Sunday, 26 October 2025

Bestprofit | Emas Melemah, Dolar Perkasa

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (27/10) – Pada awal perdagangan Asia, harga emas mengalami penurunan yang signifikan akibat optimisme mengenai kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Penguatan prospek perundingan dagang ini mengimbangi beberapa faktor lain yang biasanya mendukung harga emas, seperti data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan. Penurunan harga emas ini juga dipengaruhi oleh pernyataan Menteri Keuangan AS, Bessent, yang memuji perundingan dagang yang berlangsung di Malaysia sebagai “konstruktif.” Menurutnya, perundingan tersebut dapat memberikan dampak positif bagi hubungan dagang global, yang mengurangi ketidakpastian ekonomi dan, pada gilirannya, daya tarik emas sebagai aset safe haven.

Perkembangan Perundingan Dagang AS-Tiongkok

Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan harga emas adalah optimisme yang mengemuka terkait kesepakatan dagang antara AS dan Tiongkok. Sebagaimana diketahui, hubungan dagang antara kedua negara ini telah menjadi salah satu faktor utama ketidakpastian ekonomi global selama beberapa tahun terakhir. Namun, dalam beberapa pekan terakhir, ada tanda-tanda positif mengenai perundingan dagang yang berlangsung. Menteri Keuangan AS, Bessent, mengungkapkan bahwa proses perundingan yang berlangsung di Malaysia berjalan dengan konstruktif dan menghasilkan kemajuan yang signifikan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pernyataan ini menjadi sangat penting karena ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok sebelumnya telah meningkatkan volatilitas pasar dan memperburuk ketidakpastian ekonomi global, yang pada gilirannya mengarah pada peningkatan permintaan terhadap aset-aset safe haven seperti emas. Dengan adanya sinyal positif dalam kesepakatan dagang ini, para pelaku pasar mulai merasakan adanya peluang untuk penyelesaian masalah dagang yang dapat mengurangi ketegangan geopolitik dan memberikan stabilitas bagi pasar keuangan global.

Dampak Optimisme Perdagangan terhadap Daya Tarik Emas

Kenaikan optimisme dalam perdagangan AS-Tiongkok secara langsung berdampak pada daya tarik emas sebagai aset safe haven. Emas telah lama dikenal sebagai tempat berlindung yang aman bagi investor saat menghadapi ketidakpastian ekonomi, ketegangan politik, atau gejolak pasar saham. Namun, dengan adanya prospek penyelesaian positif dalam perundingan dagang, investor merasa lebih yakin untuk mengambil risiko dan berinvestasi di instrumen lain yang lebih berisiko namun berpotensi memberikan imbal hasil lebih tinggi, seperti saham atau obligasi.

Emas cenderung kehilangan daya tariknya ketika investor merasa lebih optimis tentang perekonomian global dan risiko geopolitis tidak terlalu mengkhawatirkan. Oleh karena itu, optimisme mengenai kesepakatan dagang ini menyebabkan permintaan terhadap emas menurun, yang akhirnya menyebabkan penurunan harga emas di pasar.

Data Inflasi AS yang Lebih Rendah dari Perkiraan

Selain perundingan dagang, data inflasi AS yang dirilis pada bulan September juga turut berperan dalam perkembangan harga emas. Menurut laporan yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS, harga konsumen naik 3% pada September 2025 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year), angka ini lebih rendah dari perkiraan para analis yang memperkirakan angka inflasi sekitar 3,3%.

Meski inflasi AS menunjukkan sedikit penurunan, hal ini tidak langsung berdampak besar pada harga emas. Data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan semestinya bisa mengurangi tekanan pada harga emas, mengingat emas seringkali dilihat sebagai pelindung terhadap inflasi. Namun, analis komoditas dari Commerzbank Research, Carsten Fritsch, dalam laporannya menyatakan bahwa data inflasi AS kemungkinan tidak akan memengaruhi harga emas secara signifikan.

Ekspektasi Suku Bunga dan Perannya terhadap Harga Emas

Beberapa faktor lain yang juga bisa mempengaruhi harga emas adalah kebijakan suku bunga yang diterapkan oleh bank sentral, khususnya Federal Reserve AS. Selama beberapa bulan terakhir, ekspektasi terhadap suku bunga baru-baru ini tampaknya hanya memainkan peran kecil dalam pergerakan harga emas. Meskipun Federal Reserve AS telah mengindikasikan bahwa mereka mungkin akan menunda kenaikan suku bunga untuk menjaga pemulihan ekonomi, pengaruh suku bunga terhadap harga emas tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya.

Suku bunga yang lebih rendah biasanya menguntungkan emas karena menurunkan biaya peluang memegang emas. Emas tidak memberikan bunga atau dividen, sehingga investor cenderung lebih tertarik pada emas ketika suku bunga rendah. Namun, dengan pasar yang lebih terfokus pada perkembangan kesepakatan dagang AS-Tiongkok dan prospek ekonomi global yang lebih stabil, ekspektasi suku bunga tidak lagi menjadi faktor penentu utama dalam pergerakan harga emas.

Penurunan Harga Emas di Pasar Spot

Pada perdagangan awal Asia, harga emas spot turun sekitar 0,8% menjadi $4.078,36 per ounce. Penurunan ini terjadi di tengah optimisme yang meluas terkait perkembangan perundingan dagang AS-Tiongkok, yang menyebabkan investor lebih cenderung beralih ke aset yang lebih berisiko. Meskipun emas tetap dipandang sebagai salah satu instrumen investasi yang aman, kenyataannya ketidakpastian yang lebih rendah terkait masalah perdagangan dan inflasi yang terkendali mengurangi urgensi bagi banyak investor untuk membeli emas.

Perkembangan harga emas di pasar spot ini mencerminkan pengaruh faktor-faktor makroekonomi yang lebih luas, termasuk dinamika perdagangan internasional, kebijakan moneter global, dan ekspektasi inflasi. Di sisi lain, meskipun harga emas turun, logam mulia ini tetap dipertahankan sebagai komoditas yang penting dalam portofolio investasi jangka panjang, terutama di saat ketidakpastian ekonomi global kembali meningkat.

Apa yang Dapat Diharapkan di Masa Depan?

Mengamati pergerakan harga emas dalam beberapa bulan ke depan, dapat diperkirakan bahwa harga emas mungkin akan terus dipengaruhi oleh sentimen pasar terhadap perkembangan perdagangan internasional, khususnya antara AS dan Tiongkok. Jika kesepakatan dagang berhasil terwujud dan ketegangan geopolitik mereda, permintaan terhadap emas mungkin akan terus mengalami penurunan.

Namun, meskipun ada optimisme mengenai perdagangan global, ketidakpastian lainnya seperti potensi resesi ekonomi global, krisis energi, atau bahkan krisis kesehatan global tetap dapat mendorong investor untuk kembali mencari perlindungan dalam emas. Selain itu, faktor-faktor seperti kebijakan moneter, inflasi, dan gejolak pasar saham tetap bisa mempengaruhi daya tarik emas sebagai aset safe haven.

Secara keseluruhan, meskipun harga emas mungkin mengalami penurunan dalam waktu dekat, prospek jangka panjang tetap menunjukkan bahwa emas akan terus menjadi bagian penting dari strategi diversifikasi investasi, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global yang tak terduga.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 23 October 2025

Bestprofit | Emas Melemah, Investor Lepas Posisi

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (24/10) – Harga emas kembali melemah pada awal perdagangan Asia, seiring meningkatnya kemungkinan pelepasan posisi long oleh para investor setelah reli singkat yang terjadi dalam beberapa sesi terakhir. Para analis menilai tekanan jual ini dapat memicu penurunan moderat lanjutan dalam waktu dekat, terutama jika harga gagal bertahan di atas level psikologis penting, yakni $4.000 per ons.

Tekanan Baru di Awal Pekan: Emas Turun 0,4%

Pada perdagangan Jumat pagi di sesi Asia, emas spot turun 0,4% ke level $4.109,32 per ons, setelah sebelumnya sempat menunjukkan penguatan terbatas di sekitar area support. Penurunan ini menunjukkan bahwa sentimen pasar terhadap logam mulia tersebut masih rapuh, di tengah ketidakpastian global yang belum sepenuhnya mendorong arus dana ke aset safe haven.

Menurut data pasar, harga emas sempat mencoba menembus kisaran $4.000–$4.022 per ons, yang diidentifikasi para analis sebagai area support kunci. Namun, penguatan itu tidak berlangsung lama karena para pelaku pasar tampak memanfaatkan momentum tersebut untuk melakukan aksi ambil untung.

Analis: Potensi Penurunan Moderat Masih Terbuka

Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com, menyampaikan pandangan bahwa penurunan emas masih mungkin berlanjut dalam waktu dekat.

“Analisis emas kami menunjukkan penurunan moderat lebih lanjut mungkin akan terjadi,” ujarnya dalam sebuah komentar pasar terbaru.

Razaqzada menambahkan bahwa meskipun emas sempat bangkit mendekati level support di kisaran $4.000–$4.022 per ons, hal itu tidak serta merta menandakan akhir dari tren bearish. Menurutnya, selama harga belum menembus dan bertahan di atas area resistance penting, tekanan jual masih akan mendominasi.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Level Psikologis $4.000 Jadi Penentu Arah Selanjutnya

Salah satu faktor teknikal yang kini menjadi fokus utama pelaku pasar adalah level $4.000 per ons, yang dianggap sebagai batas psikologis sekaligus teknikal. Jika harga emas ditutup di bawah level ini, Razaqzada menilai hal tersebut akan menjadi sinyal teknis yang bearish dan membuka peluang bagi penurunan lanjutan.

“Jika emas ditutup di bawah $4.000 per ons, itu akan menjadi perkembangan teknis yang bearish,” jelasnya.

Secara historis, level psikologis seperti ini kerap menjadi area pertarungan antara pembeli (bulls) dan penjual (bears). Jika tekanan jual mampu menembus level tersebut dengan volume yang kuat, maka bukan tidak mungkin emas akan menguji level support selanjutnya di kisaran $3.950–$3.970 per ons.

Pelepasan Posisi Long Jadi Pemicu Utama

Para analis memperkirakan bahwa penurunan harga emas kali ini disebabkan oleh aksi pelepasan posisi long setelah periode penguatan singkat sebelumnya. Posisi long biasanya dilakukan oleh investor yang memperkirakan harga akan naik, namun ketika momentum melemah, mereka cenderung menutup posisi untuk mengamankan keuntungan yang tersisa.

Fenomena ini sering terjadi setelah periode volatilitas tinggi, terutama ketika pasar mulai kehilangan arah yang jelas. Dalam konteks saat ini, pelaku pasar tampak ragu untuk mempertahankan posisi beli di tengah ketidakpastian arah kebijakan moneter global dan fluktuasi nilai dolar AS.

Dolar AS dan Imbal Hasil Obligasi Ikut Menekan Emas

Selain faktor teknikal, penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury yields) juga turut menekan harga emas. Dolar yang menguat membuat logam mulia menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sementara imbal hasil obligasi yang lebih tinggi mengurangi daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil bunga.

Jika tren penguatan dolar berlanjut, tekanan terhadap emas kemungkinan akan semakin kuat. Namun, di sisi lain, setiap tanda-tanda pelemahan ekonomi AS atau potensi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve dapat kembali memberikan dorongan bagi logam mulia tersebut.

Kondisi Makroekonomi Global Masih Penuh Ketidakpastian

Ketidakpastian ekonomi global tetap menjadi latar belakang penting dalam pergerakan harga emas. Konflik geopolitik di beberapa wilayah dunia, kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi China, serta arah kebijakan moneter bank sentral utama dunia — semuanya masih menjadi faktor yang diawasi ketat oleh investor.

Biasanya, kondisi geopolitik yang tidak menentu dapat meningkatkan permintaan emas sebagai aset lindung nilai (safe haven). Namun, dalam situasi saat ini, reaksi pasar cenderung terbagi karena sebagian investor justru lebih fokus pada potensi kenaikan suku bunga dan kekuatan dolar AS.

Pandangan Teknis: Area Support dan Resistance

Secara teknikal, pergerakan harga emas dalam jangka pendek masih berada dalam fase konsolidasi menurun. Beberapa analis teknikal memetakan area kunci sebagai berikut:

  • Support utama: $4.000 – $3.970 per ons

  • Support tambahan: $3.950 per ons

  • Resistance terdekat: $4.150 per ons

  • Resistance lanjutan: $4.200 – $4.250 per ons

Jika harga menembus dan bertahan di bawah $4.000 per ons, arah selanjutnya cenderung ke bawah menuju area $3.950. Sebaliknya, jika harga mampu kembali ke atas $4.150, peluang pemulihan jangka pendek akan terbuka.

Strategi Investor: Waspadai Volatilitas Jangka Pendek

Bagi para investor dan trader emas, periode saat ini menuntut kedisiplinan dalam manajemen risiko. Volatilitas yang tinggi dan ketidakpastian arah kebijakan moneter membuat pasar emas rentan terhadap perubahan sentimen yang cepat.

Strategi konservatif dapat mencakup pembelian bertahap di dekat area support kuat, dengan penempatan stop loss ketat untuk mengantisipasi penembusan ke bawah. Sementara bagi trader jangka pendek, strategi sell on rally atau menjual pada saat harga naik mendekati resistance bisa menjadi alternatif yang lebih aman hingga tren jangka menengah menunjukkan arah yang lebih jelas.

Prospek Jangka Menengah: Antara Tekanan dan Potensi Pemulihan

Meskipun tekanan jangka pendek masih terasa, sebagian analis tetap melihat potensi pemulihan harga emas dalam jangka menengah hingga panjang. Faktor utama yang mendukung pandangan ini antara lain kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter global pada tahun depan, serta meningkatnya permintaan emas fisik dari bank sentral dan pasar Asia.

Namun, untuk jangka pendek, pasar emas tampaknya masih akan berjuang menghadapi kombinasi tekanan teknikal dan fundamental. Selama harga belum mampu bertahan di atas $4.150 per ons, tren bearish moderat masih akan membayangi.

Kesimpulan: Momentum Lemah, Waspadai Penutupan di Bawah $4.000

Penurunan harga emas sebesar 0,4% pada awal perdagangan Asia menjadi sinyal bahwa sentimen pasar terhadap logam mulia masih cenderung negatif. Aksi pelepasan posisi long, penguatan dolar AS, dan tekanan teknikal di sekitar level $4.000 per ons menjadi faktor utama yang menahan potensi rebound.

Analis seperti Fawad Razaqzada menilai bahwa penurunan moderat lebih lanjut masih mungkin terjadi, terutama jika emas menutup perdagangan di bawah level psikologis $4.000. Dalam kondisi ini, investor disarankan untuk tetap berhati-hati dan memperhatikan indikator teknikal serta pergerakan pasar global sebelum mengambil keputusan investasi baru.

Dengan pasar yang masih bergejolak dan ketidakpastian ekonomi global yang tinggi, emas tetap menjadi aset penting dalam diversifikasi portofolio — namun dengan pendekatan yang lebih selektif dan disiplin terhadap manajemen risiko.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Wednesday, 22 October 2025

Emas Melemah, Aksi Ambil Untung Meningkat

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (23/10) – Harga emas kembali mengalami tekanan pada awal sesi perdagangan Asia setelah kontrak berjangka emas Comex untuk pengiriman bulan depan mencatat penurunan untuk sesi kedua berturut-turut pada perdagangan sebelumnya. Setelah lonjakan signifikan pada pekan lalu, para investor kini tampak mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking), menyebabkan harga logam mulia itu bergerak melemah.

Menurut tim Riset Sucden Financial, pelemahan harga emas kali ini lebih disebabkan oleh koreksi teknikal dan normalisasi sentimen pasar ketimbang oleh perubahan fundamental ekonomi yang mendasar. Harga emas spot tercatat turun 0,2% menjadi $4.089,65 per ons, mencerminkan berkurangnya arus masuk ke aset safe haven yang sebelumnya sempat melonjak akibat ketidakpastian global.

Latar Belakang: Kenaikan Spekulatif dan Koreksi Pasar

Kenaikan harga emas pada pekan sebelumnya sebagian besar didorong oleh sentimen spekulatif yang kuat. Banyak investor beralih ke emas untuk melindungi portofolio mereka dari potensi risiko geopolitik dan ekonomi global. Kenaikan tajam itu juga diperkuat oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve AS mungkin akan mempertahankan suku bunga tetap rendah dalam waktu dekat, sehingga mengurangi daya tarik dolar AS dan obligasi pemerintah dibandingkan emas.

Namun, setelah reli cepat tersebut, pasar mulai menilai kembali posisi mereka. Beberapa pelaku pasar memutuskan untuk merealisasikan keuntungan, terutama karena belum ada pemicu baru yang cukup kuat untuk mendorong harga emas ke level yang lebih tinggi lagi.

Tim analis Sucden Financial menilai bahwa pergerakan ini merupakan reaksi wajar dari pasar yang tengah mencari keseimbangan setelah lonjakan yang terlalu cepat. “Sebagian besar penurunan ini mencerminkan aksi ambil untung dan berkurangnya arus masuk aset safe haven, bukan perubahan mendasar dalam fundamental makro atau imbal hasil obligasi,” ujar mereka dalam laporan risetnya.

Faktor Utama Penurunan: Aksi Ambil Untung dan Arus Modal

1. Aksi Ambil Untung Setelah Lonjakan Cepat

Setelah harga emas mencatatkan reli tajam minggu lalu, sebagian besar investor jangka pendek memilih untuk mengamankan keuntungan mereka. Hal ini adalah fenomena umum dalam perdagangan komoditas, terutama ketika harga telah naik signifikan dalam waktu singkat.

Aksi ambil untung tersebut menciptakan tekanan jual tambahan yang mendorong harga turun sementara, meskipun fundamental emas masih relatif kuat. Banyak analis melihat penurunan ini bukan sebagai tanda pelemahan jangka panjang, melainkan sebagai proses konsolidasi sebelum pasar menentukan arah berikutnya.

2. Berkurangnya Arus Masuk ke Aset Safe Haven

Selain aksi ambil untung, berkurangnya minat terhadap aset safe haven juga turut menekan harga emas. Pada minggu lalu, ketegangan geopolitik dan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global membuat investor beralih ke emas sebagai tempat berlindung yang aman.

Namun, ketika situasi mulai terlihat lebih stabil dan indeks saham global menunjukkan pemulihan, sebagian modal yang sebelumnya mengalir ke emas kini mulai kembali ke aset berisiko seperti saham dan obligasi korporasi. Perubahan arus modal ini turut memperlemah permintaan terhadap logam mulia tersebut.

Peran Imbal Hasil Obligasi AS dan Kebijakan Moneter

Menariknya, meskipun harga emas turun, imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury yields) masih berada di level yang relatif rendah. Biasanya, imbal hasil obligasi yang lebih tinggi akan menekan harga emas karena logam mulia tidak memberikan imbal hasil bunga. Namun kali ini, penurunan emas tidak dipicu oleh faktor tersebut.

Tim riset Sucden Financial menegaskan bahwa imbal hasil obligasi pemerintah AS yang tetap rendah masih memberikan dukungan mendasar bagi harga emas. Artinya, meskipun terjadi koreksi harga dalam jangka pendek, secara struktural emas masih memiliki potensi untuk mempertahankan posisinya di level tinggi dalam jangka menengah hingga panjang.

Selain itu, kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia, khususnya Federal Reserve, akan tetap menjadi faktor penentu arah harga emas. Jika The Fed menunda pemangkasan suku bunga lebih lanjut atau memberikan sinyal kebijakan yang lebih longgar, hal ini dapat memperkuat permintaan emas karena biaya peluang untuk memegang aset non-yield seperti emas menjadi lebih rendah.

Ketidakpastian Makro yang Berkelanjutan

Di tengah kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil, ketidakpastian makro masih menjadi faktor utama yang menopang harga emas. Sejumlah isu seperti perlambatan ekonomi Tiongkok, ketegangan di Timur Tengah, dan prospek pertumbuhan global yang lemah terus menciptakan lingkungan yang mendukung bagi aset safe haven.

Bahkan dengan adanya koreksi saat ini, banyak analis memandang bahwa emas tetap menjadi instrumen lindung nilai (hedging instrument) yang penting terhadap volatilitas pasar dan inflasi. Ketika volatilitas meningkat atau risiko resesi kembali mencuat, permintaan terhadap emas diperkirakan akan pulih.

Pandangan Analis dan Prospek Ke Depan

Sejumlah analis memperkirakan bahwa koreksi harga emas kali ini bersifat sementara. Mereka menilai pasar masih berada dalam tren naik jangka menengah selama harga tetap bertahan di atas level teknikal penting.

Menurut analis di beberapa lembaga keuangan besar, harga emas diperkirakan akan tetap kuat di tengah ketidakpastian arah kebijakan moneter dan prospek ekonomi global. Faktor-faktor seperti:

  • Permintaan fisik dari Tiongkok dan India, dua konsumen emas terbesar dunia;

  • Pembelian emas oleh bank sentral, yang terus meningkat dalam dua tahun terakhir;

  • serta melemahnya dolar AS di tengah ekspektasi kebijakan moneter longgar;

semuanya diperkirakan akan memberikan dukungan tambahan bagi harga emas dalam jangka panjang.

Namun, volatilitas jangka pendek tetap perlu diwaspadai. Jika data ekonomi AS menunjukkan perbaikan yang lebih cepat dari perkiraan dan mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga, maka tekanan terhadap emas bisa meningkat kembali.

Analisis Teknis: Level Kunci yang Perlu Diperhatikan

Secara teknikal, para trader emas saat ini memantau beberapa level penting. Area $4.050–$4.100 per ons menjadi zona support utama yang perlu dijaga agar tren naik tetap utuh. Jika harga mampu bertahan di atas level ini, peluang rebound ke arah $4.150–$4.200 per ons masih terbuka.

Namun, bila tekanan jual berlanjut dan harga menembus di bawah $4.000 per ons, maka risiko koreksi lebih dalam bisa meningkat. Dalam kondisi tersebut, pasar mungkin akan menguji ulang area konsolidasi sebelumnya di sekitar $3.950 per ons sebelum mencari arah baru.

Kesimpulan: Koreksi Sehat di Tengah Dukungan Fundamental

Penurunan harga emas di awal sesi Asia mencerminkan fase koreksi alami setelah reli yang cukup agresif pada minggu lalu. Aksi ambil untung dan berkurangnya arus masuk ke aset safe haven menjadi pemicu utama pelemahan kali ini, sementara faktor fundamental seperti imbal hasil obligasi yang rendah dan ketidakpastian makro tetap menjadi penopang harga.

Meskipun jangka pendek terlihat melemah, prospek jangka menengah dan panjang untuk emas masih cukup positif. Permintaan global yang kuat, kondisi moneter longgar, dan ketidakpastian geopolitik berpotensi menjaga minat investor terhadap logam mulia ini.

Dengan demikian, fase penurunan ini bisa dianggap sebagai “koreksi sehat” dalam tren naik yang lebih luas, bukan sebagai tanda pembalikan arah secara permanen. Bagi investor jangka panjang, penurunan semacam ini sering kali dilihat sebagai peluang untuk akumulasi posisi, terutama jika sentimen makro tetap mendukung.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 21 October 2025

Bestprofit | Emas-Perak Stabil, Reli Mereda

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-4.jpg

Bestprofit (22/10) – Harga emas dan perak mengalami koreksi tajam setelah mengalami reli spektakuler dalam beberapa bulan terakhir. Aksi jual besar-besaran ini menandai penurunan harian terbesar dalam lebih dari satu dekade, menciptakan kegelisahan di pasar dan mendorong investor serta analis untuk mengevaluasi kembali posisi mereka terhadap logam mulia. Artikel ini membahas latar belakang penurunan tersebut, reaksi pasar, serta prospek jangka pendek dan jangka panjangnya.

Penurunan Terbesar Dalam Lebih dari 12 Tahun

Pada hari Selasa, harga emas spot jatuh hingga 6,3%, penurunan intraday terbesar sejak lebih dari dua belas tahun terakhir. Perak spot bahkan mengalami koreksi lebih tajam, yaitu 8,7%. Harga emas sempat diperdagangkan mendekati $4.125 per ons, sementara perak mengalami fluktuasi signifikan setelah mencetak rekor tertinggi dalam beberapa hari sebelumnya.

Penurunan ini mengejutkan banyak pelaku pasar yang telah melihat reli kuat selama beberapa bulan terakhir. Lonjakan harga sebelumnya didorong oleh berbagai faktor, termasuk:

  • Ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve

  • Perlindungan terhadap pelemahan dolar AS

  • Kekhawatiran atas defisit anggaran pemerintah

Namun, reli tersebut juga dinilai terlalu cepat dan berlebihan, menciptakan kondisi jenuh beli (overbought) di pasar logam mulia.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Alasan Di Balik Aksi Jual Tajam

1. Realisasi Keuntungan (Profit Taking)

Investor besar mulai merealisasikan keuntungan dari lonjakan harga logam mulia yang sangat tinggi. Ini adalah hal yang wajar terjadi setelah kenaikan harga yang drastis, di mana sebagian besar pelaku pasar memutuskan untuk mengunci profit sebelum potensi koreksi.

2. Kekhawatiran Terhadap Kenaikan yang Berlebihan

Indikator teknikal menunjukkan bahwa harga emas dan perak telah mengalami lonjakan yang terlalu cepat. Banyak analis percaya bahwa pasar sudah “berlari lebih cepat dari fundamental”, dengan harga yang mencerminkan ekspektasi ekstrem, bukan kenyataan saat ini.

3. Faktor Geopolitik dan Ekonomi Global

Isu geopolitik seperti ketegangan AS-Tiongkok juga memengaruhi selera risiko pasar. Meskipun konflik seringkali mendorong permintaan untuk aset safe haven seperti emas, pernyataan optimis dari Presiden Donald Trump tentang potensi kesepakatan dengan Presiden Xi Jinping turut menurunkan ketegangan dan meredakan kekhawatiran sementara.

Respons Analis dan Lembaga Keuangan

Citigroup Pangkas Rekomendasi Overweight

Citigroup Inc. menjadi salah satu lembaga keuangan besar yang menurunkan pandangannya terhadap emas. Setelah penurunan tajam di hari Selasa, tim riset komoditas Citi memproyeksikan bahwa emas akan mengalami fase konsolidasi di sekitar $4.000 per ons dalam beberapa minggu ke depan.

Dalam catatan strateginya, Charlie Massy-Collier dan tim menyatakan bahwa harga emas “sudah terlalu jauh memproyeksikan cerita debasement” — yaitu pelemahan nilai mata uang akibat lonjakan utang dan defisit.

Pandangan dari MKS Pamp SA

Sementara itu, Nicky Shiels dari MKS Pamp SA melihat kondisi saat ini sebagai peluang untuk masuk pasar. Ia menyebut harga emas dan perak telah mencapai “level masuk yang baik”, dan memproyeksikan kisaran perdagangan jangka pendek:

  • Emas: $4.000 – $4.500 per ons

  • Perak: $45 – $50 per ons

Menurut Shiels, kisaran harga ini dapat memberikan pasar waktu untuk bernapas, meningkatkan likuiditas, dan memulihkan dasar-dasar fundamental.

Faktor Tambahan yang Memengaruhi Pasar

1. Penutupan Pasar India

India merupakan pembeli emas terbesar kedua di dunia. Penutupan pasar India selama festival Diwali telah mengurangi likuiditas global, yang pada gilirannya menambah tekanan jual di pasar logam mulia.

2. Pasar Perak dan Utilitas Industrinya

Berbeda dengan emas, perak memiliki utilitas industri yang tinggi. Kenaikannya dalam beberapa minggu terakhir lebih mencolok, dan tekanan jual saat ini menunjukkan bahwa reli tersebut mungkin terlalu cepat.

Penurunan harga perak juga berkaitan dengan peristiwa bersejarah di pasar London, di mana harga perak melampaui rekor tahun 1980 selama masa spekulasi oleh Hunt bersaudara. Ketidakseimbangan antara pasar berjangka New York dan fisik London mendorong pengiriman logam besar-besaran ke ibu kota Inggris.

Pada hari Selasa, Shanghai Futures Exchange mencatat arus keluar terbesar dalam satu hari sejak Februari, menunjukkan distribusi ulang stok logam secara global.

Logam Mulia Lainnya: Platinum dan Paladium

Selain emas dan perak, logam mulia lain seperti platinum dan paladium juga mencatat kerugian signifikan, masing-masing lebih dari 5% pada hari Selasa. Hal ini menunjukkan bahwa aksi jual bukan hanya terbatas pada satu atau dua logam, tetapi merupakan koreksi luas di seluruh sektor logam berharga.

Apakah Ini Akhir dari Reli Emas dan Perak?

Meskipun aksi jual ini tampak dramatis, banyak analis melihatnya sebagai koreksi sehat dalam tren naik jangka panjang. Permintaan bank sentral untuk mendiversifikasi cadangan dari dolar AS kemungkinan akan berlanjut, terutama jika defisit anggaran di negara maju terus melebar.

Investor jangka panjang cenderung melihat logam mulia sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Dengan inflasi yang belum benar-benar terkendali di banyak negara dan suku bunga riil yang masih rendah, emas dan perak tetap menarik sebagai aset lindung nilai.

Prospek Jangka Pendek dan Strategi Investor

Dalam jangka pendek, pasar logam mulia kemungkinan akan bergerak dalam kisaran konsolidasi. Investor disarankan untuk:

  • Menunggu stabilisasi harga sebelum melakukan pembelian besar-besaran

  • Memantau perkembangan kebijakan moneter Federal Reserve

  • Mengamati kondisi geopolitik global terutama hubungan AS-Tiongkok

  • Mencermati permintaan fisik, khususnya dari pasar besar seperti India dan Tiongkok

Kesimpulan: Koreksi Sehat atau Awal Penurunan?

Koreksi tajam dalam harga emas dan perak mencerminkan perpaduan antara realisasi keuntungan, penyesuaian teknikal, serta reaksi terhadap perkembangan ekonomi global. Meskipun menimbulkan kekhawatiran jangka pendek, banyak analis percaya bahwa dasar fundamental untuk logam mulia tetap kuat.

Dengan kondisi makroekonomi global yang masih penuh ketidakpastian, logam mulia kemungkinan tetap menjadi bagian penting dalam portofolio diversifikasi jangka panjang. Namun, kehati-hatian tetap diperlukan, mengingat volatilitas yang tinggi bisa kembali terjadi dalam waktu dekat.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Monday, 20 October 2025

Bestprofit | Emas Terbang Karena Spekulasi Suku Bunga

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-9.jpg

Bestprofit (21/10) – Pada hari Senin (20/10), harga emas mengalami lonjakan lebih dari 2%, dipengaruhi oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve AS serta permintaan berkelanjutan terhadap aset safe haven. Kondisi ini muncul seiring dengan ketidakpastian global yang meningkat, terutama terkait dengan perundingan dagang antara AS dan Tiongkok, serta rilis data inflasi AS yang sangat dinanti pada minggu ini.

Lonjakan Harga Emas Spot dan Emas Berjangka AS

Harga emas spot mengalami kenaikan signifikan, melonjak 2,3% menjadi $4.346,39 per ons pada pukul 13.47 ET (17.46 GMT). Di sisi lain, emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup 3,5% lebih tinggi pada $4.359,40 per ons. Kenaikan harga ini datang setelah penurunan harga pada hari Jumat sebelumnya, yang sempat mencapai rekor tertinggi di $4.378,69, sebelum akhirnya ditutup 1,8% lebih rendah setelah komentar Presiden AS Donald Trump meredakan ketegangan yang berhubungan dengan perdagangan AS-Tiongkok.

Penurunan harga emas pada hari Jumat, yang mencatatkan penurunan terbesar sejak pertengahan Mei, lebih disebabkan oleh komentar optimis dari Presiden Trump yang mengatakan bahwa hubungan dagang dengan Tiongkok bisa membaik, yang menyebabkan pasar merespon secara positif dan harga emas sedikit menurun.

Faktor yang Mendorong Kenaikan Harga Emas

Beberapa faktor utama mendorong kenaikan harga emas ini, salah satunya adalah ketidakpastian politik dan ekonomi global. Jeffrey Christian, Managing Partner CPM Group, mengatakan bahwa meskipun harga emas sempat turun tajam pada hari Jumat, kekhawatiran yang terus berlanjut terkait ketegangan perdagangan, terutama antara AS dan Tiongkok, mendorong investor untuk beralih ke emas sebagai aset safe haven.

“Harapan kami adalah harga emas akan terus naik selama beberapa minggu dan bulan mendatang, bahkan kami tidak akan terkejut jika harga mencapai $4.500/oz dalam waktu dekat,” ujar Christian. Kenaikan ini juga disebabkan oleh kondisi global yang penuh ketidakpastian, yang menyebabkan para investor memilih emas sebagai pelindung nilai.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Penutupan Pemerintah AS yang Memperburuk Ketidakpastian Ekonomi

Salah satu faktor tambahan yang turut mendorong lonjakan harga emas adalah berlanjutnya penutupan pemerintah AS yang memasuki hari ke-20 pada Senin (20/10). Penutupan pemerintah ini terjadi setelah senat gagal untuk mencapai kesepakatan terkait anggaran, yang menyebabkan sejumlah data ekonomi utama tertunda. Ketidakpastian ini memicu investor untuk lebih berhati-hati, meningkatkan permintaan terhadap emas sebagai instrumen yang lebih aman.

Selain itu, penutupan pemerintah ini juga telah menunda rilis data penting, termasuk Indeks Harga Konsumen (CPI) yang dijadwalkan rilis pada Jumat depan. Data CPI ini sangat penting karena akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai inflasi di AS, yang dapat mempengaruhi keputusan kebijakan moneter Federal Reserve. Tanpa data ini, baik investor maupun pembuat kebijakan tidak dapat membuat keputusan yang berbasis data mengenai arah kebijakan ekonomi AS.

Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga oleh Federal Reserve

Pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve menjadi salah satu faktor utama yang mendasari lonjakan harga emas. Para pedagang di pasar futures memperkirakan kemungkinan 99% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan kebijakan pekan depan. Suku bunga yang lebih rendah akan membuat emas semakin menarik bagi investor karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil, sehingga semakin banyak orang beralih ke emas sebagai aset penyimpan nilai.

Di samping itu, ekspektasi bahwa Federal Reserve akan melanjutkan kebijakan pemangkasan suku bunga pada bulan Desember semakin memperkuat pandangan para analis bahwa harga emas masih berpotensi untuk terus menguat dalam beberapa bulan mendatang.

Perundingan Dagang AS-Tiongkok dan Dampaknya pada Emas

Kondisi ketidakpastian global lainnya yang turut mendorong harga emas adalah perkembangan terbaru dalam perundingan dagang antara AS dan Tiongkok. Meskipun ada tanda-tanda positif, seperti pertemuan yang dijadwalkan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping, ketegangan perdagangan masih berpotensi berlarut-larut.

Trump sendiri mengatakan pada hari Jumat bahwa pertemuan dengan Xi Jinping akan tetap dilaksanakan meskipun ada sejumlah hambatan yang terjadi dalam perundingan tersebut. Ketegangan ini menambah ketidakpastian pasar global, yang mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman, seperti emas.

Jeffrey Christian, dari CPM Group, menyatakan bahwa ketegangan politik dan perdagangan antara AS dan Tiongkok, yang tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, akan semakin mendukung kenaikan harga emas. “Saya tidak akan terkejut jika harga emas mencapai $5.000/oz tahun depan, terutama jika ketegangan politik ini terus berlanjut dan masalah politik semakin memburuk,” tambah Christian.

Perak, Platinum, dan Paladium Juga Menguat

Selain emas, harga logam mulia lainnya juga mengalami kenaikan pada hari Senin (20/10). Harga perak spot naik 0,6% menjadi $52,17 per ons, meskipun sempat mengalami penurunan 4,4% pada hari Jumat setelah mencapai rekor tertinggi $54,47. Kenaikan harga perak ini mengikuti jejak emas, di mana logam mulia lainnya turut mendapat manfaat dari meningkatnya permintaan untuk aset safe haven.

Platinum juga menunjukkan kinerja positif dengan harga yang naik 1,9% menjadi $1.640,90 per ons. Begitu pula dengan paladium yang naik 1,5% menjadi $1.496,59 per ons, meskipun harga paladium masih berada di bawah rekor tertinggi yang tercatat sebelumnya.

Prospek Harga Emas ke Depan

Prospek harga emas dalam waktu dekat diprediksi akan terus menunjukkan tren kenaikan, meskipun beberapa faktor, seperti ketegangan politik global dan kebijakan moneter yang masih sangat dinamis, dapat mempengaruhi arah pergerakan harga emas. Namun, dengan adanya ketidakpastian global yang terus berlanjut—baik dalam aspek ekonomi, politik, maupun perdagangan—emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan nilai dalam situasi yang penuh ketidakpastian.

Seiring dengan ekspektasi bahwa suku bunga AS akan terus dipangkas dan ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok belum menunjukkan tanda-tanda mereda, harga emas diprediksi bisa mencapai angka yang lebih tinggi lagi dalam beberapa bulan mendatang. Beberapa analis bahkan menyarankan bahwa harga emas bisa mencapai $5.000 per ons dalam waktu dekat jika ketegangan politik semakin memuncak dan pasar global semakin tidak stabil.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 19 October 2025

Bestprofit | Emas Turun 2% Usai Rekor, Trump Lunak

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (20/10) – Pada hari Jumat, 17 Oktober, harga emas (XAU/USD) sempat mencapai level tertinggi sepanjang masa di $4.379 per ounce, namun setelah itu, harga logam mulia ini turun signifikan hampir 2%, jatuh di bawah $4.250. Penurunan ini dipicu oleh komentar dari Presiden AS, Donald Trump, yang menyatakan bahwa tarif tiga digit terhadap Tiongkok tidak berkelanjutan. Pada saat artikel ini ditulis, harga emas batangan diperdagangkan di kisaran $4.230 hingga $4.240 per ounce. Penurunan harga emas ini menunjukkan fluktuasi yang tajam dalam pasar komoditas, yang sering kali dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi global dan sentimen pasar.

Penyebab Penurunan Harga Emas

Beberapa faktor utama yang memengaruhi penurunan harga emas ini adalah komentar dari Presiden Trump dan perubahan dalam dinamika pasar obligasi AS. Emas, yang sering dianggap sebagai aset aman (safe haven), umumnya menunjukkan pergerakan yang sangat sensitif terhadap perubahan dalam sentimen risiko dan kebijakan moneter global.

1. Komentar Donald Trump Mengenai Tarif terhadap Tiongkok

Komentar Trump tentang tarif yang tidak berkelanjutan terhadap Tiongkok menjadi faktor utama yang memengaruhi pasar. Sebelumnya, pasar memperkirakan bahwa ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok akan memunculkan peningkatan tarif, yang berpotensi merugikan kedua ekonomi besar tersebut. Namun, Trump mengatakan bahwa tarif tiga digit tidaklah layak dan tidak akan diteruskan.

Selain itu, Trump juga menyatakan harapannya untuk dapat bertemu dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, dalam beberapa minggu mendatang di Korea Selatan. Pernyataan ini memperlihatkan adanya potensi perbaikan hubungan perdagangan antara kedua negara besar ini. Dengan adanya kemungkinan pertemuan yang mengarah pada penyelesaian perselisihan perdagangan, sentimen risiko pun mulai membaik. Hal ini menyebabkan pelaku pasar kembali mengalihkan perhatian mereka dari aset aman seperti emas ke instrumen yang lebih berisiko namun lebih menguntungkan, seperti saham dan komoditas lainnya.


Kunjungi juga : bestprofit futures

2. Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

Selain komentar dari Trump, faktor lainnya yang turut memengaruhi pergerakan harga emas adalah kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Imbal hasil obligasi 10 tahun AS naik hampir tiga basis poin pada hari tersebut, sebuah kenaikan yang cukup signifikan. Kenaikan imbal hasil obligasi ini biasanya terjadi ketika investor mulai merasa lebih optimis terhadap prospek ekonomi, dan cenderung mengalihkan dana mereka dari aset aman ke instrumen yang lebih berisiko.

Hal ini juga berhubungan dengan peningkatan selera risiko di pasar keuangan. Ketika imbal hasil obligasi naik, hal itu sering kali mengurangi daya tarik emas, karena emas tidak memberikan hasil atau bunga seperti obligasi. Akibatnya, investor lebih cenderung memilih obligasi atau instrumen keuangan lainnya yang memberikan imbal hasil lebih tinggi.

Dampak Kenaikan Greenback terhadap Harga Emas

Dolar AS (greenback) juga mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan, yang menjadi hambatan bagi harga emas. Emas dan dolar AS sering kali bergerak berlawanan arah. Ketika dolar menguat, emas cenderung melemah, karena harga emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Pemulihan dolar ini turut menambah tekanan terhadap harga emas.

Kebijakan Federal Reserve (Fed) yang Menjadi Sentimen Pasar

Selain faktor-faktor eksternal yang berasal dari komentar Presiden Trump dan pergerakan pasar obligasi, kebijakan moneter AS yang dijalankan oleh Federal Reserve (Fed) juga menjadi perhatian utama para pelaku pasar. Beberapa pejabat Fed baru-baru ini menyampaikan pandangannya tentang arah kebijakan suku bunga dan inflasi.

Alberto Musalem, Gubernur Fed St. Louis, mendukung penurunan suku bunga dalam pertemuan bulan Oktober, namun tetap menekankan komitmennya untuk menjaga target inflasi 2%. Pandangan ini menunjukkan bahwa meskipun ada dorongan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, Fed tetap berhati-hati dalam menurunkan suku bunga agar tidak mengorbankan stabilitas harga.

Di sisi lain, Gubernur Fed Christopher Waller sependapat dengan Musalem, tetapi lebih optimis mengenai keadaan ekonomi. Waller mencatat bahwa meskipun ada beberapa tantangan, ekonomi AS tidak melambat secepat yang diperkirakan sebelumnya. Sementara itu, Neel Kashkari, Gubernur Fed Minneapolis, lebih yakin bahwa ekonomi tidak akan mengalami penurunan yang tajam.

Ketidakpastian terkait kebijakan moneter AS dan pengaruhnya terhadap inflasi membuat pasar lebih berhati-hati. Ini juga memengaruhi harga emas, karena emas sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Ketika pasar meragukan kemampuan Fed untuk menjaga inflasi tetap terkendali, permintaan terhadap emas cenderung meningkat.

Fokus pada Data Ekonomi AS Pekan Depan

Pekan depan, pasar akan menghadapi pekan yang relatif sepi dari rilis data ekonomi AS. Meskipun demikian, ada satu laporan penting yang sangat dinantikan oleh para pelaku pasar, yaitu Indeks Harga Konsumen (IHK) yang akan dirilis pada hari Jumat, pukul 08.30 ET. IHK adalah indikator utama inflasi, dan perubahan yang signifikan dalam angka ini bisa mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga Fed ke depan.

Jika data IHK menunjukkan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, ini bisa meningkatkan harapan pasar bahwa Fed akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunga, yang pada gilirannya akan memberikan tekanan lebih lanjut pada harga emas. Sebaliknya, jika data inflasi lebih rendah dari ekspektasi, ini bisa memperkuat pandangan bahwa Fed akan mempertahankan kebijakan suku bunga yang lebih rendah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, yang berpotensi mendukung harga emas.

Kesimpulan

Penurunan harga emas yang tajam setelah mencapai rekor tertinggi di $4.379 disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk komentar Presiden Trump tentang tarif Tiongkok, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS, dan pergerakan dolar AS. Kenaikan selera risiko dan optimisme pasar terhadap prospek ekonomi global menyebabkan pelaku pasar mulai mengalihkan investasinya dari emas ke aset yang lebih berisiko. Selain itu, kebijakan moneter yang dijalankan oleh Federal Reserve juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi pergerakan harga emas, dengan para pelaku pasar mengantisipasi perkembangan lebih lanjut terkait inflasi dan suku bunga.

Pekan depan, rilis data Indeks Harga Konsumen AS akan menjadi perhatian utama bagi pelaku pasar, karena angka inflasi yang tinggi atau rendah dapat mempengaruhi arah kebijakan moneter dan, pada gilirannya, harga emas. Sebagai aset yang sensitif terhadap faktor-faktor global, harga emas kemungkinan akan terus berfluktuasi seiring dengan perkembangan situasi ekonomi dan geopolitik dunia.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 16 October 2025

Bestprofit | Emas Menguat Terkait Permintaan Safe-Haven

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (17/10) – Emas, sebagai aset safe-haven, kembali menunjukkan kenaikan signifikan pada awal sesi Asia, dipicu oleh sejumlah faktor global yang menambah ketidakpastian ekonomi. Permintaan terhadap logam mulia ini muncul di tengah kekhawatiran baru tentang penipuan kredit yang melibatkan bank-bank regional di Amerika Serikat dan ekspektasi terhadap pelonggaran moneter lebih lanjut dari Federal Reserve (The Fed). Artikel ini akan mengulas secara rinci mengenai penyebab utama kenaikan harga emas, dampaknya terhadap pasar, serta proyeksi untuk pergerakan harga emas ke depan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

1. Kekhawatiran Penipuan Kredit yang Melibatkan Bank-bank Regional AS

Pada hari Kamis, kekhawatiran besar muncul setelah Zions Bancorp, salah satu bank regional terbesar di Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa mereka akan menanggung kerugian besar yang terkait dengan kelompok peminjam yang diduga terlibat dalam penipuan kredit. Penipuan ini melibatkan sekelompok peminjam yang memiliki hubungan dengan berbagai pemberi pinjaman di industri perbankan AS.

Zions Bancorp menyatakan bahwa mereka telah mengidentifikasi potensi kerugian yang cukup besar akibat penipuan ini, yang menyebabkan saham mereka mengalami penurunan. Selain itu, berita ini memicu kecemasan yang lebih luas tentang stabilitas sektor perbankan regional di AS, yang berpotensi berdampak pada perekonomian secara keseluruhan.

Kekhawatiran terhadap kemungkinan keruntuhan lebih lanjut dalam sistem perbankan ini mengingatkan investor akan pentingnya mencari aset yang lebih aman, seperti emas. Sebagai akibatnya, banyak investor mulai mengalihkan portofolio mereka ke emas, yang selama ini dianggap sebagai pelindung nilai yang lebih stabil dalam menghadapi ketidakpastian finansial.

2. Peningkatan Permintaan Safe-Haven di Tengah Ketegangan Perdagangan Global

Selain ketidakpastian yang disebabkan oleh skandal penipuan kredit, ketegangan perdagangan yang meningkat antara berbagai negara juga turut memperburuk sentimen pasar. Meskipun fokus utama perdagangan global pada tahun 2025 telah bergeser, ketegangan tetap ada, terutama antara kekuatan ekonomi besar seperti Amerika Serikat, China, dan Uni Eropa. Ketidakpastian terkait kebijakan perdagangan dan tarif yang lebih tinggi mendorong investor untuk mengurangi eksposur mereka terhadap aset-aset berisiko, seperti saham dan obligasi.

Dalam kondisi seperti ini, emas sering kali dipandang sebagai tempat perlindungan yang ideal, karena harganya cenderung bergerak berlawanan arah dengan pasar saham ketika terjadi ketegangan geopolitik atau ekonomi. Di tengah ketegangan ini, permintaan terhadap emas sebagai safe-haven meningkat pesat, mendongkrak harga emas di pasar global.

3. Ekspektasi Pelonggaran Moneter dari The Fed

Di sisi lain, pelonggaran moneter lebih lanjut dari The Fed juga menjadi faktor penting yang memengaruhi pergerakan harga emas. Menurut Bas Kooijman, CEO dan manajer aset di DHF Capital, ekspektasi pasar bahwa The Fed akan melakukan pelonggaran moneter lebih lanjut untuk mendukung perekonomian AS memberikan dampak positif bagi harga emas.

Ketika bank sentral mengurangi suku bunga atau melakukan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing), hal tersebut akan meningkatkan jumlah uang beredar di pasar. Kebijakan ini dapat menyebabkan depresiasi nilai mata uang, yang pada gilirannya dapat mendorong investor untuk beralih ke emas, yang tidak terpengaruh oleh kebijakan moneter tersebut. Oleh karena itu, prospek pelonggaran lebih lanjut dari The Fed diperkirakan akan terus mendukung permintaan terhadap emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian mata uang.

4. Kenaikan Harga Emas dan Sentimen Pasar

Pada saat berita tentang penipuan kredit dan ketegangan perdagangan muncul, harga emas spot tercatat naik sebesar 0,9%, mencapai harga $4.366,29 per ons pada perdagangan Asia. Bahkan, harga emas sempat menyentuh rekor tertinggi intraday baru di $4.380,79 per ons, menurut data yang tercatat oleh ICE. Kenaikan ini menunjukkan bahwa investor tidak hanya melihat emas sebagai aset safe-haven yang kuat, tetapi juga sebagai instrumen investasi yang menguntungkan di tengah ketidakpastian global.

Kenaikan harga emas ini mencerminkan sentimen pasar yang cenderung lebih konservatif dan hati-hati dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Ketika investor semakin khawatir tentang masa depan ekonomi global, mereka cenderung mengalihkan investasi mereka ke aset yang lebih aman dan tahan terhadap guncangan pasar, seperti emas.

5. Dampak Kebijakan Moneter dan Pasar Emas di Masa Depan

Melihat faktor-faktor yang mendorong permintaan safe-haven untuk emas, proyeksi harga emas ke depan akan sangat bergantung pada kebijakan moneter The Fed dan perkembangan ekonomi global. Jika The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga rendah atau melanjutkan pelonggaran moneter, harga emas berpotensi terus melanjutkan tren kenaikannya.

Selain itu, situasi geopolitik dan ketegangan perdagangan antara negara-negara besar juga akan menjadi faktor kunci yang mempengaruhi harga emas. Ketidakpastian politik dan ekonomi yang berkepanjangan dapat mendorong investor untuk mencari perlindungan dalam bentuk emas, yang menawarkan stabilitas di tengah volatilitas pasar.

Namun, meskipun ada faktor yang mendukung kenaikan harga emas, investor tetap harus berhati-hati terhadap potensi pembalikan pasar yang dapat terjadi jika kondisi ekonomi global membaik atau ketegangan perdagangan mereda. Oleh karena itu, analisis yang cermat terhadap kebijakan moneter dan perkembangan ekonomi global akan sangat penting dalam memprediksi arah harga emas di masa depan.

6. Kesimpulan: Emas sebagai Pelindung Nilai di Tengah Ketidakpastian

Secara keseluruhan, lonjakan harga emas di awal sesi Asia ini mencerminkan tingginya permintaan terhadap aset safe-haven di tengah kekhawatiran baru mengenai penipuan kredit, ketegangan perdagangan, dan ekspektasi terhadap kebijakan moneter yang lebih dovish dari The Fed. Sebagai salah satu instrumen investasi yang paling dikenal dalam hal perlindungan nilai, emas terus menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari stabilitas di tengah ketidakpastian pasar.

Ke depan, harga emas kemungkinan besar akan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti kebijakan moneter, ketegangan geopolitik, dan perubahan dalam sentimen pasar global. Oleh karena itu, meskipun harga emas cenderung naik dalam kondisi ini, para investor harus tetap memantau perkembangan yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 15 October 2025

Bestprofit | Sinyal Bahaya dari Harga Emas?

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (16/10) – Harga emas dunia kembali mencatat performa gemilang pada pekan ini, bertahan di dekat level tertinggi sepanjang masa di tengah meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Di saat bersamaan, ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) semakin memperkuat daya tarik logam mulia tersebut. Dengan lonjakan hampir 5% dalam sepekan, emas bahkan sempat menyentuh rekor baru di level US$4.218,29 per ons pada Rabu lalu — melanjutkan tren reli besar yang telah berlangsung sejak pertengahan Agustus.

Emas Menguat di Tengah Ketidakpastian Global

Kenaikan harga emas bukan sekadar fenomena jangka pendek, melainkan cerminan dari meningkatnya ketidakpastian global yang mendorong investor mencari aset lindung nilai (safe haven). Dalam kondisi ekonomi yang rapuh dan geopolitik yang tegang, emas kembali menjadi primadona.

Ekspektasi bahwa The Fed akan kembali memangkas suku bunga pada akhir Oktober menjadi faktor utama di balik penguatan harga emas. Langkah tersebut diharapkan dapat merangsang perekonomian AS yang mulai menunjukkan tanda-tanda perlambatan, namun secara bersamaan membuat instrumen non-yield seperti emas menjadi lebih menarik bagi investor.

Ketua The Fed, Jerome Powell, telah memberi sinyal bahwa bank sentral akan memangkas suku bunga acuan sebesar seperempat poin. Bagi pasar, pernyataan ini merupakan dorongan kuat untuk membeli emas. Sebab, penurunan suku bunga akan menurunkan imbal hasil obligasi pemerintah dan memperlemah dolar AS — dua faktor yang biasanya berkorelasi negatif dengan harga emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Dampak Ketegangan Dagang AS–Tiongkok terhadap Emas

Selain faktor kebijakan moneter, tensi geopolitik juga berperan besar dalam reli emas kali ini. Presiden AS Donald Trump secara terbuka menyatakan bahwa negaranya kini “terkunci dalam perang dagang” dengan Tiongkok. Pernyataan ini memicu kekhawatiran baru akan perlambatan ekonomi global yang lebih dalam, sekaligus mempertegas risiko terhadap stabilitas rantai pasokan dunia.

Tarif impor yang saling diberlakukan antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut telah menekan sektor manufaktur global, menghambat perdagangan internasional, dan meningkatkan ketidakpastian di pasar modal. Dalam situasi seperti ini, para investor cenderung mengalihkan dana dari aset berisiko seperti saham menuju aset aman seperti emas.

Secara historis, setiap kali ketegangan geopolitik meningkat — baik karena perang dagang, konflik militer, maupun krisis politik — harga emas hampir selalu mengalami kenaikan signifikan. Logam mulia ini dianggap sebagai penyimpan nilai yang dapat diandalkan ketika mata uang atau pasar keuangan bergejolak.

Penutupan Pemerintahan dan Kekhawatiran Defisit AS

Faktor tambahan yang turut memperkuat reli emas adalah penutupan sebagian pemerintahan AS (government shutdown) serta meningkatnya kekhawatiran terhadap lonjakan defisit anggaran negara tersebut. Penundaan pengesahan anggaran dan ketidakpastian fiskal memperlemah kepercayaan pasar terhadap kestabilan ekonomi AS, memicu investor untuk memperbesar kepemilikan emas.

Kondisi ini juga menimbulkan kekhawatiran jangka panjang tentang kemampuan pemerintah AS membiayai defisitnya, terutama di tengah meningkatnya biaya bunga atas utang nasional. Ketika risiko fiskal meningkat, permintaan terhadap aset keras seperti emas — yang nilainya tidak tergantung pada janji pembayaran pemerintah — pun melonjak tajam.

Aksi Beli Besar-Besaran oleh Bank Sentral Dunia

Menariknya, salah satu pendorong utama lonjakan harga emas bukan hanya investor individu, melainkan juga bank-bank sentral dari berbagai negara. Menurut laporan Trafigura Group, permintaan fisik terhadap emas meningkat drastis, dengan sebagian besar pembelian berasal dari bank sentral yang melakukan diversifikasi cadangan devisa mereka.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah negara berkembang seperti Tiongkok, India, Turki, dan Rusia secara konsisten menambah cadangan emasnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Tren ini kini tampak semakin kuat seiring meningkatnya ketegangan geopolitik dan upaya de-dolarisasi di beberapa kawasan.

Aksi beli besar-besaran oleh lembaga-lembaga resmi ini memperketat pasokan emas di pasar global, mempercepat kenaikan harga, dan menciptakan efek domino yang mendorong investor swasta ikut serta dalam reli.

Ketakutan terhadap Utang dan Pencarian Aset Aman

Selain faktor makroekonomi dan kebijakan moneter, meningkatnya risiko utang global juga mendorong investor untuk memperbesar portofolio emas mereka. Dengan tingkat utang korporasi dan pemerintah yang mencapai rekor tertinggi di berbagai negara, muncul kekhawatiran akan potensi krisis keuangan baru jika suku bunga kembali naik di masa depan.

Dalam konteks ini, emas dianggap sebagai pelindung nilai (store of value) yang relatif aman karena tidak memiliki risiko gagal bayar (default risk). Nilainya ditentukan oleh permintaan dan pasokan fisik, bukan oleh kinerja keuangan pihak tertentu. Oleh karena itu, ketika kepercayaan terhadap pasar obligasi menurun, minat terhadap emas biasanya meningkat.

Reli Perak Ikut Menguat di Tengah Kelangkaan Pasokan

Fenomena menarik lainnya di pasar logam mulia adalah lonjakan harga perak, yang naik hingga 3,1% dalam waktu singkat. Kenaikan ini didorong oleh kelangkaan pasokan di pasar London, salah satu pusat perdagangan logam terbesar dunia.

Keterbatasan stok fisik membuat harga perak di pasar spot bahkan melampaui harga kontrak berjangka di New York — situasi yang jarang terjadi dan menandakan tekanan pasokan yang cukup serius. Harga perak sempat menembus level US$53 per ons, menandai titik tertinggi baru yang mencerminkan lonjakan permintaan global di tengah ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi.

Selain berfungsi sebagai aset lindung nilai, perak juga memiliki peran penting dalam industri teknologi, terutama untuk produksi panel surya dan komponen elektronik. Permintaan industri yang tinggi, ditambah dengan keterbatasan pasokan, menciptakan kombinasi ideal bagi kenaikan harga logam ini.

Prospek Emas di Akhir Tahun: Potensi Kenaikan Lebih Lanjut

Dengan berbagai faktor pendorong yang ada — mulai dari ekspektasi pemangkasan suku bunga, ketegangan dagang, hingga aksi beli bank sentral — prospek emas menjelang akhir tahun terlihat tetap positif. Banyak analis memperkirakan bahwa harga emas berpotensi menembus rekor baru jika The Fed benar-benar menurunkan suku bunga pada pertemuan bulan Oktober.

Namun demikian, sejumlah pihak juga mengingatkan bahwa reli yang terlalu cepat dapat memicu aksi ambil untung (profit-taking) dalam jangka pendek. Volatilitas pasar kemungkinan akan meningkat seiring dengan rilis data ekonomi AS dan perkembangan terbaru dalam negosiasi dagang antara Washington dan Beijing.

Bagi investor, strategi yang bijak adalah menjaga diversifikasi portofolio sambil tetap memantau arah kebijakan moneter global. Dalam kondisi ketidakpastian tinggi seperti sekarang, memiliki sebagian aset dalam bentuk emas fisik atau instrumen berbasis emas dapat menjadi langkah perlindungan yang rasional.

Kesimpulan: Emas Kembali Jadi Aset Pelindung Utama

Kenaikan harga emas dunia ke level tertinggi sepanjang masa mencerminkan kombinasi dari berbagai kekuatan global: ketegangan geopolitik, ekspektasi kebijakan moneter longgar, kekhawatiran fiskal, serta permintaan institusional yang kuat. Di tengah ketidakpastian yang meningkat, emas kembali menegaskan perannya sebagai aset lindung nilai paling andal dalam sistem keuangan global.

Sementara itu, lonjakan harga perak menunjukkan bahwa minat terhadap logam mulia secara keseluruhan meningkat, tidak hanya sebagai instrumen investasi tetapi juga karena faktor fundamental pasokan dan permintaan industri.

Apabila kondisi global tetap tidak stabil, bukan tidak mungkin emas akan melanjutkan reli-nya menuju rekor baru di atas US$4.300 per ons, menandai babak baru dalam perjalanan logam mulia sebagai simbol keamanan dan kepercayaan investor di masa-masa sulit.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 14 October 2025

Bestprofit | Rekor Emas di Depan Mata: Siap?

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (15/10) – Pasar logam mulia kembali menjadi sorotan setelah harga emas melonjak mendekati rekor tertingginya. Harga spot emas sempat menyentuh $4.179,70 per ons troi, sebelum sedikit terkoreksi ke kisaran $4.165 per ons. Kenaikan ini mengikuti penutupan sebelumnya yang naik 0,8%, mencerminkan momentum kuat di tengah gejolak global dan kebijakan moneter yang longgar.

Dua faktor utama mendorong reli emas kali ini: ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) dan memanasnya hubungan geopolitik antara Amerika Serikat dan China. Namun, tidak hanya emas yang menunjukkan volatilitas tinggi; perak bahkan sempat melesat melewati $53,54 per ons sebelum berbalik tajam, menggambarkan pasar logam mulia yang saat ini sangat dinamis.

Sinyal The Fed: Peluang Pemangkasan Suku Bunga Semakin Kuat

Ketua The Fed, Jerome Powell, memberi sinyal bahwa pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin sangat mungkin dilakukan dalam waktu dekat. Hal ini membuat pasar obligasi bereaksi cepat: imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS turun ke titik terendah dalam beberapa pekan.

Mengapa ini penting bagi emas? Emas tidak memberikan imbal hasil atau kupon seperti obligasi. Ketika yield turun, opportunity cost memegang emas menjadi lebih rendah, sehingga logam mulia ini menjadi alternatif yang lebih menarik bagi investor. Penurunan yield juga menandakan bahwa pasar menilai ekonomi sedang mengalami perlambatan, atau setidaknya ada cukup kekhawatiran yang mendorong bank sentral mengambil sikap lebih akomodatif.

Ketegangan AS–China Memicu Permintaan Aset Aman

Di luar faktor moneter, pasar global juga sedang dibayangi oleh ketegangan geopolitik, khususnya antara Amerika Serikat dan China. Hubungan kedua negara terus memburuk, tidak hanya karena isu perdagangan, tetapi juga karena persaingan teknologi, keamanan siber, dan klaim wilayah.

Ketegangan ini memicu apa yang dikenal sebagai “flight to safety”, yakni peralihan dana dari aset berisiko seperti saham ke aset aman seperti emas dan perak. Investor global cenderung menempatkan dana mereka di logam mulia saat kondisi politik dan ekonomi global tidak pasti.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Perak Ikut Liar: Menembus Rekor, Lalu Berbalik Tajam

Pergerakan perak lebih ekstrem dibanding emas. Harga perak sempat melonjak di atas $53,54 per ons, level tertingginya dalam sejarah baru-baru ini. Namun tak lama kemudian, harga berbalik tajam karena tekanan pasar dan aksi ambil untung.

Penyebab lonjakan ini sebagian besar berasal dari likuiditas yang ketat di pasar London. Ketatnya pasokan membuat harga acuan London melesat lebih tinggi dibanding kontrak berjangka di New York (COMEX), menciptakan disparitas harga yang tidak biasa.

Namun, situasi mulai stabil setelah biaya meminjam perak — yang sebelumnya sangat tinggi — mulai turun, meskipun masih berada di atas rata-rata normal. Fenomena ini menandakan ketegangan pasokan fisik yang belum sepenuhnya mereda.

Investigasi Section 232: Ancaman Tarif Baru untuk Mineral Krusial

Pasar logam mulia saat ini juga sedang menantikan hasil investigasi Section 232 oleh pemerintah AS, yang menyasar keamanan nasional terkait impor berbagai mineral krusial, termasuk perak, platinum, dan paladium.

Jika hasil investigasi ini menyimpulkan bahwa impor logam-logam tersebut membahayakan industri domestik AS, maka tarif baru bisa diberlakukan. Hal ini tentu saja akan memperketat pasokan global dan mendorong harga lebih tinggi lagi, terutama jika negara pemasok utama seperti Rusia atau China terkena sanksi perdagangan.

Dukungan Fundamental: Beli Bank Sentral dan Arus Masuk ETF

Reli logam mulia tahun ini tidak terjadi dalam ruang hampa. Fundamental pasar menunjukkan bahwa permintaan logam mulia, terutama emas, mengalami lonjakan signifikan. Ada beberapa faktor pendorongnya:

  1. Pembelian besar-besaran oleh bank sentral, terutama negara-negara berkembang yang ingin diversifikasi cadangan devisanya.

  2. Arus masuk dana ke ETF emas dan perak, yang mencerminkan minat investor ritel dan institusi terhadap aset safe haven.

  3. Ketidakpastian makroekonomi, termasuk isu defisit fiskal AS, potensi penutupan pemerintahan (government shutdown), dan sorotan terhadap independensi The Fed.

Empat Logam Mulia Melonjak 58–80% Sepanjang Tahun Ini

Dalam data terkini, harga empat logam mulia utama — emas, perak, platinum, dan paladium — telah melonjak antara 58% hingga 80% sepanjang tahun 2025. Kenaikan yang luar biasa ini merupakan hasil kombinasi berbagai faktor: dari ketegangan geopolitik, pelonggaran moneter, hingga disrupsi pasokan global.

Investor kini tidak hanya memburu emas, tetapi juga logam-logam lainnya yang memiliki nilai strategis dalam sektor industri dan teknologi. Misalnya, paladium dan platinum sangat penting dalam industri otomotif (katalis knalpot), sementara perak memiliki peran vital dalam teknologi panel surya dan perangkat elektronik.

Outlook Ke Depan: Tetap Volatil, Tapi Berpotensi Naik Lagi

Melihat situasi saat ini, pasar logam mulia kemungkinan besar akan tetap volatil dalam jangka pendek, tetapi tren jangka menengah hingga panjang masih menunjukkan potensi kenaikan. Beberapa alasan mendukung pandangan ini:

  • The Fed kemungkinan belum selesai menurunkan suku bunga, apalagi jika data ekonomi memburuk.

  • Geopolitik global belum menunjukkan tanda-tanda mereda, terutama dengan pemilu AS yang semakin dekat dan kebijakan luar negeri yang bisa berubah drastis.

  • Permintaan fisik logam mulia tetap tinggi, baik dari sektor industri maupun dari investor institusi.

Namun, penting untuk diingat bahwa pasar juga rentan terhadap koreksi tajam, terutama jika muncul sentimen risk-on yang kuat atau jika ada intervensi kebijakan yang mengejutkan.

Kesimpulan: Emas dan Logam Mulia Kembali Jadi Primadona

Harga emas yang mendekati rekor dan lonjakan ekstrem perak menunjukkan bahwa logam mulia kembali menjadi aset favorit di tengah ketidakpastian global. Dukungan dari kebijakan The Fed dan ketegangan geopolitik memperkuat narasi bahwa logam mulia tetap relevan sebagai lindung nilai (hedge) terhadap risiko sistemik.

Dengan latar belakang ini, investor disarankan untuk tetap waspada terhadap volatilitas jangka pendek, namun tidak mengabaikan potensi keuntungan jangka panjang dari eksposur terhadap logam mulia, baik melalui instrumen fisik, ETF, maupun saham tambang.

 
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures