Wednesday, 5 November 2025

Bestprofit | Emas Menguat Saat Investor Hindari Risiko

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/Emas_Wait_and_See_Jelang_Jackson_Hole-1.jpg

Bestprofit (6/11) – Harga emas dunia menguat tajam pada perdagangan Rabu (5/11), mencatat kenaikan lebih dari 1% di tengah meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven. Kenaikan ini terjadi meski data ketenagakerjaan swasta Amerika Serikat (AS) menunjukkan hasil yang lebih kuat dari perkiraan, yang biasanya menekan harga logam mulia karena mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga.

Kinerja Harga Emas di Pasar Global

Pada perdagangan sore waktu setempat (1930 GMT), emas spot naik 1,3% ke level $3.983,89 per ons, sementara kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Desember menguat 0,8% dan ditutup di $3.992,90 per ons.

Kenaikan harga ini menunjukkan bahwa investor kembali beralih ke emas setelah penurunan tajam yang sempat terjadi sehari sebelumnya, di mana logam mulia ikut terkoreksi bersama pasar saham dan aset berisiko lainnya.

Tai Wong, seorang pedagang logam independen yang berbasis di New York, mengatakan bahwa penguatan emas kali ini menandakan adanya ketenangan di kalangan investor bullish.

“Emas dan perak menguat tipis meski laporan payroll swasta ADP lebih kuat dari perkiraan, yang saat ini menjadi indikator ketenagakerjaan terluas terbaik mengingat adanya penutupan (pemerintah). Ini memberi ketenangan bagi kubu bull yang kemarin terkejut karena logam ikut turun bersama aset berisiko,” ujar Wong.

https://best-profit-futures-malang.com/bestprofit-emas-menguat-di-tengah-pemulihan/

Data Payroll Swasta AS Menguat, tapi Investor Tetap Waspada

Kenaikan harga emas terjadi setelah laporan ketenagakerjaan swasta ADP menunjukkan peningkatan 42.000 pekerjaan baru pada Oktober, melampaui ekspektasi pasar sebesar 28.000 pekerjaan berdasarkan survei Reuters.

Secara historis, data ketenagakerjaan yang kuat dapat menjadi sinyal bagi Federal Reserve (The Fed) untuk menahan diri dalam memangkas suku bunga. Suku bunga tinggi biasanya membuat aset tanpa imbal hasil seperti emas menjadi kurang menarik. Namun, kali ini pasar tampak lebih fokus pada risiko ekonomi dan gejolak pasar saham ketimbang pada data makroekonomi semata.

“Pasar kerja yang masih kuat memang dapat menahan langkah pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Namun kekhawatiran terhadap valuasi saham dan ketidakpastian global membuat investor mencari perlindungan,” tulis laporan pasar harian Kitco Metals.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pasar Saham Melemah dari Rekor Tertinggi

Pada hari yang sama, indeks saham utama AS menunjukkan pelemahan setelah sebelumnya mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Investor mulai mempertanyakan apakah reli yang didorong oleh euforia kecerdasan buatan (AI) dan stimulus moneter sudah terlalu jauh.

Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, menjelaskan bahwa permintaan terhadap emas meningkat seiring munculnya kekhawatiran terhadap potensi gelembung pasar saham.

“Sebagian permintaan safe haven muncul di pertengahan pekan karena pasar saham global masih goyah di tengah pandangan bahwa saham AS dinilai terlalu tinggi dan ada gelembung saham AI,” ujar Wyckoff.

Kondisi ini memperkuat persepsi bahwa sebagian pelaku pasar mulai mengambil langkah lindung nilai terhadap potensi koreksi di pasar ekuitas, terutama setelah valuasi beberapa saham teknologi dinilai tidak lagi mencerminkan fundamentalnya.

Kebijakan The Fed dan Prospek Suku Bunga ke Depan

Salah satu faktor yang juga mendukung penguatan harga emas adalah kebijakan moneter terbaru dari The Fed. Bank sentral AS tersebut memangkas suku bunga acuan pekan lalu, dengan Ketua Jerome Powell memberi sinyal bahwa pemangkasan itu mungkin menjadi yang terakhir untuk tahun ini.

Langkah The Fed tersebut disambut positif oleh pasar keuangan global, namun tidak semua pelaku pasar yakin bahwa siklus pelonggaran akan berlanjut. Saat ini, peluang pemangkasan suku bunga tambahan pada Desember diperkirakan turun menjadi 63%, dari sebelumnya lebih dari 90% seminggu sebelumnya, menurut data CME FedWatch Tool.

Bagi emas, prospek suku bunga tetap menjadi faktor penentu utama. Dalam lingkungan suku bunga rendah, biaya peluang memegang emas—yang tidak memberikan imbal hasil—menjadi lebih kecil, sehingga mendorong permintaan. Sebaliknya, jika suku bunga bertahan tinggi, investor cenderung beralih ke aset berimbal hasil seperti obligasi pemerintah.

Emas Sebagai Aset Safe Haven di Tengah Ketidakpastian

Meningkatnya ketidakpastian global menjadi faktor kunci di balik lonjakan permintaan emas. Investor kini berhadapan dengan kombinasi faktor risiko: volatilitas pasar saham, ketegangan perdagangan, serta ketidakpastian politik di AS menjelang tahun pemilu.

Selain itu, sidang Mahkamah Agung AS pada Rabu sore turut menjadi sorotan pasar. Sidang tersebut membahas legalitas tarif impor era Presiden Donald Trump, setelah pengadilan yang lebih rendah memutuskan bahwa pemerintah saat itu telah melampaui kewenangannya ketika memberlakukan bea berdasarkan undang-undang darurat.

Keputusan dalam kasus ini berpotensi berdampak besar terhadap kebijakan perdagangan AS ke depan. Jika tarif tersebut dinyatakan ilegal, pasar mungkin menafsirkan adanya penurunan risiko inflasi jangka menengah. Namun, ketidakpastian politik dan hukum di sekitar kebijakan perdagangan masih menambah sentimen kehati-hatian di kalangan investor.

Kinerja Logam Mulia Lain: Perak, Platinum, dan Paladium

Tidak hanya emas, logam mulia lainnya juga mengalami penguatan pada perdagangan Rabu. Harga perak spot melonjak 2,2% ke $48,13 per ons, sementara platinum naik 1,7% ke $1.561,65, dan paladium menguat 2,4% ke $1.424,22 per ons.

Pergerakan ini menunjukkan bahwa sentimen positif terhadap logam mulia secara umum meningkat, seiring meningkatnya minat investor terhadap aset yang dianggap lebih stabil dibanding saham.

Perak, misalnya, tidak hanya diperdagangkan sebagai aset investasi tetapi juga memiliki permintaan industri yang kuat, terutama dari sektor energi terbarukan dan elektronik. Dengan meningkatnya harapan terhadap pemulihan manufaktur global, perak berpotensi mempertahankan momentumnya.

Analisis dan Prospek Ke Depan

Dalam jangka pendek, arah harga emas akan sangat bergantung pada data ekonomi AS berikutnya, terutama laporan non-farm payrolls (NFP) dan inflasi. Jika data menunjukkan perlambatan ekonomi, ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga tambahan dapat meningkat, yang pada akhirnya memberikan dorongan baru bagi emas.

Namun, jika ekonomi AS tetap kuat dan inflasi bertahan di atas target, maka peluang The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi akan meningkat—yang dapat menekan harga emas kembali ke bawah level psikologis $3.900 per ons.

Beberapa analis memperkirakan bahwa volatilitas emas akan tetap tinggi hingga akhir tahun. Ketidakpastian politik di AS, arah kebijakan moneter global, serta pergerakan dolar AS akan terus menjadi faktor dominan.

Kesimpulan

Kenaikan harga emas lebih dari 1% pada Rabu (5/11) mencerminkan pergeseran sentimen investor menuju aset aman di tengah ketidakpastian pasar keuangan global. Meskipun data ketenagakerjaan swasta AS menunjukkan kekuatan ekonomi, faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik, kekhawatiran atas gelembung saham AI, dan prospek suku bunga masih menjadi pendorong utama permintaan logam mulia.

Dengan suku bunga yang kemungkinan tetap tinggi dalam jangka pendek dan pasar saham yang menunjukkan tanda-tanda kelelahan, emas diperkirakan akan tetap menjadi aset favorit bagi investor yang mencari perlindungan nilai. Jika ketidakpastian global berlanjut, tidak tertutup kemungkinan harga emas akan kembali menguji level psikologis $4.000 per ons dalam waktu dekat.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 4 November 2025

Bestprofit | Emas Menguat di Tengah Pemulihan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/Emas_Naik_dari_Level_Rendah_Dua_Minggu-1.jpg

Bestprofit (5/11) – Harga emas dunia kembali mencatatkan penguatan tipis di tengah kondisi pasar yang penuh ketidakpastian. Setelah sempat terkoreksi 1,3% pada penutupan perdagangan berjangka sebelumnya, logam mulia ini menunjukkan tanda-tanda pemulihan teknis. Menurut analis pasar komoditas, pergerakan ini mencerminkan fase konsolidasi alami setelah reli panjang, sekaligus reaksi terhadap sinyal yang beragam dari kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).

Konsolidasi Emas Setelah Koreksi Tajam

Harga emas berjangka bulan depan sempat turun 1,3% dalam perdagangan semalam, memicu kekhawatiran sementara di kalangan investor. Namun, analis TD Securities, Bart Melek, menilai bahwa kondisi tersebut bukanlah sinyal negatif, melainkan bagian dari proses konsolidasi harga setelah lonjakan signifikan dalam beberapa bulan terakhir.

Melek memperkirakan bahwa emas akan bergerak dalam kisaran $3.800–$4.050 per ons untuk sementara waktu. Kisaran ini dianggap sebagai level teknikal penting yang menunjukkan upaya pasar dalam mencari keseimbangan baru antara tekanan jual jangka pendek dan sentimen positif jangka menengah.

“Tidak terlalu mengejutkan melihat logam mulia ini berkonsolidasi di kisaran perdagangan yang lebih rendah,” ujar Melek dalam laporan risetnya. Ia menambahkan bahwa investor sedang menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai arah suku bunga The Federal Reserve (The Fed), yang belakangan ini menjadi faktor utama penggerak harga emas.

Faktor-Faktor yang Menggerus Sentimen Bullish

Selama beberapa bulan terakhir, emas menikmati momentum bullish yang kuat. Ketegangan geopolitik, kekhawatiran inflasi yang membandel, dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral dunia telah mendorong harga logam mulia ini ke rekor tertinggi baru. Namun, Melek menilai bahwa “lingkungan pasar emas yang sempurna” tersebut kini mulai terkikis oleh sejumlah faktor baru.


Kunjungi juga : bestprofit futures

1. Ambiguitas Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Salah satu penyebab utama pergeseran sentimen adalah ketidakpastian mengenai waktu dan besarnya pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Sebelumnya, pasar memperkirakan bahwa bank sentral AS akan mulai memangkas suku bunga pada akhir tahun 2025, namun data ekonomi terbaru yang menunjukkan ketahanan ekonomi AS membuat The Fed lebih berhati-hati.

Ketika suku bunga tetap tinggi lebih lama, imbal hasil obligasi AS (Treasury yield) juga cenderung naik. Hal ini menekan harga emas karena logam mulia tidak memberikan imbal hasil bunga, sehingga menjadi kurang menarik dibandingkan aset pendapatan tetap.

Dengan kata lain, semakin lama The Fed menunda pemangkasan suku bunga, semakin berat tekanan terhadap emas di jangka pendek.

2. Kekhawatiran terhadap Kebijakan Bank Sentral

Selain The Fed, sejumlah bank sentral besar lainnya—termasuk Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan (BoJ)—juga menunjukkan sikap yang lebih hati-hati dalam pelonggaran moneter. Hal ini menimbulkan ketidakpastian di pasar global dan mendorong volatilitas di berbagai aset, termasuk logam mulia.

Di sisi lain, pembelian emas oleh bank sentral dunia, yang sempat menjadi pendorong kuat harga pada awal 2025, mulai melambat. Beberapa negara pengimpor besar seperti Tiongkok dan Turki tampak menurunkan volume pembelian mereka karena kondisi pasar domestik yang melemah dan kebutuhan untuk menstabilkan mata uang masing-masing.

3. Perubahan Pola Pembelian Ritel di Tiongkok

Tiongkok, sebagai konsumen emas terbesar di dunia, memainkan peran penting dalam menentukan arah harga logam mulia ini. Menurut Melek, pembelian ritel di Tiongkok belakangan menunjukkan tren melambat. Faktor-faktor seperti pelemahan ekonomi domestik, pasar properti yang lesu, serta ketidakpastian kebijakan pemerintah membuat permintaan emas perhiasan dan investasi menurun.

Meski demikian, penurunan tersebut lebih bersifat sementara. Dalam jangka panjang, permintaan dari Tiongkok diperkirakan akan kembali meningkat seiring stabilisasi ekonomi dan kebangkitan daya beli masyarakat.

Pemulihan Teknis: Sinyal Bullish yang Mulai Terbentuk

Meski menghadapi sejumlah hambatan fundamental, beberapa indikator teknikal menunjukkan bahwa emas mulai membangun fondasi untuk kenaikan berikutnya. Penguatan tipis 0,1% menjadi $3.934,70 per ons dalam perdagangan terakhir menunjukkan minat beli yang perlahan meningkat di area support.

Analis teknikal menilai bahwa selama harga emas mampu bertahan di atas level $3.800, tren jangka menengah tetap positif. Volume transaksi yang stabil dan pola pergerakan harga yang membentuk “higher low” juga menandakan potensi pembalikan arah dalam waktu dekat.

Melek memperkirakan bahwa setelah fase konsolidasi ini berakhir, emas berpeluang mencatat rekor kuartalan baru di atas $4.400 per ons pada paruh pertama tahun 2026. Proyeksi ini didukung oleh ekspektasi melemahnya dolar AS, penurunan suku bunga global, serta meningkatnya permintaan aset lindung nilai di tengah ketegangan geopolitik yang masih tinggi.

Faktor Fundamental yang Dapat Mendorong Kenaikan Emas

Untuk memahami potensi kenaikan harga emas ke depan, perlu melihat lebih jauh pada faktor-faktor fundamental yang mendasarinya. Berikut beberapa aspek yang kemungkinan besar akan menjadi pendorong utama:

1. Inflasi yang Masih Sulit Dikendalikan

Meskipun inflasi global mulai menunjukkan tanda-tanda moderasi, sejumlah negara besar masih berjuang mengendalikan harga-harga yang tinggi. Harga energi dan pangan yang berfluktuasi, ditambah gangguan rantai pasok akibat konflik geopolitik, berpotensi menahan inflasi di atas target. Dalam kondisi seperti ini, emas menjadi aset pelindung nilai yang paling diminati investor.

2. Ketegangan Geopolitik dan Ketidakstabilan Politik

Konflik di Timur Tengah, tensi antara AS–Tiongkok, serta ketidakpastian politik di beberapa negara berkembang, terus menambah daya tarik emas sebagai aset aman (safe haven). Setiap kali terjadi eskalasi konflik atau guncangan geopolitik, harga emas cenderung naik karena investor beralih ke aset yang lebih stabil.

3. Diversifikasi Cadangan Bank Sentral

Tren global menunjukkan bahwa banyak bank sentral mulai menambah cadangan emas sebagai langkah diversifikasi dari dolar AS. Jika tren ini berlanjut, permintaan institusional akan menjadi salah satu faktor penopang kuat bagi harga emas di tahun-tahun mendatang.

Prospek Harga Emas Hingga 2026

Berdasarkan pandangan Bart Melek dan sejumlah analis lainnya, arah jangka panjang emas masih menunjukkan kecenderungan positif. Setelah periode konsolidasi di kisaran $3.800–$4.050, harga diperkirakan akan menembus resistance utama dan mencapai rata-rata di atas $4.400 per ons pada paruh pertama 2026.

Kondisi tersebut akan didorong oleh kombinasi faktor fundamental seperti penurunan suku bunga, melemahnya dolar AS, dan meningkatnya permintaan fisik dari Asia. Investor institusional juga diperkirakan akan kembali menambah posisi di aset logam mulia sebagai bagian dari strategi lindung nilai terhadap risiko sistemik.

Namun, Melek mengingatkan bahwa volatilitas tetap akan tinggi. Setiap perubahan arah kebijakan The Fed atau data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan bisa memicu koreksi sementara di pasar emas.

Kesimpulan: Emas Tetap Jadi Pilihan Strategis di Tengah Ketidakpastian

Secara keseluruhan, meskipun emas tengah berada dalam fase konsolidasi, prospek jangka menengah hingga panjang tetap positif. Penguatan tipis yang terjadi saat ini menandai awal dari potensi pemulihan teknis setelah koreksi singkat.

Faktor-faktor seperti ketidakpastian kebijakan moneter, kekhawatiran inflasi, serta meningkatnya risiko geopolitik akan terus menjadi pendorong utama bagi kenaikan harga emas di masa mendatang. Dengan proyeksi harga rata-rata di atas $4.400 per ons pada 2026, logam mulia ini tetap menjadi salah satu aset paling strategis bagi investor yang mencari stabilitas dan perlindungan nilai dalam lanskap ekonomi global yang bergejolak.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
 

bestprofit futures
 

Monday, 3 November 2025

Bestprofit | Emas Terkoreksi karena Kekhawatiran Tiongkok

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/Emas_Diam_di_Tempat_Mata_Investor_Tertuju_ke_Jack-1.jpg

Bestprofit (4/11) – Harga emas global kembali mengalami pelemahan pada awal sesi perdagangan Asia. Sentimen pasar tertekan oleh kekhawatiran atas berakhirnya insentif pajak yang sebelumnya diberlakukan oleh Kementerian Keuangan Tiongkok untuk penjualan logam mulia. Kebijakan baru ini, yang efektif per 1 November 2025, menimbulkan kekhawatiran akan menurunnya permintaan emas dari konsumen dan pelaku industri di negara tersebut — salah satu pasar emas terbesar di dunia.

1. Pelemahan Harga Emas di Awal Sesi Asia

Pada perdagangan Selasa pagi waktu Asia, harga emas spot turun sebesar 0,2% menjadi US$3.997,62 per ons troi. Meski penurunan ini terlihat tipis secara persentase, pergerakan harga tersebut menunjukkan adanya kekhawatiran yang nyata di kalangan investor mengenai arah kebijakan ekonomi Tiongkok terhadap sektor logam mulia.

Emas berjangka di bursa Comex juga mengikuti tren serupa, dengan penurunan tipis sekitar 0,15% di awal sesi. Aktivitas perdagangan yang relatif tenang menggambarkan sikap hati-hati pelaku pasar, menunggu kejelasan lebih lanjut dari otoritas Tiongkok terkait implementasi dan dampak nyata kebijakan tersebut terhadap rantai pasok logam mulia domestik.


Kunjungi juga : bestprofit futures

2. Latar Belakang Kebijakan Insentif Pajak Tiongkok

Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah Tiongkok telah memberikan sejumlah insentif pajak untuk transaksi emas dan logam mulia lainnya, dengan tujuan mendorong aktivitas perdagangan dan memperkuat posisi Tiongkok sebagai salah satu pusat perdagangan emas terbesar dunia.

Insentif ini mencakup potongan pajak pertambahan nilai (PPN) dan kemudahan bagi pedagang besar atau lembaga keuangan yang terlibat dalam pembelian emas batangan. Dengan diberlakukannya kebijakan baru per November 2025, insentif tersebut secara resmi dihentikan.

Keputusan ini diperkirakan merupakan bagian dari langkah pemerintah untuk menstabilkan penerimaan fiskal dan mencegah potensi spekulasi berlebihan di pasar logam mulia. Namun, bagi pelaku industri, langkah ini justru menimbulkan kekhawatiran akan penurunan minat beli, terutama di segmen grosir dan manufaktur perhiasan.

3. Potensi Dampak terhadap Permintaan Emas di Tiongkok

Sebagai negara konsumen emas terbesar di dunia bersama India, Tiongkok memiliki peranan penting dalam menentukan arah harga emas global. Dengan berakhirnya insentif pajak, pelaku pasar memperkirakan akan terjadi perlambatan permintaan dari pengguna akhir, seperti produsen perhiasan, investor ritel, dan lembaga keuangan.

Menurut Daniel Ghali dari TD Securities, aturan baru ini “berpotensi mengurangi permintaan emas grosir bagi pengguna akhir,” karena meningkatnya biaya transaksi dan berkurangnya margin keuntungan bagi pelaku usaha.

Lebih jauh, Ghali menambahkan bahwa “aturan baru ini dapat berdampak signifikan pada ekosistem emas di Tiongkok,” termasuk terhadap aktivitas perdagangan di Shanghai Gold Exchange (SGE) dan sektor manufaktur perhiasan yang sangat bergantung pada bahan baku logam mulia tersebut.

4. Reaksi Pasar dan Investor Global

Pasar global merespons berita ini dengan hati-hati. Investor cenderung mengurangi eksposur terhadap aset berisiko tinggi dan melakukan rotasi sementara ke instrumen lain seperti dolar AS dan obligasi pemerintah.

Indeks dolar AS menunjukkan penguatan tipis di tengah meningkatnya permintaan aset safe haven non-logam. Sementara itu, yield obligasi AS tenor 10 tahun juga naik beberapa basis poin, menandakan adanya pergeseran sentimen dari emas ke instrumen pendapatan tetap.

Namun, beberapa analis melihat pelemahan emas kali ini sebagai koreksi jangka pendek, bukan perubahan tren jangka panjang. “Permintaan emas sebagai aset lindung nilai masih kuat, terutama di tengah ketidakpastian geopolitik dan potensi perlambatan ekonomi global,” ujar seorang analis di Bloomberg Intelligence.

5. Kondisi Fundamental Pasar Emas Global

Secara fundamental, pasar emas masih ditopang oleh beberapa faktor positif, seperti:

  1. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa Timur yang masih berlangsung.

  2. Kebijakan suku bunga bank sentral global, terutama Federal Reserve, yang mulai mendekati fase pelonggaran.

  3. Permintaan investasi jangka panjang, baik melalui ETF emas maupun pembelian fisik oleh bank sentral di berbagai negara berkembang.

Namun, faktor tekanan dari sisi permintaan ritel — terutama dari Tiongkok — bisa menahan kenaikan harga dalam waktu dekat. Sebagai ilustrasi, Tiongkok menyumbang lebih dari 25% konsumsi emas global setiap tahunnya. Penurunan permintaan di negara tersebut dapat menyebabkan penyesuaian harga global dalam beberapa bulan mendatang.

6. Implikasi bagi Pelaku Industri dan Investor

Bagi pelaku industri perhiasan dan perdagangan logam mulia, perubahan kebijakan fiskal Tiongkok ini memaksa mereka untuk menyesuaikan strategi bisnis. Pabrikan mungkin akan menekan volume produksi atau mencari efisiensi biaya untuk mengimbangi kenaikan harga input.

Sementara itu, investor di pasar global menghadapi dilema. Di satu sisi, berkurangnya permintaan di Tiongkok dapat menekan harga emas dalam jangka pendek. Namun di sisi lain, pelemahan harga dapat menjadi peluang akumulasi bagi investor jangka panjang, terutama yang memandang emas sebagai aset pelindung nilai terhadap inflasi dan ketidakstabilan ekonomi.

Banyak analis memprediksi bahwa harga emas akan tetap bergerak di kisaran US$3.950–4.050 per ons troi dalam jangka pendek, dengan potensi rebound apabila sentimen global kembali membaik atau terjadi pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral utama dunia.

7. Pandangan ke Depan: Arah Emas Setelah Kebijakan Baru

Ke depan, dinamika harga emas akan sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama:

  1. Kebijakan lanjutan dari pemerintah Tiongkok, apakah akan ada langkah kompensasi untuk menjaga stabilitas industri emas domestik.

  2. Pergerakan nilai dolar AS dan suku bunga global, yang selama ini memiliki hubungan terbalik dengan harga emas.

Jika pemerintah Tiongkok memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai aturan pajak baru dan dampaknya dapat diminimalkan, pasar emas mungkin akan kembali stabil. Namun, bila kebijakan ini memperlambat aktivitas perdagangan secara signifikan, tekanan harga berpotensi berlanjut hingga akhir kuartal pertama 2026.

8. Kesimpulan

Pelemahan harga emas di awal sesi Asia mencerminkan sensitivitas pasar terhadap kebijakan fiskal dan ekonomi Tiongkok, negara yang memiliki pengaruh besar terhadap rantai pasok dan permintaan logam mulia global.

Berakhirnya insentif pajak bagi penjualan emas menimbulkan kekhawatiran akan turunnya permintaan domestik, khususnya di sektor grosir dan manufaktur perhiasan. Meski demikian, banyak analis menilai tekanan ini bersifat sementara, karena fundamental pasar emas dunia masih cukup kuat berkat faktor geopolitik dan potensi pelonggaran kebijakan moneter global.

Dalam konteks investasi, periode koreksi seperti ini bisa menjadi momen penting untuk akumulasi, terutama bagi investor yang melihat emas sebagai aset jangka panjang. Namun, kehati-hatian tetap diperlukan, mengingat arah kebijakan ekonomi Tiongkok masih menjadi variabel kunci yang akan menentukan arah pasar emas di bulan-bulan mendatang.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 2 November 2025

Bestprofit | Insentif Emas Dicabut, Harga Terkoreksi

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/11/Harga_Emas_Menguat_Fokus_ke_The_Fed_dan_Ukraina-1.jpg

Bestprofit (3/11) – Harga emas turun di awal sesi Asia pada 1 November setelah pengumuman dari Kementerian Keuangan Tiongkok yang mengakhiri insentif pajak untuk penjualan logam mulia. Keputusan ini membuat pasar terkejut, karena aturan pajak yang berlaku sebelumnya telah membantu meringankan beban pajak bagi transaksi emas. Akibatnya, harga emas spot mengalami penurunan sekitar 0,4% ke angka $3.987,46 per ons. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai alasan di balik penurunan harga emas, dampak kebijakan baru ini terhadap pasar emas, serta bagaimana perubahan tersebut bisa memengaruhi harga emas global.

1. Keputusan Kementerian Keuangan Tiongkok Mengakhiri Insentif Pajak

Pada 1 November, Kementerian Keuangan Tiongkok mengumumkan penghentian insentif pajak untuk penjualan logam mulia, termasuk emas. Insentif pajak yang diberlakukan selama ini memungkinkan investor emas di Tiongkok untuk mengkompensasi pajak pertambahan nilai (PPN) ketika menjual emas yang dibeli dari Shanghai Gold Exchange (SGE). Dengan aturan ini, investor ritel dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar, karena mereka tidak dikenakan PPN saat melakukan transaksi jual beli emas.

Keputusan ini mengejutkan pasar, terutama karena aturan lama sudah berlaku cukup lama dan memberikan manfaat yang signifikan bagi pasar emas domestik Tiongkok. Banyak investor yang mengandalkan insentif pajak ini untuk meningkatkan margin keuntungan mereka dalam transaksi emas. Penghentian insentif pajak ini langsung berdampak pada harga emas spot yang terpantau turun pada sesi Asia.

2. Reaksi Pasar dan Penurunan Harga Emas

Setelah pengumuman kebijakan tersebut, harga emas spot langsung melemah sekitar 0,4%, turun menjadi $3.987,46 per ons. Penurunan harga ini mencerminkan sentimen negatif pasar terhadap kebijakan yang baru diterapkan. Tiongkok adalah salah satu pasar emas terbesar di dunia, dan kebijakan yang mengubah dinamika pajak dapat memengaruhi minat beli dan permintaan di negara ini.

Penurunan harga emas di awal sesi Asia ini tidak hanya menunjukkan dampak langsung dari perubahan kebijakan, tetapi juga mencerminkan ketidakpastian pasar mengenai dampak jangka panjang dari kebijakan tersebut. Mengingat Tiongkok merupakan konsumen emas utama, keputusan ini dapat memengaruhi pola pembelian dan penjualan emas di seluruh dunia.


Kunjungi juga : bestprofit futures

3. Kekecewaan Investor di Tiongkok

Menurut ANZ Research, banyak investor di Tiongkok yang merasa kecewa dengan keputusan pemerintah untuk mengakhiri insentif pajak tersebut. Sebelum kebijakan ini diterapkan, investor ritel bisa menikmati keuntungan lebih besar ketika menjual emas mereka dengan pengurangan atau penghapusan pajak. Hal ini mendorong permintaan emas di kalangan masyarakat, yang berperan penting dalam stabilitas dan pertumbuhan pasar emas domestik.

Dengan berakhirnya insentif pajak ini, investor emas ritel di Tiongkok kini akan terpaksa menghadapi pajak pertambahan nilai (PPN) saat menjual emas yang dibeli dari Shanghai Gold Exchange. Ini tentu menambah beban biaya transaksi mereka, yang bisa membuat beberapa investor mundur atau mengurangi volume pembelian dan penjualan emas mereka.

Kekecewaan ini juga tercermin dalam laporan yang menyebutkan bahwa banyak investor di Tiongkok yang beralih ke instrumen investasi lain yang mungkin lebih menguntungkan atau lebih stabil dalam hal pengenaan pajak. Meskipun kebijakan ini berlaku di Tiongkok, efek psikologisnya bisa merembet ke pasar emas global karena negara ini memiliki pengaruh besar terhadap harga emas dunia.

4. Dampak Perubahan Aturan terhadap Permintaan Emas di Tiongkok

Tiongkok adalah salah satu konsumen emas terbesar di dunia. Data menunjukkan bahwa negara ini menyumbang hampir sepertiga dari total permintaan emas global, baik dalam bentuk perhiasan, investasi, maupun cadangan bank sentral. Oleh karena itu, perubahan dalam pola permintaan emas di Tiongkok dapat memengaruhi harga emas secara global.

Dengan penghapusan insentif pajak, diperkirakan bahwa permintaan emas di Tiongkok akan berkurang, terutama di kalangan investor ritel yang sebelumnya lebih aktif di pasar emas. Hal ini bisa mengarah pada penurunan daya beli emas di pasar domestik, yang akan berdampak pada pasokan dan permintaan emas secara keseluruhan.

Selain itu, potensi berkurangnya volume transaksi emas di Shanghai Gold Exchange juga dapat mengurangi likuiditas pasar emas internasional. Ini pada gilirannya bisa menyebabkan fluktuasi harga emas yang lebih besar, karena pasar global lebih rentan terhadap perubahan permintaan dari konsumen besar seperti Tiongkok.

5. Perubahan Kebijakan dan Implikasinya pada Harga Emas Global

Keputusan pemerintah Tiongkok ini tidak hanya berdampak pada pasar emas domestik mereka, tetapi juga bisa mempengaruhi harga emas di pasar internasional. Tiongkok adalah pasar utama bagi emas, dan perubahan signifikan dalam permintaan dari negara ini sering kali memicu reaksi di pasar global. Penurunan permintaan emas di Tiongkok dapat menyebabkan penurunan harga emas di pasar internasional, terutama jika negara ini mengurangi pembelian emas untuk cadangan atau investasi pribadi.

Selain itu, jika lebih banyak investor ritel di Tiongkok memilih untuk tidak berinvestasi dalam emas atau beralih ke instrumen lain yang lebih menguntungkan, pasar bisa mengalami penurunan signifikan dalam permintaan. Seiring dengan penurunan permintaan dari Tiongkok, harga emas global bisa tertekan lebih lanjut, yang menyebabkan volatilitas harga dalam jangka pendek.

Namun, perlu dicatat bahwa Tiongkok juga memiliki kebijakan cadangan emas yang kuat, dan meskipun permintaan emas ritel berkurang, bank sentral Tiongkok tetap dapat membeli emas untuk memperkuat cadangan devisanya. Ini bisa mencegah penurunan harga emas yang terlalu tajam dan memberikan dukungan pada harga emas dalam jangka panjang.

6. Kesimpulan: Potensi Fluktuasi Harga Emas dalam Beberapa Bulan ke Depan

Keputusan Tiongkok untuk mengakhiri insentif pajak emas telah mengejutkan pasar dan memberikan dampak langsung pada harga emas. Penurunan harga emas yang terjadi setelah kebijakan ini diumumkan mencerminkan ketidakpastian di pasar, terutama karena Tiongkok merupakan salah satu konsumen emas terbesar di dunia. Kekecewaan investor dan berkurangnya permintaan emas domestik bisa memengaruhi harga emas secara global dalam beberapa bulan ke depan.

Meskipun demikian, perubahan ini bukanlah akhir dari pasar emas. Ada potensi bagi bank sentral Tiongkok untuk terus membeli emas untuk cadangan devisa mereka, yang dapat membantu mendukung harga emas di tingkat global. Oleh karena itu, meskipun harga emas mungkin mengalami volatilitas jangka pendek, investor dan pelaku pasar harus tetap memperhatikan perkembangan kebijakan Tiongkok dan dampaknya terhadap dinamika permintaan dan penawaran emas.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 30 October 2025

Bestprofit | Emas Menguat, Fokus Perjanjian AS-Tiongkok

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (31/10) – Harga emas batangan menguat pada hari Jumat, setelah mengalami lonjakan signifikan sebesar 2,4% pada sesi sebelumnya. Meskipun harga emas sempat mengalami penurunan selama empat hari berturut-turut, penguatan ini menunjukkan ketahanan logam mulia tersebut di tengah dinamika ekonomi global yang kompleks. Menurut data terbaru, emas bertahan di atas angka $4.000 per ons, mempertahankan tren kenaikan dari hari sebelumnya. Namun, para pedagang dan analis pasar tetap cemas tentang perkembangan hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, yang meskipun tampaknya mencapainya gencatan senjata sementara, tetap menimbulkan kekhawatiran jangka panjang yang dapat memengaruhi harga emas.

Gencatan Senjata Perdagangan AS-Tiongkok: Dampak Terhadap Emas

Gencatan senjata antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping tampaknya meredakan ketegangan perdagangan yang telah berlangsung selama berbulan-bulan. Namun, meskipun terdapat kesepakatan yang dicapai, jeda satu tahun tersebut kemungkinan hanya akan memberikan stabilitas sementara. Ketergantungan strategis antara kedua negara besar ini tetap menjadi isu utama yang sulit untuk diselesaikan dalam waktu dekat.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Bagi para pedagang emas, peredaan ketegangan perdagangan ini menciptakan ketidakpastian, namun tidak cukup untuk meredakan kekhawatiran jangka panjang. Terlebih lagi, meskipun pembicaraan yang berlangsung antara kedua negara memberikan dampak positif sementara, risiko jangka panjang terhadap ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok tetap ada. Hal ini menciptakan ketidakpastian lebih lanjut tentang arah ekonomi global dan memperbarui minat terhadap aset safe haven seperti emas. Emas, yang sudah dikenal sebagai tempat berlindung nilai saat ketidakpastian ekonomi meningkat, tetap menjadi pilihan bagi investor yang ingin melindungi portofolio mereka.

Pergeseran Ekonomi Tiongkok dan Pengaruhnya Terhadap Emas

Selama masa jabatan pertama Presiden Trump, pengaruh ekonomi Tiongkok telah mengalami peningkatan yang signifikan. Pergeseran ini semakin memperburuk kekhawatiran tentang persaingan ekonomi jangka panjang antara kedua negara terbesar dunia. Tiongkok telah berhasil memperkuat posisinya di panggung global melalui ekspansi ekonomi yang pesat, yang pada gilirannya menciptakan ketergantungan strategis di berbagai sektor, termasuk perdagangan dan teknologi.

Ketegangan antara AS dan Tiongkok, yang sering kali mencakup masalah perdagangan dan kebijakan teknologi, semakin menambah ketidakpastian di pasar global. Kenaikan harga emas dalam beberapa bulan terakhir mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven, yang dianggap dapat memberikan perlindungan terhadap ketegangan geopolitik dan ekonomi global. Hal ini mengarah pada penguatan harga emas yang terus berada di atas angka $4.000 per ons.

Kenaikan Emas yang Terhambat oleh Harapan Penurunan Suku Bunga Fed

Meskipun harga emas batangan sempat melonjak pada bulan Oktober, logam mulia ini terhambat oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin akan lebih berhati-hati dalam melakukan penurunan suku bunga pada tahun ini. Dalam beberapa bulan terakhir, ketua Fed, Jerome Powell, memberikan peringatan kepada investor untuk tidak mengharapkan penurunan suku bunga lebih lanjut pada bulan Desember.

Kenaikan suku bunga yang lebih lambat dari yang diharapkan dapat mengurangi daya tarik emas, yang tidak memberikan imbal hasil seperti aset lainnya. Ketika suku bunga naik, biaya kesempatan untuk memegang emas menjadi lebih tinggi, karena investor lebih cenderung beralih ke instrumen yang memberikan hasil lebih tinggi, seperti obligasi pemerintah.

Selain itu, tren ini tampaknya telah mempengaruhi aliran dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) yang didukung emas. Data terbaru menunjukkan bahwa kepemilikan ETF emas turun untuk hari keenam berturut-turut, yang merupakan penurunan terpanjang sejak bulan April. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian dari dukungan yang sebelumnya mendorong lonjakan harga emas telah berkurang, meskipun permintaan terhadap emas tetap kuat.

Kinerja Emas di Tahun 2025: Menguat Lebih dari 50%

Meskipun mengalami penurunan harga dalam beberapa hari terakhir, emas masih mencatatkan kinerja yang sangat positif sepanjang tahun ini. Dalam laporan terbaru dari World Gold Council, tercatat bahwa harga emas telah menguat lebih dari 50% pada tahun 2025. Kenaikan ini didorong oleh dua faktor utama: arus utama investor yang berfokus pada perlindungan portofolio mereka dari risiko ekonomi dan geopolitis, serta percepatan pembelian oleh bank sentral di seluruh dunia.

Pada kuartal ketiga 2025, bank-bank sentral membeli emas 28% lebih banyak dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya. Pembelian ini menunjukkan bahwa bank-bank sentral kembali mengakui emas sebagai cadangan yang aman dan penting, terutama di tengah ketidakpastian global yang meningkat. Hal ini membalikkan tren penurunan yang sempat terlihat pada awal tahun, ketika pembelian emas oleh bank sentral cenderung menurun.

Faktor Penentu Harga Emas di Sisa Tahun 2025

Ada beberapa faktor yang akan memengaruhi pergerakan harga emas di sisa tahun 2025. Pertama, ketegangan geopolitik yang melibatkan AS dan Tiongkok, serta negara-negara besar lainnya, akan terus menjadi elemen penting yang mendorong minat terhadap emas. Setiap eskalasi dalam ketegangan perdagangan atau militer akan memperburuk ketidakpastian global, yang cenderung mendorong harga emas lebih tinggi.

Kedua, kebijakan moneter yang diambil oleh Federal Reserve juga akan memainkan peran krusial. Jika Fed terus memberikan sinyal bahwa penurunan suku bunga akan terbatas, emas mungkin akan tertekan, karena investor mencari instrumen dengan imbal hasil lebih tinggi. Sebaliknya, jika ketidakpastian ekonomi berlanjut, dan Fed terpaksa melakukan pelonggaran moneter lebih lanjut, maka harga emas bisa kembali mengalami lonjakan.

Selain itu, ada faktor pasar lainnya yang dapat memengaruhi harga emas, seperti perkembangan dalam teknologi yang berkaitan dengan pengelolaan cadangan emas, serta perubahan dalam regulasi atau kebijakan perdagangan internasional yang dapat memengaruhi pasokan dan permintaan emas di pasar global.

Kesimpulan: Emas Tetap Menjadi Aset Aman di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Harga emas yang berhasil bertahan di atas $4.000 per ons menunjukkan daya tahan logam mulia ini di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitis. Gencatan senjata perdagangan AS-Tiongkok memberikan sedikit ruang bagi para pelaku pasar, tetapi kekhawatiran jangka panjang tentang ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia masih akan terus menjadi faktor penggerak utama.

Namun, meskipun harga emas mengalami beberapa penurunan, proyeksi untuk tahun ini tetap optimis, dengan harga emas yang telah meningkat lebih dari 50% sejauh tahun ini. Penurunan suku bunga yang lebih lambat dari ekspektasi pasar, serta pembelian emas yang meningkat oleh bank sentral, akan terus memberikan dukungan bagi logam mulia ini.

Para investor dan analis pasar harus tetap waspada terhadap perkembangan di pasar global, karena ketegangan politik, kebijakan moneter, dan dinamika perdagangan internasional akan terus mempengaruhi pergerakan harga emas dalam beberapa bulan ke depan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Wednesday, 29 October 2025

Bestprofit | Emas Berbalik Negatif

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-9.jpg

Bestprofit (30/10) – Harga emas kembali melemah di bawah level psikologis $3.950 per ons, setelah pernyataan terbaru dari Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, yang menegaskan bahwa pemangkasan suku bunga pada Desember bukanlah sesuatu yang pasti. Pernyataan tersebut mengguncang ekspektasi pasar yang sebelumnya menilai peluang besar terhadap penurunan suku bunga lanjutan sebesar 25 basis poin. Akibatnya, imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun naik di atas 4%, menambah tekanan pada logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil langsung.

Pernyataan Powell dan Dampaknya terhadap Ekspektasi Pasar

Dalam konferensi pers pasca keputusan suku bunga terbaru, Powell menekankan bahwa The Fed akan tetap bergantung pada data dan tidak akan berkomitmen pada arah kebijakan moneter berikutnya. Pesan ini mengisyaratkan bahwa meski ada tanda-tanda pelambatan ekonomi, tingkat inflasi inti masih berada di atas target 2%, sehingga ruang bagi pelonggaran kebijakan masih terbatas.

Pasar keuangan segera bereaksi terhadap pernyataan tersebut. Sebelum pidato Powell, pelaku pasar memperkirakan peluang sekitar 70% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga lagi pada bulan Desember. Namun setelah pernyataan itu, probabilitas tersebut turun tajam menjadi sekitar 40%, menekan aset-aset yang sensitif terhadap suku bunga rendah seperti emas.

Kenaikan Imbal Hasil Treasury: Pukulan Ganda bagi Emas

Salah satu konsekuensi langsung dari sikap hati-hati The Fed adalah kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Imbal hasil Treasury tenor 10 tahun naik menembus level 4%, yang berarti biaya peluang untuk memegang emas—sebuah aset tanpa imbal hasil—menjadi lebih tinggi.

Secara ekonomi, ketika imbal hasil obligasi meningkat, investor cenderung beralih dari emas ke aset berbunga karena potensi keuntungan yang lebih menarik. Selain itu, kenaikan yield juga meningkatkan biaya pembiayaan dan penyimpanan emas batangan, memperlemah daya tarik logam mulia sebagai aset lindung nilai (hedging asset). Kondisi ini memperburuk tekanan harga emas di pasar spot dan futures.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kebijakan The Fed: Pemangkasan 25 Basis Poin dan Akhir Pengurangan Neraca

Menariknya, pelemahan harga emas terjadi meskipun The Fed baru saja memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, membawa kisaran target suku bunga acuan menjadi 3,75%–4,00%. Keputusan ini juga disertai dengan pengumuman penting lainnya—rencana untuk mengakhiri kebijakan pengurangan neraca (quantitative tightening) pada bulan Desember mendatang.

Langkah tersebut secara teori bersifat dovish, karena memperluas likuiditas di sistem keuangan dan menekan suku bunga riil jangka pendek. Biasanya, kondisi ini menjadi pendorong positif bagi emas karena menurunkan biaya peluang kepemilikan aset tanpa imbal hasil. Namun, efek dovish ini teredam oleh sinyal kehati-hatian Powell, yang menegaskan bahwa pelonggaran moneter lanjutan tidak dijamin.

Kombinasi antara pelonggaran terbatas dan peringatan kebijakan ini menciptakan sentimen pasar yang ambigu, di mana pelaku pasar menahan diri untuk kembali meningkatkan posisi beli (long position) pada emas.

Faktor Fundamental yang Masih Menopang Harga Emas

Meskipun tekanan jangka pendek meningkat, beberapa faktor fundamental tetap memberikan dukungan struktural terhadap harga emas. Salah satunya adalah pembelian resmi oleh bank sentral di seluruh dunia. Selama beberapa tahun terakhir, terutama sejak 2022, bank sentral negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan Turki terus meningkatkan cadangan emas mereka sebagai diversifikasi terhadap dolar AS dan risiko geopolitik.

Selain itu, akumulasi ETF berbasis emas juga menunjukkan tanda-tanda peningkatan. Setelah mengalami arus keluar selama paruh pertama tahun ini, data terbaru memperlihatkan kembalinya arus masuk bersih ke sejumlah produk investasi berbasis emas. Hal ini memperketat pasokan logam fisik di bursa dan saluran resmi, menciptakan dasar harga (price floor) yang relatif kuat di kisaran $3.900 per ons.

Peran Likuiditas Global dan Pengaruh Mata Uang Dolar AS

Kebijakan moneter The Fed juga berpengaruh langsung terhadap likuiditas global dan nilai tukar dolar AS. Meskipun suku bunga AS cenderung masih tinggi, keputusan untuk menghentikan pengurangan neraca pada Desember berarti likuiditas dolar akan meningkat secara bertahap. Secara historis, kondisi seperti ini biasanya mendukung aset berdenominasi dolar seperti emas.

Namun, jika dolar AS menguat karena kenaikan imbal hasil obligasi, maka harga emas yang diperdagangkan dalam dolar akan relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga menekan permintaan global. Dengan demikian, arah nilai tukar dolar menjadi faktor kunci dalam menentukan pergerakan harga emas beberapa bulan ke depan.

Ketidakpastian Makro dan Risiko Global: Penopang Jangka Panjang

Di luar kebijakan moneter, ketidakpastian makroekonomi global tetap menjadi pendorong utama bagi permintaan emas sebagai aset safe haven. Konflik geopolitik yang masih berlangsung di Eropa Timur dan Timur Tengah, ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok, serta perlambatan pertumbuhan di beberapa ekonomi besar, menciptakan lingkungan risiko tinggi yang biasanya mendorong investor beralih ke emas.

Selain itu, kekhawatiran terhadap potensi penurunan nilai mata uang (currency debasement) akibat ekspansi fiskal dan moneter di berbagai negara juga memperkuat daya tarik emas sebagai penyimpan nilai (store of value). Dalam konteks ini, emas bukan sekadar komoditas, tetapi instrumen lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan inflasi jangka panjang.

Perdagangan AS–Tiongkok dan Dampaknya terhadap Arus Safe Haven

Kemajuan dalam kerangka perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok baru-baru ini sedikit meredakan ketegangan pasar, yang sebelumnya mendorong permintaan safe haven. Namun, para analis menilai bahwa perbaikan hubungan dagang ini bersifat sementara, karena perbedaan mendasar terkait teknologi, keamanan data, dan rantai pasok strategis masih belum terselesaikan.

Dengan demikian, meskipun arus masuk ke aset safe haven seperti emas mungkin sedikit berkurang, faktor pendorong yang lebih dalam—yakni ketidakpastian jangka panjang dan risiko geopolitik—masih tetap eksis. Hal ini menjelaskan mengapa harga emas tidak jatuh lebih dalam meskipun tekanan dari sisi suku bunga meningkat.

Prospek Emas ke Depan: Konsolidasi Sebelum Kenaikan Baru?

Para analis memperkirakan bahwa harga emas akan bergerak dalam pola konsolidasi pada kisaran $3.850–$4.000 per ons dalam jangka pendek. Tekanan dari kenaikan imbal hasil dan penguatan dolar kemungkinan masih akan menahan kenaikan harga, tetapi permintaan fundamental dari bank sentral dan investor institusional dapat menjadi bantalan utama.

Jika data inflasi AS beberapa bulan ke depan menunjukkan pelemahan yang signifikan, peluang pemangkasan suku bunga Desember bisa kembali meningkat—dan hal ini berpotensi mendorong reli baru pada harga emas menuju level $4.050–$4.100 per ons. Sebaliknya, jika inflasi bertahan tinggi, emas mungkin akan tetap bergerak mendatar di sekitar level saat ini.

Kesimpulan: Antara Ketidakpastian Kebijakan dan Fondasi Kuat Emas

Pelemahan emas di bawah $3.950 per ons mencerminkan ketegangan antara sinyal kebijakan moneter yang hati-hati dari The Fed dan kekuatan fundamental jangka panjang dari logam mulia ini. Kenaikan imbal hasil Treasury dan penguatan dolar memberi tekanan jangka pendek, namun pembelian bank sentral, peningkatan ETF, dan risiko makro global memberikan dukungan berkelanjutan.

Dalam lanskap ekonomi global yang penuh ketidakpastian, emas tetap memegang peran penting sebagai penyeimbang portofolio dan pelindung nilai jangka panjang. Meskipun jalannya tidak selalu mulus, fondasi struktural yang kuat menunjukkan bahwa emas masih akan menjadi salah satu aset paling tangguh di tengah dinamika ekonomi dan geopolitik dunia yang terus berubah.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 28 October 2025

Bestprofit | Emas Stabil di $3.950

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-2.jpg

Bestprofit (29/10) – Harga emas dunia mulai menunjukkan tanda-tanda stabil pada Rabu (29/10) setelah mengalami tekanan jual selama tiga hari berturut-turut. Logam mulia itu diperdagangkan di kisaran $3.950 per ons, menandai momen jeda di tengah ketidakpastian global dan jelang pertemuan penting antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Pasar keuangan global kini tengah menaruh harapan besar bahwa pertemuan tersebut dapat menghasilkan terobosan baru dalam hubungan dagang kedua negara ekonomi terbesar dunia itu.

Optimisme Pasar terhadap Potensi Terobosan Dagang

Harapan terhadap meredanya ketegangan dagang AS–Tiongkok kembali meningkat setelah beredar kabar bahwa Washington bersedia mencabut sebagian tarif impor jika Beijing mau memperketat pengawasan terhadap ekspor bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi fentanil, sejenis obat sintetis yang menjadi masalah besar di AS.

Kabar ini memberikan sentimen positif di pasar keuangan global. Investor menjadi lebih berani masuk ke aset berisiko seperti saham dan obligasi korporasi, sehingga permintaan terhadap emas, yang biasanya berperan sebagai aset lindung nilai (safe haven), mengalami sedikit penurunan.

Namun, stabilnya harga emas di sekitar $3.950 per ons menunjukkan bahwa minat terhadap logam mulia ini masih cukup kuat, terutama dari pelaku pasar yang melihat potensi jangka menengah hingga panjang tetap positif.

Dari Rekor Tertinggi ke Koreksi Sehat

Pekan lalu, harga emas sempat “ngamuk” dengan menembus rekor baru di atas $4.380 per ons, lonjakan yang menimbulkan euforia di kalangan investor. Namun, kenaikan tajam tersebut ternyata diikuti oleh koreksi teknikal yang cukup dalam. Banyak trader merasa harga sudah terlalu tinggi dalam waktu singkat sehingga mereka mengambil keuntungan (profit-taking).

Meskipun demikian, secara tahunan, harga emas masih menunjukkan kenaikan sekitar 50%—sebuah capaian luar biasa di tengah ketidakpastian ekonomi global. Lonjakan tersebut banyak didorong oleh pembelian masif dari bank sentral berbagai negara serta kekhawatiran atas pelemahan nilai uang kertas akibat meningkatnya utang dan defisit fiskal di banyak negara besar.

Selain itu, investor institusional dan ritel juga memperkuat tren kenaikan harga melalui pembelian Exchange-Traded Fund (ETF) berbasis emas. Salah satu ETF terbesar, SPDR Gold Shares, sempat mencatat arus keluar besar pada awal pekan ini, menandakan sebagian investor mengambil jeda. Namun, analis menilai langkah tersebut lebih bersifat konsolidatif daripada pembalikan tren jangka panjang.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Debat di Kalangan Pelaku Pasar: Istirahat atau Lemah Permanen?

Kondisi pasar emas saat ini menimbulkan perdebatan di kalangan analis dan pelaku industri. Banyak yang bertanya: apakah ini hanya masa istirahat sebelum reli berikutnya, atau tanda bahwa momentum emas mulai melemah?

Dalam Konferensi Logam Mulia London Bullion Market Association (LBMA) yang berlangsung di Kyoto minggu ini, mayoritas peserta masih menunjukkan sikap optimistis terhadap prospek harga emas. Dari survei terhadap 106 peserta, sebagian besar memperkirakan harga emas bisa menyentuh level $5.000 per ons dalam 12 bulan ke depan.

Analis dari Pepperstone, Chris Weston, menilai bahwa selama harga emas mampu bertahan di kisaran $3.900 untuk kontrak berjangka bulan depan, pembeli kemungkinan besar akan kembali masuk ke pasar. Artinya, tekanan jual yang menekan harga beberapa hari terakhir mungkin sudah hampir selesai. Weston menambahkan, stabilitas di level tersebut bisa menjadi dasar kuat untuk reli berikutnya jika faktor fundamental mendukung.

Faktor Penentu: Kebijakan Suku Bunga The Fed

Salah satu faktor yang paling memengaruhi arah harga emas dalam jangka pendek adalah kebijakan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Saat ini, pelaku pasar tengah menunggu keputusan terbaru dari The Fed mengenai suku bunga acuan.

Spekulasi yang berkembang menunjukkan bahwa The Fed berpotensi menurunkan suku bunga guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang melambat. Dalam kondisi normal, penurunan suku bunga merupakan berita positif bagi emas, karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil bunga—sehingga menjadi lebih menarik ketika suku bunga rendah.

Namun, dinamika pasar kali ini jauh lebih kompleks. Yield obligasi yang lebih rendah juga meningkatkan daya tarik saham teknologi, yang dinilai mampu memberikan pertumbuhan pendapatan lebih tinggi. Akibatnya, sebagian dana investor beralih ke pasar saham alih-alih menumpuk di aset safe haven seperti emas.

Kondisi inilah yang membuat reaksi harga emas terhadap kebijakan moneter menjadi lebih beragam dibandingkan beberapa tahun lalu.

Pergerakan Logam Mulia Lain dan Indeks Dolar

Tidak hanya emas yang mengalami stagnasi. Pada perdagangan Rabu pagi waktu Singapura, harga emas spot turun tipis 0,1% menjadi $3.949,10 per ons. Perak bergerak stabil di kisaran yang sama seperti sehari sebelumnya, platinum sedikit melemah, dan paladium juga mengalami penurunan tipis.

Sementara itu, indeks dolar AS—yang sering menjadi cerminan kekuatan mata uang Amerika—hampir tidak berubah. Biasanya, pergerakan dolar memiliki hubungan terbalik dengan harga emas: dolar yang lebih lemah membuat emas lebih murah bagi pembeli luar negeri, dan sebaliknya. Karena dolar kali ini relatif stabil, emas juga tidak mendapat dorongan tambahan dari sisi mata uang.

Bank Sentral dan Ketahanan Nilai Uang Kertas

Salah satu pendorong jangka panjang yang terus menopang harga emas adalah pembelian agresif oleh bank sentral di berbagai negara. Mereka meningkatkan cadangan emas sebagai upaya diversifikasi dari aset berbasis dolar dan sebagai perlindungan terhadap inflasi.

Selain itu, meningkatnya utang publik dan defisit fiskal di banyak negara besar—termasuk AS dan Jepang—menimbulkan kekhawatiran akan penurunan nilai uang kertas dalam jangka panjang. Dalam konteks seperti ini, emas kembali menjadi simpanan nilai (store of value) yang dipercaya mampu mempertahankan daya beli.

Para analis juga mencatat bahwa geopolitik yang tidak menentu—mulai dari tensi Timur Tengah hingga ketidakpastian politik di Eropa—masih memberikan dukungan kuat terhadap permintaan emas fisik.

Kesimpulan: Stabilitas Sementara atau Awal dari Tren Baru?

Pergerakan harga emas yang mulai stabil pada Rabu ini bisa dilihat sebagai momen transisi penting. Di satu sisi, stabilitas di kisaran $3.950 per ons menunjukkan bahwa pasar menemukan titik keseimbangan baru setelah reli besar dan koreksi tajam. Di sisi lain, arah jangka menengah akan sangat tergantung pada hasil pertemuan Trump–Xi, kebijakan The Fed, serta persepsi risiko global ke depan.

Jika pertemuan AS–Tiongkok menghasilkan kesepakatan positif, pasar berisiko bisa melanjutkan penguatannya, dan emas mungkin tetap tertahan. Namun, jika pembicaraan kembali buntu atau tensi meningkat, permintaan terhadap aset safe haven bisa melonjak lagi, mendorong emas menembus level psikologis baru.

Dengan latar makroekonomi yang masih penuh ketidakpastian, emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan nilai. Meskipun volatilitas tinggi, fondasi permintaan jangka panjang dari bank sentral, investor institusional, dan ritel global membuat logam mulia ini tetap bersinar di tengah ketidakpastian ekonomi dunia.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Monday, 27 October 2025

Bestprofit | Emas Meredup di Tengah Damai Dagang

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (28/10) – Harga emas mengalami pergerakan yang signifikan dalam beberapa hari terakhir, dengan tren naik yang tercatat hingga mencapai rekor harga lebih dari $4.380 per ons. Namun, harga emas tiba-tiba jatuh tajam pada hari Senin (27/10) lalu, menembus level $4.000 per ons, karena perkembangan terbaru dalam perundingan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Meskipun sempat mengalami penurunan yang cukup besar, emas berhasil memulihkan sebagian kerugiannya pada hari Selasa (28/10). Artikel ini akan mengulas faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga emas, dari kemajuan dalam negosiasi perdagangan AS-Tiongkok hingga kebijakan moneter The Federal Reserve (Fed).

Penurunan Harga Emas yang Signifikan

Pada hari Senin (27/10), harga emas anjlok hingga 3,2%, turun tajam di bawah $4.000 per ons. Salah satu faktor utama yang memengaruhi penurunan ini adalah optimisme yang meningkat atas kemajuan dalam perundingan perdagangan antara AS dan Tiongkok. Keberhasilan dalam mencapai kesepakatan terkait tarif dan kontrol ekspor antara kedua negara besar tersebut melemahkan permintaan terhadap aset haven, seperti emas. Dalam situasi ketidakpastian geopolitik atau krisis ekonomi, emas sering kali dilihat sebagai tempat yang aman bagi investor untuk melindungi nilai kekayaan mereka. Namun, jika ketegangan perdagangan berkurang dan kondisi ekonomi membaik, permintaan untuk emas sebagai aset pelindung pun bisa menurun.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pemulihan Harga Emas pada Selasa Pagi

Pada hari Selasa (28/10), harga emas sedikit menguat, mencatatkan kenaikan 0,5% menjadi $4.000,81 per ons pada pukul 7:54 pagi waktu Singapura. Hal ini terjadi meskipun ada faktor negatif lainnya yang turut memengaruhi pergerakan harga emas. Salah satunya adalah penurunan yang tercatat pada obligasi pemerintah, meskipun pasar masih memperkirakan bahwa The Fed akan melonggarkan kebijakan moneternya pada minggu ini. Imbal hasil obligasi yang lebih tinggi membuat permintaan terhadap emas yang tidak memberikan bunga menjadi tertekan.

Meskipun emas mengalami penurunan tajam pada sesi sebelumnya, reli harga emas tahun ini masih cukup mengesankan. Harga emas tercatat naik lebih dari 50% sepanjang tahun 2025 ini. Salah satu faktor utama yang mendukung kenaikan harga emas adalah pembelian yang signifikan oleh bank sentral. Selain itu, ketegangan ekonomi global dan devaluasi mata uang juga mendorong investor untuk membeli emas sebagai pelindung nilai terhadap risiko inflasi dan ketidakpastian ekonomi.

Pengaruh Posisi Long dan Leveraged Trading

Kenaikan harga emas yang cepat dan penurunan tajam baru-baru ini dapat dijelaskan oleh fenomena trading berbasis leverage yang banyak digunakan oleh para pedagang di pasar berjangka. Chris Weston, Kepala Riset di Pepperstone Group Ltd., menyatakan bahwa posisi long yang banyak diambil oleh investor dapat dengan cepat terkoreksi ketika pedagang yang menggunakan leverage bergegas untuk mengunci keuntungan mereka. Posisi long adalah posisi yang diambil oleh investor dengan harapan bahwa harga emas akan naik. Namun, jika harga bergerak turun tajam, investor yang menggunakan leverage dapat mengalami kerugian besar dan terpaksa menutup posisi mereka, yang menyebabkan penurunan harga lebih lanjut.

Meskipun koreksi harga emas terjadi setelah reli yang cepat, volume perdagangan berjangka tetap tinggi, yang menunjukkan bahwa volatilitas pasar emas tetap tinggi. Para analis mengungkapkan bahwa sulit untuk memprediksi apakah harga emas akan mencapai titik terendah atau akan kembali naik dalam waktu dekat.

Dampak dari Penurunan Permintaan Bank Sentral

Permintaan dari bank sentral, yang selama ini menjadi pendorong utama kenaikan harga emas, terlihat mulai menurun. John Reade, seorang ahli strategi pasar di World Gold Council, mengatakan bahwa permintaan dari bank sentral tidak sekuat sebelumnya. Bank-bank sentral di seluruh dunia memang aktif membeli emas untuk mendiversifikasi cadangan devisa mereka dan mengurangi ketergantungan pada mata uang asing, seperti dolar AS. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, pembelian emas oleh bank sentral tampak mulai berkurang. Reade menyebutkan bahwa jika harga emas turun lebih dalam, hal ini bisa disambut dengan baik oleh para pedagang profesional yang dapat memanfaatkan harga yang lebih rendah untuk melakukan pembelian kembali.

Selain itu, perubahan kebijakan moneter di negara-negara besar juga dapat mempengaruhi permintaan terhadap emas. Dalam beberapa bulan terakhir, banyak negara, termasuk AS, telah mengimplementasikan kebijakan pelonggaran moneter untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ini menyebabkan suku bunga tetap rendah, yang pada gilirannya mendukung daya tarik emas sebagai aset pelindung nilai.

Perubahan Dalam Sentimen Pasar Terkait Perdagangan AS-Tiongkok

Salah satu faktor utama yang mendorong penurunan harga emas pada awal pekan ini adalah kemajuan yang tercapai dalam perundingan perdagangan antara AS dan Tiongkok. Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping telah mencapai beberapa kesepakatan terkait tarif dan kontrol ekspor, yang membantu meredakan ketegangan di pasar global. Dengan adanya kesepakatan ini, prospek untuk pemulihan ekonomi global semakin cerah, yang mengurangi ketertarikan investor pada emas sebagai aset yang aman.

Namun, meskipun ada harapan bahwa perundingan perdagangan akan menghasilkan solusi yang lebih stabil antara kedua negara tersebut, beberapa analis memperkirakan bahwa harga emas mungkin tetap melemah dalam beberapa minggu mendatang. Analis dari Citigroup Inc., termasuk Max Layton, memperkirakan bahwa harga emas bisa jatuh lebih jauh ke $3.800 per ons dalam tiga bulan ke depan.

Pengaruh Kebijakan The Federal Reserve

Kebijakan moneter The Federal Reserve (Fed) juga memainkan peran penting dalam pergerakan harga emas. Para pelaku pasar memperkirakan bahwa Fed akan kembali menurunkan suku bunga pada pertemuan kebijakan yang akan berlangsung pada minggu ini. Penurunan suku bunga ini diharapkan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi, namun juga bisa menekan permintaan untuk emas yang tidak memberikan bunga. Dalam pertemuan tersebut, pasar juga akan memperhatikan perkembangan terkait siapa yang akan menggantikan Jerome Powell sebagai Ketua Fed pada Mei tahun depan. Beberapa kandidat yang disebut-sebut adalah Christopher Waller dan Michelle Bowman dari Fed, serta mantan Gubernur Fed Kevin Warsh.

Kesimpulan

Harga emas saat ini berada dalam posisi yang sangat dinamis, dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal seperti perundingan perdagangan antara AS dan Tiongkok, kebijakan moneter The Fed, serta sentimen pasar yang dipengaruhi oleh pergerakan harga saham dan obligasi. Meskipun emas sempat mengalami penurunan tajam, pemulihan sebagian harga pada hari Selasa menunjukkan bahwa pasar emas masih penuh ketidakpastian. Dalam beberapa bulan mendatang, kemungkinan harga emas akan terus bergerak volatil, dengan para investor dan analis memantau dengan cermat perkembangan ekonomi global, kebijakan perdagangan internasional, dan keputusan kebijakan moneter yang akan datang.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
 

bestprofit futures
 

Sunday, 26 October 2025

Bestprofit | Emas Melemah, Dolar Perkasa

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (27/10) – Pada awal perdagangan Asia, harga emas mengalami penurunan yang signifikan akibat optimisme mengenai kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Penguatan prospek perundingan dagang ini mengimbangi beberapa faktor lain yang biasanya mendukung harga emas, seperti data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan. Penurunan harga emas ini juga dipengaruhi oleh pernyataan Menteri Keuangan AS, Bessent, yang memuji perundingan dagang yang berlangsung di Malaysia sebagai “konstruktif.” Menurutnya, perundingan tersebut dapat memberikan dampak positif bagi hubungan dagang global, yang mengurangi ketidakpastian ekonomi dan, pada gilirannya, daya tarik emas sebagai aset safe haven.

Perkembangan Perundingan Dagang AS-Tiongkok

Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan harga emas adalah optimisme yang mengemuka terkait kesepakatan dagang antara AS dan Tiongkok. Sebagaimana diketahui, hubungan dagang antara kedua negara ini telah menjadi salah satu faktor utama ketidakpastian ekonomi global selama beberapa tahun terakhir. Namun, dalam beberapa pekan terakhir, ada tanda-tanda positif mengenai perundingan dagang yang berlangsung. Menteri Keuangan AS, Bessent, mengungkapkan bahwa proses perundingan yang berlangsung di Malaysia berjalan dengan konstruktif dan menghasilkan kemajuan yang signifikan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pernyataan ini menjadi sangat penting karena ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok sebelumnya telah meningkatkan volatilitas pasar dan memperburuk ketidakpastian ekonomi global, yang pada gilirannya mengarah pada peningkatan permintaan terhadap aset-aset safe haven seperti emas. Dengan adanya sinyal positif dalam kesepakatan dagang ini, para pelaku pasar mulai merasakan adanya peluang untuk penyelesaian masalah dagang yang dapat mengurangi ketegangan geopolitik dan memberikan stabilitas bagi pasar keuangan global.

Dampak Optimisme Perdagangan terhadap Daya Tarik Emas

Kenaikan optimisme dalam perdagangan AS-Tiongkok secara langsung berdampak pada daya tarik emas sebagai aset safe haven. Emas telah lama dikenal sebagai tempat berlindung yang aman bagi investor saat menghadapi ketidakpastian ekonomi, ketegangan politik, atau gejolak pasar saham. Namun, dengan adanya prospek penyelesaian positif dalam perundingan dagang, investor merasa lebih yakin untuk mengambil risiko dan berinvestasi di instrumen lain yang lebih berisiko namun berpotensi memberikan imbal hasil lebih tinggi, seperti saham atau obligasi.

Emas cenderung kehilangan daya tariknya ketika investor merasa lebih optimis tentang perekonomian global dan risiko geopolitis tidak terlalu mengkhawatirkan. Oleh karena itu, optimisme mengenai kesepakatan dagang ini menyebabkan permintaan terhadap emas menurun, yang akhirnya menyebabkan penurunan harga emas di pasar.

Data Inflasi AS yang Lebih Rendah dari Perkiraan

Selain perundingan dagang, data inflasi AS yang dirilis pada bulan September juga turut berperan dalam perkembangan harga emas. Menurut laporan yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS, harga konsumen naik 3% pada September 2025 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year), angka ini lebih rendah dari perkiraan para analis yang memperkirakan angka inflasi sekitar 3,3%.

Meski inflasi AS menunjukkan sedikit penurunan, hal ini tidak langsung berdampak besar pada harga emas. Data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan semestinya bisa mengurangi tekanan pada harga emas, mengingat emas seringkali dilihat sebagai pelindung terhadap inflasi. Namun, analis komoditas dari Commerzbank Research, Carsten Fritsch, dalam laporannya menyatakan bahwa data inflasi AS kemungkinan tidak akan memengaruhi harga emas secara signifikan.

Ekspektasi Suku Bunga dan Perannya terhadap Harga Emas

Beberapa faktor lain yang juga bisa mempengaruhi harga emas adalah kebijakan suku bunga yang diterapkan oleh bank sentral, khususnya Federal Reserve AS. Selama beberapa bulan terakhir, ekspektasi terhadap suku bunga baru-baru ini tampaknya hanya memainkan peran kecil dalam pergerakan harga emas. Meskipun Federal Reserve AS telah mengindikasikan bahwa mereka mungkin akan menunda kenaikan suku bunga untuk menjaga pemulihan ekonomi, pengaruh suku bunga terhadap harga emas tidak sekuat yang diperkirakan sebelumnya.

Suku bunga yang lebih rendah biasanya menguntungkan emas karena menurunkan biaya peluang memegang emas. Emas tidak memberikan bunga atau dividen, sehingga investor cenderung lebih tertarik pada emas ketika suku bunga rendah. Namun, dengan pasar yang lebih terfokus pada perkembangan kesepakatan dagang AS-Tiongkok dan prospek ekonomi global yang lebih stabil, ekspektasi suku bunga tidak lagi menjadi faktor penentu utama dalam pergerakan harga emas.

Penurunan Harga Emas di Pasar Spot

Pada perdagangan awal Asia, harga emas spot turun sekitar 0,8% menjadi $4.078,36 per ounce. Penurunan ini terjadi di tengah optimisme yang meluas terkait perkembangan perundingan dagang AS-Tiongkok, yang menyebabkan investor lebih cenderung beralih ke aset yang lebih berisiko. Meskipun emas tetap dipandang sebagai salah satu instrumen investasi yang aman, kenyataannya ketidakpastian yang lebih rendah terkait masalah perdagangan dan inflasi yang terkendali mengurangi urgensi bagi banyak investor untuk membeli emas.

Perkembangan harga emas di pasar spot ini mencerminkan pengaruh faktor-faktor makroekonomi yang lebih luas, termasuk dinamika perdagangan internasional, kebijakan moneter global, dan ekspektasi inflasi. Di sisi lain, meskipun harga emas turun, logam mulia ini tetap dipertahankan sebagai komoditas yang penting dalam portofolio investasi jangka panjang, terutama di saat ketidakpastian ekonomi global kembali meningkat.

Apa yang Dapat Diharapkan di Masa Depan?

Mengamati pergerakan harga emas dalam beberapa bulan ke depan, dapat diperkirakan bahwa harga emas mungkin akan terus dipengaruhi oleh sentimen pasar terhadap perkembangan perdagangan internasional, khususnya antara AS dan Tiongkok. Jika kesepakatan dagang berhasil terwujud dan ketegangan geopolitik mereda, permintaan terhadap emas mungkin akan terus mengalami penurunan.

Namun, meskipun ada optimisme mengenai perdagangan global, ketidakpastian lainnya seperti potensi resesi ekonomi global, krisis energi, atau bahkan krisis kesehatan global tetap dapat mendorong investor untuk kembali mencari perlindungan dalam emas. Selain itu, faktor-faktor seperti kebijakan moneter, inflasi, dan gejolak pasar saham tetap bisa mempengaruhi daya tarik emas sebagai aset safe haven.

Secara keseluruhan, meskipun harga emas mungkin mengalami penurunan dalam waktu dekat, prospek jangka panjang tetap menunjukkan bahwa emas akan terus menjadi bagian penting dari strategi diversifikasi investasi, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global yang tak terduga.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures