Sunday, 27 July 2025

Bestprofit | Emas Melemah, Sentimen Dagang Positif

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (28/7) – Harga emas melemah tajam pada hari Jumat seiring dengan penguatan dolar AS dan meningkatnya optimisme pasar terhadap kemajuan dalam negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan Uni Eropa. Kedua faktor tersebut menekan daya tarik emas sebagai aset safe haven, yang biasanya diminati di tengah ketidakpastian ekonomi atau geopolitik.

Harga Emas Spot dan Berjangka Turun Tajam

Harga emas spot tercatat turun 0,9% menjadi $3.336,01 per ons pada pukul 14.01 ET (18.01 GMT). Sementara itu, emas berjangka Amerika Serikat ditutup melemah lebih tajam sebesar 1,1% menjadi $3.335,60. Penurunan ini menandai pelemahan harian yang signifikan bagi logam mulia tersebut, yang sebelumnya sempat mengalami kenaikan karena ketidakpastian ekonomi global.

Penurunan harga emas kali ini terutama dipicu oleh penguatan indeks dolar AS, yang naik setelah sebelumnya menyentuh titik terendah dalam lebih dari dua minggu. Ketika dolar menguat, harga emas yang dihitung dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri, sehingga menekan permintaan global.

Dolar AS Menguat, Selera Risiko Meningkat

Kenaikan dolar AS mencerminkan pergeseran sentimen investor yang mulai meninggalkan aset-aset safe haven seperti emas dan beralih ke aset berisiko seperti saham. Menurut Peter Grant, Wakil Presiden sekaligus ahli strategi logam senior di Zaner Metals, investor kini melihat harapan atas perbaikan hubungan dagang internasional, terutama antara AS dan Uni Eropa.

“Kesepakatan Jepang itu signifikan, dan ada harapan untuk kesepakatan AS-Uni Eropa sebelum batas waktu 1 Agustus. Hal itu mengurangi permintaan aset safe haven karena meningkatnya selera risiko mendorong modal beralih ke aset berisiko,” jelas Grant.

Harapan ini muncul setelah tercapainya kesepakatan dagang antara AS dan Jepang di awal pekan. Selain itu, Komisi Eropa menyampaikan bahwa pembicaraan perdagangan dengan AS sudah mendekati tahap akhir, meskipun Uni Eropa tetap bersiap dengan tarif balasan jika kesepakatan gagal dicapai.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Stabilitas Pasar Tenaga Kerja AS Tekan Emas

Dari sisi data ekonomi, laporan terbaru menunjukkan bahwa klaim pengangguran di Amerika Serikat turun ke level terendah dalam tiga bulan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun perekrutan belum menunjukkan lonjakan besar, pasar tenaga kerja tetap stabil dan kuat. Data ini memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25% hingga 4,50% dalam pertemuan mereka minggu depan.

Stabilitas pasar tenaga kerja biasanya menjadi sinyal positif bagi pasar saham dan aset berisiko, tetapi menjadi tekanan tambahan bagi harga emas. Ini karena suku bunga tinggi cenderung menekan harga emas, yang tidak memberikan imbal hasil bunga.

Namun, di sisi lain, data inflasi yang menunjukkan peningkatan akibat tarif impor yang diberlakukan Presiden Donald Trump menciptakan kekhawatiran tersendiri. Jika inflasi terus meningkat, tekanan terhadap daya beli masyarakat bisa bertambah dan menciptakan ketidakpastian ekonomi jangka panjang.

Tekanan Politik terhadap The Fed Meningkat

Presiden Trump kembali menyoroti kebijakan moneter Federal Reserve. Dalam sebuah kunjungan mendadak ke bank sentral, Trump dikabarkan menekan Ketua The Fed Jerome Powell untuk segera menurunkan suku bunga. Langkah ini mencerminkan keinginan pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, terutama menjelang masa kampanye pemilu.

Menurut Peter Grant, situasi ini bisa membuka peluang bagi emas untuk kembali diminati, terutama jika The Fed memberikan sinyal dovish atau bahkan menurunkan suku bunga pada akhir tahun. “Emas mungkin menarik minat beli di level $3.300, tetapi mungkin tidak akan mencapai level tertinggi baru sepanjang masa hingga setelah keputusan The Fed,” ujar Grant.

Emas secara historis menunjukkan performa yang baik dalam lingkungan dengan suku bunga rendah dan ketidakpastian ekonomi, karena investor mencari lindung nilai terhadap inflasi dan potensi penurunan nilai mata uang.

Performa Logam Mulia Lain Juga Menurun

Tak hanya emas, logam mulia lain juga mencatatkan penurunan harga. Harga perak spot turun signifikan sebesar 2,3% menjadi $38,2 per ons. Meskipun demikian, perak masih berada di jalur kenaikan mingguan karena sebelumnya mencatatkan penguatan.

Sementara itu, harga platinum juga turun 0,9% menjadi $1.395,31 per ons. Paladium mengalami penurunan serupa sebesar 0,7% menjadi $1.219,07. Kedua logam tersebut tercatat mengalami pelemahan sepanjang minggu ini, seiring dengan berkurangnya minat investor terhadap komoditas safe haven secara umum.

Outlook Pasar: Ketidakpastian Masih Membayangi

Meskipun harga emas mengalami tekanan jangka pendek akibat faktor eksternal seperti penguatan dolar dan optimisme pasar terhadap negosiasi dagang, ketidakpastian global tetap menjadi faktor pendukung harga emas dalam jangka menengah hingga panjang.

Masalah geopolitik, kemungkinan kebijakan moneter longgar dari The Fed, dan ancaman inflasi global tetap berpotensi mendorong permintaan terhadap emas di masa mendatang. Selain itu, ancaman kebijakan tarif balasan antara AS dan mitra dagangnya bisa kembali meningkatkan ketidakpastian dan mendorong investor mencari perlindungan pada aset safe haven.

Peter Grant menyebut bahwa meskipun saat ini harga emas menghadapi tekanan teknikal dan fundamental, ada potensi untuk rebound jika ketegangan perdagangan meningkat kembali atau The Fed memberi sinyal pelonggaran kebijakan yang lebih agresif.

Kesimpulan: Harga Emas Terkoreksi, Tapi Tetap Menjadi Fokus Investor

Penurunan harga emas pada hari Jumat menjadi cerminan dinamika pasar global yang dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi, perkembangan geopolitik, dan reaksi investor terhadap data ekonomi. Penguatan dolar dan optimisme terhadap perjanjian perdagangan AS-Uni Eropa menjadi pemicu utama pelemahan harga emas kali ini.

Meski demikian, ketidakpastian makroekonomi masih membayangi, dan potensi perubahan arah kebijakan moneter dari Federal Reserve tetap menjadi faktor penting yang akan mempengaruhi harga emas dalam waktu dekat.

Investor di pasar logam mulia disarankan untuk tetap waspada terhadap sinyal dari The Fed, perkembangan inflasi, serta arah negosiasi dagang global, karena semua faktor tersebut dapat dengan cepat mengubah sentimen pasar terhadap emas dan logam mulia lainnya.

 
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Thursday, 24 July 2025

Bestprofit | Emas Melemah, Optimisme Perdagangan Meningkat

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (25/7) – Pada hari Kamis (25 Juli), harga emas mengalami penurunan untuk sesi kedua berturut-turut. Penurunan ini terjadi di tengah tanda-tanda meredanya ketegangan perdagangan global yang pada gilirannya mengurangi permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Harga emas spot tercatat turun 0,5%, mencapai $3.370,69 per ons pada pukul 13.45 ET (17.45 GMT), sedangkan harga emas berjangka AS ditutup lebih rendah 0,7%, yakni di $3.373,5.

Keputusan pasar yang optimistis terhadap perjanjian perdagangan antara AS dan negara-negara lain, terutama Jepang dan Uni Eropa, berperan besar dalam penurunan ini. Hal ini diperparah oleh sentimen positif yang mengarah pada penguatan ekuitas dan volatilitas yang lebih rendah, yang membuat daya tarik emas sebagai instrumen investasi menurun.

Faktor Utama Penyebab Penurunan Harga Emas

1. Meredanya Ketegangan Perdagangan Global

Harga emas cenderung menguat saat ada ketegangan atau ketidakpastian ekonomi dan politik. Namun, dengan adanya tanda-tanda meredanya ketegangan perdagangan global, permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven menurun. Pasar menganggap adanya kemungkinan tercapainya kesepakatan perdagangan yang lebih luas, seperti antara AS dengan Jepang dan Uni Eropa, sebagai indikator berkurangnya risiko global.

Aakash Doshi, seorang analis dari State Street Investment Management, menjelaskan bahwa optimisme pasar terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan perdagangan dengan AS dan Jepang, serta potensi perjanjian dengan Uni Eropa, membuat investor lebih tertarik pada aset-aset yang lebih berisiko, seperti saham. Hal ini secara langsung mengurangi permintaan terhadap emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

2. Kekuatan Ekuitas dan Volatilitas yang Rendah

Selain faktor perdagangan, faktor lain yang juga berkontribusi pada penurunan harga emas adalah kekuatan pasar ekuitas dan volatilitas yang rendah. Saat pasar saham berada dalam kondisi yang positif dan stabil, investor lebih cenderung untuk menanamkan dananya di instrumen investasi berisiko lebih tinggi, seperti saham, dibandingkan dengan emas yang dikenal sebagai instrumen pelindung nilai.

Selain itu, volatilitas yang rendah di pasar juga mengurangi daya tarik emas, yang lebih sering digunakan sebagai pelindung nilai saat terjadi ketidakpastian ekonomi atau geopolitis. Tanpa adanya ancaman signifikan yang dapat mengguncang pasar, harga emas tidak mampu mempertahankan level tertingginya.

Kemajuan Kesepakatan Perdagangan AS dan Uni Eropa

Salah satu faktor yang memperburuk sentimen pasar terhadap emas adalah kemajuan yang signifikan dalam negosiasi kesepakatan perdagangan antara AS dan Uni Eropa. Pemerintah AS tengah mempersiapkan perjanjian yang berpotensi mengurangi tarif impor barang-barang dari Uni Eropa. Tarik menarik mengenai tarif tersebut, yang diperkirakan akan dikenakan 15% untuk beberapa barang dari Uni Eropa, juga mencakup potensi pengecualian, memberikan optimisme baru terhadap kondisi perdagangan global.

Menurut Doshi, perkembangan positif ini, terutama dengan adanya perjanjian dengan Jepang yang baru saja diumumkan, mengurangi ketegangan perdagangan yang sebelumnya membebani sentimen pasar. Dalam kondisi ini, emas kehilangan daya tariknya karena perasaan pasar yang lebih optimis terhadap potensi kesepakatan perdagangan yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi global.

Kunjungan Presiden Trump ke Federal Reserve: Mengancam Indepedensi Bank Sentral?

Langkah mengejutkan Presiden AS Donald Trump untuk mengunjungi Federal Reserve (Fed) juga menjadi faktor yang menambah ketidakpastian pada prospek kebijakan ekonomi AS. Selama beberapa waktu terakhir, Trump secara terbuka mengkritik Ketua Fed Jerome Powell karena tidak memangkas suku bunga lebih agresif untuk mendukung perekonomian. Jika Trump terus mendesak Fed untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut, ini bisa menciptakan ketidakpastian di pasar.

Meskipun demikian, langkah semacam itu juga dapat mendukung harga emas dalam jangka menengah hingga panjang. Doshi menambahkan bahwa potensi intervensi terhadap independensi Fed, jika terjadi, akan memberikan sentimen yang lebih mendukung terhadap emas. Sebagai aset safe haven, emas cenderung menguntungkan ketika kebijakan moneter tidak stabil atau independensi bank sentral dipertanyakan.

Suku Bunga dan Proyeksi Penurunan Suku Bunga oleh The Fed

Meskipun ada perkembangan positif dalam kesepakatan perdagangan dan pasar ekuitas yang kuat, banyak investor masih memperhatikan langkah The Fed terkait suku bunga. Saat ini, pasar memperkirakan bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan mendatang yang dijadwalkan pada 29-30 Juli. Namun, pasar terus memperhitungkan kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September.

Dalam kondisi suku bunga rendah, emas cenderung memiliki daya tarik lebih besar. Sebab, suku bunga yang lebih rendah membuat biaya peluang untuk memegang emas lebih murah, sementara return dari instrumen investasi lainnya menjadi lebih rendah. Oleh karena itu, meskipun ada optimisme terkait perdagangan dan pasar saham yang kuat, prospek suku bunga yang rendah tetap memberikan dukungan bagi harga emas dalam jangka panjang.

Data Tenaga Kerja AS: Klaim Pengangguran yang Menurun

Di sisi lain, data pasar tenaga kerja AS juga memberikan gambaran yang menarik. Klaim pengangguran AS mengalami penurunan yang tak terduga minggu lalu, yang menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap stabil meskipun ada perlambatan dalam perekrutan. Meskipun penurunan klaim pengangguran mencerminkan kondisi pasar kerja yang kuat, perbaikan yang lebih lambat dalam penciptaan lapangan kerja bisa menambah tantangan bagi individu yang sedang mencari pekerjaan.

Dalam konteks ini, emas sebagai aset safe haven tetap relevan dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi. Meski harga emas turun saat ini, potensi risiko jangka panjang seperti ketidakstabilan pasar tenaga kerja atau masalah ekonomi lainnya tetap menjadi pendorong utama untuk permintaan emas di masa depan.

Pergerakan Harga Logam Lain: Perak, Paladium, dan Platinum

Selain emas, harga logam mulia lainnya juga mengalami penurunan. Harga perak spot turun 0,7%, menjadi $39,02 per ons. Paladium, yang sempat menunjukkan performa yang mengesankan pada awal tahun, juga turun 3,5% menjadi $1.234 per ons. Sementara itu, harga platinum turun 0,5% menjadi $1.405,15 per ons.

Penurunan harga logam-logam ini mencerminkan dampak sentimen positif terhadap pasar yang lebih berisiko, yang mengurangi minat terhadap logam mulia sebagai pelindung nilai. Ini sejalan dengan tren harga emas yang turun, di mana logam mulia lainnya juga merasakan dampak dari pergerakan pasar yang optimistis.

Kesimpulan: Proyeksi Harga Emas ke Depan

Meskipun harga emas mengalami penurunan pada hari Kamis, faktor-faktor yang mempengaruhi harga emas sangat dinamis. Kemajuan kesepakatan perdagangan global, potensi penurunan suku bunga, dan kondisi pasar tenaga kerja AS merupakan faktor yang akan terus mempengaruhi pergerakan harga emas.

Secara keseluruhan, meskipun emas mungkin tidak mengalami lonjakan harga dalam waktu dekat, ketidakpastian ekonomi dan kebijakan moneter yang lebih longgar dari The Fed tetap menjadi faktor pendukung bagi emas. Investor yang mencari perlindungan nilai terhadap ketidakpastian ekonomi kemungkinan akan terus melihat emas sebagai instrumen investasi yang relevan di masa depan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 23 July 2025

Bestprofit | Emas Tertekan Isu Tarif AS-Uni Eropa

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (24/7) – Harga emas mengalami tekanan pada hari Rabu (23/7) setelah muncul laporan bahwa Amerika Serikat dan Uni Eropa hampir mencapai kesepakatan tarif sebesar 15%. Kabar ini memperkuat selera risiko di pasar keuangan dan mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe haven. Sementara itu, harga perak sempat melonjak ke level tertinggi sejak September 2011 sebelum berbalik melemah.

Penurunan Harga Emas Spot dan Berjangka

Harga emas spot turun sebesar 1,1% menjadi $3.394,64 per ons pada pukul 14.33 ET (18.33 GMT). Penurunan ini terjadi setelah logam mulia tersebut sempat menyentuh titik tertinggi sejak 16 Juni sebelumnya. Di sisi lain, harga emas berjangka Amerika Serikat juga mencatat penurunan sebesar 1,3% dan ditutup pada level $3.397,60 per ons.

Menurut Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, “Kita melihat adanya perkembangan positif dalam negosiasi perdagangan antara AS dengan Jepang dan juga Uni Eropa. Artinya, tidak akan ada tarif balasan besar dari Eropa, dan ini telah mendorong selera risiko di pasar. Pasar ekuitas pun menunjukkan performa yang cukup baik.”

Dampak Kesepakatan Tarif terhadap Pasar

Kesepakatan tarif antara AS dan Uni Eropa yang diusulkan mencakup tarif sebesar 15% terhadap barang-barang Eropa yang diimpor ke Amerika Serikat. Dua diplomat mengungkapkan bahwa kedua belah pihak semakin dekat menuju persetujuan, mencerminkan perbaikan dalam hubungan dagang transatlantik yang selama ini tegang.

Bersamaan dengan itu, Presiden AS Donald Trump juga mencapai kesepakatan dagang dengan Jepang terkait penurunan tarif impor otomotif. Kedua perjanjian ini menjadi sinyal positif bahwa ketegangan perdagangan global bisa mereda, dan ini secara langsung mengurangi minat investor terhadap aset lindung nilai seperti emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Emas sebagai Aset Safe Haven

Emas tradisionalnya dianggap sebagai tempat yang aman bagi investor saat ketidakpastian ekonomi atau geopolitik meningkat. Namun, ketika situasi membaik dan risiko perdagangan menurun, investor cenderung beralih ke aset berisiko seperti saham untuk mengejar imbal hasil yang lebih tinggi.

Kondisi suku bunga juga memengaruhi harga emas. Di lingkungan dengan suku bunga rendah, biaya peluang untuk memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi lebih rendah, sehingga menarik bagi investor. Namun, saat ini, pasar tidak memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada bulan Juli. Hal ini juga menekan daya tarik emas.

Lebih jauh, independensi The Fed tampaknya mulai terancam oleh campur tangan politik, menurut survei terbaru dari Reuters terhadap para ekonom. Ketidakpastian seputar arah kebijakan moneter jangka menengah juga menciptakan keraguan tambahan di pasar logam mulia.

Kinerja Logam Mulia Lainnya

Selain emas, logam mulia lainnya juga menunjukkan pergerakan harga yang signifikan. Perak spot sempat menyentuh level tertinggi dalam hampir 14 tahun pada awal sesi perdagangan, yaitu di atas $39, sebelum akhirnya melemah tipis 0,1% menjadi $39,24 per ons.

Alexander Zumpfe, seorang pedagang logam mulia di Heraeus Metals Jerman, menjelaskan bahwa reli perak baru-baru ini didorong oleh beberapa faktor. “Kombinasi dari permintaan industri yang kuat, defisit pasokan yang terus berlanjut, dan meningkatnya minat investor menjadi pendorong utama lonjakan harga perak,” ujarnya.

Menurut Zumpfe, dorongan untuk melewati batas psikologis $40 per ons bisa datang dari sejumlah faktor seperti penguatan harga emas lebih lanjut, pelemahan dolar AS, atau bukti semakin ketatnya pasokan logam mulia di pasar global, terutama jika premi fisik di pasar-pasar utama Asia mulai meningkat lagi.

Sementara itu, logam lain seperti platinum dan paladium juga mencatat penurunan. Platinum merosot 2,1% menjadi $1.411,63 per ons, sementara paladium melemah 0,2% menjadi $1.271,98.

Prospek Jangka Pendek dan Risiko Pasar

Meskipun harga emas mengalami penurunan, beberapa analis masih melihat potensi rebound dalam jangka pendek jika ketidakpastian kembali meningkat. Beberapa risiko yang bisa menghidupkan kembali minat terhadap aset safe haven termasuk ketegangan geopolitik di Asia Timur, ketidakpastian politik dalam negeri AS menjelang pemilu, atau data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan.

Selain itu, pelaku pasar juga akan terus mencermati arah kebijakan moneter Federal Reserve. Jika The Fed memberikan sinyal dovish atau bahkan mempertimbangkan pemangkasan suku bunga di masa depan, maka harga emas bisa kembali menguat.

Namun demikian, selama narasi pemulihan perdagangan global dan sentimen risiko yang tinggi terus mendominasi pasar, tekanan terhadap harga emas kemungkinan masih akan berlanjut.

Perak: Bintang Baru di Tengah Ketidakpastian?

Dibandingkan emas, perak menunjukkan performa yang lebih tangguh dalam beberapa pekan terakhir. Selain sebagai logam mulia, perak juga digunakan secara luas dalam industri, termasuk dalam produksi panel surya, peralatan elektronik, dan kendaraan listrik. Peningkatan permintaan industri yang signifikan mendorong kenaikan harga perak secara lebih agresif.

Defisit pasokan global juga menjadi masalah yang belum terselesaikan dalam pasar perak. Produksi tambang yang stagnan tidak mampu mengejar lonjakan permintaan, terutama dari sektor energi terbarukan.

Dengan semakin banyak investor institusional yang mulai melirik perak sebagai alternatif diversifikasi dari emas, momentum kenaikan perak bisa saja berlanjut dalam beberapa bulan mendatang, terutama jika pelemahan dolar AS berlanjut.

Kesimpulan

Penurunan harga emas pada Rabu (23/7) mencerminkan perubahan sentimen pasar yang mulai meninggalkan aset safe haven dan kembali pada aset berisiko menyusul perkembangan positif dalam negosiasi perdagangan global. Kesepakatan tarif antara AS dan Uni Eropa serta perjanjian dagang dengan Jepang telah mendorong pasar saham dan menekan logam mulia.

Namun, kondisi pasar tetap dinamis. Ancaman dari ketegangan geopolitik, ketidakpastian kebijakan moneter, dan ketidakstabilan politik bisa sewaktu-waktu mengembalikan daya tarik emas. Sementara itu, perak mulai mencuri perhatian investor berkat fundamental industri yang kuat dan tekanan pasokan yang kronis.

Dengan berbagai faktor yang saling bertentangan ini, pelaku pasar perlu terus memantau perkembangan global untuk menentukan arah selanjutnya dari harga logam mulia, terutama emas dan perak.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 22 July 2025

Bestprofit | Emas Sentuh Puncak 5 Minggu

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (23/7) – Harga emas dunia melonjak ke level tertinggi dalam lima minggu pada hari Selasa (22/7), didorong oleh meningkatnya ketidakpastian global terkait perdagangan dan pelemahan imbal hasil obligasi Amerika Serikat. Di tengah tensi geopolitik dan kebijakan moneter yang tidak menentu, investor global berbondong-bondong memburu aset safe haven seperti emas.

Emas Spot dan Berjangka Mencetak Kenaikan Signifikan

Emas spot tercatat naik 1% menjadi $3.428,84 per ons pada pukul 14.10 waktu ET (18.10 GMT), menyentuh posisi tertinggi sejak 16 Juni 2025. Sementara itu, emas berjangka AS menguat 1,1% dan mencapai $3.443,70 per ons. Lonjakan harga ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap ketidakstabilan global, terutama menjelang tenggat waktu tarif baru dari Presiden AS Donald Trump pada 1 Agustus mendatang.

Salah satu faktor utama yang mendukung kenaikan harga emas adalah turunnya imbal hasil obligasi pemerintah AS, khususnya untuk tenor 10 tahun, yang mencapai level terendah dalam hampir dua minggu. Penurunan imbal hasil ini menurunkan opportunity cost untuk memegang emas, yang tidak memberikan bunga atau imbal hasil tetap.

Ketidakpastian Perdagangan Jadi Katalis Utama

Pasar global tengah diguncang oleh serangkaian ketidakpastian perdagangan yang melibatkan Amerika Serikat, Tiongkok, dan Uni Eropa. Pemerintah AS, melalui Menteri Keuangan Scott Bessent, menyatakan akan bertemu dengan mitra dagangnya dari Tiongkok minggu depan, serta menyampaikan kemungkinan perpanjangan batas waktu tarif hingga 12 Agustus.

“Ketidakpastian perdagangan mendorong permintaan aset safe haven. AS sedang menggodok beberapa kesepakatan perdagangan dan ada rumor bahwa Uni Eropa dan AS mungkin tidak akan mencapai kesepakatan atau bahkan belum mendekati kesepakatan,” ujar Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals.

Di sisi lain, para diplomat Uni Eropa mengisyaratkan bahwa blok tersebut mempertimbangkan langkah balasan terhadap AS seiring prospek kesepakatan perdagangan yang kian menipis. Hal ini memperparah kekhawatiran akan potensi eskalasi perang dagang global, yang berdampak negatif pada ekonomi dunia namun positif untuk harga emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Tekanan Terhadap The Fed Tambah Ketegangan

Selain kekhawatiran perdagangan, sorotan juga tertuju pada kebijakan moneter AS. Para investor tengah menanti pertemuan Federal Reserve minggu depan, yang meski diperkirakan tidak akan mengubah suku bunga saat ini, tetap dinilai penting karena dapat memberikan sinyal mengenai arah kebijakan moneter ke depan.

Ketua The Fed, Jerome Powell, mendapat tekanan dari Presiden Trump untuk menurunkan suku bunga guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, Wakil Ketua The Fed, Michelle Bowman, menegaskan pentingnya independensi bank sentral, menyiratkan bahwa tekanan politik tidak akan serta merta mengubah sikap lembaga tersebut.

Suku bunga yang rendah umumnya mendukung harga emas karena menurunkan biaya peluang untuk memegang aset yang tidak menghasilkan bunga. Oleh karena itu, kemungkinan penurunan suku bunga di bulan Oktober, seperti yang diperkirakan sebagian analis, menjadi faktor tambahan yang menopang harga emas.

Analisis Teknikal dan Sentimen Pasar

Menurut Jigar Trivedi, analis komoditas senior di Reliance Securities, sentimen pasar terhadap emas masih cenderung bullish. “Resistensi yang kuat terlihat di dekat $3.420. Di sisi lain, $3.350 merupakan level support,” ujarnya. Ini menunjukkan bahwa selama harga emas bertahan di atas level support tersebut, tren naik masih mungkin berlanjut dalam waktu dekat.

Selain itu, lonjakan emas juga menjadi bukti bahwa pasar tengah memasuki fase risk-off, di mana investor menghindari aset berisiko seperti saham dan memilih instrumen yang lebih aman. Aksi ini dapat dilihat dari meningkatnya permintaan emas batangan dan dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) berbasis emas.

Pasar Logam Mulia Lain Mengikuti Tren Emas

Kenaikan harga emas juga diikuti oleh logam mulia lainnya. Perak spot naik 0,6% menjadi $39,16 per ons, paladium naik 1,4% menjadi $1.282,82 per ons, sementara platinum justru turun 0,5% ke level $1.431,64. Pergerakan ini mencerminkan dinamika permintaan terhadap logam industri dan logam mulia sebagai alternatif investasi.

Perak, yang juga memiliki fungsi sebagai logam industri, mendapat dorongan tambahan dari spekulasi pemulihan manufaktur global. Sementara paladium yang digunakan dalam industri otomotif mendapatkan dukungan dari harapan meningkatnya permintaan kendaraan ramah lingkungan di tengah upaya global untuk mengurangi emisi.

Kesimpulan: Emas Masih Jadi Pilihan Utama Saat Ketidakpastian Meningkat

Dengan berbagai tekanan global, mulai dari tensi perdagangan, dinamika suku bunga, hingga ketidakpastian kebijakan fiskal dan moneter, emas sekali lagi menunjukkan fungsinya sebagai lindung nilai (hedge) yang efektif. Dalam situasi seperti sekarang, ketika tidak ada jaminan kestabilan dari otoritas keuangan maupun dari politik internasional, emas menjadi tempat berlindung yang aman bagi investor.

Potensi perpanjangan tenggat tarif AS terhadap Tiongkok, peringatan dari Uni Eropa tentang kemungkinan retaliasi, dan pengaruh kebijakan Federal Reserve terhadap suku bunga menjadi tiga faktor utama yang akan terus dipantau pelaku pasar dalam beberapa minggu ke depan.

Apabila tekanan geopolitik dan ekonomi terus meningkat, bukan tidak mungkin harga emas akan menembus level resistensi berikutnya dan mencatatkan rekor baru dalam tahun ini. Sebaliknya, jika ketegangan mereda dan The Fed tetap hawkish, harga emas mungkin akan terkoreksi ke level support di kisaran $3.350.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Monday, 21 July 2025

Bestprofit | Powell Diselidiki, Dolar Melemah

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Dolar-4.webp

Bestprofit (22/7) – Dolar Amerika Serikat (USD) memulai pekan ini dengan catatan negatif, melemah terhadap mayoritas mata uang utama lainnya dalam perdagangan hari Senin, 22 Juli 2025. Para pelaku pasar menunjukkan sikap hati-hati seiring dengan meningkatnya ketegangan perdagangan global serta gejolak politik dalam negeri yang menambah ketidakpastian terhadap arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).

Tekanan Geopolitik dan Batas Waktu Tarif 1 Agustus

Salah satu faktor utama yang membebani dolar AS adalah kekhawatiran yang kembali mencuat terkait kemungkinan kenaikan tarif perdagangan internasional. Pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, kembali mengisyaratkan bahwa tenggat waktu 1 Agustus bisa menjadi titik balik dalam strategi tarif, yang berpotensi melibatkan mitra dagang utama seperti Tiongkok dan Uni Eropa.

Investor pun bereaksi dengan menjual dolar dan mencari aset yang lebih aman seperti emas dan yen Jepang. Kecenderungan risk-off ini memperkuat mata uang safe haven, sementara Greenback kehilangan sebagian kekuatannya karena dinilai rentan terhadap dampak langsung dari kebijakan dagang yang agresif.

Data Ekonomi Solid, Tapi Tidak Cukup

Di tengah gejolak politik dan ketegangan tarif, data ekonomi AS secara umum menunjukkan kinerja yang masih kuat. Penjualan ritel yang lebih tinggi dari perkiraan dan pasar tenaga kerja yang tetap solid seharusnya memberikan dorongan pada dolar. Namun, kekhawatiran akan potensi intervensi politik terhadap The Fed membuat investor waspada.

Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan USD terhadap enam mata uang utama, sempat turun ke level 97,90 pada sesi perdagangan Amerika. Ini terjadi setelah dua minggu berturut-turut mencatatkan kenaikan, menunjukkan bahwa faktor non-ekonomi kini mulai mendominasi arah pasar.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Krisis Kepercayaan terhadap Independensi The Fed

Tekanan terhadap Federal Reserve datang tidak hanya dari Gedung Putih, tetapi juga dari dalam Kongres AS. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Republik, Anna Paulina Luna, secara resmi melaporkan Ketua The Fed, Jerome Powell, ke Departemen Kehakiman atas dugaan memberikan kesaksian palsu. Tuduhan tersebut berkaitan dengan renovasi kantor pusat Fed senilai $2,5 miliar, yang disebut-sebut dilakukan dengan pengelolaan dana yang tidak transparan.

Meskipun belum jelas apakah tuntutan hukum ini akan berlanjut, langkah politik ini memperburuk kekhawatiran pasar mengenai independensi lembaga moneter tertinggi di AS. Jika The Fed dinilai tidak lagi independen dari tekanan politik, kredibilitasnya dalam menetapkan suku bunga bisa diragukan, yang berdampak langsung terhadap daya tarik dolar di mata investor global.

Kritik Terbuka dari Menteri Keuangan

Menambah kekacauan adalah pernyataan pedas dari Menteri Keuangan AS, Scott Bessent. Dalam wawancaranya di CNBC pada Senin pagi, Bessent menyebut bahwa sudah waktunya untuk mengevaluasi ulang peran dan kinerja The Fed secara menyeluruh. Ia juga menuding bank sentral menyebarkan ketakutan yang tidak berdasar mengenai inflasi dan dampak tarif.

Pernyataan Bessent menambah tekanan politik terhadap Fed, memperkuat narasi bahwa lembaga ini kini berada di bawah pengawasan ketat pemerintah, yang menambah ketidakpastian terhadap masa depan kebijakan moneter AS.

Sinyal Beragam dari Pejabat The Fed

Sementara itu, pernyataan yang datang dari pejabat The Fed sendiri juga tidak memberikan kejelasan. Beberapa pejabat memberi sinyal kemungkinan pemangkasan suku bunga dalam pertemuan kebijakan akhir bulan Juli, sementara yang lain masih mengedepankan pendekatan wait and see. Hal ini menciptakan ketidakpastian tambahan bagi pasar yang tengah mencari arah yang lebih jelas.

Pasar saat ini menilai kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin sebagai langkah untuk merespons tekanan ekonomi global, sekaligus sebagai sinyal bahwa The Fed tidak kebal terhadap desakan politik. Namun, masih ada keraguan apakah pemangkasan ini benar-benar berdasar pada data atau lebih karena tekanan eksternal.

Performa DXY: Resisten Tapi Rentan

Meski sempat melemah di awal pekan, DXY masih mencatatkan kenaikan 0,62% pada pekan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa dolar tetap mampu bertahan di tengah kekacauan politik dan kebisingan kebijakan, setidaknya dalam jangka pendek. Namun demikian, tren jangka menengah menunjukkan kecenderungan pelemahan yang lebih dalam.

Kombinasi dari ketegangan politik domestik, ancaman tarif, dan ekspektasi penurunan suku bunga membuat prospek jangka panjang dolar menjadi lebih rapuh. Banyak analis kini mempertanyakan apakah reli dolar bisa berlanjut tanpa adanya kejelasan arah kebijakan moneter dan fiskal.

Kalender Ekonomi yang Sepi, Pasar Fokus pada Data PMI dan Durable Goods

Seiring mendekatnya pertemuan FOMC pada 30 Juli, The Fed memasuki periode “blackout”, di mana para pejabat tidak diizinkan memberikan komentar publik tentang kebijakan moneter. Ini berarti pasar harus mengandalkan indikator ekonomi lain untuk membaca arah kebijakan selanjutnya.

Dua data utama yang akan menjadi fokus pasar minggu ini adalah Indeks Manajer Pembelian (PMI) Global S&P pada hari Kamis dan laporan pesanan Barang Tahan Lama pada hari Jumat. Kedua data ini akan memberi gambaran lebih jelas tentang daya tahan ekonomi AS dalam menghadapi tekanan global dan domestik.

Jika data PMI menunjukkan pelemahan aktivitas manufaktur dan jasa, atau jika pesanan barang tahan lama turun signifikan, maka ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed kemungkinan akan menguat, dan ini bisa memperpanjang pelemahan dolar.

Arah Dolar di Tengah Badai Ketidakpastian

Melihat kondisi saat ini, jelas bahwa dolar AS berada di bawah tekanan dari berbagai arah: tekanan geopolitik, gangguan politik domestik, serta ketidakpastian arah kebijakan moneter. Meski masih didukung oleh data ekonomi yang relatif solid, investor mulai mempertanyakan apakah ini cukup untuk menahan dampak dari intervensi politik terhadap The Fed.

Dengan pasar yang semakin mengantisipasi pemangkasan suku bunga dan potensi eskalasi tarif internasional, dolar bisa saja memasuki fase konsolidasi atau bahkan tren penurunan baru jika tidak ada sinyal positif dari pejabat kebijakan.

Kesimpulan: Investor Bersikap Hati-Hati

Dolar AS memulai pekan ini dengan catatan lemah, dan itu bisa menjadi indikasi dari meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap stabilitas ekonomi dan politik AS. Sementara data ekonomi memberi secercah harapan, ketegangan politik dan ancaman terhadap independensi The Fed berpotensi lebih dominan dalam memengaruhi arah mata uang ke depan.

Investor tampaknya memilih untuk bersikap hati-hati, menunggu sinyal lebih jelas dari data ekonomi mendatang dan hasil pertemuan kebijakan The Fed pada akhir bulan. Sampai saat itu, volatilitas kemungkinan akan tetap tinggi, dan dolar akan terus bergerak dalam ketidakpastian yang belum mereda.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 20 July 2025

Bestprofit | Emas Naik karena Komentar Waller

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-6.jpg

Bestprofit (21/7) – Harga emas menguat selama sesi perdagangan Amerika Utara pada hari Jumat, ditopang oleh pelemahan Dolar AS serta komentar dovish dari salah satu Gubernur Federal Reserve. Di tengah ketidakpastian kebijakan moneter dan menjelang akhir pekan, para pelaku pasar tampak melakukan aksi ambil untung (profit taking), namun logam mulia tetap berhasil mencatatkan kenaikan yang solid.

Pada saat penulisan, harga emas spot (XAU/USD) berada di kisaran $3.353 per ons troy, naik 0,43% dibandingkan sesi sebelumnya. Pergerakan ini mencerminkan meningkatnya minat investor terhadap aset safe haven, terutama ketika dolar dan imbal hasil obligasi AS mengalami tekanan.

Pelemahan Dolar AS Dorong Permintaan Emas

Salah satu faktor utama penguatan harga emas kali ini adalah pelemahan Dolar AS. Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, turun sebesar 0,13% ke level 98,48.

Penurunan ini menguntungkan komoditas seperti emas yang dihargakan dalam dolar. Ketika dolar melemah, logam mulia menjadi lebih murah bagi pembeli asing, sehingga permintaan emas cenderung meningkat di pasar global. Ini adalah hubungan klasik yang telah lama diamati di antara pelaku pasar.

Selain itu, kondisi saat ini memperlihatkan dolar berada di bawah tekanan akibat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan segera memangkas suku bunga, sesuatu yang secara historis membuat dolar kehilangan daya tariknya.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Komentar Dovish The Fed Picu Harapan Penurunan Suku Bunga

Pasar juga merespons positif pernyataan Gubernur The Fed, Christopher Waller, yang dianggap lebih dovish dari perkiraan. Waller menyatakan bahwa bank sentral mungkin perlu melonggarkan kebijakan moneter dalam waktu dekat, dan bahkan menyebut kemungkinan penurunan suku bunga pada pertemuan bulan Juli.

Pernyataan ini berdampak langsung terhadap ekspektasi pasar. Menurut kontrak berjangka suku bunga Fed untuk Desember 2025, pelaku pasar kini memperkirakan total pemangkasan suku bunga sebesar 45 basis poin (bps) hingga akhir tahun, naik dari 42 bps sehari sebelumnya.

Penurunan suku bunga biasanya membuat emas menjadi lebih menarik karena menurunkan opportunity cost (biaya peluang) dalam memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas.

Optimisme Konsumen Dorong Sentimen Positif

Data terbaru dari Universitas Michigan (UoM) juga turut menyumbang pada penguatan harga emas, meskipun secara tidak langsung. Indeks Sentimen Konsumen menunjukkan bahwa masyarakat Amerika semakin optimis terhadap kondisi ekonomi dan memperkirakan penurunan inflasi dalam beberapa bulan mendatang.

Meskipun data ini umumnya memperkuat pasar saham, di sisi lain, penurunan ekspektasi inflasi membuka ruang bagi The Fed untuk lebih leluasa memangkas suku bunga. Ini sekali lagi menjadi angin segar bagi pasar emas, yang selama ini cenderung menguat ketika kebijakan moneter menjadi lebih longgar.

Isu Politik: Rumor Pemecatan Jerome Powell

Di tengah dinamika pasar, muncul pula isu politik yang sempat memicu volatilitas. Beberapa media melaporkan bahwa mantan Presiden AS Donald Trump mempertimbangkan untuk memecat Ketua The Fed, Jerome Powell, jika ia kembali menjabat pada pemilu berikutnya.

Meskipun Trump kemudian membantah rumor tersebut, spekulasi ini tetap menimbulkan ketidakpastian di pasar. Banyak investor khawatir bahwa tekanan politik terhadap bank sentral dapat mengganggu independensinya, yang pada gilirannya bisa merusak kredibilitas kebijakan moneter AS. Momen ini sempat membuat harga emas batangan gagal menembus level tertinggi mingguan pada hari Rabu, meskipun sentimen dovish The Fed mendominasi.

Tekanan Imbal Hasil Obligasi Turut Menopang

Harga emas juga mendapat dukungan dari penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS, yang terjadi bersamaan dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga. Ketika imbal hasil turun, investor cenderung beralih ke aset alternatif yang lebih stabil seperti emas.

Hal ini terjadi karena emas, sebagai aset yang tidak memberikan bunga atau kupon, menjadi relatif lebih kompetitif ketika imbal hasil dari surat utang negara jatuh. Fenomena ini memperkuat daya tarik emas sebagai instrumen lindung nilai terhadap ketidakpastian pasar dan penurunan nilai tukar.

Prospek Minggu Depan: Fokus pada Data Ekonomi

Pasar kini mengalihkan fokus ke data ekonomi AS yang akan dirilis minggu depan. Beberapa laporan penting yang dinantikan investor antara lain:

  • Data Perumahan: Memberikan gambaran mengenai daya beli konsumen dan kesehatan pasar properti.

  • PMI Flash Global S&P: Indikator awal pertumbuhan ekonomi sektor manufaktur dan jasa.

  • Klaim Pengangguran Mingguan: Barometer penting untuk kondisi pasar tenaga kerja.

  • Pesanan Barang Tahan Lama: Mengindikasikan permintaan atas barang-barang bernilai tinggi.

Jika data-data tersebut menunjukkan pelemahan ekonomi, maka ekspektasi penurunan suku bunga akan semakin menguat, dan harga emas kemungkinan besar akan terus naik. Sebaliknya, data yang kuat bisa menunda pemangkasan suku bunga, yang akan menekan harga emas.

Kesimpulan: Emas Semakin Menarik di Tengah Ketidakpastian

Secara keseluruhan, kombinasi pelemahan dolar, penurunan imbal hasil obligasi, komentar dovish dari pejabat The Fed, dan optimisme pasar terhadap pelonggaran moneter telah menciptakan kondisi yang ideal bagi kenaikan harga emas.

Meskipun emas sempat tertahan di bawah level tertinggi mingguan, prospek jangka menengah hingga panjang tetap positif, terutama jika The Fed benar-benar mulai memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

Dengan latar belakang fundamental yang mendukung, investor dan trader akan terus mengamati sinyal dari bank sentral serta data ekonomi utama sebagai panduan untuk pergerakan harga selanjutnya. Sementara itu, emas tetap menjadi salah satu instrumen paling dicari dalam menghadapi ketidakpastian global dan perubahan arah kebijakan moneter Amerika Serikat.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 17 July 2025

Bestprofit | Emas Stabil, Fokus ke Arah Suku Bunga

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (18/7) – Harga emas mengalami stabilisasi namun diperkirakan akan mencatatkan penurunan mingguan moderat. Hal ini terjadi di tengah penguatan data ekonomi Amerika Serikat yang meredakan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi, serta spekulasi pasar terhadap arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

Kinerja Emas: Stabil di Tengah Tekanan Ekonomi

Pada awal sesi perdagangan Asia, harga emas batangan diperdagangkan sedikit di bawah $3.340 per ons, menandai penurunan sekitar 0,5% dalam sepekan terakhir. Kinerja ini mencerminkan kondisi pasar yang menunggu kejelasan arah kebijakan moneter, terutama setelah rilis data tenaga kerja dan penjualan ritel AS yang lebih baik dari ekspektasi.

Kekuatan data ekonomi terbaru memberi sinyal bahwa perekonomian AS tetap tangguh, yang pada gilirannya menurunkan ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Sebagaimana diketahui, harga emas sangat sensitif terhadap perubahan kebijakan suku bunga karena logam mulia ini tidak menghasilkan bunga, sehingga kehilangan daya tarik relatifnya di tengah suku bunga tinggi.

Data Ekonomi AS Menopang Dolar, Menekan Emas

Data yang menjadi fokus pasar dalam beberapa hari terakhir adalah turunnya jumlah klaim pengangguran di AS selama lima pekan berturut-turut. Ini merupakan sinyal kuat bahwa pasar tenaga kerja masih solid. Selain itu, penjualan ritel AS naik pada bulan Juni, mengindikasikan permintaan konsumen yang tetap tinggi.

Kedua indikator ini memberi dorongan terhadap kekuatan dolar AS dan menekan permintaan terhadap emas. Dolar yang kuat biasanya membuat emas lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sehingga menurunkan daya tarik investasi pada logam mulia tersebut.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pernyataan Pejabat The Fed: Dua Pemangkasan Masih Dimungkinkan

Presiden Federal Reserve San Francisco, Mary Daly, menyatakan bahwa ia masih melihat kemungkinan dilakukannya dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini. Namun, ia juga menekankan pentingnya waktu dalam pengambilan keputusan tersebut agar The Fed tidak tertinggal dalam merespons kondisi ekonomi yang berubah cepat.

Komentar Daly memberikan harapan bagi investor emas, karena pemangkasan suku bunga biasanya akan mendukung harga logam mulia. Namun, pasar saat ini masih menilai sinyal tersebut dengan hati-hati, menunggu kepastian dari pertemuan kebijakan moneter The Fed pada akhir bulan ini.

Tekanan Politik dan Ketidakpastian Internal The Fed

Selain faktor ekonomi, The Fed juga menghadapi tekanan politik. Presiden AS Donald Trump kembali mendesak bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneternya guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja menjelang pemilu. Selain itu, isu renovasi kantor pusat The Fed yang dianggap terlalu mahal turut menjadi sorotan, menciptakan dinamika politik tambahan bagi pembuat kebijakan.

Tekanan semacam ini tidak hanya menimbulkan perdebatan di internal bank sentral, tetapi juga menambah lapisan ketidakpastian di pasar keuangan. Investor emas biasanya merespons ketidakpastian geopolitik dan politik domestik dengan meningkatkan kepemilikan aset safe haven seperti logam mulia.

Emas: Safe Haven yang Masih Dicari di Tengah Ketidakpastian Global

Walau mengalami pelemahan dalam beberapa pekan terakhir, emas secara umum telah mengalami kenaikan lebih dari 25% sepanjang tahun ini. Ketegangan geopolitik di berbagai belahan dunia, seperti konflik perdagangan, ketidakpastian politik, dan risiko dari pasar berkembang, telah meningkatkan permintaan terhadap emas sebagai aset pelindung nilai.

Kondisi ini menunjukkan bahwa sentimen terhadap emas secara jangka menengah hingga panjang masih positif, meskipun pergerakan harga jangka pendek akan sangat bergantung pada sinyal dari The Fed dan arah pergerakan dolar AS.

Rentang Perdagangan yang Ketat: Investor Masih Menunggu

Selama beberapa bulan terakhir, harga emas diperdagangkan dalam kisaran yang relatif sempit. Hal ini mencerminkan sikap wait and see para investor, yang menanti kejelasan dari negosiasi perdagangan AS dengan mitra dagangnya, termasuk Tiongkok dan Uni Eropa. Selain itu, ketidakpastian mengenai laju pemangkasan suku bunga The Fed serta dampak tarif terhadap pertumbuhan ekonomi global menahan pergerakan emas dalam kisaran terbatas.

Situasi ini memperlihatkan bahwa pasar masih berada dalam fase konsolidasi, dan kemungkinan breakout bisa terjadi jika ada kejutan besar dari kebijakan moneter atau perkembangan geopolitik.

Logam Mulia Lain: Perak Stabil, Platinum dan Paladium Menguat

Selain emas, pergerakan logam mulia lainnya juga mencerminkan suasana pasar yang hati-hati namun tetap waspada terhadap potensi volatilitas. Perak dilaporkan bergerak stabil, sedangkan platinum dan paladium mengalami sedikit penguatan. Hal ini menunjukkan bahwa investor tetap menjaga eksposur terhadap sektor logam mulia, meskipun belum ada dorongan kuat yang memicu reli besar.

Permintaan industri terhadap logam-logam tersebut, terutama paladium yang banyak digunakan dalam industri otomotif untuk catalytic converter, juga turut menopang harga di tengah fluktuasi global.

Outlook Mingguan: Fokus pada The Fed dan Data Ekonomi Tambahan

Melihat ke depan, pelaku pasar akan fokus pada hasil pertemuan kebijakan The Fed yang dijadwalkan pada akhir bulan ini. Keputusan dan pernyataan resmi dari bank sentral akan sangat menentukan arah harga emas dalam beberapa pekan ke depan.

Selain itu, data ekonomi tambahan seperti inflasi, indeks manufaktur, dan indikator sektor perumahan akan menjadi pertimbangan penting dalam menilai kemungkinan perubahan suku bunga.

Jika data-data tersebut tetap kuat dan tidak memberi sinyal perlambatan, maka harapan akan pemangkasan suku bunga bisa semakin memudar — yang berpotensi menekan harga emas lebih lanjut.

Kesimpulan: Momentum Emas Tertahan, Tapi Potensi Masih Ada

Harga emas saat ini menghadapi fase penyesuaian setelah reli yang kuat selama paruh pertama tahun ini. Momentum jangka pendek mungkin melemah akibat data ekonomi AS yang kokoh dan ketidakpastian arah kebijakan The Fed. Namun demikian, logam mulia ini tetap memiliki prospek positif dalam jangka menengah hingga panjang, terutama sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian global dan risiko geopolitik.

Investor disarankan untuk tetap mencermati dinamika pasar dan perkembangan dari bank sentral utama dunia sebelum mengambil keputusan investasi yang besar. Emas tetap menjadi bagian penting dalam strategi diversifikasi portofolio di tengah kondisi global yang terus berubah.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 16 July 2025

Bestprofit | Drama Fed-Trump Dongkrak Emas

https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (17/7) – Harga emas mengalami lonjakan sebesar 0,78% selama sesi perdagangan Amerika Utara, didorong oleh ketidakpastian politik di Amerika Serikat dan perkembangan geopolitik global. Salah satu pemicu utama kenaikan ini adalah pernyataan mengejutkan dari mantan Presiden AS, Donald Trump, terkait kemungkinan pemecatan Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell. Meskipun Trump kemudian membantah niat tersebut, pasar sudah bereaksi terhadap ketidakpastian yang ditimbulkan.

Kenaikan Harga Emas: Reaksi Terhadap Ketidakpastian Politik

Pada saat penulisan, XAU/USD diperdagangkan di level $3.348 per ons, setelah sempat menyentuh puncak harian $3.377. Lonjakan harga ini terjadi menyusul pemberitaan dari Bloomberg yang mengungkap bahwa Trump sempat membahas pemecatan Jerome Powell dalam sebuah pertemuan dengan anggota parlemen dari Partai Republik di Gedung Putih. Pertemuan tersebut awalnya bertujuan untuk membahas undang-undang mengenai mata uang kripto, namun perhatian pasar justru tertuju pada pernyataan politis yang tidak biasa.

Menurut laporan Bloomberg, Trump mengatakan bahwa “hampir semua” anggota parlemen yang hadir dalam pertemuan tersebut menyetujui gagasan untuk mencopot Powell dari jabatannya. Meskipun Trump kemudian melunakkan pernyataannya dengan mengatakan bahwa sangat kecil kemungkinan ia akan memecat Powell kecuali ada indikasi kecurangan, pernyataan awal sudah cukup untuk menimbulkan gejolak di pasar keuangan, termasuk pasar emas.

Pasar Emas: Aset Aman di Tengah Ketidakpastian

Emas dikenal sebagai aset safe haven, yaitu aset yang dicari oleh investor ketika kondisi pasar tidak menentu atau penuh risiko. Komentar Trump memicu kekhawatiran tentang potensi ketidakstabilan kebijakan moneter AS jika terjadi intervensi politik terhadap The Fed, yang seharusnya independen.

Ketakutan bahwa pemimpin negara dapat memengaruhi atau bahkan mengganti pimpinan bank sentral untuk tujuan politik menyebabkan para investor beralih ke aset yang lebih aman, termasuk emas. Hal ini menjelaskan mengapa harga XAU/USD melonjak tajam tak lama setelah berita tersebut mencuat.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Inflasi Produsen AS: Turun, Tapi Masih Tinggi

Faktor lain yang memperkuat harga emas adalah rilis data Indeks Harga Produsen (IHP) di AS. Meskipun angka tersebut turun dan berada di bawah ekspektasi pasar, ia tetap berada di atas target inflasi 2% yang ditetapkan oleh The Fed. Ini menunjukkan bahwa tekanan inflasi masih menjadi perhatian utama.

Inflasi yang tinggi membuat emas menjadi pilihan menarik karena sifatnya yang tahan terhadap depresiasi nilai mata uang. Dalam kondisi inflasi yang belum sepenuhnya terkendali, emas dianggap sebagai pelindung nilai (hedge) yang efektif.

Ketegangan Geopolitik: Serangan Israel ke Suriah

Di luar ranah politik dan ekonomi domestik AS, ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga memainkan peran dalam mendongkrak harga emas. Serangan udara Israel terhadap Suriah menjadi sorotan global dan menambah sentimen risiko di pasar keuangan.

Geopolitik selalu menjadi pendorong utama harga emas. Ketika terjadi konflik, ketegangan militer, atau ketidakpastian regional, permintaan terhadap emas meningkat karena investor mencari perlindungan dari potensi dampak ekonomi dan keamanan global. Serangan terbaru ini memperkuat narasi bahwa emas adalah aset yang harus dimiliki dalam portofolio ketika dunia berada dalam situasi yang tidak stabil.

Laporan Inflasi Konsumen: Menahan Euforia Emas

Meskipun banyak faktor mendorong harga emas naik, euforia ini dibatasi oleh laporan terbaru mengenai inflasi konsumen di AS. Data menunjukkan bahwa inflasi konsumen tidak naik secepat yang dikhawatirkan, sehingga sebagian pelaku pasar menilai bahwa The Fed mungkin tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga di masa mendatang.

Tingkat suku bunga sangat berpengaruh terhadap harga emas. Jika suku bunga tinggi, maka emas menjadi kurang menarik karena tidak memberikan imbal hasil, berbeda dengan obligasi atau instrumen keuangan lain. Sebaliknya, jika suku bunga rendah atau tetap, emas kembali menjadi favorit. Oleh karena itu, laporan inflasi ini menjadi penyeimbang terhadap kenaikan harga emas yang terlalu agresif.

Keseimbangan Sentimen: Antara Risiko Politik dan Data Ekonomi

Secara keseluruhan, pergerakan harga emas dalam beberapa hari terakhir menunjukkan adanya keseimbangan yang rumit antara sentimen risiko dan data fundamental ekonomi. Di satu sisi, komentar Trump dan ketegangan geopolitik mendorong harga emas ke atas. Di sisi lain, data ekonomi yang tidak terlalu mengejutkan membuat para investor berhati-hati dalam mendorong harga melewati level psikologis $3.400 per ons.

Fakta bahwa harga tertinggi harian berada di $3.377, namun berakhir di bawahnya, mencerminkan adanya tekanan jual ketika harga mendekati level resistance yang kuat. Ini bisa menjadi sinyal bahwa pasar masih menunggu konfirmasi lebih lanjut sebelum melanjutkan tren naik lebih jauh.

Outlook Jangka Pendek: Ketidakpastian Masih Menghantui

Dalam jangka pendek, pasar emas kemungkinan masih akan bergerak dalam kisaran yang sensitif terhadap berita-berita politik dan ekonomi. Kekuatan dolar AS, kebijakan The Fed, data inflasi, serta dinamika geopolitik akan terus menjadi katalis utama.

Investor dan analis perlu mencermati perkembangan selanjutnya, terutama apakah komentar Trump akan menimbulkan dampak jangka panjang terhadap persepsi independensi The Fed. Selain itu, ketegangan antara Israel dan negara-negara di Timur Tengah juga patut dipantau, karena potensi eskalasi bisa menjadi dorongan tambahan bagi harga emas.

Kesimpulan: Emas Tetap Jadi Pilihan Saat Dunia Tak Pasti

Kenaikan harga emas sebesar 0,78% mencerminkan bagaimana pasar global merespons ketidakpastian dengan mencari perlindungan di aset yang stabil. Meskipun Trump telah membantah niat memecat Jerome Powell, fakta bahwa isu ini sempat dibahas di level tertinggi pemerintahan sudah cukup untuk menimbulkan kegelisahan pasar.

Di tengah data ekonomi yang beragam dan geopolitik yang memanas, emas terus menunjukkan perannya sebagai aset strategis. Selama ketidakpastian masih membayangi arah kebijakan moneter AS dan situasi global tetap rapuh, logam mulia ini kemungkinan akan tetap menjadi bintang dalam portofolio investor global.

 


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 15 July 2025

Bestprofit | Emas Anjlok Usai Laporan IHK Positif

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/04/Gold-Emas-1.jpg

Bestprofit (16/7) – Pada hari Selasa yang lalu, harga emas mengalami penurunan tajam lebih dari 0,40%, disebabkan oleh rilis laporan inflasi terbaru dari Amerika Serikat (AS). Inflasi yang lebih tinggi dari yang diperkirakan mendorong penguatan Dolar AS, yang pada gilirannya memberikan tekanan pada harga emas. Harga logam mulia tersebut diperdagangkan pada harga $3.329, setelah sempat menyentuh puncak harian di $3.366.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana harga emas sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor makroekonomi, seperti laporan inflasi dan kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh Federal Reserve. Kondisi pasar yang berfluktuasi juga mencerminkan ketidakpastian ekonomi yang tengah dihadapi oleh banyak negara, termasuk AS.

Dampak Inflasi terhadap Harga Emas

Inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi pada bulan Juni memicu penguatan Dolar AS, yang dalam banyak kasus akan membebani harga emas. Laporan tersebut menunjukkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) baik angka utama maupun inti, mengalami kenaikan secara tahunan. Ini menandakan bahwa tarif yang diberlakukan pada barang-barang impor mulai mendorong harga barang dan jasa lebih tinggi.

Pada umumnya, ketika inflasi meningkat, investor cenderung mencari aset yang lebih aman, seperti emas, untuk melindungi nilai kekayaan mereka. Namun, dalam kasus ini, penguatan Dolar AS justru membebani logam mulia tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun emas sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, dalam jangka pendek, fluktuasi nilai tukar dapat memainkan peran yang lebih besar dalam menentukan harganya.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kebijakan Federal Reserve dan Suku Bunga

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pergerakan harga emas adalah kebijakan suku bunga yang ditetapkan oleh Federal Reserve (The Fed). Setelah rilis data inflasi, para pedagang di pasar memperkirakan bahwa The Fed kemungkinan akan mempertahankan suku bunga untuk saat ini dan menunggu lebih banyak data sebelum membuat keputusan lebih lanjut. Terutama menjelang pertemuan The Fed pada bulan September setelah Simposium Jackson Hole.

Ketika The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pada level yang tinggi atau bahkan menaikkannya, hal ini biasanya akan membuat Dolar AS menguat, yang selanjutnya akan menekan harga emas. Sebaliknya, jika The Fed mengurangi suku bunga, emas biasanya akan lebih menarik sebagai aset alternatif, sehingga harga emas dapat naik.

Reaksi Pasar terhadap Kebijakan Donald Trump

Selain data ekonomi, komentar dan kebijakan dari Presiden AS Donald Trump juga turut mempengaruhi pergerakan harga emas. Baru-baru ini, Trump mengumumkan penerapan tarif sebesar 30% terhadap barang-barang dari Uni Eropa (UE) dan Meksiko. Awalnya, pengumuman ini sempat memicu lonjakan harga emas, karena pasar melihatnya sebagai peningkatan ketegangan perdagangan global yang bisa mengarah pada ketidakstabilan ekonomi.

Namun, pergerakan harga emas tersebut tidak bertahan lama. Pedagang segera meredam lonjakan harga emas tersebut karena mereka memperkirakan bahwa kesepakatan perdagangan antara AS dan negara-negara tersebut mungkin akan tercapai dalam waktu dekat. Hal ini menunjukkan bagaimana pasar dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan informasi baru, dan betapa sentimen perdagangan sangat penting dalam menentukan arah harga emas.

Trump juga kembali mempertegas pendapatnya melalui media sosial, dengan menuntut agar Federal Reserve menurunkan suku bunga. Pernyataan semacam ini dapat memengaruhi kebijakan The Fed dan merangsang pergerakan harga emas, karena penurunan suku bunga akan meningkatkan minat pada emas sebagai instrumen investasi.

Sentimen Penghindaran Risiko di Pasar

Pasar saham AS juga menunjukkan fluktuasi yang signifikan setelah rilis laporan inflasi. Ekuitas AS berfluktuasi antara naik dan turun, mencerminkan ketidakpastian pasar yang tinggi. Ketika investor merasa khawatir tentang ketegangan perdagangan atau prospek ekonomi, mereka cenderung mengalihkan investasi mereka ke aset yang lebih aman seperti emas.

Namun, kali ini, penghindaran risiko yang biasanya mendorong harga emas lebih tinggi justru tidak cukup kuat untuk menahan penurunan harga emas. Ini bisa disebabkan oleh penguatan Dolar AS yang lebih dominan, serta optimisme pasar terkait potensi perjanjian dagang yang lebih baik antara AS dan negara-negara mitra dagangnya.

Pemantauan Data Ekonomi Pekan Ini

Minggu ini, pasar akan memantau berbagai data ekonomi penting yang akan dirilis, termasuk inflasi sisi produsen, penjualan ritel, serta laporan ketenagakerjaan dan sentimen konsumen dari Universitas Michigan. Data-data ini akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai keadaan ekonomi AS dan dapat memengaruhi keputusan para pelaku pasar dalam menentukan arah investasi mereka.

Secara khusus, inflasi sisi produsen dan penjualan ritel dapat memberikan gambaran mengenai kesehatan sektor konsumen, yang merupakan bagian penting dari perekonomian AS. Sementara itu, laporan ketenagakerjaan dan sentimen konsumen juga akan memberikan petunjuk tentang prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih luas, yang bisa mempengaruhi keputusan The Fed mengenai kebijakan suku bunga.

Jika data-data tersebut menunjukkan adanya peningkatan inflasi atau memperlihatkan bahwa konsumen semakin kuat, maka The Fed mungkin akan lebih cenderung mempertahankan kebijakan suku bunga yang lebih tinggi, yang bisa membebani harga emas lebih lanjut.

Kesimpulan

Harga emas yang turun pada hari Selasa setelah rilis laporan inflasi terbaru AS mencerminkan bagaimana berbagai faktor ekonomi, kebijakan pemerintah, dan sentimen pasar dapat mempengaruhi pergerakan harga logam mulia tersebut. Penguatan Dolar AS, kebijakan suku bunga Federal Reserve, serta ketegangan perdagangan global merupakan faktor utama yang memengaruhi harga emas dalam waktu dekat. Oleh karena itu, para pedagang dan investor harus terus memantau perkembangan ekonomi global dan kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter, agar dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menghadapi volatilitas pasar yang semakin meningkat.

Selain itu, data ekonomi yang akan dirilis dalam beberapa hari mendatang juga akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai arah pasar. Oleh karena itu, baik pelaku pasar maupun investor individu perlu tetap waspada terhadap setiap perkembangan yang dapat mempengaruhi harga emas dan aset lainnya.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Monday, 14 July 2025

Bestprofit | Sentimen Positif Emas Menjelang IHK AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (15/7) – Harga emas mengalami penguatan pada awal sesi perdagangan Asia, mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,1% menjadi $3.345,26 per ons. Peningkatan harga emas ini terjadi di tengah perhatian pasar terhadap data inflasi yang akan dirilis oleh Amerika Serikat, khususnya Indeks Harga Konsumen (IHK) yang diperkirakan akan memberikan gambaran baru mengenai arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed). Rania Gule, seorang analis pasar senior dari XS.com, menekankan bahwa inflasi tetap menjadi faktor utama yang mempengaruhi kebijakan The Fed, dan dengan demikian memengaruhi sentimen pasar terhadap aset-aset safe haven seperti emas.

Dampak Inflasi terhadap Kebijakan Moneter The Fed

Sejak awal pandemi COVID-19, The Fed telah mengambil langkah-langkah kebijakan yang sangat agresif untuk mendukung perekonomian AS, termasuk penurunan suku bunga dan program pembelian obligasi besar-besaran. Namun, salah satu tujuan utama dari kebijakan moneter ini adalah untuk menjaga inflasi tetap terkendali. Inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dapat memaksa The Fed untuk mempertahankan atau bahkan menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk mengatasi tekanan harga yang meningkat.

Sebaliknya, inflasi yang lebih rendah dari yang diharapkan dapat memberikan ruang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneternya, yang berarti penurunan suku bunga. Gule menjelaskan bahwa hasil dari data inflasi yang akan dirilis hari ini dapat memberikan petunjuk tentang kemungkinan perubahan kebijakan ini, yang pada gilirannya dapat memiliki dampak besar pada pasar keuangan, termasuk pasar emas.

Inflasi yang Lebih Tinggi: Potensi Penguatan USD dan Penurunan Harga Emas

Jika data inflasi yang dirilis menunjukkan angka yang lebih tinggi dari perkiraan, maka ini akan memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan lebih lambat dalam menurunkan suku bunga pada bulan September. Hal ini akan meningkatkan daya tarik dolar AS karena suku bunga yang lebih tinggi cenderung membuat aset-denominasi dolar lebih menarik bagi investor. Penguatan dolar AS biasanya menekan harga emas, karena emas lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain selain dolar.

Selain itu, ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi untuk waktu yang lebih lama dapat mengurangi permintaan untuk emas sebagai aset safe haven. Meskipun emas sering dianggap sebagai pelindung nilai terhadap inflasi, suku bunga yang lebih tinggi membuat instrumen keuangan lainnya, seperti obligasi, lebih menarik, sehingga mengalihkan perhatian investor dari emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Inflasi yang Lebih Rendah: Prospek Penurunan Suku Bunga The Fed yang Meningkatkan Harga Emas

Sebaliknya, jika data inflasi menunjukkan hasil yang lebih rendah dari perkiraan, maka ekspektasi pasar mengenai kemungkinan penurunan suku bunga The Fed pada bulan September akan semakin kuat. Penurunan suku bunga sering kali menyebabkan penurunan imbal hasil obligasi dan meningkatkan permintaan untuk aset-aset yang dianggap lebih aman, seperti emas. Dalam kondisi ini, emas dapat memperoleh daya tarik lebih besar sebagai pelindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi.

Rania Gule menekankan bahwa data inflasi yang lemah akan memberikan angin segar bagi harga emas. Ini karena penurunan suku bunga The Fed akan memperburuk daya tarik dolar AS, sekaligus meningkatkan daya tarik emas sebagai alternatif investasi yang lebih aman. Oleh karena itu, investor akan cenderung beralih ke emas untuk melindungi kekayaan mereka dari potensi ketidakstabilan ekonomi yang lebih lanjut.

Keterkaitan Antara Emas dan Aset Safe Haven Lainnya

Emas telah lama dianggap sebagai salah satu aset safe haven utama di pasar keuangan. Ketika pasar saham atau pasar lainnya mengalami gejolak, banyak investor beralih ke emas untuk melindungi nilai investasi mereka. Namun, emas bukan satu-satunya aset yang dianggap aman. Obligasi pemerintah, terutama yang dikeluarkan oleh negara-negara besar seperti AS, juga sering dipilih sebagai tempat parkir uang yang lebih aman.

Namun, meskipun obligasi pemerintah dapat menawarkan pengembalian yang lebih stabil, emas memiliki keunggulan tersendiri. Emas tidak terpengaruh oleh perubahan suku bunga yang langsung, yang membuatnya tetap menarik ketika suku bunga rendah. Selain itu, emas memiliki nilai intrinsik yang telah teruji selama ribuan tahun sebagai sarana penyimpan nilai.

Emas dalam Konteks Global: Faktor Eksternal yang Juga Memengaruhi Harga Emas

Selain faktor inflasi dan kebijakan moneter The Fed, harga emas juga dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal lainnya, termasuk gejolak politik, ketegangan geopolitik, dan krisis ekonomi global. Krisis ekonomi atau ketidakpastian politik dapat mendorong permintaan akan aset safe haven, termasuk emas. Hal ini dapat menyebabkan lonjakan harga emas yang signifikan, meskipun inflasi domestik di AS tetap terkendali.

Contohnya, ketegangan yang meningkat antara negara-negara besar seperti AS dan China, atau ketidakpastian terkait Brexit, dapat membuat investor lebih berhati-hati dan memilih emas sebagai tempat penyimpanan kekayaan mereka. Pada saat-saat tersebut, harga emas seringkali melonjak meskipun inflasi domestik tidak memberikan dampak signifikan.

Prospek Emas ke Depan: Menyimak Rilis Data IHK dan Dampaknya pada Pasar

Seiring dengan dirilisnya data inflasi IHK AS hari ini, pasar akan sangat memperhatikan setiap angka yang keluar, karena ini dapat mempengaruhi arah kebijakan The Fed dan memberikan dampak langsung pada harga emas. Kenaikan inflasi yang signifikan dapat memperkuat dolar AS dan menekan harga emas, sementara inflasi yang lebih rendah dapat memperkuat daya tarik emas sebagai aset safe haven.

Bagi investor, hal ini juga berarti bahwa momen-momen volatilitas pasar, yang dipicu oleh perubahan dalam kebijakan moneter atau pengumuman data ekonomi, dapat menciptakan peluang perdagangan yang menguntungkan di pasar emas. Oleh karena itu, pemantauan terhadap data inflasi dan sinyal dari The Fed akan menjadi hal yang sangat penting dalam beberapa pekan ke depan.

Kesimpulan

Emas, sebagai salah satu aset safe haven utama, terus dipengaruhi oleh dinamika ekonomi global, terutama inflasi dan kebijakan moneter The Fed. Rania Gule dari XS.com menyatakan bahwa inflasi adalah faktor kunci yang mengendalikan kebijakan moneter The Fed dan memengaruhi harga emas. Jika inflasi AS lebih tinggi dari perkiraan, kemungkinan penurunan suku bunga The Fed pada bulan September akan berkurang, yang dapat memperkuat USD dan menekan harga emas. Sebaliknya, inflasi yang lebih rendah dapat memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga The Fed dan memberikan dorongan bagi harga emas. Oleh karena itu, rilis data inflasi hari ini akan menjadi momen penting yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah pasar emas.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures