Bestprofit (27/5) – Harga emas terus mengalami sedikit penurunan seiring dengan menurunnya permintaan terhadap aset aman (safe haven), setelah muncul tanda-tanda positif mengenai hubungan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE). Para investor mulai mempertimbangkan prospek peningkatan kerja sama trans-Atlantik, yang pada akhirnya melemahkan daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.
Emas batangan terakhir diperdagangkan mendekati $3.347 per ons, setelah mengalami penurunan sebesar 0,4% pada hari Senin. Penurunan ini terjadi setelah Brussels menyatakan bahwa pihaknya akan mempercepat negosiasi dengan Washington, sebagai langkah untuk mencegah pecahnya perang dagang lintas Atlantik. Kedua belah pihak telah menunjukkan sikap yang lebih lunak dalam pendekatan mereka, setelah sebelumnya Presiden AS Donald Trump mengkritik UE karena menunda-nunda pembicaraan.
Perubahan Sentimen Pasar terhadap Safe Haven
Menurunnya minat terhadap emas tidak bisa dilepaskan dari perubahan sentimen pasar terhadap risiko global. Dalam beberapa pekan terakhir, sinyal bahwa Gedung Putih mungkin mulai membuat kemajuan dalam pembicaraan dagang dengan mitra-mitra strategisnya telah mengurangi tekanan pasar. Hal ini turut menyebabkan arus keluar dana dari instrumen investasi berbasis emas, terutama dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) yang didukung logam mulia tersebut.
Menurut data Bloomberg, aliran dana keluar dari ETF emas telah terjadi selama lima minggu berturut-turut sejak harga emas mencapai puncaknya pada pertengahan April—harga tertinggi dalam lebih dari satu tahun terakhir. Data ini menunjukkan adanya pengurangan signifikan dalam minat investor terhadap logam mulia sebagai perlindungan terhadap volatilitas pasar.
Kunjungi juga : bestprofit futures
Prospek Emas Masih Positif di Tengah Ketidakpastian Global
Meskipun saat ini emas mengalami tekanan, secara keseluruhan harga logam mulia ini masih menunjukkan tren positif dalam jangka tahun berjalan. Sejak awal tahun, harga emas telah naik lebih dari 25%, didorong oleh meningkatnya kekhawatiran geopolitik dan tekanan inflasi global. Namun, harga emas saat ini masih sekitar $165 lebih rendah dari rekor tertinggi sepanjang masa yang dicapai bulan lalu.
Lembaga keuangan besar seperti Citigroup Inc. bahkan tetap optimistis terhadap prospek jangka pendek emas. Pada hari Senin, Citigroup menaikkan perkiraan harga emas menjadi $3.500 per ons, mengindikasikan bahwa logam mulia tersebut masih akan memainkan peran penting sebagai aset safe haven, terutama di tengah meningkatnya risiko geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global.
Ancaman Risiko Global Masih Membayangi
Walau terjadi pelonggaran dalam tensi perdagangan global, pasar belum sepenuhnya keluar dari fase kehati-hatian. Investor masih bersikap waspada sambil menunggu kejelasan dari berbagai faktor risiko yang bisa memicu ketidakstabilan global. Di antaranya adalah defisit anggaran AS yang terus membengkak, pembicaraan dagang yang belum selesai sepenuhnya, serta konflik geopolitik yang semakin intensif di kawasan Timur Tengah dan Ukraina.
Ketegangan geopolitik ini tetap menjadi pendorong utama bagi permintaan emas dalam jangka menengah hingga panjang. Di masa lalu, setiap kali muncul ancaman konflik bersenjata atau ketidakpastian geopolitik besar, harga emas cenderung melonjak karena investor mencari tempat perlindungan nilai yang lebih aman dari aset-aset berisiko.
Fokus Investor Beralih ke Data Inflasi AS
Selain isu geopolitik dan perdagangan, pasar saat ini juga tengah menanti data ekonomi penting dari AS yang dapat memengaruhi arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed). Fokus utama saat ini adalah laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti AS—ukuran inflasi favorit The Fed—yang dijadwalkan akan dirilis pada hari Jumat.
Data PCE ini akan menjadi indikator penting bagi investor untuk memahami apakah tekanan inflasi di AS masih kuat atau mulai mereda. Jika angka yang keluar menunjukkan inflasi tetap tinggi, maka peluang The Fed untuk menunda pelonggaran suku bunga akan meningkat. Kondisi tersebut umumnya akan menekan harga emas, mengingat suku bunga yang lebih tinggi dapat meningkatkan daya tarik dolar AS dan menurunkan minat terhadap aset tanpa imbal hasil seperti emas.
Harga Logam Mulia Lainnya Juga Berfluktuasi
Sementara itu, logam mulia lainnya seperti platinum, perak, dan paladium juga menunjukkan pergerakan harga yang bervariasi. Platinum, yang minggu lalu sempat mencapai level tertinggi dalam dua tahun, kembali melemah karena mulai terlihat tanda-tanda keseimbangan kembali pada pasarnya. Perak mencatat sedikit penurunan, sedangkan paladium relatif stabil.
Ketiga logam ini, meskipun sering kali ikut terangkat oleh pergerakan harga emas, memiliki dinamika pasarnya sendiri yang dipengaruhi oleh faktor industri, terutama di sektor otomotif dan manufaktur. Namun dalam kondisi global yang penuh ketidakpastian, fluktuasi harga logam mulia ini tetap menjadi perhatian utama para pelaku pasar.
Kesimpulan: Emas Masih Menjadi Aset Strategis dalam Ketidakpastian
Penurunan harga emas saat ini bukanlah sinyal akhir dari reli panjang logam mulia tersebut, melainkan lebih sebagai koreksi sementara dalam tren yang lebih luas. Dengan berbagai faktor ketidakpastian yang masih membayangi, seperti defisit fiskal AS, kebijakan suku bunga The Fed, dan ketegangan geopolitik yang belum reda, emas tetap dipandang sebagai aset strategis yang menawarkan perlindungan dalam jangka panjang.
Investor yang cermat akan terus memantau perkembangan negosiasi perdagangan, pergerakan data ekonomi utama, dan eskalasi konflik di berbagai belahan dunia sebagai dasar untuk keputusan alokasi aset. Dalam konteks ini, meskipun harga emas mengalami penurunan tipis saat ini, prospeknya sebagai alat lindung nilai tetap relevan.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!