Tuesday, 7 October 2025

Bestprofit | Shutdown Dorong Emas

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (8/10) – Rabu, 8 Oktober 2025 menjadi hari yang bersejarah bagi pasar komoditas global. Harga emas spot kembali mendekati level psikologis penting di $4.000 per ons troy, menyentuh rekor intraday sekitar $3.990, sebelum akhirnya ditutup sedikit di bawahnya. Sementara itu, kontrak berjangka emas Desember di New York yang paling aktif kembali menembus angka $4.000, mengukuhkan tren bullish yang telah berlangsung sejak kuartal ketiga tahun ini.

Reli ini memperpanjang status emas sebagai aset safe haven utama di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global, dengan kombinasi faktor teknikal dan fundamental yang mendukung lonjakan harga.

Tekanan di Pasar Saham dan Ketidakpastian Politik Dorong Permintaan Emas

Salah satu pemicu kuat dalam reli harga emas minggu ini adalah tekanan signifikan yang dialami oleh sektor teknologi, khususnya setelah laporan margin cloud Oracle yang lebih rendah dari ekspektasi. Kinerja buruk saham Oracle menular ke saham teknologi lain, memicu rotasi portofolio dari ekuitas ke aset safe haven seperti emas.

Selain itu, penutupan pemerintahan AS yang berkepanjangan turut memperkuat ketidakpastian pasar. Penutupan ini tidak hanya mengganggu layanan publik, tetapi juga menunda rilis sejumlah data ekonomi penting, termasuk laporan ketenagakerjaan dan inflasi yang biasa dijadikan acuan oleh Federal Reserve untuk kebijakan suku bunga.

Dengan ketidakjelasan arah kebijakan moneter, pelaku pasar memilih untuk melakukan lindung nilai melalui kepemilikan emas dan obligasi. Hal ini menciptakan lonjakan permintaan, terutama di tengah ketidakpastian arah ekonomi jangka pendek.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Faktor ETF dan Bank Sentral Perkuat Bias Bullish

Salah satu pendorong utama reli harga emas adalah arus masuk yang kuat dari investor institusional dan bank sentral. Data terbaru menunjukkan bahwa meskipun terjadi arus keluar bulanan terbesar dari ETF emas global pada bulan September, namun kuartal ketiga secara keseluruhan mencatat arus masuk terbesar yang pernah tercatat.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada volatilitas jangka pendek, kepercayaan investor terhadap emas dalam jangka menengah hingga panjang tetap tinggi. Bank sentral di berbagai belahan dunia, khususnya dari negara-negara berkembang, juga terus meningkatkan cadangan emas mereka sebagai bagian dari strategi diversifikasi cadangan devisa.

Tak hanya itu, Goldman Sachs meningkatkan proyeksi harga emas untuk Desember 2026 dari sebelumnya $4.300 menjadi $4.900 per ons, dengan menyebut arus masuk dari ETF Barat dan pembelian bank sentral sebagai alasan utama dari revisi tersebut.

Dolar AS dan Ketegangan Geopolitik Menjadi Hambatan Jangka Pendek

Meski outlook jangka menengah untuk emas tampak menjanjikan, bukan berarti perjalanan menuju level $4.000 bersih akan mulus. Salah satu hambatan utama saat ini adalah penguatan Dolar AS (USD) yang membuat emas—yang dihargai dalam dolar—menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga menekan permintaan internasional.

Selain itu, ketidakpastian politik di negara-negara besar seperti Prancis dan Jepang turut memicu flight to safety ke aset berdenominasi dolar, alih-alih langsung ke emas. Akibatnya, terjadi arus balik ke USD dan kenaikan imbal hasil obligasi AS, yang secara historis menjadi kompetitor langsung bagi emas sebagai aset tanpa imbal hasil.

Kombinasi dua faktor ini menciptakan hambatan jangka pendek yang bisa membatasi potensi kenaikan emas secara cepat, meskipun tren jangka menengah masih condong bullish.

Suku Bunga The Fed: Katalis atau Risiko?

Ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed menjadi titik krusial yang bisa menentukan arah harga emas dalam beberapa bulan ke depan. Dengan absennya data ekonomi resmi akibat penutupan pemerintah, pasar kini bergantung pada komentar dari pejabat The Fed dan sinyal-sinyal verbal lainnya untuk menilai kemungkinan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.

Jika The Fed memberikan sinyal dovish yang lebih kuat, emas kemungkinan besar akan mendapatkan dorongan tambahan. Sebaliknya, jika komentar dari Fed menunjukkan sikap hawkish yang masih bertahan—terlepas dari kurangnya data—maka harga emas bisa mengalami koreksi teknikal sebelum kembali naik.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga yang lebih cepat cenderung menurunkan imbal hasil obligasi dan melemahkan dolar, keduanya merupakan kondisi yang sangat kondusif bagi penguatan emas.

Harga Emas Spot dan Berjangka Semakin Sinkron

Harga emas spot yang tetap mendekati rekor tertinggi dan harga berjangka Desember yang berhasil menembus $4.000 menandakan adanya konvergensi sentimen pasar jangka pendek dan menengah. Ini menunjukkan bahwa pelaku pasar kini tidak hanya berspekulasi, tetapi juga menaruh kepercayaan struktural pada nilai emas di tengah iklim ketidakpastian yang berkepanjangan.

Harga emas spot yang berada di kisaran $3.990 mencerminkan kekuatan permintaan riil, sementara posisi kontrak berjangka yang positif menunjukkan keyakinan terhadap potensi kenaikan lebih lanjut dalam beberapa bulan ke depan.

Tren Logam Mulia Lain: Perak, Platinum, dan Paladium

Reli emas juga turut mempengaruhi pasar logam mulia lainnya. Harga perak, meskipun sempat terkoreksi sebelumnya, menunjukkan tren sedikit menguat, sejalan dengan pemulihan sektor industri ringan dan permintaan safe haven alternatif.

Sementara itu, platinum terlihat relatif stabil, dipengaruhi oleh kombinasi faktor permintaan otomotif dan industri. Paladium, yang sempat tertekan pada kuartal sebelumnya, menunjukkan penguatan, didorong oleh harapan pemulihan sektor otomotif global.

Namun demikian, emas tetap menjadi bintang utama dalam lanskap logam mulia, berkat kombinasi kekuatan teknikal dan dukungan makroekonomi global.

Kesimpulan: Emas di Ambang Era Baru?

Level $4.000 per ons tidak hanya menjadi angka psikologis, tapi juga menjadi simbol dari perubahan lanskap keuangan global. Dari tekanan geopolitik, inflasi, suku bunga, hingga krisis fiskal, semua faktor tampaknya mengarah pada peningkatan permintaan terhadap aset aman seperti emas.

Meskipun hambatan jangka pendek seperti penguatan dolar dan ketidakpastian politik masih bisa menahan laju emas, bias jangka menengah dan panjang tetap bullish, terutama jika The Fed benar-benar bergerak ke arah pelonggaran kebijakan moneter.

Dengan bank sentral global terus membeli emas, ETF menunjukkan arus masuk yang solid, dan prospek fundamental yang mendukung, harga emas berpotensi menembus rekor-rekor baru dalam beberapa tahun mendatang. Seperti yang disinyalir oleh Goldman Sachs, target $4.900/oz pada 2026 kini bukan lagi angan-angan, tetapi skenario yang semakin realistis.

 
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures

Monday, 6 October 2025

Bestprofit | Emas Uji $4000 di Tengah Ketidakpastian

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (7/10) – Pasar komoditas global kembali diramaikan oleh pergerakan harga emas yang signifikan. Di awal perdagangan Asia, harga emas melonjak ke rekor tertinggi baru, memperkuat tren bullish yang telah terbentuk dalam beberapa bulan terakhir. Didukung oleh berbagai faktor seperti ketidakpastian makroekonomi, pelemahan dolar AS, dan meningkatnya permintaan terhadap aset keras, emas kembali menunjukkan daya tariknya sebagai safe haven utama.

Kenaikan Emas di Tengah Ketidakpastian Makroekonomi

Emas spot tercatat naik 0,3% menjadi $3.969,75 per ons setelah sempat menyentuh rekor tertinggi intraday di $3.976,18/oz, menurut data ICE. Kenaikan ini bukan sekadar fluktuasi teknikal, melainkan cerminan dari meningkatnya kecemasan pasar terhadap kondisi ekonomi global.

Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com, dalam sebuah email menyebutkan bahwa tren kenaikan harga emas saat ini didorong oleh ketidakpastian makro yang luas. Ketidakpastian tersebut mencakup berbagai aspek — dari perlambatan pertumbuhan ekonomi global, ketegangan geopolitik, hingga arah kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia.

Kondisi global yang tidak menentu membuat para investor mencari perlindungan pada aset yang lebih stabil, dan emas — sebagai komoditas yang telah terbukti nilainya selama ribuan tahun — menjadi pilihan utama.

Dolar Melemah, Emas Menguat

Salah satu pendorong utama dari kenaikan harga emas adalah pelemahan dolar AS. Hubungan antara emas dan dolar bersifat invers — ketika dolar melemah, emas menjadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain, sehingga permintaan meningkat dan harga terdorong naik.

Pelemahan dolar saat ini terjadi di tengah spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin akan mengadopsi sikap moneter yang lebih dovish dalam beberapa bulan ke depan. Suku bunga yang lebih rendah akan menurunkan imbal hasil obligasi, membuat aset non-yielding seperti emas menjadi lebih menarik.

Ketidakpastian terhadap masa depan ekonomi AS, serta ketegangan fiskal yang belum mereda, turut memberi tekanan pada dolar. Dalam konteks ini, emas kembali menguat sebagai lindung nilai terhadap kemungkinan inflasi dan devaluasi mata uang.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Permintaan Terus Berlanjut untuk Aset Keras

Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran tren investasi global dari aset berbasis fiat ke aset keras. Investor institusional maupun ritel kini lebih tertarik untuk menempatkan dananya di aset fisik seperti emas dan logam mulia lainnya.

Menurut Razaqzada, permintaan terhadap “aset keras” seperti emas tetap kuat. Ini bukan hanya karena faktor ketakutan pasar, tetapi juga karena adanya perubahan dalam strategi diversifikasi portofolio. Di tengah volatilitas pasar saham dan kripto, serta ancaman terhadap stabilitas keuangan global, emas menjadi simbol ketahanan nilai yang konsisten.

Bank-bank sentral dunia juga tercatat terus menambah cadangan emas mereka dalam beberapa tahun terakhir, sebagai bagian dari strategi untuk memperkuat stabilitas moneter di tengah ketidakpastian ekonomi.

Level Teknis Kritis: Potensi Menuju $4.000/oz

Dalam analisis teknikal, penembusan terhadap level resistensi penting seringkali menandakan kelanjutan tren. Dalam hal ini, emas telah berhasil menembus level $3.900/oz — sebuah level psikologis dan teknikal yang penting. Menurut Razaqzada, hal ini hanya memperkuat momentum bullish karena tidak ada aksi jual signifikan yang terlihat setelah penembusan tersebut.

“Penembusan emas di atas level bulat lainnya hanya memicu momentum bullish mengingat kurangnya aktivitas jual yang signifikan,” katanya. Artinya, pasar masih memiliki potensi naik lebih lanjut tanpa tekanan jual besar yang biasanya menandai titik pembalikan harga.

Dengan $3.900 telah dilewati, target selanjutnya berada di $4.000/oz. Jika level tersebut tercapai dan bertahan, maka akan membuka potensi reli emas yang lebih panjang dalam jangka menengah hingga panjang.

Apa yang Mendorong Target $4.000/oz Menjadi Realistis?

Beberapa faktor fundamental mendukung skenario harga emas mencapai atau bahkan melampaui $4.000/oz:

  1. Inflasi Global yang Tetap Tinggi
    Meskipun inflasi di beberapa negara telah melambat, namun tetap berada di atas target bank sentral. Emas secara historis dianggap sebagai pelindung nilai terhadap inflasi.

  2. Ketidakpastian Geopolitik dan Perang Dagang
    Konflik di berbagai kawasan — termasuk Eropa Timur, Timur Tengah, dan ketegangan AS-China — menciptakan ketidakpastian global yang mendorong permintaan emas.

  3. Ketergantungan pada Bank Sentral
    Ketiadaan arah kebijakan yang jelas dari bank sentral utama membuat pasar rentan terhadap kejutan. Dalam situasi ini, emas menawarkan kestabilan nilai jangka panjang.

  4. Diversifikasi Portofolio oleh Investor Besar
    Hedge fund, manajer kekayaan institusi, dan bahkan perusahaan teknologi mulai menambah eksposur mereka ke emas, sebagai pelindung nilai terhadap volatilitas pasar.

Apa Risiko dari Tren Kenaikan Ini?

Meski saat ini harga emas menunjukkan kekuatan teknikal dan fundamental, tetap ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan:

  • Kebijakan Suku Bunga yang Lebih Ketat dari Perkiraan
    Jika bank sentral seperti The Fed kembali mengadopsi kebijakan hawkish, maka emas bisa menghadapi tekanan karena kenaikan suku bunga meningkatkan opportunity cost dari memegang emas.

  • Penguatan Kembali Dolar AS
    Jika dolar kembali menguat karena perbaikan ekonomi atau arus masuk modal, maka harga emas bisa mengalami koreksi.

  • Profit Taking dan Volatilitas Teknis
    Setelah mencapai rekor tertinggi, tidak menutup kemungkinan terjadinya aksi ambil untung yang bisa menekan harga emas dalam jangka pendek.

Kesimpulan: Emas Kembali Menjadi Primadona

Kenaikan harga emas hingga mendekati $4.000/oz mencerminkan bukan hanya faktor teknikal, tetapi juga sentimen pasar terhadap ketidakpastian global. Dalam konteks ekonomi yang penuh risiko, emas kembali menegaskan posisinya sebagai aset safe haven utama.

Dengan permintaan yang terus meningkat, pelemahan dolar, dan ketegangan geopolitik yang belum mereda, tren bullish ini berpotensi berlanjut. Namun, investor juga perlu waspada terhadap potensi koreksi jangka pendek akibat faktor eksternal.

Bagi para pelaku pasar, baik trader maupun investor jangka panjang, saat ini merupakan waktu yang krusial untuk memperhatikan perkembangan emas secara aktif. Level psikologis $4.000/oz akan menjadi titik penting yang menentukan arah harga emas dalam beberapa bulan ke depan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 5 October 2025

Bestprofit | Rekor Emas Terpecahkan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (6/10) – Senin, 6 Oktober 2025, pasar keuangan global dikejutkan oleh lonjakan harga emas yang menembus level $3.920 per ons, level tertinggi sepanjang sejarah. Lonjakan harga emas ini mencerminkan meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan politik, terutama di Amerika Serikat, yang tengah menghadapi penutupan pemerintahan (government shutdown) berkepanjangan. Sementara logam kuning menjadi primadona, mata uang dolar AS justru menunjukkan penguatan moderat, menandakan kompleksitas sentimen pasar saat ini.

Penutupan Pemerintah AS: Sumber Ketidakpastian Global

Penutupan pemerintahan AS yang sedang berlangsung telah menjadi salah satu faktor utama pemicu reli harga emas. Ketika pemerintah federal berhenti beroperasi sebagian karena kebuntuan anggaran, banyak sektor publik lumpuh, dan kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi AS mulai luntur.

Penutupan ini juga berdampak langsung pada penundaan rilis data ekonomi penting, seperti data ketenagakerjaan bulanan yang seharusnya dirilis pada Jumat lalu. Bagi investor, ketiadaan data ini berarti hilangnya indikator penting untuk menilai arah perekonomian AS, membuat pasar cenderung mencari aset safe haven seperti emas untuk perlindungan nilai.

Ketidakpastian fiskal dan ketidakmampuan pemerintah menjalankan fungsinya secara normal memunculkan kekhawatiran bahwa krisis politik di Washington akan berdampak sistemik pada pasar global. Di tengah ketidakpastian tersebut, permintaan terhadap emas meningkat tajam sebagai bentuk antisipasi atas potensi gejolak lanjutan.

Emas sebagai Aset Safe Haven: Kembali Jadi Pilihan Utama

Sejak dahulu, emas dikenal sebagai aset lindung nilai yang efektif terhadap ketidakpastian ekonomi dan politik. Dalam konteks saat ini, emas kembali menjadi pilihan utama investor, seiring meningkatnya risiko sistemik.

Tidak hanya investor institusional, investor ritel juga mulai memborong emas fisik dan derivatifnya. Lonjakan ini bahkan menular ke logam mulia lainnya seperti perak, platinum, dan paladium yang turut mencatat kenaikan harga signifikan. Pagi ini, emas diperdagangkan di kisaran $3.908 per ons, sedikit terkoreksi dari puncaknya namun tetap menguat 0,6% dibanding hari sebelumnya.

Sentimen bullish ini didorong oleh perpaduan antara permintaan tinggi dan pasokan yang relatif terbatas, serta meningkatnya ekspektasi bahwa ketidakpastian global tidak akan mereda dalam waktu dekat.

Faktor Lain Pendorong Kenaikan: Trump, Geopolitik, dan Suku Bunga

Lonjakan harga emas sepanjang 2025 tidak terjadi dalam ruang hampa. Sejak awal tahun, harga emas telah melonjak hampir 50%, sebuah peningkatan dramatis yang dipicu oleh kombinasi beberapa faktor makroekonomi dan geopolitik:

  1. Kebijakan Presiden Donald Trump
    Kembalinya Trump ke Gedung Putih membawa serta kebijakan ekonomi yang kontroversial. Meski pro-bisnis, kebijakan fiskal dan perdagangan Trump kerap menciptakan volatilitas. Pendekatannya yang keras terhadap beberapa negara mitra dagang dan strategi proteksionis telah meningkatkan kekhawatiran investor global.

  2. Gejolak Geopolitik
    Ketegangan antara AS dan Tiongkok, konflik di Timur Tengah, serta krisis diplomatik di beberapa kawasan turut menciptakan atmosfer global yang tidak stabil. Dalam situasi seperti ini, investor cenderung mencari perlindungan dalam bentuk emas dan logam mulia lainnya.

  3. Kebijakan Moneter The Fed
    Federal Reserve telah memangkas suku bunga beberapa kali tahun ini dalam upaya menopang pertumbuhan ekonomi yang melambat. Pemangkasan suku bunga ini menyebabkan imbal hasil obligasi turun, menjadikan emas yang tidak memberikan bunga lebih menarik secara relatif. Emas pun menjadi pilihan rasional di tengah rendahnya return dari instrumen pendapatan tetap.

Dolar AS dan Emas: Hubungan yang Rumit

Menariknya, di tengah reli harga emas, indeks dolar AS juga menunjukkan penguatan sebesar 0,3%. Biasanya, harga emas dan dolar bergerak berlawanan arah—ketika dolar menguat, emas cenderung melemah, dan sebaliknya. Namun, situasi kali ini menunjukkan anomali pasar, di mana kedua aset safe haven tersebut justru sama-sama menguat.

Fenomena ini bisa dijelaskan oleh meningkatnya permintaan global atas aset aman dalam berbagai bentuk. Investor asing mungkin tetap membeli dolar sebagai bentuk perlindungan sementara, namun juga mengalihkan sebagian besar portofolio mereka ke emas untuk perlindungan nilai jangka panjang.

Dampak ke Pasar Global dan Domestik

Lonjakan harga emas ini tidak hanya berdampak pada pasar global, tetapi juga mengguncang pasar domestik di banyak negara:

  • Bank Sentral di berbagai negara mulai meninjau kembali kebijakan moneter mereka untuk mengantisipasi potensi volatilitas lebih lanjut.

  • Pasar saham di negara berkembang mengalami tekanan, karena arus dana keluar ke instrumen safe haven.

  • Harga emas domestik di negara seperti Indonesia, India, dan China mencatat rekor baru, memicu minat masyarakat terhadap investasi logam mulia.

Beberapa analis memprediksi bahwa jika ketidakpastian global tidak mereda, harga emas bisa terus menanjak dan menembus level $4.000 per ons dalam waktu dekat.

Apa yang Bisa Diharapkan Selanjutnya?

Melihat dinamika saat ini, pasar emas tampaknya akan tetap volatil, namun berada dalam tren naik (bullish) untuk jangka pendek hingga menengah. Beberapa faktor yang harus terus diawasi oleh investor meliputi:

  • Apakah penutupan pemerintahan AS akan segera diakhiri, atau justru berlarut-larut?

  • Akankah The Fed kembali memangkas suku bunga atau mempertahankan sikap dovish?

  • Sejauh mana ketegangan geopolitik akan terus bereskalasi?

  • Dan apakah inflasi global akan tetap tinggi atau mulai melandai?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan sangat menentukan arah pergerakan emas dan pasar keuangan global dalam beberapa bulan ke depan.

Kesimpulan: Emas di Puncak, Dunia di Persimpangan

Harga emas yang mencapai $3.920 per ons bukan sekadar angka, melainkan cerminan dari keresahan global yang mendalam. Ketika pemerintah AS tidak mampu menjalankan fungsinya, ketika data ekonomi terhenti, dan ketika pasar kehilangan arah, investor kembali ke logam mulia yang selama ribuan tahun dipercaya sebagai pelindung kekayaan.

Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, emas kembali memainkan peran sentral sebagai simbol keamanan dan stabilitas. Namun, seperti biasa, pasar tidak bergerak dalam garis lurus. Koreksi bisa terjadi kapan saja, dan investor harus tetap waspada serta berpikir jangka panjang.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 2 October 2025

Bestprofit | Emas Naik karena Shutdown AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (3/10) – Harga emas mengalami kenaikan tipis pada awal perdagangan Asia, ditopang oleh kekhawatiran akan dampak ekonomi dari potensi penutupan pemerintah Amerika Serikat (AS). Kondisi ini memperkuat ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar dari Federal Reserve (The Fed), yang pada akhirnya mendukung kenaikan harga logam mulia tersebut.

Dalam kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian, investor kembali melirik emas sebagai aset safe haven. Selain didorong oleh potensi pelonggaran suku bunga, logam mulia ini juga memperoleh dukungan dari permintaan bank sentral dan pelemahan dolar AS.

Risiko Penutupan Pemerintah AS dan Dampaknya terhadap Ekonomi

Ancaman penutupan pemerintah AS menjadi salah satu sentimen utama yang menggerakkan pasar saat ini. Penutupan pemerintah, atau government shutdown, terjadi ketika Kongres gagal menyetujui anggaran federal, yang menyebabkan sebagian layanan pemerintah berhenti beroperasi.

Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, melalui pernyataan yang disampaikan oleh Deputi Menteri Keuangan, Bessent, menyatakan bahwa penutupan semacam itu dapat “menggerogoti pertumbuhan ekonomi AS secara signifikan.” Ketidakpastian ini menambah tekanan pada ekonomi yang sudah menghadapi berbagai tantangan global, mulai dari inflasi tinggi, konflik geopolitik, hingga ketidakpastian pasar tenaga kerja.

Jika ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda pelambatan akibat penutupan tersebut, maka tekanan terhadap The Fed untuk memangkas suku bunga akan semakin besar. Hal ini membuat pasar mulai memperhitungkan kemungkinan kebijakan moneter yang lebih akomodatif dalam waktu dekat.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Daya Tarik Emas di Tengah Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga

Emas dikenal sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan inflasi. Dalam kondisi normal, kenaikan suku bunga cenderung membebani emas karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil atau bunga. Namun, ketika pasar memperkirakan suku bunga akan turun, maka daya tarik emas meningkat karena opportunity cost untuk memegangnya menjadi lebih rendah.

Menurut analis pasar senior di City Index dan FOREX.com, Fawad Razaqzada, harga emas saat ini mendapat dukungan dari beberapa faktor utama: ekspektasi terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar, permintaan yang stabil dari bank sentral, serta pelemahan dolar AS.

“Pasar mulai berspekulasi bahwa The Fed mungkin akan segera menyesuaikan suku bunga mereka untuk mengimbangi dampak negatif dari penutupan pemerintah. Ini memberikan ruang bagi emas untuk menguat,” ujar Razaqzada dalam sebuah email kepada media.

Pergerakan Harga Emas Terbaru

Dalam sesi perdagangan Asia pada Kamis pagi, harga emas spot tercatat naik tipis sebesar 0,1% menjadi $3.861,22 per ons. Walau kenaikannya relatif kecil, namun pergerakan ini mencerminkan sentimen hati-hati investor yang menanti kejelasan arah kebijakan fiskal dan moneter AS dalam beberapa minggu ke depan.

Kenaikan harga emas juga tidak terlepas dari fluktuasi dolar AS. Mata uang AS melemah terhadap sebagian besar mata uang utama dunia, terutama setelah muncul ekspektasi bahwa The Fed tidak akan melanjutkan kebijakan pengetatan yang agresif. Dolar yang lebih lemah membuat harga emas dalam denominasi dolar menjadi lebih murah bagi investor luar negeri, sehingga mendorong permintaan.

Permintaan Bank Sentral Global Terhadap Emas

Selain faktor makroekonomi, harga emas juga didukung oleh permintaan dari bank sentral di berbagai negara. Dalam beberapa tahun terakhir, tren pembelian emas oleh bank sentral terus meningkat sebagai bagian dari diversifikasi cadangan devisa.

Negara-negara seperti China, Rusia, India, dan beberapa negara Timur Tengah secara aktif meningkatkan kepemilikan emas mereka. Alasan utamanya adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS, serta meningkatkan stabilitas cadangan devisa di tengah volatilitas geopolitik dan keuangan global.

Permintaan jangka panjang yang kuat dari sektor institusional ini menjadi penopang fundamental bagi harga emas, bahkan ketika terjadi volatilitas jangka pendek akibat sentimen pasar.

Ketidakpastian Geopolitik Tambah Dorongan ke Emas

Ketegangan geopolitik yang terus berkembang di berbagai wilayah dunia turut menambah dorongan ke arah aset-aset safe haven seperti emas. Konflik di Timur Tengah, ketegangan antara China dan Taiwan, serta perang yang masih berlangsung di Ukraina menjadi faktor-faktor eksternal yang mendukung harga emas.

Investor global cenderung mengalihkan sebagian portofolionya ke aset yang dianggap lebih aman ketika situasi politik dan ekonomi dunia memburuk. Dalam konteks ini, emas tetap menjadi pilihan utama karena likuiditasnya yang tinggi dan statusnya sebagai penyimpan nilai universal.

Outlook Emas di Sisa Tahun 2025

Melihat kondisi pasar saat ini, prospek emas untuk sisa tahun 2025 terlihat cukup positif, terutama jika The Fed benar-benar mengambil langkah dovish dalam beberapa bulan mendatang. Ekspektasi pelonggaran suku bunga, ketidakpastian fiskal AS, serta melemahnya dolar AS dapat menjadi kombinasi yang menguntungkan bagi logam mulia ini.

Namun, para analis juga mengingatkan bahwa volatilitas tetap tinggi, terutama jika data ekonomi AS menunjukkan ketahanan yang mengejutkan atau jika inflasi kembali meningkat. Dalam skenario tersebut, The Fed bisa saja menunda pemangkasan suku bunga, yang tentu saja akan membebani harga emas.

Kesimpulan

Kenaikan tipis harga emas pada awal perdagangan Asia mencerminkan kehati-hatian investor di tengah ketidakpastian kebijakan fiskal AS dan prospek ekonomi global. Penutupan pemerintah AS menjadi katalis penting yang dapat memicu perubahan arah kebijakan moneter The Fed, yang pada gilirannya memperkuat daya tarik emas.

Dengan permintaan yang kuat dari bank sentral, dukungan teknikal dari pelemahan dolar AS, serta tekanan geopolitik global, emas diperkirakan tetap akan menjadi aset penting dalam portofolio lindung nilai. Namun, investor tetap perlu mencermati perkembangan ekonomi AS dan arah kebijakan The Fed dalam menentukan strategi investasi ke depan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 1 October 2025

Bestprofit | Emas Melemah Sementara

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/04/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (2/10) – Harga emas mengalami pelemahan pada sesi perdagangan Asia di pagi hari, menyusul lonjakan tajam yang terjadi sebelumnya. Meskipun emas berjangka Comex bulan depan mencatat kenaikan sebesar 0,7% dan ditutup pada $3.867,50 per ounce pada hari Rabu — level tertinggi baru — pergerakan harga saat ini menunjukkan potensi koreksi teknis jangka pendek. Namun, dukungan fundamental dari data ekonomi Amerika Serikat yang lemah bisa menjadi bantalan penurunan harga logam mulia ini.

Kenaikan Tajam dan Level Psikologis Baru

Emas berjangka Comex bulan depan mencatat lonjakan signifikan pada Rabu, naik 0,7% dan mencapai $3.867,50 per ounce — sebuah pencapaian level tertinggi baru. Kenaikan ini dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi global serta meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) di masa mendatang.

Kenaikan harga ini membawa emas mendekati level psikologis penting, yang sering kali menjadi area resistensi teknikal dan menjadi fokus perhatian para trader dan analis. Level psikologis adalah titik harga yang dianggap signifikan secara emosional dan teknikal, seperti $3.900 atau $4.000 per ounce. Saat harga mendekati angka-angka tersebut, volatilitas cenderung meningkat, sebagaimana disampaikan oleh analis pasar Linh Tran dari XS.com.

Koreksi Teknis di Sesi Asia: Sementara atau Awal Tren Turun?

Meski sebelumnya menunjukkan penguatan, emas spot turun tipis sebesar 0,2% menjadi $3.858,66 per ounce pada sesi Asia pagi ini. Penurunan ini dipandang oleh banyak pelaku pasar sebagai koreksi teknis yang wajar, mengingat kenaikan harga yang cukup tajam dalam beberapa hari terakhir.

Koreksi teknis adalah fenomena umum di pasar keuangan ketika harga aset mengalami penurunan sementara setelah mengalami kenaikan signifikan. Hal ini biasanya tidak disebabkan oleh perubahan fundamental, melainkan lebih karena aksi ambil untung (profit-taking) oleh para pelaku pasar.

Menurut Linh Tran, koreksi seperti ini tidak serta merta mengubah tren utama emas yang masih condong ke atas. “Emas akan terus menguat tetapi dengan fluktuasi berkala di sekitar level psikologis utama, mengingat latar belakang data AS yang beragam,” jelasnya dalam sebuah email.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Dampak Laporan ADP: Sinyal Lemahnya Ketenagakerjaan AS

Faktor fundamental yang mendukung harga emas adalah laporan ketenagakerjaan dari ADP (Automatic Data Processing) yang dirilis semalam. Laporan ini menunjukkan penurunan tak terduga dalam jumlah pekerjaan sektor swasta di AS pada bulan September.

Menurut data ADP, penciptaan lapangan kerja hanya mencapai 89.000, jauh di bawah ekspektasi pasar yang berkisar di angka 150.000. Angka ini mengindikasikan melambatnya pertumbuhan ekonomi, dan bisa menjadi salah satu alasan bagi The Fed untuk mempertimbangkan pelonggaran kebijakan moneternya.

Lemahnya data ini mendorong ekspektasi pasar bahwa The Fed kemungkinan besar akan mulai menurunkan suku bunga lebih awal dari perkiraan sebelumnya. Suku bunga yang lebih rendah akan membuat aset non-yielding seperti emas menjadi lebih menarik dibandingkan obligasi atau instrumen keuangan berbunga lainnya.

The Fed dan Ekspektasi Penurunan Suku Bunga

Pasar kini memantau dengan ketat langkah-langkah yang akan diambil oleh Federal Reserve menyusul serangkaian data ekonomi yang melemah. Selain data ADP, indikator ekonomi lainnya seperti indeks manufaktur, belanja konsumen, dan inflasi juga menunjukkan tanda-tanda pelambatan.

Jika tren ini berlanjut, The Fed kemungkinan besar akan mengubah arah kebijakan moneternya. Penurunan suku bunga akan melemahkan dolar AS dan menurunkan imbal hasil obligasi, dua faktor yang sangat mendukung penguatan harga emas.

Linh Tran menekankan bahwa “serangkaian data yang lemah akan semakin mendekatkan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, mendukung pergerakan emas menuju level psikologis yang lebih tinggi.” Hal ini menunjukkan bahwa meskipun harga emas saat ini sedang terkoreksi, fundamental jangka menengah hingga panjang tetap positif.

Ketidakpastian Global dan Permintaan Safe Haven

Selain faktor ekonomi AS, ketidakpastian global juga terus menjadi pendorong utama permintaan terhadap emas. Ketegangan geopolitik di beberapa kawasan, seperti konflik di Eropa Timur dan Timur Tengah, serta kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi Tiongkok, membuat investor beralih ke aset yang dianggap aman seperti emas.

Investor institusional dan bank sentral global juga meningkatkan kepemilikan emas mereka sebagai langkah diversifikasi cadangan devisa dan perlindungan terhadap risiko sistemik. Permintaan dari sektor ritel pun meningkat, terutama di negara-negara seperti India dan Tiongkok yang memiliki tradisi kuat terhadap investasi emas.

Analisis Teknikal: Titik Kritis di Depan Mata

Secara teknikal, harga emas saat ini berada di area resistance kuat. Jika harga berhasil menembus dan bertahan di atas $3.870–$3.880 per ounce, maka level $3.900 bahkan $4.000 per ounce dapat dicapai dalam waktu dekat. Namun, jika koreksi berlanjut dan harga turun di bawah $3.830, maka potensi konsolidasi jangka pendek menjadi semakin besar.

Indikator RSI (Relative Strength Index) pada grafik harian menunjukkan kondisi overbought, mendukung kemungkinan terjadinya penurunan dalam jangka pendek. Namun, tren jangka menengah masih tetap bullish selama harga tidak menembus support kritis.

Kesimpulan: Fluktuasi Sementara, Tren Masih Positif

Pelemahan harga emas di sesi Asia pagi ini kemungkinan besar merupakan koreksi teknis jangka pendek setelah kenaikan tajam sebelumnya. Dukungan dari data ekonomi AS yang lemah, khususnya laporan ketenagakerjaan ADP, memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang akan mendukung harga emas dalam jangka menengah.

Dengan latar belakang ketidakpastian global dan permintaan terhadap aset safe haven yang tetap tinggi, tren harga emas secara keseluruhan masih menunjukkan arah kenaikan. Namun, fluktuasi di sekitar level psikologis seperti $3.850 hingga $3.900 harus diwaspadai oleh para trader dan investor.

Sebagaimana dikatakan oleh Linh Tran dari XS.com, pasar emas saat ini berada dalam fase dinamis dengan potensi naik yang signifikan, namun disertai dengan volatilitas jangka pendek yang tidak bisa diabaikan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 30 September 2025

Bestprofit | Emas Meroket, AS Terancam

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (1/10) – Emas menguat di sesi Asia pada pagi hari ini, mencerminkan meningkatnya kekhawatiran global terhadap stabilitas ekonomi dan politik Amerika Serikat. Pemerintah federal AS berada di ambang penutupan karena Kongres diperkirakan akan melewatkan tenggat waktu penting untuk mendanai badan-badan federal. Dalam konteks ini, para investor berbondong-bondong mengalihkan dana mereka ke aset safe haven seperti emas, mendorong harga logam mulia ini ke level yang lebih tinggi.

Ketegangan Politik AS Memicu Kekhawatiran Pasar

Situasi di Washington semakin memanas setelah pembicaraan antara Presiden Trump dan para pemimpin Kongres berakhir tanpa mencapai kesepakatan mengenai pendanaan pemerintah. Ketegangan ini meningkatkan kekhawatiran akan kemungkinan shutdown pemerintah federal, yang akan berdampak langsung pada berbagai sektor pelayanan publik dan perekonomian domestik.

Penutupan pemerintahan (government shutdown) adalah situasi di mana badan-badan federal terpaksa menghentikan operasional mereka karena tidak adanya dana operasional yang sah. Dalam sejarah AS, shutdown telah terbukti menimbulkan ketidakpastian ekonomi, mengganggu pasar keuangan, dan memperlemah kepercayaan investor.

Harga Emas Spot dan Berjangka Melonjak

Merespons kekhawatiran ini, harga emas spot naik 0,1% menjadi $3.860,88 per ons (oz). Ini merupakan sinyal bahwa investor sedang mencari perlindungan dari volatilitas pasar yang mungkin timbul akibat kebuntuan politik di Washington.

Lebih mencolok lagi, harga emas berjangka Comex untuk bulan depan mencatat lonjakan signifikan, berakhir 16,59% lebih tinggi di kuartal ketiga. Ini menjadi rekor kenaikan bersih kuartalan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Kinerja ini mencerminkan sentimen kuat terhadap logam mulia sebagai aset pelindung nilai di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Permintaan Aset Safe Haven Meningkat

Agustina Patti, ahli strategi pasar dari Exness, menjelaskan dalam sebuah pernyataan email bahwa penguatan harga emas ini didorong oleh meningkatnya permintaan global terhadap aset safe haven. Emas, bersama dengan aset lain seperti obligasi pemerintah AS dan franc Swiss, secara tradisional dianggap sebagai instrumen yang relatif aman di tengah gejolak pasar.

“Ketika ketidakpastian meningkat—baik karena faktor politik, ekonomi, maupun geopolitik—investor cenderung menarik dana mereka dari aset berisiko tinggi seperti saham dan beralih ke logam mulia,” ujar Patti.

Fokus Global Tertuju pada Washington

Selama beberapa minggu ke depan, fokus pasar kemungkinan besar akan tetap tertuju pada perkembangan di Washington. Ketidakpastian mengenai nasib anggaran federal AS dapat menjadi pemicu volatilitas yang lebih besar di pasar global. Jika kesepakatan pendanaan tidak tercapai, shutdown bisa berlangsung dalam waktu yang lama, memperburuk sentimen konsumen dan memperlambat pertumbuhan ekonomi AS.

Hal ini pada gilirannya akan memperkuat narasi bahwa emas merupakan pilihan investasi yang bijaksana di tengah turbulensi politik dan ekonomi.

Kondisi Global Mendukung Tren Kenaikan Emas

Selain faktor domestik di AS, ada juga elemen global yang memperkuat tren kenaikan emas. Ketegangan geopolitik di beberapa wilayah, seperti konflik di Timur Tengah dan ketidakpastian terkait hubungan dagang antara AS dan mitra dagangnya, juga mendorong permintaan terhadap emas.

Selain itu, pelonggaran kebijakan moneter oleh beberapa bank sentral besar, termasuk Federal Reserve, mendorong imbal hasil obligasi ke level rendah. Ini membuat emas, yang tidak memberikan bunga atau dividen, menjadi lebih menarik secara relatif.

Arah Kebijakan The Fed dan Pengaruhnya pada Harga Emas

Meski fokus saat ini tertuju pada dinamika politik AS, arah kebijakan moneter Federal Reserve juga akan memainkan peran penting dalam menentukan arah harga emas ke depan. Jika The Fed memutuskan untuk menahan atau memangkas suku bunga dalam beberapa bulan mendatang, hal ini akan semakin mendukung harga emas.

Suku bunga yang lebih rendah menurunkan opportunity cost untuk memegang emas dan biasanya mendorong pelemahan dolar AS, dua faktor yang mendukung kenaikan harga logam mulia.

Prospek Harga Emas di Kuartal Keempat

Dengan mencatatkan lonjakan 16,59% selama kuartal ketiga, pelaku pasar kini menantikan apakah momentum tersebut akan berlanjut di kuartal keempat. Banyak analis memperkirakan bahwa selama ketidakpastian tetap tinggi, permintaan terhadap emas akan tetap solid.

Namun, potensi koreksi teknikal juga harus diperhitungkan, terutama jika terjadi terobosan dalam negosiasi anggaran di Kongres AS atau munculnya sentimen positif yang meredam permintaan safe haven.

Beberapa lembaga riset memperkirakan bahwa harga emas dapat mencapai kisaran $4.000/oz jika krisis politik di AS terus berlanjut dan ekonomi global mengalami perlambatan.

Investasi Emas: Antara Perlindungan dan Spekulasi

Lonjakan harga emas ini memicu diskusi mengenai peran emas dalam portofolio investasi modern. Di satu sisi, emas dikenal sebagai instrumen lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian. Namun, fluktuasi harga yang tajam juga membuka peluang spekulasi, terutama bagi investor jangka pendek.

Para analis menyarankan agar investor tetap berhati-hati dan tidak terburu-buru mengikuti euforia pasar. Diversifikasi aset dan manajemen risiko yang cermat tetap menjadi kunci, terutama di tengah kondisi global yang sangat dinamis.

Kesimpulan: Ketidakpastian adalah Bahan Bakar Emas

Secara keseluruhan, penguatan emas di sesi Asia merupakan refleksi dari kekhawatiran global terhadap stabilitas politik dan ekonomi AS. Dengan Kongres yang kemungkinan besar gagal mencapai kesepakatan anggaran dan ancaman shutdown federal semakin nyata, investor memilih untuk mengamankan aset mereka di logam mulia.

Kinerja kuat emas selama kuartal ketiga—ditandai oleh kenaikan lebih dari 16%—menggambarkan bagaimana logam ini tetap menjadi pilihan utama dalam menghadapi ketidakpastian. Apakah tren ini akan berlanjut atau tidak akan sangat tergantung pada langkah-langkah yang diambil oleh para pembuat kebijakan di Washington dan arah kebijakan moneter global.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Monday, 29 September 2025

Bestprofit | Emas Loyo di Awal Perdagangan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-4.jpg

Bestprofit (30/9) – Harga emas sedikit terkoreksi pada awal perdagangan Asia setelah mencatat rekor tertinggi. Namun, ketidakpastian politik dan faktor fundamental lainnya membuat logam mulia ini tetap menarik bagi investor.

1. Emas Menguat ke Rekor Baru, Lalu Melemah Tipis

Emas berjangka Comex untuk pengiriman Oktober ditutup 1,2% lebih tinggi pada hari Senin, mencetak rekor tertinggi baru di tengah sentimen pasar yang positif terhadap logam mulia. Kenaikan tersebut mencerminkan kepercayaan investor terhadap emas sebagai aset lindung nilai, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global.

Namun, pada awal perdagangan Asia hari Selasa, emas mengalami pelemahan tipis. Emas spot tercatat turun 0,1% menjadi $3.828,26 per ons. Penurunan ini dinilai sebagai bentuk koreksi teknis setelah lonjakan tajam pada sesi sebelumnya.

Koreksi teknis semacam ini merupakan bagian wajar dari pergerakan harga di pasar komoditas, di mana para pelaku pasar cenderung melakukan aksi ambil untung (profit-taking) setelah reli signifikan.

2. Kegagalan Perundingan Pemerintah AS Meningkatkan Ketidakpastian

Salah satu faktor yang menjaga daya tarik emas meski terjadi pelemahan harga adalah ketidakpastian politik di Amerika Serikat. Perundingan antara pihak legislatif dan eksekutif di Gedung Putih semalam gagal menghasilkan kesepakatan yang bisa mencegah potensi penutupan pemerintahan (government shutdown).

Potensi penutupan pemerintah AS biasanya memicu kekhawatiran pasar, yang pada gilirannya mendorong permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Investor cenderung mengalihkan dana mereka dari aset berisiko seperti saham ke aset yang dianggap lebih stabil, seperti emas, dolar AS, dan obligasi pemerintah.

Menurut Hani Abuagla, analis pasar senior di XTB MENA, “Ketidakpastian politik di Washington menambah daya tarik emas.” Hal ini menegaskan bahwa sentimen pasar saat ini sangat sensitif terhadap perkembangan politik, khususnya di ekonomi terbesar dunia.


Kunjungi juga : bestprofit futures

3. Safe Haven: Mengapa Emas Tetap Menarik di Tengah Volatilitas?

Dalam situasi ketidakpastian, emas selalu menjadi pilihan utama investor sebagai safe haven. Aset ini telah lama dianggap sebagai pelindung nilai terhadap inflasi, krisis keuangan, serta gejolak politik dan ekonomi global.

Faktor-faktor berikut ini berkontribusi terhadap daya tarik emas saat ini:

  • Inflasi global yang masih tinggi di banyak negara, meski bank sentral telah menaikkan suku bunga secara agresif.

  • Krisis geopolitik di berbagai kawasan, seperti konflik di Timur Tengah dan ketegangan antara AS dan Tiongkok.

  • Ketidakstabilan ekonomi global, termasuk kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat.

Dalam konteks ini, permintaan terhadap emas tetap tinggi meskipun terjadi koreksi teknis jangka pendek.

4. Dukungan dari Bank Sentral dan Arus Masuk Investasi

Selain ketidakpastian politik, harga emas juga mendapat dukungan dari arus masuk investasi dan pembelian emas oleh bank sentral di berbagai negara.

Hani Abuagla mencatat bahwa arus masuk yang konsisten ke dalam produk investasi berbasis emas, serta pembelian stabil oleh bank sentral, telah memperkuat reli emas dalam beberapa bulan terakhir.

Beberapa alasan mengapa bank sentral terus membeli emas meliputi:

  • Diversifikasi cadangan devisa, menjauh dari ketergantungan terhadap dolar AS.

  • Perlindungan terhadap risiko geopolitik dan ketidakpastian makroekonomi.

  • Penguatan posisi mata uang lokal, dengan menjadikan emas sebagai aset cadangan yang relatif stabil.

Menurut data World Gold Council, sejumlah bank sentral besar seperti Tiongkok, India, dan Turki telah menambah cadangan emas mereka secara signifikan dalam dua tahun terakhir.

5. Analisis Teknikal: Apakah Koreksi Akan Berlanjut?

Secara teknikal, harga emas yang sempat mencetak rekor tertinggi dan kemudian turun tipis dapat menandakan beberapa hal:

  • Koreksi sehat setelah reli yang terlalu cepat.

  • Konsolidasi harga sebelum melanjutkan tren naik.

  • Awal potensi pembalikan tren, jika pelemahan berlanjut dan menembus level support penting.

Analis teknikal memperhatikan level-level kunci seperti:

  • Resistance: $3.850–$3.880 per ons (level tertinggi baru).

  • Support: $3.780–$3.800 per ons (area konsolidasi sebelumnya).

Jika harga emas bertahan di atas level support tersebut, maka kemungkinan besar tren bullish masih akan berlanjut dalam waktu dekat. Sebaliknya, jika terjadi penembusan ke bawah, bisa memicu tekanan jual lebih lanjut.

6. Outlook Jangka Pendek dan Faktor yang Perlu Diperhatikan

Meski saat ini emas mengalami sedikit tekanan, outlook jangka pendek tetap positif dengan mempertimbangkan beberapa faktor:

  1. Ketidakpastian politik di AS masih berlanjut, terutama menjelang pemilu presiden tahun depan dan kemungkinan penutupan pemerintah.

  2. Data ekonomi AS yang akan dirilis minggu ini—seperti PCE Inflation dan laporan tenaga kerja—akan memengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve.

  3. Kebijakan bank sentral global, terutama apakah mereka akan mulai melonggarkan kebijakan moneter atau tetap hawkish.

  4. Sentimen pasar terhadap risiko, di mana ketegangan geopolitik atau kejadian tak terduga bisa meningkatkan permintaan terhadap safe haven.

7. Kesimpulan: Koreksi Emas Bersifat Sementara?

Meskipun emas mencatat sedikit penurunan di awal perdagangan Asia, banyak analis menilai bahwa pelemahan ini bersifat sementara dan merupakan bagian dari dinamika pasar normal. Koreksi teknis setelah reli besar adalah hal yang wajar, terutama ketika investor mengambil untung dari lonjakan harga.

Namun, faktor-faktor fundamental seperti ketidakpastian politik di AS, pembelian emas oleh bank sentral, dan tekanan ekonomi global memberikan dukungan yang kuat bagi harga emas dalam jangka menengah hingga panjang.

Dengan kombinasi antara sentimen risiko global dan dorongan permintaan institusional, emas kemungkinan besar akan tetap menjadi aset yang sangat diminati, terutama jika kondisi geopolitik dan ekonomi tidak menunjukkan tanda-tanda stabil dalam waktu dekat.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 28 September 2025

Bestprofit | Emas Menguat, Pasar Nantikan Fed

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (29/9) – Harga emas kembali menunjukkan penguatan pada awal perdagangan Asia. Kenaikan ini terjadi seiring dengan meningkatnya harapan bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga acuannya. Harapan ini memberikan dorongan pada daya tarik emas, yang dikenal sebagai logam mulia tanpa bunga (non-yielding asset).

Kondisi ini dipertegas oleh data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis pada Jumat lalu, menunjukkan bahwa pengukur inflasi pilihan The Fed—yaitu indeks harga PCE (Personal Consumption Expenditures)—berada sesuai dengan ekspektasi pasar. Reaksi pasar atas data ini pun cukup signifikan, dengan harga emas spot naik sebesar 0,3% menjadi $3.769,37 per ounce.

Stabilitas Inflasi AS Jadi Sinyal Pelonggaran

Data PCE bulan Agustus menunjukkan bahwa inflasi tahunan naik menjadi 2,7% dari sebelumnya 2,6%, sementara inflasi inti (core PCE) tetap stabil di angka 2,9%. Core PCE sendiri tidak memasukkan harga makanan dan energi yang cenderung fluktuatif, dan merupakan indikator inflasi yang paling diperhatikan oleh The Fed.

Menurut tim riset dari Sucden Financial, data ini memberikan gambaran bahwa tekanan inflasi di Amerika Serikat cukup terkendali. “Data menunjukkan gambaran inflasi yang stabil,” ungkap tim tersebut dalam laporannya. Mereka juga menambahkan bahwa situasi ini memperkuat ekspektasi bahwa The Fed dapat melonggarkan kebijakan moneternya dalam waktu dekat.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Mengapa Suku Bunga Penting bagi Emas?

Emas adalah aset yang tidak menghasilkan bunga atau imbal hasil. Oleh karena itu, ketika suku bunga tinggi, investor cenderung lebih memilih instrumen investasi seperti obligasi atau deposito yang memberikan return tetap. Sebaliknya, saat suku bunga turun atau ekspektasi terhadap suku bunga melemah, emas menjadi lebih menarik karena opportunity cost untuk memegang emas menjadi lebih rendah.

Dalam konteks saat ini, jika The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan, maka hal ini akan menjadi katalis kuat bagi harga emas untuk terus menguat. Investor global cenderung melakukan rotasi aset dari instrumen pendapatan tetap ke aset lindung nilai (safe haven) seperti emas.

Prospek The Fed dan Sikap Pasar

Pasar saat ini sedang memantau dengan cermat setiap pernyataan dari pejabat The Fed. Beberapa pernyataan dovish (bernuansa pelonggaran) dari anggota Federal Reserve selama dua pekan terakhir telah memicu spekulasi bahwa suku bunga bisa dipangkas lebih awal dari perkiraan sebelumnya, bahkan mungkin pada kuartal pertama tahun depan.

Menurut FedWatch Tool dari CME Group, probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed bulan Maret kini telah naik menjadi lebih dari 40%. Ekspektasi ini tentu akan memengaruhi keputusan investor dalam memilih alokasi aset mereka.

Faktor Global yang Mendukung Kenaikan Harga Emas

Selain faktor suku bunga AS, sejumlah kondisi global juga berperan dalam mendukung kenaikan harga emas:

  1. Ketidakpastian Geopolitik: Konflik yang masih berlangsung di beberapa wilayah seperti Timur Tengah, serta tensi antara AS dan Tiongkok, membuat emas tetap menarik sebagai aset safe haven.

  2. Kondisi Ekonomi Global yang Rentan: Meskipun beberapa negara telah menunjukkan pemulihan pasca pandemi, ketidakpastian ekonomi global tetap tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang melambat di Eropa dan Asia meningkatkan permintaan terhadap aset aman.

  3. Meningkatnya Cadangan Emas oleh Bank Sentral: Dalam beberapa tahun terakhir, banyak bank sentral dunia, terutama dari negara berkembang, terus menambah cadangan emas mereka sebagai langkah diversifikasi.

Sentimen Pasar terhadap Emas: Masih Positif

Meski telah mengalami reli yang cukup panjang sejak awal tahun, sentimen terhadap emas di kalangan investor institusi maupun ritel masih relatif positif. Banyak analis memperkirakan bahwa jika The Fed benar-benar mulai memangkas suku bunga, maka harga emas bisa menembus level resistance berikutnya.

Beberapa analis bahkan memprediksi bahwa emas dapat mencapai level $3.800/oz atau lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang, dengan asumsi bahwa tekanan inflasi tetap terkendali dan The Fed memulai siklus pelonggaran moneter.

Perbandingan dengan Aset Lain

Di tengah ketidakpastian pasar, emas mulai kembali bersaing dengan aset lainnya seperti dolar AS dan obligasi pemerintah. Biasanya, dolar AS dan emas memiliki hubungan yang berlawanan. Ketika dolar menguat, emas cenderung melemah karena harga emas menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri. Namun, dalam beberapa kasus seperti saat ini, keduanya bisa bergerak searah jika pelonggaran kebijakan moneter menjadi narasi dominan.

Obligasi pemerintah AS juga mengalami tekanan karena ekspektasi penurunan suku bunga. Yield obligasi 10 tahun yang sebelumnya sempat mendekati 5% kini mulai menurun, seiring dengan turunnya permintaan terhadap aset pendapatan tetap dan meningkatnya ekspektasi suku bunga rendah.

Tantangan yang Bisa Membatasi Penguatan Emas

Meskipun prospek jangka pendek terlihat positif, penguatan harga emas tetap menghadapi beberapa tantangan, di antaranya:

  • Kebijakan The Fed yang Bisa Berubah Cepat: Jika data inflasi atau tenaga kerja di bulan-bulan mendatang menunjukkan kenaikan tajam, The Fed bisa saja membatalkan rencana pelonggaran.

  • Kuatnya Dolar AS: Jika dolar kembali menguat akibat aliran modal masuk ke AS, maka harga emas bisa kembali mengalami tekanan.

  • Volatilitas Pasar Saham: Jika pasar saham kembali mencatat reli, sebagian investor bisa keluar dari emas untuk mencari keuntungan di pasar ekuitas.

Kesimpulan: Emas Masih Jadi Pilihan Menarik

Dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, harga emas mendapatkan dukungan kuat sebagai aset lindung nilai. Data inflasi yang stabil di AS memberikan sinyal positif bahwa The Fed memiliki ruang untuk melakukan pelonggaran kebijakan tanpa khawatir memicu lonjakan inflasi.

Namun, investor perlu tetap waspada terhadap perkembangan data ekonomi selanjutnya, karena arah kebijakan The Fed sangat bergantung pada dinamika inflasi dan pasar tenaga kerja.

Dalam jangka pendek hingga menengah, selama ketidakpastian global tetap tinggi dan suku bunga berada dalam tekanan turun, emas diperkirakan masih akan mempertahankan daya tariknya di mata investor global.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
bestprofit futures
 

Thursday, 25 September 2025

Bestprofit | Emas Melemah Jelang Data AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (26/9) – Emas melemah tipis pada awal perdagangan Asia hari ini karena para investor bersiap menjelang rilis data ekonomi utama dari Amerika Serikat. Fokus utama tertuju pada laporan inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) bulan Agustus, yang dipandang sebagai indikator penting bagi arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).

Menurut Konstantinos Chrysikos, Kepala Manajemen Hubungan Pelanggan di Kudotrade, penurunan harga emas ini lebih bersifat teknikal dan sementara. Ia menambahkan bahwa pasar saat ini berada dalam fase penyesuaian posisi menjelang rilis data yang sangat dinantikan tersebut.

Harga Emas Spot Turun Tipis

Harga emas spot tercatat turun 0,2% menjadi $3.741,60 per ounce pada awal sesi Asia. Penurunan ini mencerminkan kehati-hatian pasar dalam mengambil posisi sebelum kejelasan arah kebijakan moneter AS. Meskipun penurunan ini tergolong kecil, pergerakan harga emas kerap sensitif terhadap perubahan sentimen pasar terkait suku bunga dan inflasi.

Sejak awal bulan ini, emas telah mengalami fluktuasi yang moderat, terutama karena ketidakpastian global dan sikap wait-and-see pelaku pasar menjelang rilis data ekonomi utama seperti PCE, laporan ketenagakerjaan, dan risalah pertemuan The Fed.

Fokus Pasar Beralih ke Data Inflasi PCE

Indeks PCE merupakan indikator inflasi yang paling diperhatikan oleh The Fed karena mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga di AS. Data PCE bulan Agustus akan dirilis hari ini dan diperkirakan akan memberikan sinyal penting apakah tekanan inflasi mulai mereda atau masih cukup kuat untuk mendorong bank sentral mempertahankan sikap hawkish-nya.

Jika angka inflasi yang dirilis lebih rendah dari perkiraan, hal ini dapat memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan mengadopsi kebijakan yang lebih dovish, atau setidaknya menahan diri dari kenaikan suku bunga lebih lanjut. Sebaliknya, angka yang lebih tinggi dari ekspektasi akan memperkuat argumen untuk kebijakan moneter yang lebih ketat, yang pada gilirannya bisa menekan harga emas lebih dalam.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Sikap Dovish Dapat Menopang Emas

Chrysikos menekankan bahwa data PCE yang lemah dapat menguntungkan emas karena akan meningkatkan harapan bahwa The Fed mungkin menghentikan siklus kenaikan suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan. Hal ini akan menurunkan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan memperlemah dolar, dua faktor utama yang biasanya memberikan tekanan pada harga emas.

“Data yang lebih lemah dapat meningkatkan ekspektasi sikap dovish dari bank sentral dan menguntungkan aset non-imbal hasil seperti emas,” ujarnya dalam sebuah email.

Sebagai aset yang tidak memberikan bunga, emas cenderung mendapatkan keuntungan ketika suku bunga turun atau ketika ada ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter, karena biaya peluang untuk memegang emas menjadi lebih rendah dibandingkan instrumen berimbal hasil seperti obligasi.

Sentimen Pasar Masih Rentan

Meskipun penurunan harga emas saat ini masih terbatas, sentimen pasar secara umum masih rentan terhadap volatilitas. Hal ini tidak hanya dipengaruhi oleh data inflasi AS, tetapi juga oleh ketegangan geopolitik, dinamika suku bunga global, dan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi di berbagai kawasan, termasuk Tiongkok dan Eropa.

Pasar juga menantikan sinyal tambahan dari pejabat The Fed yang dijadwalkan akan berbicara di beberapa forum publik minggu ini. Pernyataan mereka dapat memberikan wawasan lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter dan sikap The Fed terhadap data ekonomi terbaru.

Emas dan Dolar AS: Hubungan Terbalik

Harga emas biasanya memiliki hubungan terbalik dengan dolar AS. Ketika dolar menguat, emas menjadi lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain, yang biasanya menurunkan permintaan. Sebaliknya, dolar yang melemah cenderung membuat emas lebih menarik sebagai alternatif lindung nilai dan penyimpan nilai.

Dengan data PCE yang akan segera dirilis, para trader mata uang juga bersiap menghadapi potensi pergerakan signifikan dalam indeks dolar. Perubahan dalam ekspektasi suku bunga AS secara langsung memengaruhi nilai tukar dolar, yang pada akhirnya berdampak pada harga emas dunia.

Emas Sebagai Lindung Nilai Terhadap Ketidakpastian

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, emas tetap menjadi instrumen lindung nilai yang populer. Investor institusional maupun ritel seringkali beralih ke emas saat kondisi pasar tidak menentu, baik karena kekhawatiran inflasi, pelemahan ekonomi, atau krisis geopolitik.

Saat ini, kekhawatiran terhadap potensi resesi global dan konflik yang terus berlangsung di beberapa wilayah dunia, seperti Timur Tengah dan Eropa Timur, memberikan dukungan struktural bagi permintaan emas jangka menengah hingga panjang.

Namun, dalam jangka pendek, pergerakan harga emas masih sangat dipengaruhi oleh ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga AS. Oleh karena itu, data ekonomi seperti PCE dan Non-Farm Payroll (NFP) akan terus menjadi penggerak utama harga logam mulia ini.

Strategi Investor Menjelang Akhir Tahun

Memasuki kuartal terakhir tahun ini, banyak investor mulai menata ulang portofolio mereka berdasarkan ekspektasi makroekonomi. Jika inflasi AS terus menunjukkan tanda-tanda melandai dan The Fed mulai mengisyaratkan akhir dari siklus pengetatan, emas berpotensi mendapatkan kembali momentum bullish-nya.

Namun, jika data ekonomi tetap kuat dan The Fed menegaskan perlunya menjaga suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, harga emas bisa terus berada di bawah tekanan.

Investor jangka panjang mungkin melihat ini sebagai peluang akumulasi, sementara trader jangka pendek akan cenderung mengambil posisi berdasarkan rilis data dan sentimen pasar harian.

Kesimpulan

Penurunan tipis harga emas pada perdagangan awal Asia hari ini mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar menjelang rilis data inflasi PCE AS bulan Agustus. Data ini diperkirakan akan menjadi penentu utama arah kebijakan Federal Reserve dalam beberapa bulan ke depan.

Jika data menunjukkan pelonggaran tekanan inflasi, maka ekspektasi terhadap sikap dovish The Fed akan meningkat dan dapat mendorong harga emas lebih tinggi. Sebaliknya, jika inflasi tetap tinggi, tekanan terhadap emas kemungkinan akan berlanjut.

Dalam situasi seperti ini, kehati-hatian dalam mengambil posisi sangat diperlukan. Emas masih memiliki daya tarik sebagai aset safe haven, namun pergerakannya akan sangat bergantung pada arah kebijakan moneter AS dan dinamika ekonomi global.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 24 September 2025

Bestprofit | Emas Menguat karena Safe Haven

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (25/9) – Emas kembali menunjukkan performa positif di awal sesi perdagangan Asia, mencerminkan peningkatan permintaan terhadap aset safe haven di tengah ketidakpastian global. Lonjakan harga ini sebagian besar didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik serta risiko ekonomi makro, termasuk kemungkinan penutupan pemerintahan Amerika Serikat.

Permintaan Safe Haven yang Bertahan

Dalam laporan yang dibagikan melalui email, CEO dan manajer aset DHF Capital, Bas Kooijman, menyatakan bahwa permintaan terhadap logam mulia masih bertahan kuat. Menurutnya, emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan dari ketidakpastian global.

“Ketegangan geopolitik yang terus meningkat memperkuat daya tarik emas sebagai aset safe haven,” ungkap Kooijman. Dalam hal ini, emas tidak hanya berfungsi sebagai lindung nilai terhadap inflasi atau fluktuasi mata uang, tetapi juga terhadap risiko geopolitik yang sifatnya tidak dapat diprediksi.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketegangan Geopolitik: NATO dan Rusia

Salah satu faktor utama yang memicu lonjakan minat terhadap emas adalah meningkatnya ketegangan antara NATO dan Rusia. Baru-baru ini, NATO mengecam pelanggaran wilayah udara oleh pesawat tempur Rusia di atas Estonia — sebuah negara anggota NATO. Menurut pernyataan resmi, tindakan tersebut dianggap sebagai bagian dari pola agresi yang lebih luas yang dilakukan oleh Rusia.

NATO menyatakan bahwa mereka siap untuk menggunakan “semua tindakan yang diperlukan” guna melindungi integritas wilayah dan keamanan anggotanya. Retorika ini menandakan potensi eskalasi lebih lanjut dalam konflik yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir, terutama sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022.

Ketidakpastian geopolitik seperti ini biasanya membuat investor enggan mengambil risiko tinggi. Akibatnya, banyak yang memindahkan dananya ke aset-aset yang dianggap lebih aman — dan emas menjadi salah satu pilihan utamanya.

Risiko Penutupan Pemerintahan AS

Selain faktor geopolitik, kekhawatiran tentang penutupan pemerintahan AS (government shutdown) juga mendorong harga emas naik. Pemerintah Amerika Serikat saat ini menghadapi tenggat waktu penting dalam proses pengesahan anggaran. Jika tidak tercapai kesepakatan di Kongres dalam beberapa hari ke depan, sebagian layanan pemerintahan bisa ditutup sementara.

Penutupan pemerintahan seperti ini dapat mengganggu pasar keuangan dan mengurangi kepercayaan terhadap prospek ekonomi AS dalam jangka pendek. Dalam kondisi seperti itu, emas kerap dianggap sebagai aset pelindung nilai yang relatif stabil.

Investor cenderung mengalihkan dananya ke emas ketika ekspektasi terhadap dolar AS dan aset-aset keuangan lainnya menurun. Ini karena emas memiliki nilai intrinsik dan tidak bergantung pada arus kas atau kebijakan pemerintah tertentu.

Harga Emas Spot Naik

Sebagai respons terhadap kondisi pasar yang bergejolak, harga emas spot tercatat naik 0,1% menjadi $3.740,58 per ons. Meskipun kenaikannya relatif kecil dalam persentase, tren naik ini menegaskan bahwa permintaan terhadap emas masih sangat kuat.

Harga emas spot mencerminkan nilai riil emas yang diperdagangkan secara fisik, berbeda dengan kontrak berjangka yang lebih bersifat spekulatif. Kenaikan harga ini juga menunjukkan bahwa pembelian fisik, baik oleh investor institusi maupun individu, terus berlangsung meskipun volatilitas pasar meningkat.

Daya Tarik Emas dalam Jangka Panjang

Secara historis, emas telah menjadi aset yang tahan terhadap krisis, baik ekonomi maupun politik. Selama masa inflasi tinggi, resesi, atau ketidakpastian global, harga emas cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan.

Saat ini, banyak investor dan analis pasar memperkirakan bahwa tren kenaikan harga emas masih akan berlanjut jika kondisi geopolitik dan ekonomi makro global tidak menunjukkan perbaikan. Bahkan, sejumlah analis memprediksi bahwa harga emas bisa mencapai rekor tertinggi baru dalam beberapa bulan ke depan jika tekanan global tidak mereda.

Peran Bank Sentral dan Inflasi

Faktor lain yang turut mendukung penguatan harga emas adalah kebijakan bank sentral global, terutama Federal Reserve AS. Jika The Fed mulai melonggarkan kebijakan moneternya atau menghentikan siklus kenaikan suku bunga, hal ini bisa memberikan dorongan tambahan bagi emas.

Selain itu, inflasi yang masih relatif tinggi di beberapa negara juga mendorong investor untuk mencari aset yang mampu mempertahankan nilainya. Emas, sebagai salah satu aset anti-inflasi, menjadi pilihan yang logis dalam skenario ini.

Pandangan Pasar: Waspada Namun Optimis

Meskipun saat ini pasar masih dibayangi oleh sejumlah risiko, para pelaku pasar tetap optimis terhadap potensi keuntungan dari aset seperti emas. Banyak manajer aset dan analis keuangan menyarankan diversifikasi portofolio dengan alokasi tertentu ke logam mulia, sebagai langkah mitigasi risiko.

Sikap hati-hati ini tercermin dari pergerakan modal global. Dana-dana besar mulai mengurangi eksposur terhadap aset berisiko seperti saham teknologi dan mulai masuk ke aset lindung nilai seperti emas, obligasi pemerintah, dan bahkan mata uang alternatif seperti franc Swiss dan yen Jepang.

Kesimpulan: Emas Tetap Menjadi Pilihan Aman

Dalam situasi global yang penuh ketidakpastian — baik dari sisi politik, ekonomi, maupun keuangan — emas kembali membuktikan perannya sebagai aset safe haven yang handal. Ketegangan antara NATO dan Rusia, serta potensi penutupan pemerintahan AS, menjadi pemicu utama meningkatnya permintaan terhadap logam mulia ini.

Dengan harga emas spot yang perlahan namun konsisten naik, banyak investor kini meninjau kembali portofolio mereka dan mempertimbangkan kembali posisi emas di dalamnya. Baik dalam jangka pendek maupun panjang, emas tampaknya akan tetap memegang peran penting dalam strategi investasi global.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures