Monday, 19 May 2025

Bestprofit | Peringkat AS Turun, Emas Menguat

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (20/5) – Keputusan Moody’s Investors Service untuk mencabut peringkat kredit tertinggi terakhir Amerika Serikat mengejutkan pasar global dan menimbulkan kekhawatiran mendalam tentang stabilitas fiskal negara adidaya tersebut. Moody’s menurunkan prospek kredit AS, menyalahkan pemerintahan berturut-turut dan kegagalan Kongres dalam menangani defisit anggaran yang terus membengkak. Lembaga pemeringkat tersebut menyoroti bahwa tidak ada tanda-tanda serius dari upaya pengendalian defisit, yang semakin menimbulkan keraguan terhadap kemampuan jangka panjang pemerintah AS dalam memenuhi kewajiban fiskalnya.

Langkah ini menjadikan Moody’s sebagai lembaga terakhir dari tiga besar pemeringkat global yang mengambil langkah tegas terhadap kredit AS. Fitch dan S&P Global telah lebih dulu menurunkan peringkat mereka, dengan alasan serupa: ketidakseimbangan fiskal yang mengakar dan ketidakpastian politik yang terus membayangi.

Kekhawatiran Tambahan: Kebijakan Pajak dan Belanja Trump

Penurunan peringkat kredit AS datang di tengah kekhawatiran atas kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump. Rencana belanja besar-besaran yang dikombinasikan dengan pemotongan pajak telah membuat banyak ekonom dan lembaga pemeringkat memperingatkan lonjakan utang yang tajam dalam dekade mendatang. Meskipun kebijakan ini dirancang untuk merangsang pertumbuhan jangka pendek, dampaknya terhadap utang federal diperkirakan akan sangat besar—bahkan mencapai triliunan dolar.

Banyak kritikus menilai bahwa strategi fiskal ini tidak berkelanjutan dan dapat memperburuk persepsi pasar terhadap kredibilitas fiskal AS. Penurunan peringkat kredit oleh Moody’s memperkuat pandangan bahwa risiko fiskal Amerika Serikat kini menjadi perhatian serius bagi investor global.

Emas: Safe Haven yang Kembali Bersinar

Di tengah ketidakpastian ini, emas kembali mengukuhkan posisinya sebagai aset safe haven. Harga logam mulia ini melonjak 0,8% menjadi $3.229,01 per ons pada perdagangan di New York. Peningkatan ini terjadi bersamaan dengan penurunan Indeks Bloomberg Dollar Spot sebesar 0,5%, mencerminkan pelemahan mata uang dolar akibat sentimen negatif dari penurunan peringkat kredit.

Investor sering kali beralih ke emas dalam situasi gejolak geopolitik atau ketidakpastian ekonomi makro. Ketika kepercayaan terhadap mata uang utama—seperti dolar AS—mulai luntur, emas menjadi alternatif penyimpanan nilai yang lebih stabil. Keputusan Moody’s telah memicu aliran modal baru ke dalam emas, yang dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap risiko kredit dan inflasi.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Perjalanan Harga Emas: Volatil, Tapi Menguat

Dalam beberapa bulan terakhir, harga emas mengalami fluktuasi signifikan. Setelah melonjak ke atas $3.500 per ons untuk pertama kalinya bulan lalu, harga emas sempat terkoreksi tajam dan mencatat kerugian mingguan terbesar sejak November. Koreksi tersebut terjadi seiring meredanya ketegangan geopolitik yang sebelumnya mendorong reli harga.

Namun secara tahunan, emas masih menunjukkan penguatan lebih dari 20%, didorong oleh berbagai faktor seperti konflik global, perang dagang, dan peningkatan permintaan dari investor institusi. Arus masuk yang besar ke dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) emas juga telah memperkuat tren kenaikan harga logam mulia ini.

Menurut Vasu Menon, direktur pelaksana strategi investasi di Oversea-Chinese Banking Corp, volatilitas jangka pendek masih akan mewarnai pasar emas karena adanya berita utama yang saling bertentangan. Namun dalam jangka panjang, ia melihat kebijakan ekonomi pemerintahan Trump dan tren global untuk mendiversifikasi dari aset dolar sebagai “pendorong struktural” bagi emas.

Diversifikasi dari Aset Dolar

Fenomena yang menarik dari pergerakan emas baru-baru ini adalah tren diversifikasi global dari aset berdenominasi dolar. Negara-negara seperti China dan Rusia, serta bank sentral dari berbagai belahan dunia, telah meningkatkan cadangan emas mereka sebagai bagian dari strategi untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

Diversifikasi ini tidak hanya bersifat simbolik tetapi juga strategis. Ketika ketidakpastian fiskal AS meningkat, negara-negara yang memiliki cadangan devisa besar mulai meragukan kestabilan jangka panjang dolar. Emas, sebagai aset global yang tidak tergantung pada kebijakan satu negara, menjadi alternatif yang semakin menarik.

Logam Mulia Lainnya Ikut Menguat

Tidak hanya emas yang menikmati lonjakan harga. Perak, platinum, dan paladium juga mengalami kenaikan, seiring meningkatnya permintaan logam mulia sebagai aset lindung nilai. Pergerakan serempak ini menunjukkan bahwa investor mulai menyesuaikan portofolio mereka untuk mengantisipasi potensi risiko makroekonomi di masa mendatang.

Perak, yang sering kali mengikuti pergerakan emas namun dengan volatilitas lebih tinggi, menunjukkan performa positif dalam sesi perdagangan terakhir. Paladium dan platinum, meskipun lebih terkait dengan industri otomotif, juga mendapat dukungan dari minat investor terhadap logam mulia secara keseluruhan.

Prospek Jangka Panjang Emas

Melihat ke depan, prospek emas tetap cerah, terutama jika ketidakpastian fiskal dan politik AS tidak menunjukkan perbaikan. Skenario di mana utang federal terus meningkat tanpa kontrol ketat dapat memicu kekhawatiran inflasi, yang pada akhirnya mendukung harga emas.

Selain itu, jika dolar terus melemah karena hilangnya kepercayaan investor, emas akan semakin menguat sebagai alternatif mata uang global. Peran emas sebagai cadangan devisa dan instrumen lindung nilai terhadap inflasi membuatnya tetap relevan dalam portofolio investasi, baik oleh individu maupun institusi.

Vasu Menon menyatakan bahwa struktur pasar saat ini memungkinkan harga emas mencapai rekor-rekor baru dalam beberapa tahun ke depan, terutama jika ketidakpastian tetap tinggi dan kebijakan fiskal tetap longgar.

Kesimpulan: Emas Kembali Menjadi Primadona

Keputusan Moody’s untuk mencabut peringkat kredit tertinggi AS menjadi pengingat keras bagi investor tentang risiko fiskal yang sedang membayangi ekonomi global. Dalam konteks ini, emas telah kembali menunjukkan perannya sebagai aset lindung nilai utama. Dengan kondisi global yang penuh ketidakpastian—baik dari sisi fiskal, geopolitik, maupun kebijakan moneter—emas berpotensi untuk terus mengalami penguatan jangka panjang.

Investor yang ingin melindungi nilai kekayaan mereka dari risiko sistemik kini kembali melirik logam mulia, terutama ketika alternatif seperti dolar AS mulai menunjukkan kelemahannya. Emas mungkin mengalami fluktuasi jangka pendek, tetapi fondasi strukturalnya sebagai penyimpan nilai tetap kuat, terutama di era kebijakan fiskal longgar dan ketidakpastian global seperti saat ini.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures