Best Profit (28/2) - Harga minyak berjangka menguat dua persen usai
persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) secara tak terduga anjlok.
Selain itu, Arab Saudi menepis komentar dari Presiden AS Donald Trump yang berusaha menjaga harga minyak dari kenaikan.
Persediaan minyak mentah AS turun 8,6 juta barel pada pekan lalu. Hal ini berlawanan dengan harapan kenaikan 2,8 juta barel.
Penarikan
yang memecah lima minggu berturut-turut dari persediaan seiring impor
minyak mentah melambat ke rekor terendah 2,6 juta barel per hari. Hal
ini terjadi usai penurunan produksi OPEC dan sanksi AS terhadap
Venezuela. best profit
Minyak mentah berjangka AS berada
di posisi USD 56,94 per barel atau naik USD 1,44. Kenaikan ini mencapai
2,6 persen, dan termasuk persentase kenaikan harian terbesar dalam empat
minggu. Harga minyak mentah Brent naik USD 1,18 atau 1,8 persen ke
posisi USD 66,39 per barel.
"Secara keseluruhan ini adalah laporan
yang sangat positif dengan permintaan lebih kuat. Saya pikir Anda sudah
melihat dampak dari pemotongan produksi OPEC," kata Phil Flynn, Analis
Price Futures Group, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis
(28/2/2019). best profit
Menteri Energi Arab Saudi,
Khalid al-Falih menuturkan, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak
(OPEC) dan mitranya tidak terlalu menanggapi unggahan status Presiden AS
Donald Trump di twitter. Trump menuturkan agar OPEC santai untuk
kurangi produksi.
"25 negara mengambil pendekatan yang sangat
lambat dan terukur. Seperti paruh kedua tahun lalu membuktikan, kami
tertarik pada stabilisas pasar," ujar Falih.
Adapun harga minyak
telah naik lebih dari 20 persen sepanjang 2019 setelah OPEC dan
sekutunya sepakat untuk memangkas produksi selama enam bulan mulai
Januari. best profit
Langkah ini dilakukan untuk hindari penumpukan surplus global terutama ketika booming produksi minyak mentah AS.
Falih
mengatakan, OPEC mungkin perlu memperpanjang perjanjian untuk mengekang
produksi hingga akhir 2019. Produksi minyak mentah AS telah mencapai
rekor tertinggi selama dua minggu berturut-turut, mencapai 12,1 juta
barel per hari pada pekan lalu.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal
OPEC Mohammed Barkindo menuturkan, untuk mengelola pasokan dunia adalah
sulit ketika dua anggota Iran dan Venezuela mendapat sanksi dari AS.
Menteri
Energi Rusia, Alexander Novak juga mengatakan, pasar minyak lebih
stabil atau kurang serta volatilitas tidak disukai baik produsen dan
konsumen. best profit
Sumber : Liputan6