Tuesday, 7 January 2025

Bestprofit | Harga Emas Turun di Bawah $2.650 Akibat Dolar Menguat

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (8/1) – Harga emas mencatat pergerakan yang fluktuatif pada hari Selasa, 7 Januari, dengan diperdagangkan di bawah $2.650 per ons setelah sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 1% di awal sesi. Namun, tekanan dari penguatan dolar AS dan meningkatnya imbal hasil Treasury AS membuat harga emas memangkas kenaikan tersebut. Artikel ini akan membahas faktor-faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga emas serta prospek ke depannya.

Penguatan Dolar dan Dampaknya terhadap Harga Emas

Dolar AS yang menguat memberikan tekanan signifikan pada harga emas. Setelah mencapai level terendah dalam satu minggu, dolar kembali bangkit, membuat emas menjadi kurang menarik bagi investor yang menggunakan mata uang lain. Sebagai aset yang dihargai dalam dolar, harga emas cenderung berbanding terbalik dengan pergerakan mata uang ini. Penguatan dolar mempersempit ruang gerak emas, meskipun di sisi lain, suku bunga yang lebih rendah biasanya mendukung harga logam mulia ini. Kondisi ini juga diperburuk oleh data ekonomi AS yang menunjukkan ekonomi yang tangguh. Misalnya, lowongan pekerjaan yang lebih kuat dari perkiraan dan data sektor jasa yang solid menandakan bahwa pasar tenaga kerja dan aktivitas ekonomi AS tetap kuat. Situasi ini membuat Federal Reserve (The Fed) cenderung berhati-hati dalam melakukan pelonggaran kebijakan suku bunga.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Imbal Hasil Treasury yang Meningkat

Selain penguatan dolar, kenaikan imbal hasil Treasury AS juga memberikan tekanan pada emas. Imbal hasil yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang untuk memegang aset tanpa bunga seperti emas, sehingga mengurangi daya tarik logam mulia ini bagi investor. Dalam situasi seperti ini, emas sering kali kehilangan daya tariknya sebagai aset pelindung nilai terhadap inflasi. Peningkatan imbal hasil mencerminkan ekspektasi pasar bahwa The Fed mungkin tidak akan segera memangkas suku bunga secara signifikan. Data lowongan pekerjaan yang lebih kuat dari ekspektasi mendukung pandangan bahwa ekonomi AS tetap tangguh, yang pada gilirannya memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan kebijakan moneter yang ketat lebih lama.

Inflasi dan Kekhawatiran Investor

Kekhawatiran investor terhadap potensi inflasi akibat tarif AS yang diusulkan juga menjadi faktor yang memengaruhi harga emas. Tarif tersebut dapat memicu kenaikan harga barang dan jasa, sehingga membatasi ruang gerak The Fed untuk memangkas suku bunga. Dalam kondisi ini, emas yang biasanya menjadi lindung nilai terhadap inflasi justru menghadapi tekanan karena suku bunga yang tinggi membuatnya kurang menarik dibandingkan instrumen berbunga lainnya. Meskipun emas memiliki reputasi sebagai aset aman di tengah ketidakpastian ekonomi, kenaikan suku bunga dan imbal hasil Treasury sering kali mengurangi daya tarik tersebut. Hal ini menciptakan dilema bagi investor yang mencari perlindungan dari inflasi namun dihadapkan pada biaya peluang yang lebih tinggi.

Peran Bank Sentral dalam Mendukung Harga Emas

Di sisi lain, bank sentral Tiongkok memberikan dukungan pada harga emas dengan meningkatkan cadangan emasnya untuk bulan kedua berturut-turut. Langkah ini mencerminkan strategi diversifikasi aset cadangan asing di tengah ketidakpastian global. Dengan menambah cadangan emas, Tiongkok memberikan sinyal positif bagi pasar logam mulia. Permintaan dari bank sentral sering kali menjadi pendorong utama harga emas, terutama ketika pasar menghadapi volatilitas. Langkah Tiongkok menunjukkan bahwa meskipun ada tekanan dari faktor eksternal seperti dolar dan imbal hasil Treasury, ada dukungan fundamental yang tetap kuat bagi emas di pasar global.

Fokus pada Data Ekonomi dan Kebijakan The Fed

Para pelaku pasar kini mengalihkan perhatian mereka ke data pekerjaan utama AS dan risalah rapat The Fed untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter. Data pekerjaan yang solid dapat memperkuat argumen untuk mempertahankan suku bunga tinggi, sementara data yang lemah dapat memberikan dorongan bagi emas dengan meningkatkan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter. Risalah rapat The Fed juga akan memberikan wawasan tentang pandangan para pembuat kebijakan terhadap inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan prospek suku bunga. Jika The Fed mengisyaratkan pendekatan yang lebih dovish, emas berpotensi mendapatkan dukungan karena ekspektasi suku bunga yang lebih rendah cenderung melemahkan dolar dan meningkatkan daya tarik logam mulia ini.

Prospek Harga Emas ke Depan

Prospek harga emas akan sangat bergantung pada dinamika kebijakan moneter, data ekonomi, dan kondisi pasar global. Berikut beberapa faktor yang dapat memengaruhi harga emas ke depannya:
  1. Kebijakan The Fed: Jika The Fed mempertahankan sikap hawkish, emas kemungkinan akan terus menghadapi tekanan. Namun, jika ada sinyal pelonggaran kebijakan, harga emas dapat pulih.
  2. Data Ekonomi AS: Data yang kuat cenderung mendukung dolar dan imbal hasil Treasury, yang merugikan emas. Sebaliknya, data yang lemah dapat meningkatkan permintaan untuk emas sebagai aset aman.
  3. Permintaan Bank Sentral: Langkah bank sentral, terutama di negara-negara seperti Tiongkok, dapat memberikan dukungan jangka panjang bagi harga emas.
  4. Ketidakpastian Geopolitik: Ketegangan geopolitik atau krisis ekonomi global dapat mendorong permintaan emas sebagai aset lindung nilai.

Kesimpulan

Harga emas saat ini berada dalam tekanan akibat penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil Treasury. Meskipun ada dukungan dari langkah bank sentral Tiongkok, faktor eksternal seperti kebijakan The Fed dan data ekonomi AS tetap menjadi penentu utama arah pergerakan harga emas. Dengan investor yang kini menantikan data pekerjaan dan risalah rapat The Fed, volatilitas harga emas kemungkinan akan tetap tinggi dalam waktu dekat. Namun, sebagai aset yang memiliki reputasi sebagai pelindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian, emas tetap menjadi pilihan menarik bagi banyak investor. Dalam jangka panjang, keseimbangan antara tekanan eksternal dan dukungan fundamental akan menentukan apakah emas dapat kembali menguat atau tetap tertekan.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Monday, 6 January 2025

Bestprofit | Emas Turun, Pasar Tunggu Data Ekonomi AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (7/1) – Pada hari Senin (6 Januari 2025), harga emas mengalami penurunan, didorong oleh kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS. Seiring dengan ini, petunjuk terbaru dari Federal Reserve (The Fed) mengenai penurunan suku bunga yang lebih lambat di tahun 2025 membuat para investor semakin cermat menunggu berbagai data ekonomi yang dijadwalkan akan dirilis minggu ini. Data tersebut diperkirakan dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai arah kebijakan moneter AS dan dampaknya terhadap pasar komoditas, khususnya emas.

Penurunan Harga Emas pada 6 Januari 2025

Harga emas spot turun sebesar 0,2% menjadi $2.634,52 per ons pada pukul 02.27 ET (19.27 GMT). Sementara itu, harga emas berjangka AS juga ditutup lebih rendah, yaitu turun 0,3% menjadi $2.647,40 per ons. Penurunan ini terjadi di tengah kenaikan imbal hasil pada Obligasi Treasury AS, yang kembali menunjukkan tren naik. Kenaikan imbal hasil ini memberikan tekanan pada harga emas, karena emas, yang tidak memberikan imbal hasil, menjadi kurang menarik dibandingkan dengan obligasi yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Nitesh Shah, seorang ahli strategi komoditas dari WisdomTree, menjelaskan bahwa imbal hasil obligasi yang kembali naik telah memberikan tekanan pada harga emas. “Imbal hasil pada obligasi kembali naik, memberikan tekanan pada emas,” ujarnya. Dengan kenaikan imbal hasil pada Obligasi Treasury AS 10 tahun yang mencapai level tertinggi lebih dari delapan bulan, investor lebih memilih instrumen yang menawarkan imbal hasil, meninggalkan emas yang tidak memberikan bunga atau dividen.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Proyeksi Harga Emas di Masa Depan

Meskipun harga emas mengalami penurunan pada awal tahun 2025, Shah memperkirakan bahwa harga emas bisa mencapai $3.050 per ons pada akhir tahun ini. Proyeksi ini didasarkan pada pandangan ekonomi “konsensus”, yang memperkirakan depresiasi dolar dan penurunan imbal hasil obligasi. Selain itu, ketegangan yang meningkat di Timur Tengah dapat memberikan risiko tambahan yang dapat menyebabkan harga emas naik lebih tinggi dari perkiraan. Meskipun demikian, perubahan kondisi geopolitik dan ekonomi global, seperti ketegangan di Timur Tengah, dapat mempengaruhi prospek harga emas.

Dampak Kebijakan The Fed terhadap Harga Emas

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi pergerakan harga emas adalah kebijakan moneter dari Federal Reserve (The Fed). Pada bulan Desember 2024, The Fed mengumumkan proyeksi terbaru yang menyiratkan perubahan arah kebijakan moneter yang lebih hati-hati, khususnya terkait dengan pemotongan suku bunga. Mayoritas pembuat kebijakan The Fed menunjukkan kekhawatiran bahwa inflasi dapat kembali muncul dan lebih sulit dikendalikan. Oleh karena itu, meskipun ada proyeksi pemotongan suku bunga di tahun 2025, The Fed mungkin akan mengurangi laju penurunan suku bunga dan mempertahankan tingkat suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, demi menanggulangi inflasi yang masih tetap di atas target 2%. Keputusan tersebut, jika direalisasikan, dapat berdampak besar pada pasar emas. Suku bunga yang lebih tinggi cenderung mengurangi daya tarik emas, karena investor lebih memilih instrumen yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, seperti obligasi. Oleh karena itu, meskipun suku bunga yang lebih tinggi dapat menekan harga emas dalam jangka pendek, ketidakpastian mengenai inflasi dan ketegangan geopolitik dapat tetap menjadi faktor pendorong harga emas di masa depan.

Pengaruh Kebijakan Donald Trump terhadap Inflasi dan Emas

Kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh Presiden AS terpilih, Donald Trump, juga diperkirakan dapat mempengaruhi harga emas. Trump akan dilantik pada tanggal 20 Januari 2025, dan kebijakan-kebijakan yang akan dia terapkan, seperti tarif dan kebijakan proteksionis, diprediksi akan memicu inflasi lebih lanjut. “Ada spekulasi bahwa Trump akan menarik kembali tarif, dan jika harga komoditas naik, inflasi akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama,” kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures. Jika kebijakan proteksionis Trump memicu lonjakan harga komoditas, inflasi akan tetap tinggi, yang berpotensi mendukung permintaan untuk emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Dalam hal ini, meskipun suku bunga yang lebih tinggi dapat memberikan tekanan pada harga emas, ketegangan inflasi yang berkelanjutan dapat membuat emas tetap menarik sebagai aset yang aman.

Pengaruh Indeks Dolar terhadap Harga Emas

Salah satu faktor yang turut mempengaruhi pergerakan harga emas adalah pergerakan indeks dolar AS (DXY). Pada hari Kamis (2 Januari 2025), indeks dolar AS sempat mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua tahun. Namun, pada hari Senin (6 Januari), indeks dolar AS merosot 1%, memberikan sedikit dukungan pada harga emas. Penurunan indeks dolar AS dapat meningkatkan daya tarik emas, yang biasanya berbanding terbalik dengan pergerakan dolar. Dalam hal ini, meskipun harga emas turun pada 6 Januari, penurunan dolar AS dapat memberikan sedikit harapan bagi para investor emas.

Perhatian Investor pada Laporan Ekonomi AS

Para investor saat ini sangat menantikan serangkaian data ekonomi AS yang akan dirilis dalam beberapa hari mendatang. Data pekerjaan AS, yang dijadwalkan untuk dirilis pada hari Jumat, dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai jalur kebijakan moneter yang akan diambil oleh The Fed. Selain itu, data lowongan pekerjaan yang akan dirilis pada hari Selasa dan angka ketenagakerjaan ADP yang dijadwalkan pada hari Rabu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pandangan investor mengenai prospek ekonomi AS. Risalah dari pertemuan kebijakan terbaru The Fed pada hari Rabu juga akan menjadi sorotan utama, karena ini dapat memberikan wawasan lebih lanjut mengenai rencana The Fed terkait dengan suku bunga dan inflasi.

Pergerakan Harga Logam Mulia Lainnya

Selain emas, beberapa logam mulia lainnya juga mengalami pergerakan harga yang signifikan pada 6 Januari 2025. Harga perak spot naik 1,1% menjadi $29,93 per ons, mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan dengan emas. Sementara itu, harga platinum turun 0,8% menjadi $930,41 per ons, dan harga paladium turun 0,4% menjadi $918,25 per ons. Meskipun harga perak menunjukkan kenaikan, pergerakan harga platinum dan paladium cenderung lebih terkendali.

Kesimpulan

Pada awal tahun 2025, harga emas mengalami penurunan, dipengaruhi oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS dan proyeksi kebijakan moneter yang lebih hati-hati dari The Fed. Namun, faktor-faktor lain seperti inflasi yang tinggi, ketegangan geopolitik, dan kebijakan ekonomi Donald Trump dapat mempengaruhi harga emas ke depan. Investor saat ini menunggu dengan cermat data ekonomi AS yang akan dirilis minggu ini, yang diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai arah kebijakan suku bunga The Fed dan dampaknya terhadap pasar emas.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Sunday, 5 January 2025

Bestprofit | Emas Turun Tertahan Dolar yang Kuat

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (6/1) – Harga emas mengalami penurunan pada hari Jumat setelah mencapai level tertinggi dalam tiga minggu sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh penguatan dolar AS yang mempengaruhi daya tarik emas sebagai aset investasi. Para analis memperkirakan bahwa harga emas bisa terus tertekan di tengah potensi perubahan besar dalam kebijakan ekonomi dan perdagangan yang akan dibawa oleh Presiden terpilih AS, Donald Trump, yang akan dilantik pada 20 Januari mendatang.

Emas Turun Tertekan Penguatan Dolar

Harga emas spot pada hari Jumat turun sebesar 0,3% menjadi $2.649,29 per ons, setelah mencapai titik tertingginya sejak 13 Desember. Harga emas berjangka AS juga turun sebesar 0,2%, mencapai $2.663,70 per ons. Meskipun harga emas mengalami penurunan, harga logam mulia ini tercatat naik sekitar 1,1% sepanjang minggu ini, menunjukkan bahwa permintaan emas masih cukup kuat. Nitesh Shah, seorang ahli strategi komoditas di WisdomTree, menjelaskan bahwa penguatan dolar AS menjadi faktor utama yang menekan harga emas. Menurutnya, kebijakan ekonomi Presiden Trump yang mendukung tarif perdagangan yang lebih tinggi telah menyebabkan penguatan dolar. Hal ini menyebabkan emas menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri, mengurangi permintaan emas di pasar internasional.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Dampak Potensial Tarif Perdagangan Trump terhadap Emas

Pemerintahan baru yang dipimpin oleh Donald Trump diperkirakan akan menerapkan kebijakan proteksionis yang lebih ketat, termasuk tarif perdagangan yang lebih tinggi, yang dapat memicu inflasi. Kebijakan ini diyakini dapat menciptakan ketidakpastian ekonomi global, yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan permintaan logam mulia, termasuk emas. Shah menambahkan bahwa dalam situasi perlambatan perdagangan global, biasanya ada penurunan permintaan logam sebagai hasil dari perlambatan ekonomi. Hal ini terjadi karena permintaan terhadap logam mulia biasanya terkait erat dengan kinerja ekonomi dan daya beli global. Dalam konteks kebijakan proteksionis Trump, pelambatan perdagangan internasional mungkin akan berimbas pada penurunan permintaan logam mulia, termasuk emas. Meskipun demikian, Shah juga mengingatkan bahwa meskipun penguatan dolar dapat membatasi potensi kenaikan harga emas dalam jangka pendek, ada faktor-faktor fundamental yang bisa mendukung harga emas dalam jangka panjang, seperti utang yang terus meningkat di AS dan negara-negara lain serta ketegangan geopolitik yang masih berlangsung.

Potensi Pengaruh Kebijakan Trump terhadap Kebijakan Moneter AS

Pemerintahan Trump juga diprediksi akan memengaruhi kebijakan moneter di Amerika Serikat. Sebagai contoh, tarif yang diusulkan dan kebijakan proteksionis dapat memicu inflasi. Inflasi yang meningkat ini berpotensi membatasi langkah Federal Reserve (Fed) dalam menurunkan suku bunga lebih lanjut, yang biasanya memberikan keuntungan bagi harga emas. Pada tahun 2024, Federal Reserve telah melakukan tiga kali pemotongan suku bunga. Namun, dengan adanya tekanan inflasi yang semakin tinggi, Fed diperkirakan hanya akan memangkas suku bunga dua kali pada tahun 2025. Kenaikan suku bunga yang lebih lambat ini bisa membatasi potensi kenaikan harga emas, karena emas lebih menarik saat suku bunga rendah, karena memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan instrumen investasi lainnya yang lebih bergantung pada suku bunga.

Permintaan Musiman Dukung Harga Emas

Meskipun ada tekanan dari penguatan dolar dan kebijakan proteksionis Trump, harga emas saat ini mendapatkan dukungan dari permintaan musiman. Januari telah terbukti menjadi bulan yang menguntungkan bagi harga emas, dengan harga emas tercatat mengalami kenaikan terbaik selama 20 tahun terakhir pada bulan ini. Analis independen, Ross Norman, menjelaskan bahwa permintaan emas seringkali meningkat pada bulan Januari karena investor dan pengalokasi aset membuka posisi beli baru. Selain itu, penjualan perhiasan yang bagus selama musim perayaan juga turut memberikan dorongan bagi harga emas. Permintaan musiman ini biasanya terjadi seiring dengan tradisi perayaan tahun baru, ketika banyak masyarakat yang membeli perhiasan atau emas batangan sebagai bentuk investasi. Faktor ini, meskipun sementara, memberikan daya tahan bagi harga emas di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Kinerja Logam Mulia Lainnya

Selain emas, logam mulia lainnya seperti perak, platinum, dan paladium juga menunjukkan pergerakan harga yang positif. Harga perak spot naik 0,8% menjadi $29,82 per ons, sementara harga platinum naik 1,4% menjadi $937,65 per ons, dan harga paladium juga naik 1,4% menjadi $924,20 per ons. Meskipun ketiga logam mulia ini tidak menunjukkan pergerakan sebesar emas, namun kenaikan harga mereka menunjukkan adanya permintaan yang stabil di pasar komoditas. Kenaikan harga logam-logam ini dapat dilihat sebagai bagian dari diversifikasi investasi dalam pasar komoditas, di mana investor tidak hanya fokus pada emas, tetapi juga pada perak dan logam mulia lainnya yang seringkali dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi yang serupa dengan emas, seperti kebijakan moneter dan perdagangan global.

Kesimpulan: Prospek Emas ke Depan

Harga emas menghadapi tantangan besar di tengah penguatan dolar yang dipicu oleh kebijakan ekonomi proteksionis yang diusung oleh Presiden Trump. Sementara itu, kebijakan tarif yang lebih tinggi dan inflasi yang meningkat dapat memperlambat pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve, yang pada gilirannya membatasi potensi kenaikan harga emas. Namun, ada faktor-faktor lain yang dapat terus mendukung harga emas dalam jangka panjang, seperti ketegangan geopolitik, utang yang terus meningkat di berbagai negara, dan permintaan musiman yang mendukung harga emas pada awal tahun. Secara keseluruhan, meskipun emas menghadapi tekanan jangka pendek, faktor-faktor fundamental yang mendasari harga emas tetap memberikan prospek positif bagi logam mulia ini. Para investor yang mempertimbangkan untuk berinvestasi dalam emas perlu memperhatikan perkembangan ekonomi global, kebijakan pemerintah, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga emas di masa depan.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Thursday, 2 January 2025

Bestprofit | Emas Melonjak Dekati $2.650, Dampak Trump

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (3/1) – Harga emas (XAU/USD) terus menunjukkan peningkatan signifikan, memperpanjang kenaikan intraday dan mendekati level $2.650 pada sesi pembukaan Amerika Utara pada hari Kamis, 2 Januari. Momen ini terjadi setelah liburan Tahun Baru, ketika pasar kembali beroperasi dan perhatian investor tertuju pada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harga logam mulia tersebut. Penguatan harga emas ini mencerminkan peningkatan daya tariknya sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi dan potensi perubahan kebijakan di Amerika Serikat (AS).

Kenaikan Harga Emas: Faktor Penyebab dan Proyeksi Ke Depan

Emas telah lama dikenal sebagai aset safe haven, yang menjadi pilihan utama investor ketika kondisi ekonomi global tidak pasti. Pada awal tahun 2025 ini, harga emas mengalami penguatan signifikan, dan banyak faktor yang berperan dalam hal ini. Salah satu yang paling penting adalah kebijakan yang diharapkan dari Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, yang dijadwalkan akan dilantik pada 20 Januari mendatang. Investor memproyeksikan kebijakan-kebijakan Trump, seperti penerapan tarif impor yang lebih tinggi dan pemotongan pajak, dapat memengaruhi kondisi ekonomi global dengan cara yang mendukung penguatan harga emas.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Kebijakan Tarif Impor dan Potensi Perang Dagang

Salah satu kebijakan yang diharapkan akan diberlakukan oleh pemerintahan baru Trump adalah tarif impor yang lebih tinggi. Hal ini kemungkinan akan memicu ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan negara-negara mitra dagangnya. Sebagai contoh, jika Trump kembali meningkatkan tarif terhadap barang-barang impor dari China atau Uni Eropa, ini bisa memicu pembalasan dari negara-negara tersebut, yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi perang dagang global. Perang dagang ini cenderung mengurangi kepercayaan investor terhadap pasar saham dan aset berisiko lainnya, sehingga mendorong permintaan untuk emas sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi. Sebagai aset yang tidak terpengaruh langsung oleh perubahan nilai mata uang atau ketegangan politik, emas sering kali dipandang sebagai tempat yang lebih aman bagi investor dalam menghadapi ketidakstabilan. Potensi terjadinya perang dagang global dapat meningkatkan volatilitas pasar finansial, dan dalam kondisi ini, harga emas cenderung naik sebagai respons terhadap meningkatnya ketidakpastian.

Pemotongan Pajak dan Tekanan Inflasi di Amerika Serikat

Selain kebijakan tarif impor, kebijakan ekonomi lain yang kemungkinan akan diterapkan oleh pemerintahan Trump adalah pemotongan pajak yang lebih besar. Meskipun hal ini bisa meningkatkan daya beli masyarakat, namun pemotongan pajak yang besar dapat memicu inflasi di AS. Inflasi yang lebih tinggi dapat merugikan daya beli konsumen, tetapi juga dapat mendorong harga emas naik karena logam mulia ini sering digunakan sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Emas biasanya menjadi pilihan utama investor saat inflasi mulai meningkat. Dalam situasi ini, harga barang dan jasa akan cenderung naik, dan daya beli mata uang yang digunakan untuk membeli barang-barang tersebut dapat menurun. Sebagai hasilnya, banyak investor beralih ke emas, yang dianggap memiliki nilai yang lebih stabil dibandingkan dengan mata uang fiat yang bisa terdepresiasi akibat inflasi.

Emas Sebagai Aset Safe Haven di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global

Ketidakpastian ekonomi yang dihadapi oleh AS dan negara-negara lain saat ini menjadi salah satu faktor utama yang mendorong harga emas naik. Ketidakpastian ini bisa bersumber dari berbagai faktor, seperti kebijakan perdagangan internasional, ketegangan politik, atau kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi. Dalam situasi ketidakpastian seperti ini, banyak investor cenderung memilih emas sebagai aset safe haven untuk melindungi nilai portofolio mereka. Emas memiliki reputasi sebagai tempat perlindungan yang lebih stabil ketika pasar keuangan mengalami guncangan atau saat terdapat ketidakpastian yang lebih besar. Meskipun harga emas cenderung berfluktuasi dalam jangka pendek, tren jangka panjangnya menunjukkan bahwa emas sering kali menguat selama periode ketegangan ekonomi. Ini menjadikannya pilihan yang menarik untuk diversifikasi aset dan lindung nilai terhadap risiko-risiko ekonomi yang tidak pasti.

Imbal Hasil Treasury AS 10 Tahun dan Dampaknya terhadap Harga Emas

Selain kebijakan fiskal, pergerakan imbal hasil obligasi AS, khususnya Treasury AS 10 tahun, juga memainkan peran penting dalam menentukan daya tarik emas. Pada awal tahun 2025, imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun turun mendekati 4,54%, yang menunjukkan bahwa ada pelambatan dalam kenaikan imbal hasil. Turunnya imbal hasil ini menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi emas, karena emas tidak memberikan imbal hasil atau bunga. Secara umum, ketika imbal hasil obligasi dan instrumen keuangan lainnya turun, biaya peluang untuk memegang aset yang tidak menghasilkan bunga, seperti emas, menjadi lebih rendah. Dalam hal ini, investor lebih cenderung beralih ke emas sebagai alternatif investasi, karena emas menawarkan perlindungan terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi tanpa bergantung pada tingkat suku bunga. Oleh karena itu, penurunan imbal hasil Treasury AS dapat menjadi faktor pendukung yang signifikan bagi kenaikan harga emas.

Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Harga Emas

Selain kebijakan politik dan kondisi pasar obligasi, ada sejumlah faktor lain yang dapat mempengaruhi harga emas. Misalnya, fluktuasi harga energi, seperti minyak, dapat berperan penting dalam mempengaruhi biaya produksi dan inflasi, yang pada gilirannya dapat berdampak pada daya tarik emas. Selain itu, perubahan dalam permintaan dari negara-negara besar pengimpor emas, seperti China dan India, juga dapat mempengaruhi pergerakan harga emas global. Selain itu, kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia, seperti Federal Reserve di AS, juga dapat memainkan peran penting dalam harga emas. Jika Federal Reserve mengubah kebijakan suku bunga atau melakukan pelonggaran kuantitatif, ini dapat memengaruhi nilai dolar AS dan, pada gilirannya, harga emas. Emas dan dolar AS biasanya memiliki hubungan terbalik, di mana ketika dolar AS melemah, harga emas cenderung naik.

Kesimpulan: Prospek Emas di 2025

Harga emas (XAU/USD) menunjukkan potensi untuk terus menguat di awal tahun 2025, didorong oleh kebijakan fiskal yang diharapkan dari pemerintahan Trump, ketidakpastian ekonomi global, serta faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi pasar keuangan. Dengan tarif impor yang lebih tinggi, pemotongan pajak yang dapat memicu inflasi, dan imbal hasil obligasi AS yang lebih rendah, harga emas memiliki peluang untuk terus naik sebagai aset safe haven. Namun, meskipun prospeknya positif, pergerakan harga emas tetap bergantung pada berbagai faktor ekonomi, politik, dan pasar. Oleh karena itu, investor perlu tetap waspada terhadap perkembangan global yang dapat memengaruhi harga logam mulia ini.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Wednesday, 1 January 2025

Bestprofit | Emas Siap Catatkan Tahun Terbaik Sejak 2010

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (2/1) – Emas, sebagai logam mulia yang sering dipandang sebagai pelindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, menunjukkan performa yang luar biasa pada tahun 2024. Harga emas pada hari Selasa mengalami kenaikan signifikan dan diperkirakan akan mengakhiri tahun ini dengan pencapaian yang memecahkan rekor. Banyak faktor yang mempengaruhi lonjakan harga emas, mulai dari pembelian yang kuat oleh bank sentral, ketidakpastian geopolitik yang meningkat, hingga pelonggaran kebijakan moneter global. Emas diperkirakan akan terus menjadi pilihan utama bagi investor pada tahun 2025, meskipun ada tantangan dari penguatan dolar AS dan kebijakan Federal Reserve yang lebih lambat.

Kenaikan Harga Emas yang Mencapai Rekor

Pada hari Selasa, harga emas spot tercatat naik 0,4% menjadi $2.615,00 per ons, sementara harga emas berjangka AS juga naik 0,4% menjadi $2.627,30. Lonjakan ini membawa harga emas mendekati rekor tertinggi yang pernah tercatat sebelumnya pada 31 Oktober 2024, yakni $2.790,15 per ons. Secara keseluruhan, harga emas telah meningkat lebih dari 26% pada tahun 2024, menjadi lonjakan tahunan terbesar sejak 2010.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Penyebab Lonjakan Harga Emas

Beberapa faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas pada tahun ini antara lain:
  1. Permintaan dari Bank Sentral Bank sentral di seluruh dunia, termasuk yang ada di negara-negara berkembang, telah meningkatkan cadangan emas mereka secara signifikan. Pembelian emas oleh bank sentral ini memberikan dorongan besar bagi harga emas. Emas sering dianggap sebagai instrumen yang lebih aman dibandingkan dengan mata uang yang rentan terhadap inflasi atau ketidakpastian ekonomi.
  2. Ketidakpastian Geopolitik Ketegangan geopolitik yang meningkat, seperti konflik di Timur Tengah, ketegangan antara negara-negara besar, dan ketidakstabilan politik di berbagai belahan dunia, telah mendorong banyak investor untuk mencari aset yang lebih aman. Emas, yang sudah lama dianggap sebagai tempat berlindung yang aman, menjadi pilihan utama.
  3. Pelonggaran Kebijakan Moneter Global Bank-bank sentral besar, termasuk Federal Reserve Amerika Serikat, telah menurunkan suku bunga mereka untuk merangsang perekonomian pasca-pandemi. Pelonggaran kebijakan moneter ini menyebabkan imbal hasil obligasi lebih rendah, yang membuat emas yang tidak menghasilkan bunga menjadi lebih menarik.
  4. Kenaikan Arus Masuk ke ETF Emas Exchange-Traded Funds (ETF) yang berfokus pada emas juga mengalami peningkatan arus masuk. Ini menunjukkan minat yang lebih besar dari investor ritel dan institusional terhadap emas sebagai bentuk investasi yang lebih aman dan stabil.

Pandangan Ekonomis dari Analis dan Bank Sentral

Aneeka Gupta, Direktur Penelitian Ekonomi Makro di WisdomTree, mengatakan bahwa faktor-faktor tersebut adalah pendorong utama kenaikan harga emas. Ia juga menambahkan bahwa meskipun ada beberapa potensi hambatan dari penguatan dolar AS dan kebijakan Federal Reserve yang lebih moderat pada tahun 2025, harga emas kemungkinan akan tetap didukung oleh faktor-faktor yang telah disebutkan. Dalam sebuah analisis lebih lanjut, Daan Struyven, seorang ahli strategi komoditas di Goldman Sachs, mengungkapkan bahwa emas berpotensi mencapai $3.000 per ons. Peningkatan permintaan dari bank sentral dan potensi pemotongan suku bunga lebih lanjut oleh Fed akan mendukung harga emas dalam jangka panjang.

Dampak Pemilu dan Kebijakan Ekonomi AS

Pemerintahan baru yang dipimpin oleh Donald Trump pada tahun 2025 berpotensi membawa dampak signifikan terhadap ekonomi global. Kebijakan ekonomi yang mungkin termasuk tarif perdagangan, deregulasi, dan perubahan dalam sistem perpajakan dapat mempengaruhi sentimen pasar dan memperkuat daya tarik emas. “Jika ketegangan geopolitik terus meningkat dan kebijakan ekonomi menjadi lebih tidak menentu, investor dapat semakin cenderung mengalihkan dana mereka ke emas sebagai tempat berlindung yang aman,” kata Han Tan, Kepala Analis Pasar di Exinity Group.

Emas Sebagai Lindung Nilai Terhadap Risiko Geopolitik dan Ekonomi

Emas sering dianggap sebagai aset yang dapat melindungi nilai investasi dalam situasi ketidakpastian, baik itu ketegangan geopolitik maupun krisis ekonomi. Harga emas cenderung meningkat ketika suku bunga rendah atau ketika inflasi menjadi ancaman. Oleh karena itu, dengan kebijakan suku bunga yang lebih rendah oleh bank sentral, emas menjadi pilihan menarik bagi banyak investor. Sejak lama, emas telah dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan devaluasi mata uang. Selama masa-masa ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, investor lebih cenderung mengalihkan portofolio mereka ke emas. Hal ini membantu memperkuat permintaan terhadap logam mulia tersebut.

Prospek Emas di Tahun 2025

Dengan kondisi yang ada, emas kemungkinan akan terus menarik perhatian investor pada tahun 2025. Permintaan bank sentral diperkirakan akan tetap tinggi, dan harga emas bisa terus mengalami kenaikan, meskipun ada beberapa potensi hambatan dari kebijakan moneter yang lebih ketat dan penguatan dolar AS. Dari perspektif pasar, meskipun pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral dapat lebih lambat pada tahun 2025, ketegangan geopolitik yang berlanjut dan keputusan kebijakan ekonomi dari pemerintahan baru AS dapat memberikan dorongan positif bagi harga emas.

Kinerja Logam Mulia Lainnya

Selain emas, beberapa logam mulia lainnya juga menunjukkan performa yang bervariasi. Perak, misalnya, stabil di $28,96 per ons dan menuju tahun terbaiknya sejak 2020, setelah naik hampir 22% pada tahun ini. Namun, platinum dan paladium mengalami penurunan. Platinum mengalami penurunan lebih dari 7%, sementara paladium turun lebih dari 17% pada tahun 2024. Perak, meskipun lebih volatil dibandingkan emas, juga telah menjadi pilihan banyak investor yang mencari alternatif investasi dalam logam mulia. Namun, kinerja perak jauh lebih baik daripada platinum dan paladium yang mengalami kerugian yang lebih besar.

Kesimpulan: Emas di Tahun 2024 dan Prospeknya di Masa Depan

Tahun 2024 telah menjadi tahun yang luar biasa bagi harga emas, dengan lonjakan yang dipicu oleh permintaan bank sentral, ketidakpastian geopolitik, dan kebijakan moneter yang longgar. Dengan prospek yang masih positif untuk emas pada tahun 2025, banyak analis dan investor percaya bahwa logam mulia ini akan terus memainkan peran penting dalam portofolio investasi. Ketegangan geopolitik yang meningkat, kebijakan ekonomi global yang lebih tidak pasti, dan kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve menjadi faktor-faktor yang akan terus mendukung harga emas di tahun-tahun mendatang. Emas tetap menjadi pilihan utama bagi mereka yang mencari perlindungan terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Dengan potensi kenaikan lebih lanjut dan prediksi harga yang optimis, emas diperkirakan akan terus bersinar di pasar global dalam waktu dekat.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Monday, 30 December 2024

Bestprofit | Emas Merosot Dekati $2.600, Dolar AS Bangkit Kembali

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (31/12) – Pada sesi perdagangan di pasar Amerika Utara hari Senin, harga emas (XAU/USD) mengalami penurunan signifikan, mendekati level terendah mingguan sekitar $2.600 per ons. Penurunan harga ini mencerminkan tekanan jual yang dialami logam mulia tersebut, yang sebagian besar disebabkan oleh pemulihan Dolar AS (USD) yang menguat setelah sempat mengalami kerugian pada sesi intraday. Kenaikan Dolar AS tersebut telah memicu pergeseran sentimen pasar, menjadikan emas lebih mahal bagi para investor dan menambah tekanan pada harga emas. Di sisi lain, meskipun imbal hasil Treasury AS 10-tahun menunjukkan penurunan yang cukup signifikan pada hari yang sama, dampak negatif terhadap harga emas tampaknya tidak sebesar yang diperkirakan. Berikut ini adalah analisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga emas saat ini, dengan fokus pada pergerakan Dolar AS, imbal hasil obligasi, serta prospek kebijakan moneter dari Federal Reserve.

1. Pengaruh Kekuatan Dolar AS terhadap Harga Emas

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi harga emas adalah pergerakan Dolar AS. Pada hari Senin, Indeks Dolar AS (DXY) berhasil kembali menguat ke atas level 108,00 setelah sebelumnya sempat mengalami penurunan. Dolar AS yang lebih kuat cenderung membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi investor yang menggunakan mata uang lain, yang pada gilirannya menurunkan permintaan terhadap emas. Hal ini karena logam mulia tersebut diperdagangkan dalam Dolar AS, sehingga setiap penguatan Dolar membuat harga emas lebih tinggi bagi para pelaku pasar internasional.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Sebagai aset yang dianggap sebagai safe haven, emas sering kali berkompetisi dengan Dolar AS dalam menarik minat investor. Ketika Dolar AS menguat, daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil dalam bentuk bunga atau dividen menjadi berkurang, terutama jika dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya yang menghasilkan bunga seperti obligasi. Inilah sebabnya mengapa kenaikan Dolar AS seringkali diikuti dengan penurunan harga emas.

2. Penurunan Imbal Hasil Treasury AS dan Dampaknya terhadap Emas

Meskipun Dolar AS yang lebih kuat memberikan tekanan pada harga emas, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi pasar emas, yaitu pergerakan imbal hasil obligasi Treasury AS. Pada hari Senin, imbal hasil Treasury AS 10-tahun mengalami penurunan yang signifikan, turun ke level 4,55%. Penurunan ini biasanya akan membuat emas lebih menarik bagi investor karena imbal hasil yang lebih rendah pada aset yang menghasilkan bunga, seperti obligasi, meningkatkan biaya peluang untuk berinvestasi dalam aset yang tidak menghasilkan bunga, seperti emas. Namun, dalam sesi perdagangan Senin tersebut, meskipun imbal hasil Treasury AS mengalami penurunan, hubungan positif antara imbal hasil yang lebih rendah dan harga emas tampaknya tidak terlalu terlihat. Sebaliknya, harga emas tetap tertekan, yang menunjukkan bahwa pengaruh penguatan Dolar AS lebih dominan dibandingkan dengan penurunan imbal hasil obligasi. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor makroekonomi yang lebih luas, seperti ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter The Fed dan kondisi ekonomi global, memainkan peran yang lebih besar dalam pergerakan harga emas saat ini.

3. Prospek Kebijakan Moneter The Fed dan Dampaknya pada Emas

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi prospek harga emas ke depan adalah kebijakan moneter dari Federal Reserve (The Fed). Para pelaku pasar memperhatikan dengan cermat arah kebijakan suku bunga yang diambil oleh The Fed, karena perubahan suku bunga langsung berpengaruh pada daya tarik investasi dalam aset seperti emas. The Fed saat ini diperkirakan akan mengurangi jumlah pemotongan suku bunga pada tahun 2025. Para pembuat kebijakan di Fed telah memberikan petunjuk bahwa mereka hanya akan melakukan sejumlah kecil pemotongan suku bunga pada tahun depan. Optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi AS, serta perlambatan dalam tren disinflasi dan kondisi pasar tenaga kerja yang lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya, menjadi faktor-faktor yang mendasari pandangan ini. Pada tahun 2023, The Fed telah memangkas suku bunga pinjaman utamanya sebesar 100 basis poin (bps) ke kisaran 4,25%-4,50%. Meski demikian, banyak yang memperkirakan bahwa kebijakan suku bunga tidak akan mengalami perubahan besar pada Januari 2024, dengan kemungkinan penurunan suku bunga yang lebih sedikit pada tahun 2025. Menurut analis di Goldman Sachs, The Fed diperkirakan akan melakukan pemotongan suku bunga berikutnya pada bulan Maret 2024, dengan dua kali lagi pemotongan pada bulan Juni dan September 2024. Hal ini dapat memberikan dampak positif terhadap harga emas, karena suku bunga yang lebih rendah umumnya cenderung meningkatkan daya tarik emas sebagai aset investasi alternatif, terutama ketika suku bunga rendah mengurangi daya tarik obligasi dan instrumen investasi berbunga lainnya.

4. Perkembangan Disinflasi dan Dampaknya pada Emas

Tren disinflasi yang terjadi di AS, yang berarti penurunan laju inflasi, juga memiliki dampak penting terhadap prospek emas. The Fed selama beberapa tahun terakhir telah berusaha mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga secara agresif. Namun, dengan disinflasi yang semakin jelas, pasar mulai memperkirakan bahwa The Fed akan beralih ke siklus pelonggaran kebijakan moneter lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Jika inflasi terus melambat dan ekonomi AS dapat mempertahankan pertumbuhannya, The Fed mungkin akan lebih berhati-hati dalam melanjutkan pengetatan kebijakan moneter, yang bisa mengarah pada penurunan suku bunga secara bertahap. Hal ini bisa memberikan dukungan untuk harga emas, karena investor akan mencari aset yang aman dan menghindari instrumen berisiko lainnya, seperti saham atau obligasi. Dengan demikian, emas dapat menjadi pilihan yang lebih menarik jika suku bunga rendah dan inflasi terjaga pada level yang moderat.

5. Kesimpulan: Prospek Harga Emas yang Tidak Pasti

Secara keseluruhan, prospek harga emas pada jangka pendek hingga menengah masih penuh ketidakpastian. Meskipun faktor-faktor seperti penurunan imbal hasil Treasury dan prospek pelonggaran kebijakan moneter dari The Fed dapat memberikan dukungan bagi harga emas, penguatan Dolar AS yang berkelanjutan dapat terus memberikan tekanan. Selain itu, jika inflasi di AS kembali meningkat atau data ekonomi menunjukkan pertumbuhan yang lebih kuat dari yang diperkirakan, The Fed mungkin akan kembali memperketat kebijakan moneternya, yang bisa membebani harga emas. Namun, meskipun ada ketidakpastian, emas tetap dipandang sebagai aset yang dapat memberikan perlindungan terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi global. Oleh karena itu, bagi investor, memahami dinamika pasar Dolar AS, kebijakan The Fed, dan tren inflasi akan menjadi kunci untuk memprediksi pergerakan harga emas di masa depan.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Sunday, 29 December 2024

Bestprofit | Emas Tertekan oleh Tingginya Imbal Hasil Obligasi AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (30/12) – Harga emas mengalami penurunan yang signifikan pada hari Jumat, dipicu oleh meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS yang meredupkan daya tarik logam mulia tersebut. Selain itu, pasar yang relatif tipis karena liburan turut memperburuk fluktuasi harga emas. Ketidakpastian politik, terutama terkait kembalinya Presiden terpilih Donald Trump ke Gedung Putih, juga menjadi faktor yang mendorong pergerakan harga emas dalam minggu tersebut. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga emas, prospek untuk 2025, serta bagaimana dinamika pasar keuangan global memengaruhi logam mulia ini.

Penurunan Harga Emas dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pada hari Jumat, harga emas spot turun 0,7% menjadi $2.615,99 per ons, sementara harga emas berjangka AS mengalami penurunan lebih dalam, yakni sebesar 0,8%, mencapai $2.633,5. Penurunan harga ini terjadi di tengah imbal hasil obligasi Treasury AS yang sedikit lebih tinggi, yang pada gilirannya mengurangi daya tarik emas. Bob Haberkorn, seorang ahli strategi pasar senior di RJO Futures, menyatakan bahwa pasar saat ini berada dalam kondisi “liburan yang tipis”, yang berarti volume perdagangan lebih rendah dan fluktuasi harga lebih rentan.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Imbal hasil Treasury AS, yang mencerminkan bunga yang dibayarkan oleh pemerintah AS untuk meminjam uang, mengalami kenaikan yang signifikan. Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10 tahun tercatat mendekati level tertinggi sejak 2 Mei, yang menekan harga emas. Karena emas tidak memberikan imbal hasil, maka kenaikan imbal hasil obligasi AS membuat investor cenderung lebih memilih obligasi yang lebih menguntungkan daripada logam mulia. Selain itu, indeks dolar AS juga menunjukkan kenaikan yang signifikan, bahkan berpotensi mencatatkan kenaikan minggu keempat berturut-turut. Ini lebih lanjut mengurangi daya tarik emas bagi investor yang memegang mata uang selain dolar, karena harga emas menjadi lebih mahal dalam mata uang lainnya. Kekuatan dolar menjadi salah satu faktor utama yang membuat harga emas kesulitan untuk bergerak naik dalam beberapa waktu terakhir.

Meskipun Ada Penurunan, Prospek Emas untuk 2025 Masih Optimis

Meskipun harga emas merosot dalam beberapa hari terakhir, prospek untuk tahun 2025 tetap optimis menurut sebagian besar analis pasar. Tahun ini, harga emas telah melonjak sekitar 28%, mencatatkan rekor tertinggi $2.790,15 per ons pada 31 Oktober. Lonjakan ini dipicu oleh pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve dan meningkatnya ketegangan geopolitik global, yang menjadikan emas sebagai aset safe haven. Banyak analis percaya bahwa meskipun ada sedikit penurunan proyeksi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve, ketegangan geopolitik yang masih tinggi dan kebijakan bank sentral yang cenderung mendukung pembelian emas akan terus memberi dukungan bagi harga logam mulia ini. Terutama, ketidakpastian politik yang ditimbulkan oleh kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih pada Januari 2025 diharapkan akan memberikan dampak yang besar terhadap pasar emas. Kebijakan proteksionisme yang diusulkan oleh Trump dan potensi ketegangan dagang dengan negara-negara besar lainnya dapat mendorong lebih banyak investor untuk mencari perlindungan dalam bentuk emas.

Dampak Potensial Kebijakan Inflasi Trump pada Prospek Fed Tahun 2025

Kembalinya Donald Trump ke kantor presiden AS memberikan sentimen politik yang kuat di pasar keuangan global. Beberapa kebijakan yang diusulkan oleh Trump, termasuk tarif impor yang lebih tinggi dan kebijakan perdagangan proteksionis, berpotensi memicu perang dagang antara AS dan negara-negara besar lainnya. Dalam konteks ini, banyak analis menganggap bahwa ketegangan dagang yang meningkat akan mendorong permintaan untuk emas sebagai aset safe haven. Selain itu, kebijakan inflasi yang mungkin diambil oleh pemerintahan Trump dapat mempengaruhi proyeksi Federal Reserve mengenai suku bunga di tahun 2025. Beberapa analis menganggap bahwa jika Trump memprioritaskan kebijakan yang memperburuk inflasi, Fed mungkin akan terpaksa mempertahankan suku bunga yang tinggi lebih lama. Ini tentu akan berdampak pada daya tarik emas, karena suku bunga yang lebih tinggi umumnya mengurangi minat investor pada emas. Namun, di sisi lain, banyak analis memperkirakan bahwa meskipun kebijakan inflasi yang tinggi dapat menekan daya beli, ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan oleh ketegangan politik dan perang dagang dapat menjaga minat pada emas tetap tinggi. Dalam hal ini, harga emas diperkirakan dapat bergerak menuju angka $3.000 per ons pada 2025, tergantung pada perkembangan yang terjadi sepanjang tahun.

Faktor Geopolitik dan Peran Bank Sentral dalam Mendukung Harga Emas

Emas telah lama dikenal sebagai aset safe haven, yang seringkali menjadi pilihan investor di saat terjadi gejolak ekonomi dan ketegangan geopolitik. Seiring dengan meningkatnya ketegangan di berbagai wilayah dunia—seperti ketegangan di Timur Tengah, perang di Ukraina, dan ketidakpastian politik di negara-negara besar lainnya—permintaan terhadap emas diperkirakan akan terus meningkat. Ketidakpastian politik yang mungkin meningkat di bawah pemerintahan Trump juga dapat menjadi pendorong tambahan bagi investor untuk beralih ke emas. Selain itu, bank-bank sentral di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang, terus membeli emas dalam jumlah besar untuk memperkuat cadangan devisa mereka. Pembelian besar-besaran oleh bank sentral ini memberikan dukungan signifikan terhadap harga emas. Secara keseluruhan, pembelian yang terus berlanjut ini diharapkan dapat menjaga harga emas tetap stabil meskipun ada tekanan dari faktor-faktor eksternal.

Perak, Platinum, dan Paladium Mengikuti Jejak Emas

Selain emas, logam mulia lainnya seperti perak, platinum, dan paladium juga mengalami penurunan harga pada hari Jumat. Harga perak spot turun 1,6% menjadi $29,32 per ons, sementara harga platinum turun 2,2% menjadi $915,20, dan harga paladium turun 1,3% menjadi $912,99. Penurunan harga ini mengikuti tren yang sama dengan emas, di mana faktor-faktor seperti kenaikan imbal hasil Treasury AS dan penguatan dolar AS turut memberi tekanan pada harga logam mulia lainnya.

Kesimpulan: Prospek Emas Tetap Cerah di Tengah Ketidakpastian

Meskipun harga emas mengalami penurunan pada minggu ini, prospek logam mulia ini untuk tahun 2025 tetap cerah. Ketegangan geopolitik yang tinggi, kebijakan bank sentral yang mendukung pembelian emas, dan ketidakpastian politik yang ditimbulkan oleh kembalinya Donald Trump ke kantor presiden AS akan tetap memberikan dukungan bagi harga emas. Dalam jangka panjang, harga emas diperkirakan akan terus bergerak naik, bahkan mungkin mencapai $3.000 per ons pada pertengahan tahun 2025. Namun, investor harus tetap memperhatikan dinamika pasar yang dapat mempengaruhi pergerakan harga emas, termasuk kebijakan moneter Federal Reserve, kebijakan perdagangan internasional, dan ketegangan geopolitik global.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Sunday, 22 December 2024

Bestprofit | Emas Tetap Positif Usai Inflasi AS yang Lemah

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-2.jpg

Bestprofit (23/12) – Pada hari Jumat, harga emas (XAU/USD) diperdagangkan dengan nada positif yang moderat, meskipun sempat mengalami aksi jual tajam pada awal minggu ini. Data terbaru mengenai Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS yang lebih dingin dari perkiraan memberikan beberapa angin segar bagi logam mulia ini, meskipun harga emas masih kesulitan untuk beranjak jauh dari level terendah satu bulan yang tercatat sebelumnya. Pada intinya, pergerakan harga emas minggu ini dipengaruhi oleh kombinasi dari data ekonomi AS yang lebih kuat dari ekspektasi, keputusan kebijakan The Federal Reserve (Fed), serta perkembangan inflasi yang lebih terkendali. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga emas saat ini, termasuk data inflasi PCE, revisi PDB AS, dan keputusan kebijakan suku bunga oleh The Federal Reserve.

Dampak Data Inflasi PCE AS terhadap Emas

Pada hari Jumat, rilis data Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS menunjukkan hasil yang lebih rendah dari ekspektasi pasar. Inflasi PCE bulan November tercatat meningkat 0,1%, lebih rendah dari perkiraan kenaikan 0,2%. Ini memberikan petunjuk bahwa tekanan inflasi mungkin mulai mereda, setidaknya dalam jangka pendek. Meskipun demikian, tingkat inflasi tahunan tetap berada pada level 2,4%, sedikit lebih tinggi dari 2,3% pada bulan Oktober.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Bagi pasar emas, data inflasi yang lebih rendah ini memberikan dampak yang cukup signifikan, karena memberikan harapan bahwa The Federal Reserve mungkin tidak perlu terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga. Mengingat bahwa emas tidak memberikan imbal hasil seperti instrumen investasi lainnya, suku bunga yang lebih tinggi biasanya berkontribusi pada penurunan permintaan terhadap emas. Oleh karena itu, angka inflasi yang lebih rendah cenderung mendorong para investor untuk kembali memperhatikan aset-aset yang lebih aman, seperti emas, sebagai pelindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi. Namun, meskipun data PCE yang lebih dingin memberikan dukungan bagi emas, logam mulia ini masih berjuang untuk bergerak jauh dari level terendahnya dalam sebulan terakhir. Ini mencerminkan ketidakpastian yang ada di pasar terkait dengan kebijakan moneter jangka panjang dan faktor-faktor eksternal lainnya, seperti ketegangan geopolitik dan prospek pertumbuhan global.

PCE Inti dan Tren Inflasi Jangka Panjang

Salah satu bagian penting dari laporan PCE adalah angka inflasi inti, yang menghilangkan fluktuasi harga energi dan makanan yang cenderung lebih volatile. Inflasi PCE Inti untuk bulan November tercatat hanya meningkat 0,1%, turun signifikan dari 0,3% pada bulan Oktober. Di sisi tahunan, inflasi PCE Inti tetap stabil di 2,8%, sedikit lebih rendah dari ekspektasi pasar yang memperkirakan angka tersebut akan naik menjadi 2,9%. Inflasi inti yang lebih rendah memberikan gambaran bahwa tekanan harga dalam perekonomian AS mungkin sedang melambat, yang merupakan berita baik bagi investor yang mengkhawatirkan lonjakan harga barang dan jasa yang terus-menerus. Meski inflasi tahunan masih berada di atas target 2% yang ditetapkan oleh The Federal Reserve, angka-angka ini menunjukkan bahwa inflasi mungkin sudah mencapai puncaknya dan dapat mulai bergerak menuju level yang lebih terkendali. Namun, meskipun inflasi yang lebih rendah bisa mendukung emas dalam jangka pendek, tantangan besar tetap ada. Keputusan kebijakan suku bunga oleh The Fed dan prospek ekonomi AS secara keseluruhan tetap menjadi faktor penentu bagi arah pergerakan harga emas di masa depan.

Revisi PDB AS Kuartal Ketiga dan Pengaruhnya terhadap Kebijakan The Fed

Pada hari Kamis, data revisi Produk Domestik Bruto (PDB) AS untuk kuartal ketiga menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dari yang diperkirakan sebelumnya. Revisi menunjukkan bahwa ekonomi AS tumbuh 4,9% secara tahunan pada kuartal ketiga, lebih tinggi dibandingkan dengan estimasi sebelumnya yang hanya 4,7%. Data ini menunjukkan bahwa perekonomian AS tetap tangguh meskipun ada ancaman dari inflasi yang lebih tinggi dan kenaikan suku bunga. Dengan hasil ini, kemungkinan The Federal Reserve untuk mempertahankan sikap hawkish (agresif dalam kebijakan moneter) semakin terbuka lebar. Pasar mulai memperkirakan bahwa The Fed akan terus menaikkan suku bunga di masa mendatang, atau setidaknya mempertahankan suku bunga pada level yang tinggi lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya. Ini tentu saja dapat memberikan tekanan tambahan pada harga emas, karena dengan suku bunga yang lebih tinggi, dolar AS cenderung menguat, yang pada gilirannya membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Selain itu, klaim pengangguran yang lebih rendah dari perkiraan juga menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS masih relatif kuat. Hal ini semakin memperkuat pandangan bahwa perekonomian AS berada pada jalur yang sehat, meskipun tantangan inflasi tetap ada. Dengan pertumbuhan ekonomi yang solid, investor mungkin merasa lebih nyaman untuk beralih ke aset yang lebih berisiko, mengurangi permintaan untuk emas yang dianggap sebagai aset pelindung nilai.

Prospek Emas ke Depan: Kesimpulan dan Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan

Melihat ke depan, pergerakan harga emas akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor kunci, termasuk kebijakan moneter The Federal Reserve, data ekonomi AS, serta perkembangan inflasi di tingkat global. Jika data inflasi terus menunjukkan tanda-tanda mereda dan perekonomian AS tetap tumbuh stabil, kemungkinan besar The Fed akan melanjutkan kebijakan suku bunga yang lebih tinggi, yang bisa menekan harga emas lebih lanjut. Namun, jika data ekonomi menunjukkan tanda-tanda pelemahan atau jika ketidakpastian global meningkat (misalnya melalui ketegangan geopolitik atau krisis ekonomi lainnya), emas kemungkinan akan kembali dipandang sebagai aset pelindung nilai yang lebih menarik. Dalam hal ini, meskipun saat ini harga emas berada di bawah tekanan, potensi untuk rebound masih ada, tergantung pada perkembangan situasi ekonomi dan politik global. Secara keseluruhan, meskipun ada beberapa faktor yang mendukung harga emas dalam jangka pendek, pasar tetap menghadapi banyak ketidakpastian. Investor perlu terus memantau perkembangan data ekonomi AS, kebijakan suku bunga The Fed, dan faktor-faktor eksternal lainnya yang dapat memengaruhi harga emas di masa mendatang.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Thursday, 19 December 2024

Bestprofit | Emas Turun Setelah Data AS Perkuat Sikap Agresif Fed

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (20/12) – Pada hari Kamis, harga emas diperdagangkan hampir datar setelah sempat mengalami kenaikan yang signifikan, seiring dengan rilis data ekonomi AS yang memperkuat ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (Fed) akan mengadopsi pendekatan hati-hati terhadap pelonggaran kebijakan di tahun mendatang. Data ekonomi tersebut menunjukkan bahwa ekonomi AS tumbuh lebih cepat dari yang diharapkan pada kuartal ketiga, sementara klaim pengangguran juga tercatat lebih rendah dari perkiraan. Namun, meskipun sempat menguat, harga emas akhirnya kembali melandai, mencerminkan dinamika pasar yang dipengaruhi oleh kebijakan moneter dan faktor-faktor global.

Kenaikan Harga Emas yang Sementara

Harga emas spot naik tipis sebesar 0,1% menjadi $2.589,43 per ons pada Kamis. Sementara itu, harga emas berjangka AS mengalami penurunan lebih dalam, yakni sebesar 1,9%, menjadi $2.603,60 per ons. Kenaikan harga emas spot tersebut terjadi setelah pasar bereaksi terhadap data ekonomi yang menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat dari ekspektasi pada kuartal ketiga ekonomi AS. Meskipun terjadi kenaikan harga pada awal sesi, pasar kembali diselimuti ketidakpastian seiring dengan pengumuman dari pejabat Federal Reserve yang meredakan ekspektasi pasar terhadap kebijakan pelonggaran.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Data Ekonomi AS dan Dampaknya terhadap Kebijakan Fed

Salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga emas adalah data ekonomi AS yang baru dirilis. Angka PDB yang lebih baik dari perkiraan menunjukkan bahwa ekonomi AS masih tumbuh cukup kuat meskipun ada tantangan inflasi. Selain itu, klaim pengangguran yang turun lebih dari yang diperkirakan menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja juga berada dalam kondisi yang lebih baik dari ekspektasi sebelumnya. Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, berkomentar bahwa dengan data ekonomi yang cukup solid ini, Fed tidak memiliki banyak alasan untuk bersikap agresif terhadap kebijakan moneternya, yang biasanya berisiko menekan harga emas. “Dengan data PDB dan klaim pengangguran ini, ini menunjukkan bahwa datanya cukup kuat. Ekonomi yang solid dan risiko inflasi, termasuk tarif dan pemotongan belanja, menegaskan kembali bahwa Fed tidak punya banyak alasan untuk bersikap agresif, yang secara historis tidak baik untuk emas yang tidak memberikan imbal hasil,” ujar Melek.

Penurunan Awal Harga Emas dan Minat Investor

Harga emas sempat merosot lebih dari 2% ke level terendah dalam satu bulan pada awal sesi perdagangan setelah pejabat Federal Reserve mengurangi proyeksi pelonggaran kebijakan di masa mendatang. Pengumuman tersebut terkait dengan inflasi yang masih tinggi dan kondisi ekonomi yang cukup kuat, sehingga pasar mulai merespons dengan penurunan harga emas yang tajam. Meski demikian, penurunan tersebut justru menarik minat investor untuk kembali membeli emas, yang kemudian mendorong harga naik hingga 1,5% di awal sesi. “Penurunan jangka pendek pada emas menghadirkan peluang pembelian yang bagus bagi para penumpuk jangka panjang. Anda memiliki masalah utang yang membayangi, potensi penutupan pemerintah, dan kita sudah melihat sikap pemerintahan baru dalam hal mencoba memangkas pengeluaran dan meminimalkan defisit,” kata Alex Ebkarian, kepala operasi di Allegiance Gold. Pernyataan ini menggambarkan bahwa meskipun harga emas turun sementara, situasi global dan ekonomi domestik yang tidak menentu tetap memicu permintaan terhadap emas sebagai aset yang dianggap aman.

Ketidakpastian Politik dan Geopolitik Meningkatkan Daya Tarik Emas

Ketidakpastian politik di AS juga turut mendorong permintaan terhadap emas. Salah satu faktor yang memengaruhi ketidakpastian politik adalah dorongan pra-pelantikan Presiden terpilih AS Donald Trump untuk memengaruhi Kongres, yang berpotensi mempersulit upaya untuk menghindari penutupan pemerintah. Penutupan pemerintah yang dihindari ini dapat mengganggu berbagai layanan penting, termasuk transportasi udara dan penegakan hukum, yang dapat mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan.

Emas sebagai Pilihan Investasi di Tengah Suku Bunga Rendah

Emas dikenal sebagai pilihan investasi yang aman selama masa-masa ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, karena nilai emas cenderung stabil atau bahkan meningkat ketika kondisi pasar sedang tidak menentu. Salah satu faktor penting yang memengaruhi harga emas adalah tingkat suku bunga. Selama suku bunga rendah, emas menjadi pilihan yang menarik bagi investor karena tidak memberikan imbal hasil, namun tetap dianggap sebagai penyimpan nilai yang aman. Kebijakan suku bunga rendah yang diterapkan oleh Federal Reserve dalam beberapa tahun terakhir berkontribusi pada kenaikan harga emas, karena investor lebih memilih untuk berinvestasi di emas daripada instrumen keuangan lain yang mungkin memberikan hasil lebih rendah atau lebih berisiko. Suku bunga yang rendah mengurangi daya tarik investasi pada aset-aset lain, seperti obligasi atau deposito bank, yang memberikan imbal hasil lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya.

Menunggu Data Inflasi untuk Petunjuk Selanjutnya

Investor juga menunggu rilis data inflasi inti PCE (Personal Consumption Expenditures) yang dijadwalkan pada hari Jumat. PCE adalah ukuran inflasi yang menjadi acuan utama bagi Federal Reserve dalam merumuskan kebijakan moneternya. Data inflasi ini dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang prospek ekonomi AS dan apakah inflasi akan tetap tinggi, yang bisa memengaruhi keputusan Fed terkait suku bunga. Jika inflasi tetap tinggi, Fed mungkin akan mengubah kebijakannya dan mendorong harga emas untuk naik lebih lanjut.

Pergerakan Harga Logam Mulia Lainnya

Sementara itu, harga perak mengalami penurunan signifikan sebesar 1,9%, turun menjadi $28,80 per ons. Perak, yang sering bergerak seiring dengan harga emas, cenderung lebih volatil dan dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi yang lebih luas. Di sisi lain, harga platinum naik 0,2% menjadi $921,45 per ons, dan paladium juga mengalami kenaikan sebesar 0,2% menjadi $905,10 per ons. Meskipun harga emas menunjukkan pergerakan yang cenderung datar, harga logam mulia lainnya masih dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi yang sedang berlangsung.

Kesimpulan

Perdagangan emas pada Kamis mencerminkan dinamika yang sangat dipengaruhi oleh data ekonomi AS dan kebijakan Federal Reserve. Meskipun harga emas sempat menguat pada awal sesi, penurunan harga yang terjadi pada awal perdagangan menunjukkan bagaimana pasar merespons pernyataan dari pejabat Fed yang mengurangi proyeksi pelonggaran di masa depan. Meskipun demikian, ketidakpastian politik dan ekonomi yang lebih luas, termasuk masalah utang dan potensi penutupan pemerintah, terus mendorong permintaan terhadap emas sebagai aset yang aman. Para investor akan terus memantau data inflasi yang akan dirilis dalam waktu dekat, yang dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang prospek ekonomi dan arah kebijakan moneter di masa mendatang.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Wednesday, 18 December 2024

Bestprofit | Emas Anjlok Usai Pernyataan Ketua Fed Powell

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-6.jpg

Bestprofit (19/11) – Harga emas mencatatkan penurunan yang signifikan setelah keputusan Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed), untuk memangkas suku bunga. Keputusan ini membuat XAU/USD (harga emas dalam dolar AS) diperdagangkan di kisaran $2.600-$2.610, mendekati batas bawah sebelumnya. Penurunan harga emas ini berkaitan langsung dengan sikap Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang memberikan sinyal bahwa Fed mungkin akan mengambil pendekatan yang lebih hati-hati dalam kebijakan moneternya ke depan. Artikel ini akan membahas penyebab anjloknya harga emas, proyeksi ekonomi Fed, serta data ekonomi yang mempengaruhi permintaan emas dalam jangka pendek.

Pemangkasan Suku Bunga oleh Federal Reserve

Pada rapat kebijakan terbaru, Federal Reserve memutuskan untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,25%-4,50%. Keputusan ini diambil meskipun tidak bulat, karena Presiden Fed Cleveland, Beth Hammack, memilih untuk tidak mengubah suku bunga. Meskipun ada penurunan suku bunga, banyak pedagang yang menilai langkah ini sebagai kebijakan yang hawkish—sesuatu yang lebih ketat daripada yang diharapkan.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Pasar reaksi negatif terhadap keputusan ini, dan harga emas pun jatuh tajam. Harga emas yang sebelumnya diperdagangkan lebih tinggi, kini merosot dalam beberapa sesi perdagangan terakhir. Salah satu alasan di balik penurunan harga emas ini adalah bahwa meskipun suku bunga dipangkas, proyeksi Fed menunjukkan bahwa mereka tidak berniat untuk melakukan pelonggaran moneter yang signifikan dalam waktu dekat. Hal ini menandakan bahwa inflasi dan ketidakpastian ekonomi masih menjadi perhatian utama.

Sikap Jerome Powell dan Pengaruhnya Terhadap Proyeksi Kebijakan

Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan petunjuk bahwa bank sentral AS akan lebih berhati-hati dalam melakukan penyesuaian kebijakan ke depan. Dalam konferensi pers setelah rapat, Powell menyebutkan bahwa risiko inflasi tetap condong ke atas, yang menjadi salah satu alasan mengapa kebijakan moneternya tidak seagresif yang diharapkan oleh pasar. Selain itu, Powell juga menyatakan bahwa meskipun inflasi mengalami penurunan, dibutuhkan waktu satu hingga dua tahun untuk membawa inflasi kembali ke target 2% yang diinginkan oleh Fed. Jerome Powell menambahkan bahwa pasar tenaga kerja AS saat ini tidak menunjukkan tanda-tanda pemanasan berlebihan, yang berarti bahwa Federal Reserve tidak terlalu khawatir tentang lonjakan inflasi lebih lanjut akibat pasar tenaga kerja yang terlalu ketat. Namun, meskipun demikian, risiko inflasi yang masih ada dan ketidakpastian global tetap mempengaruhi proyeksi kebijakan Fed di masa depan.

Proyeksi Ekonomi Federal Reserve

Salah satu bagian yang menjadi sorotan utama dalam rapat Federal Reserve kali ini adalah Ringkasan Proyeksi Ekonomi (SEP). Dalam SEP, diagram titik menunjukkan pandangan pejabat Fed tentang proyeksi suku bunga, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi ke depan. Proyeksi yang diberikan menunjukkan bahwa para pejabat Fed tidak mengharapkan perubahan besar dalam kebijakan moneter dalam waktu dekat. Menurut SEP, Federal Reserve memperkirakan hanya akan ada dua kali pemotongan suku bunga pada tahun 2025 dan dua kali lagi pada tahun 2026. Pejabat Fed memperkirakan suku bunga dana Fed akan berada di level 3,9% pada tahun 2025 dan 3,4% pada tahun 2026. Proyeksi ini menunjukkan bahwa bank sentral AS tidak berencana untuk melakukan pelonggaran moneter yang cepat meskipun ada penurunan suku bunga saat ini. Selain itu, proyeksi inflasi menunjukkan bahwa pengukur inflasi favorit Fed, yakni Core PCE (Personal Consumption Expenditures), diperkirakan akan turun menjadi 2,8% pada tahun 2024, 2,5% pada tahun 2025, dan 2,2% pada tahun 2026. Ini mengindikasikan bahwa meskipun inflasi masih berada di atas target, Fed mengharapkan penurunan bertahap dalam beberapa tahun mendatang.

Dampak Proyeksi Ekonomi Terhadap Harga Emas

Proyeksi ekonomi dari Federal Reserve memiliki dampak yang besar terhadap pasar emas. Pasar emas sangat dipengaruhi oleh perubahan suku bunga dan proyeksi inflasi, karena emas dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi. Ketika suku bunga dipangkas, investor biasanya mengalihkan perhatian mereka ke aset seperti emas yang lebih aman. Namun, jika proyeksi menunjukkan bahwa pelonggaran moneter tidak akan terjadi secara signifikan dalam waktu dekat, maka harga emas cenderung turun. Dalam hal ini, para pedagang menganggap pemangkasan suku bunga 25 basis poin sebagai langkah hawkish, karena hanya ada 100 basis poin pelonggaran yang diproyeksikan dalam dua tahun ke depan. Hal ini memberikan sinyal bahwa meskipun ada pemangkasan suku bunga, Fed tetap berkomitmen untuk mempertahankan kebijakan moneter yang lebih ketat untuk mengendalikan inflasi.

Fokus Pasar pada Data Ekonomi Selanjutnya

Minggu ini, investor akan fokus pada sejumlah data ekonomi yang dapat mempengaruhi arah pasar emas. Salah satunya adalah data Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang akan dirilis pada hari Kamis. Data ini memberikan gambaran tentang kesehatan ekonomi AS dan dapat mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter lebih lanjut. Selain itu, pengukur inflasi favorit Fed, yaitu Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) inti, juga akan menjadi sorotan pasar. PCE inti mengukur inflasi tanpa memperhitungkan harga energi dan makanan, yang dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang tekanan inflasi jangka panjang. Jika data PCE menunjukkan adanya kenaikan yang lebih tajam dari yang diharapkan, maka kemungkinan besar Fed akan mempertahankan sikap ketatnya, yang pada gilirannya dapat menekan harga emas.

Kesimpulan

Harga emas mengalami penurunan tajam setelah keputusan Federal Reserve untuk memangkas suku bunga. Meskipun ada penurunan suku bunga, proyeksi ekonomi yang dikeluarkan oleh Fed menunjukkan bahwa bank sentral AS tidak berniat untuk melakukan pelonggaran moneter besar dalam waktu dekat. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian inflasi yang masih ada, serta pasar tenaga kerja yang tetap menunjukkan kekuatan. Sementara itu, pedagang terus memantau data ekonomi mendatang, seperti PDB dan PCE, yang dapat memengaruhi proyeksi kebijakan Fed lebih lanjut. Meskipun harga emas tertekan, ketidakpastian global dan prospek inflasi masih menjaga daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Tuesday, 17 December 2024

Bestprofit | Emas Terkoreksi karena Spekulasi Pemotongan Suku Bunga

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (18/12) – Harga emas mengalami penurunan signifikan pada awal minggu ini setelah rilis data ekonomi AS yang lebih baik dari yang diharapkan. Pada hari Selasa, harga emas turun ke level terendah dalam minggu ini, yaitu $2.633, menyusul laporan Penjualan Ritel yang kuat di Amerika Serikat. Data ini memberikan gambaran positif tentang perekonomian AS, yang pada gilirannya membebani ekspektasi investor terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar dari Federal Reserve (Fed) di tahun 2025. Pada saat penulisan, harga emas (XAU/USD) diperdagangkan pada $2.637, turun sebesar 0,57%. Namun, di tengah penurunan harga emas, pasar masih menantikan keputusan penting dari Fed yang akan diambil pada hari Rabu. The Fed tengah mengadakan pertemuan dua hari di Washington, DC, dan diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps). Selain itu, investor juga menunggu Ringkasan Proyeksi Ekonomi (SEP) dan Dot Plot, yang akan memberikan petunjuk mengenai jalur suku bunga Fed untuk tahun 2025. Lalu, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan harga emas tertekan dan bagaimana prospek harga emas ke depan?
Kunjungi juga : bestprofit futures

1. Dampak Data Ekonomi AS yang Positif terhadap Harga Emas

Rilis data Penjualan Ritel AS untuk bulan November menunjukkan hasil yang lebih baik dari ekspektasi pasar, yang memberikan sinyal bahwa perekonomian AS masih cukup kuat. Penjualan ritel yang lebih tinggi dapat menunjukkan ketahanan konsumen, yang merupakan indikator utama dari pertumbuhan ekonomi yang stabil. Ketika ekonomi tumbuh, permintaan untuk aset safe haven seperti emas cenderung menurun, karena investor lebih memilih untuk berinvestasi dalam instrumen yang menawarkan potensi imbal hasil lebih tinggi, seperti saham atau obligasi. Hal ini menjadi salah satu alasan utama penurunan harga emas yang kita lihat pada hari Selasa. Dengan prospek ekonomi AS yang menguat, ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi atau bahkan mengurangi upaya pelonggaran moneter pada tahun 2025 semakin menguat, yang mengurangi daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.

2. Peran Federal Reserve dalam Menentukan Arah Harga Emas

Federal Reserve memegang peranan penting dalam pergerakan harga emas. Selama beberapa bulan terakhir, Fed telah mengadopsi kebijakan suku bunga tinggi sebagai langkah untuk menanggulangi inflasi. Namun, dengan data ekonomi yang semakin menunjukkan tanda-tanda pelemahan, termasuk data Produksi Industri yang lebih buruk dari perkiraan, pasar mulai memperkirakan bahwa Fed mungkin akan melonggarkan kebijakan moneternya pada tahun 2025. Suku bunga yang lebih rendah cenderung mendorong harga emas naik, karena emas tidak memberikan imbal hasil, dan dengan suku bunga yang lebih rendah, imbal hasil dari aset lain juga menurun. Oleh karena itu, spekulasi mengenai penurunan suku bunga oleh Fed telah memberikan harapan bagi investor emas. Namun, keputusan Fed yang lebih berhati-hati terkait dengan suku bunga juga menunjukkan bahwa meskipun ada harapan akan penurunan suku bunga, pasar tidak dapat terlalu optimistis. Hal ini menyebabkan tekanan pada harga emas meskipun ada penurunan imbal hasil obligasi dan obligasi Treasury AS.

3. Penurunan Imbal Hasil Obligasi dan Pengaruhnya terhadap Emas

Harga emas biasanya memiliki hubungan terbalik dengan imbal hasil obligasi. Ketika imbal hasil obligasi naik, emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik bagi investor. Sebaliknya, ketika imbal hasil obligasi turun, emas menjadi lebih menarik sebagai aset safe haven. Baru-baru ini, imbal hasil obligasi Treasury AS dan imbal hasil riil mengalami penurunan, yang seharusnya memberikan dorongan positif bagi harga emas. Namun, meskipun imbal hasil obligasi menurun, Dolar AS yang stabil justru menahan potensi kenaikan harga emas. Dolar AS yang kuat sering kali membuat emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga mengurangi permintaan. Selain itu, ketidakpastian mengenai kebijakan moneter di masa depan juga menambah tekanan bagi pergerakan harga emas.

4. Pengaruh Kebijakan Fiskal Ekspansif pada Tahun 2025

Selain kebijakan moneter yang diambil oleh Fed, faktor lain yang turut mempengaruhi harga emas adalah spekulasi mengenai kebijakan fiskal yang akan diterapkan oleh pemerintahan mendatang, termasuk potensi kebijakan fiskal ekspansif dari pemerintahan Trump jika terpilih kembali. Spekulasi mengenai kebijakan fiskal yang lebih longgar dapat memberikan tekanan inflasi, yang cenderung mendorong permintaan akan emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Kebijakan fiskal ekspansif, yang biasanya melibatkan peningkatan belanja pemerintah dan pengurangan pajak, dapat meningkatkan inflasi dalam jangka panjang, dan dalam situasi ini, emas sebagai aset yang sering digunakan untuk melawan inflasi bisa mengalami permintaan yang lebih tinggi. Namun, kebijakan tersebut juga dapat mempengaruhi keputusan suku bunga Fed, yang pada gilirannya memengaruhi harga emas.

5. Prospek Harga Emas Ke Depan

Melihat berbagai faktor yang mempengaruhi harga emas saat ini, termasuk kebijakan suku bunga Fed, data ekonomi AS, dan prospek kebijakan fiskal, harga emas kemungkinan akan terus bergerak dalam rentang yang volatil. Meskipun ada beberapa tekanan jangka pendek yang datang dari data ekonomi yang lebih baik dan stabilitas Dolar AS, faktor-faktor seperti penurunan suku bunga Fed di masa depan dan spekulasi mengenai inflasi dapat menjadi pendorong bagi harga emas untuk kembali naik. Dalam jangka pendek, para investor akan terus memantau hasil pertemuan Fed dan proyeksi ekonomi yang akan dirilis pada hari Rabu. Proyeksi tersebut dapat memberikan wawasan lebih lanjut tentang arah kebijakan suku bunga dan dampaknya terhadap harga emas. Jika Fed menunjukkan kebijakan yang lebih dovish (pelonggaran moneter) untuk tahun 2025, ini dapat memberikan sentimen positif bagi harga emas.

Kesimpulan

Harga emas telah tertekan akibat rilis data ekonomi AS yang kuat dan ekspektasi kebijakan moneter dari Fed yang lebih ketat. Namun, meskipun ada tekanan jangka pendek, harga emas tetap dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti proyeksi suku bunga Fed, kebijakan fiskal pemerintah AS, serta stabilitas atau fluktuasi Dolar AS. Oleh karena itu, prospek harga emas ke depan tetap tergantung pada perkembangan kebijakan ekonomi dan moneter yang dapat memberikan kejutan-kejutan di pasar global. Investor perlu terus mengikuti perkembangan ini dengan cermat untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!