dan Ekonomi Global

Langkah Tiongkok untuk menjadi kustodian emas internasional bukan hanya soal bisnis, tetapi juga soal geopolitik. Dengan mengajak negara sahabat menyimpan emas di Shanghai, Tiongkok memperkuat hubungan ekonomi sekaligus mengurangi dominasi Barat dalam sistem keuangan global. Ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang Tiongkok dalam membangun sistem keuangan multipolar.

Bank sentral Tiongkok sendiri diketahui telah menambah cadangan emasnya secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dan kini menjadi salah satu pemegang emas terbesar di dunia. Menjadikan Shanghai sebagai pusat penyimpanan emas merupakan langkah lanjutan dalam strategi besar ini.

Outlook Pasar: Apa yang Perlu Diwaspadai?

Meskipun tren jangka panjang mendukung kenaikan harga emas, ada beberapa faktor risiko yang perlu diperhatikan investor dan pelaku pasar:

  • Kebijakan moneter AS: Jika The Fed mengisyaratkan kenaikan suku bunga yang lebih agresif, maka harga emas bisa kembali tertekan.

  • Penguatan dolar AS: Dolar yang lebih kuat cenderung menekan harga emas karena membuatnya lebih mahal bagi pembeli luar negeri.

  • Likuiditas pasar global: Jika terjadi penurunan likuiditas global, investor mungkin melepas emas untuk memenuhi kebutuhan dana tunai.

Namun sejauh ini, faktor-faktor pendukung seperti permintaan bank sentral, ketegangan global, dan inflasi masih lebih dominan.

Kesimpulan: Momentum Emas Belum Berakhir

Pelemahan tipis harga emas di sesi Asia pagi ini merupakan bagian dari koreksi teknis yang wajar setelah reli kuat. Permintaan dari bank sentral, terutama langkah strategis Tiongkok, memberikan fondasi kuat bagi stabilitas harga emas dalam jangka panjang.

Dengan meningkatnya ketidakpastian global dan pergeseran struktur pasar emas dunia dari Barat ke Timur, logam mulia ini tetap menjadi aset penting bagi investor dan negara. Terlepas dari volatilitas jangka pendek, tren jangka panjang emas masih berada dalam jalur naik yang kokoh.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Monday, 22 September 2025

Bestprofit | Emas Stabil, The Fed Dukung Kenaikan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (23/9) – Harga emas menunjukkan stabilitas pada perdagangan awal sesi Asia, Senin (23/9), seiring dengan harapan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve (The Fed). Dalam situasi yang dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global, harga emas terus mendapat dorongan dari ekspektasi pasar akan kebijakan moneter yang lebih longgar dari bank sentral AS. Kenaikan harga emas ini juga didorong oleh kebijakan pemangkasan suku bunga yang dilakukan oleh The Fed pada pekan sebelumnya, yang membuat logam mulia ini semakin menarik bagi para investor.

Ketua The Fed, Jerome Powell, dijadwalkan untuk menyampaikan komentarnya mengenai perekonomian AS pada hari ini, yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan bank sentral tersebut. Harga emas spot, yang mencatatkan rekor tertinggi semalam, bertahan stabil dengan hanya mengalami sedikit perubahan di angka $3.747,22 per ons.

Artikel ini akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi harga emas, pandangan analis mengenai kebijakan The Fed, serta dampaknya terhadap perekonomian global.

1. Pemangkasan Suku Bunga Federal Reserve Mendorong Harga Emas

Pada pekan sebelumnya, The Fed melakukan pemangkasan suku bunga, yang merupakan langkah penting dalam merespons penurunan pertumbuhan ekonomi dan melemahnya pasar tenaga kerja di AS. Keputusan tersebut memberi sinyal kepada pasar bahwa The Fed siap untuk mendukung perekonomian lebih lanjut dengan menurunkan biaya pinjaman. Hal ini cenderung memperburuk daya tarik aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil tetap, seperti emas, yang sering kali menjadi alternatif investasi ketika suku bunga rendah.

Pemangkasan suku bunga ini juga diiringi dengan panduan dari The Fed bahwa pelonggaran moneter lebih lanjut kemungkinan akan dilakukan jika ekonomi AS tetap tertekan. Ini menambah ekspektasi bahwa harga emas akan terus meningkat karena permintaan untuk logam mulia tersebut diperkirakan akan tetap tinggi.

Fadi Al Kurdi, pendiri sekaligus CEO FFA Kings, dalam sebuah email menjelaskan bahwa pelonggaran moneter lebih lanjut semakin memperkuat permintaan terhadap aset yang tidak memberikan imbal hasil, seperti emas. Hal ini berarti para investor cenderung beralih ke emas sebagai tempat penyimpanan nilai, mengingat rendahnya suku bunga dan ketidakpastian ekonomi yang sedang berlangsung.


Kunjungi juga : bestprofit futures

2. Emas sebagai Aset Aman di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Emas sudah lama dikenal sebagai salah satu aset yang dapat bertindak sebagai pelindung nilai (safe haven) dalam situasi ketidakpastian ekonomi. Ketika perekonomian global mengalami gejolak, seperti resesi atau ketegangan geopolitik, investor cenderung beralih ke emas sebagai sarana untuk melindungi kekayaan mereka.

Pemangkasan suku bunga yang dilakukan oleh The Fed adalah salah satu faktor yang meningkatkan daya tarik emas sebagai investasi. Hal ini terjadi karena suku bunga rendah menyebabkan investor kurang tertarik untuk menempatkan dana mereka pada instrumen investasi yang memberikan bunga tetap, seperti obligasi. Sebagai alternatif, mereka lebih memilih aset seperti emas yang tidak memberikan imbal hasil tetapi dianggap lebih aman dari fluktuasi nilai mata uang dan inflasi.

Selain itu, ketegangan geopolitik, perang dagang, dan ketidakpastian politik global juga turut mendukung permintaan emas. Di tengah volatilitas pasar dan kekhawatiran tentang masa depan ekonomi global, emas tetap menjadi pilihan bagi banyak investor sebagai aset yang memiliki nilai jangka panjang dan cenderung tidak terpengaruh oleh perubahan politik atau kebijakan ekonomi di negara tertentu.

3. Kebijakan Moneter dan Implikasinya bagi Pasar Global

Kebijakan moneter yang lebih longgar, seperti pemangkasan suku bunga yang dilakukan oleh The Fed, memiliki dampak signifikan tidak hanya pada ekonomi AS tetapi juga pada pasar global. Negara-negara dengan ketergantungan pada dolar AS, termasuk negara berkembang, sering kali terpengaruh oleh perubahan kebijakan The Fed, karena dolar AS berperan penting dalam perdagangan internasional dan aliran modal global.

Ketika The Fed menurunkan suku bunga, ini dapat menyebabkan pelemahan nilai dolar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan daya tarik emas. Emas diperdagangkan dalam dolar AS, dan ketika dolar melemah, harga emas cenderung naik, membuatnya lebih terjangkau bagi pembeli di luar AS. Oleh karena itu, kebijakan moneter The Fed dapat memicu kenaikan harga emas di pasar internasional.

Namun, kebijakan ini juga memiliki dampak yang lebih luas terhadap ekonomi global. Negara-negara yang bergantung pada utang dalam dolar AS dapat menghadapi kesulitan akibat kenaikan biaya utang yang disebabkan oleh fluktuasi nilai tukar dolar. Sebaliknya, negara-negara yang memiliki cadangan emas yang besar akan merasa lebih aman karena logam mulia tersebut cenderung mempertahankan nilainya bahkan ketika mata uang dunia lainnya berfluktuasi.

4. Ekspektasi Kebijakan The Fed dan Dampaknya terhadap Harga Emas

Pernyataan Jerome Powell, Ketua The Fed, yang dijadwalkan pada hari Senin (23/9), dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter AS ke depan. Pasar akan mencerna setiap kata-kata Powell untuk mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga lebih lanjut di masa depan.

Jika Powell mengisyaratkan bahwa The Fed akan terus melonggarkan kebijakan moneternya untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, maka ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga lebih lanjut dapat mendorong harga emas ke level yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika Powell mengindikasikan bahwa The Fed akan berhati-hati dalam kebijakan suku bunganya, hal ini bisa mempengaruhi pergerakan harga emas yang mungkin terkoreksi.

Dengan ketidakpastian yang terus melanda pasar global, investor akan terus memantau setiap perkembangan terkait kebijakan moneter AS, karena ini akan sangat memengaruhi arah harga emas di masa mendatang.

5. Prospek Harga Emas ke Depan

Melihat kondisi saat ini, prospek harga emas dalam jangka pendek hingga menengah terlihat cukup optimistis. Pemangkasan suku bunga oleh The Fed yang kemungkinan akan berlanjut dapat memberikan dukungan lebih lanjut terhadap harga emas. Selain itu, ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global juga dapat berperan dalam mendorong permintaan terhadap emas sebagai aset aman.

Namun, ada beberapa faktor yang bisa menjadi tantangan bagi pergerakan harga emas, salah satunya adalah perubahan kebijakan moneter dari negara-negara besar lainnya, seperti Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan (BOJ). Jika bank sentral negara-negara tersebut juga mengadopsi kebijakan pelonggaran moneter lebih lanjut, maka fluktuasi pasar bisa memperburuk kondisi pasar global dan mengurangi daya tarik emas.

Kesimpulan

Harga emas tetap stabil di awal sesi Asia pada Senin (23/9) dan diperkirakan akan terus mendapat dorongan dari harapan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve. Keputusan The Fed untuk menurunkan suku bunga pada pekan lalu, disertai dengan indikasi bahwa kebijakan moneter yang lebih longgar akan terus berlanjut, memberikan optimisme bagi harga emas. Seiring dengan ketidakpastian ekonomi global yang terus berlanjut, permintaan terhadap emas sebagai aset aman kemungkinan akan tetap tinggi, mendorong harga emas untuk terus meningkat.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 21 September 2025

Bestprofit | Emas Dekat Rekor, Menanti The Fed

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (22/9) – Harga emas kembali mencatatkan lonjakan signifikan, menandakan minggu kelima berturut-turut harga logam mulia ini mengalami kenaikan. Katalis utama di balik kenaikan ini adalah keputusan Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada hari Rabu lalu. Langkah ini menjadi pemangkasan pertama yang dilakukan oleh bank sentral AS sepanjang tahun 2025, yang menyebabkan spekulasi bahwa kebijakan moneter yang lebih longgar akan terus berlanjut. Bagi para investor, ini memberikan peluang lebih besar bagi emas untuk tumbuh, mengingat emas tidak memberikan imbal hasil dan sering kali menguntungkan di tengah suku bunga rendah.

Seiring dengan pemangkasan suku bunga, para investor kini lebih cermat dalam menantikan rilis data inflasi utama yang dijadwalkan pada hari Jumat mendatang. Data ini diharapkan dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter The Fed di masa depan. Di sisi lain, pasar juga mulai mencermati berbagai faktor ekonomi global yang dapat mempengaruhi dinamika harga emas, termasuk data ekonomi Eropa dan Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) di AS.

Pemangkasan Suku Bunga The Fed dan Dampaknya terhadap Harga Emas

Keputusan The Fed untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu lalu memiliki dampak langsung terhadap harga emas. Dengan suku bunga yang lebih rendah, biaya kesempatan untuk menahan emas yang tidak menghasilkan bunga atau dividen menjadi lebih rendah. Hal ini membuat emas menjadi pilihan yang lebih menarik bagi investor, terutama di saat ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

Namun, meskipun harga emas sempat mencatatkan kenaikan tajam, ada koreksi harga setelah Ketua The Fed, Jerome Powell, mengungkapkan bahwa kebijakan moneter The Fed akan diambil secara bertahap dan berbasis pertemuan demi pertemuan. Pernyataan ini menurunkan ekspektasi bahwa bank sentral AS akan segera melonggarkan kebijakan moneter secara agresif. Meskipun begitu, prospek pemangkasan suku bunga lebih lanjut masih tetap mendukung momentum kenaikan harga emas dalam jangka panjang.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Data Inflasi AS dan Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Lebih Lanjut

Bagi para pelaku pasar, data inflasi yang akan dirilis pada hari Jumat mendatang akan menjadi kunci untuk menentukan langkah The Fed selanjutnya. Inflasi adalah salah satu indikator utama yang memengaruhi keputusan kebijakan moneter, dan dalam hal ini, Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) menjadi ukuran inflasi favorit bagi The Fed.

Laju pertumbuhan inflasi inti diperkirakan akan melambat, yang memperkuat argumen bahwa pemangkasan suku bunga lebih lanjut masih dapat dilakukan. Pelambatan inflasi menunjukkan bahwa tekanan harga tidak terlalu mengkhawatirkan, yang memberi ruang bagi The Fed untuk melanjutkan kebijakan moneter yang lebih longgar. Ini memberikan prospek positif bagi harga emas, yang selama ini sensitif terhadap perubahan kebijakan suku bunga.

Ketegangan Geopolitik dan Permintaan Safe Haven

Selain faktor moneter, harga emas juga didorong oleh ketegangan geopolitik yang terus berlangsung. Konflik-konflik internasional, seperti ketegangan di Timur Tengah, perang dagang antara Amerika Serikat dan negara-negara besar seperti China, serta dampak kebijakan tarif Presiden Donald Trump terhadap ekonomi global, telah meningkatkan permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.

Emas sering kali dianggap sebagai tempat berlindung yang aman (safe haven) di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik. Dalam kondisi ini, investor cenderung beralih ke emas sebagai bentuk perlindungan nilai terhadap inflasi, pelemahan mata uang, atau ketidakstabilan ekonomi global. Meningkatnya ketidakpastian geopolitik di berbagai belahan dunia semakin memperkuat daya tarik emas sebagai aset pelindung.

Pembelian Besar-Besaran oleh Bank Sentral dan ETF Emas

Permintaan terhadap emas juga dipengaruhi oleh kebijakan bank sentral di seluruh dunia. Bank-bank sentral global, termasuk Bank Sentral China dan Rusia, telah aktif membeli emas dalam jumlah besar sebagai bagian dari strategi diversifikasi cadangan devisa mereka. Selain itu, tren meningkatnya pembelian emas oleh investor melalui produk reksa dana berbasis emas atau ETF (Exchange Traded Funds) juga turut mendongkrak harga emas.

Pembelian ini tidak hanya berasal dari negara-negara dengan cadangan devisa besar, tetapi juga dari investor ritel yang ingin melindungi nilai kekayaan mereka dari potensi risiko inflasi dan ketidakpastian ekonomi global. ETF emas menjadi alternatif bagi para investor yang ingin memiliki eksposur terhadap harga emas tanpa harus membeli fisik logam mulia tersebut.

Prospek Harga Emas ke Depan

Melihat tren harga emas yang terus mencatatkan kenaikan, prospek harga emas dalam waktu dekat masih terbilang positif. Harga emas saat ini diperdagangkan sekitar $20 di bawah rekor tertinggi yang dicapai pada pekan lalu, tetapi para analis tetap optimis bahwa harga emas dapat melanjutkan kenaikannya.

Sejumlah faktor yang mendukung prospek harga emas di antaranya adalah ekspektasi akan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed, peningkatan ketidakpastian geopolitik, serta permintaan yang terus meningkat dari bank sentral dan investor institusional. Para trader masih memperkirakan bahwa The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga hampir dua kali lagi sepanjang tahun 2025 ini, yang dapat terus mendorong harga emas naik.

Di sisi lain, para investor juga akan terus memantau perkembangan ekonomi AS dan Eropa. Data ekonomi yang lebih baik dari yang diperkirakan dapat meredakan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global dan mempengaruhi sentimen pasar terhadap emas. Namun, dalam jangka panjang, kekhawatiran terhadap inflasi dan ketidakpastian geopolitik kemungkinan akan terus mendukung harga emas.

Kesimpulan

Kenaikan harga emas yang terjadi selama lima minggu berturut-turut menunjukkan bahwa pasar melihat prospek yang cerah bagi logam mulia ini, didorong oleh kebijakan moneter yang lebih longgar dari The Fed, ketegangan geopolitik, dan permintaan yang terus meningkat dari berbagai pihak. Meskipun harga emas sempat terkoreksi setelah pengumuman suku bunga oleh The Fed, prospek jangka panjang tetap optimis dengan banyaknya faktor pendukung yang masih berlaku.

Dengan data inflasi AS yang akan dirilis pada hari Jumat, serta pernyataan terbaru dari Ketua The Fed Jerome Powell yang mengindikasikan bahwa kebijakan moneter akan terus diperhatikan dengan cermat, harga emas kemungkinan akan terus berfluktuasi, namun tetap berpotensi untuk mencatatkan kenaikan lebih lanjut. Sebagai aset safe haven, emas akan terus menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global.

 

 
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Thursday, 18 September 2025

Bestprofit | Harga Emas Tertekan, Sentimen Masih Hati-Hati

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (19/9) – Harga emas sedikit tergelincir pada awal sesi perdagangan Asia, mencerminkan kehati-hatian pelaku pasar dalam menyikapi arah kebijakan suku bunga Amerika Serikat. Penurunan tipis harga emas terjadi di tengah ekspektasi kuat bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada bulan Oktober. Namun, panduan dari bank sentral Amerika tersebut cenderung masih menunjukkan nada yang hawkish, sehingga menimbulkan ketidakpastian mengenai arah kebijakan selanjutnya.

Daniel Takieddine, salah satu pendiri dan CEO Sky Links Capital Group, menyampaikan dalam pernyataan tertulis bahwa para pejabat The Fed tampak belum siap memberikan sinyal yang jelas tentang pelonggaran kebijakan moneter yang lebih dalam. Kondisi ini membuat logam mulia seperti emas menjadi sangat sensitif terhadap data-data ekonomi yang akan dirilis dalam waktu dekat.

Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga dan Respons Pasar

Pasar global saat ini mengantisipasi peluang yang cukup besar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada pertemuan FOMC bulan Oktober. Menurut data dari CME FedWatch Tool, probabilitas pemangkasan tersebut kini berada di atas 60%. Hal ini dipicu oleh melambatnya beberapa indikator ekonomi AS seperti data inflasi inti, penurunan angka penjualan ritel, dan perlambatan sektor tenaga kerja.

Biasanya, kebijakan pemangkasan suku bunga cenderung mendukung harga emas karena suku bunga yang lebih rendah akan menekan imbal hasil obligasi, sehingga menurunkan opportunity cost dalam memegang aset tanpa bunga seperti emas. Namun, dalam kasus saat ini, respons harga emas terbilang moderat. Harga spot gold pada awal sesi Asia tercatat turun 0,1% ke level $3.638,75 per ons.

Penurunan tipis ini mengindikasikan bahwa para pelaku pasar masih dalam mode tunggu dan lihat, menantikan konfirmasi lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter The Fed dan dampaknya terhadap dolar AS.

Nada Hawkish The Fed Membatasi Kenaikan Harga Emas

Meski ekspektasi pasar condong pada pelonggaran moneter, panduan resmi dari Federal Reserve cenderung menunjukkan kehati-hatian. Dalam pertemuan FOMC terakhir, The Fed menyampaikan bahwa mereka akan tetap “data-dependent” dan memantau dengan cermat dinamika inflasi serta kondisi pasar tenaga kerja sebelum mengambil langkah berikutnya.

Beberapa pejabat Federal Reserve, termasuk Gubernur Christopher Waller dan Presiden Fed San Francisco Mary Daly, menyatakan bahwa mereka membutuhkan bukti lebih kuat mengenai penurunan tekanan inflasi sebelum merasa nyaman memangkas suku bunga lebih lanjut. Sikap seperti ini memperkuat kesan bahwa The Fed belum siap melakukan pelonggaran agresif dalam waktu dekat.

Panduan yang sedikit hawkish ini membuat harga emas rentan terhadap tekanan dari penguatan dolar AS. Sebagaimana diketahui, dolar yang lebih kuat akan membuat harga emas lebih mahal bagi pembeli dalam mata uang lain, sehingga berpotensi menekan permintaan global.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketidakpastian Ekonomi Global Menambah Volatilitas

Selain dinamika kebijakan moneter AS, pasar emas juga terpengaruh oleh ketidakpastian ekonomi global, termasuk situasi geopolitik di Eropa Timur dan Timur Tengah, serta perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Ketegangan geopolitik kerap mendorong investor untuk beralih ke aset safe haven seperti emas, namun dalam beberapa pekan terakhir, reaksi tersebut tampak mulai mereda.

Hal ini menunjukkan bahwa pasar saat ini sedang dalam tahap evaluasi ulang terhadap peran emas sebagai lindung nilai terhadap risiko geopolitik dan inflasi. Bahkan dalam kondisi geopolitik yang memanas, jika dolar AS dan obligasi pemerintah AS tetap menarik, maka harga emas dapat tetap tertahan atau bahkan turun.

Data Ekonomi AS Menjadi Penentu Arah Selanjutnya

Fokus utama pasar saat ini adalah pada serangkaian data ekonomi penting yang akan dirilis dalam beberapa minggu ke depan, termasuk indeks harga konsumen (CPI), indeks harga produsen (PPI), dan data tenaga kerja non-farm payrolls (NFP). Data-data ini akan menjadi penentu utama bagi arah kebijakan The Fed ke depan dan, secara langsung, arah harga emas.

Jika data inflasi menunjukkan perlambatan yang konsisten, pasar kemungkinan akan semakin yakin terhadap prospek pemangkasan suku bunga. Sebaliknya, jika inflasi tetap tinggi atau tenaga kerja menunjukkan ketahanan, maka The Fed mungkin akan menunda langkah pelonggaran, yang berpotensi menekan harga emas lebih lanjut.

Daniel Takieddine dari Sky Links Capital Group menegaskan bahwa logam mulia seperti emas saat ini sangat bergantung pada sentimen dan data makroekonomi. “Kondisi pasar saat ini sangat sensitif, sehingga setiap kejutan dari data ekonomi dapat memicu pergerakan harga yang cukup tajam, baik ke atas maupun ke bawah,” ujarnya.

Peran Strategis Emas dalam Portofolio Investasi

Meskipun saat ini harga emas bergerak dalam kisaran sempit, banyak analis tetap melihat emas sebagai aset penting dalam diversifikasi portofolio investasi, khususnya dalam jangka menengah hingga panjang. Ketidakpastian global, inflasi yang masih di atas target banyak bank sentral, serta risiko sistemik dari pasar keuangan menjadi alasan utama investor tetap mempertahankan eksposur terhadap logam mulia ini.

Beberapa analis memperkirakan bahwa jika The Fed mulai melonggarkan kebijakan secara bertahap pada kuartal keempat 2025, maka harga emas dapat menguji kembali level resistance di atas $3.700 per ons. Namun, ini sangat bergantung pada perkembangan ekonomi dan arah kebijakan moneter AS.

Kesimpulan

Harga emas yang melemah tipis pada awal sesi Asia mencerminkan suasana pasar yang hati-hati, di tengah ekspektasi tinggi akan pemangkasan suku bunga The Fed namun dibarengi dengan panduan bank sentral yang masih menunjukkan kehati-hatian. Pernyataan dari Daniel Takieddine menekankan bahwa ketidakpastian arah kebijakan dan sensitivitas terhadap data ekonomi membuat emas berada dalam fase konsolidasi yang penuh kehati-hatian.

Ke depan, arah harga emas sangat tergantung pada data-data makroekonomi yang akan dirilis dan sikap The Fed terhadap dinamika inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Dalam kondisi seperti ini, emas tetap menjadi instrumen strategis untuk melindungi nilai dan mengelola risiko dalam portofolio investasi.

 
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Wednesday, 17 September 2025

Bestprofit | Emas Naik, Pasar Andalkan Kebijakan Fed

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (18/9) – Harga emas mengalami kenaikan pada sesi awal Asia, didorong oleh ekspektasi pasar bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan melanjutkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Kenaikan ini menandakan bahwa daya tarik logam mulia semakin menguat di tengah kebijakan moneter yang lebih longgar dari bank sentral Amerika Serikat. Namun, meskipun ada sentimen positif dari pasar, kenaikan harga emas masih dibatasi oleh pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang lebih berhati-hati dalam menyikapi prospek ekonomi.

Pemangkasan Suku Bunga The Fed: Apa yang Terjadi?

Pada hari Rabu, The Fed memutuskan untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps), yang merupakan langkah lanjutan dari kebijakan moneter longgar yang sudah diterapkan sejak beberapa bulan terakhir. Langkah ini dilakukan untuk memberikan stimulus tambahan pada perekonomian yang masih dalam pemulihan pasca-pandemi dan menghadapi tantangan dari inflasi yang belum sepenuhnya terkendali.

Keputusan pemangkasan suku bunga ini disambut dengan antusias oleh pasar, karena mayoritas pejabat The Fed memproyeksikan bahwa masih ada ruang untuk pemangkasan lebih lanjut. Menurut data yang dirilis, sebagian besar pejabat The Fed memperkirakan dua kali lagi pemangkasan suku bunga akan terjadi pada tahun ini. Hal ini menciptakan harapan bahwa biaya pinjaman akan tetap rendah dalam jangka waktu yang lebih panjang, yang pada gilirannya dapat meningkatkan daya tarik aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil, seperti emas.

Kenaikan Harga Emas di Tengah Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga

Kenaikan harga emas pada sesi awal Asia mencerminkan optimisme pasar terhadap prospek pemangkasan suku bunga The Fed yang lebih lanjut. Emas, sebagai salah satu logam mulia, dikenal sebagai salah satu aset yang sering dijadikan tempat berlindung di tengah ketidakpastian ekonomi. Ketika suku bunga diturunkan, daya tarik emas meningkat karena logam ini tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi atau saham, tetapi tetap menawarkan potensi keuntungan berupa kenaikan harga.

Para analis di ANZ Research mencatat bahwa investor telah menyambut baik dimulainya siklus pemangkasan suku bunga ini. “Investor menyambut awal dari siklus pemangkasan suku bunga,” kata mereka dalam sebuah laporan riset. Harapan bahwa The Fed akan lebih banyak melakukan pemangkasan suku bunga selama tahun ini mendukung kenaikan harga emas, yang semakin diminati oleh investor yang mencari perlindungan terhadap inflasi dan ketidakpastian pasar.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Keterbatasan Kenaikan Harga Emas: Pengaruh Pernyataan Jerome Powell

Namun, meskipun harga emas mengalami kenaikan, pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, memberikan penghalang bagi potensi kenaikan harga emas yang lebih besar. Dalam pidatonya, Powell mengindikasikan bahwa meskipun ada kemungkinan pemangkasan suku bunga lebih lanjut, The Fed tetap berhati-hati dalam mengambil langkah-langkah kebijakan moneter lebih lanjut. Banyak investor dan analis yang berharap Powell akan memberikan sinyal yang lebih dovish (berorientasi pada stimulus) yang dapat memberikan dorongan lebih besar terhadap harga emas.

Namun, pernyataan Powell ternyata tidak se-dovish yang diharapkan pasar. “Meskipun kami mungkin melihat pemangkasan suku bunga, The Fed tetap akan mempertimbangkan situasi ekonomi yang lebih luas dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan lebih lanjut,” kata Powell dalam konferensi pers setelah pertemuan The Fed. Reaksi pasar terhadap pernyataan ini cukup signifikan, dengan kenaikan harga emas yang lebih terbatas dibandingkan ekspektasi sebelumnya.

Pengaruh Inflasi Terhadap Daya Tarik Emas

Salah satu faktor utama yang mendorong investor untuk membeli emas adalah kekhawatiran terhadap inflasi. Meskipun inflasi di AS telah menunjukkan tanda-tanda penurunan dalam beberapa bulan terakhir, para investor masih tetap cemas tentang potensi lonjakan harga yang dapat merugikan daya beli mereka. Emas sering dipandang sebagai aset yang dapat melindungi nilai kekayaan terhadap inflasi, karena nilai logam mulia ini cenderung stabil atau bahkan meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan inflasi.

Ketidakpastian ekonomi global juga berperan dalam meningkatkan minat terhadap emas. Meski ekonomi AS telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan, ketegangan geopolitik dan potensi krisis ekonomi global dapat membuat investor lebih cenderung untuk berinvestasi dalam aset yang lebih aman. Dengan demikian, meskipun ada beberapa kendala dalam kenaikan harga emas, proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed memberikan dukungan tambahan bagi logam mulia ini.

Sentimen Pasar dan Dampaknya terhadap Harga Emas

Di sisi lain, sentimen pasar yang kuat terhadap emas juga turut berperan dalam kenaikan harga logam mulia ini. Ketika pasar saham mengalami volatilitas atau ketika ada ketegangan politik, investor cenderung mengalihkan dananya ke aset yang dianggap lebih aman, salah satunya adalah emas. Oleh karena itu, meskipun ada pembatasan dari pernyataan Powell, sentimen positif terhadap kebijakan moneter The Fed tetap memberikan dorongan bagi emas untuk mengalami kenaikan harga.

Harga emas spot, yang mencatatkan kenaikan 0,3% menjadi $3.668,57 per ons, menunjukkan bahwa meskipun terdapat beberapa faktor pembatas, daya tarik emas tetap kuat. Para investor terus melihat emas sebagai alat lindung nilai yang efektif, terutama di tengah proyeksi suku bunga yang rendah dalam waktu yang lebih lama.

Dampak Terhadap Pasar Global dan Investor

Pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed diperkirakan akan mempengaruhi pasar global secara keseluruhan. Di satu sisi, kebijakan ini dapat memicu inflasi yang lebih tinggi, yang akan mendorong permintaan terhadap emas sebagai pelindung nilai. Di sisi lain, suku bunga yang rendah dapat meningkatkan likuiditas di pasar keuangan, mempengaruhi aliran dana global, dan menciptakan ketidakpastian yang lebih besar bagi investor.

Namun, bagi investor emas, perkembangan ini dapat menawarkan peluang keuntungan. Kenaikan harga emas dalam beberapa bulan mendatang diperkirakan akan menarik lebih banyak investor, baik individu maupun institusi, yang mencari cara untuk memitigasi risiko di pasar keuangan yang lebih luas. Sebagai hasilnya, pasar emas bisa melihat peningkatan permintaan yang signifikan.

Kesimpulan

Harga emas mengalami kenaikan yang signifikan pada sesi awal Asia, dipicu oleh ekspektasi bahwa The Fed akan terus melanjutkan pemangkasan suku bunga. Langkah ini meningkatkan daya tarik emas di mata investor, yang mencari aset yang lebih aman di tengah ketidakpastian ekonomi. Namun, meskipun ada sentimen positif, pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang lebih hati-hati dalam mengelola ekspektasi pasar, membatasi potensi kenaikan harga emas lebih lanjut.

Ke depannya, investor perlu mencermati perkembangan kebijakan The Fed serta faktor-faktor eksternal seperti inflasi dan ketegangan geopolitik yang dapat mempengaruhi permintaan terhadap emas. Dengan proyeksi suku bunga yang rendah, emas tetap menjadi pilihan utama bagi banyak investor sebagai pelindung nilai dan alat investasi yang stabil.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 16 September 2025

Bestprofit | Emas Menguat Jelang Keputusan The Fed

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-4.jpg

Bestprofit (17/9) – Harga emas mengalami kenaikan tipis pada awal sesi perdagangan Asia hari ini. Pergerakan ini terjadi menjelang pengumuman penting dari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dijadwalkan akan dirilis dalam waktu dekat. Ketidakpastian pasar terkait arah kebijakan suku bunga Amerika Serikat membuat investor cenderung mengalihkan perhatian ke aset lindung nilai seperti emas.

Menurut Eric Chia, analis pasar dari Exness, pelaku pasar sepenuhnya telah memperhitungkan kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve sebesar 25 basis poin (bps). Meski demikian, ada kemungkinan kecil bahwa The Fed dapat mengambil langkah lebih agresif dengan memangkas suku bunga hingga 50 bps. Kondisi ini, kata Chia, memberikan dorongan terhadap permintaan emas yang tidak memberikan bunga tetapi dinilai lebih aman di tengah ketidakpastian.

Emas Spot Naik 0,1%: Sinyal Awal Pergerakan?

Harga emas spot tercatat naik 0,1% ke level $3,694.54 per ons troi. Meskipun kenaikan ini tergolong kecil, namun dianggap sebagai sinyal awal dari potensi lonjakan harga lebih lanjut jika keputusan The Fed sesuai atau bahkan lebih dovish dari ekspektasi pasar.

Investor global tampak waspada dan memilih untuk menyesuaikan posisi portofolio mereka menjelang keputusan FOMC. Sikap wait-and-see ini lazim terjadi menjelang rilis kebijakan besar, karena implikasinya terhadap pasar sangat luas, termasuk nilai tukar dolar, imbal hasil obligasi, dan harga komoditas seperti emas.

Suku Bunga dan Emas: Hubungan Terbalik yang Kuat

Hubungan antara suku bunga dan harga emas bersifat terbalik. Ketika suku bunga naik, emas cenderung turun karena investor akan lebih memilih aset yang memberikan imbal hasil (yield), seperti obligasi. Sebaliknya, saat suku bunga turun, emas menjadi lebih menarik karena biaya peluang untuk memilikinya menjadi lebih rendah.

Dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps, investor memperkirakan dolar AS akan melemah, sehingga mendorong harga emas naik. Selain itu, penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS juga menjadikan emas lebih menarik sebagai alternatif investasi jangka panjang.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Fokus Pasar: Proyeksi Kuartalan dan Pernyataan Powell

Selain keputusan suku bunga itu sendiri, pasar akan mencermati proyeksi ekonomi kuartalan dari The Fed serta pernyataan dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell. Proyeksi ini mencakup perkiraan pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat pengangguran, serta peta jalan suku bunga (dot plot).

“Investor sangat menantikan konferensi pers Powell untuk mendapatkan sinyal yang lebih jelas mengenai arah kebijakan suku bunga ke depan,” tambah Chia dalam keterangan tertulisnya.

Jika proyeksi tersebut menunjukkan tren penurunan suku bunga yang lebih tajam dari ekspektasi saat ini, harga emas berpotensi mengalami lonjakan tajam. Sebaliknya, jika The Fed menunjukkan sikap hawkish dengan menahan kemungkinan pemangkasan lebih lanjut, harga emas dapat terkoreksi.

Risiko Geopolitik dan Inflasi Masih Menjadi Faktor Pendukung

Selain faktor kebijakan moneter, emas juga didukung oleh kekhawatiran geopolitik dan inflasi global yang masih membayangi. Ketegangan di Timur Tengah, perlambatan ekonomi China, dan krisis energi di Eropa menjadi faktor tambahan yang menjaga minat investor terhadap emas sebagai aset safe haven.

Inflasi yang tetap tinggi di berbagai negara juga membuat investor mencari perlindungan nilai. Meski inflasi AS menunjukkan tanda-tanda moderasi, namun belum cukup untuk memastikan tren penurunan suku bunga yang berkelanjutan, terutama jika data tenaga kerja tetap kuat.

Strategi Investor: Lindung Nilai dan Diversifikasi

Bagi investor ritel maupun institusi, momen seperti ini menjadi waktu penting untuk melakukan diversifikasi portofolio. Emas sering dijadikan alat lindung nilai terhadap volatilitas pasar dan fluktuasi nilai mata uang. Dalam jangka panjang, emas terbukti mampu mempertahankan nilainya, bahkan saat pasar keuangan global mengalami guncangan besar.

Para manajer aset global juga diketahui meningkatkan eksposur mereka terhadap emas dalam beberapa bulan terakhir sebagai langkah antisipatif terhadap kebijakan moneter global yang tidak pasti. Menurut data World Gold Council, permintaan emas oleh bank sentral dunia juga meningkat, yang turut memperkuat sentimen positif terhadap logam mulia ini.

Prediksi Ke Depan: Apakah Emas Bisa Menembus $3,700?

Dengan harga yang kini mendekati $3,700/oz, banyak analis memperkirakan bahwa level psikologis ini bisa ditembus jika The Fed memberikan sinyal dovish yang kuat. Namun, volatilitas diperkirakan tetap tinggi menjelang dan sesudah pengumuman FOMC.

Jika pemangkasan hanya 25 bps dan pernyataan The Fed terkesan hati-hati, emas mungkin akan mengalami konsolidasi sementara. Tapi jika Powell membuka peluang pemangkasan lanjutan dalam waktu dekat, harga emas bisa melonjak lebih tinggi dari level saat ini.

Sementara itu, data ekonomi lanjutan seperti PDB kuartalan AS, angka inflasi bulanan, dan data ketenagakerjaan juga akan menjadi penentu pergerakan emas selanjutnya.

Kesimpulan: Momentum Emas Masih Kuat, Tapi Perlu Waspada

Kenaikan tipis harga emas pada awal sesi Asia menunjukkan bahwa investor tengah bersiap menghadapi potensi perubahan kebijakan The Fed. Ekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps telah masuk dalam harga, namun arah pergerakan selanjutnya sangat tergantung pada komunikasi dan proyeksi dari bank sentral AS.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan geopolitik yang terus berlangsung, emas tetap menjadi pilihan menarik bagi investor yang mencari perlindungan nilai. Namun demikian, keputusan investasi tetap harus memperhatikan profil risiko masing-masing dan mengikuti perkembangan data ekonomi terbaru.

Dengan latar belakang pasar yang sensitif terhadap sinyal The Fed, volatilitas jangka pendek tetap perlu diwaspadai. Strategi jangka menengah hingga panjang yang berimbang antara emas, obligasi, dan aset berisiko lainnya bisa menjadi pilihan terbaik untuk menghadapi dinamika ekonomi ke depan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
bestprofit futures
 

Monday, 15 September 2025

Bestprofit | Emas Naik Tajam, The Fed Dinanti

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (16/9) – Pada hari Senin (15/9), harga emas spot melonjak ke level tertinggi dalam sejarah, didorong oleh pelemahan dolar AS, penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS, serta ekspektasi pasar menjelang pertemuan penting Federal Reserve minggu ini. Kenaikan harga ini menandai kelanjutan tren positif logam mulia di tengah ketidakpastian global dan kebijakan moneter yang melonggar.

Harga Emas Tembus Rekor Baru

Harga emas spot tercatat naik 1,1% menjadi $3.680,80 per ons pada pukul 13:44 EDT (1744 GMT), setelah sebelumnya menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di angka $3.685,39 di awal sesi perdagangan. Sementara itu, emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup naik 0,8% menjadi $3.719,00 per ons.

Kenaikan ini merupakan kelanjutan dari tren minggu lalu, di mana emas batangan naik sekitar 1,6%, mencerminkan sentimen pasar yang tetap positif terhadap aset safe haven ini.

Dolar Melemah, Obligasi Menurun: Kombinasi Emas Bersinar

Salah satu faktor utama yang mendukung reli emas adalah pelemahan dolar AS. Indeks dolar turun 0,3% ke level terendah dalam satu minggu, membuat emas lebih murah bagi pembeli luar negeri yang menggunakan mata uang selain dolar. Ketika dolar melemah, logam mulia menjadi lebih terjangkau secara global, mendorong permintaan dan harga.

Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10-tahun juga sedikit menurun. Penurunan imbal hasil ini menurunkan opportunity cost untuk memegang emas, yang tidak memberikan bunga atau dividen. Kombinasi antara dolar yang lemah dan penurunan imbal hasil menciptakan kondisi ideal bagi harga emas untuk melonjak.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Fokus Pasar: Pertemuan Federal Reserve

Para pelaku pasar tengah mengalihkan perhatian mereka pada pertemuan Federal Reserve (The Fed) yang dijadwalkan berlangsung minggu ini. Banyak pihak memperkirakan bahwa bank sentral AS akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu mendatang—yang akan menjadi pemangkasan pertama sejak Desember lalu.

Menurut alat FedWatch dari CME, probabilitas pemangkasan suku bunga sudah tertanam kuat di pasar, bahkan sebagian investor memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin. Ekspektasi ini semakin mendorong permintaan terhadap emas.

Peter Grant, Wakil Presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals, menyatakan bahwa ekspektasi pemangkasan 25 basis poin sudah diperhitungkan oleh pasar. Ia juga menambahkan kemungkinan akan ada satu atau dua pemangkasan suku bunga tambahan sebelum akhir tahun ini.

Prospek Harga: Target Selanjutnya di $3.700 dan Lebih Tinggi

Dengan terus menguatnya tren harga, para analis kini menyoroti level teknikal emas berikutnya. Peter Grant menyebutkan bahwa target selanjutnya berada di $3.700, disusul oleh $3.730 dan $3.743 dalam jangka pendek. Jika momentum ini berlanjut, emas bisa dengan cepat menembus level-level tersebut.

Reli emas juga diperkuat oleh statusnya sebagai aset safe haven yang populer di masa ketidakpastian ekonomi dan politik. Dalam lingkungan suku bunga rendah, emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi lebih menarik sebagai alat lindung nilai.

Ketegangan Politik Membayangi Pertemuan The Fed

Selain faktor ekonomi, pertemuan The Fed kali ini juga terjadi di tengah tekanan politik yang tidak biasa. Presiden AS saat ini, Donald Trump, secara terbuka menekan The Fed untuk menurunkan suku bunga dan memberi pengaruh lebih besar terhadap kebijakan moneter. Bahkan, Senat telah membuka jalan bagi penasihat ekonomi Trump, Stephen Miran, untuk bergabung dalam komite penetapan suku bunga.

Ketegangan politik ini menciptakan ketidakpastian tambahan, yang justru semakin memperkuat daya tarik emas sebagai tempat berlindung bagi investor global.

Faktor Eksternal: China Longgarkan Aturan Impor Emas

Laporan yang muncul pada akhir pekan sebelumnya menyebutkan bahwa Tiongkok tengah mempertimbangkan untuk melonggarkan aturan impor dan ekspor emas. Kabar ini langsung memicu pembelian besar-besaran, baik oleh sektor resmi maupun swasta.

Tai Wong, seorang pedagang logam independen, menyatakan bahwa permintaan dari Tiongkok—baik dari sektor publik maupun swasta—telah menjadi pendorong utama dari reli emas kali ini. Jika Tiongkok benar-benar merealisasikan pelonggaran aturan tersebut, permintaan emas dapat meningkat secara signifikan di pasar internasional.

Data Ekonomi Mendukung Penurunan Suku Bunga

Beberapa data ekonomi terbaru turut mendukung argumen untuk penurunan suku bunga oleh The Fed. Data inflasi menunjukkan bahwa harga konsumen AS naik pada laju tercepat dalam tujuh bulan terakhir pada Agustus. Di sisi lain, data ketenagakerjaan memperlihatkan pelemahan di pasar tenaga kerja.

Kombinasi antara inflasi yang meningkat dan pasar tenaga kerja yang melemah menciptakan dilema bagi bank sentral. Namun, banyak analis memperkirakan The Fed akan lebih fokus pada upaya untuk menjaga pertumbuhan ekonomi tetap stabil, yang berarti pemangkasan suku bunga menjadi opsi yang sangat mungkin.

Kinerja Logam Mulia Lainnya

Tak hanya emas yang mengalami kenaikan. Pergerakan logam mulia lainnya di pasar spot juga menunjukkan tren positif, dengan perak naik 1,1% menjadi $42,62 per ons. Platinum naik 0,7% menjadi $1.400,77, sementara paladium justru turun tipis sebesar 0,3% menjadi $1.193,21.

Kenaikan perak sejalan dengan emas, karena keduanya sering dianggap sebagai aset lindung nilai dalam ketidakpastian ekonomi. Platinum dan paladium, yang lebih banyak digunakan dalam industri, bergerak lebih dipengaruhi oleh permintaan sektor manufaktur.

Kesimpulan: Arah Emas Ditentukan The Fed

Reli emas yang membawa harga ke level tertinggi sepanjang masa ini merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling mendukung—mulai dari pelemahan dolar, penurunan imbal hasil obligasi, ekspektasi pemangkasan suku bunga, hingga ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global.

Pertemuan Federal Reserve pada Rabu mendatang akan menjadi penentu utama arah harga emas untuk sisa tahun ini. Jika The Fed memberikan sinyal dovish (melonggarkan kebijakan moneter), bukan tidak mungkin harga emas akan melanjutkan reli ke level yang lebih tinggi lagi.

 


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 14 September 2025

Bestprofit | Emas Terkoreksi Tipis

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (15/9) – Harga emas mengalami pelemahan tipis pada perdagangan sesi Asia di hari Senin, 15 September 2025. Pergerakan ini diperkirakan sebagai hasil dari koreksi teknis setelah sebelumnya mencatatkan reli terpanjang sejak 28 Maret 2025 pada kontrak berjangka emas Comex bulan depan.

Reli yang cukup kuat dalam beberapa pekan terakhir membuat pasar emas berada dalam posisi rawan koreksi. Saat ini, investor tengah menanti keputusan penting dari Federal Open Market Committee (FOMC) serta rilis data ekonomi Amerika Serikat yang diprediksi dapat memengaruhi arah pergerakan logam mulia, termasuk emas.

Koreksi Teknis Setelah Reli yang Panjang

Pada pekan lalu, emas mencatatkan kenaikan beruntun yang menjadi rekor tertinggi dalam enam bulan terakhir. Kenaikan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global serta ekspektasi terhadap arah kebijakan suku bunga AS.

Namun, seperti yang dijelaskan oleh Frank Walbaum, analis pasar dari Naga, dalam sebuah email:

“Pasar berpotensi menghadapi risiko koreksi harga jangka pendek setelah kenaikan yang cukup kuat.”

Pelemahan harga emas ini dianggap sebagai bagian dari konsolidasi harga alami di pasar komoditas. Dengan kata lain, harga yang terlalu cepat naik tanpa dukungan fundamental yang cukup kuat cenderung akan mengalami penyesuaian atau koreksi jangka pendek.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Harga Spot dan Kontrak Berjangka Emas Menurun

Hingga sesi awal Senin pagi, harga emas spot tercatat turun 0,1% menjadi $3.637,95 per ons. Penurunan ini memang tergolong kecil, namun cukup untuk menunjukkan adanya tekanan teknikal di pasar.

Sementara itu, kontrak berjangka emas Comex juga menunjukkan pelemahan ringan, menyusul reli panjang yang tercatat selama beberapa hari terakhir. Reli tersebut didorong oleh ekspektasi bahwa The Fed mungkin akan menahan suku bunga atau bahkan mulai melonggarkan kebijakan moneternya dalam beberapa bulan mendatang.

Namun, tanpa adanya data ekonomi baru yang memperkuat sentimen tersebut, banyak pelaku pasar yang mulai merealisasikan keuntungan (profit taking), yang akhirnya memicu penurunan harga.

Menanti Keputusan FOMC dan Rilis Data Ekonomi AS

Fokus utama para pelaku pasar saat ini adalah pada pertemuan Federal Reserve (FOMC) yang dijadwalkan berlangsung minggu ini. Pertemuan ini sangat dinantikan karena akan memberikan sinyal yang lebih jelas tentang arah kebijakan suku bunga di masa depan.

Suku bunga yang lebih tinggi cenderung menekan harga emas karena emas tidak memberikan imbal hasil (yield). Sebaliknya, jika The Fed memberikan sinyal akan menahan atau bahkan menurunkan suku bunga, maka emas bisa kembali mendapatkan dukungan sebagai alternatif investasi yang menarik.

Selain FOMC, investor juga menantikan sejumlah data ekonomi penting AS seperti inflasi (CPI), penjualan ritel, serta klaim pengangguran mingguan. Semua data ini akan menjadi bahan pertimbangan utama bagi The Fed dalam menentukan kebijakan moneternya.

Faktor-Faktor yang Masih Mendukung Harga Emas

Meskipun saat ini harga emas melemah, beberapa faktor fundamental tetap memberikan dukungan jangka menengah hingga panjang terhadap harga logam mulia ini:

1. Ketidakpastian Ekonomi Global

Situasi geopolitik yang masih memanas di berbagai belahan dunia, termasuk ketegangan di Timur Tengah dan konflik dagang antara negara-negara besar, tetap menjadi faktor pendukung utama permintaan emas sebagai aset safe haven.

2. Kondisi Pasar Obligasi dan Dolar AS

Dolar AS yang cenderung stabil atau melemah juga memberi ruang bagi harga emas untuk naik. Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury yield) yang relatif rendah menjadikan emas lebih menarik dibandingkan aset berbunga rendah lainnya.

Prospek Harga Emas: Konsolidasi atau Lanjut Naik?

Dengan pelemahan tipis ini, muncul pertanyaan penting di kalangan investor: Apakah emas sedang memasuki fase konsolidasi sebelum kembali naik, atau justru bersiap turun lebih dalam?

Jawabannya bergantung pada beberapa faktor:

  • Sikap The Fed: Jika The Fed memberi sinyal dovish, harga emas bisa kembali menguat.

  • Data Ekonomi AS: Jika inflasi lebih rendah dari perkiraan, emas bisa mendapat dorongan naik.

  • Tekanan Jual Teknis: Jika koreksi saat ini terus berlanjut dan menembus level support kunci, bisa jadi harga emas turun ke level yang lebih rendah untuk sementara waktu.

Analisis Teknis: Level Penting yang Perlu Diperhatikan

Dari sudut pandang teknikal, berikut beberapa level harga yang perlu diperhatikan oleh para trader dan investor:

  • Resistance terdekat: $3.660 – jika harga menembus level ini, reli bisa berlanjut ke $3.700.

  • Support terdekat: $3.620 – jika harga turun di bawah level ini, potensi koreksi lebih dalam terbuka.

  • Support kunci jangka menengah: $3.580 – level ini harus dipertahankan untuk mempertahankan tren naik jangka menengah.

Indikator RSI (Relative Strength Index) saat ini berada di area netral, mengindikasikan bahwa pasar belum berada di wilayah jenuh beli atau jenuh jual. Ini membuka peluang pergerakan ke dua arah tergantung perkembangan berita fundamental.

Kesimpulan: Waspadai Volatilitas di Tengah Ketidakpastian

Pelemahan tipis harga emas pada awal sesi Asia hari Senin, 15 September 2025, menjadi pengingat bahwa pasar logam mulia tetap sangat sensitif terhadap dinamika global, baik dari sisi fundamental maupun teknikal.

Koreksi teknis ini wajar terjadi setelah reli yang kuat, dan bukan berarti tren bullish emas telah berakhir. Namun, investor perlu tetap waspada terhadap potensi volatilitas, khususnya menjelang keputusan FOMC dan rilis data ekonomi penting dari Amerika Serikat.

 


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 11 September 2025

Bestprofit | Emas Melemah di Bawah $3.650

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-6.jpg

Bestprofit (12/9) – Harga emas (XAU/USD) melemah ke kisaran $3.630 per ons pada sesi awal perdagangan Asia, Jumat (12/9), setelah mencetak rekor tertinggi sebelumnya. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh aksi ambil untung dari investor serta penguatan moderat Dolar AS. Meskipun demikian, spekulasi pasar mengenai potensi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat memberikan harapan untuk pembalikan arah harga emas dalam waktu dekat.

Aksi Ambil Untung Tekan Harga Emas Setelah Rekor Tertinggi

Setelah mencatat rekor harga tertinggi, tidak mengherankan jika investor memilih untuk merealisasikan keuntungan mereka. Aksi ambil untung ini mendorong tekanan jual, yang menyebabkan koreksi harga emas menuju $3.630. Ini merupakan fenomena umum di pasar komoditas, di mana kenaikan harga yang tajam sering kali diikuti oleh retracement dalam jangka pendek.

Namun, koreksi ini dianggap sehat oleh banyak analis pasar, karena membuka peluang bagi pembeli baru untuk masuk pada harga yang lebih rendah. Dalam kondisi fundamental yang tetap mendukung, penurunan harga seperti ini sering kali bersifat sementara.

Dolar AS Menguat Moderat, Tambah Tekanan pada Emas

Selain aksi ambil untung, penguatan Dolar AS juga turut menekan harga emas. Sebagai komoditas yang dihargai dalam dolar, kenaikan nilai tukar USD cenderung membuat emas menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri, sehingga menekan permintaan global.

Meskipun penguatan USD belum signifikan, pergerakan ini cukup untuk memicu tekanan tambahan pada harga emas, terutama di tengah ketidakpastian arah kebijakan moneter The Fed.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed Jadi Penahan Penurunan

Di sisi lain, meningkatnya spekulasi bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga menjadi faktor kunci yang dapat membatasi pelemahan harga emas. Penurunan suku bunga cenderung menurunkan imbal hasil obligasi, yang secara historis memberikan dorongan bagi aset non-yielding seperti emas.

Data terbaru yang mendukung prospek pelonggaran kebijakan moneter termasuk penurunan tak terduga dalam Indeks Harga Produsen (PPI) AS, serta tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja. Kombinasi kedua indikator ini memperkuat ekspektasi bahwa ekonomi AS mulai kehilangan momentum, yang membuka ruang bagi pemangkasan suku bunga.

Tiga Kali Pemangkasan Suku Bunga? Proyeksi Barclays Memicu Antisipasi

Analis dari Barclays memproyeksikan bahwa The Fed akan melakukan tiga kali pemangkasan suku bunga sebesar masing-masing 25 basis poin, dimulai dari pertemuan FOMC pada September, kemudian Oktober, dan terakhir Desember. Jika skenario ini terjadi, maka total pemangkasan suku bunga hingga akhir tahun bisa mencapai 75 basis poin.

Penurunan suku bunga sebesar ini akan menurunkan biaya peluang untuk memegang emas, menjadikannya lebih menarik dibandingkan aset berbunga rendah seperti obligasi pemerintah. Proyeksi Barclays juga mencerminkan perubahan besar dalam pandangan terhadap kebijakan moneter AS, dari sikap hawkish pada awal tahun menjadi lebih dovish menjelang akhir 2025.

Data Inflasi dan Sentimen Konsumen Jadi Katalis Selanjutnya

Investor kini menantikan data penting berikutnya yang akan dirilis Jumat malam waktu AS, yaitu Indeks Sentimen Konsumen Universitas Michigan. Data ini akan memberikan gambaran mengenai pandangan masyarakat terhadap kondisi ekonomi, inflasi, dan pasar tenaga kerja.

Data ini penting karena dapat memberikan petunjuk tambahan bagi The Fed dalam menentukan arah kebijakan moneternya. Sentimen konsumen yang melemah dapat menjadi indikasi lanjutan bahwa tekanan ekonomi semakin meningkat, dan pelonggaran kebijakan mungkin diperlukan lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Risiko Geopolitik Dukung Permintaan Emas Sebagai Safe Haven

Di luar faktor-faktor ekonomi, risiko geopolitik global juga terus menopang permintaan terhadap emas. Sebagai aset safe haven, emas cenderung diburu investor saat ketidakpastian global meningkat. Dua hotspot geopolitik utama saat ini adalah Eropa Timur dan Timur Tengah.

Ketegangan antara Rusia dan NATO kembali meningkat setelah Polandia dilaporkan menembak jatuh drone milik Rusia yang masuk ke wilayah udaranya. Insiden ini terjadi di tengah konflik yang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina, dan dapat memicu eskalasi lebih lanjut yang berdampak pada pasar global.

Sementara itu, situasi di Timur Tengah juga kembali memanas setelah Israel melancarkan serangan udara ke ibu kota Qatar, Doha, dengan target pimpinan senior Hamas. Serangan ini dipandang sebagai bentuk ekspansi konflik dari Gaza ke kawasan Teluk, yang selama ini relatif lebih stabil. Ketegangan ini meningkatkan kekhawatiran akan konflik regional yang lebih luas, yang pada akhirnya bisa mendorong investor untuk mencari perlindungan di aset seperti emas.

Prospek Harga Emas Jangka Pendek dan Menengah

Meskipun saat ini harga emas terkoreksi dari level tertingginya, prospek jangka pendek hingga menengah tetap positif, terutama jika The Fed benar-benar mulai melonggarkan kebijakannya. Jika suku bunga AS mulai diturunkan, maka tekanan dari USD dan imbal hasil obligasi akan berkurang, memberikan ruang bagi harga emas untuk naik kembali.

Selain itu, faktor musiman seperti permintaan emas fisik dari India menjelang musim pernikahan dan festival juga dapat memberikan dukungan tambahan pada kuartal keempat tahun ini.

Para analis memperkirakan bahwa selama harga emas mampu bertahan di atas zona support teknikal penting di sekitar $3.600, maka peluang untuk kembali ke tren naik tetap terbuka. Jika momentum fundamental dan teknikal bertepatan, bukan tidak mungkin emas akan kembali menguji level tertingginya, bahkan mencetak rekor baru.

Kesimpulan: Kombinasi Faktor Fundamental Tetap Dukung Emas

Penurunan harga emas menuju $3.630 pada sesi Asia awal Jumat mencerminkan koreksi teknikal yang wajar setelah kenaikan tajam. Aksi ambil untung dan penguatan moderat Dolar AS menjadi penekan utama dalam jangka pendek. Namun, dukungan fundamental seperti potensi pemangkasan suku bunga The Fed, inflasi yang menurun, pelemahan pasar tenaga kerja, serta ketegangan geopolitik global, menjadi penyeimbang yang kuat bagi emas.

Investor akan sangat mencermati data ekonomi mendatang, termasuk sentimen konsumen dan laporan inflasi selanjutnya. Jika data-data ini mengonfirmasi perlambatan ekonomi AS, maka kemungkinan besar emas akan kembali menguat, didorong oleh ekspektasi pelonggaran moneter yang lebih agresif.

Dengan demikian, meskipun harga saat ini terkoreksi, prospek jangka menengah hingga akhir tahun 2025 masih positif bagi emas. Emas tetap menjadi instrumen lindung nilai yang solid, baik terhadap inflasi maupun gejolak geopolitik global.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 10 September 2025

Bestprofit | Safe Haven Dilirik, Emas kembali Naik

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-2.jpg

Bestprofit (11/9) – Harga emas melonjak pada hari Rabu, naik lebih dari 0,60%, didorong oleh data inflasi AS yang memperkuat ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) dalam waktu dekat. Ketegangan geopolitik yang meningkat di berbagai belahan dunia juga turut menjadi pendorong utama bagi investor untuk kembali melirik emas sebagai aset safe haven.

Lonjakan Harga Emas dan Faktor Pendorongnya

Pada saat penulisan artikel ini, harga emas (XAU/USD) tercatat diperdagangkan di level $3.646 per troy ounce, hanya sedikit di bawah rekor tertingginya di $3.674. Kenaikan ini mencerminkan peningkatan minat investor terhadap aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global.

Peningkatan harga emas sebesar 0,60% ini terutama didorong oleh tiga faktor utama:

  1. Spekulasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed

  2. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah

  3. Insiden pesawat nirawak Rusia yang memasuki wilayah udara Polandia

Data Inflasi AS Memicu Harapan Pelonggaran Moneter

Indeks Harga Produsen (IHPB atau PPI) AS untuk bulan Agustus menunjukkan penurunan inflasi, yang mendukung pandangan bahwa tekanan harga sedang mereda. IHPB utama turun dari 3,1% menjadi 2,6% secara tahunan (YoY), sementara IHPB inti turun dari 3,4% menjadi 2,8% YoY.

Angka ini memperkuat narasi bahwa The Fed bisa melonggarkan kebijakan moneternya dalam waktu dekat, mungkin secepat pertemuan bulan September mendatang. Sentimen pasar saat ini mencatat 90% kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, menurut data dari Prime Market Terminal. Peluang untuk pemangkasan yang lebih agresif, yakni 50 basis poin, hanya sekitar 10%.

Revisi Data Penggajian Memperkuat Spekulasi

Selain data inflasi, revisi signifikan terhadap data penggajian AS turut memperkuat ekspektasi akan adanya pelonggaran moneter. Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) merevisi turun angka penggajian tahunannya menjadi -911 ribu untuk Maret 2025, jauh lebih buruk dari estimasi sebelumnya sebesar -682 ribu.

Revisi ini menjadi sinyal tambahan bahwa pasar tenaga kerja AS mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan, membuka jalan bagi The Fed untuk lebih mudah memangkas suku bunga tanpa risiko memperburuk inflasi.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Tensi Geopolitik: Timur Tengah dan Rusia-Polandia

Geopolitik kembali menjadi katalis kuat bagi pergerakan harga emas. Dua insiden besar terjadi secara berdekatan:

  1. Serangan udara Israel terhadap pemimpin Hamas di Qatar menambah ketegangan di kawasan Timur Tengah, dan merusak inisiatif perdamaian AS di wilayah tersebut.

  2. Pelanggaran wilayah udara Polandia oleh pesawat nirawak Rusia dalam konteks serangan ke Ukraina memperburuk hubungan antara Rusia dan NATO. Polandia menanggapi pelanggaran ini sebagai “tindakan agresi yang disengaja,” meningkatkan risiko eskalasi konflik regional.

Situasi ini memicu lonjakan permintaan terhadap emas, yang secara historis menjadi tempat berlindung utama dalam masa-masa ketidakpastian global.

Pasar Obligasi dan Dolar AS: Tanda-Tanda Dovish

Pasar obligasi AS juga memberikan sinyal dovish. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun tercatat turun 4 basis poin menjadi 4,045%, sementara imbal hasil riil (disesuaikan dengan inflasi) juga turun menjadi 1,685%. Penurunan imbal hasil ini menandakan bahwa investor bersiap menghadapi suku bunga yang lebih rendah ke depan.

Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) stagnan di level 97,75, mencerminkan ketidakpastian pasar terkait arah kebijakan moneter The Fed dalam jangka pendek.

Bank Sentral Tiongkok Terus Menyerap Emas

Dalam perkembangan global lainnya, data resmi Tiongkok menunjukkan bahwa Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) telah memperpanjang rekor pembelian emas selama 10 bulan berturut-turut hingga Agustus. Pembelian ini mencerminkan strategi diversifikasi cadangan devisa dan kemungkinan kekhawatiran terhadap ketidakstabilan dolar AS sebagai aset cadangan utama.

Langkah PBoC ini menjadi sinyal tambahan bahwa permintaan global terhadap emas masih sangat kuat, tidak hanya dari investor ritel, tetapi juga dari institusi dan bank sentral besar.

Data Inflasi Konsumen Jadi Penentu Berikutnya

Investor kini mengalihkan perhatian mereka ke rilis Indeks Harga Konsumen (IHK/CPI) AS yang dijadwalkan pada hari Kamis. Konsensus pasar memperkirakan IHK utama akan naik dari 2,7% menjadi 2,9% YoY, sedangkan IHK inti diprediksi tetap stabil di level 3,1% YoY.

Hasil dari rilis ini akan menjadi penentu utama arah kebijakan The Fed. Jika inflasi tetap rendah atau menurun, maka peluang untuk pemangkasan suku bunga akan semakin besar, dan harga emas bisa melanjutkan tren naiknya.

Penutupan: Harga Emas Bisa Mencetak Rekor Baru?

Dengan kondisi saat ini, ada kemungkinan besar harga emas akan menguji kembali — atau bahkan melampaui — rekor tertingginya di $3.674. Kombinasi antara pelemahan data ekonomi AS, ketidakpastian geopolitik, dan permintaan kuat dari bank sentral dunia menciptakan lingkungan yang sangat kondusif bagi reli emas.

Namun, investor juga perlu berhati-hati terhadap potensi koreksi jangka pendek, terutama jika data IHK AS di atas ekspektasi, yang dapat menahan langkah The Fed untuk menurunkan suku bunga secepat yang diharapkan pasar.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures