Bestprofit (23/5) – Harga emas mengalami tekanan signifikan pada hari Kamis, 23 Mei 2025, setelah gagal mempertahankan level psikologis penting di angka $3.300. Meskipun sempat mencapai level tertinggi dalam dua minggu terakhir di $3.345, logam mulia ini akhirnya ditutup turun 0,83% ke posisi $3.289 per ons troi. Penurunan ini dipicu oleh beberapa faktor, termasuk penguatan Dolar AS, penurunan imbal hasil Treasury, serta dinamika politik fiskal di Amerika Serikat.
Dolar AS yang Kuat Tekan Harga Emas
Salah satu faktor utama di balik penurunan harga emas kali ini adalah penguatan Indeks Dolar AS (DXY), yang naik 0,18% menjadi 99,86. Dolar AS yang lebih kuat cenderung menekan harga emas karena logam mulia ini dihargakan dalam dolar, sehingga menjadi lebih mahal bagi pembeli internasional saat mata uang AS menguat.
Kenaikan DXY mencerminkan pemulihan sebagian dari kerugian mingguan sebelumnya, yang menunjukkan bahwa investor kembali mengalihkan perhatian mereka pada greenback di tengah ketidakpastian global. Hal ini menjadi hambatan utama bagi harga emas, meskipun permintaan safe haven tetap tinggi.
Dampak Politik Fiskal AS: Anggaran Trump dan Pagu Utang
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS untuk menyetujui anggaran Presiden Donald Trump juga menjadi katalisator penting dalam dinamika pasar minggu ini. Anggaran tersebut sekarang dikirim ke Senat untuk persetujuan lebih lanjut. Namun, proyeksi bahwa paket fiskal ini akan menambah sekitar $4 triliun ke batas utang nasional menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor dan analis.
Moody’s, lembaga pemeringkat kredit ternama, telah menurunkan peringkat utang pemerintah AS, mencerminkan risiko fiskal jangka panjang yang semakin meningkat. Meskipun langkah ini memberikan dukungan sementara terhadap sentimen emas sebagai aset safe haven, kekuatan dolar tetap menjadi faktor dominan yang menekan harga logam mulia tersebut.
Kunjungi juga : bestprofit futures
Imbal Hasil Treasury AS Melemah
Selain itu, penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS dari level tertinggi hariannya juga turut mempengaruhi pasar emas. Imbal hasil Treasury yang lebih rendah biasanya menguntungkan emas, karena emas tidak memberikan bunga. Namun, dalam kondisi saat ini, pelemahan yield belum mampu mendorong harga emas kembali ke jalur positif, karena kombinasi penguatan dolar dan sentimen risiko yang membaik membatasi potensi kenaikannya.
Prospek Geopolitik Masih Menopang Harga Emas
Meskipun harga emas turun dalam jangka pendek, prospek jangka menengah hingga panjang tetap positif. Konflik geopolitik, terutama ketegangan antara Israel dan Iran, terus membayangi pasar global. Menurut laporan kantor berita Walla, Israel tengah bersiap untuk menyerang fasilitas nuklir Iran jika pembicaraan diplomatik antara Iran dan Amerika Serikat gagal mencapai kesepakatan.
Situasi ini meningkatkan risiko geopolitik global dan meningkatkan permintaan terhadap aset-aset safe haven seperti emas. Ketidakpastian ini diperkirakan akan terus mendukung harga emas, terutama jika ketegangan meningkat atau terjadi aksi militer nyata.
Data Ekonomi AS Tetap Solid
Di sisi data makroekonomi, Amerika Serikat menunjukkan performa yang cukup solid. Indeks Manajer Pembelian (PMI) Global S&P untuk sektor manufaktur dan jasa menunjukkan perbaikan, mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi tetap stabil. Data ini menjadi salah satu indikator penting yang menunjukkan ketahanan ekonomi AS di tengah berbagai tantangan global.
Selain itu, klaim pengangguran mingguan yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan jumlah warga yang mengajukan tunjangan pengangguran sedikit lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya dan juga di bawah ekspektasi pasar. Hal ini memperkuat pandangan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap kuat, yang berpotensi mendukung kebijakan moneter yang lebih ketat dari Federal Reserve jika inflasi tetap menjadi perhatian.
Analisis Teknikal: Kunci Support dan Resistance Emas
Secara teknikal, emas gagal mempertahankan level support penting di $3.300 dan kini diperdagangkan di sekitar $3.289. Level ini menjadi titik kritis dalam jangka pendek. Jika tekanan jual berlanjut, emas berpotensi menguji support selanjutnya di kisaran $3.250.
Sebaliknya, jika permintaan kembali menguat, terutama karena meningkatnya ketegangan geopolitik atau pelemahan dolar, maka resistance utama kembali berada di $3.345—level tertinggi dua minggu sebelumnya. Menembus level ini dapat membuka jalan menuju $3.400 dan bahkan $3.450 dalam jangka menengah.
Sentimen Pasar Masih Rentan
Meskipun terjadi sedikit perbaikan dalam sentimen pasar, kondisi global masih rentan. Ketidakpastian fiskal AS, konflik di Timur Tengah, serta potensi perlambatan ekonomi global akibat kebijakan moneter ketat menjadi faktor-faktor risiko utama yang dipantau oleh investor. Dalam konteks ini, emas tetap menjadi salah satu instrumen lindung nilai yang paling dicari, meskipun fluktuasi harga jangka pendek tak terhindarkan.
Kesimpulan: Harga Emas Berfluktuasi di Tengah Dinamika Global
Harga emas mengalami tekanan dalam beberapa hari terakhir akibat kombinasi penguatan dolar, penurunan imbal hasil Treasury, serta sentimen pasar yang masih diliputi ketidakpastian. Meskipun demikian, prospek jangka menengah dan panjang untuk logam mulia ini tetap positif, terutama jika risiko geopolitik dan fiskal terus meningkat.
Investor disarankan untuk tetap memantau perkembangan makroekonomi global dan data-data penting dari AS, serta dinamika geopolitik yang dapat dengan cepat mengubah arah pasar. Emas, sebagai aset lindung nilai tradisional, kemungkinan akan tetap memainkan peran penting dalam portofolio investasi selama ketidakpastian masih tinggi.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!