Tuesday, 27 May 2025

Bestprofit | Trump Tunda Tarif, Emas Merosot

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (28/5) – Harga emas mengalami penurunan untuk sesi kedua berturut-turut pada Selasa, 27 Mei 2025, setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memutuskan untuk menunda penerapan tarif terhadap Uni Eropa. Keputusan ini membawa angin segar bagi sentimen pasar global dan membuat para investor beralih dari aset-aset aman seperti emas ke aset berisiko seperti saham.

Penurunan Harga Emas di Tengah Pulihnya Selera Risiko

Harga emas spot tercatat turun 1,2% menjadi $3.302,10 per ons pada pukul 02:03 siang waktu Timur (ET) atau 18:03 GMT. Sementara itu, harga emas berjangka AS ditutup lebih rendah sebesar 1,9% di $3.300,40 per ons. Penurunan ini terjadi setelah emas mencatatkan kenaikan hampir 5% pada minggu sebelumnya akibat kekhawatiran pasar terhadap ketegangan perdagangan global.

Menurut Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, volatilitas harga emas saat ini disebabkan oleh ketidakpastian seputar kebijakan tarif yang terus berubah-ubah. “Saat ini, pasar mungkin merasa bahwa kesepakatan antara AS dan UE bisa tercapai, dan itu menekan harga emas,” jelasnya.

Tarik Ulur Tarif AS-UE dan Pengaruhnya terhadap Pasar

Keputusan Presiden Trump untuk menunda tarif 50% terhadap impor dari Uni Eropa yang rencananya akan berlaku bulan depan menjadi titik balik penting. Setelah melakukan panggilan telepon dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada akhir pekan lalu, kedua pihak menyampaikan optimisme terhadap potensi keberhasilan perundingan dagang.

Uni Eropa menyebut komunikasi tersebut sebagai “dorongan baru” bagi proses negosiasi. Reaksi pasar terhadap perkembangan ini sangat positif, terlihat dari menguatnya indeks saham berjangka dan apresiasi nilai tukar dolar AS. Keduanya merupakan faktor utama yang menekan harga emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Dolar AS Menguat, Emas Tertekan

Sebagai aset yang dihargai dalam dolar, emas menjadi kurang menarik bagi investor luar negeri ketika dolar menguat. Kenaikan nilai dolar menyebabkan harga emas menjadi lebih mahal dalam mata uang lain, yang pada akhirnya menurunkan permintaan global.

Sentimen risiko yang meningkat juga mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe haven. Investor yang sebelumnya berlindung pada emas kini kembali melirik pasar saham dan aset berisiko lainnya setelah kekhawatiran terhadap perang dagang AS-UE mereda.

Pandangan The Fed: Suku Bunga Tetap Stabil

Dari sisi kebijakan moneter, Presiden Federal Reserve Bank of Minneapolis, Neel Kashkari, menyatakan bahwa suku bunga sebaiknya tetap stabil sampai terdapat kejelasan lebih lanjut tentang dampak dari tarif terhadap inflasi. Pernyataan ini menunjukkan bahwa The Fed masih mengadopsi pendekatan wait-and-see, dan belum tergesa-gesa dalam melakukan penyesuaian suku bunga.

Risalah dari pertemuan kebijakan terbaru Federal Reserve dijadwalkan akan dirilis pada hari Rabu. Selain itu, data ekonomi penting dari AS seperti estimasi Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal pertama, klaim pengangguran mingguan, dan indeks harga inti Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) juga akan menjadi fokus perhatian pasar sepanjang minggu ini.

Prospek Jangka Panjang: Emas Masih Menarik?

Meskipun harga emas mengalami tekanan jangka pendek, beberapa analis tetap optimistis terhadap prospek jangka panjangnya. Bart Melek menegaskan bahwa pandangan bullish terhadap emas belum berubah. “Begitu pasar yakin bahwa Fed akan memangkas suku bunga, emas akan mulai berkinerja baik kembali,” ujarnya.

Emas batangan, yang tidak memberikan imbal hasil bunga, cenderung lebih menarik dalam lingkungan dengan suku bunga rendah karena biaya peluang untuk memegang emas menjadi lebih kecil. Dengan ketidakpastian ekonomi global yang masih membayangi, emas tetap dipandang sebagai lindung nilai yang kuat dalam jangka panjang.

Logam Mulia Lain Ikut Terkoreksi

Penurunan harga tidak hanya dialami oleh emas. Beberapa logam mulia lainnya juga ikut terkoreksi. Perak spot turun 0,4% menjadi $33,21 per ons, platinum melemah 0,1% menjadi $1.084,02 per ons, dan paladium merosot 1,2% menjadi $975,49 per ons.

Kinerja logam-logam tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi pasar yang lebih luas, termasuk dinamika dolar AS dan perubahan permintaan industri. Perak dan platinum, misalnya, memiliki penggunaan industri yang signifikan, sehingga harga keduanya lebih sensitif terhadap proyeksi ekonomi global.

Kesimpulan: Dinamika Pasar Emas Masih Rentan

Penurunan harga emas dalam dua sesi terakhir mencerminkan bagaimana pasar bereaksi cepat terhadap perubahan kebijakan politik dan perdagangan global. Keputusan Presiden Trump untuk menunda tarif pada Uni Eropa meredakan kekhawatiran pasar dan mendorong investor keluar dari aset safe haven.

Namun, meski tekanan jangka pendek cukup kuat, para analis percaya bahwa emas masih memiliki ruang untuk menguat di masa mendatang, terutama jika The Fed menunjukkan sinyal dovish yang lebih kuat atau ketegangan global kembali meningkat.

Dengan volatilitas yang tinggi dan ketidakpastian ekonomi yang belum sepenuhnya hilang, emas tetap menjadi instrumen investasi yang relevan dalam portofolio diversifikasi. Investor disarankan untuk mencermati perkembangan kebijakan moneter dan geopolitik sebagai indikator utama dalam mengantisipasi arah harga emas selanjutnya.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
 

bestprofit futures
 

Monday, 26 May 2025

Bestprofit | Negosiasi UE-AS Tekan Harga Emas

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (27/5) – Harga emas terus mengalami sedikit penurunan seiring dengan menurunnya permintaan terhadap aset aman (safe haven), setelah muncul tanda-tanda positif mengenai hubungan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE). Para investor mulai mempertimbangkan prospek peningkatan kerja sama trans-Atlantik, yang pada akhirnya melemahkan daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

Emas batangan terakhir diperdagangkan mendekati $3.347 per ons, setelah mengalami penurunan sebesar 0,4% pada hari Senin. Penurunan ini terjadi setelah Brussels menyatakan bahwa pihaknya akan mempercepat negosiasi dengan Washington, sebagai langkah untuk mencegah pecahnya perang dagang lintas Atlantik. Kedua belah pihak telah menunjukkan sikap yang lebih lunak dalam pendekatan mereka, setelah sebelumnya Presiden AS Donald Trump mengkritik UE karena menunda-nunda pembicaraan.

Perubahan Sentimen Pasar terhadap Safe Haven

Menurunnya minat terhadap emas tidak bisa dilepaskan dari perubahan sentimen pasar terhadap risiko global. Dalam beberapa pekan terakhir, sinyal bahwa Gedung Putih mungkin mulai membuat kemajuan dalam pembicaraan dagang dengan mitra-mitra strategisnya telah mengurangi tekanan pasar. Hal ini turut menyebabkan arus keluar dana dari instrumen investasi berbasis emas, terutama dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) yang didukung logam mulia tersebut.

Menurut data Bloomberg, aliran dana keluar dari ETF emas telah terjadi selama lima minggu berturut-turut sejak harga emas mencapai puncaknya pada pertengahan April—harga tertinggi dalam lebih dari satu tahun terakhir. Data ini menunjukkan adanya pengurangan signifikan dalam minat investor terhadap logam mulia sebagai perlindungan terhadap volatilitas pasar.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Prospek Emas Masih Positif di Tengah Ketidakpastian Global

Meskipun saat ini emas mengalami tekanan, secara keseluruhan harga logam mulia ini masih menunjukkan tren positif dalam jangka tahun berjalan. Sejak awal tahun, harga emas telah naik lebih dari 25%, didorong oleh meningkatnya kekhawatiran geopolitik dan tekanan inflasi global. Namun, harga emas saat ini masih sekitar $165 lebih rendah dari rekor tertinggi sepanjang masa yang dicapai bulan lalu.

Lembaga keuangan besar seperti Citigroup Inc. bahkan tetap optimistis terhadap prospek jangka pendek emas. Pada hari Senin, Citigroup menaikkan perkiraan harga emas menjadi $3.500 per ons, mengindikasikan bahwa logam mulia tersebut masih akan memainkan peran penting sebagai aset safe haven, terutama di tengah meningkatnya risiko geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global.

Ancaman Risiko Global Masih Membayangi

Walau terjadi pelonggaran dalam tensi perdagangan global, pasar belum sepenuhnya keluar dari fase kehati-hatian. Investor masih bersikap waspada sambil menunggu kejelasan dari berbagai faktor risiko yang bisa memicu ketidakstabilan global. Di antaranya adalah defisit anggaran AS yang terus membengkak, pembicaraan dagang yang belum selesai sepenuhnya, serta konflik geopolitik yang semakin intensif di kawasan Timur Tengah dan Ukraina.

Ketegangan geopolitik ini tetap menjadi pendorong utama bagi permintaan emas dalam jangka menengah hingga panjang. Di masa lalu, setiap kali muncul ancaman konflik bersenjata atau ketidakpastian geopolitik besar, harga emas cenderung melonjak karena investor mencari tempat perlindungan nilai yang lebih aman dari aset-aset berisiko.

Fokus Investor Beralih ke Data Inflasi AS

Selain isu geopolitik dan perdagangan, pasar saat ini juga tengah menanti data ekonomi penting dari AS yang dapat memengaruhi arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed). Fokus utama saat ini adalah laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti AS—ukuran inflasi favorit The Fed—yang dijadwalkan akan dirilis pada hari Jumat.

Data PCE ini akan menjadi indikator penting bagi investor untuk memahami apakah tekanan inflasi di AS masih kuat atau mulai mereda. Jika angka yang keluar menunjukkan inflasi tetap tinggi, maka peluang The Fed untuk menunda pelonggaran suku bunga akan meningkat. Kondisi tersebut umumnya akan menekan harga emas, mengingat suku bunga yang lebih tinggi dapat meningkatkan daya tarik dolar AS dan menurunkan minat terhadap aset tanpa imbal hasil seperti emas.

Harga Logam Mulia Lainnya Juga Berfluktuasi

Sementara itu, logam mulia lainnya seperti platinum, perak, dan paladium juga menunjukkan pergerakan harga yang bervariasi. Platinum, yang minggu lalu sempat mencapai level tertinggi dalam dua tahun, kembali melemah karena mulai terlihat tanda-tanda keseimbangan kembali pada pasarnya. Perak mencatat sedikit penurunan, sedangkan paladium relatif stabil.

Ketiga logam ini, meskipun sering kali ikut terangkat oleh pergerakan harga emas, memiliki dinamika pasarnya sendiri yang dipengaruhi oleh faktor industri, terutama di sektor otomotif dan manufaktur. Namun dalam kondisi global yang penuh ketidakpastian, fluktuasi harga logam mulia ini tetap menjadi perhatian utama para pelaku pasar.

Kesimpulan: Emas Masih Menjadi Aset Strategis dalam Ketidakpastian

Penurunan harga emas saat ini bukanlah sinyal akhir dari reli panjang logam mulia tersebut, melainkan lebih sebagai koreksi sementara dalam tren yang lebih luas. Dengan berbagai faktor ketidakpastian yang masih membayangi, seperti defisit fiskal AS, kebijakan suku bunga The Fed, dan ketegangan geopolitik yang belum reda, emas tetap dipandang sebagai aset strategis yang menawarkan perlindungan dalam jangka panjang.

Investor yang cermat akan terus memantau perkembangan negosiasi perdagangan, pergerakan data ekonomi utama, dan eskalasi konflik di berbagai belahan dunia sebagai dasar untuk keputusan alokasi aset. Dalam konteks ini, meskipun harga emas mengalami penurunan tipis saat ini, prospeknya sebagai alat lindung nilai tetap relevan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 25 May 2025

Bestprofit | Emas Naik Usai Ancaman Tarif Trump

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (26/5) – Harga emas mengalami kenaikan tajam pada hari Jumat, 23 Mei 2025, dengan emas spot melonjak lebih dari 2% dan mencatatkan minggu terbaiknya dalam enam minggu terakhir. Kenaikan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan ekonomi global yang mendorong investor mencari aset safe haven.

Harga emas spot tercatat naik sebesar 2,1% menjadi $3.362,70 per ons pada pukul 13.56 ET (17.56 GMT). Sementara itu, harga emas berjangka Amerika Serikat ditutup pada $3.365,80, juga mencatat kenaikan sebesar 2,1%. Dalam satu minggu terakhir, emas batangan berhasil menguat hingga 5,1%, menyentuh level tertinggi dalam lebih dari dua minggu terakhir.

Kinerja mingguan ini menandai kekuatan permintaan terhadap logam mulia sebagai bentuk perlindungan terhadap volatilitas pasar dan ketidakpastian kebijakan ekonomi, khususnya dari Amerika Serikat.

Ancaman Tarif dari Trump Menjadi Katalis

Kenaikan harga emas secara signifikan dipicu oleh komentar kontroversial dan tindakan agresif Presiden AS Donald Trump, yang dalam waktu 24 jam terakhir mengumumkan berbagai ancaman kebijakan proteksionis. Salah satu langkah paling signifikan adalah usulan tarif sebesar 50% terhadap impor dari Uni Eropa, yang rencananya akan diberlakukan mulai 1 Juni.

Tidak hanya itu, Trump juga menargetkan perusahaan teknologi besar seperti Apple. Ia menyatakan bahwa iPhone yang dijual di AS namun tidak diproduksi di dalam negeri akan dikenai tarif 25%, menambah ketidakpastian di sektor teknologi dan manufaktur global.

Tai Wong, seorang pedagang logam independen, mengatakan, “Trump telah mengamuk dalam 24 jam terakhir… Hal ini membuat saham berada dalam suasana hati yang buruk, yang bagus untuk emas.” Pernyataan ini merujuk pada tren umum di mana ketidakpastian politik dan gejolak pasar saham mendorong investor menuju aset yang lebih aman seperti emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pelemahan Dolar Mengangkat Harga Emas

Salah satu faktor pendukung lain bagi harga emas adalah pelemahan dolar AS. Indeks dolar (.DXY) tercatat turun sebesar 0,9%, menjadikan harga emas yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi pemegang mata uang asing. Kondisi ini secara otomatis meningkatkan permintaan emas di pasar global.

Hubungan terbalik antara nilai dolar dan harga emas sudah lama menjadi dasar dalam analisis pasar logam mulia. Ketika dolar melemah, investor asing cenderung membeli emas sebagai alternatif investasi yang lebih aman dan terjangkau.

Kebijakan Anggaran AS Menambah Ketidakpastian

Tidak hanya dari sisi kebijakan tarif dan geopolitik, pasar juga bereaksi terhadap pengesahan RUU pajak dan belanja oleh Dewan Perwakilan Rakyat AS yang dikuasai Partai Republik. Undang-undang ini diperkirakan akan menambah triliunan dolar ke dalam utang nasional, memunculkan kekhawatiran tentang stabilitas fiskal jangka panjang AS.

Kebijakan fiskal ekspansif di tengah kondisi utang yang sudah tinggi sering kali memicu kekhawatiran tentang inflasi dan risiko penurunan peringkat utang negara, yang pada akhirnya mendorong investor untuk mencari perlindungan di logam mulia seperti emas.

Potensi Kenaikan Harga Lebih Lanjut

Menurut Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, harga emas masih memiliki ruang untuk naik lebih tinggi. Ia menyatakan bahwa jika emas dapat menembus batas $3.500 per ons, maka bukan tidak mungkin akan terjadi lonjakan lanjutan hingga $3.800 per ons.

Hal ini menunjukkan adanya momentum teknikal dalam pergerakan harga emas saat ini, selain dukungan fundamental dari kondisi makroekonomi dan geopolitik global.

Kinerja Logam Mulia Lainnya

Selain emas, logam mulia lainnya juga mengalami pergerakan signifikan:

  • Platinum naik sebesar 1,2% menjadi $1.094,05 per ons. Logam ini sempat menyentuh level tertinggi sejak Mei 2023 di awal sesi perdagangan. Menurut analis UBS, Giovanni Staunovo, lonjakan ini disebabkan oleh penurunan persediaan di atas tanah, yang memicu pengetatan pasokan fisik di pasar.

  • Perak spot naik sebesar 1,1% menjadi $33,44 per ons, mencerminkan sentimen positif terhadap logam industri dan investasi.

  • Sementara itu, paladium justru mencatatkan penurunan sebesar 1,6% menjadi $998,89 per ons, meskipun secara mingguan masih membukukan kenaikan. Paladium lebih terpengaruh oleh dinamika permintaan industri otomotif, khususnya dalam produksi catalytic converter.

Emas Sebagai Aset Safe Haven di Tengah Gejolak

Selama bertahun-tahun, emas telah mempertahankan reputasinya sebagai aset safe haven yang andal. Di tengah ketidakpastian geopolitik seperti perang dagang, konflik militer, ketegangan diplomatik, dan ketidakstabilan fiskal, investor cenderung mengalihkan dananya ke dalam emas sebagai bentuk perlindungan nilai.

Kondisi saat ini, dengan ancaman tarif baru dari AS, tekanan terhadap perusahaan-perusahaan besar, serta kebijakan fiskal yang ekspansif, memberikan latar belakang ideal bagi permintaan emas yang tinggi.

Kesimpulan: Momentum Emas Masih Berlanjut

Kenaikan harga emas pada 23 Mei menandai pergeseran signifikan dalam dinamika pasar global. Kombinasi dari:

  • ancaman tarif dagang,

  • pelemahan dolar AS,

  • kekhawatiran atas utang nasional AS,

  • dan tekanan geopolitik,

mendorong investor untuk meningkatkan eksposur terhadap emas dan logam mulia lainnya.

Meskipun pasar logam berpotensi menghadapi koreksi jangka pendek, sentimen jangka menengah hingga panjang terhadap emas tetap positif. Jika ketegangan perdagangan dan ketidakpastian kebijakan berlanjut, harga emas bisa melanjutkan tren naik dan menembus level psikologis berikutnya di $3.500 dan bahkan $3.800.

Dalam situasi seperti ini, emas tidak hanya menjadi pilihan investasi alternatif, tetapi juga instrumen penting untuk diversifikasi portofolio dan perlindungan terhadap risiko makroekonomi global.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 22 May 2025

Bestprofit | Emas Tertekan Dolar AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (23/5) – Harga emas mengalami tekanan signifikan pada hari Kamis, 23 Mei 2025, setelah gagal mempertahankan level psikologis penting di angka $3.300. Meskipun sempat mencapai level tertinggi dalam dua minggu terakhir di $3.345, logam mulia ini akhirnya ditutup turun 0,83% ke posisi $3.289 per ons troi. Penurunan ini dipicu oleh beberapa faktor, termasuk penguatan Dolar AS, penurunan imbal hasil Treasury, serta dinamika politik fiskal di Amerika Serikat.

Dolar AS yang Kuat Tekan Harga Emas

Salah satu faktor utama di balik penurunan harga emas kali ini adalah penguatan Indeks Dolar AS (DXY), yang naik 0,18% menjadi 99,86. Dolar AS yang lebih kuat cenderung menekan harga emas karena logam mulia ini dihargakan dalam dolar, sehingga menjadi lebih mahal bagi pembeli internasional saat mata uang AS menguat.

Kenaikan DXY mencerminkan pemulihan sebagian dari kerugian mingguan sebelumnya, yang menunjukkan bahwa investor kembali mengalihkan perhatian mereka pada greenback di tengah ketidakpastian global. Hal ini menjadi hambatan utama bagi harga emas, meskipun permintaan safe haven tetap tinggi.

Dampak Politik Fiskal AS: Anggaran Trump dan Pagu Utang

Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS untuk menyetujui anggaran Presiden Donald Trump juga menjadi katalisator penting dalam dinamika pasar minggu ini. Anggaran tersebut sekarang dikirim ke Senat untuk persetujuan lebih lanjut. Namun, proyeksi bahwa paket fiskal ini akan menambah sekitar $4 triliun ke batas utang nasional menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor dan analis.

Moody’s, lembaga pemeringkat kredit ternama, telah menurunkan peringkat utang pemerintah AS, mencerminkan risiko fiskal jangka panjang yang semakin meningkat. Meskipun langkah ini memberikan dukungan sementara terhadap sentimen emas sebagai aset safe haven, kekuatan dolar tetap menjadi faktor dominan yang menekan harga logam mulia tersebut.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Imbal Hasil Treasury AS Melemah

Selain itu, penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS dari level tertinggi hariannya juga turut mempengaruhi pasar emas. Imbal hasil Treasury yang lebih rendah biasanya menguntungkan emas, karena emas tidak memberikan bunga. Namun, dalam kondisi saat ini, pelemahan yield belum mampu mendorong harga emas kembali ke jalur positif, karena kombinasi penguatan dolar dan sentimen risiko yang membaik membatasi potensi kenaikannya.

Prospek Geopolitik Masih Menopang Harga Emas

Meskipun harga emas turun dalam jangka pendek, prospek jangka menengah hingga panjang tetap positif. Konflik geopolitik, terutama ketegangan antara Israel dan Iran, terus membayangi pasar global. Menurut laporan kantor berita Walla, Israel tengah bersiap untuk menyerang fasilitas nuklir Iran jika pembicaraan diplomatik antara Iran dan Amerika Serikat gagal mencapai kesepakatan.

Situasi ini meningkatkan risiko geopolitik global dan meningkatkan permintaan terhadap aset-aset safe haven seperti emas. Ketidakpastian ini diperkirakan akan terus mendukung harga emas, terutama jika ketegangan meningkat atau terjadi aksi militer nyata.

Data Ekonomi AS Tetap Solid

Di sisi data makroekonomi, Amerika Serikat menunjukkan performa yang cukup solid. Indeks Manajer Pembelian (PMI) Global S&P untuk sektor manufaktur dan jasa menunjukkan perbaikan, mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi tetap stabil. Data ini menjadi salah satu indikator penting yang menunjukkan ketahanan ekonomi AS di tengah berbagai tantangan global.

Selain itu, klaim pengangguran mingguan yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan jumlah warga yang mengajukan tunjangan pengangguran sedikit lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya dan juga di bawah ekspektasi pasar. Hal ini memperkuat pandangan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap kuat, yang berpotensi mendukung kebijakan moneter yang lebih ketat dari Federal Reserve jika inflasi tetap menjadi perhatian.

Analisis Teknikal: Kunci Support dan Resistance Emas

Secara teknikal, emas gagal mempertahankan level support penting di $3.300 dan kini diperdagangkan di sekitar $3.289. Level ini menjadi titik kritis dalam jangka pendek. Jika tekanan jual berlanjut, emas berpotensi menguji support selanjutnya di kisaran $3.250.

Sebaliknya, jika permintaan kembali menguat, terutama karena meningkatnya ketegangan geopolitik atau pelemahan dolar, maka resistance utama kembali berada di $3.345—level tertinggi dua minggu sebelumnya. Menembus level ini dapat membuka jalan menuju $3.400 dan bahkan $3.450 dalam jangka menengah.

Sentimen Pasar Masih Rentan

Meskipun terjadi sedikit perbaikan dalam sentimen pasar, kondisi global masih rentan. Ketidakpastian fiskal AS, konflik di Timur Tengah, serta potensi perlambatan ekonomi global akibat kebijakan moneter ketat menjadi faktor-faktor risiko utama yang dipantau oleh investor. Dalam konteks ini, emas tetap menjadi salah satu instrumen lindung nilai yang paling dicari, meskipun fluktuasi harga jangka pendek tak terhindarkan.

Kesimpulan: Harga Emas Berfluktuasi di Tengah Dinamika Global

Harga emas mengalami tekanan dalam beberapa hari terakhir akibat kombinasi penguatan dolar, penurunan imbal hasil Treasury, serta sentimen pasar yang masih diliputi ketidakpastian. Meskipun demikian, prospek jangka menengah dan panjang untuk logam mulia ini tetap positif, terutama jika risiko geopolitik dan fiskal terus meningkat.

Investor disarankan untuk tetap memantau perkembangan makroekonomi global dan data-data penting dari AS, serta dinamika geopolitik yang dapat dengan cepat mengubah arah pasar. Emas, sebagai aset lindung nilai tradisional, kemungkinan akan tetap memainkan peran penting dalam portofolio investasi selama ketidakpastian masih tinggi.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 21 May 2025

Bestprofit | Emas Meroket di Tengah Krisis

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-4.jpg

Bestprofit (22/5) – Harga emas spot melonjak ke level tertinggi dalam sepekan pada Rabu (21/5), mencatatkan kenaikan untuk sesi ketiga berturut-turut. Kenaikan ini dipicu oleh melemahnya dolar AS dan meningkatnya permintaan safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global.

Kenaikan Harga Emas dan Faktor Pemicunya

Pada pukul 13.55 ET (17.55 GMT), harga emas spot tercatat naik 0,7% menjadi $3.312,77 per ons, sementara harga emas berjangka AS ditutup 0,9% lebih tinggi di angka $3.313,50 per ons. Ini menandai sesi ketiga berturut-turut di mana logam mulia tersebut mengalami kenaikan, menandakan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap kondisi global.

Pendorong utama dari kenaikan ini adalah pelemahan dolar AS. Indeks dolar (.DXY), yang mengukur kekuatan mata uang dolar terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, turun 0,6%. Dolar yang melemah membuat emas menjadi lebih murah dan lebih menarik bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Ketidakpastian Ekonomi Memicu Permintaan Safe Haven

Dalam kondisi ekonomi global yang tidak menentu, investor sering mencari tempat berlindung yang lebih aman untuk aset mereka. Emas, sebagai aset safe haven klasik, kembali menjadi primadona.

Faktor lain yang memicu lonjakan harga adalah ketegangan geopolitik yang meningkat. Laporan CNN pada hari Selasa mengungkapkan bahwa intelijen baru menunjukkan Israel tengah bersiap untuk menyerang fasilitas nuklir Iran. Informasi ini muncul di saat AS masih dalam tahap negosiasi dengan Iran terkait program pengayaan uranium, menambah ketegangan di Timur Tengah dan mendorong investor untuk mengamankan kekayaan mereka dalam bentuk emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kekhawatiran Pasar Atas Ekonomi AS dan Perdebatan RUU Pajak

Di dalam negeri, investor juga mencermati perdebatan di Kongres AS terkait RUU pemotongan pajak yang diajukan oleh Presiden Donald Trump. RUU tersebut telah memicu kekhawatiran akan meningkatnya utang negara secara signifikan, yang berpotensi menekan pertumbuhan jangka panjang dan memperlemah stabilitas fiskal AS.

Indeks utama Wall Street mencatatkan penurunan, dan imbal hasil obligasi pemerintah AS naik. Reaksi pasar ini menunjukkan bahwa investor semakin cemas terhadap arah kebijakan ekonomi AS, terutama dalam konteks belanja pemerintah dan potensi inflasi.

Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, menyatakan bahwa pasar saat ini sedang berada dalam fase menunggu dan melihat. “Kami agak terhenti di kisaran tengah antara harga tertinggi dan terendah baru-baru ini, menunggu sinyal lebih banyak mengenai kesepakatan perdagangan dan tarif,” katanya.

Perang Dagang dan Prospek Ekonomi Global

Meskipun ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok sempat mereda, prospek ekonomi global tetap penuh ketidakpastian. Menurut survei Reuters terhadap sejumlah ekonom, pertumbuhan ekonomi AS masih diperkirakan akan melambat. Hal ini semakin memperkuat daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap pelemahan ekonomi.

Kekhawatiran serupa juga mencuat di pasar internasional. Ketidakpastian mengenai masa depan kebijakan moneter global dan perlambatan pertumbuhan di beberapa ekonomi utama menambah tekanan pada pasar keuangan.

Logam Mulia Lain Juga Naik

Kenaikan harga emas juga diikuti oleh logam mulia lainnya. Perak naik 0,8% menjadi $33,32 per ons, menunjukkan minat yang meningkat terhadap aset-aset alternatif. Platinum mencatatkan lonjakan 1,4% menjadi $1.068,16, level tertinggi sejak Mei 2024. Sementara itu, paladium naik 0,8% menjadi $1.021,40 per ons, tertinggi dalam lebih dari enam bulan terakhir.

Khusus untuk platinum, permintaan tinggi dari Tiongkok menjadi pendorong utama. Negara tersebut dilaporkan mengimpor platinum dalam jumlah terbesar dalam satu tahun terakhir, di tengah kekhawatiran akan kelangkaan pasokan.

Fawad Razaqzada, analis pasar dari City Index dan FOREX.com, menjelaskan bahwa lonjakan harga paladium dipengaruhi oleh kekhawatiran menurunnya permintaan di tengah tekanan industri otomotif global. Namun, sentimen pasar tetap positif karena kekhawatiran pasokan yang ketat.

Emas Tetap Menjadi Instrumen Perlindungan Utama

Ketika dunia dihadapkan pada ketidakpastian, baik dari sisi ekonomi maupun politik, emas tetap menjadi pilihan utama bagi para investor. Rekor tertinggi harga emas batangan yang sempat menyentuh $3.500,05 per ons bulan lalu menunjukkan tingginya permintaan terhadap logam mulia ini.

Lembaga keuangan ANZ dalam catatannya menyebutkan bahwa penurunan harga emas beberapa waktu lalu hanya bersifat sementara dan diperkirakan akan kembali mendorong pembelian investasi. “Kami memperkirakan penurunan harga emas baru-baru ini akan merangsang pembelian investasi, karena ketidakpastian ekonomi makro dan geopolitik masih ada,” tulis ANZ.

Kesimpulan: Emas Menguat di Tengah Ketidakpastian Global

Lonjakan harga emas dalam beberapa hari terakhir merupakan refleksi dari sentimen pasar yang tidak pasti dan semakin berhati-hati. Kombinasi antara pelemahan dolar, kekhawatiran geopolitik seperti potensi konflik Iran-Israel, serta ketidakpastian terhadap kebijakan fiskal AS dan kondisi ekonomi global secara keseluruhan telah mendorong investor untuk kembali ke aset-aset safe haven.

Dengan banyaknya faktor risiko yang masih mengintai, termasuk gejolak politik, ketegangan antarnegara, serta perlambatan ekonomi, kemungkinan besar tren kenaikan harga emas akan berlanjut dalam waktu dekat. Investor dan pelaku pasar akan terus memantau perkembangan global untuk menentukan langkah selanjutnya dalam mengelola portofolio mereka.

 


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 20 May 2025

Bestprofit | Emas Naik 2% karena Dolar Melemah

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (21/5) – Pada hari Selasa, 21 Mei 2025, harga emas mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 2%, menembus level di atas $3.285 per ons. Kenaikan ini didorong oleh dua faktor utama yang saling berkaitan: pelemahan dolar AS dan meningkatnya ketidakpastian geopolitik yang mendorong para investor mencari aset yang lebih aman. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai dinamika yang memengaruhi harga emas, peran dolar AS dalam pasar global, serta ketegangan geopolitik yang semakin memanas.

Pelemahan Dolar AS Mendorong Harga Emas Naik

Dolar AS, yang biasanya menjadi patokan utama bagi harga emas, mengalami penurunan yang cukup tajam pada pekan ini. Hal ini terjadi setelah Federal Reserve (The Fed) menunjukkan sikap yang lebih hati-hati terhadap kondisi ekonomi Amerika Serikat. Dalam pernyataan terbarunya, The Fed menegaskan bahwa mereka akan lebih berhati-hati dalam mengambil kebijakan moneter, mengingat perlambatan pertumbuhan ekonomi dan ketidakpastian yang menyelimuti pasar global.

Selain itu, penurunan peringkat kredit AS oleh lembaga pemeringkat Moody’s turut memperburuk sentiment pasar terhadap dolar. Moody’s menurunkan peringkat kredit AS menjadi Aa1, sebuah langkah yang mencerminkan kekhawatiran terhadap beban utang negara yang semakin meningkat.

Pelemahan dolar AS ini juga berpengaruh langsung terhadap harga emas, yang dihargai dalam dolar. Ketika dolar melemah, emas menjadi lebih terjangkau bagi pembeli internasional, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan. Emas, sebagai aset safe haven, selalu mendapatkan perhatian lebih saat kondisi ekonomi global tidak menentu.

Sentimen Investor Terpengaruh oleh Ketidakpastian Ekonomi

Selain faktor teknis dan kebijakan moneter, sentimen investor juga dipengaruhi oleh ketidakpastian politik dan ekonomi yang semakin berkembang. Salah satu isu yang menjadi perhatian utama adalah kebijakan tarif AS yang terus berubah dan kebijakan fiskal Presiden Donald Trump mengenai pemotongan pajak besar-besaran.

Pemotongan pajak yang diusulkan oleh Presiden Trump telah menjadi sorotan global karena dampaknya terhadap defisit anggaran AS dan peningkatan utang negara. Meskipun ada argumen bahwa kebijakan tersebut dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, banyak investor yang khawatir dengan dampak jangka panjangnya. Peningkatan utang yang pesat dapat menambah tekanan pada mata uang dan ekonomi AS secara keseluruhan.

Sebagai respon terhadap ketidakpastian ini, banyak investor yang beralih ke aset safe haven, seperti emas. Ketika pasar saham dan instrumen keuangan lainnya dianggap berisiko, emas sering dianggap sebagai pelindung nilai yang lebih stabil. Meningkatnya permintaan akan emas tercermin dalam lonjakan harga yang terjadi pada 21 Mei, yang menunjukkan adanya peralihan modal dari pasar keuangan tradisional menuju emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketegangan Geopolitik yang Memicu Meningkatnya Permintaan Emas

Di luar faktor ekonomi domestik, ketegangan geopolitik juga memainkan peran besar dalam pergerakan harga emas. Ketegangan ini semakin mencuat setelah pernyataan Presiden Donald Trump yang menyatakan bahwa Ukraina dan Rusia akan “segera” memulai pembicaraan gencatan senjata. Meskipun ini bisa menjadi langkah positif menuju perdamaian, banyak pihak yang khawatir bahwa proses ini mungkin terjadi tanpa partisipasi AS, yang bisa meningkatkan ketidakpastian di panggung internasional.

Ketegangan yang terus berlangsung antara Rusia dan Ukraina telah mengundang perhatian dunia, dengan banyak negara Eropa yang memberlakukan sanksi terhadap Rusia. Sanksi baru dari Uni Eropa dan Inggris terhadap Rusia menambah ketegangan geopolitik, yang pada gilirannya mengarah pada lonjakan permintaan emas sebagai aset safe haven. Ketika ketegangan geopolitik meningkat, investor cenderung lebih berhati-hati dan mencari perlindungan dalam bentuk emas, yang dianggap sebagai investasi yang lebih aman dibandingkan dengan aset lainnya.

Sebagai contoh, sejak dimulainya konflik antara Ukraina dan Rusia, harga emas mengalami lonjakan yang cukup signifikan, karena investor berusaha menghindari potensi kerugian yang mungkin timbul akibat ketidakstabilan politik. Emas tidak hanya berfungsi sebagai pelindung nilai terhadap inflasi, tetapi juga sebagai penyimpan nilai yang aman di tengah ketidakpastian global.

Emas dan Aset Safe Haven: Meningkatnya Arus Investasi

Dalam kondisi pasar yang bergejolak, investor akan mencari instrumen yang lebih stabil dan kurang terpengaruh oleh fluktuasi pasar, dan emas adalah pilihan utama mereka.

Arus investasi yang mengalir ke emas semakin meningkat dalam beberapa bulan terakhir, terutama sejak ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina semakin meningkat. Emas batangan, yang dianggap sebagai bentuk investasi fisik yang lebih aman, telah mengalami permintaan yang tinggi dari investor di seluruh dunia. Banyak investor yang memilih untuk menyimpan emas dalam bentuk fisik atau membeli dana yang didukung oleh emas untuk melindungi nilai kekayaan mereka.

Meningkatnya permintaan ini tidak hanya berasal dari investor individu, tetapi juga dari bank sentral di berbagai negara.

Kesimpulan: Emas Sebagai Perlindungan di Tengah Ketidakpastian

Kenaikan harga emas yang signifikan pada 21 Mei 2025 mencerminkan peran penting emas sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian global. Pelemahan dolar AS, penurunan peringkat kredit oleh Moody’s, dan kebijakan ekonomi yang kontroversial dari Presiden Trump menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pergerakan harga emas. Selain itu, ketegangan geopolitik yang meningkat, terutama terkait dengan konflik Rusia dan Ukraina, turut mendorong permintaan emas sebagai pelindung nilai.

Bagi investor, ini adalah waktu yang tepat untuk mempertimbangkan diversifikasi portofolio mereka dengan memasukkan emas sebagai salah satu instrumen investasi. Dengan begitu, emas akan terus menjadi primadona di pasar global, terutama dalam menghadapi ketidakpastian yang belum diketahui kapan akan berakhir.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Monday, 19 May 2025

Bestprofit | Peringkat AS Turun, Emas Menguat

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (20/5) – Keputusan Moody’s Investors Service untuk mencabut peringkat kredit tertinggi terakhir Amerika Serikat mengejutkan pasar global dan menimbulkan kekhawatiran mendalam tentang stabilitas fiskal negara adidaya tersebut. Moody’s menurunkan prospek kredit AS, menyalahkan pemerintahan berturut-turut dan kegagalan Kongres dalam menangani defisit anggaran yang terus membengkak. Lembaga pemeringkat tersebut menyoroti bahwa tidak ada tanda-tanda serius dari upaya pengendalian defisit, yang semakin menimbulkan keraguan terhadap kemampuan jangka panjang pemerintah AS dalam memenuhi kewajiban fiskalnya.

Langkah ini menjadikan Moody’s sebagai lembaga terakhir dari tiga besar pemeringkat global yang mengambil langkah tegas terhadap kredit AS. Fitch dan S&P Global telah lebih dulu menurunkan peringkat mereka, dengan alasan serupa: ketidakseimbangan fiskal yang mengakar dan ketidakpastian politik yang terus membayangi.

Kekhawatiran Tambahan: Kebijakan Pajak dan Belanja Trump

Penurunan peringkat kredit AS datang di tengah kekhawatiran atas kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump. Rencana belanja besar-besaran yang dikombinasikan dengan pemotongan pajak telah membuat banyak ekonom dan lembaga pemeringkat memperingatkan lonjakan utang yang tajam dalam dekade mendatang. Meskipun kebijakan ini dirancang untuk merangsang pertumbuhan jangka pendek, dampaknya terhadap utang federal diperkirakan akan sangat besar—bahkan mencapai triliunan dolar.

Banyak kritikus menilai bahwa strategi fiskal ini tidak berkelanjutan dan dapat memperburuk persepsi pasar terhadap kredibilitas fiskal AS. Penurunan peringkat kredit oleh Moody’s memperkuat pandangan bahwa risiko fiskal Amerika Serikat kini menjadi perhatian serius bagi investor global.

Emas: Safe Haven yang Kembali Bersinar

Di tengah ketidakpastian ini, emas kembali mengukuhkan posisinya sebagai aset safe haven. Harga logam mulia ini melonjak 0,8% menjadi $3.229,01 per ons pada perdagangan di New York. Peningkatan ini terjadi bersamaan dengan penurunan Indeks Bloomberg Dollar Spot sebesar 0,5%, mencerminkan pelemahan mata uang dolar akibat sentimen negatif dari penurunan peringkat kredit.

Investor sering kali beralih ke emas dalam situasi gejolak geopolitik atau ketidakpastian ekonomi makro. Ketika kepercayaan terhadap mata uang utama—seperti dolar AS—mulai luntur, emas menjadi alternatif penyimpanan nilai yang lebih stabil. Keputusan Moody’s telah memicu aliran modal baru ke dalam emas, yang dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap risiko kredit dan inflasi.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Perjalanan Harga Emas: Volatil, Tapi Menguat

Dalam beberapa bulan terakhir, harga emas mengalami fluktuasi signifikan. Setelah melonjak ke atas $3.500 per ons untuk pertama kalinya bulan lalu, harga emas sempat terkoreksi tajam dan mencatat kerugian mingguan terbesar sejak November. Koreksi tersebut terjadi seiring meredanya ketegangan geopolitik yang sebelumnya mendorong reli harga.

Namun secara tahunan, emas masih menunjukkan penguatan lebih dari 20%, didorong oleh berbagai faktor seperti konflik global, perang dagang, dan peningkatan permintaan dari investor institusi. Arus masuk yang besar ke dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) emas juga telah memperkuat tren kenaikan harga logam mulia ini.

Menurut Vasu Menon, direktur pelaksana strategi investasi di Oversea-Chinese Banking Corp, volatilitas jangka pendek masih akan mewarnai pasar emas karena adanya berita utama yang saling bertentangan. Namun dalam jangka panjang, ia melihat kebijakan ekonomi pemerintahan Trump dan tren global untuk mendiversifikasi dari aset dolar sebagai “pendorong struktural” bagi emas.

Diversifikasi dari Aset Dolar

Fenomena yang menarik dari pergerakan emas baru-baru ini adalah tren diversifikasi global dari aset berdenominasi dolar. Negara-negara seperti China dan Rusia, serta bank sentral dari berbagai belahan dunia, telah meningkatkan cadangan emas mereka sebagai bagian dari strategi untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

Diversifikasi ini tidak hanya bersifat simbolik tetapi juga strategis. Ketika ketidakpastian fiskal AS meningkat, negara-negara yang memiliki cadangan devisa besar mulai meragukan kestabilan jangka panjang dolar. Emas, sebagai aset global yang tidak tergantung pada kebijakan satu negara, menjadi alternatif yang semakin menarik.

Logam Mulia Lainnya Ikut Menguat

Tidak hanya emas yang menikmati lonjakan harga. Perak, platinum, dan paladium juga mengalami kenaikan, seiring meningkatnya permintaan logam mulia sebagai aset lindung nilai. Pergerakan serempak ini menunjukkan bahwa investor mulai menyesuaikan portofolio mereka untuk mengantisipasi potensi risiko makroekonomi di masa mendatang.

Perak, yang sering kali mengikuti pergerakan emas namun dengan volatilitas lebih tinggi, menunjukkan performa positif dalam sesi perdagangan terakhir. Paladium dan platinum, meskipun lebih terkait dengan industri otomotif, juga mendapat dukungan dari minat investor terhadap logam mulia secara keseluruhan.

Prospek Jangka Panjang Emas

Melihat ke depan, prospek emas tetap cerah, terutama jika ketidakpastian fiskal dan politik AS tidak menunjukkan perbaikan. Skenario di mana utang federal terus meningkat tanpa kontrol ketat dapat memicu kekhawatiran inflasi, yang pada akhirnya mendukung harga emas.

Selain itu, jika dolar terus melemah karena hilangnya kepercayaan investor, emas akan semakin menguat sebagai alternatif mata uang global. Peran emas sebagai cadangan devisa dan instrumen lindung nilai terhadap inflasi membuatnya tetap relevan dalam portofolio investasi, baik oleh individu maupun institusi.

Vasu Menon menyatakan bahwa struktur pasar saat ini memungkinkan harga emas mencapai rekor-rekor baru dalam beberapa tahun ke depan, terutama jika ketidakpastian tetap tinggi dan kebijakan fiskal tetap longgar.

Kesimpulan: Emas Kembali Menjadi Primadona

Keputusan Moody’s untuk mencabut peringkat kredit tertinggi AS menjadi pengingat keras bagi investor tentang risiko fiskal yang sedang membayangi ekonomi global. Dalam konteks ini, emas telah kembali menunjukkan perannya sebagai aset lindung nilai utama. Dengan kondisi global yang penuh ketidakpastian—baik dari sisi fiskal, geopolitik, maupun kebijakan moneter—emas berpotensi untuk terus mengalami penguatan jangka panjang.

Investor yang ingin melindungi nilai kekayaan mereka dari risiko sistemik kini kembali melirik logam mulia, terutama ketika alternatif seperti dolar AS mulai menunjukkan kelemahannya. Emas mungkin mengalami fluktuasi jangka pendek, tetapi fondasi strukturalnya sebagai penyimpan nilai tetap kuat, terutama di era kebijakan fiskal longgar dan ketidakpastian global seperti saat ini.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 18 May 2025

Bestprofit | Emas Anjlok 4% Akibat Sentimen Risiko

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-6.jpg

Bestprofit (19/5) – Harga emas mengalami penurunan signifikan lebih dari 1,50% pada hari Jumat dan diperkirakan akan menutup minggu ini dengan kerugian lebih dari 4%. Sentimen pasar yang membaik telah mendorong investor untuk meninggalkan aset safe haven seperti emas dan memilih instrumen berisiko yang menjanjikan imbal hasil lebih tinggi. Pada saat penulisan, harga XAU/USD berada di kisaran $3.187 setelah sebelumnya menyentuh titik tertinggi harian di $3.252.

Perdagangan Emas dalam Tekanan Sentimen Pasar Positif

Harga emas batangan mengawali minggu ini dengan nada yang melemah. Salah satu pendorong utama pelemahan ini adalah kabar mengenai de-eskalasi ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Kedua negara dilaporkan telah mencapai kesepakatan untuk mengurangi tarif sebesar 115%, sebuah langkah besar yang memberikan sinyal positif ke pasar global. Reaksi pasar terhadap berita ini cukup cepat, dengan investor mulai melepas emas dan beralih ke pasar saham dan obligasi yang menawarkan potensi keuntungan lebih besar.

Sepanjang minggu, XAU/USD diperdagangkan dalam rentang harga yang relatif stabil, yakni antara $3.120 hingga $3.265. Namun, ketahanan harga emas terhadap tekanan makroekonomi tampaknya mulai luntur ketika pembeli gagal mempertahankan momentum, dan aksi jual menjadi dominan menjelang akhir pekan.

Data Ekonomi AS dan Pengaruhnya terhadap Harga Emas

Beberapa data ekonomi penting dari Amerika Serikat turut mempengaruhi pergerakan harga emas pekan ini. Salah satunya adalah laporan Sentimen Konsumen dari University of Michigan (UoM) untuk bulan Mei, yang menunjukkan bahwa rumah tangga AS semakin pesimis terhadap kondisi ekonomi secara keseluruhan. Meski ekspektasi inflasi mengalami kenaikan, ketidakpastian makroekonomi tetap menjadi sorotan utama.

Di sektor perumahan, data yang dirilis menunjukkan hasil yang beragam. Namun, harga impor yang naik memberikan indikasi bahwa tekanan inflasi masih ada. Dalam kondisi seperti ini, emas biasanya akan menjadi pilihan investasi yang aman. Namun kenyataannya, harga emas justru cenderung melemah. Salah satu alasannya adalah ekspektasi pelonggaran moneter oleh Federal Reserve, yang memengaruhi pasar obligasi dan mata uang.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Prediksi Pelonggaran Kebijakan Moneter dan Reaksi Pasar

Setelah rilis data ekonomi tersebut, emas sempat memangkas sebagian kerugiannya. Pelaku pasar mulai memperkirakan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga lebih dari 55 basis poin dalam waktu dekat. Ekspektasi ini didasarkan pada perlambatan sektor konsumsi dan inflasi yang mulai mereda. Akan tetapi, efek positif terhadap harga emas tidak bertahan lama.

Hal ini disebabkan oleh pemulihan imbal hasil obligasi pemerintah AS (Treasury), yang sebelumnya sempat turun tetapi kemudian kembali naik. Dolar AS atau Greenback juga mencatat penguatan, membuat harga emas dalam denominasi dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri. Dengan demikian, permintaan terhadap emas fisik maupun kontrak berjangka kembali menurun.

Prospek Inflasi dan Sikap Federal Reserve

Meskipun data-data ekonomi menunjukkan sinyal kemajuan dalam proses disinflasi di Amerika Serikat, pejabat Federal Reserve tetap menunjukkan sikap hati-hati. Mereka menyoroti berbagai ketidakpastian yang masih membayangi prospek kebijakan moneter ke depan. Salah satunya adalah kebijakan perdagangan dan tarif, yang dinilai masih berpotensi menimbulkan gejolak harga.

Sejumlah pejabat bank sentral juga menyatakan bahwa pelonggaran kebijakan terlalu cepat dapat mengganggu stabilitas inflasi yang sudah mulai terkendali. Oleh karena itu, pasar keuangan tetap berada dalam posisi waspada, menantikan kepastian arah kebijakan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan.

Pertumbuhan Ekonomi AS dan Dampaknya terhadap Emas

Di tengah ketidakpastian moneter dan inflasi, data pertumbuhan ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Penjualan ritel untuk bulan April dilaporkan melambat, mengindikasikan bahwa konsumen mulai menahan pengeluaran. Namun demikian, model proyeksi GDPNow dari Federal Reserve Atlanta memperkirakan bahwa ekonomi AS masih dapat tumbuh sebesar 2,4% pada kuartal kedua tahun 2025.

Jika pertumbuhan ekonomi tetap kuat dan inflasi terkendali, maka kemungkinan besar Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu lebih lama. Kebijakan ini umumnya berdampak negatif bagi harga emas, karena meningkatkan daya tarik aset berbunga seperti obligasi dan menurunkan permintaan terhadap emas.

Fokus Minggu Depan: Fed, PMI, dan Data Perumahan

Minggu depan akan menjadi pekan yang penting bagi pelaku pasar, khususnya investor emas. Agenda ekonomi Amerika Serikat akan dipenuhi oleh pidato dari berbagai pejabat Federal Reserve, yang kemungkinan akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter ke depan. Selain itu, data PMI kilat dan laporan sektor perumahan juga akan dirilis.

Kedua data tersebut akan diawasi ketat oleh pasar, karena dapat memberikan sinyal tambahan mengenai kekuatan ekonomi AS. Jika data menunjukkan perlambatan lebih lanjut, ekspektasi pelonggaran suku bunga akan meningkat, dan ini bisa memberikan sedikit dorongan bagi harga emas. Sebaliknya, data yang kuat akan memperkuat narasi bahwa suku bunga tinggi akan dipertahankan lebih lama, yang bisa menekan harga emas lebih dalam lagi.

Kesimpulan: Risiko dan Peluang dalam Pasar Emas

Minggu ini menjadi minggu yang berat bagi pasar emas, dengan penurunan harga lebih dari 4% dipicu oleh kombinasi sentimen positif pasar, ekspektasi kebijakan moneter, dan penguatan dolar AS. Meskipun beberapa data ekonomi menunjukkan potensi pelonggaran, investor masih berhati-hati dalam menempatkan dana mereka di logam mulia.

Untuk ke depan, investor perlu mencermati perkembangan geopolitik, kebijakan moneter AS, dan data ekonomi global untuk menentukan arah pergerakan harga emas. Bagi investor jangka panjang, penurunan harga ini bisa menjadi peluang beli, sementara bagi trader jangka pendek, volatilitas tinggi tetap harus diwaspadai.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 15 May 2025

Bestprofit | Emas Bangkit dari Tekanan Data AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-9.jpg

Bestprofit (16/5) – Emas kembali menunjukkan penguatan moderat setelah mengalami penurunan tajam di awal minggu ini. Penguatan ini terjadi seiring dengan anjloknya imbal hasil obligasi pemerintah AS menyusul rilis data ekonomi yang mengecewakan. Kondisi tersebut meningkatkan spekulasi pasar akan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve (The Fed).

Kinerja Harga Emas: Kenaikan Tipis Setelah Koreksi Tajam

Harga emas batangan mengalami kenaikan tipis dan diperdagangkan mendekati level $3.245 per ons. Kenaikan ini menyusul lonjakan sebesar 2% pada hari Kamis setelah laporan menunjukkan bahwa harga produsen di AS mengalami penurunan paling tajam dalam lima tahun terakhir. Data terpisah juga mengungkapkan bahwa penjualan ritel hampir tidak menunjukkan pertumbuhan, yang mencerminkan pelemahan permintaan konsumen.

Kombinasi dari pelemahan indikator ekonomi tersebut memicu penurunan imbal hasil Treasury, sehingga memberikan dorongan bagi harga emas. Imbal hasil yang lebih rendah membuat aset yang tidak menghasilkan bunga seperti emas menjadi lebih menarik bagi investor.

Dukungan dari Kondisi Ekonomi dan Harapan Pelonggaran Moneter

Penurunan imbal hasil obligasi pemerintah terjadi akibat sinyal melemahnya aktivitas ekonomi dan meredanya tekanan inflasi di AS. Dalam situasi ini, pasar mulai menaikkan taruhan bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Kondisi suku bunga yang lebih rendah biasanya mendukung harga emas karena mengurangi biaya peluang dalam memegang logam mulia. Dengan semakin besarnya kemungkinan penurunan suku bunga, emas kembali menarik minat sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian moneter.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Performa Mingguan Masih Negatif, Jauh dari Rekor Tertinggi

Meskipun menunjukkan pemulihan, emas tetap berada dalam jalur penurunan mingguan lebih dari 2%. Harga emas saat ini masih sekitar $250 di bawah rekor tertinggi sepanjang masa yang dicapai bulan lalu. Koreksi harga ini mencerminkan tekanan dari perbaikan sentimen risiko di pasar global dan penguatan dolar AS beberapa waktu terakhir.

Pergerakan harga emas yang fluktuatif menunjukkan adanya ketegangan antara faktor fundamental jangka panjang yang mendukung logam mulia dan dinamika jangka pendek di pasar keuangan.

Meredanya Ketegangan AS-Tiongkok Kurangi Permintaan Safe Haven

Salah satu faktor yang menyebabkan berkurangnya permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven adalah meredanya ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Perbaikan dalam hubungan kedua negara telah meningkatkan minat investor terhadap aset berisiko seperti saham dan mata uang negara berkembang.

Situasi ini secara temporer mengurangi daya tarik emas sebagai tempat berlindung yang aman, terutama ketika kekhawatiran geopolitik tidak mendominasi narasi pasar.

Faktor Fundamental Tetap Kuat: Permintaan ETF dan Bank Sentral

Meskipun harga emas melemah secara mingguan, tren jangka panjangnya masih menunjukkan kekuatan. Sejak awal tahun, emas batangan telah naik lebih dari 20%. Kenaikan ini didorong oleh beberapa faktor utama, termasuk:

  • Rebound permintaan dari produk ETF berbasis emas: Arus masuk kembali ke dalam dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) mencerminkan meningkatnya minat investor institusional terhadap emas.

  • Pembelian emas oleh bank sentral: Bank sentral di berbagai negara, terutama di pasar berkembang, terus menambah cadangan emas mereka sebagai bentuk diversifikasi cadangan devisa.

  • Permintaan spekulatif dari Tiongkok: Investor ritel di Tiongkok menunjukkan minat besar terhadap emas, baik sebagai bentuk investasi maupun lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi domestik.

Faktor-faktor ini memberikan dukungan struktural yang kuat terhadap harga emas dalam jangka menengah hingga panjang.

Komentar The Fed dan Prospek Ekonomi AS

Dalam pernyataan terbaru, Gubernur The Fed Michael Barr menyampaikan bahwa ekonomi AS saat ini berada dalam kondisi yang cukup kuat. Namun, ia juga memperingatkan bahwa gangguan rantai pasokan akibat kebijakan tarif dapat menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya tekanan inflasi di masa depan.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa meskipun The Fed mungkin siap memangkas suku bunga untuk mendukung pertumbuhan, ada risiko struktural yang tetap perlu diwaspadai. Hal ini dapat menciptakan ketidakpastian tambahan di pasar, yang pada akhirnya kembali mendukung permintaan terhadap emas.

Kinerja Logam Mulia Lainnya: Stabil di Tengah Volatilitas

Selain emas, logam mulia lainnya menunjukkan pergerakan yang relatif stabil. Harga spot perak dan paladium hanya mengalami sedikit perubahan, sementara platinum mencatatkan kenaikan tipis. Pergerakan ini mencerminkan kehati-hatian investor dalam merespons sinyal ekonomi yang beragam dari AS dan global.

Indeks Spot Dolar Bloomberg tercatat stabil, menunjukkan tidak adanya tekanan besar terhadap dolar AS dalam waktu dekat. Namun, jika dolar mulai melemah secara signifikan akibat pemangkasan suku bunga, ini bisa memberikan dorongan tambahan bagi harga logam mulia, termasuk emas.

Kesimpulan: Emas Masih Relevan sebagai Aset Lindung Nilai

Meskipun emas mengalami tekanan dari faktor jangka pendek seperti perbaikan sentimen risiko global dan penguatan dolar, prospek jangka menengah hingga panjangnya tetap solid. Ketidakpastian terhadap arah kebijakan moneter, kondisi geopolitik yang dinamis, serta permintaan kuat dari bank sentral dan investor institusional menjadikan emas tetap relevan sebagai aset lindung nilai.

Dengan data ekonomi AS yang menunjukkan kelemahan, dan ekspektasi pasar terhadap pelonggaran kebijakan moneter yang meningkat, emas berpotensi menguat lebih lanjut dalam waktu dekat. Namun, investor juga harus siap menghadapi volatilitas pasar yang tinggi dan perubahan sentimen yang cepat.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 14 May 2025

Bestprofit | Euro Stabil Dekat 1,1200

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/10/062746000_1482209063-Euro-ok.jpg

Bestprofit (15/5) – Pasangan mata uang EUR/USD tetap berada di dekat zona 1,1200 pada hari Rabu setelah sesi Eropa berakhir, menunjukkan nada bullish yang hati-hati menjelang pembukaan sesi Asia. Meskipun terdapat sedikit perubahan signifikan dalam harga, pasar menunjukkan sinyal bahwa investor masih menilai arah selanjutnya dengan hati-hati.

Harga Tetap di Tengah Kisaran: Sentimen Pasar yang Seimbang

Pergerakan harga EUR/USD tetap berada di tengah kisaran hariannya, mengindikasikan keseimbangan antara tekanan beli dan jual. Ini menandakan bahwa para pelaku pasar masih menunggu katalis berikutnya untuk memutuskan arah tren. Dalam situasi seperti ini, ketidakpastian makroekonomi, kebijakan moneter dari Federal Reserve maupun European Central Bank (ECB), serta data ekonomi terbaru menjadi faktor kunci yang ditunggu oleh investor.

Sentimen pasar yang seimbang sering kali mencerminkan ketidakmampuan pembeli dan penjual untuk mendominasi pasar, dan ini tampak jelas dalam aksi harga saat ini. Meski ada kecenderungan bullish, namun belum cukup kuat untuk mendorong harga menembus zona resistensi penting secara meyakinkan.

Indikator Momentum: Sinyal Campuran dari Pasar

Dari perspektif teknikal jangka pendek, indikator momentum memberikan sinyal yang beragam. Relative Strength Index (RSI) berkisar di angka 40, yang mencerminkan kondisi netral dan belum menunjukkan sinyal kuat ke arah mana pun. Nilai RSI di bawah 50 tetapi masih di atas 30 biasanya menunjukkan bahwa pasangan mata uang tidak dalam kondisi overbought maupun oversold, sehingga belum ada tekanan yang cukup untuk memicu breakout atau breakdown signifikan.

Sementara itu, Moving Average Convergence Divergence (MACD) menunjukkan momentum jual, yang konsisten dengan kehati-hatian pasar saat ini. Histogram MACD mulai mengarah ke bawah, menandakan kemungkinan koreksi jangka pendek atau penurunan momentum bullish.

Indikator lainnya, seperti Williams %R, juga berada di wilayah netral, memperkuat narasi bahwa pasar masih dalam fase observasi dan tidak memiliki arah yang jelas dalam waktu dekat.


Kunjungi juga : bestprofit futures

ADX dan Bull/Bear Power: Bias Bullish Moderat

Sinyal teknikal lainnya, seperti Average Directional Index (ADX), menunjukkan nilai di kisaran 30-an, yang menandakan tren yang sedang berkembang, meskipun belum kuat sepenuhnya. Bias bullish mulai terbentuk, tetapi belum sepenuhnya dominan.

Indikator Bull Bear Power, yang menghitung kekuatan antara pembeli dan penjual, juga memberikan sinyal positif, menyiratkan bahwa tekanan beli secara bertahap mulai membangun fondasi untuk potensi pergerakan naik.

Rata-Rata Pergerakan: Pertarungan antara Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Rata-rata pergerakan memberikan gambaran teknikal yang terbagi. Simple Moving Average (SMA) 20 hari terus mengalami penurunan, yang menandakan adanya resistensi jangka pendek dan memberikan tekanan terhadap pergerakan bullish yang baru muncul. Hal ini sejalan dengan penurunan momentum yang terindikasi oleh MACD dan RSI.

Namun, SMA 100 hari dan 200 hari, bersama dengan Exponential Moving Average (EMA) 30 dan 50 hari, tetap berada dalam posisi mendukung tren naik jangka panjang. Ini memberikan keyakinan bahwa, meskipun koreksi jangka pendek mungkin terjadi, struktur tren yang lebih luas tetap bullish.

Rata-rata pergerakan jangka menengah hingga panjang ini bertindak sebagai support dinamis, dan selama harga tetap bertahan di atas rata-rata ini, prospek jangka panjang tetap positif bagi euro terhadap dolar AS.

Potensi Katalis: Data Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Ketika pasangan mata uang EUR/USD menghadapi ketidakpastian arah dalam jangka pendek, para investor akan memperhatikan katalis ekonomi utama, seperti data inflasi, pertumbuhan GDP, dan pengangguran dari zona euro maupun Amerika Serikat. Selain itu, retorika dari pejabat ECB dan Federal Reserve mengenai kebijakan suku bunga juga akan menjadi perhatian.

Ekspektasi bahwa Federal Reserve mungkin menunda pemangkasan suku bunga atau ECB mempertahankan sikap hawkish dapat menyebabkan volatilitas yang lebih besar dalam pergerakan EUR/USD ke depan. Jika data ekonomi mendukung euro, terutama jika menunjukkan perbaikan inflasi dan pertumbuhan, maka EUR/USD berpotensi menembus resistensi kunci di atas 1,1200.

Zona Penting yang Perlu Diperhatikan

Dari perspektif teknikal, level 1,1200 menjadi zona kunci psikologis. Penembusan yang meyakinkan di atas level ini bisa membuka jalan menuju target selanjutnya di sekitar 1,1250 – 1,1300, yang merupakan area resistensi teknikal dari harga sebelumnya.

Sebaliknya, jika tekanan jual meningkat, EUR/USD bisa kembali menguji support dinamis di kisaran 1,1100 – 1,1150, di mana terdapat konfluensi dari EMA 30 dan 50 hari.

Strategi Perdagangan: Sabar Menanti Konfirmasi

Bagi para trader, kondisi saat ini mengharuskan strategi yang lebih konservatif. Mengingat indikator yang saling bertolak belakang, pendekatan yang disarankan adalah menunggu konfirmasi breakout atau breakdown dari kisaran harga saat ini.

Trader jangka pendek dapat mempertimbangkan posisi beli jika harga berhasil menembus dan bertahan di atas 1,1220 dengan volume dan momentum yang kuat, atau posisi jual jika terjadi penembusan ke bawah 1,1150. Trader jangka menengah dan panjang disarankan untuk mengikuti arah rata-rata pergerakan jangka panjang sebagai panduan utama dalam menentukan posisi.

Kesimpulan: Optimisme Hati-Hati di Tengah Ketidakpastian

Secara keseluruhan, pasangan EUR/USD memperlihatkan nada optimisme yang hati-hati. Meskipun terdapat indikasi awal dari kekuatan yang mendasarinya, sinyal teknikal yang beragam menunjukkan bahwa pasar masih mencari arah yang lebih pasti. Rata-rata pergerakan jangka panjang yang tetap mendukung tren naik menjadi fondasi utama dari pandangan bullish, namun ketidakpastian jangka pendek membuat pendekatan yang disiplin dan sabar menjadi sangat penting.

Selama tidak ada katalis makroekonomi besar yang mendorong volatilitas signifikan, pasangan ini kemungkinan akan tetap dalam pola konsolidasi, menunggu petunjuk lebih lanjut dari pasar global dan arah kebijakan moneter dari bank sentral utama.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 13 May 2025

Bestprofit | Emas Naik Tipis karena Inflasi Ringan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (14/5) – Pasar emas kembali menunjukkan performa stabil di awal sesi perdagangan Asia, mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,1% menjadi $3.252,70 per ons. Kenaikan ini tidak lepas dari data inflasi Amerika Serikat yang dirilis pada Selasa, menunjukkan pelonggaran tekanan harga yang meningkatkan ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve. Dengan begitu, logam mulia, yang tidak memberikan bunga, kembali menjadi aset yang menarik di tengah ketidakpastian kebijakan moneter global.

Inflasi AS Melandai: Dorongan Bagi Harga Emas

Data terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS mencatat bahwa Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) untuk bulan April naik hanya 0,2% secara musiman. Namun yang paling menonjol adalah bahwa CPI tahunan turun ke level 2,3% — tingkat terendah dalam empat tahun terakhir. Penurunan ini mengindikasikan bahwa tekanan inflasi di AS mulai melandai, memberikan ruang bagi bank sentral AS untuk melonggarkan kebijakan moneternya.

Tren ini menjadi sorotan utama investor emas. Penurunan inflasi mengurangi urgensi bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi, sehingga meningkatkan daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan mata uang yang melemah.

Prospek Pemangkasan Suku Bunga oleh The Fed

Dengan inflasi yang terkendali, pasar kini memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed semakin tinggi. Suku bunga yang lebih rendah membuat imbal hasil aset-aset berbunga seperti obligasi menjadi kurang menarik dibandingkan emas, yang tidak memberikan imbal hasil tetapi nilainya sering kali naik saat imbal hasil aset lain turun.

“Data inflasi terbaru memperkuat pandangan bahwa The Fed mungkin akan memangkas suku bunga dalam beberapa bulan ke depan,” kata seorang analis ekonomi senior dari sebuah firma riset pasar. “Ini adalah sinyal positif bagi pasar emas, yang biasanya diuntungkan oleh pelonggaran moneter.”


Kunjungi juga : bestprofit futures

Fenomena “Penipisan Penjualan”: Indikasi Rebound Emas

Selain faktor makroekonomi, sentimen teknikal juga berkontribusi terhadap stabilitas harga emas. Daniel Ghali, ahli strategi komoditas dari TD Securities, menyatakan bahwa pasar mungkin telah mengalami “penipisan penjualan” — sebuah kondisi di mana tekanan jual telah mencapai titik jenuh dan memungkinkan terbentuknya dasar harga baru.

Dalam laporan penelitiannya, Ghali menjelaskan bahwa aksi jual besar-besaran yang sebelumnya terjadi telah mereda, memberi ruang bagi investor jangka panjang dan institusi untuk kembali mengakumulasi emas. “Pasar tampaknya siap untuk bergerak naik dari titik ini,” tulisnya.

Permintaan Emas dari Tiongkok Terus Meningkat

Meskipun ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok sempat mereda karena adanya kesepakatan sementara, permintaan emas dari Tiongkok tetap tinggi. Menurut data dari beberapa lembaga keuangan dan analis pasar, arus masuk ke Exchange Traded Fund (ETF) emas Tiongkok terus mengalami peningkatan.

Peningkatan ini mencerminkan tingginya minat investor Tiongkok terhadap emas sebagai aset aman, terutama di tengah kekhawatiran atas perlambatan ekonomi domestik dan volatilitas pasar saham. “Emas masih menjadi instrumen lindung nilai utama di Tiongkok, bahkan saat ketegangan geopolitik berkurang,” kata seorang analis dari Shanghai.

Peran Emas di Tengah Ketidakpastian Global

Secara historis, emas dikenal sebagai aset safe haven — tempat pelarian modal di saat ketidakpastian ekonomi atau geopolitik. Dengan latar belakang perang dagang, gejolak politik, dan perubahan arah kebijakan moneter global, investor cenderung melirik emas untuk diversifikasi portofolio mereka.

Di tahun 2025, ketidakpastian global tetap tinggi. Meski ada perbaikan hubungan dagang AS-Tiongkok, konflik di Timur Tengah, ketegangan di Laut Cina Selatan, serta pemilu di negara-negara besar menambah lapisan risiko yang tidak dapat diabaikan oleh investor.

Dampak pada Harga dan Tren Jangka Pendek

Kenaikan tipis emas di sesi Asia menandakan bahwa investor masih berhati-hati. Meskipun tren teknikal mendukung potensi kenaikan lebih lanjut, investor menunggu kepastian lebih lanjut dari The Fed. Jika bank sentral AS mulai memberikan sinyal resmi terkait pemangkasan suku bunga, maka harga emas berpotensi melonjak lebih tinggi.

Analis teknikal memperkirakan level resistensi terdekat berada di sekitar $3.280/oz, sementara support tetap kuat di kisaran $3.220/oz. Penembusan salah satu dari level ini dapat memberikan arah yang lebih jelas bagi pergerakan harga dalam jangka pendek.

Sentimen Pasar dan Strategi Investor

Investor institusional saat ini terlihat menyeimbangkan eksposur mereka terhadap emas, sambil mempertimbangkan faktor risiko global dan peluang imbal hasil dari aset lain. Strategi yang umum digunakan adalah “barbell strategy” — menggabungkan aset aman seperti emas dengan aset berisiko tinggi seperti saham teknologi atau kripto.

“Dengan pasar obligasi yang tidak terlalu menarik dan risiko geopolitik yang masih tinggi, emas menjadi elemen penting dalam strategi diversifikasi portofolio,” ujar seorang manajer portofolio dari Singapura.

Kesimpulan: Momentum Emas Belum Usai

Harga emas yang naik tipis di awal sesi Asia mencerminkan dinamika kompleks antara data ekonomi makro, sentimen investor, dan arah kebijakan moneter global. Data inflasi yang melandai di AS meningkatkan kemungkinan pelonggaran moneter oleh The Fed, sebuah faktor utama yang dapat mendorong harga emas lebih tinggi dalam waktu dekat.

Permintaan dari Tiongkok, berkurangnya tekanan jual, serta ketidakpastian global memperkuat prospek bullish emas dalam jangka menengah hingga panjang. Investor dan pelaku pasar akan terus memantau rilis data ekonomi berikutnya serta pernyataan dari pejabat Federal Reserve sebagai acuan untuk mengantisipasi pergerakan logam mulia ini.

Dengan berbagai faktor pendukung yang terus berkembang, emas masih mempertahankan daya tariknya sebagai aset lindung nilai yang solid di tengah dunia yang penuh ketidakpastian.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures