Wednesday, 15 October 2025

Bestprofit | Sinyal Bahaya dari Harga Emas?

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (16/10) – Harga emas dunia kembali mencatat performa gemilang pada pekan ini, bertahan di dekat level tertinggi sepanjang masa di tengah meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Di saat bersamaan, ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) semakin memperkuat daya tarik logam mulia tersebut. Dengan lonjakan hampir 5% dalam sepekan, emas bahkan sempat menyentuh rekor baru di level US$4.218,29 per ons pada Rabu lalu — melanjutkan tren reli besar yang telah berlangsung sejak pertengahan Agustus.

Emas Menguat di Tengah Ketidakpastian Global

Kenaikan harga emas bukan sekadar fenomena jangka pendek, melainkan cerminan dari meningkatnya ketidakpastian global yang mendorong investor mencari aset lindung nilai (safe haven). Dalam kondisi ekonomi yang rapuh dan geopolitik yang tegang, emas kembali menjadi primadona.

Ekspektasi bahwa The Fed akan kembali memangkas suku bunga pada akhir Oktober menjadi faktor utama di balik penguatan harga emas. Langkah tersebut diharapkan dapat merangsang perekonomian AS yang mulai menunjukkan tanda-tanda perlambatan, namun secara bersamaan membuat instrumen non-yield seperti emas menjadi lebih menarik bagi investor.

Ketua The Fed, Jerome Powell, telah memberi sinyal bahwa bank sentral akan memangkas suku bunga acuan sebesar seperempat poin. Bagi pasar, pernyataan ini merupakan dorongan kuat untuk membeli emas. Sebab, penurunan suku bunga akan menurunkan imbal hasil obligasi pemerintah dan memperlemah dolar AS — dua faktor yang biasanya berkorelasi negatif dengan harga emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Dampak Ketegangan Dagang AS–Tiongkok terhadap Emas

Selain faktor kebijakan moneter, tensi geopolitik juga berperan besar dalam reli emas kali ini. Presiden AS Donald Trump secara terbuka menyatakan bahwa negaranya kini “terkunci dalam perang dagang” dengan Tiongkok. Pernyataan ini memicu kekhawatiran baru akan perlambatan ekonomi global yang lebih dalam, sekaligus mempertegas risiko terhadap stabilitas rantai pasokan dunia.

Tarif impor yang saling diberlakukan antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut telah menekan sektor manufaktur global, menghambat perdagangan internasional, dan meningkatkan ketidakpastian di pasar modal. Dalam situasi seperti ini, para investor cenderung mengalihkan dana dari aset berisiko seperti saham menuju aset aman seperti emas.

Secara historis, setiap kali ketegangan geopolitik meningkat — baik karena perang dagang, konflik militer, maupun krisis politik — harga emas hampir selalu mengalami kenaikan signifikan. Logam mulia ini dianggap sebagai penyimpan nilai yang dapat diandalkan ketika mata uang atau pasar keuangan bergejolak.

Penutupan Pemerintahan dan Kekhawatiran Defisit AS

Faktor tambahan yang turut memperkuat reli emas adalah penutupan sebagian pemerintahan AS (government shutdown) serta meningkatnya kekhawatiran terhadap lonjakan defisit anggaran negara tersebut. Penundaan pengesahan anggaran dan ketidakpastian fiskal memperlemah kepercayaan pasar terhadap kestabilan ekonomi AS, memicu investor untuk memperbesar kepemilikan emas.

Kondisi ini juga menimbulkan kekhawatiran jangka panjang tentang kemampuan pemerintah AS membiayai defisitnya, terutama di tengah meningkatnya biaya bunga atas utang nasional. Ketika risiko fiskal meningkat, permintaan terhadap aset keras seperti emas — yang nilainya tidak tergantung pada janji pembayaran pemerintah — pun melonjak tajam.

Aksi Beli Besar-Besaran oleh Bank Sentral Dunia

Menariknya, salah satu pendorong utama lonjakan harga emas bukan hanya investor individu, melainkan juga bank-bank sentral dari berbagai negara. Menurut laporan Trafigura Group, permintaan fisik terhadap emas meningkat drastis, dengan sebagian besar pembelian berasal dari bank sentral yang melakukan diversifikasi cadangan devisa mereka.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah negara berkembang seperti Tiongkok, India, Turki, dan Rusia secara konsisten menambah cadangan emasnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Tren ini kini tampak semakin kuat seiring meningkatnya ketegangan geopolitik dan upaya de-dolarisasi di beberapa kawasan.

Aksi beli besar-besaran oleh lembaga-lembaga resmi ini memperketat pasokan emas di pasar global, mempercepat kenaikan harga, dan menciptakan efek domino yang mendorong investor swasta ikut serta dalam reli.

Ketakutan terhadap Utang dan Pencarian Aset Aman

Selain faktor makroekonomi dan kebijakan moneter, meningkatnya risiko utang global juga mendorong investor untuk memperbesar portofolio emas mereka. Dengan tingkat utang korporasi dan pemerintah yang mencapai rekor tertinggi di berbagai negara, muncul kekhawatiran akan potensi krisis keuangan baru jika suku bunga kembali naik di masa depan.

Dalam konteks ini, emas dianggap sebagai pelindung nilai (store of value) yang relatif aman karena tidak memiliki risiko gagal bayar (default risk). Nilainya ditentukan oleh permintaan dan pasokan fisik, bukan oleh kinerja keuangan pihak tertentu. Oleh karena itu, ketika kepercayaan terhadap pasar obligasi menurun, minat terhadap emas biasanya meningkat.

Reli Perak Ikut Menguat di Tengah Kelangkaan Pasokan

Fenomena menarik lainnya di pasar logam mulia adalah lonjakan harga perak, yang naik hingga 3,1% dalam waktu singkat. Kenaikan ini didorong oleh kelangkaan pasokan di pasar London, salah satu pusat perdagangan logam terbesar dunia.

Keterbatasan stok fisik membuat harga perak di pasar spot bahkan melampaui harga kontrak berjangka di New York — situasi yang jarang terjadi dan menandakan tekanan pasokan yang cukup serius. Harga perak sempat menembus level US$53 per ons, menandai titik tertinggi baru yang mencerminkan lonjakan permintaan global di tengah ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi.

Selain berfungsi sebagai aset lindung nilai, perak juga memiliki peran penting dalam industri teknologi, terutama untuk produksi panel surya dan komponen elektronik. Permintaan industri yang tinggi, ditambah dengan keterbatasan pasokan, menciptakan kombinasi ideal bagi kenaikan harga logam ini.

Prospek Emas di Akhir Tahun: Potensi Kenaikan Lebih Lanjut

Dengan berbagai faktor pendorong yang ada — mulai dari ekspektasi pemangkasan suku bunga, ketegangan dagang, hingga aksi beli bank sentral — prospek emas menjelang akhir tahun terlihat tetap positif. Banyak analis memperkirakan bahwa harga emas berpotensi menembus rekor baru jika The Fed benar-benar menurunkan suku bunga pada pertemuan bulan Oktober.

Namun demikian, sejumlah pihak juga mengingatkan bahwa reli yang terlalu cepat dapat memicu aksi ambil untung (profit-taking) dalam jangka pendek. Volatilitas pasar kemungkinan akan meningkat seiring dengan rilis data ekonomi AS dan perkembangan terbaru dalam negosiasi dagang antara Washington dan Beijing.

Bagi investor, strategi yang bijak adalah menjaga diversifikasi portofolio sambil tetap memantau arah kebijakan moneter global. Dalam kondisi ketidakpastian tinggi seperti sekarang, memiliki sebagian aset dalam bentuk emas fisik atau instrumen berbasis emas dapat menjadi langkah perlindungan yang rasional.

Kesimpulan: Emas Kembali Jadi Aset Pelindung Utama

Kenaikan harga emas dunia ke level tertinggi sepanjang masa mencerminkan kombinasi dari berbagai kekuatan global: ketegangan geopolitik, ekspektasi kebijakan moneter longgar, kekhawatiran fiskal, serta permintaan institusional yang kuat. Di tengah ketidakpastian yang meningkat, emas kembali menegaskan perannya sebagai aset lindung nilai paling andal dalam sistem keuangan global.

Sementara itu, lonjakan harga perak menunjukkan bahwa minat terhadap logam mulia secara keseluruhan meningkat, tidak hanya sebagai instrumen investasi tetapi juga karena faktor fundamental pasokan dan permintaan industri.

Apabila kondisi global tetap tidak stabil, bukan tidak mungkin emas akan melanjutkan reli-nya menuju rekor baru di atas US$4.300 per ons, menandai babak baru dalam perjalanan logam mulia sebagai simbol keamanan dan kepercayaan investor di masa-masa sulit.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 14 October 2025

Bestprofit | Rekor Emas di Depan Mata: Siap?

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (15/10) – Pasar logam mulia kembali menjadi sorotan setelah harga emas melonjak mendekati rekor tertingginya. Harga spot emas sempat menyentuh $4.179,70 per ons troi, sebelum sedikit terkoreksi ke kisaran $4.165 per ons. Kenaikan ini mengikuti penutupan sebelumnya yang naik 0,8%, mencerminkan momentum kuat di tengah gejolak global dan kebijakan moneter yang longgar.

Dua faktor utama mendorong reli emas kali ini: ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) dan memanasnya hubungan geopolitik antara Amerika Serikat dan China. Namun, tidak hanya emas yang menunjukkan volatilitas tinggi; perak bahkan sempat melesat melewati $53,54 per ons sebelum berbalik tajam, menggambarkan pasar logam mulia yang saat ini sangat dinamis.

Sinyal The Fed: Peluang Pemangkasan Suku Bunga Semakin Kuat

Ketua The Fed, Jerome Powell, memberi sinyal bahwa pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin sangat mungkin dilakukan dalam waktu dekat. Hal ini membuat pasar obligasi bereaksi cepat: imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS turun ke titik terendah dalam beberapa pekan.

Mengapa ini penting bagi emas? Emas tidak memberikan imbal hasil atau kupon seperti obligasi. Ketika yield turun, opportunity cost memegang emas menjadi lebih rendah, sehingga logam mulia ini menjadi alternatif yang lebih menarik bagi investor. Penurunan yield juga menandakan bahwa pasar menilai ekonomi sedang mengalami perlambatan, atau setidaknya ada cukup kekhawatiran yang mendorong bank sentral mengambil sikap lebih akomodatif.

Ketegangan AS–China Memicu Permintaan Aset Aman

Di luar faktor moneter, pasar global juga sedang dibayangi oleh ketegangan geopolitik, khususnya antara Amerika Serikat dan China. Hubungan kedua negara terus memburuk, tidak hanya karena isu perdagangan, tetapi juga karena persaingan teknologi, keamanan siber, dan klaim wilayah.

Ketegangan ini memicu apa yang dikenal sebagai “flight to safety”, yakni peralihan dana dari aset berisiko seperti saham ke aset aman seperti emas dan perak. Investor global cenderung menempatkan dana mereka di logam mulia saat kondisi politik dan ekonomi global tidak pasti.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Perak Ikut Liar: Menembus Rekor, Lalu Berbalik Tajam

Pergerakan perak lebih ekstrem dibanding emas. Harga perak sempat melonjak di atas $53,54 per ons, level tertingginya dalam sejarah baru-baru ini. Namun tak lama kemudian, harga berbalik tajam karena tekanan pasar dan aksi ambil untung.

Penyebab lonjakan ini sebagian besar berasal dari likuiditas yang ketat di pasar London. Ketatnya pasokan membuat harga acuan London melesat lebih tinggi dibanding kontrak berjangka di New York (COMEX), menciptakan disparitas harga yang tidak biasa.

Namun, situasi mulai stabil setelah biaya meminjam perak — yang sebelumnya sangat tinggi — mulai turun, meskipun masih berada di atas rata-rata normal. Fenomena ini menandakan ketegangan pasokan fisik yang belum sepenuhnya mereda.

Investigasi Section 232: Ancaman Tarif Baru untuk Mineral Krusial

Pasar logam mulia saat ini juga sedang menantikan hasil investigasi Section 232 oleh pemerintah AS, yang menyasar keamanan nasional terkait impor berbagai mineral krusial, termasuk perak, platinum, dan paladium.

Jika hasil investigasi ini menyimpulkan bahwa impor logam-logam tersebut membahayakan industri domestik AS, maka tarif baru bisa diberlakukan. Hal ini tentu saja akan memperketat pasokan global dan mendorong harga lebih tinggi lagi, terutama jika negara pemasok utama seperti Rusia atau China terkena sanksi perdagangan.

Dukungan Fundamental: Beli Bank Sentral dan Arus Masuk ETF

Reli logam mulia tahun ini tidak terjadi dalam ruang hampa. Fundamental pasar menunjukkan bahwa permintaan logam mulia, terutama emas, mengalami lonjakan signifikan. Ada beberapa faktor pendorongnya:

  1. Pembelian besar-besaran oleh bank sentral, terutama negara-negara berkembang yang ingin diversifikasi cadangan devisanya.

  2. Arus masuk dana ke ETF emas dan perak, yang mencerminkan minat investor ritel dan institusi terhadap aset safe haven.

  3. Ketidakpastian makroekonomi, termasuk isu defisit fiskal AS, potensi penutupan pemerintahan (government shutdown), dan sorotan terhadap independensi The Fed.

Empat Logam Mulia Melonjak 58–80% Sepanjang Tahun Ini

Dalam data terkini, harga empat logam mulia utama — emas, perak, platinum, dan paladium — telah melonjak antara 58% hingga 80% sepanjang tahun 2025. Kenaikan yang luar biasa ini merupakan hasil kombinasi berbagai faktor: dari ketegangan geopolitik, pelonggaran moneter, hingga disrupsi pasokan global.

Investor kini tidak hanya memburu emas, tetapi juga logam-logam lainnya yang memiliki nilai strategis dalam sektor industri dan teknologi. Misalnya, paladium dan platinum sangat penting dalam industri otomotif (katalis knalpot), sementara perak memiliki peran vital dalam teknologi panel surya dan perangkat elektronik.

Outlook Ke Depan: Tetap Volatil, Tapi Berpotensi Naik Lagi

Melihat situasi saat ini, pasar logam mulia kemungkinan besar akan tetap volatil dalam jangka pendek, tetapi tren jangka menengah hingga panjang masih menunjukkan potensi kenaikan. Beberapa alasan mendukung pandangan ini:

  • The Fed kemungkinan belum selesai menurunkan suku bunga, apalagi jika data ekonomi memburuk.

  • Geopolitik global belum menunjukkan tanda-tanda mereda, terutama dengan pemilu AS yang semakin dekat dan kebijakan luar negeri yang bisa berubah drastis.

  • Permintaan fisik logam mulia tetap tinggi, baik dari sektor industri maupun dari investor institusi.

Namun, penting untuk diingat bahwa pasar juga rentan terhadap koreksi tajam, terutama jika muncul sentimen risk-on yang kuat atau jika ada intervensi kebijakan yang mengejutkan.

Kesimpulan: Emas dan Logam Mulia Kembali Jadi Primadona

Harga emas yang mendekati rekor dan lonjakan ekstrem perak menunjukkan bahwa logam mulia kembali menjadi aset favorit di tengah ketidakpastian global. Dukungan dari kebijakan The Fed dan ketegangan geopolitik memperkuat narasi bahwa logam mulia tetap relevan sebagai lindung nilai (hedge) terhadap risiko sistemik.

Dengan latar belakang ini, investor disarankan untuk tetap waspada terhadap volatilitas jangka pendek, namun tidak mengabaikan potensi keuntungan jangka panjang dari eksposur terhadap logam mulia, baik melalui instrumen fisik, ETF, maupun saham tambang.

 
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Monday, 13 October 2025

Bestprofit | Fundamental Kuat, Emas Naik

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (14/10) – Harga emas kembali menunjukkan performa impresif di awal sesi Asia, melanjutkan tren penguatannya yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir. Kenaikan harga logam mulia ini tidak hanya dipicu oleh sentimen jangka pendek, tetapi juga oleh faktor fundamental yang semakin mendukung prospek jangka panjang. Tim Riset Global Bank of America (BofA) bahkan memproyeksikan harga emas akan mencapai level mencengangkan $5.000 per ons pada tahun 2026.

Penguatan Emas Terkini: Menyentuh Rekor Tertinggi

Pada perdagangan awal sesi Asia, harga emas spot naik 0,5% menjadi $4.131,72/oz, setelah sempat menyentuh rekor tertinggi intraday di $4.132,04/oz. Lonjakan ini menjadi sinyal kuat bahwa emas masih menjadi instrumen lindung nilai yang dicari oleh investor di tengah ketidakpastian ekonomi global dan tekanan geopolitik yang belum mereda.

Kenaikan harga ini mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap emas, baik sebagai aset safe haven maupun instrumen diversifikasi portofolio, terutama ketika dolar AS menunjukkan kelemahan dan imbal hasil obligasi cenderung melemah.

Fundamental Bullish: Mengapa Emas Masih Menarik?

Tim riset BofA menyoroti bahwa penguatan emas bukan sekadar respons terhadap volatilitas pasar, melainkan didorong oleh fundamental ekonomi yang sangat bullish. Beberapa faktor utama yang mendorong harga emas saat ini dan ke depan antara lain:

  1. Defisit Fiskal AS yang Meningkat
    Pemerintah AS menghadapi tekanan fiskal yang besar. Belanja negara yang terus meningkat, terutama untuk sektor pertahanan, infrastruktur, dan program sosial, mendorong defisit anggaran ke level yang mengkhawatirkan. Dalam situasi ini, investor melihat emas sebagai pelindung nilai terhadap risiko fiskal jangka panjang.

  2. Peningkatan Utang Publik
    Seiring dengan meningkatnya defisit, utang nasional AS juga mencetak rekor, melampaui $34 triliun pada pertengahan 2025. Beban utang ini akan membatasi ruang gerak kebijakan moneter dan fiskal di masa depan, sehingga memperkuat argumen untuk menyimpan kekayaan dalam bentuk emas.

  3. Dorongan untuk Pemangkasan Suku Bunga
    Meskipun inflasi menunjukkan tanda-tanda pelunakan, pertumbuhan ekonomi AS mulai melambat. Ini membuka kemungkinan bagi Federal Reserve untuk mulai memangkas suku bunga, yang secara historis sangat positif bagi harga emas. Suku bunga yang lebih rendah menurunkan opportunity cost memegang aset non-yielding seperti emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Prediksi Harga Emas dan Perak: Mencapai Level Baru di 2026

Dalam laporan risetnya, tim riset Global BofA memberikan proyeksi yang sangat optimis terhadap harga logam mulia:

  • Harga emas diperkirakan bisa mencapai $5.000 per ons pada 2026

  • Harga perak diproyeksikan melonjak ke $65 per ons

Proyeksi ini mencerminkan bukan hanya ekspektasi terhadap kebijakan moneter dan fiskal di AS, tetapi juga kekhawatiran global terhadap stabilitas keuangan dan geopolitik. Jika prediksi ini terwujud, maka akan menandai salah satu kenaikan harga emas paling signifikan dalam sejarah modern.

Kerangka Kebijakan Gedung Putih yang Tidak Lazim: Peluang bagi Emas

Dalam laporan risetnya, BofA juga menyinggung bahwa kerangka kebijakan ekonomi pemerintahan AS saat ini bersifat tidak lazim. Artinya, pendekatan yang digunakan tidak konvensional jika dibandingkan dengan prinsip-prinsip fiskal klasik.

Kebijakan seperti peningkatan belanja publik tanpa pembiayaan fiskal yang jelas, serta penggunaan kebijakan moneter longgar untuk mendukung pertumbuhan jangka pendek, dianggap memperbesar risiko inflasi dan penurunan nilai tukar dolar AS dalam jangka panjang.

Dalam kondisi seperti ini, emas menjadi alat penyimpan nilai yang semakin relevan. Investor global mulai mencari “safe harbor” yang dapat melindungi kekayaan mereka dari potensi depresiasi mata uang fiat dan gejolak pasar.

Faktor Eksternal yang Memperkuat Harga Emas

Selain faktor domestik AS, beberapa faktor global juga ikut menopang harga emas:

  • Ketegangan geopolitik: Konflik yang masih berlangsung di Timur Tengah dan ketegangan antara AS dan Tiongkok membuat investor lebih konservatif dan memilih emas sebagai lindung nilai.

  • Permintaan fisik dari Asia: Negara-negara seperti India dan Tiongkok terus menunjukkan permintaan kuat terhadap emas, baik untuk konsumsi domestik maupun cadangan devisa.

  • De-dolarisasi oleh bank sentral global: Banyak bank sentral, terutama dari negara berkembang, mulai mengalihkan sebagian cadangan mereka ke emas, mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

Respon Pasar dan Strategi Investor

Melihat arah pergerakan harga emas yang semakin agresif, investor ritel dan institusional mulai menyesuaikan strategi portofolio mereka. Beberapa pendekatan yang saat ini umum diambil:

  • Menambah porsi logam mulia dalam portofolio investasi, baik dalam bentuk fisik, ETF emas, atau saham tambang emas.

  • Diversifikasi ke instrumen terkait emas dan perak, seperti kontrak futures dan derivatif lainnya.

  • Hedging terhadap inflasi dan risiko nilai tukar melalui eksposur di pasar logam mulia.

Potensi Risiko dan Volatilitas

Walaupun outlook jangka panjang terlihat positif, investor tetap harus mewaspadai risiko jangka pendek, seperti:

  • Koreksi harga teknikal akibat profit-taking

  • Penguatan sementara dolar AS

  • Kebijakan moneter agresif dari bank sentral yang belum sepenuhnya diantisipasi pasar

Namun demikian, dengan dasar fundamental yang kuat dan dukungan makroekonomi yang terus berkembang, logam mulia diperkirakan tetap menjadi primadona hingga beberapa tahun ke depan.

Kesimpulan: Emas Tetap Bersinar di Tengah Ketidakpastian Global

Kenaikan harga emas ke level rekor terbaru menunjukkan bahwa logam mulia ini masih menjadi aset pilihan di tengah dinamika pasar global. Didukung oleh defisit fiskal yang membengkak, peningkatan utang, potensi penurunan suku bunga, serta kebijakan ekonomi yang tidak konvensional, emas memiliki potensi besar untuk terus menguat hingga mencapai $5.000 per ons pada 2026, sebagaimana diprediksi oleh Bank of America.

Bagi investor jangka panjang, tren ini memberikan peluang strategis untuk meningkatkan eksposur terhadap logam mulia sebagai bagian dari diversifikasi portofolio dan perlindungan terhadap risiko makroekonomi. Meski volatilitas jangka pendek mungkin tetap ada, arah jangka panjangnya tampaknya tetap bullish dan menjanjikan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 12 October 2025

Bestprofit | Emas Menguat, Dolar Tertekan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (13/10) – Harga emas kembali melonjak di awal perdagangan Asia pada Senin, 13 Oktober 2025. Dorongan utama datang dari meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap potensi devaluasi mata uang fiat global. Kenaikan ini mencerminkan bagaimana logam mulia kembali menjadi pilihan utama investor saat ketidakpastian ekonomi global meningkat.

Menurut Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, sejumlah indikator ekonomi utama, khususnya dari Amerika Serikat, menunjukkan tekanan signifikan terhadap sistem keuangan global. Dalam sebuah email, Hansen menyebutkan bahwa “Pembayaran bunga Departemen Keuangan AS telah melampaui pengeluaran pertahanan tahunan, The Fed menghadapi pengawasan politik atas independensinya, dan rasio utang pasar maju terus meningkat meskipun PDB nominal mencapai rekor.”

Artikel ini akan membahas secara mendalam faktor-faktor yang mendorong penguatan emas, mengapa devaluasi kembali menjadi kekhawatiran utama, serta bagaimana dampaknya terhadap pasar global dan portofolio investor.

Kebangkitan Kembali Devaluasi sebagai Isu Global

Devaluasi adalah istilah yang dulu lebih sering terdengar dalam konteks krisis ekonomi masa lalu. Namun kini, istilah tersebut kembali ramai diperbincangkan. Dalam konteks saat ini, devaluasi tidak lagi hanya terjadi di negara berkembang, tetapi menjadi kekhawatiran riil di negara-negara maju, terutama karena beban defisit fiskal yang kian membengkak.

Hansen menekankan bahwa kepercayaan terhadap mata uang fiat mulai terkikis. “Devaluasi, yang dulu hanya tercatat dalam sejarah, telah muncul kembali dalam kosakata pasar karena kepercayaan terhadap mata uang fiat terkikis di bawah beban defisit kronis, kebijakan moneter yang dipolitisasi, dan penurunan imbal hasil riil,” ujarnya.

Hal ini terjadi seiring dengan meningkatnya kekhawatiran bahwa bank sentral tidak lagi mampu menjaga nilai mata uangnya di tengah tekanan politik dan beban fiskal yang besar. Dalam konteks ini, emas kembali menjadi alat lindung nilai (hedge) yang diandalkan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

The Fed dalam Sorotan: Tekanan Politik atas Independensi

Federal Reserve (The Fed) selama ini dikenal sebagai institusi independen yang memegang kendali penuh atas kebijakan moneter Amerika Serikat. Namun, beberapa tahun terakhir, tekanan politik terhadap The Fed meningkat secara signifikan. Pengawasan dari Kongres dan intervensi dari eksekutif telah menciptakan kekhawatiran pasar mengenai potensi bias kebijakan yang bersifat politis.

Ketika kebijakan suku bunga atau pelonggaran kuantitatif diputuskan bukan semata karena pertimbangan ekonomi, tetapi karena tekanan politik, maka kredibilitas mata uang pun ikut tergerus. Hal ini memperparah kondisi di mana investor merasa mata uang fiat tidak lagi dapat diandalkan sebagai penyimpan nilai.

Utang Negara Meningkat Tajam: Bayang-Bayang Krisis Fiskal

Salah satu pemicu utama kekhawatiran devaluasi saat ini adalah rasio utang negara yang terus meningkat, terutama di negara-negara maju. Meskipun PDB nominal menunjukkan rekor tertinggi, utang pemerintah jauh tumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Amerika Serikat, misalnya, kini menghadapi situasi di mana pembayaran bunga tahunan atas utang nasional telah melampaui pengeluaran pertahanan — yang selama ini menjadi salah satu pos belanja terbesar negara tersebut. Ini merupakan sinyal bahaya bahwa sistem fiskal berada dalam tekanan yang luar biasa.

Investor mulai mempertanyakan keberlanjutan struktur fiskal ini, dan pada akhirnya memilih untuk mengalihkan dana ke aset yang lebih aman, seperti emas.

Penurunan Imbal Hasil Riil: Faktor Pendukung Emas

Imbal hasil riil (real yield) — yaitu imbal hasil obligasi dikurangi inflasi — saat ini berada pada level yang sangat rendah, atau bahkan negatif di beberapa negara. Dalam lingkungan seperti ini, emas menjadi jauh lebih menarik karena tidak memiliki risiko gagal bayar dan tidak memberikan imbal hasil tetap.

Dengan suku bunga yang stagnan atau menurun dan inflasi yang tetap tinggi, investor semakin terdorong untuk memarkir dananya di aset yang dapat mempertahankan nilai riilnya. Emas, yang secara historis memiliki korelasi negatif terhadap imbal hasil riil, menjadi pilihan logis dalam kondisi seperti ini.

Ketidakpastian Geopolitik Menambah Daya Tarik Emas

Selain faktor-faktor ekonomi, ketidakpastian geopolitik juga mendorong kenaikan harga emas. Ketegangan di Timur Tengah, ketidakstabilan politik di beberapa negara berkembang, serta ketegangan antara kekuatan besar seperti AS dan Tiongkok, menciptakan kondisi yang tidak kondusif bagi pasar modal konvensional.

Dalam situasi geopolitik yang bergejolak, investor cenderung mencari aset safe haven. Emas kembali menjadi pilihan utama karena dapat menyimpan nilai di tengah gejolak politik dan ekonomi.

Arah Emas ke Depan: Apakah Akan Terus Menguat?

Dengan kondisi global yang masih dipenuhi ketidakpastian, arah harga emas diprediksi tetap menguat dalam jangka menengah hingga panjang. Beberapa analis bahkan memperkirakan harga emas bisa menembus $4.200/oz jika tekanan terhadap dolar AS terus berlanjut dan inflasi tetap tinggi.

Namun, ada juga risiko koreksi jangka pendek, terutama jika bank sentral menunjukkan sinyal pengetatan kebijakan moneter atau jika ada pemulihan mendadak dalam stabilitas fiskal.

Tetap penting bagi investor untuk memantau indikator makroekonomi utama, arah kebijakan The Fed, dan tren geopolitik untuk menilai prospek harga emas ke depan.

Kesimpulan: Emas Kembali Bersinar di Tengah Ancaman Devaluasi

Kenaikan harga emas pada awal perdagangan Asia Senin ini merupakan respons terhadap meningkatnya kekhawatiran global akan devaluasi mata uang fiat dan ketidakpastian ekonomi secara umum. Dengan tekanan terhadap The Fed, meningkatnya rasio utang negara, dan menurunnya imbal hasil riil, emas kembali menjadi alat lindung nilai yang dicari.

Kondisi ini menunjukkan bahwa emas tidak hanya berfungsi sebagai komoditas, tetapi juga sebagai cermin kepercayaan terhadap sistem keuangan global. Selama kekhawatiran terhadap stabilitas moneter dan fiskal terus berlanjut, emas diperkirakan tetap menjadi aset unggulan dalam portofolio investor global.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 9 October 2025

Bestprofit | Emas Rebound di Asia

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (10/10) – Emas, sebagai salah satu aset paling stabil di dunia, terus menarik perhatian para investor di tengah ketidakpastian pasar global. Pada awal sesi Asia, harga emas mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,3%, bergerak menuju level $3.986,90 per ounce, setelah mengalami penurunan tajam pada sesi sebelumnya. Kenaikan harga emas ini dipandang sebagai pemulihan teknis, di mana pasar mulai mengoreksi penurunan harga yang terjadi dalam waktu singkat. Menurut Fadi Al Kurdi dari FFA Kings, momentum bullish emas masih berpeluang berlanjut. Lantas, apa yang mendorong kenaikan harga emas ini? Mari kita ulas lebih lanjut.

Pemulihan Teknis Emas Pasca Penurunan Tajam

Pada sesi sebelumnya, harga emas sempat mengalami penurunan signifikan, namun segera kembali bangkit pada awal sesi Asia. Kenaikan ini lebih banyak dipandang sebagai pemulihan teknis, yang sering terjadi setelah harga turun tajam dalam waktu singkat. Pemulihan teknis adalah koreksi sementara di pasar, yang terjadi ketika harga berbalik arah setelah penurunan tajam atau kenaikan yang berlebihan.

Faktor utama yang mendasari kenaikan harga emas ini adalah adanya kepercayaan pasar bahwa meskipun ada penurunan harga emas sebelumnya, prospek jangka panjang tetap bullish. Meskipun pasar mengalami fluktuasi, banyak analis yang percaya bahwa faktor-faktor eksternal seperti ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan moneter akan terus mendukung harga emas.

Sentimen Pasar dan Dampak Shutdown Pemerintah AS

Salah satu faktor penting yang memengaruhi pergerakan harga emas adalah sentimen pasar. Baru-baru ini, ketidakpastian di pasar AS meningkat akibat kemungkinan terjadinya shutdown pemerintah AS. Proses shutdown ini berpotensi menunda rilis data penting yang dapat memberikan gambaran tentang kesehatan ekonomi AS, sehingga meningkatkan ketidakpastian fiskal. Ketika situasi ekonomi memburuk atau tidak pasti, investor cenderung beralih ke aset yang lebih aman, seperti emas, untuk melindungi nilai investasinya.

Selain itu, ketidakpastian yang ditimbulkan oleh shutdown pemerintah AS dapat memperburuk sentimen pasar, yang kemudian mendukung kenaikan harga emas. Emas sering dipandang sebagai safe haven asset, yaitu aset yang dicari investor untuk mengurangi risiko selama ketidakpastian pasar, seperti yang kita lihat dalam periode shutdown ini.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Risalah FOMC dan Kebijakan Suku Bunga The Fed

Sementara itu, risalah dari pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee) bulan September baru-baru ini juga memberikan gambaran tentang bagaimana The Fed (Federal Reserve) melihat kondisi ekonomi AS. Salah satu hal yang menarik dalam risalah tersebut adalah bahwa The Fed masih melihat risiko pasar tenaga kerja sebagai faktor besar yang dapat menghambat pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun inflasi mulai terkendali, Bank Sentral AS masih berhati-hati dalam membuat kebijakan lanjutan yang dapat berdampak pada pemulihan ekonomi.

Menurut analisis dari para ahli, meskipun suku bunga The Fed belum menunjukkan indikasi penurunan lebih lanjut dalam waktu dekat, kombinasi antara kebijakan moneter yang ketat dan ketidakpastian inflasi tetap mendukung harga emas. Emas biasanya mencatatkan kinerja yang baik dalam kondisi suku bunga yang rendah atau saat ada ketidakpastian inflasi, karena daya tariknya sebagai aset yang tidak menghasilkan bunga atau dividen menjadi lebih besar.

Proyeksi Harga Emas: Bullish atau Bearish?

Secara keseluruhan, proyeksi harga emas tetap dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yang saling berkaitan. Salah satunya adalah potensi penurunan lebih lanjut dalam kebijakan moneter The Fed yang mendukung harga emas, selain ketidakpastian ekonomi global yang membuat investor tetap mencari aset aman.

Namun, para analis juga mengingatkan bahwa meskipun prospek harga emas masih menunjukkan kecenderungan positif, terdapat beberapa risiko yang harus diwaspadai. Salah satunya adalah adanya potensi pengetatan lebih lanjut dari kebijakan suku bunga The Fed jika data ekonomi AS menunjukkan adanya tekanan inflasi yang berkelanjutan. Hal ini bisa menyebabkan penurunan permintaan terhadap emas dalam jangka pendek.

Di sisi lain, jika ketidakpastian global terus meningkat dan jika pemerintah AS benar-benar mengalami shutdown yang berkepanjangan, investor kemungkinan akan semakin mencari perlindungan pada emas. Kombinasi dari risiko inflasi dan ketidakpastian fiskal ini menciptakan latar belakang yang mendukung potensi kenaikan harga emas.

Faktor Global yang Mendukung Harga Emas

Selain faktor-faktor domestik di AS, ada sejumlah isu global yang juga dapat memengaruhi harga emas. Ketegangan geopolitik, seperti konflik perdagangan antara negara-negara besar atau ketidakpastian ekonomi di negara-negara berkembang, bisa mendorong harga emas ke atas. Ketika ketegangan internasional meningkat, investor sering kali beralih ke emas sebagai bentuk perlindungan nilai.

Salah satu contoh terbaru adalah ketegangan yang meningkat antara AS dan beberapa negara besar seperti China dan Rusia, yang menciptakan ketidakpastian lebih lanjut di pasar global. Faktor-faktor seperti ini mendorong investor untuk mengalihkan investasinya ke emas, mengingat statusnya sebagai aset yang dapat mengurangi risiko selama ketegangan internasional.

Emas Sebagai Aset Safe Haven: Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Emas dikenal sebagai salah satu “safe haven asset” yang paling dicari, terutama pada masa-masa ketidakpastian ekonomi dan politik. Ini karena emas tidak bergantung pada kebijakan pemerintah atau suku bunga, yang membuatnya relatif stabil dibandingkan dengan aset lainnya. Meskipun harga emas dapat berfluktuasi dalam jangka pendek, dalam jangka panjang, banyak investor yang percaya bahwa emas akan tetap menjadi penyimpan nilai yang andal.

Penting bagi investor untuk mempertimbangkan elemen-elemen yang mempengaruhi harga emas, seperti kebijakan moneter bank sentral, inflasi, ketegangan geopolitik, dan ketidakpastian pasar global. Ketika salah satu faktor ini muncul atau memburuk, harga emas cenderung mengalami kenaikan, yang sering kali menarik investor untuk melakukan aksi beli.

Kesimpulan

Emas telah menunjukkan pemulihan harga di awal sesi Asia setelah penurunan tajam pada sesi sebelumnya. Kenaikan ini dipandang sebagai pemulihan teknis, namun prospek harga emas ke depan masih tetap positif, terutama mengingat ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan moneter The Fed yang cenderung berhati-hati. Dengan sentimen pasar yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti shutdown pemerintah AS dan risiko inflasi, emas tetap menjadi aset yang menarik bagi para investor yang ingin mengurangi risiko dalam portofolio mereka.

Namun, pasar tetap perlu waspada terhadap potensi perubahan kebijakan suku bunga yang dapat mempengaruhi daya tarik emas di masa mendatang. Seiring dengan perkembangan ketidakpastian global dan domestik, harga emas kemungkinan akan terus mencatatkan volatilitas, meskipun momentum bullishnya masih berpeluang berlanjut. Sebagai aset safe haven, emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang ingin melindungi nilai investasi mereka di tengah ketidakpastian pasar yang terus berkembang.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Wednesday, 8 October 2025

Bestprofit | Emas Tembus Rekor, Lalu Terkoreksi

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (9/10) – Emas turun ±0,7% pada awal sesi Asia Kamis (9/10), setelah reli empat hari beruntun. Koreksi ini terjadi usai harga emas mencetak rekor baru di atas $4.000 per ons troy. Meskipun mengalami penurunan, logam mulia ini masih mencatatkan kenaikan lebih dari 50% sepanjang tahun 2025.

Rekor Baru dan Aksi Ambil Untung

Pada Rabu (8/10), harga emas mencatatkan kenaikan harian sebesar 1,4% hingga menembus rekor di atas $4.040/oz, memperpanjang reli empat hari berturut-turut yang telah mengangkat harga ke level tertinggi dalam sejarah. Namun, memasuki awal sesi Asia pada Kamis pagi (9/10), harga spot emas turun tipis sekitar 0,7% ke level $4.014,24.

Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh aksi taking profit atau ambil untung dari para investor, yang melihat potensi koreksi teknikal setelah emas berada dalam kondisi overbought (jenuh beli) hampir sepanjang satu bulan terakhir. Beberapa indikator teknikal seperti RSI (Relative Strength Index) menunjukkan level yang ekstrem, yang secara historis kerap diikuti oleh koreksi harga.

“Pasar emas telah mengalami reli luar biasa selama beberapa minggu terakhir. Koreksi kecil ini sangat wajar secara teknikal,” ujar analis komoditas dari Asia Futures Capital.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Faktor-Faktor yang Menggerakkan Harga Emas

1. Ketidakpastian Geopolitik dan Ekonomi Global

Lonjakan harga emas tahun ini terutama didorong oleh ketidakpastian global yang belum mereda. Ketegangan geopolitik, isu perdagangan internasional, dan kekhawatiran terhadap resesi global menjadi faktor utama yang mendorong investor beralih ke aset safe haven seperti emas.

Di sepanjang 2025, pasar global telah dihantui oleh konflik dagang antara AS dan Tiongkok, krisis utang di beberapa negara berkembang, serta gejolak politik dalam negeri di sejumlah negara maju.

2. Debat soal Independensi The Fed dan Stabilitas Fiskal AS

Polemik seputar independensi Federal Reserve dari tekanan politik juga turut memberikan dorongan ke pasar emas. Beberapa pejabat tinggi AS sempat melontarkan kritik terbuka terhadap arah kebijakan moneter, yang dinilai terlalu longgar dan berpotensi memicu inflasi jangka panjang.

Selain itu, kekhawatiran terhadap stabilitas fiskal AS, terutama terkait dengan besarnya defisit anggaran dan utang nasional, turut membuat investor meragukan daya tahan dolar AS sebagai penyimpan nilai jangka panjang. Hal ini menyebabkan banyak pihak melirik emas sebagai alternatif pelindung nilai (hedge).

3. Pembelian Agresif oleh Bank Sentral

Bank sentral di berbagai belahan dunia, terutama negara-negara berkembang, mencatatkan pembelian emas dalam jumlah besar sepanjang 2025. Langkah ini dilakukan sebagai strategi diversifikasi cadangan devisa dan perlindungan terhadap risiko nilai tukar serta inflasi global.

Menurut data dari World Gold Council, beberapa negara Asia dan Timur Tengah menjadi pembeli emas terbesar tahun ini. Pembelian agresif dari institusi resmi ini telah menciptakan permintaan struktural yang menopang harga emas di tengah fluktuasi pasar.

Faktor Geopolitik Mereda, Daya Tarik Safe Haven Menurun

Meskipun harga emas masih berada di level tinggi, sebagian daya tarik sebagai safe haven mulai menurun. Pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menyebut bahwa kesepakatan damai di Timur Tengah “sangat dekat” menjadi salah satu katalis yang menenangkan pasar.

Pernyataan ini didukung oleh sinyal positif dari pejabat Israel dan Hamas, yang mengindikasikan adanya kemajuan dalam negosiasi damai yang dimediasi oleh Mesir. Jika perundingan ini benar-benar membuahkan hasil, maka ketegangan di wilayah tersebut—yang sebelumnya menjadi faktor pendorong harga emas—berpotensi mereda.

Meski begitu, analis tetap berhati-hati. “Ketegangan geopolitik bisa berubah sangat cepat. Walau ada sinyal positif saat ini, belum ada kepastian final. Investor tetap waspada dan menahan sebagian alokasi asetnya di emas,” kata seorang analis dari Global Macro Insight.

Pasar Logam Lain Ikut Melemah

Bukan hanya emas yang mengalami koreksi. Logam mulia lainnya seperti platinum dan paladium juga mencatatkan penurunan harga tipis setelah sebelumnya mengalami reli. Meski demikian, pasar kedua logam ini tetap ketat karena permintaan industri dan dukungan dari arus dana ETF (Exchange Traded Funds).

  • Platinum turun sekitar 0,5% dalam perdagangan pagi, meskipun permintaan dari sektor otomotif dan energi hijau masih kuat.

  • Paladium juga terkoreksi tipis, namun tetap dalam tren positif akibat pasokan yang terbatas dari produsen utama seperti Rusia dan Afrika Selatan.

Sementara itu, perak juga ikut turun, tetapi tetap bertahan dekat level tertingginya dalam beberapa dekade terakhir. Perak kerap mengikuti tren harga emas, tetapi juga mendapat dukungan dari permintaan industri, khususnya sektor elektronik dan energi terbarukan.

Stabilitas Dolar dan Pengaruh Terhadap Harga Emas

Pada saat harga emas terkoreksi, Bloomberg Dollar Spot Index tercatat nyaris tidak berubah. Stabilnya dolar AS di pasar global menahan laju emas untuk rebound lebih tinggi. Secara historis, ada hubungan terbalik antara dolar dan emas: ketika dolar menguat, harga emas cenderung turun karena menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.

Namun, stabilitas dolar saat ini dinilai lebih disebabkan oleh posisi wait and see dari investor menjelang data ekonomi utama AS yang akan dirilis dalam beberapa hari mendatang, termasuk data inflasi dan tenaga kerja.

Prospek Harga Emas ke Depan

Meskipun mengalami koreksi tipis, prospek jangka menengah hingga panjang emas masih dianggap positif oleh banyak analis. Kombinasi dari ketidakpastian global, potensi pelemahan dolar, dan permintaan institusional tetap menjadi fondasi kuat bagi harga logam mulia ini.

Beberapa proyeksi bahkan menyebutkan bahwa harga emas bisa menembus $4.200–$4.300/oz dalam beberapa bulan ke depan, terutama jika terjadi eskalasi baru dalam konflik geopolitik atau pelemahan tajam di pasar keuangan global.

Namun, investor juga diingatkan bahwa volatilitas akan tetap tinggi, dan koreksi seperti saat ini dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bagian dari konsolidasi pasar.

Kesimpulan

Emas mengalami koreksi tipis setelah menembus rekor harga sepanjang masa di atas $4.000/oz. Koreksi ini wajar terjadi karena kondisi teknikal yang jenuh beli dan aksi ambil untung dari investor. Meskipun terjadi pelemahan, fundamental jangka panjang emas tetap solid berkat ketidakpastian global, kebijakan moneter longgar, serta pembelian dari bank sentral.

Sementara sebagian daya tarik safe haven sempat mereda karena perkembangan positif di Timur Tengah, pasar tetap waspada terhadap potensi perubahan situasi geopolitik. Logam mulia lain seperti platinum, paladium, dan perak juga ikut terkoreksi namun masih dalam tren kuat.

Ke depan, prospek emas masih positif, dengan potensi mencetak rekor-rekor baru jika sentimen pasar kembali memburuk. Investor disarankan tetap mencermati kondisi makro global dan tidak terlalu terpaku pada pergerakan harian yang fluktuatif.

 
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 7 October 2025

Bestprofit | Shutdown Dorong Emas

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (8/10) – Rabu, 8 Oktober 2025 menjadi hari yang bersejarah bagi pasar komoditas global. Harga emas spot kembali mendekati level psikologis penting di $4.000 per ons troy, menyentuh rekor intraday sekitar $3.990, sebelum akhirnya ditutup sedikit di bawahnya. Sementara itu, kontrak berjangka emas Desember di New York yang paling aktif kembali menembus angka $4.000, mengukuhkan tren bullish yang telah berlangsung sejak kuartal ketiga tahun ini.

Reli ini memperpanjang status emas sebagai aset safe haven utama di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global, dengan kombinasi faktor teknikal dan fundamental yang mendukung lonjakan harga.

Tekanan di Pasar Saham dan Ketidakpastian Politik Dorong Permintaan Emas

Salah satu pemicu kuat dalam reli harga emas minggu ini adalah tekanan signifikan yang dialami oleh sektor teknologi, khususnya setelah laporan margin cloud Oracle yang lebih rendah dari ekspektasi. Kinerja buruk saham Oracle menular ke saham teknologi lain, memicu rotasi portofolio dari ekuitas ke aset safe haven seperti emas.

Selain itu, penutupan pemerintahan AS yang berkepanjangan turut memperkuat ketidakpastian pasar. Penutupan ini tidak hanya mengganggu layanan publik, tetapi juga menunda rilis sejumlah data ekonomi penting, termasuk laporan ketenagakerjaan dan inflasi yang biasa dijadikan acuan oleh Federal Reserve untuk kebijakan suku bunga.

Dengan ketidakjelasan arah kebijakan moneter, pelaku pasar memilih untuk melakukan lindung nilai melalui kepemilikan emas dan obligasi. Hal ini menciptakan lonjakan permintaan, terutama di tengah ketidakpastian arah ekonomi jangka pendek.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Faktor ETF dan Bank Sentral Perkuat Bias Bullish

Salah satu pendorong utama reli harga emas adalah arus masuk yang kuat dari investor institusional dan bank sentral. Data terbaru menunjukkan bahwa meskipun terjadi arus keluar bulanan terbesar dari ETF emas global pada bulan September, namun kuartal ketiga secara keseluruhan mencatat arus masuk terbesar yang pernah tercatat.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada volatilitas jangka pendek, kepercayaan investor terhadap emas dalam jangka menengah hingga panjang tetap tinggi. Bank sentral di berbagai belahan dunia, khususnya dari negara-negara berkembang, juga terus meningkatkan cadangan emas mereka sebagai bagian dari strategi diversifikasi cadangan devisa.

Tak hanya itu, Goldman Sachs meningkatkan proyeksi harga emas untuk Desember 2026 dari sebelumnya $4.300 menjadi $4.900 per ons, dengan menyebut arus masuk dari ETF Barat dan pembelian bank sentral sebagai alasan utama dari revisi tersebut.

Dolar AS dan Ketegangan Geopolitik Menjadi Hambatan Jangka Pendek

Meski outlook jangka menengah untuk emas tampak menjanjikan, bukan berarti perjalanan menuju level $4.000 bersih akan mulus. Salah satu hambatan utama saat ini adalah penguatan Dolar AS (USD) yang membuat emas—yang dihargai dalam dolar—menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga menekan permintaan internasional.

Selain itu, ketidakpastian politik di negara-negara besar seperti Prancis dan Jepang turut memicu flight to safety ke aset berdenominasi dolar, alih-alih langsung ke emas. Akibatnya, terjadi arus balik ke USD dan kenaikan imbal hasil obligasi AS, yang secara historis menjadi kompetitor langsung bagi emas sebagai aset tanpa imbal hasil.

Kombinasi dua faktor ini menciptakan hambatan jangka pendek yang bisa membatasi potensi kenaikan emas secara cepat, meskipun tren jangka menengah masih condong bullish.

Suku Bunga The Fed: Katalis atau Risiko?

Ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed menjadi titik krusial yang bisa menentukan arah harga emas dalam beberapa bulan ke depan. Dengan absennya data ekonomi resmi akibat penutupan pemerintah, pasar kini bergantung pada komentar dari pejabat The Fed dan sinyal-sinyal verbal lainnya untuk menilai kemungkinan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.

Jika The Fed memberikan sinyal dovish yang lebih kuat, emas kemungkinan besar akan mendapatkan dorongan tambahan. Sebaliknya, jika komentar dari Fed menunjukkan sikap hawkish yang masih bertahan—terlepas dari kurangnya data—maka harga emas bisa mengalami koreksi teknikal sebelum kembali naik.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga yang lebih cepat cenderung menurunkan imbal hasil obligasi dan melemahkan dolar, keduanya merupakan kondisi yang sangat kondusif bagi penguatan emas.

Harga Emas Spot dan Berjangka Semakin Sinkron

Harga emas spot yang tetap mendekati rekor tertinggi dan harga berjangka Desember yang berhasil menembus $4.000 menandakan adanya konvergensi sentimen pasar jangka pendek dan menengah. Ini menunjukkan bahwa pelaku pasar kini tidak hanya berspekulasi, tetapi juga menaruh kepercayaan struktural pada nilai emas di tengah iklim ketidakpastian yang berkepanjangan.

Harga emas spot yang berada di kisaran $3.990 mencerminkan kekuatan permintaan riil, sementara posisi kontrak berjangka yang positif menunjukkan keyakinan terhadap potensi kenaikan lebih lanjut dalam beberapa bulan ke depan.

Tren Logam Mulia Lain: Perak, Platinum, dan Paladium

Reli emas juga turut mempengaruhi pasar logam mulia lainnya. Harga perak, meskipun sempat terkoreksi sebelumnya, menunjukkan tren sedikit menguat, sejalan dengan pemulihan sektor industri ringan dan permintaan safe haven alternatif.

Sementara itu, platinum terlihat relatif stabil, dipengaruhi oleh kombinasi faktor permintaan otomotif dan industri. Paladium, yang sempat tertekan pada kuartal sebelumnya, menunjukkan penguatan, didorong oleh harapan pemulihan sektor otomotif global.

Namun demikian, emas tetap menjadi bintang utama dalam lanskap logam mulia, berkat kombinasi kekuatan teknikal dan dukungan makroekonomi global.

Kesimpulan: Emas di Ambang Era Baru?

Level $4.000 per ons tidak hanya menjadi angka psikologis, tapi juga menjadi simbol dari perubahan lanskap keuangan global. Dari tekanan geopolitik, inflasi, suku bunga, hingga krisis fiskal, semua faktor tampaknya mengarah pada peningkatan permintaan terhadap aset aman seperti emas.

Meskipun hambatan jangka pendek seperti penguatan dolar dan ketidakpastian politik masih bisa menahan laju emas, bias jangka menengah dan panjang tetap bullish, terutama jika The Fed benar-benar bergerak ke arah pelonggaran kebijakan moneter.

Dengan bank sentral global terus membeli emas, ETF menunjukkan arus masuk yang solid, dan prospek fundamental yang mendukung, harga emas berpotensi menembus rekor-rekor baru dalam beberapa tahun mendatang. Seperti yang disinyalir oleh Goldman Sachs, target $4.900/oz pada 2026 kini bukan lagi angan-angan, tetapi skenario yang semakin realistis.

 
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Monday, 6 October 2025

Bestprofit | Emas Uji $4000 di Tengah Ketidakpastian

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (7/10) – Pasar komoditas global kembali diramaikan oleh pergerakan harga emas yang signifikan. Di awal perdagangan Asia, harga emas melonjak ke rekor tertinggi baru, memperkuat tren bullish yang telah terbentuk dalam beberapa bulan terakhir. Didukung oleh berbagai faktor seperti ketidakpastian makroekonomi, pelemahan dolar AS, dan meningkatnya permintaan terhadap aset keras, emas kembali menunjukkan daya tariknya sebagai safe haven utama.

Kenaikan Emas di Tengah Ketidakpastian Makroekonomi

Emas spot tercatat naik 0,3% menjadi $3.969,75 per ons setelah sempat menyentuh rekor tertinggi intraday di $3.976,18/oz, menurut data ICE. Kenaikan ini bukan sekadar fluktuasi teknikal, melainkan cerminan dari meningkatnya kecemasan pasar terhadap kondisi ekonomi global.

Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com, dalam sebuah email menyebutkan bahwa tren kenaikan harga emas saat ini didorong oleh ketidakpastian makro yang luas. Ketidakpastian tersebut mencakup berbagai aspek — dari perlambatan pertumbuhan ekonomi global, ketegangan geopolitik, hingga arah kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia.

Kondisi global yang tidak menentu membuat para investor mencari perlindungan pada aset yang lebih stabil, dan emas — sebagai komoditas yang telah terbukti nilainya selama ribuan tahun — menjadi pilihan utama.

Dolar Melemah, Emas Menguat

Salah satu pendorong utama dari kenaikan harga emas adalah pelemahan dolar AS. Hubungan antara emas dan dolar bersifat invers — ketika dolar melemah, emas menjadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain, sehingga permintaan meningkat dan harga terdorong naik.

Pelemahan dolar saat ini terjadi di tengah spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin akan mengadopsi sikap moneter yang lebih dovish dalam beberapa bulan ke depan. Suku bunga yang lebih rendah akan menurunkan imbal hasil obligasi, membuat aset non-yielding seperti emas menjadi lebih menarik.

Ketidakpastian terhadap masa depan ekonomi AS, serta ketegangan fiskal yang belum mereda, turut memberi tekanan pada dolar. Dalam konteks ini, emas kembali menguat sebagai lindung nilai terhadap kemungkinan inflasi dan devaluasi mata uang.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Permintaan Terus Berlanjut untuk Aset Keras

Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran tren investasi global dari aset berbasis fiat ke aset keras. Investor institusional maupun ritel kini lebih tertarik untuk menempatkan dananya di aset fisik seperti emas dan logam mulia lainnya.

Menurut Razaqzada, permintaan terhadap “aset keras” seperti emas tetap kuat. Ini bukan hanya karena faktor ketakutan pasar, tetapi juga karena adanya perubahan dalam strategi diversifikasi portofolio. Di tengah volatilitas pasar saham dan kripto, serta ancaman terhadap stabilitas keuangan global, emas menjadi simbol ketahanan nilai yang konsisten.

Bank-bank sentral dunia juga tercatat terus menambah cadangan emas mereka dalam beberapa tahun terakhir, sebagai bagian dari strategi untuk memperkuat stabilitas moneter di tengah ketidakpastian ekonomi.

Level Teknis Kritis: Potensi Menuju $4.000/oz

Dalam analisis teknikal, penembusan terhadap level resistensi penting seringkali menandakan kelanjutan tren. Dalam hal ini, emas telah berhasil menembus level $3.900/oz — sebuah level psikologis dan teknikal yang penting. Menurut Razaqzada, hal ini hanya memperkuat momentum bullish karena tidak ada aksi jual signifikan yang terlihat setelah penembusan tersebut.

“Penembusan emas di atas level bulat lainnya hanya memicu momentum bullish mengingat kurangnya aktivitas jual yang signifikan,” katanya. Artinya, pasar masih memiliki potensi naik lebih lanjut tanpa tekanan jual besar yang biasanya menandai titik pembalikan harga.

Dengan $3.900 telah dilewati, target selanjutnya berada di $4.000/oz. Jika level tersebut tercapai dan bertahan, maka akan membuka potensi reli emas yang lebih panjang dalam jangka menengah hingga panjang.

Apa yang Mendorong Target $4.000/oz Menjadi Realistis?

Beberapa faktor fundamental mendukung skenario harga emas mencapai atau bahkan melampaui $4.000/oz:

  1. Inflasi Global yang Tetap Tinggi
    Meskipun inflasi di beberapa negara telah melambat, namun tetap berada di atas target bank sentral. Emas secara historis dianggap sebagai pelindung nilai terhadap inflasi.

  2. Ketidakpastian Geopolitik dan Perang Dagang
    Konflik di berbagai kawasan — termasuk Eropa Timur, Timur Tengah, dan ketegangan AS-China — menciptakan ketidakpastian global yang mendorong permintaan emas.

  3. Ketergantungan pada Bank Sentral
    Ketiadaan arah kebijakan yang jelas dari bank sentral utama membuat pasar rentan terhadap kejutan. Dalam situasi ini, emas menawarkan kestabilan nilai jangka panjang.

  4. Diversifikasi Portofolio oleh Investor Besar
    Hedge fund, manajer kekayaan institusi, dan bahkan perusahaan teknologi mulai menambah eksposur mereka ke emas, sebagai pelindung nilai terhadap volatilitas pasar.

Apa Risiko dari Tren Kenaikan Ini?

Meski saat ini harga emas menunjukkan kekuatan teknikal dan fundamental, tetap ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan:

  • Kebijakan Suku Bunga yang Lebih Ketat dari Perkiraan
    Jika bank sentral seperti The Fed kembali mengadopsi kebijakan hawkish, maka emas bisa menghadapi tekanan karena kenaikan suku bunga meningkatkan opportunity cost dari memegang emas.

  • Penguatan Kembali Dolar AS
    Jika dolar kembali menguat karena perbaikan ekonomi atau arus masuk modal, maka harga emas bisa mengalami koreksi.

  • Profit Taking dan Volatilitas Teknis
    Setelah mencapai rekor tertinggi, tidak menutup kemungkinan terjadinya aksi ambil untung yang bisa menekan harga emas dalam jangka pendek.

Kesimpulan: Emas Kembali Menjadi Primadona

Kenaikan harga emas hingga mendekati $4.000/oz mencerminkan bukan hanya faktor teknikal, tetapi juga sentimen pasar terhadap ketidakpastian global. Dalam konteks ekonomi yang penuh risiko, emas kembali menegaskan posisinya sebagai aset safe haven utama.

Dengan permintaan yang terus meningkat, pelemahan dolar, dan ketegangan geopolitik yang belum mereda, tren bullish ini berpotensi berlanjut. Namun, investor juga perlu waspada terhadap potensi koreksi jangka pendek akibat faktor eksternal.

Bagi para pelaku pasar, baik trader maupun investor jangka panjang, saat ini merupakan waktu yang krusial untuk memperhatikan perkembangan emas secara aktif. Level psikologis $4.000/oz akan menjadi titik penting yang menentukan arah harga emas dalam beberapa bulan ke depan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 5 October 2025

Bestprofit | Rekor Emas Terpecahkan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (6/10) – Senin, 6 Oktober 2025, pasar keuangan global dikejutkan oleh lonjakan harga emas yang menembus level $3.920 per ons, level tertinggi sepanjang sejarah. Lonjakan harga emas ini mencerminkan meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan politik, terutama di Amerika Serikat, yang tengah menghadapi penutupan pemerintahan (government shutdown) berkepanjangan. Sementara logam kuning menjadi primadona, mata uang dolar AS justru menunjukkan penguatan moderat, menandakan kompleksitas sentimen pasar saat ini.

Penutupan Pemerintah AS: Sumber Ketidakpastian Global

Penutupan pemerintahan AS yang sedang berlangsung telah menjadi salah satu faktor utama pemicu reli harga emas. Ketika pemerintah federal berhenti beroperasi sebagian karena kebuntuan anggaran, banyak sektor publik lumpuh, dan kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi AS mulai luntur.

Penutupan ini juga berdampak langsung pada penundaan rilis data ekonomi penting, seperti data ketenagakerjaan bulanan yang seharusnya dirilis pada Jumat lalu. Bagi investor, ketiadaan data ini berarti hilangnya indikator penting untuk menilai arah perekonomian AS, membuat pasar cenderung mencari aset safe haven seperti emas untuk perlindungan nilai.

Ketidakpastian fiskal dan ketidakmampuan pemerintah menjalankan fungsinya secara normal memunculkan kekhawatiran bahwa krisis politik di Washington akan berdampak sistemik pada pasar global. Di tengah ketidakpastian tersebut, permintaan terhadap emas meningkat tajam sebagai bentuk antisipasi atas potensi gejolak lanjutan.

Emas sebagai Aset Safe Haven: Kembali Jadi Pilihan Utama

Sejak dahulu, emas dikenal sebagai aset lindung nilai yang efektif terhadap ketidakpastian ekonomi dan politik. Dalam konteks saat ini, emas kembali menjadi pilihan utama investor, seiring meningkatnya risiko sistemik.

Tidak hanya investor institusional, investor ritel juga mulai memborong emas fisik dan derivatifnya. Lonjakan ini bahkan menular ke logam mulia lainnya seperti perak, platinum, dan paladium yang turut mencatat kenaikan harga signifikan. Pagi ini, emas diperdagangkan di kisaran $3.908 per ons, sedikit terkoreksi dari puncaknya namun tetap menguat 0,6% dibanding hari sebelumnya.

Sentimen bullish ini didorong oleh perpaduan antara permintaan tinggi dan pasokan yang relatif terbatas, serta meningkatnya ekspektasi bahwa ketidakpastian global tidak akan mereda dalam waktu dekat.

Faktor Lain Pendorong Kenaikan: Trump, Geopolitik, dan Suku Bunga

Lonjakan harga emas sepanjang 2025 tidak terjadi dalam ruang hampa. Sejak awal tahun, harga emas telah melonjak hampir 50%, sebuah peningkatan dramatis yang dipicu oleh kombinasi beberapa faktor makroekonomi dan geopolitik:

  1. Kebijakan Presiden Donald Trump
    Kembalinya Trump ke Gedung Putih membawa serta kebijakan ekonomi yang kontroversial. Meski pro-bisnis, kebijakan fiskal dan perdagangan Trump kerap menciptakan volatilitas. Pendekatannya yang keras terhadap beberapa negara mitra dagang dan strategi proteksionis telah meningkatkan kekhawatiran investor global.

  2. Gejolak Geopolitik
    Ketegangan antara AS dan Tiongkok, konflik di Timur Tengah, serta krisis diplomatik di beberapa kawasan turut menciptakan atmosfer global yang tidak stabil. Dalam situasi seperti ini, investor cenderung mencari perlindungan dalam bentuk emas dan logam mulia lainnya.

  3. Kebijakan Moneter The Fed
    Federal Reserve telah memangkas suku bunga beberapa kali tahun ini dalam upaya menopang pertumbuhan ekonomi yang melambat. Pemangkasan suku bunga ini menyebabkan imbal hasil obligasi turun, menjadikan emas yang tidak memberikan bunga lebih menarik secara relatif. Emas pun menjadi pilihan rasional di tengah rendahnya return dari instrumen pendapatan tetap.

Dolar AS dan Emas: Hubungan yang Rumit

Menariknya, di tengah reli harga emas, indeks dolar AS juga menunjukkan penguatan sebesar 0,3%. Biasanya, harga emas dan dolar bergerak berlawanan arah—ketika dolar menguat, emas cenderung melemah, dan sebaliknya. Namun, situasi kali ini menunjukkan anomali pasar, di mana kedua aset safe haven tersebut justru sama-sama menguat.

Fenomena ini bisa dijelaskan oleh meningkatnya permintaan global atas aset aman dalam berbagai bentuk. Investor asing mungkin tetap membeli dolar sebagai bentuk perlindungan sementara, namun juga mengalihkan sebagian besar portofolio mereka ke emas untuk perlindungan nilai jangka panjang.

Dampak ke Pasar Global dan Domestik

Lonjakan harga emas ini tidak hanya berdampak pada pasar global, tetapi juga mengguncang pasar domestik di banyak negara:

  • Bank Sentral di berbagai negara mulai meninjau kembali kebijakan moneter mereka untuk mengantisipasi potensi volatilitas lebih lanjut.

  • Pasar saham di negara berkembang mengalami tekanan, karena arus dana keluar ke instrumen safe haven.

  • Harga emas domestik di negara seperti Indonesia, India, dan China mencatat rekor baru, memicu minat masyarakat terhadap investasi logam mulia.

Beberapa analis memprediksi bahwa jika ketidakpastian global tidak mereda, harga emas bisa terus menanjak dan menembus level $4.000 per ons dalam waktu dekat.

Apa yang Bisa Diharapkan Selanjutnya?

Melihat dinamika saat ini, pasar emas tampaknya akan tetap volatil, namun berada dalam tren naik (bullish) untuk jangka pendek hingga menengah. Beberapa faktor yang harus terus diawasi oleh investor meliputi:

  • Apakah penutupan pemerintahan AS akan segera diakhiri, atau justru berlarut-larut?

  • Akankah The Fed kembali memangkas suku bunga atau mempertahankan sikap dovish?

  • Sejauh mana ketegangan geopolitik akan terus bereskalasi?

  • Dan apakah inflasi global akan tetap tinggi atau mulai melandai?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan sangat menentukan arah pergerakan emas dan pasar keuangan global dalam beberapa bulan ke depan.

Kesimpulan: Emas di Puncak, Dunia di Persimpangan

Harga emas yang mencapai $3.920 per ons bukan sekadar angka, melainkan cerminan dari keresahan global yang mendalam. Ketika pemerintah AS tidak mampu menjalankan fungsinya, ketika data ekonomi terhenti, dan ketika pasar kehilangan arah, investor kembali ke logam mulia yang selama ribuan tahun dipercaya sebagai pelindung kekayaan.

Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, emas kembali memainkan peran sentral sebagai simbol keamanan dan stabilitas. Namun, seperti biasa, pasar tidak bergerak dalam garis lurus. Koreksi bisa terjadi kapan saja, dan investor harus tetap waspada serta berpikir jangka panjang.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures