
Bestprofit (23/10) – Harga emas kembali mengalami tekanan pada awal sesi perdagangan Asia setelah kontrak berjangka emas Comex untuk pengiriman bulan depan mencatat penurunan untuk sesi kedua berturut-turut pada perdagangan sebelumnya. Setelah lonjakan signifikan pada pekan lalu, para investor kini tampak mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking), menyebabkan harga logam mulia itu bergerak melemah.
Menurut tim Riset Sucden Financial, pelemahan harga emas kali ini lebih disebabkan oleh koreksi teknikal dan normalisasi sentimen pasar ketimbang oleh perubahan fundamental ekonomi yang mendasar. Harga emas spot tercatat turun 0,2% menjadi $4.089,65 per ons, mencerminkan berkurangnya arus masuk ke aset safe haven yang sebelumnya sempat melonjak akibat ketidakpastian global.
Latar Belakang: Kenaikan Spekulatif dan Koreksi Pasar
Kenaikan harga emas pada pekan sebelumnya sebagian besar didorong oleh sentimen spekulatif yang kuat. Banyak investor beralih ke emas untuk melindungi portofolio mereka dari potensi risiko geopolitik dan ekonomi global. Kenaikan tajam itu juga diperkuat oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve AS mungkin akan mempertahankan suku bunga tetap rendah dalam waktu dekat, sehingga mengurangi daya tarik dolar AS dan obligasi pemerintah dibandingkan emas.
Namun, setelah reli cepat tersebut, pasar mulai menilai kembali posisi mereka. Beberapa pelaku pasar memutuskan untuk merealisasikan keuntungan, terutama karena belum ada pemicu baru yang cukup kuat untuk mendorong harga emas ke level yang lebih tinggi lagi.
Tim analis Sucden Financial menilai bahwa pergerakan ini merupakan reaksi wajar dari pasar yang tengah mencari keseimbangan setelah lonjakan yang terlalu cepat. “Sebagian besar penurunan ini mencerminkan aksi ambil untung dan berkurangnya arus masuk aset safe haven, bukan perubahan mendasar dalam fundamental makro atau imbal hasil obligasi,” ujar mereka dalam laporan risetnya.
Faktor Utama Penurunan: Aksi Ambil Untung dan Arus Modal
1. Aksi Ambil Untung Setelah Lonjakan Cepat
Setelah harga emas mencatatkan reli tajam minggu lalu, sebagian besar investor jangka pendek memilih untuk mengamankan keuntungan mereka. Hal ini adalah fenomena umum dalam perdagangan komoditas, terutama ketika harga telah naik signifikan dalam waktu singkat.
Aksi ambil untung tersebut menciptakan tekanan jual tambahan yang mendorong harga turun sementara, meskipun fundamental emas masih relatif kuat. Banyak analis melihat penurunan ini bukan sebagai tanda pelemahan jangka panjang, melainkan sebagai proses konsolidasi sebelum pasar menentukan arah berikutnya.
2. Berkurangnya Arus Masuk ke Aset Safe Haven
Selain aksi ambil untung, berkurangnya minat terhadap aset safe haven juga turut menekan harga emas. Pada minggu lalu, ketegangan geopolitik dan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global membuat investor beralih ke emas sebagai tempat berlindung yang aman.
Namun, ketika situasi mulai terlihat lebih stabil dan indeks saham global menunjukkan pemulihan, sebagian modal yang sebelumnya mengalir ke emas kini mulai kembali ke aset berisiko seperti saham dan obligasi korporasi. Perubahan arus modal ini turut memperlemah permintaan terhadap logam mulia tersebut.
Peran Imbal Hasil Obligasi AS dan Kebijakan Moneter
Menariknya, meskipun harga emas turun, imbal hasil obligasi pemerintah AS (US Treasury yields) masih berada di level yang relatif rendah. Biasanya, imbal hasil obligasi yang lebih tinggi akan menekan harga emas karena logam mulia tidak memberikan imbal hasil bunga. Namun kali ini, penurunan emas tidak dipicu oleh faktor tersebut.
Tim riset Sucden Financial menegaskan bahwa imbal hasil obligasi pemerintah AS yang tetap rendah masih memberikan dukungan mendasar bagi harga emas. Artinya, meskipun terjadi koreksi harga dalam jangka pendek, secara struktural emas masih memiliki potensi untuk mempertahankan posisinya di level tinggi dalam jangka menengah hingga panjang.
Selain itu, kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia, khususnya Federal Reserve, akan tetap menjadi faktor penentu arah harga emas. Jika The Fed menunda pemangkasan suku bunga lebih lanjut atau memberikan sinyal kebijakan yang lebih longgar, hal ini dapat memperkuat permintaan emas karena biaya peluang untuk memegang aset non-yield seperti emas menjadi lebih rendah.
Ketidakpastian Makro yang Berkelanjutan
Di tengah kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil, ketidakpastian makro masih menjadi faktor utama yang menopang harga emas. Sejumlah isu seperti perlambatan ekonomi Tiongkok, ketegangan di Timur Tengah, dan prospek pertumbuhan global yang lemah terus menciptakan lingkungan yang mendukung bagi aset safe haven.
Bahkan dengan adanya koreksi saat ini, banyak analis memandang bahwa emas tetap menjadi instrumen lindung nilai (hedging instrument) yang penting terhadap volatilitas pasar dan inflasi. Ketika volatilitas meningkat atau risiko resesi kembali mencuat, permintaan terhadap emas diperkirakan akan pulih.
Pandangan Analis dan Prospek Ke Depan
Sejumlah analis memperkirakan bahwa koreksi harga emas kali ini bersifat sementara. Mereka menilai pasar masih berada dalam tren naik jangka menengah selama harga tetap bertahan di atas level teknikal penting.
Menurut analis di beberapa lembaga keuangan besar, harga emas diperkirakan akan tetap kuat di tengah ketidakpastian arah kebijakan moneter dan prospek ekonomi global. Faktor-faktor seperti:
-
Permintaan fisik dari Tiongkok dan India, dua konsumen emas terbesar dunia;
-
Pembelian emas oleh bank sentral, yang terus meningkat dalam dua tahun terakhir;
-
serta melemahnya dolar AS di tengah ekspektasi kebijakan moneter longgar;
semuanya diperkirakan akan memberikan dukungan tambahan bagi harga emas dalam jangka panjang.
Namun, volatilitas jangka pendek tetap perlu diwaspadai. Jika data ekonomi AS menunjukkan perbaikan yang lebih cepat dari perkiraan dan mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga, maka tekanan terhadap emas bisa meningkat kembali.
Analisis Teknis: Level Kunci yang Perlu Diperhatikan
Secara teknikal, para trader emas saat ini memantau beberapa level penting. Area $4.050–$4.100 per ons menjadi zona support utama yang perlu dijaga agar tren naik tetap utuh. Jika harga mampu bertahan di atas level ini, peluang rebound ke arah $4.150–$4.200 per ons masih terbuka.
Namun, bila tekanan jual berlanjut dan harga menembus di bawah $4.000 per ons, maka risiko koreksi lebih dalam bisa meningkat. Dalam kondisi tersebut, pasar mungkin akan menguji ulang area konsolidasi sebelumnya di sekitar $3.950 per ons sebelum mencari arah baru.
Kesimpulan: Koreksi Sehat di Tengah Dukungan Fundamental
Penurunan harga emas di awal sesi Asia mencerminkan fase koreksi alami setelah reli yang cukup agresif pada minggu lalu. Aksi ambil untung dan berkurangnya arus masuk ke aset safe haven menjadi pemicu utama pelemahan kali ini, sementara faktor fundamental seperti imbal hasil obligasi yang rendah dan ketidakpastian makro tetap menjadi penopang harga.
Meskipun jangka pendek terlihat melemah, prospek jangka menengah dan panjang untuk emas masih cukup positif. Permintaan global yang kuat, kondisi moneter longgar, dan ketidakpastian geopolitik berpotensi menjaga minat investor terhadap logam mulia ini.
Dengan demikian, fase penurunan ini bisa dianggap sebagai “koreksi sehat” dalam tren naik yang lebih luas, bukan sebagai tanda pembalikan arah secara permanen. Bagi investor jangka panjang, penurunan semacam ini sering kali dilihat sebagai peluang untuk akumulasi posisi, terutama jika sentimen makro tetap mendukung.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!