Bestprofit (25/9) – Emas kembali menunjukkan performa positif di awal sesi perdagangan Asia, mencerminkan peningkatan permintaan terhadap aset safe haven di tengah ketidakpastian global. Lonjakan harga ini sebagian besar didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik serta risiko ekonomi makro, termasuk kemungkinan penutupan pemerintahan Amerika Serikat.
Permintaan Safe Haven yang Bertahan
Dalam laporan yang dibagikan melalui email, CEO dan manajer aset DHF Capital, Bas Kooijman, menyatakan bahwa permintaan terhadap logam mulia masih bertahan kuat. Menurutnya, emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan dari ketidakpastian global.
“Ketegangan geopolitik yang terus meningkat memperkuat daya tarik emas sebagai aset safe haven,” ungkap Kooijman. Dalam hal ini, emas tidak hanya berfungsi sebagai lindung nilai terhadap inflasi atau fluktuasi mata uang, tetapi juga terhadap risiko geopolitik yang sifatnya tidak dapat diprediksi.
Kunjungi juga : bestprofit futures
Ketegangan Geopolitik: NATO dan Rusia
Salah satu faktor utama yang memicu lonjakan minat terhadap emas adalah meningkatnya ketegangan antara NATO dan Rusia. Baru-baru ini, NATO mengecam pelanggaran wilayah udara oleh pesawat tempur Rusia di atas Estonia — sebuah negara anggota NATO. Menurut pernyataan resmi, tindakan tersebut dianggap sebagai bagian dari pola agresi yang lebih luas yang dilakukan oleh Rusia.
NATO menyatakan bahwa mereka siap untuk menggunakan “semua tindakan yang diperlukan” guna melindungi integritas wilayah dan keamanan anggotanya. Retorika ini menandakan potensi eskalasi lebih lanjut dalam konflik yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir, terutama sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022.
Ketidakpastian geopolitik seperti ini biasanya membuat investor enggan mengambil risiko tinggi. Akibatnya, banyak yang memindahkan dananya ke aset-aset yang dianggap lebih aman — dan emas menjadi salah satu pilihan utamanya.
Risiko Penutupan Pemerintahan AS
Selain faktor geopolitik, kekhawatiran tentang penutupan pemerintahan AS (government shutdown) juga mendorong harga emas naik. Pemerintah Amerika Serikat saat ini menghadapi tenggat waktu penting dalam proses pengesahan anggaran. Jika tidak tercapai kesepakatan di Kongres dalam beberapa hari ke depan, sebagian layanan pemerintahan bisa ditutup sementara.
Penutupan pemerintahan seperti ini dapat mengganggu pasar keuangan dan mengurangi kepercayaan terhadap prospek ekonomi AS dalam jangka pendek. Dalam kondisi seperti itu, emas kerap dianggap sebagai aset pelindung nilai yang relatif stabil.
Investor cenderung mengalihkan dananya ke emas ketika ekspektasi terhadap dolar AS dan aset-aset keuangan lainnya menurun. Ini karena emas memiliki nilai intrinsik dan tidak bergantung pada arus kas atau kebijakan pemerintah tertentu.
Harga Emas Spot Naik
Sebagai respons terhadap kondisi pasar yang bergejolak, harga emas spot tercatat naik 0,1% menjadi $3.740,58 per ons. Meskipun kenaikannya relatif kecil dalam persentase, tren naik ini menegaskan bahwa permintaan terhadap emas masih sangat kuat.
Harga emas spot mencerminkan nilai riil emas yang diperdagangkan secara fisik, berbeda dengan kontrak berjangka yang lebih bersifat spekulatif. Kenaikan harga ini juga menunjukkan bahwa pembelian fisik, baik oleh investor institusi maupun individu, terus berlangsung meskipun volatilitas pasar meningkat.
Daya Tarik Emas dalam Jangka Panjang
Secara historis, emas telah menjadi aset yang tahan terhadap krisis, baik ekonomi maupun politik. Selama masa inflasi tinggi, resesi, atau ketidakpastian global, harga emas cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan.
Saat ini, banyak investor dan analis pasar memperkirakan bahwa tren kenaikan harga emas masih akan berlanjut jika kondisi geopolitik dan ekonomi makro global tidak menunjukkan perbaikan. Bahkan, sejumlah analis memprediksi bahwa harga emas bisa mencapai rekor tertinggi baru dalam beberapa bulan ke depan jika tekanan global tidak mereda.
Peran Bank Sentral dan Inflasi
Faktor lain yang turut mendukung penguatan harga emas adalah kebijakan bank sentral global, terutama Federal Reserve AS. Jika The Fed mulai melonggarkan kebijakan moneternya atau menghentikan siklus kenaikan suku bunga, hal ini bisa memberikan dorongan tambahan bagi emas.
Selain itu, inflasi yang masih relatif tinggi di beberapa negara juga mendorong investor untuk mencari aset yang mampu mempertahankan nilainya. Emas, sebagai salah satu aset anti-inflasi, menjadi pilihan yang logis dalam skenario ini.
Pandangan Pasar: Waspada Namun Optimis
Meskipun saat ini pasar masih dibayangi oleh sejumlah risiko, para pelaku pasar tetap optimis terhadap potensi keuntungan dari aset seperti emas. Banyak manajer aset dan analis keuangan menyarankan diversifikasi portofolio dengan alokasi tertentu ke logam mulia, sebagai langkah mitigasi risiko.
Sikap hati-hati ini tercermin dari pergerakan modal global. Dana-dana besar mulai mengurangi eksposur terhadap aset berisiko seperti saham teknologi dan mulai masuk ke aset lindung nilai seperti emas, obligasi pemerintah, dan bahkan mata uang alternatif seperti franc Swiss dan yen Jepang.
Kesimpulan: Emas Tetap Menjadi Pilihan Aman
Dalam situasi global yang penuh ketidakpastian — baik dari sisi politik, ekonomi, maupun keuangan — emas kembali membuktikan perannya sebagai aset safe haven yang handal. Ketegangan antara NATO dan Rusia, serta potensi penutupan pemerintahan AS, menjadi pemicu utama meningkatnya permintaan terhadap logam mulia ini.
Dengan harga emas spot yang perlahan namun konsisten naik, banyak investor kini meninjau kembali portofolio mereka dan mempertimbangkan kembali posisi emas di dalamnya. Baik dalam jangka pendek maupun panjang, emas tampaknya akan tetap memegang peran penting dalam strategi investasi global.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!