Tuesday, 14 October 2025

Bestprofit | Rekor Emas di Depan Mata: Siap?

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (15/10) – Pasar logam mulia kembali menjadi sorotan setelah harga emas melonjak mendekati rekor tertingginya. Harga spot emas sempat menyentuh $4.179,70 per ons troi, sebelum sedikit terkoreksi ke kisaran $4.165 per ons. Kenaikan ini mengikuti penutupan sebelumnya yang naik 0,8%, mencerminkan momentum kuat di tengah gejolak global dan kebijakan moneter yang longgar.

Dua faktor utama mendorong reli emas kali ini: ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) dan memanasnya hubungan geopolitik antara Amerika Serikat dan China. Namun, tidak hanya emas yang menunjukkan volatilitas tinggi; perak bahkan sempat melesat melewati $53,54 per ons sebelum berbalik tajam, menggambarkan pasar logam mulia yang saat ini sangat dinamis.

Sinyal The Fed: Peluang Pemangkasan Suku Bunga Semakin Kuat

Ketua The Fed, Jerome Powell, memberi sinyal bahwa pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin sangat mungkin dilakukan dalam waktu dekat. Hal ini membuat pasar obligasi bereaksi cepat: imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS turun ke titik terendah dalam beberapa pekan.

Mengapa ini penting bagi emas? Emas tidak memberikan imbal hasil atau kupon seperti obligasi. Ketika yield turun, opportunity cost memegang emas menjadi lebih rendah, sehingga logam mulia ini menjadi alternatif yang lebih menarik bagi investor. Penurunan yield juga menandakan bahwa pasar menilai ekonomi sedang mengalami perlambatan, atau setidaknya ada cukup kekhawatiran yang mendorong bank sentral mengambil sikap lebih akomodatif.

Ketegangan AS–China Memicu Permintaan Aset Aman

Di luar faktor moneter, pasar global juga sedang dibayangi oleh ketegangan geopolitik, khususnya antara Amerika Serikat dan China. Hubungan kedua negara terus memburuk, tidak hanya karena isu perdagangan, tetapi juga karena persaingan teknologi, keamanan siber, dan klaim wilayah.

Ketegangan ini memicu apa yang dikenal sebagai “flight to safety”, yakni peralihan dana dari aset berisiko seperti saham ke aset aman seperti emas dan perak. Investor global cenderung menempatkan dana mereka di logam mulia saat kondisi politik dan ekonomi global tidak pasti.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Perak Ikut Liar: Menembus Rekor, Lalu Berbalik Tajam

Pergerakan perak lebih ekstrem dibanding emas. Harga perak sempat melonjak di atas $53,54 per ons, level tertingginya dalam sejarah baru-baru ini. Namun tak lama kemudian, harga berbalik tajam karena tekanan pasar dan aksi ambil untung.

Penyebab lonjakan ini sebagian besar berasal dari likuiditas yang ketat di pasar London. Ketatnya pasokan membuat harga acuan London melesat lebih tinggi dibanding kontrak berjangka di New York (COMEX), menciptakan disparitas harga yang tidak biasa.

Namun, situasi mulai stabil setelah biaya meminjam perak — yang sebelumnya sangat tinggi — mulai turun, meskipun masih berada di atas rata-rata normal. Fenomena ini menandakan ketegangan pasokan fisik yang belum sepenuhnya mereda.

Investigasi Section 232: Ancaman Tarif Baru untuk Mineral Krusial

Pasar logam mulia saat ini juga sedang menantikan hasil investigasi Section 232 oleh pemerintah AS, yang menyasar keamanan nasional terkait impor berbagai mineral krusial, termasuk perak, platinum, dan paladium.

Jika hasil investigasi ini menyimpulkan bahwa impor logam-logam tersebut membahayakan industri domestik AS, maka tarif baru bisa diberlakukan. Hal ini tentu saja akan memperketat pasokan global dan mendorong harga lebih tinggi lagi, terutama jika negara pemasok utama seperti Rusia atau China terkena sanksi perdagangan.

Dukungan Fundamental: Beli Bank Sentral dan Arus Masuk ETF

Reli logam mulia tahun ini tidak terjadi dalam ruang hampa. Fundamental pasar menunjukkan bahwa permintaan logam mulia, terutama emas, mengalami lonjakan signifikan. Ada beberapa faktor pendorongnya:

  1. Pembelian besar-besaran oleh bank sentral, terutama negara-negara berkembang yang ingin diversifikasi cadangan devisanya.

  2. Arus masuk dana ke ETF emas dan perak, yang mencerminkan minat investor ritel dan institusi terhadap aset safe haven.

  3. Ketidakpastian makroekonomi, termasuk isu defisit fiskal AS, potensi penutupan pemerintahan (government shutdown), dan sorotan terhadap independensi The Fed.

Empat Logam Mulia Melonjak 58–80% Sepanjang Tahun Ini

Dalam data terkini, harga empat logam mulia utama — emas, perak, platinum, dan paladium — telah melonjak antara 58% hingga 80% sepanjang tahun 2025. Kenaikan yang luar biasa ini merupakan hasil kombinasi berbagai faktor: dari ketegangan geopolitik, pelonggaran moneter, hingga disrupsi pasokan global.

Investor kini tidak hanya memburu emas, tetapi juga logam-logam lainnya yang memiliki nilai strategis dalam sektor industri dan teknologi. Misalnya, paladium dan platinum sangat penting dalam industri otomotif (katalis knalpot), sementara perak memiliki peran vital dalam teknologi panel surya dan perangkat elektronik.

Outlook Ke Depan: Tetap Volatil, Tapi Berpotensi Naik Lagi

Melihat situasi saat ini, pasar logam mulia kemungkinan besar akan tetap volatil dalam jangka pendek, tetapi tren jangka menengah hingga panjang masih menunjukkan potensi kenaikan. Beberapa alasan mendukung pandangan ini:

  • The Fed kemungkinan belum selesai menurunkan suku bunga, apalagi jika data ekonomi memburuk.

  • Geopolitik global belum menunjukkan tanda-tanda mereda, terutama dengan pemilu AS yang semakin dekat dan kebijakan luar negeri yang bisa berubah drastis.

  • Permintaan fisik logam mulia tetap tinggi, baik dari sektor industri maupun dari investor institusi.

Namun, penting untuk diingat bahwa pasar juga rentan terhadap koreksi tajam, terutama jika muncul sentimen risk-on yang kuat atau jika ada intervensi kebijakan yang mengejutkan.

Kesimpulan: Emas dan Logam Mulia Kembali Jadi Primadona

Harga emas yang mendekati rekor dan lonjakan ekstrem perak menunjukkan bahwa logam mulia kembali menjadi aset favorit di tengah ketidakpastian global. Dukungan dari kebijakan The Fed dan ketegangan geopolitik memperkuat narasi bahwa logam mulia tetap relevan sebagai lindung nilai (hedge) terhadap risiko sistemik.

Dengan latar belakang ini, investor disarankan untuk tetap waspada terhadap volatilitas jangka pendek, namun tidak mengabaikan potensi keuntungan jangka panjang dari eksposur terhadap logam mulia, baik melalui instrumen fisik, ETF, maupun saham tambang.

 
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures