Thursday, 6 March 2025

Bestprofit | Emas Terkoreksi ke $2.910 karena Aksi Ambil Untung

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (7/3) – Emas, sebagai salah satu komoditas yang paling diperhatikan di pasar global, baru-baru ini mengalami penghentian reli harga yang sudah berlangsung selama tiga hari. Beberapa faktor makroekonomi, termasuk laporan data ekonomi yang beragam dari Amerika Serikat (AS) dan kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS, berperan dalam menghentikan momentum harga emas tersebut. Pada saat penulisan, harga emas (XAU/USD) diperdagangkan pada sekitar $2.918, yang hampir tidak mengalami perubahan signifikan.

1. Pengaruh Laporan Penggajian Nonpertanian AS terhadap Harga Emas

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi konsolidasi harga emas adalah ketidakpastian terkait dengan laporan Penggajian Nonpertanian AS yang sangat ditunggu-tunggu oleh para investor. Laporan ini seringkali menjadi indikator penting bagi keadaan perekonomian AS dan memberikan petunjuk mengenai kebijakan suku bunga yang mungkin diambil oleh The Federal Reserve (The Fed). Investor cenderung membukukan keuntungan sementara menunggu rilis data yang penting ini, yang memperburuk volatilitas harga emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

2. Kenaikan Imbal Hasil Obligasi Treasury AS yang Membebani Emas

Emas, yang tidak memberikan imbal hasil atau bunga, seringkali mengalami tekanan saat imbal hasil obligasi pemerintah AS mengalami kenaikan. Baru-baru ini, imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun mencatatkan level tertinggi dalam satu minggu, yang membatasi pergerakan harga emas. Ketika imbal hasil Treasury meningkat, para investor cenderung beralih ke instrumen yang memberikan imbal hasil, sehingga menjadikan emas kurang menarik.

Pada saat penulisan, imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun diperdagangkan pada 4,286%, setelah sebelumnya mencatatkan lonjakan yang cukup signifikan. Angka ini menunjukkan bahwa ada ketegangan di pasar obligasi yang juga berdampak pada pasar logam mulia. Emas perlu berjuang lebih keras untuk mempertahankan harga di atas angka $2.900, yang menjadi level psikologis penting bagi para trader dan investor.

3. Ketidakpastian Ekonomi Global dan Kebijakan Perdagangan AS

Pasar keuangan global saat ini diliputi oleh ketidakpastian yang besar, terutama terkait dengan kebijakan perdagangan AS. Kebijakan tarif yang diusulkan oleh Presiden AS, Donald Trump, telah memicu ketegangan dengan sejumlah negara, baik sekutu maupun musuh AS. Tarif yang diterapkan pada negara-negara seperti Kanada, Tiongkok, dan lainnya telah menyebabkan timbulnya respons balasan dari negara-negara tersebut, yang berpotensi menambah ketidakpastian global.

Meksiko juga mendapat penundaan tarif selama satu bulan, yang diperpanjang hingga 2 April. Penundaan ini muncul setelah adanya diskusi antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, mengenai perbaikan dalam penanggulangan masalah fentanil dan migrasi ilegal. Ketidakpastian ini turut memberi dampak pada pasar logam, termasuk harga emas, yang biasanya mendapat manfaat dari ketegangan geopolitik atau ketidakstabilan ekonomi.

4. Data Ekonomi AS yang Beragam Memengaruhi Sentimen Pasar

Selain faktor global, data ekonomi AS yang datang secara bergantian juga memengaruhi pasar emas. Salah satu laporan yang mencuri perhatian adalah laporan dari Challenger, Gray & Christmas, yang menunjukkan bahwa jumlah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) meningkat tajam pada Februari, mencapai level yang tidak terlihat sejak dua resesi terakhir. Lonjakan PHK ini menambah kekhawatiran tentang potensi pelambatan ekonomi di AS.

Namun, di sisi lain, data terkait klaim pengangguran mingguan menunjukkan penurunan klaim menjadi 221 ribu, yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang berada di angka 235 ribu dan 242 ribu pada minggu sebelumnya. Penurunan klaim ini memberi sedikit harapan bahwa resesi yang dikhawatirkan oleh banyak pihak mungkin tidak seburuk yang diperkirakan.

Kombinasi antara data PHK yang tinggi dan klaim pengangguran yang lebih baik menciptakan gambaran yang bertolak belakang mengenai kekuatan pasar tenaga kerja AS. Hal ini menambah ketidakpastian di kalangan investor, yang terus memantau perkembangan data ekonomi ini untuk membuat keputusan investasi, termasuk dalam pasar emas.

5. Proyeksi Pertumbuhan PDB AS yang Mengarah ke Kontraksi

Seiring dengan data ekonomi yang beragam, proyeksi untuk Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal pertama tahun 2025 menunjukkan angka yang mengecewakan. Model GDPNow dari Atlanta Fed memproyeksikan kontraksi PDB sebesar -2,4%, yang lebih buruk dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang menunjukkan penurunan sebesar -2,8%. Proyeksi negatif ini menciptakan sentimen yang pesimistis terhadap perekonomian AS, yang mungkin mendukung kenaikan harga emas sebagai aset pelindung nilai.

6. Imbal Hasil Riil AS dan Dampaknya Terhadap Emas

Imbal hasil riil AS, yang diukur melalui imbal hasil dari Sekuritas Terlindungi Inflasi (TIPS) Treasury 10 tahun, adalah faktor lain yang memengaruhi harga emas. Pada saat penulisan, imbal hasil riil AS tercatat datar pada angka 1,946%, yang berarti harga emas terhambat untuk bergerak lebih tinggi. Ketika imbal hasil riil tetap tinggi atau meningkat, emas sebagai aset tanpa imbal hasil cenderung menjadi kurang menarik bagi para investor.

7. Prediksi Pelonggaran Suku Bunga pada 2025 dan Dampaknya terhadap Emas

Meskipun saat ini pasar emas mengalami tekanan, ada prediksi bahwa pasar uang memperkirakan pelonggaran suku bunga oleh The Fed pada tahun 2025. Pedagang pasar uang saat ini mengharapkan penurunan suku bunga sebesar 74 basis poin, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang hanya 72 basis poin. Pelonggaran kebijakan moneter ini dapat memberikan dukungan positif bagi harga emas, karena suku bunga yang lebih rendah cenderung membuat emas lebih menarik sebagai alternatif investasi.

8. Kesimpulan: Konsolidasi Emas di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Secara keseluruhan, harga emas saat ini berada dalam fase konsolidasi setelah mengalami reli harga selama tiga hari sebelumnya. Pengaruh dari data ekonomi AS yang beragam, ketegangan perdagangan global, dan pergerakan imbal hasil obligasi Treasury AS menjadi faktor utama yang menahan laju harga emas. Sementara itu, ketidakpastian mengenai proyeksi pertumbuhan PDB AS dan kemungkinan pelonggaran suku bunga pada tahun 2025 tetap menjadi katalisator yang bisa memengaruhi pergerakan harga emas ke depan.

Dengan segala ketidakpastian yang ada, investor cenderung lebih berhati-hati dan memperhatikan perkembangan lebih lanjut dari laporan-laporan ekonomi yang akan datang. Emas tetap menjadi aset yang sangat sensitif terhadap dinamika pasar keuangan global, dan konsolidasi harga ini bisa menjadi peluang bagi para investor yang mencari peluang di tengah fluktuasi pasar.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Wednesday, 5 March 2025

Bestprofit | Penguatan Dolar Australia Terhadap Dolar AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/02/Aussie-Australia-Bestprofit.jpg

Bestprofit (6/3) – Pada hari Rabu, Dolar Australia (AUD) mengalami penguatan yang signifikan, terutama terhadap Dolar AS (USD). Pasangan mata uang AUD/USD memperoleh daya tarik setelah data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang beragam, termasuk hasil laporan PMI Jasa ISM yang menunjukkan angka yang tidak pasti dan laporan Perubahan Ketenagakerjaan ADP yang lebih lemah dari perkiraan. Dolar AS tetap berada di bawah tekanan, didorong oleh kekhawatiran mengenai perlambatan momentum ekonomi di AS. Hal ini memberikan kesempatan bagi Aussie untuk mempertahankan penguatannya, meskipun sentimen risiko global juga dipengaruhi oleh masalah perdagangan antara AS dan Tiongkok.

Ketegangan Perdagangan dan Pengaruhnya Terhadap Dolar Australia

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi pergerakan Dolar Australia adalah ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok. Pengenaan tarif baru oleh Presiden AS, Donald Trump, atas impor Tiongkok telah memperburuk ketegangan ini. Tarik ulur dalam hubungan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia berpotensi memperburuk sentimen risiko global, yang pada gilirannya dapat berdampak pada mata uang-mata uang yang terkait dengan komoditas, seperti Dolar Australia.

Pada awal Maret, Trump memperbarui tarif impor terhadap barang-barang Tiongkok dengan tambahan 10%. Pungutan tarif ini semakin memperburuk bea sebelumnya dan meningkatkan kekhawatiran pasar mengenai potensi pembalasan yang akan dilakukan oleh Tiongkok. Sebagai mitra dagang terbesar Australia, setiap ketegangan perdagangan dengan Tiongkok dapat merugikan sektor ekspor Australia, yang sangat bergantung pada permintaan dari pasar Tiongkok.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Data Ekonomi AS yang Mempengaruhi Pergerakan Dolar AS

Selain ketegangan perdagangan, laporan ekonomi dari AS juga turut berperan dalam melemahkan Dolar AS. Data PMI Jasa ISM yang dirilis menunjukkan ekspansi yang berkelanjutan di sektor jasa AS, dengan angka mencapai 53,5. Meskipun ini mencerminkan bahwa sektor jasa di AS masih mengalami pertumbuhan, angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pasar, yang mengindikasikan adanya pelambatan dalam sektor ini.

Di sisi lain, laporan Perubahan Ketenagakerjaan ADP menunjukkan hasil yang lebih buruk dari perkiraan. Laporan ini mengindikasikan bahwa sektor swasta AS mengalami pertumbuhan pekerjaan yang lebih lemah, yang berpotensi meredam optimisme mengenai kesehatan ekonomi AS. Data yang beragam ini membebani Dolar AS, karena pedagang pasar mulai menilai kemungkinan adanya perubahan kebijakan dari Federal Reserve (Fed), bank sentral AS, untuk merespons potensi hambatan ekonomi yang mungkin terjadi.

Dampak Terhadap Kebijakan Bank Sentral Australia (RBA)

Sementara itu, Bank Sentral Australia (RBA) juga berperan dalam dinamika pasar mata uang. Pada Februari 2025, RBA menurunkan suku bunga resmi sebesar 25 basis poin menjadi 4,10%, sebagai respons terhadap kekhawatiran inflasi yang masih tinggi. Keputusan ini menunjukkan bahwa RBA masih mempertahankan kebijakan moneter yang relatif lebih ketat dibandingkan dengan kebijakan suku bunga rendah yang diterapkan oleh banyak bank sentral di dunia.

Namun, meskipun RBA telah menurunkan suku bunga pada bulan Februari, ekspektasi pasar mengenai kemungkinan pelonggaran lebih lanjut masih belum pasti. Para investor dengan hati-hati menunggu data ekonomi yang akan datang untuk menentukan apakah RBA akan melakukan langkah-langkah tambahan untuk merespons perkembangan ekonomi global. Ini menambah ketidakpastian dalam pasar, di mana perubahan kebijakan moneter oleh bank sentral dapat memengaruhi daya tarik investor terhadap mata uang Australia.

Evaluasi Risiko Global dan Pengaruhnya Terhadap Permintaan Komoditas Australia

Ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok, yang turut memengaruhi pasar mata uang, berpotensi mengurangi permintaan untuk komoditas utama Australia, seperti bijih besi, batu bara, dan gas alam. Meskipun Dolar Australia menguat terhadap Dolar AS, situasi global yang penuh ketidakpastian dapat menyebabkan investor lebih berhati-hati dalam mengevaluasi aset-aset berisiko.

Australia sangat bergantung pada ekspor komoditas, dan Tiongkok sebagai mitra dagang terbesar Australia memainkan peran penting dalam permintaan untuk komoditas tersebut. Jika ketegangan perdagangan meningkat dan tarif baru diterapkan, maka ekspor Australia bisa terpengaruh. Penurunan permintaan untuk komoditas Australia akibat hambatan perdagangan bisa mengurangi daya tarik bagi mata uang AUD, meskipun pengaruh Dolar AS yang lemah memberikan beberapa dorongan bullish untuk Aussie.

Sentimen Pasar dan Prospek Dolar Australia

Meskipun Dolar Australia mendapatkan manfaat dari pelemahan Dolar AS, pasar masih berhati-hati dalam memandang prospek mata uang ini ke depan. Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan adalah potensi risiko geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global yang dapat memengaruhi sentimen investor. Ketegangan perdagangan yang terus berkembang antara AS dan Tiongkok dapat menambah volatilitas pasar, yang berpotensi membuat investor lebih cenderung untuk menghindari aset-aset berisiko, termasuk mata uang yang terkait dengan komoditas.

Selain itu, meskipun RBA telah mengambil langkah-langkah untuk menanggapi inflasi yang tinggi, kebijakan moneter yang lebih ketat mungkin akan membatasi ruang bagi penguatan AUD lebih lanjut. Pasar akan terus memantau data ekonomi dari Australia, termasuk laporan inflasi, tingkat pengangguran, dan sektor ekspor, untuk menentukan apakah RBA akan mengambil langkah tambahan untuk mengatasi tantangan ekonomi yang mungkin muncul.

Kesimpulan

Dolar Australia (AUD) berhasil menguat pada hari Rabu setelah melemahkan Dolar AS (USD), didorong oleh data ekonomi AS yang beragam dan ketegangan perdagangan yang semakin meningkat. Meskipun RBA telah menurunkan suku bunga pada Februari 2025, kebijakan moneter di Australia masih belum pasti ke depannya, tergantung pada data ekonomi yang akan datang. Para investor terus memantau risiko global dan perkembangan ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok, yang dapat mempengaruhi permintaan komoditas Australia dan daya tarik mata uang AUD.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Tuesday, 4 March 2025

Bestprofit | Emas Naik Karena Investor Cari Keamanan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (5/3) – Pada hari Selasa, 5 Maret 2025, harga emas mengalami lonjakan signifikan seiring dengan melemahnya nilai tukar Dolar AS (USD). Penyebab utama dari pergerakan harga emas ini adalah meningkatnya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS), Kanada, Meksiko, dan Tiongkok yang memunculkan kebijakan tarif baru. Dengan tarif baru yang mulai berlaku, pasar global mengalami ketidakpastian, yang pada gilirannya mendukung kenaikan harga logam mulia tersebut.

Pengaruh Tarif Baru Terhadap Pasar Global

Perang dagang yang semakin memanas telah memicu penerapan tarif baru antara negara-negara besar tersebut. Pemerintah AS telah mengenakan tarif 25% pada barang-barang yang diimpor dari Kanada dan Meksiko, serta bea tambahan sebesar 10% untuk barang-barang asal Tiongkok. Kebijakan ini mulai berlaku pada malam hari pada tanggal 5 Maret 2025, dan langsung menambah ketegangan yang sudah ada antara negara-negara besar ini.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Bagi pasar internasional, pengumuman tarif baru ini memberi dampak besar, terutama pada pergerakan mata uang. Dolar AS, yang sebelumnya menjadi salah satu mata uang yang dominan di pasar global, mulai mengalami penurunan nilai tukar secara keseluruhan. Penurunan Dolar AS ini memberi dorongan bagi harga emas untuk naik. Emas, yang sering dianggap sebagai aset safe haven, mendapat perhatian lebih dari para investor yang berusaha melindungi nilai kekayaan mereka di tengah ketidakpastian ekonomi yang semakin berkembang.

Kenaikan Harga Emas dan XAU/USD

Harga emas batangan (XAU) diperdagangkan pada $2.918 per ons, mencatatkan kenaikan sebesar 0,62% dalam waktu singkat. Kenaikan ini mencerminkan reaksi pasar terhadap ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif baru tersebut. Emas, sebagai komoditas yang sering digunakan untuk melindungi nilai dalam periode ketegangan ekonomi dan geopolitik, memperoleh momentum yang cukup signifikan.

Di sisi lain, XAU/USD (harga emas dalam satuan Dolar AS) merasakan dampak langsung dari penurunan Dolar AS. Dengan melemahnya Dolar AS, harga emas cenderung naik karena lebih murah bagi investor yang menggunakan mata uang lainnya. Meskipun pasar global masih berusaha mengukur dampak penuh dari kebijakan tarif baru, penurunan Dolar AS yang terlihat dalam beberapa hari terakhir menunjukkan potensi kenaikan lebih lanjut bagi harga emas.

Sentimen Pasar yang Suram

Di tengah ketegangan perang dagang yang meningkat, sentimen pasar secara keseluruhan tetap suram. Para pelaku pasar merasa khawatir dengan potensi dampak jangka panjang dari kebijakan tarif baru yang diterapkan oleh AS terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok. Salah satu efek langsung dari kebijakan tarif ini adalah peningkatan biaya produksi dan potensi gangguan pasokan barang, yang bisa mengganggu perekonomian global.

Meskipun demikian, investor yang mencari keamanan lebih memilih untuk mengalihkan investasinya ke dalam bentuk emas, yang dianggap sebagai penyimpan nilai yang lebih aman dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya. Ini memperlihatkan bahwa permintaan akan emas semakin meningkat, sementara pasar mata uang global, terutama Dolar AS, menunjukkan tanda-tanda pelemahan.

Emas Sebagai Aset Safe Haven

Emas telah lama dikenal sebagai salah satu instrumen investasi yang dianggap aman dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan politik. Ketika pasar saham dan mata uang menunjukkan gejolak, banyak investor yang beralih ke emas untuk melindungi nilai aset mereka. Dalam konteks perang dagang ini, ketegangan antara negara-negara besar menciptakan suasana ketidakpastian yang mendorong minat terhadap emas.

Sebagai komoditas yang bernilai secara universal, emas memiliki daya tarik di seluruh dunia, terlepas dari fluktuasi mata uang. Oleh karena itu, ketika Dolar AS melemah, emas menjadi pilihan yang lebih menarik bagi investor, baik individu maupun institusi. Permintaan yang meningkat inilah yang mendorong harga emas naik, sementara Dolar AS mengalami penurunan.

Dolar AS dan Dampaknya Terhadap Pasar Emas

Dolar AS (USD) adalah mata uang cadangan global dan memiliki pengaruh besar terhadap pergerakan pasar global. Ketika Dolar AS melemah, harga komoditas seperti emas cenderung naik karena emas dihargai dalam Dolar. Dalam hal ini, harga emas bergerak berbanding terbalik dengan Dolar AS. Jadi, ketika Dolar melemah, harga emas cenderung mengalami kenaikan.

Pelemahan Dolar AS yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, yang dipicu oleh kebijakan tarif baru AS terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok, memberi ruang bagi harga emas untuk melonjak. Dolar yang lebih lemah membuat emas lebih terjangkau bagi investor internasional yang memegang mata uang selain Dolar. Hal ini mendorong permintaan terhadap emas, yang pada akhirnya mendorong harga logam mulia tersebut naik.

Reaksi Pasar Terhadap Perang Dagang yang Berkepanjangan

Perang dagang yang berkepanjangan antara negara-negara besar ini kemungkinan akan terus memberikan dampak besar pada pasar global. Ketidakpastian yang dihasilkan dari kebijakan tarif ini tidak hanya mempengaruhi harga mata uang, tetapi juga merambat ke pasar saham dan pasar komoditas. Dalam keadaan seperti ini, investor cenderung mencari aset yang lebih stabil dan dapat diandalkan, seperti emas.

Jika ketegangan antara AS, Kanada, Meksiko, dan Tiongkok terus berlanjut, kemungkinan besar harga emas akan tetap didorong oleh permintaan yang tinggi. Emas, sebagai aset yang tidak terpengaruh langsung oleh kebijakan fiskal atau moneter suatu negara, tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang ingin melindungi nilai aset mereka dari gejolak pasar yang lebih besar.

Kesimpulan: Harga Emas Meningkat Sebagai Dampak Perang Dagang dan Pelemahan Dolar AS

Harga emas mengalami kenaikan yang signifikan pada tanggal 5 Maret 2025, seiring dengan melemahnya Dolar AS akibat kebijakan tarif baru yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok. Ketegangan yang meningkat dalam perang dagang ini memicu ketidakpastian di pasar global, yang pada gilirannya mendorong permintaan akan emas sebagai aset safe haven.

Dengan Dolar AS yang melemah, emas menjadi lebih menarik bagi para investor internasional, sehingga harga emas bergerak naik. Sementara itu, ketegangan perang dagang yang terus berlanjut berpotensi membuat sentimen pasar tetap suram, mendorong lebih banyak permintaan terhadap logam mulia tersebut.

Dalam konteks ini, emas menjadi pilihan utama bagi mereka yang mencari perlindungan dari ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Dengan adanya peningkatan permintaan dan pelemahan Dolar AS, harga emas kemungkinan akan terus mengalami tren kenaikan dalam waktu yang akan datang.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Monday, 3 March 2025

Bestprofit | Emas Melonjak Karena Peningkatan Permintaan Aset Aman

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-2.jpg

Bestprofit (4/3) – Harga emas mengalami lonjakan lebih dari 1% pada hari Senin, mengakhiri kerugian yang telah terjadi selama dua hari berturut-turut. Kenaikan ini dipicu oleh pelemahan nilai tukar dolar AS (Greenback) serta peningkatan permintaan terhadap aset yang dianggap aman seperti emas. Selain itu, penurunan imbal hasil obligasi Treasury Amerika Serikat (AS) turut memperkuat daya tarik emas sebagai tempat perlindungan dari ketidakpastian pasar. Pada saat penulisan, harga emas (XAU/USD) diperdagangkan pada level $2.888 per ounce, menunjukkan adanya penguatan signifikan.

Faktor-faktor yang Mendorong Kenaikan Harga Emas

Beberapa faktor utama yang menyebabkan lonjakan harga emas ini adalah ketegangan geopolitik yang meningkat dan adanya ancaman tarif yang disampaikan oleh Presiden AS Donald Trump. Ancaman tarif terhadap negara-negara seperti Meksiko, Kanada, dan China, yang diperkirakan akan mulai diberlakukan pada hari Selasa, turut meningkatkan kekhawatiran pasar akan potensi dampak ekonomi yang lebih luas. Ketegangan ini menyebabkan para investor mencari aset yang lebih aman, salah satunya adalah emas, yang dianggap sebagai pelindung nilai dalam situasi ketidakpastian global.

Selain ketegangan geopolitik, pengaruh besar juga datang dari penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS, khususnya obligasi 10 tahun. Penurunan ini menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi emas untuk mencatatkan kenaikan harga. Para pedagang yang melihat adanya ketidakpastian ekonomi di pasar lebih cenderung membeli emas batangan sebagai langkah perlindungan terhadap potensi gejolak pasar yang bisa terjadi di masa depan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Dampak Ketegangan Geopolitik terhadap Pasar Emas

Bentrokan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada hari Jumat lalu semakin memperburuk selera risiko pasar. Ketegangan geopolitik semacam ini seringkali menciptakan ketidakpastian yang dapat merugikan pasar saham dan meningkatkan permintaan terhadap aset yang lebih aman seperti emas. Dalam situasi seperti ini, emas menjadi pilihan utama bagi para investor yang menginginkan perlindungan terhadap risiko global yang meningkat.

Ancaman tarif yang dikeluarkan oleh Trump juga memberi dampak besar pada pasar. Tarif yang dikenakan pada negara-negara besar seperti Meksiko, Kanada, dan China dapat mempengaruhi aliran perdagangan internasional dan merugikan perekonomian global. Hal ini menyebabkan para investor mencari aman dengan membeli aset yang stabil dan relatif tidak terpengaruh oleh perubahan kebijakan perdagangan internasional, yaitu emas.

Data Ekonomi AS yang Mendorong Permintaan Emas

Data ekonomi terbaru dari AS juga memberikan kontribusi terhadap peningkatan permintaan emas. Meskipun sektor manufaktur di AS pada bulan Februari menunjukkan kinerja yang bervariasi, secara keseluruhan data tersebut menambah ketidakpastian mengenai prospek ekonomi negara tersebut. Indeks S&P Global untuk sektor manufaktur menunjukkan adanya sedikit perbaikan, sementara data dari Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan penurunan, meskipun masih menunjukkan adanya pertumbuhan.

PMI Manufaktur ISM AS untuk Februari tercatat tetap stabil di 50,3, sedikit turun dari 50,9 dan sedikit lebih rendah dari perkiraan pasar yang sebesar 50,5. Penurunan ini menunjukkan adanya sedikit perlambatan dalam aktivitas bisnis sektor manufaktur AS. Di sisi lain, data PMI Manufaktur Global dari S&P Global menunjukkan ekspansi sektor manufaktur di luar AS, yang naik menjadi 52,7 dari 51,2, melampaui ekspektasi 51,6.

Namun, meskipun ada ekspansi global, ketidakpastian di sektor manufaktur AS tetap memberikan dampak yang lebih luas terhadap sentimen pasar, dan hal ini menjadi salah satu faktor yang memicu lonjakan harga emas.

Prospek Ekonomi AS dan Pengaruhnya terhadap Harga Emas

Prospek ekonomi AS menjadi perhatian penting dalam menentukan arah pergerakan harga emas. Pada saat yang sama, imbal hasil riil AS, yang diukur dengan menggunakan Sekuritas yang Dilindungi Inflasi (TIPS) Treasury 10 tahun, mengalami penurunan hampir tiga basis poin menjadi 1,808%. Penurunan ini mengindikasikan bahwa pasar mulai meragukan kekuatan pertumbuhan ekonomi AS ke depannya.

Dalam pidatonya, Presiden Federal Reserve St. Louis, Alberto Musalem, menyebutkan bahwa prospek pertumbuhan ekonomi AS masih solid, namun data ekonomi terbaru menunjukkan adanya risiko penurunan. Peningkatan ketidakpastian ekonomi ini menyebabkan pasar semakin mengandalkan emas sebagai aset yang lebih stabil dan aman.

Penurunan Imbal Hasil Obligasi AS dan Pengaruhnya Terhadap Emas

Salah satu faktor penting yang turut mendukung kenaikan harga emas adalah penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Obligasi pemerintah AS 10 tahun tercatat turun dua basis poin (bps) ke level 4,176%, yang terakhir kali tercatat pada Desember 2024. Penurunan imbal hasil ini menunjukkan adanya penurunan ekspektasi terhadap pertumbuhan ekonomi AS, yang pada gilirannya meningkatkan daya tarik emas sebagai aset yang lebih aman.

Imbal hasil riil yang turun menciptakan lingkungan di mana instrumen investasi lain seperti obligasi AS menjadi kurang menarik bagi investor. Emas, yang tidak memberikan imbal hasil tetapi dianggap sebagai aset yang lebih stabil, menjadi pilihan yang semakin populer. Oleh karena itu, semakin banyak investor yang beralih ke emas, mendorong harga menuju level yang lebih tinggi.

Outlook Pasar Emas ke Depan

Melihat data ekonomi yang ada dan ketegangan geopolitik yang terus berkembang, outlook untuk harga emas dalam waktu dekat masih menunjukkan prospek yang positif. Dengan adanya ketidakpastian ekonomi yang meningkat, baik di dalam negeri AS maupun di pasar global, emas diperkirakan akan terus menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan dari potensi risiko.

Selain itu, pasar juga memprediksi bahwa Federal Reserve (Fed) kemungkinan akan melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut. Menurut data dari Prime Market Terminal, pasar uang telah memperkirakan bahwa Fed akan mengurangi suku bunga sebesar 71 basis poin (bps) pada pertemuan mendatang, naik dari 58 bps yang diperkirakan sebelumnya. Kebijakan ini bisa semakin mendukung harga emas yang cenderung menguat ketika suku bunga rendah.

Kesimpulan

Kenaikan harga emas lebih dari 1% pada hari Senin mencerminkan meningkatnya ketidakpastian pasar yang disebabkan oleh ketegangan geopolitik, ancaman tarif, dan data ekonomi AS yang bervariasi. Meskipun sektor manufaktur menunjukkan sedikit perlambatan, ada juga sinyal positif dari pasar global yang menunjukkan ekspansi. Namun, faktor-faktor ini mendorong permintaan terhadap emas sebagai aset yang aman, dengan imbal hasil obligasi AS yang menurun dan prospek ekonomi AS yang pesimis. Para pedagang yang mencari keamanan telah membeli emas batangan, mendorong harga menuju $2.900, sementara pasar terus mengantisipasi kebijakan lebih lanjut dari Federal Reserve yang dapat mempengaruhi arah pergerakan harga emas ke depan.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Sunday, 2 March 2025

Bestprofit | Emas Naik, Bisa Capai $3.100 Akhir Tahun

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (3/3) – Harga emas kembali mencatatkan kenaikan signifikan dalam perdagangan awal Asia, dengan harga emas spot mengalami kenaikan sebesar 0,4% menjadi $2.868,21 per ons. Kenaikan ini menambah sentimen positif terhadap logam mulia tersebut di tengah ketidakpastian ekonomi global. Laporan terbaru dari Goldman Sachs Research, yang dipimpin oleh analis Lina Thomas, memperkirakan bahwa harga emas akan terus naik hingga mencapai angka $3.100 per ons pada akhir tahun. Proyeksi ini didorong oleh permintaan yang lebih tinggi dari bank sentral serta faktor-faktor ketidakpastian kebijakan yang terus berlangsung. Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai faktor yang mendasari proyeksi kenaikan harga emas, serta bagaimana ketidakpastian politik dan ekonomi dapat memainkan peran besar dalam memperkuat daya tarik emas sebagai aset safe haven.

Pemicu Kenaikan Harga Emas: Permintaan Bank Sentral yang Lebih Tinggi

Salah satu faktor utama yang mendorong proyeksi kenaikan harga emas adalah tingginya permintaan dari bank-bank sentral. Dalam laporan tersebut, Goldman Sachs menyebutkan bahwa permintaan dari bank sentral diperkirakan akan lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Beberapa negara telah memperkuat cadangan emas mereka sebagai langkah antisipasi terhadap ketidakpastian ekonomi global. Meningkatnya ketegangan geopolitik dan kebijakan moneter yang tidak pasti di beberapa negara besar, seperti Amerika Serikat dan China, turut mempengaruhi keputusan bank-bank sentral untuk memperbanyak cadangan emas mereka.

Pada tahun-tahun sebelumnya, bank sentral telah menjadi pembeli emas terbesar di dunia, dan tren ini tampaknya akan berlanjut. Bank-bank sentral cenderung membeli emas sebagai langkah untuk mendiversifikasi cadangan devisa mereka dan mengurangi ketergantungan pada mata uang utama seperti dolar AS. Di tengah ketegangan politik dan perdagangan internasional, emas tetap menjadi aset yang dianggap aman dan tahan terhadap inflasi serta fluktuasi nilai tukar mata uang.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketidakpastian Kebijakan Moneter dan Fiskal: Dampak pada Harga Emas

Selain permintaan dari bank sentral, ketidakpastian yang terkait dengan kebijakan moneter dan fiskal juga memberikan dorongan signifikan bagi harga emas. Analis Goldman Sachs, Lina Thomas, mengungkapkan bahwa ketidakpastian kebijakan ini dapat memperpanjang periode kenaikan harga emas. Ketika kebijakan moneter dan fiskal tidak dapat diprediksi atau tidak stabil, investor cenderung beralih ke aset safe haven seperti emas untuk melindungi nilai kekayaan mereka.

Salah satu contoh ketidakpastian yang dapat memengaruhi harga emas adalah kebijakan suku bunga. Bank-bank sentral besar di dunia, seperti Federal Reserve Amerika Serikat dan European Central Bank, sering kali memberikan sinyal yang tidak jelas terkait perubahan suku bunga mereka. Ketika suku bunga rendah atau bahkan negatif, imbal hasil yang dihasilkan dari instrumen keuangan lain, seperti obligasi dan tabungan, menjadi kurang menarik. Dalam kondisi ini, emas menjadi pilihan yang lebih menarik bagi investor yang ingin melindungi aset mereka dari potensi risiko inflasi.

Selain itu, ketegangan politik yang berhubungan dengan kebijakan perdagangan internasional, terutama perang tarif antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China, dapat memperburuk ketidakpastian ekonomi. Ketika investor merasa cemas tentang dampak kebijakan tersebut terhadap ekonomi global, mereka sering kali beralih ke emas sebagai aset yang lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi politik atau ekonomi tertentu.

Daya Tarik Emas Sebagai Aset Safe Haven

Emas telah lama dikenal sebagai aset safe haven yang dapat memberikan perlindungan terhadap ketidakpastian ekonomi dan politik. Dalam waktu-waktu ketegangan atau krisis, investor cenderung mencari aset yang dapat bertahan atau bahkan naik nilainya, meskipun pasar lainnya mengalami penurunan. Emas telah terbukti menjadi pilihan utama dalam situasi seperti ini.

Peran emas sebagai pelindung nilai terhadap inflasi juga sangat penting. Ketika inflasi meningkat, daya beli mata uang fiat akan tergerus, namun emas tetap mempertahankan nilainya. Ini menjadikannya sebagai pelindung terhadap penurunan daya beli mata uang yang disebabkan oleh lonjakan harga barang dan jasa. Seiring dengan peningkatan ketidakpastian ekonomi global, permintaan terhadap emas sebagai alat lindung nilai semakin meningkat.

Spekulasi dan Posisi Net Long Emas: Menunggu Momentum yang Tepat

Selain permintaan fisik dan faktor ketidakpastian kebijakan, ada juga faktor spekulasi yang dapat mempengaruhi harga emas. Analis Lina Thomas mencatat bahwa ketidakpastian ini bisa mendorong spekulan untuk mempertahankan posisi net long mereka dalam emas lebih lama. Posisi net long mengacu pada jumlah kontrak atau posisi yang dipertahankan oleh investor yang mengharapkan harga emas akan terus naik.

Dalam kondisi pasar yang volatil, banyak spekulan memilih untuk menahan posisi mereka dalam emas sebagai aset yang lebih aman, dengan harapan harga emas akan terus naik. Namun, pergerakan harga emas ini bisa bersifat sementara. Jika investor mulai merasa lebih percaya diri tentang prospek ekonomi dan politik global, mereka mungkin akan menjual emas dan beralih ke aset yang lebih berisiko, seperti saham atau obligasi, yang menawarkan potensi keuntungan lebih tinggi dalam jangka panjang.

Dampak Ketidakpastian Geopolitik pada Pasar Emas

Selain ketidakpastian kebijakan domestik, ketidakpastian geopolitik juga dapat memiliki dampak besar pada harga emas. Ketegangan politik di wilayah Timur Tengah, ketegangan antara negara-negara besar, serta potensi krisis politik di negara-negara besar dapat menciptakan kondisi pasar yang tidak menentu. Ketika pasar saham mengalami volatilitas atau ketegangan politik meningkat, investor sering kali melarikan diri ke aset yang lebih aman, seperti emas.

Faktor-faktor eksternal ini menciptakan dasar yang kuat bagi harga emas untuk terus mengalami kenaikan, meskipun dihadapkan dengan dinamika ekonomi global yang kompleks. Dalam situasi seperti ini, permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven menjadi sangat tinggi, dan ini dapat mendorong harga emas lebih tinggi lagi dalam jangka pendek.

Kesimpulan: Emas Akan Terus Menjadi Aset yang Menjanjikan

Proyeksi Goldman Sachs tentang harga emas yang bisa mencapai $3.100 per ons pada akhir tahun ini didasarkan pada kombinasi berbagai faktor, mulai dari permintaan yang kuat dari bank sentral hingga ketidakpastian kebijakan dan geopolitik. Emas terus menunjukkan dirinya sebagai aset safe haven yang tidak terpengaruh oleh fluktuasi pasar yang lebih berisiko. Meskipun ada kemungkinan harga emas akan turun jika investor merasa lebih percaya diri tentang prospek ekonomi dan politik, dalam jangka panjang, faktor-faktor yang mendasari permintaan emas diperkirakan akan terus mendukung kenaikan harga emas.

Dengan ketidakpastian global yang masih berlangsung, baik dalam hal kebijakan moneter, geopolitik, maupun inflasi, emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan nilai dalam menghadapi volatilitas pasar. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika harga emas diperkirakan akan terus naik, dan bisa saja mencapai angka yang lebih tinggi lagi seiring dengan berlanjutnya tren ketidakpastian global.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Thursday, 27 February 2025

Bestprofit | Emas Terus Menurun

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (28/2) – Pada hari Kamis (27/2), harga emas mengalami penurunan yang signifikan, turun ke level $2.880 per ons setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi $2.950 pada hari Senin. Penurunan harga emas ini terjadi akibat penguatan dolar AS yang dipicu oleh pengumuman serangkaian kebijakan tarif baru oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai faktor yang memengaruhi pergerakan harga emas, termasuk kebijakan tarif baru, data ekonomi AS, dan kondisi permintaan fisik emas di pasar global.

1. Pengumuman Tarif Baru oleh Presiden Trump

Salah satu penyebab utama penurunan harga emas pada 27 Februari adalah pengumuman tarif baru yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump. Beberapa menit setelah Menteri Keuangan Steven Mnuchin hanya memberikan indikasi tentang kemungkinan tarif baru untuk bulan April, Trump mengumumkan penerapan tarif 25% pada Kanada dan Meksiko yang akan dimulai minggu depan. Kebijakan tarif baru ini langsung menciptakan ketegangan di pasar global, yang berimbas pada penguatan dolar AS. Meningkatnya nilai dolar AS ini menyebabkan investor lebih memilih untuk membeli dolar ketimbang emas, yang pada gilirannya menyebabkan harga emas turun.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Selain tarif terhadap Kanada dan Meksiko, Trump juga mengumumkan pembatasan perdagangan dengan Tiongkok dan menetapkan pungutan baru pada Uni Eropa. Kebijakan tersebut berfungsi untuk merugikan permintaan mata uang asing, yang pada akhirnya meningkatkan permintaan terhadap dolar AS. Dolar yang lebih kuat membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang asing, yang juga mendorong penurunan harga emas.

2. Pengaruh Dolar AS yang Lebih Kuat

Kenaikan dolar AS merupakan faktor kunci dalam penurunan harga emas. Sejak kebijakan tarif diumumkan, dolar AS menguat signifikan terhadap sebagian besar mata uang utama dunia. Kenaikan dolar ini membuat emas, yang diperdagangkan dalam dolar, menjadi lebih mahal bagi para pembeli internasional. Sebagai komoditas yang dihargai dalam dolar, emas cenderung bergerak berlawanan arah dengan nilai tukar dolar. Ketika dolar menguat, emas biasanya mengalami penurunan harga, karena investor lebih memilih untuk membeli dolar yang lebih kuat.

Selain itu, penguatan dolar ini juga disebabkan oleh investor yang beralih ke aset-aset berisiko lebih rendah, seperti dolar, karena ketegangan perdagangan yang meningkat. Ketika ada ketidakpastian ekonomi global, dolar AS sering kali dianggap sebagai tempat yang aman untuk berinvestasi, dan ini memperburuk kondisi bagi harga emas.

3. Dampak Data Ekonomi AS

Selain kebijakan tarif dan penguatan dolar, data ekonomi AS juga memberikan dampak pada harga emas. Meskipun data ekonomi AS menunjukkan bahwa pertumbuhan tahunan pada kuartal keempat 2019 tetap stabil di angka 2,3%, kekhawatiran tentang kemungkinan melambatnya ekonomi AS tetap ada. Salah satu faktor yang menambah kekhawatiran tersebut adalah lonjakan klaim pengangguran, yang menjadi tanda bahwa pasar tenaga kerja AS mungkin mulai melemah. Sementara itu, pasar tenaga kerja yang ketat telah menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi AS selama beberapa tahun terakhir.

Peningkatan klaim pengangguran dapat mengindikasikan adanya kesulitan dalam sektor tenaga kerja, yang berpotensi meredam optimisme mengenai prospek ekonomi AS ke depan. Meskipun demikian, data ekonomi yang lebih kuat dari AS biasanya akan membuat investor lebih tertarik pada aset-aset seperti saham dan dolar AS, yang dapat menekan permintaan terhadap emas sebagai aset safe-haven.

4. Penurunan Permintaan Fisik Emas

Salah satu faktor tambahan yang memengaruhi penurunan harga emas adalah tanda-tanda melemahnya permintaan fisik emas di pasar internasional. Sebagai salah satu konsumen terbesar emas, Tiongkok memainkan peran penting dalam pasar global. Namun, data terbaru menunjukkan bahwa impor emas China melalui Hong Kong mengalami penurunan yang signifikan, mencapai level terendah dalam hampir tiga tahun pada bulan Januari. Penurunan impor ini mengindikasikan bahwa permintaan fisik emas dari Tiongkok mungkin sedang melambat, yang dapat menekan harga emas di pasar global.

Selain itu, data dari Swiss juga menunjukkan penurunan yang tajam dalam ekspor emas ke China. Ekspor emas dari Swiss ke China tercatat mengalami penurunan sebesar 99% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini menunjukkan bahwa permintaan fisik emas dari pasar utama seperti Tiongkok bisa jadi lebih rendah, yang semakin memberi tekanan pada harga emas. Permintaan fisik yang lebih rendah, terutama dari negara-negara pengimpor utama, seperti China dan India, dapat menjadi faktor penting dalam penurunan harga emas dalam waktu dekat.

5. Prospek Harga Emas ke Depan

Meskipun harga emas turun pada hari Kamis (27/2), prospek harga emas di masa depan tetap bergantung pada sejumlah faktor. Salah satu faktor yang dapat mendorong harga emas naik lagi adalah ketidakpastian ekonomi global. Ketika ketegangan perdagangan meningkat dan pasar keuangan global mengalami volatilitas, permintaan terhadap emas sebagai aset safe-haven kemungkinan akan kembali meningkat. Emas sering kali dianggap sebagai pelindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi, dan dalam situasi yang penuh gejolak, investor sering kali beralih ke emas.

Namun, faktor lain yang harus diperhatikan adalah kebijakan moneter dari Bank Sentral AS (The Fed). Jika The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut atau melonggarkan kebijakan moneter guna mendukung perekonomian, maka hal ini bisa mendorong harga emas naik. Suku bunga yang lebih rendah biasanya mengurangi daya tarik dolar AS dan meningkatkan daya tarik emas, karena emas tidak memberikan hasil bunga.

6. Kesimpulan

Harga emas yang turun ke $2.880 per ons pada 27 Februari menunjukkan dampak dari serangkaian faktor yang saling berinteraksi. Pengumuman tarif baru oleh Presiden Trump, penguatan dolar AS, data ekonomi AS yang menunjukkan potensi pelambatan, dan penurunan permintaan fisik emas dari pasar utama seperti Tiongkok semuanya berkontribusi terhadap penurunan harga emas. Meskipun demikian, ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan moneter AS tetap menjadi faktor kunci yang dapat mempengaruhi harga emas ke depan. Dalam situasi ketidakpastian ekonomi, emas tetap menjadi aset yang diminati sebagai pelindung nilai terhadap risiko global.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Wednesday, 26 February 2025

Bestprofit | Emas Turun, Investor Tunggu Data PCE AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (27/2) – Pada hari Rabu, 26 Februari, harga emas mengalami penurunan setelah mencapai rekor tertinggi beberapa hari sebelumnya. Penurunan ini terjadi di tengah ketidakpastian pasar yang berkaitan dengan potensi perubahan kebijakan ekonomi, terutama yang melibatkan tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, serta data inflasi yang diharapkan akan dirilis pada akhir pekan ini.

Penurunan Harga Emas Spot

Harga emas spot turun sebesar 0,1% menjadi $2.912,51 per ons pada pukul 01:49 p.m. ET (1849 GMT). Penurunan ini terjadi setelah harga emas mencapai rekor tertinggi pada hari Senin, yaitu $2.956,15 per ons. Rekor tersebut tercatat di tengah kekhawatiran terkait perang dagang yang bisa muncul akibat ancaman tarif dari pemerintah AS. Emas dianggap sebagai salah satu lindung nilai yang aman terhadap ketidakpastian global, dan para investor cenderung beralih ke emas sebagai bentuk perlindungan terhadap potensi ketidakstabilan ekonomi dan geopolitik.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Penyebab Penurunan Harga Emas

Penurunan harga emas pada hari Rabu tidak mengherankan banyak pihak, mengingat kondisi pasar yang cenderung stabil setelah periode volatilitas yang tinggi. David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, mengungkapkan bahwa meskipun tren bullish untuk harga emas masih berlangsung, periode konsolidasi menjelang beberapa data penting yang akan dirilis pada akhir pekan ini dapat menyebabkan penurunan harga sementara.

“Tren bullish masih berlangsung… Kami tidak terkejut dengan periode konsolidasi menjelang beberapa data penting,” kata Meger. Konsolidasi ini merujuk pada fase di mana harga emas bergerak dalam kisaran sempit, tanpa ada pergerakan yang signifikan, hingga informasi lebih lanjut atau data yang diharapkan dapat memberikan petunjuk tentang arah pergerakan harga berikutnya.

Pengaruh Kebijakan Tarif Presiden AS

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi harga emas adalah kebijakan tarif yang akan diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump. Pada hari Selasa, Trump memerintahkan penyelidikan terhadap potensi penerapan tarif baru, termasuk tarif pada impor tembaga. Tembaga adalah logam yang penting untuk berbagai sektor, mulai dari kendaraan listrik hingga perangkat keras militer, jaringan listrik, dan barang konsumen.

Keputusan ini membuka babak baru dalam ketegangan perdagangan antara AS dan negara-negara mitra dagangnya, dengan kemungkinan dampak pada harga logam lainnya. Meskipun harga emas mengalami penurunan pada hari Rabu, investor tetap fokus pada perkembangan kebijakan tarif ini, mengingat dampaknya yang dapat memengaruhi pasar komoditas global.

Fokus Investor pada Data Inflasi

Selain kebijakan tarif, investor juga menunggu data inflasi yang akan dirilis pada akhir minggu ini. Laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang dianggap sebagai pengukur inflasi pilihan oleh Federal Reserve (Bank Sentral AS), akan dirilis pada hari Jumat. Data inflasi ini diharapkan dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai kebijakan moneter yang akan diambil oleh Federal Reserve, terutama terkait dengan potensi pemotongan suku bunga.

Jika inflasi lebih tinggi dari perkiraan, hal ini dapat menunda pemotongan suku bunga lebih lanjut, yang sebelumnya sudah diperkirakan oleh pasar. Sebagai lindung nilai terhadap inflasi, emas memiliki potensi untuk naik lebih tinggi jika tekanan inflasi meningkat. Dalam hal ini, harga emas dapat kembali menguat, seiring dengan semakin tingginya permintaan untuk emas sebagai aset yang dapat melindungi nilai dari inflasi.

Dampak Kebijakan Suku Bunga Federal Reserve terhadap Harga Emas

Pada tahun lalu, Bank Sentral AS melakukan pemotongan suku bunga sebanyak tiga kali, dengan total pemotongan sebesar 75 basis poin. Meskipun sudah ada ekspektasi bahwa suku bunga akan tetap rendah, pasar uang saat ini memprediksi adanya penurunan lebih lanjut, yakni sekitar 54 basis poin pada akhir tahun ini. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar mengharapkan dua langkah pelonggaran suku bunga sebesar 25 basis poin, serta sekitar 20% peluang adanya penurunan tambahan.

“Perilaku bank sentral akan menjadi kunci bagi nasib emas, karena emas telah menjadi elemen penting bagi permintaan dalam beberapa tahun terakhir,” kata Frank Watson, analis pasar di Kinesis Money. Harga emas sangat sensitif terhadap perubahan kebijakan suku bunga, karena suku bunga yang lebih rendah membuat emas menjadi lebih menarik dibandingkan dengan instrumen investasi lain yang memberikan imbal hasil lebih tinggi.

Perkembangan Harga Logam Lainnya

Selain emas, harga logam lainnya juga mengalami pergerakan pada hari tersebut. Harga perak spot naik sebesar 0,3% menjadi $31,81 per ons, sementara harga platinum turun 0,1% menjadi $965,55 per ons. Paladium, yang sering dikaitkan dengan sektor otomotif, mengalami penurunan lebih besar, turun 0,9% menjadi $919,50 per ons.

Penurunan harga logam-logam ini mencerminkan perubahan dinamika di pasar logam mulia secara keseluruhan. Meskipun emas tetap menjadi perhatian utama bagi para investor, pergerakan harga logam lainnya tetap perlu dicermati, terutama bagi investor yang memiliki portofolio logam mulia yang lebih beragam.

Prospek Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Dalam jangka pendek, harga emas mungkin akan terus mengalami konsolidasi seiring dengan menunggu data-data ekonomi yang akan datang, seperti laporan inflasi dan kebijakan yang akan diambil oleh Federal Reserve. Namun, dalam jangka panjang, ketidakpastian ekonomi dan geopolitik yang masih ada, ditambah dengan kebijakan moneter yang cenderung mendukung emas, memberikan prospek positif bagi harga emas.

Bagi investor, emas tetap menjadi salah satu instrumen yang diandalkan untuk melindungi portofolio dari ketidakpastian dan inflasi. Oleh karena itu, meskipun harga emas turun pada hari Rabu, potensi kenaikan harga emas dalam waktu dekat tetap tinggi, terutama jika data inflasi dan kebijakan moneter memperkuat posisi emas sebagai lindung nilai yang aman.

Kesimpulan

Harga emas mengalami penurunan pada hari Rabu, 26 Februari, setelah mencapai rekor tertinggi beberapa hari sebelumnya. Penurunan ini terjadi menjelang data inflasi yang akan dirilis pada akhir pekan ini dan perkembangan lebih lanjut mengenai kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. Meskipun ada konsolidasi dalam jangka pendek, harga emas diperkirakan akan tetap mendominasi pasar sebagai aset yang aman, dengan prospek kenaikan harga yang tinggi seiring dengan tekanan inflasi dan kebijakan moneter yang mendukung.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Tuesday, 25 February 2025

Bestprofit | Emas Anjlok, Investor Lakukan Aksi Jual

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/04/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (26/2) – Pada hari Selasa (25/2), harga emas mengalami penurunan tajam, mencapai level terendah dalam lebih dari seminggu. Penurunan ini terjadi setelah harga emas mencatatkan rekor tertinggi pada sesi sebelumnya, didorong oleh ketidakpastian pasar akibat rencana tarif Presiden AS Donald Trump. Pada pukul 01:46 pagi waktu setempat (1846 GMT), harga emas spot turun 1,4% menjadi $2.909,59 per ons. Meskipun sempat mencapai rekor tertinggi $2.956,15 per ons pada hari Senin, harga emas berjangka AS juga turun 1,5% pada level $2.918,80. Penurunan ini memperlihatkan dinamika pasar yang dipengaruhi oleh aksi ambil untung serta sentimen terhadap kebijakan perdagangan global.

Aksi Ambil Untung dan Penurunan Harga Emas

Harga emas spot yang turun tajam ini menunjukkan adanya aksi ambil untung setelah mencapai puncaknya pada hari Senin. Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, menjelaskan bahwa penurunan harga emas disebabkan oleh investor yang membukukan keuntungan setelah harga emas mencapai rekor tertinggi. “Anda melihat aksi ambil untung serta orang-orang yang ingin keluar dan membangun kembali posisi pada harga yang lebih rendah,” ujar Haberkorn. Hal ini menggambarkan sifat pasar yang sangat reaktif terhadap fluktuasi harga, terutama setelah emas mencapai level tertingginya.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Emas sebagai aset safe haven memang dikenal memiliki daya tarik kuat bagi investor yang mencari tempat perlindungan di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Namun, ketika harga mencapai puncaknya, banyak investor memilih untuk merealisasikan keuntungan mereka, yang pada gilirannya menyebabkan penurunan harga emas dalam jangka pendek. Meskipun demikian, penurunan harga ini sering kali dianggap sebagai peluang untuk membeli kembali pada harga yang lebih rendah, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi yang masih terus berlanjut.

Ketidakpastian Kebijakan Tarif AS

Penyebab utama ketidakpastian yang mendukung lonjakan harga emas adalah kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap impor dari Kanada dan Meksiko. Trump mengonfirmasi pada hari Senin bahwa tarif impor tersebut akan tetap diterapkan tepat waktu dan sesuai jadwal, meskipun negara-negara tersebut telah berupaya meningkatkan keamanan perbatasan mereka dan menghentikan aliran fentanil ke AS menjelang batas waktu yang ditetapkan pada 4 Maret. Keputusan ini menciptakan ketegangan dalam hubungan perdagangan antara AS dan dua negara tetangga terbesarnya, yang pada gilirannya meningkatkan volatilitas pasar.

Ketegangan perdagangan antara AS dan negara-negara lainnya seringkali menjadi pemicu lonjakan harga emas. Ketidakpastian mengenai masa depan kebijakan tarif AS menciptakan ketegangan di pasar global, sehingga membuat investor cenderung beralih ke emas sebagai aset pelindung nilai. Meskipun demikian, saat aksi ambil untung terjadi, harga emas bisa mengalami penurunan sementara, namun secara umum, ketidakpastian ini tetap menjadi faktor yang mendukung permintaan terhadap emas.

Reaksi Investor terhadap Ketidakpastian

Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals, berpendapat bahwa meskipun terjadi penurunan harga emas, ketidakpastian yang masih ada akan terus memicu minat beli terhadap emas. “Saya masih berpikir bahwa ada cukup banyak ketidakpastian di luar sana yang terkait dengan tarif (dan) perdagangan secara lebih umum… penurunan akan terus dipandang sebagai peluang pembelian,” ujar Grant. Meskipun harga emas turun, banyak investor yang melihat penurunan ini sebagai kesempatan untuk membeli pada harga yang lebih rendah.

Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun harga emas mengalami volatilitas, terutama di tengah fluktuasi kebijakan perdagangan global, minat terhadap emas sebagai aset safe haven tetap tinggi. Ketidakpastian seputar kebijakan tarif dan potensi ketegangan perdagangan global tetap menjadi faktor yang mendukung daya tarik emas di mata investor. Oleh karena itu, meskipun harga emas turun dalam jangka pendek, tren jangka panjang masih menunjukkan potensi kenaikan.

Posisi Spekulan Emas dan Tren Pasar

Data terbaru menunjukkan bahwa spekulan emas memangkas posisi beli bersih mereka sebanyak 13.605 kontrak menjadi 201.962 dalam seminggu hingga 18 Februari. Penurunan posisi beli ini mencerminkan aksi ambil untung yang terjadi di kalangan spekulan emas. Namun, meskipun posisi beli berkurang, total posisi beli bersih masih cukup signifikan, menunjukkan bahwa investor masih tetap optimis terhadap prospek jangka panjang emas.

Emas sering dianggap sebagai aset yang berfungsi sebagai pelindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Oleh karena itu, meskipun terdapat penurunan harga dalam jangka pendek, investor tetap cenderung membeli kembali emas ketika harga turun, dengan harapan bahwa ketidakpastian ekonomi yang ada akan mendorong harga emas naik di masa depan.

Respons Federal Reserve terhadap Inflasi dan Pasar Tenaga Kerja

Selain ketidakpastian terkait kebijakan tarif, faktor lain yang memengaruhi harga emas adalah perkembangan inflasi di AS. Dalam penelitian yang diterbitkan oleh Federal Reserve San Francisco pada hari Senin, investor dan ekonom memperkirakan bahwa The Federal Reserve akan merespons “dengan kuat dan sistematis” terhadap perubahan inflasi dan pasar tenaga kerja. Jika inflasi meningkat lebih tinggi dari yang diperkirakan, The Fed kemungkinan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk menanggulangi inflasi tersebut.

Tingginya suku bunga dapat menurunkan daya tarik emas sebagai aset investasi, karena emas tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi atau saham. Dalam hal ini, kebijakan moneter yang lebih ketat dari The Fed dapat mempengaruhi permintaan terhadap emas, karena investor cenderung mencari aset yang memberikan imbal hasil lebih tinggi ketika suku bunga naik. Oleh karena itu, pengaruh inflasi dan kebijakan suku bunga The Fed menjadi faktor penting dalam menentukan arah pergerakan harga emas.

Prospek Jangka Panjang Emas

Meskipun terjadi penurunan harga emas dalam jangka pendek, prospek jangka panjang emas masih cukup cerah. Ketidakpastian yang terus berlanjut terkait kebijakan perdagangan global, inflasi, dan keputusan moneter The Fed kemungkinan besar akan terus mendukung permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven. Meskipun ada fluktuasi harga, ketegangan ekonomi dan geopolitik global, serta potensi ketidakpastian pasar yang lebih besar, masih membuat emas menjadi pilihan utama bagi banyak investor yang ingin melindungi kekayaan mereka.

Secara keseluruhan, meskipun harga emas mengalami penurunan tajam pada Selasa (25/2), hal ini tidak berarti bahwa tren bullish untuk emas telah berakhir. Sebaliknya, banyak investor yang melihat penurunan ini sebagai kesempatan untuk membeli kembali emas pada harga yang lebih rendah. Ketidakpastian global yang terus berkembang, baik dari segi kebijakan perdagangan maupun ekonomi, menjadikan emas sebagai pilihan investasi yang menarik untuk melindungi kekayaan di tengah ketidakpastian pasar.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Monday, 24 February 2025

Bestprofit | Emas Capai Rekor Tertinggi, Dolar Melemah

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-2.jpg

Bestprofit (25/2) – Harga emas mengalami lonjakan signifikan pada sesi perdagangan Amerika Utara setelah mencapai titik tertinggi sepanjang masa di level $2.956. Lonjakan harga ini terjadi di tengah melemahnya Greenback (dolar AS) dan turunnya imbal hasil obligasi Treasury AS. Saat ini, harga emas XAU/USD diperdagangkan di sekitar level $2.949, menunjukkan kenaikan sebesar 0,49% dari posisi sebelumnya.

Peningkatan harga emas ini mengundang perhatian banyak investor dan analis pasar, karena beberapa faktor ekonomi dan geopolitik yang memengaruhi permintaan terhadap logam mulia ini. Dalam artikel ini, kita akan mengulas berbagai faktor yang mendasari lonjakan harga emas, serta implikasinya terhadap pasar global.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Melemahnya Greenback dan Turunnya Imbal Hasil Obligasi Treasury AS

Salah satu faktor utama yang mendukung lonjakan harga emas adalah pelemahan dolar AS yang terjadi bersamaan dengan penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS. Dolar yang lebih lemah membuat harga emas lebih terjangkau bagi investor di luar Amerika Serikat, yang meningkatkan permintaan terhadap logam mulia ini. Selain itu, penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS juga membuat emas semakin menarik karena logam ini cenderung mendapatkan daya tarik lebih ketika imbal hasil obligasi rendah.

Ketidakpastian Politik Global: Kebijakan Donald Trump dan Ketegangan Geopolitik

Ketidakpastian politik dan kebijakan perdagangan yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump turut berkontribusi terhadap lonjakan harga emas. Pasar global selalu sensitif terhadap perubahan kebijakan perdagangan, terutama yang berasal dari negara dengan ekonomi terbesar seperti Amerika Serikat. Kebijakan perdagangan yang tidak pasti dapat menambah ketegangan ekonomi dan memicu pelarian investor ke aset yang lebih aman seperti emas.

Selain itu, ketegangan geopolitik di berbagai belahan dunia juga terus menjadi faktor pendorong permintaan emas. Konflik yang sedang berlangsung antara Ukraina dan Rusia menunjukkan tanda-tanda mendekati penyelesaian, tetapi ketidakpastian tetap ada. Sementara itu, ketegangan yang meningkat di Timur Tengah, dengan berbagai negara yang terlibat dalam konflik, turut mendorong investor untuk mencari aset aman, seperti emas.

Tren Kenaikan Harga Emas: Arus Masuk ETF Emas Paling Signifikan Sejak 2022

Dalam delapan minggu terakhir, harga emas telah mengalami tren kenaikan yang signifikan. Salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan ini adalah arus masuk bersih yang besar ke dalam Exchange-Traded Fund (ETF) yang didukung emas. Menurut Bloomberg, arus masuk ke ETF emas tercatat sebagai yang paling signifikan sejak tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa banyak investor yang memanfaatkan kesempatan untuk berinvestasi dalam emas sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian ekonomi dan politik yang sedang berlangsung.

Tren arus masuk ETF emas ini mencerminkan minat yang kuat terhadap logam mulia ini. ETF emas memungkinkan investor untuk membeli emas tanpa harus menyimpannya secara fisik, yang membuatnya menjadi pilihan yang lebih praktis bagi banyak investor. Dengan jumlah arus masuk yang besar, permintaan terhadap emas semakin meningkat, yang pada gilirannya mendorong harga emas lebih tinggi.

Potensi Penurunan Harga Emas: Tanda-Tanda Kelelahan di Pasar

Meskipun harga emas terus meningkat, ada tanda-tanda bahwa pasar mulai menunjukkan kelelahan. Aksi harga menunjukkan bahwa pembeli mungkin mulai kehilangan momentum, yang bisa menandakan bahwa harga emas akan menghadapi koreksi dalam waktu dekat. Sebagai contoh, beberapa indikator teknikal menunjukkan adanya potensi untuk pembalikan harga, meskipun prediksi ini masih harus dianalisis lebih lanjut.

Banyak analis yang percaya bahwa meskipun XAU/USD dapat terus mendekati level tertinggi sepanjang masa, pembeli emas mungkin mulai berhati-hati. Kelelahan pasar sering kali terjadi setelah periode kenaikan yang panjang, dan ini bisa menjadi tanda bahwa harga emas akan stabil atau bahkan turun dalam waktu dekat.

Agenda Ekonomi AS Minggu Ini: Fokus pada Inflasi dan Data Ekonomi

Pada minggu ini, pasar akan memperhatikan agenda ekonomi AS yang melibatkan beberapa data penting. Di antara data yang akan dirilis adalah pidato dari para pembicara Federal Reserve (Fed), yang dapat memberikan petunjuk tentang arah kebijakan moneter ke depan. Selain itu, data Kepercayaan Konsumen Dewan Konferensi juga akan menjadi perhatian, karena ini bisa memberikan gambaran tentang seberapa optimis konsumen terhadap perekonomian AS.

Selain itu, data perumahan, Pesanan Barang Tahan Lama, dan pembacaan kedua PDB Q4 akan memberikan informasi tambahan tentang kesehatan ekonomi AS. Rilis pengukur inflasi pilihan Fed, yaitu Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) Inti, juga akan menjadi perhatian utama. Inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dapat mempengaruhi keputusan Fed terkait suku bunga, yang pada gilirannya dapat berdampak pada harga emas.

Peran Emas dalam Portofolio Investasi: Aset Aman di Tengah Ketidakpastian

Selama periode ketidakpastian ekonomi dan politik, emas tetap menjadi salah satu aset yang paling diminati oleh investor yang mencari perlindungan. Emas telah lama dikenal sebagai “safe haven” atau aset aman yang mampu menjaga nilai kekayaan di tengah fluktuasi pasar. Dalam kondisi yang tidak menentu, banyak investor beralih ke emas untuk melindungi nilai portofolio mereka.

Faktor ketidakpastian yang saat ini melanda pasar global, baik yang berasal dari kebijakan perdagangan AS maupun ketegangan geopolitik, semakin memperkuat daya tarik emas sebagai alat lindung nilai. Meskipun harga emas terus melonjak, permintaan terhadap logam mulia ini diperkirakan masih akan tetap kuat dalam jangka panjang, karena ketidakpastian yang ada kemungkinan tidak akan segera mereda.

Kesimpulan: Masa Depan Harga Emas

Harga emas terus mengalami kenaikan yang signifikan, didorong oleh melemahnya dolar AS, turunnya imbal hasil obligasi Treasury AS, ketidakpastian politik, dan ketegangan geopolitik. Arus masuk yang signifikan ke dalam ETF emas sejak 2022 menunjukkan minat yang kuat terhadap logam mulia ini. Meskipun pasar emas menunjukkan tanda-tanda kelelahan, permintaan terhadap emas diperkirakan masih akan tetap tinggi dalam waktu dekat, terutama karena ketidakpastian yang masih menyelimuti ekonomi global.

Dengan data ekonomi AS yang akan dirilis minggu ini, termasuk pembicara Federal Reserve dan pengukur inflasi pilihan Fed, pasar akan terus memantau setiap perkembangan yang dapat mempengaruhi kebijakan moneter dan harga emas. Dalam kondisi pasar yang tidak pasti, emas tetap menjadi aset yang menarik bagi para investor yang mencari perlindungan terhadap risiko ekonomi dan geopolitik.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Sunday, 23 February 2025

Bestprofit | Emas Turun Pasca Rekor Tertinggi

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (24/2) – Pada Jumat, 21 Februari 2025, harga emas mengalami penurunan tipis setelah mencatatkan rekor tertinggi pada sesi sebelumnya. Harga emas spot turun sebesar 0,1%, diperdagangkan di level $2.935,75 per ons, setelah sebelumnya mencapai harga tertingginya di $2.954,69 per ons pada Kamis (20/2). Meskipun ada aksi ambil untung ini, emas tetap berada pada jalur untuk mencatatkan kenaikan mingguan kedelapan berturut-turut.

Faktor Penyebab Penurunan Harga Emas

Harga emas merosot pada hari Jumat setelah investor membukukan keuntungan dari harga tertinggi yang tercatat sebelumnya. Aksi ini sering terjadi dalam pasar logam mulia setelah sebuah aset mencapai puncak baru, yang biasa disebut sebagai aksi ambil untung (profit-taking). Meskipun demikian, meskipun ada penurunan ini, para analis dan pakar pasar tetap optimis tentang prospek harga emas ke depan, mengingat faktor-faktor yang mendasari permintaan yang masih kuat.

Alex Ebkarian, kepala operasi di Allegiance Gold, menyatakan bahwa “pergerakan ini adalah pergerakan klasik dari rekor tertinggi baru dan aksi ambil untung.” Ia menambahkan bahwa fundamental emas tetap solid, yang berarti harga emas kemungkinan besar akan terus mengalami tren naik dalam waktu dekat.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kenaikan Mingguan Kedelapan Berturut-Turut

Meskipun harga emas turun sedikit pada hari Jumat, tren kenaikan emas secara keseluruhan tetap terlihat kuat. Dalam minggu tersebut, harga emas batangan tercatat naik sekitar 1,7%, yang menandakan bahwa permintaan terhadap logam mulia ini masih sangat tinggi. Bahkan, pada Kamis (20/2), harga emas sempat mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di level $2.954,69 per ons. Ini merupakan lonjakan signifikan, menunjukkan bahwa pasar masih sangat berfokus pada keamanan yang ditawarkan oleh emas.

Emas juga telah mencatatkan kenaikan sebesar 11,5% sepanjang tahun 2025, yang menunjukkan bahwa minat investor terhadap aset ini meningkat secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa investor semakin cenderung beralih ke emas sebagai instrumen investasi yang aman, di tengah ketidakpastian global dan ketidakstabilan ekonomi.

Permintaan Emas yang Kuat dari Investor Barat dan Bank Sentral

Menurut analis Commerzbank, permintaan emas saat ini terutama didorong oleh investor di negara-negara Barat dan bank sentral. Investor dalam bentuk ETF (Exchange-Traded Fund) juga ikut terlibat dalam tren ini, yang semakin memperkuat permintaan terhadap emas. Ketidakpastian ekonomi global, termasuk ketegangan politik dan resesi yang mungkin terjadi, menjadikan emas sebagai pilihan yang lebih menarik dibandingkan dengan investasi lainnya.

Permintaan emas dari investor barat dan bank sentral juga tercermin dari strategi diversifikasi yang lebih agresif dalam portofolio investasi mereka. Banyak dari mereka yang berupaya melindungi nilai aset mereka dengan membeli emas dalam jumlah besar, mengingat potensi inflasi yang dapat timbul akibat kebijakan ekonomi global yang tidak pasti.

Ketidakpastian Ekonomi Global dan Kebijakan Trump

Salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas adalah ketidakpastian yang terjadi di pasar global. Pada awal minggu ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan serangkaian rencana tarif baru yang termasuk bea masuk terhadap kayu dan produk hutan, serta tarif baru yang dikenakan pada mobil impor, semikonduktor, dan produk farmasi. Kebijakan ini menambah ketegangan dalam hubungan perdagangan internasional, yang menyebabkan investor semakin mencari aset aman seperti emas.

Selain itu, kebijakan ekonomi Trump yang sering kali kontroversial, seperti penerapan tarif yang agresif terhadap negara-negara lain, semakin meningkatkan ketidakpastian global. Ketidakpastian ini, ditambah dengan potensi dampak dari kebijakan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi dunia, semakin membuat investor mencari perlindungan dalam bentuk emas.

Peran Emas sebagai Aset Safe Haven

Peran emas sebagai tempat berlindung yang aman (safe haven) masih menjadi daya tarik utama bagi investor. Namun, meskipun ada peralihan dari aset berisiko ke aset yang lebih aman, seperti emas, peralihan ini belum terlihat secara signifikan dalam jumlah uang yang masuk ke pasar emas. Alex Ebkarian menyatakan bahwa meskipun ada minat yang besar terhadap emas, peralihan investasi dari aset yang lebih berisiko ke emas belum sepenuhnya terwujud.

Namun, investor tetap memandang emas sebagai aset yang dapat melindungi nilai di tengah ketidakpastian ekonomi. Pasar saham yang volatile, suku bunga yang rendah, serta kekhawatiran inflasi menjadi alasan kuat mengapa banyak orang memilih untuk berinvestasi dalam emas.

Pengaruh Kebijakan Suku Bunga The Fed

Sementara itu, pasar juga memperhatikan pergerakan suku bunga yang diterapkan oleh Federal Reserve AS. Kebijakan suku bunga yang lebih tinggi akan mengurangi daya tarik emas, karena emas tidak memberikan imbal hasil seperti halnya obligasi atau saham. Oleh karena itu, jika inflasi meningkat dan Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tinggi, maka daya tarik emas bisa berkurang.

Namun, jika inflasi terus meningkat dan suku bunga tetap rendah, emas akan terus menjadi pilihan utama bagi investor yang ingin melindungi nilai aset mereka. Oleh karena itu, keputusan The Fed mengenai suku bunga akan menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan arah pergerakan harga emas.

Pergerakan Harga Logam Mulia Lainnya

Selain emas, harga logam mulia lainnya juga mengalami fluktuasi pada minggu ini. Perak spot turun sebesar 0,8% menjadi $32,68 per ons, sementara paladium juga turun 0,9% menjadi $968,74 per ons. Meskipun keduanya mengalami penurunan pada hari Jumat, mereka tetap berada dalam jalur untuk mencatatkan kenaikan mingguan. Harga platinum, di sisi lain, turun sebesar 0,7% menjadi $972,19 per ons, dengan perkiraan bahwa platinum akan mencatatkan penurunan mingguan.

Kesimpulan

Meskipun harga emas mengalami sedikit penurunan pada Jumat (21/2), prospek jangka panjang untuk emas tetap positif. Dengan ketidakpastian yang terus mengemuka di pasar global dan kebijakan ekonomi yang kontroversial, permintaan terhadap emas tetap tinggi. Investor dan bank sentral terus berinvestasi dalam emas sebagai langkah perlindungan terhadap potensi risiko ekonomi. Oleh karena itu, meskipun ada aksi ambil untung sesaat, harga emas diperkirakan akan terus mengalami tren kenaikan dalam waktu dekat, seiring dengan berlanjutnya ketidakpastian global dan kebijakan ekonomi yang mempengaruhi pasar.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!