Wednesday, 15 January 2025

Bestprofit | Emas Naik ke Tertinggi Sebulan Usai Inflasi AS Lebih Tinggi dari Perkiraan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (16/1) – Pada hari Rabu (15 Januari 2025), harga emas diperdagangkan lebih tinggi, mencatatkan kenaikan signifikan setelah dolar AS dan imbal hasil Treasury mengalami penurunan yang tajam. Katalis utama untuk pergerakan ini adalah laporan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS. Kenaikan harga emas ini menggambarkan bagaimana pasar merespon data ekonomi yang lebih kuat, yang sekaligus meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan lebih berhati-hati dalam kebijakan moneternya.

Harga Emas Naik Signifikan

Harga emas untuk pengiriman Februari tercatat naik sebesar US$35,80 menjadi US$2.718,10 per ons pada sore hari Rabu, mencatatkan harga tertinggi sejak 11 Desember 2024. Kenaikan harga emas ini dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penurunan dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih rendah. Penurunan ini terjadi setelah data inflasi AS yang dirilis lebih tinggi dari perkiraan, yang memengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve ke depan.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Data Inflasi AS Lebih Tinggi dari Perkiraan

Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Desember 2024 naik sebesar 0,4%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan 0,3% yang tercatat pada bulan November dan juga melebihi perkiraan konsensus yang memperkirakan kenaikan IHK sebesar 0,3%. Data ini menunjukkan bahwa tekanan inflasi di AS masih cukup tinggi, meskipun ada indikasi bahwa inflasi mulai mereda pada beberapa bulan terakhir. Namun, meskipun IHK secara keseluruhan lebih tinggi, angka IHK inti, yang tidak termasuk komponen makanan dan energi yang cenderung lebih volatil, hanya naik 3,2% secara tahunan. Angka ini sedikit lebih rendah dari perkiraan pasar yang mengantisipasi kenaikan sebesar 3,3%. Meskipun demikian, lonjakan inflasi bulanan yang lebih besar dari ekspektasi memberikan dorongan bagi harga emas.

Imbal Hasil dan Dolar AS Turun

Salah satu faktor yang mendukung pergerakan harga emas adalah penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Imbal hasil Treasury AS, terutama pada obligasi dua tahun dan sepuluh tahun, mengalami penurunan tajam setelah data inflasi dirilis. Imbal hasil pada obligasi dua tahun AS turun 10,8 basis poin menjadi 4,276%, sementara obligasi 10 tahun turun lebih dalam, 13,3 basis poin, menjadi 4,66%. Penurunan imbal hasil ini terjadi karena pasar mulai merespons data inflasi dengan lebih hati-hati terhadap kebijakan moneter yang lebih dovish dari Federal Reserve. Penurunan imbal hasil obligasi membuat emas menjadi lebih menarik sebagai alternatif investasi, karena imbal hasil yang lebih rendah pada instrumen pendapatan tetap seperti obligasi pemerintah akan mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman dan menguntungkan seperti emas. Selain itu, penurunan imbal hasil Treasury juga berkontribusi pada penurunan dolar AS. Indeks dolar ICE, yang mengukur nilai dolar terhadap sekumpulan mata uang utama, terakhir terlihat turun 0,16 poin menjadi 109,11. Penurunan dolar ini membantu mendongkrak harga emas, karena emas menjadi lebih terjangkau bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain selain dolar.

Ekspektasi Kebijakan Federal Reserve

Meskipun Federal Reserve diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada akhir pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 29 Januari mendatang, data inflasi ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa bank sentral AS mungkin akan lebih agresif dalam mengurangi suku bunga di masa depan. Dengan adanya ketidakpastian dalam perekonomian dan adanya tekanan inflasi yang terus berlanjut, pasar mulai memproyeksikan bahwa pemangkasan suku bunga bisa terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Menurut alat CME Fedwatch, yang mengukur ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga, saat ini terdapat probabilitas 29% bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan berikutnya pada bulan Maret 2025. Ini merupakan kenaikan dari probabilitas sebelumnya yang hanya sebesar 23,2% pada hari Selasa. Kenaikan probabilitas pemangkasan suku bunga ini berkontribusi pada penurunan imbal hasil obligasi dan juga melemahnya dolar AS, yang pada gilirannya meningkatkan daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.

Emas Sebagai Aset Lindung Nilai

Emas sering dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Meskipun ada beberapa sinyal bahwa inflasi mungkin mulai mereda, data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Desember menunjukkan bahwa ketidakpastian ekonomi masih ada. Dalam situasi seperti ini, investor sering beralih ke emas sebagai tempat yang lebih aman untuk menyimpan nilai kekayaan mereka. Kenaikan harga emas pada 15 Januari ini mencerminkan minat yang terus meningkat terhadap logam mulia tersebut di tengah ketidakpastian ekonomi global dan nasional. Selain itu, meskipun ada spekulasi bahwa suku bunga bisa dipangkas pada bulan Maret, banyak investor yang memilih untuk tetap memegang emas sebagai aset yang tahan terhadap volatilitas pasar.

Perkiraan Arah Pasar Emas ke Depan

Dengan latar belakang data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dan ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve, harga emas berpotensi terus menguat di masa mendatang. Meski demikian, masih ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi pergerakan harga emas ke depan, seperti kebijakan moneter yang diambil oleh Federal Reserve dan perkembangan ekonomi global lainnya. Jika Federal Reserve benar-benar melakukan pemangkasan suku bunga pada Maret, kita bisa melihat harga emas terus naik, mengingat bahwa imbal hasil yang lebih rendah akan semakin membuat emas lebih menarik. Sebaliknya, jika inflasi mulai mereda lebih cepat dari yang diperkirakan, ada kemungkinan harga emas akan terkoreksi, meskipun kemungkinan ini tampaknya lebih kecil mengingat data inflasi yang masih menunjukkan tekanan.

Kesimpulan

Harga emas menguat pada 15 Januari 2025, didorong oleh data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan, penurunan imbal hasil obligasi AS, dan melemahnya dolar. Meskipun ada prediksi bahwa Federal Reserve mungkin mempertahankan suku bunga pada pertemuan mendatang, ekspektasi untuk pemangkasan suku bunga semakin kuat setelah data inflasi tersebut. Sebagai hasilnya, emas terus dilihat sebagai aset lindung nilai yang menarik, dan potensi kenaikan harga emas masih terbuka lebar dalam waktu dekat. Namun, investor perlu memantau perkembangan lebih lanjut dalam kebijakan moneter dan situasi ekonomi global untuk memahami arah pergerakan harga emas selanjutnya.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Tuesday, 14 January 2025

Bestprofit | Emas Naik, Dolar Melemah Usai Data Inflasi AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (15/1) – Pada Selasa sore (14 Januari 2025), harga emas tercatat mengalami kenaikan tipis seiring dengan pelemahan dolar AS. Emas berjangka untuk pengiriman Februari tercatat naik sebesar US$4,70 menjadi US$2.683,30 per ons. Kenaikan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk data inflasi yang lebih rendah dari yang diperkirakan di AS dan laporan yang mengindikasikan bahwa Pemerintahan Trump berencana untuk memberlakukan tarif impor secara bertahap.

Data Inflasi AS Lebih Rendah dari Ekspektasi

Salah satu faktor utama yang mendorong pergerakan harga emas adalah laporan terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS yang menunjukkan bahwa Indeks Harga Produsen (PPI) untuk bulan Desember 2024 naik sebesar 0,2% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Angka ini lebih rendah dari perkiraan yang diprediksi sebelumnya, yakni kenaikan sebesar 0,3%. Data ini memberikan gambaran bahwa inflasi di AS mungkin tidak secepat yang dikhawatirkan oleh para investor dan analis, sehingga memberikan ruang bagi emas untuk mendapatkan dukungan. PPI adalah salah satu indikator penting yang mengukur perubahan harga barang dan jasa di tingkat produsen. Ketika PPI meningkat, ini seringkali dianggap sebagai tanda inflasi yang lebih tinggi, yang pada gilirannya bisa mendorong bank sentral untuk menaikkan suku bunga. Namun, dengan PPI yang lebih rendah dari ekspektasi, kemungkinan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat menjadi lebih kecil, yang membuat aset-aset seperti emas, yang tidak memberikan hasil atau bunga, menjadi lebih menarik sebagai tempat berlindung.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Rilis Indeks Harga Konsumen AS yang Ditunggu-Tunggu

Data PPI ini datang menjelang rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk bulan Desember 2024 yang akan dirilis pada Rabu (15 Januari 2025). CPI adalah indikator inflasi yang lebih langsung dirasakan oleh konsumen karena mengukur perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Diperkirakan CPI akan menunjukkan kenaikan bulanan sebesar 0,3%, yang tidak berubah dibandingkan dengan bulan November. Meskipun ada ekspektasi bahwa inflasi akan tetap stabil, ketidakpastian mengenai data CPI bisa menyebabkan fluktuasi lebih lanjut pada harga emas. Bila CPI menunjukkan angka yang lebih rendah dari perkiraan, ini dapat mengurangi kekhawatiran tentang inflasi tinggi, sehingga memperkuat daya tarik emas. Sebaliknya, jika CPI menunjukkan lonjakan yang lebih besar dari yang diperkirakan, hal ini bisa memperburuk kekhawatiran inflasi, meningkatkan minat terhadap emas sebagai aset pelindung nilai.

Kebijakan Tarif Impor yang Direncanakan oleh Pemerintahan Trump

Faktor lain yang turut memengaruhi pergerakan harga emas adalah laporan Bloomberg yang mengindikasikan bahwa Pemerintahan Trump mungkin berencana untuk secara bertahap menaikkan tarif pada impor ke AS. Menurut laporan tersebut, kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya tawar Amerika Serikat dalam perdagangan internasional, dengan cara meningkatkan tarif secara bertahap setiap bulan. Langkah ini bertujuan untuk menghindari lonjakan inflasi yang dapat memicu respons dari Federal Reserve dalam bentuk kenaikan suku bunga. Jika kebijakan ini diterapkan, ini dapat menciptakan ketegangan dalam hubungan perdagangan AS dengan negara-negara lain dan mengarah pada ketidakpastian ekonomi. Ketidakpastian semacam itu seringkali mendorong investor untuk beralih ke aset yang dianggap lebih aman, seperti emas. Emas, yang telah lama dianggap sebagai tempat berlindung dalam masa ketegangan ekonomi dan geopolitik, dapat memperoleh dukungan lebih lanjut dari para investor yang mencari keamanan di tengah ketidakpastian.

Dampak Melemahnya Dolar AS

Kenaikan harga emas ini juga didorong oleh penurunan nilai dolar AS. Indeks dolar ICE yang mengukur nilai dolar terhadap sekumpulan mata uang utama, terakhir terlihat turun 0,67 poin menjadi 109,29. Pelemahan dolar ini dapat memperkuat harga emas karena emas cenderung bergerak terbalik dengan nilai dolar. Ketika dolar melemah, emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain, meningkatkan permintaan global terhadap logam kuning tersebut. Kenaikan harga emas ini juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti ketegangan geopolitik dan potensi ketidakstabilan ekonomi global. Dalam situasi seperti ini, investor sering mencari aset yang tidak terpengaruh oleh fluktuasi pasar saham atau pergerakan mata uang, menjadikan emas sebagai pilihan utama. Sebagai aset yang dianggap lebih stabil, emas sering menjadi pilihan bagi mereka yang mencari perlindungan terhadap inflasi atau ketidakpastian ekonomi.

Imbal Hasil Obligasi yang Beragam

Selain pengaruh dari dolar dan kebijakan tarif, pergerakan imbal hasil obligasi juga turut memberikan dampak terhadap harga emas. Imbal hasil Treasury AS menunjukkan pergerakan yang bervariasi pada hari Selasa, dengan obligasi jangka pendek (dua tahun) terlihat membayar 4,377%, turun 1,7 basis poin, sementara imbal hasil obligasi jangka panjang (10 tahun) naik 1,2 basis poin menjadi 4,799%. Pergerakan imbal hasil obligasi ini seringkali mencerminkan ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan moneter dan inflasi. Ketika imbal hasil obligasi jangka panjang naik, ini seringkali menandakan bahwa investor mengharapkan inflasi yang lebih tinggi atau potensi kenaikan suku bunga. Sebaliknya, ketika imbal hasil obligasi jangka pendek turun, ini bisa menandakan bahwa pasar mengharapkan penurunan inflasi atau penundaan dalam kebijakan kenaikan suku bunga. Bagi investor emas, pergerakan imbal hasil ini memiliki dampak langsung karena suku bunga yang lebih tinggi dapat membuat emas menjadi kurang menarik. Sebaliknya, suku bunga yang lebih rendah atau penurunan imbal hasil obligasi dapat meningkatkan daya tarik emas karena investor mencari alternatif yang lebih aman dan lebih menguntungkan.

Prospek Masa Depan Harga Emas

Melihat kondisi ekonomi global saat ini, dengan ketidakpastian inflasi, potensi kebijakan perdagangan yang lebih ketat, dan fluktuasi pasar keuangan, harga emas kemungkinan akan tetap mengalami volatilitas dalam jangka pendek. Namun, jika data inflasi AS terus menunjukkan angka yang lebih rendah dari ekspektasi dan kebijakan perdagangan yang lebih ketat terus berlanjut, emas dapat tetap menjadi salah satu aset yang paling menarik bagi investor yang mencari perlindungan. Selain itu, pergerakan dolar dan kebijakan moneter dari Federal Reserve juga akan terus menjadi faktor kunci dalam menentukan arah harga emas. Jika dolar AS terus melemah dan imbal hasil obligasi tetap relatif stabil atau turun, emas berpotensi untuk melanjutkan kenaikan harga. Namun, seperti halnya dengan semua investasi, ada risiko yang terlibat. Investor perlu terus memantau perkembangan ekonomi global, kebijakan perdagangan, serta keputusan-keputusan penting dari bank sentral yang dapat mempengaruhi pergerakan harga emas di masa depan.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Monday, 13 January 2025

Bestprofit | Emas Turun, Dolar AS Menguat

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/04/Gold-Emas-1.jpg

Bestprofit (14/1) – Pada sesi perdagangan Amerika Utara, harga emas mengalami penurunan signifikan. Harga XAU/USD tercatat turun 1,20%, diperdagangkan pada angka $2.657 setelah gagal menembus level $2.700. Penurunan harga emas ini didorong oleh keputusan para pedagang yang mencari instrumen yang lebih aman, yaitu dolar AS, setelah imbal hasil obligasi Treasury AS mencapai level tertinggi sejak November 2023. Fenomena ini mencerminkan ketidakpastian ekonomi yang tengah berlangsung, di mana pasar cenderung beralih dari aset yang lebih berisiko seperti emas ke aset yang lebih aman seperti Greenback, yang dipandang lebih stabil dalam menghadapi tantangan ekonomi global.

Peran Kenaikan Imbal Hasil Obligasi Treasury AS

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga emas adalah pergerakan imbal hasil obligasi Treasury AS. Imbal hasil obligasi AS, yang mencerminkan tingkat pengembalian investasi di pasar obligasi, telah meningkat ke level tertinggi sejak November 2023. Kenaikan ini menarik perhatian para investor, karena meningkatnya imbal hasil obligasi membuat instrumen investasi ini semakin menarik dibandingkan dengan emas, yang tidak memberikan hasil bunga. Dengan suku bunga yang lebih tinggi pada obligasi AS, investor cenderung lebih memilih obligasi yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan untuk dolar AS dan menurunkan permintaan terhadap emas.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Data Ekonomi AS yang Menarik Perhatian Investor

Pada hari Senin, data ekonomi yang langka dipublikasikan, dan pasar langsung merespons dengan cermat. Data terbaru mengenai Nonfarm Payrolls AS untuk bulan Desember menunjukkan angka yang lebih baik dari yang diperkirakan. Dengan angka 256 ribu pekerjaan yang tercipta, hasil ini melebihi perkiraan pasar yang hanya mengharapkan tambahan 160 ribu pekerjaan. Ini menunjukkan bahwa perekonomian AS masih dalam kondisi yang relatif kuat. Meskipun demikian, pasar tetap hati-hati mengingat faktor inflasi yang dapat mempengaruhi kebijakan moneter AS di masa depan.

Dinamika Pasar Menanti Rilis Data Inflasi AS

Meskipun data ketenagakerjaan AS menunjukkan perekonomian yang lebih baik dari ekspektasi, para pedagang lebih fokus pada rilis data inflasi AS yang akan diumumkan pada hari Rabu. Data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk bulan Desember diperkirakan akan menunjukkan inflasi tahunan sebesar 2,8%, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan angka 2,7% pada bulan November. Sementara itu, CPI Inti yang mengecualikan komponen-komponen yang volatil diperkirakan tetap stabil pada 3,3% YoY, tidak berubah dari tiga bulan sebelumnya. Pentingnya data inflasi ini terletak pada dampaknya terhadap ekspektasi pasar terkait kebijakan moneter The Federal Reserve (Fed). Jika data inflasi menunjukkan adanya tekanan yang lebih tinggi dari perkiraan, ini bisa mempengaruhi keputusan The Fed dalam menentukan arah kebijakan suku bunga mereka. Sebaliknya, jika data inflasi lebih rendah dari ekspektasi, hal ini dapat memperkuat pandangan bahwa tekanan inflasi mulai mereda, yang berpotensi mengarah pada penurunan suku bunga oleh The Fed.

Ekspektasi Kebijakan Fed dan Dampaknya terhadap Pasar

Salah satu perhatian utama para investor adalah bagaimana kebijakan moneter The Federal Reserve akan berkembang dalam waktu dekat. Saat ini, sebagian besar investor hanya mengharapkan pelonggaran suku bunga sebesar 25 basis poin, yang akan menurunkan suku bunga antarbank dana Fed dari kisaran 4,25%-4,50% menjadi 4,00%. Suku bunga yang lebih rendah dapat menjadi sinyal bahwa The Fed merasa cukup yakin dengan stabilitas ekonomi AS dan mulai mengurangi ketatnya kebijakan moneter mereka. Pelonggaran suku bunga ini biasanya berdampak positif terhadap aset berisiko, termasuk emas, karena lebih sedikitnya imbal hasil yang ditawarkan oleh obligasi AS dapat membuat emas menjadi pilihan yang lebih menarik. Namun, keputusan untuk menurunkan suku bunga sangat bergantung pada data ekonomi yang ada, terutama data inflasi yang akan dirilis dalam beberapa hari mendatang. Jika inflasi masih menunjukkan tekanan yang signifikan, The Fed mungkin akan menahan atau bahkan menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada harga emas.

Pengaruh Kebijakan The Fed Terhadap Dolar AS dan Emas

Suku bunga yang lebih tinggi cenderung menguatkan dolar AS karena imbal hasil yang lebih tinggi membuat dolar lebih menarik bagi para investor global. Ini dapat menyebabkan penurunan harga emas, yang cenderung bergerak berlawanan arah dengan dolar AS. Sebaliknya, jika The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga atau memberikan sinyal bahwa mereka akan melonggarkan kebijakan moneter, dolar AS mungkin akan melemah, yang dapat memberikan dukungan terhadap harga emas. Namun, penting untuk dicatat bahwa harga emas juga dipengaruhi oleh faktor global lainnya, seperti ketidakpastian geopolitik, permintaan dari negara-negara seperti China dan India, serta kondisi ekonomi global. Oleh karena itu, meskipun kebijakan The Fed memiliki pengaruh yang signifikan, faktor-faktor lain juga turut berperan dalam menentukan arah pergerakan harga emas.

Prospek Emas di Tahun 2025

Menghadapi tahun 2025, prospek harga emas masih dipengaruhi oleh sejumlah faktor utama. Pertama, ketegangan geopolitik dan ketidakpastian global dapat terus mendukung permintaan untuk emas sebagai aset safe haven. Kedua, dinamika kebijakan moneter The Fed dan inflasi AS akan tetap menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga emas. Jika inflasi tetap tinggi dan The Fed mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi, harga emas bisa terus berada di bawah tekanan. Namun, jika inflasi mulai menunjukkan tanda-tanda mereda dan The Fed melonggarkan kebijakan moneternya, harga emas bisa kembali menguat. Oleh karena itu, investor perlu terus memantau data ekonomi yang akan datang, terutama data inflasi dan kebijakan suku bunga The Fed, untuk memahami arah pergerakan harga emas di masa depan.

Kesimpulan

Harga emas turun pada sesi perdagangan Amerika Utara seiring dengan peningkatan permintaan terhadap dolar AS yang dipicu oleh kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS. Meskipun data ketenagakerjaan AS menunjukkan angka yang lebih baik dari ekspektasi, para investor masih menunggu rilis data inflasi AS yang dapat mempengaruhi keputusan kebijakan moneter The Fed. Pelonggaran suku bunga yang diperkirakan akan dilakukan oleh The Fed dapat memberikan dampak positif terhadap harga emas, namun hal ini sangat bergantung pada perkembangan data inflasi dan ekonomi AS ke depan.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Sunday, 12 January 2025

Bestprofit | Dolar AS Menguat Pasca Data Ketenagakerjaan Positif

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Dolar-4.webp

Bestprofit (13/1) – Pada hari Jumat (10/1), Dolar AS mengalami penguatan signifikan setelah laporan data ekonomi yang menunjukkan bahwa ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat, berhasil menciptakan lebih banyak pekerjaan dari yang diharapkan pada bulan Desember. Hal ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) kemungkinan besar akan menghentikan siklus pemotongan suku bunga pada pertemuan kebijakan yang akan dilaksanakan akhir bulan ini. Dolar AS semakin memperpanjang kenaikannya setelah data menunjukkan ekspektasi inflasi konsumen AS untuk tahun-tahun mendatang melonjak pada bulan Januari.

Dampak Data Ekonomi terhadap Dolar AS

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa ekonomi AS berhasil menambah 256.000 pekerjaan pada bulan Desember 2024, jauh lebih tinggi dari perkiraan ekonom yang memprediksi penambahan 160.000 pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap kuat meskipun ada beberapa ketidakpastian ekonomi global. Sementara itu, jumlah pekerjaan pada bulan November direvisi turun menjadi 212.000, namun angka untuk Desember memberikan dorongan positif terhadap ekonomi AS. Tingkat pengangguran juga turun menjadi 4,1%, lebih rendah dari yang diperkirakan yaitu 4,2%. Angka ini mencerminkan ketahanan pasar tenaga kerja meskipun ada tantangan inflasi yang lebih tinggi di beberapa sektor ekonomi. Di sisi lain, pendapatan per jam rata-rata juga meningkat 0,3% pada bulan Desember, setelah kenaikan 0,4% pada bulan November. Hal ini menunjukkan bahwa upah di AS terus mengalami peningkatan, meskipun secara keseluruhan masih dalam rentang yang moderat.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Inflasi Konsumen AS dan Pengaruhnya Terhadap Dolar

Data terbaru yang dirilis juga mengungkapkan peningkatan signifikan dalam ekspektasi inflasi konsumen di AS untuk tahun depan. Survei sentimen konsumen dari Universitas Michigan menunjukkan bahwa ekspektasi inflasi satu tahun melonjak menjadi 3,3% pada bulan Januari, level tertinggi sejak Mei. Ini adalah lonjakan dari 2,8% pada bulan Desember, dan menandakan bahwa pasar memprediksi tekanan inflasi yang lebih besar dalam waktu dekat. Peningkatan ekspektasi inflasi ini mengarah pada kekhawatiran bahwa inflasi bisa tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, mendorong pasar untuk memperkirakan bahwa The Fed akan lebih berhati-hati dalam melanjutkan kebijakan pelonggaran suku bunga. Hal ini pada gilirannya mendukung penguatan Dolar AS, karena investor mulai lebih memperhitungkan bahwa kebijakan moneter yang lebih ketat dari The Fed bisa memperkuat nilai mata uang tersebut.

Pergerakan Dolar Terhadap Yen dan Euro

Setelah rilis data ekonomi yang positif tersebut, Dolar AS naik tajam terhadap Yen Jepang, mencapai level tertinggi sejak Juli. Namun, meskipun sempat mengalami penguatan, pada hari yang sama Dolar sedikit berbalik arah dan mengalami penurunan tipis sebesar 0,1% pada level 157,845 Yen. Terlepas dari penurunan singkat tersebut, Dolar masih menunjukkan tren kenaikan yang solid terhadap Yen dalam beberapa minggu terakhir. Di sisi lain, Euro mengalami penurunan terhadap Dolar AS. Mata uang tunggal zona euro turun ke level terendah sejak November 2022, terakhir tercatat turun 0,5% pada $1,0244. Penurunan ini terjadi untuk minggu kedua berturut-turut, dan sejumlah besar analis valuta asing memperkirakan bahwa Euro kemungkinan besar akan mencapai paritas dengan Dolar pada tahun 2025, menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters.

Prospek Suku Bunga The Fed

Seiring dengan penguatan Dolar AS, pasar mulai memasukkan kemungkinan bahwa The Fed akan menahan kebijakan suku bunga pada pertemuan kebijakan bulan Januari. Berdasarkan estimasi dari LSEG, pasar suku bunga berjangka AS telah sepenuhnya memperhitungkan bahwa The Fed tidak akan melakukan pemotongan suku bunga pada pertemuan mendatang. Pasar juga memperkirakan bahwa hanya akan ada satu kali pemotongan suku bunga pada tahun 2025, dengan langkah pertama kemungkinan besar terjadi pada pertemuan Juni. Kebijakan moneter yang lebih ketat ini diperkirakan akan menjaga nilai Dolar AS tetap kuat, mengingat suku bunga yang lebih tinggi dapat menarik investor asing untuk berinvestasi dalam aset yang denominasi dalam Dolar. Hal ini dapat mendorong lebih banyak permintaan terhadap Dolar, sekaligus memperkuat daya tarik mata uang tersebut di pasar internasional.

Pengaruh pada Pound Sterling dan Yen Jepang

Sementara itu, Pound Sterling Inggris jatuh ke level terlemahnya sejak November 2023 terhadap Dolar AS. Pada perdagangan terakhir, Pound tercatat turun 0,8% pada $1,2208. Penurunan ini mencerminkan sejumlah faktor negatif yang sedang dihadapi oleh ekonomi Inggris, termasuk kekhawatiran tentang keuangan pemerintah Inggris yang semakin memburuk dan aksi jual obligasi pemerintah yang memperburuk sentimen pasar terhadap Sterling. Di Jepang, prospek kenaikan upah yang berkelanjutan dan peningkatan biaya impor akibat pelemahan Yen menjadi perhatian bagi Bank of Japan (BoJ). Beberapa sumber di Jepang menyatakan bahwa tekanan inflasi yang meningkat dapat mempengaruhi kebijakan moneter Bank of Japan, yang berpotensi memperburuk outlook ekonomi dan keuangan negara tersebut. Hal ini menyebabkan Yen tertekan dan Dolar AS terus menguat terhadap mata uang Jepang.

Indeks Dolar AS dan Kinerja Mingguan

Indeks Dolar AS, yang mengukur nilai tukar Dolar terhadap enam mata uang utama, terus melaju ke level tertinggi sejak November 2022. Pada saat yang sama, indeks ini berada di jalur untuk mencatatkan kenaikan mingguan keenam berturut-turut. Ini merupakan rentang kenaikan terpanjang sejak 11 minggu berturut-turut pada tahun 2023. Peningkatan berkelanjutan dalam indeks Dolar AS mencerminkan keyakinan pasar terhadap kekuatan ekonomi AS dan ekspektasi bahwa The Fed akan menjaga kebijakan moneter yang ketat untuk mengatasi inflasi. Mengingat bahwa inflasi di AS tetap menjadi fokus utama dalam kebijakan ekonomi, penguatan Dolar AS diperkirakan akan berlanjut hingga pertemuan kebijakan The Fed berikutnya.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, penguatan Dolar AS pada 10 Januari didorong oleh data ekonomi yang lebih baik dari yang diperkirakan, termasuk angka pekerjaan yang tinggi dan penurunan tingkat pengangguran. Selain itu, lonjakan ekspektasi inflasi konsumen AS memberikan dorongan tambahan terhadap mata uang AS, dengan pasar memperkirakan bahwa The Fed kemungkinan akan menghentikan siklus pemotongan suku bunga. Penguatan Dolar AS terlihat jelas terhadap sejumlah mata uang utama, seperti Yen dan Euro, dengan pasar yang memperhitungkan potensi kebijakan moneter yang lebih ketat di AS. Ke depan, pasar akan terus mengawasi data ekonomi dan pernyataan dari The Fed untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter di AS dan dampaknya terhadap pasar valuta asing global.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Thursday, 9 January 2025

Bestprofit | Emas Menguat Jelang Data NFP

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (10/1) – Harga emas terus menunjukkan tren positif, melonjak untuk hari ketiga berturut-turut pada Kamis (9/1). Kenaikan tipis sebesar 0,35% mencerminkan sentimen pasar yang didorong oleh permintaan safe-haven di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Pada saat penulisan, XAU/USD diperdagangkan pada $2.671, level yang menandakan kepercayaan investor terhadap logam mulia sebagai aset lindung nilai.

Faktor Pendorong Kenaikan Harga Emas

1. Kekhawatiran atas Kebijakan Donald Trump

Salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas adalah laporan dari CNN yang menyebutkan kemungkinan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, akan mengumumkan keadaan darurat ekonomi nasional. Langkah ini dapat memberikan Trump justifikasi hukum untuk mengenakan tarif tambahan pada sekutu dan musuh AS, yang berpotensi meningkatkan ketegangan perdagangan global. Ketidakpastian kebijakan ini membuat para investor lebih memilih emas sebagai aset safe-haven. Dengan meningkatnya risiko ekonomi global, logam mulia sering menjadi pilihan utama untuk melindungi nilai aset dari volatilitas pasar.
Kunjungi juga : bestprofit futures

2. Krisis Anggaran Inggris Raya

Krisis anggaran yang melanda Inggris Raya juga memberikan tekanan tambahan pada pasar keuangan global. Pada hari Kamis, imbal hasil obligasi pemerintah Inggris (UK Gilt) dengan tenor panjang melonjak di atas 5%, level tertinggi sejak 1998. Lonjakan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap stabilitas ekonomi Inggris di tengah tantangan anggaran yang sedang dihadapi. Ketidakpastian di Inggris ini turut mendorong permintaan terhadap emas, mengingat logam mulia tersebut dianggap sebagai aset yang relatif aman di tengah ketidakpastian fiskal dan moneter.

Peran Federal Reserve dalam Dinamika Pasar

1. Sikap Hawkish Federal Reserve

Meskipun pasar keuangan AS tutup pada Hari Berkabung Nasional untuk mantan Presiden Jimmy Carter, pernyataan dari pejabat Federal Reserve tetap menjadi sorotan. Gubernur Michelle Bowman menegaskan pentingnya berhati-hati dalam menyesuaikan suku bunga, menunjukkan bahwa Federal Reserve tetap hawkish. Sikap ini didukung oleh Jeffrey Schmid dari Kansas City Fed, yang menyebutkan bahwa suku bunga saat ini mendekati tingkat netral. Namun, Patrick Harker dari Philadelphia Fed dan Susan Collins dari Boston Fed menawarkan pandangan yang lebih moderat, dengan menyebutkan bahwa pendekatan bertahap terhadap pemotongan suku bunga mungkin lebih bijaksana di tengah ketidakpastian ekonomi.

2. Dampak Kebijakan Fed pada Harga Emas

Federal Reserve memainkan peran penting dalam menentukan arah harga emas. Kenaikan suku bunga cenderung menekan harga emas karena logam mulia tidak memberikan imbal hasil bunga. Namun, ketidakpastian kebijakan moneter sering kali meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe-haven. Dengan pandangan yang beragam di antara pejabat Fed, prospek kebijakan moneter AS tetap menjadi faktor penting yang harus diperhatikan investor.

Fokus Minggu Ini: Data Ekonomi AS

Para pedagang emas dan investor global akan memusatkan perhatian mereka pada rilis data ekonomi penting minggu ini, termasuk laporan Nonfarm Payrolls AS bulan Desember dan Sentimen Konsumen Universitas Michigan (UoM). Data ini akan memberikan gambaran lebih jelas tentang kondisi ekonomi AS, yang pada akhirnya dapat memengaruhi arah kebijakan moneter Federal Reserve.

1. Nonfarm Payrolls AS

Laporan Nonfarm Payrolls, yang mengukur jumlah pekerjaan baru di luar sektor pertanian, merupakan indikator utama kesehatan ekonomi AS. Angka yang lebih tinggi dari perkiraan dapat meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut, yang berpotensi menekan harga emas. Sebaliknya, angka yang lemah dapat memperkuat sentimen safe-haven dan mendorong harga emas lebih tinggi.

2. Sentimen Konsumen Universitas Michigan

Sentimen Konsumen Universitas Michigan memberikan wawasan tentang kepercayaan konsumen terhadap ekonomi AS. Kepercayaan yang tinggi dapat mencerminkan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara penurunan kepercayaan dapat meningkatkan permintaan emas sebagai aset lindung nilai di tengah kekhawatiran ekonomi.

Prospek Harga Emas ke Depan

1. Ketegangan Geopolitik

Selain faktor ekonomi, ketegangan geopolitik juga menjadi pendorong utama harga emas. Kemungkinan tarif tambahan dari AS, krisis anggaran di Inggris, dan ketidakpastian global lainnya akan terus mendukung permintaan safe-haven. Jika ketegangan ini terus meningkat, harga emas diperkirakan akan tetap dalam tren naik.

2. Pergerakan Mata Uang dan Imbal Hasil Obligasi

Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah, seperti yang terlihat di Inggris, dapat memengaruhi permintaan emas. Namun, jika dolar AS melemah karena kebijakan moneter yang lebih dovish, emas dapat mendapatkan dorongan tambahan. Nilai tukar mata uang dan imbal hasil obligasi tetap menjadi faktor penting yang harus diawasi.

3. Sentimen Pasar terhadap Fed

Pandangan pasar terhadap kebijakan Federal Reserve akan memainkan peran kunci dalam menentukan arah harga emas. Jika pasar memperkirakan Federal Reserve akan memperlambat kenaikan suku bunga atau bahkan mempertimbangkan pemotongan, harga emas dapat terus melonjak.

Kesimpulan

Harga emas yang melonjak untuk hari ketiga berturut-turut mencerminkan dinamika kompleks di pasar global. Ketidakpastian kebijakan Donald Trump, krisis anggaran Inggris Raya, dan sikap hawkish Federal Reserve menjadi faktor utama yang memengaruhi permintaan terhadap logam mulia ini. Dengan data ekonomi penting seperti Nonfarm Payrolls AS dan Sentimen Konsumen Universitas Michigan yang akan dirilis minggu ini, prospek harga emas tetap bergantung pada perkembangan lebih lanjut di pasar keuangan global. Sebagai aset safe-haven, emas terus menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan dari volatilitas dan ketidakpastian ekonomi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang sedang berlangsung, harga emas berpotensi melanjutkan tren positifnya dalam waktu dekat.  
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Wednesday, 8 January 2025

Bestprofit | Dolar Menguat Terpacu Lonjakan Imbal Hasil Treasury

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Dolar-5.jpg

Bestprofit (9/1) – Pada hari Rabu, 8 Januari 2025, Dolar Amerika Serikat (AS) menguat secara signifikan, diuntungkan oleh data ekonomi yang positif dari AS dan meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS. Peningkatan ini juga dipicu oleh pesanan industri Jerman yang lebih lemah, yang memberi tekanan pada euro. Menguatnya dolar ini menunjukkan kekuatan ekonomi AS yang terus menunjukkan ketangguhan meski di tengah ketidakpastian global.

Indeks Dolar Menguat 0,3%

Pada pukul 04:35 ET (09:35 GMT), Indeks Dolar (DXY), yang melacak kinerja Dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya, diperdagangkan lebih tinggi 0,3% pada level 108,690. Dolar AS menguat karena sejumlah faktor, salah satunya adalah lonjakan imbal hasil obligasi Treasury AS yang mendekati level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Peningkatan imbal hasil obligasi ini mencerminkan sentimen investor yang lebih optimis terhadap ekonomi AS, yang tercermin dalam data-data ekonomi terbaru. Penguatan dolar ini juga semakin diperburuk oleh sentimen negatif yang datang dari Eropa, terutama setelah pesanan industri Jerman menunjukkan hasil yang lebih lemah dari yang diharapkan. Hal ini memberi tekanan pada euro dan memperbesar jarak penguatan dolar.

Imbal Hasil Obligasi AS Melonjak

Dolar AS terus menguat pada hari Rabu berkat melonjaknya imbal hasil obligasi pemerintah AS. Pada bulan November, data menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam jumlah lowongan pekerjaan di AS. Selain itu, angka pemutusan hubungan kerja (PHK) yang tetap rendah menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja, sementara sektor jasa juga menunjukkan angka yang positif pada bulan Desember. Laporan yang lebih kuat dari perkiraan ini telah mendorong lonjakan imbal hasil Treasury AS, dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun mencapai titik tertinggi dalam delapan bulan terakhir. Imbal hasil 30 tahun juga mendekati level psikologis 5%, yang mengindikasikan ekspektasi pasar terhadap potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve (The Fed). Peningkatan imbal hasil obligasi ini memperlihatkan bahwa para investor melihat ekonomi AS yang masih cukup kuat, meskipun ada kekhawatiran mengenai inflasi yang belum sepenuhnya mereda. Imbal hasil obligasi yang lebih tinggi membuat aset-aset dolar lebih menarik, yang pada gilirannya mendongkrak nilai tukar dolar terhadap mata uang-mata uang utama lainnya.

Data Ekonomi AS yang Menunjukkan Tanda-Tanda Ketahanan

Salah satu data yang paling menarik perhatian pasar adalah laporan mengenai lowongan pekerjaan di AS. Data menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan di AS meningkat secara tak terduga pada bulan November, yang menandakan bahwa perusahaan-perusahaan di AS masih membutuhkan tenaga kerja meskipun ada ketidakpastian ekonomi global. Selain itu, data terkait tingkat pengangguran dan PHK juga mencatatkan angka yang rendah, mengindikasikan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap kokoh. Tidak hanya itu, sektor jasa AS juga menunjukkan kinerja yang baik pada bulan Desember, dengan indeks yang menunjukkan adanya ekspansi di sektor ini. Bahkan, ukuran harga yang dibayarkan untuk input mencapai titik tertinggi dalam dua tahun terakhir. Data ini menunjukkan bahwa inflasi masih menjadi perhatian, meskipun tidak seburuk yang diperkirakan sebelumnya. “Rilis data AS kemarin bersifat hawkish bagi Fed, dan probabilitas tersirat dari penurunan suku bunga pada bulan Maret kini telah turun di bawah 40%,” kata analis di ING, dalam sebuah catatan kepada klien. Hal ini menunjukkan bahwa ekspektasi pasar akan penurunan suku bunga oleh The Fed telah berkurang, mengingat data ekonomi yang lebih kuat dan ketahanan pasar tenaga kerja.

Ketegasan The Fed Terhadap Kebijakan Suku Bunga

Pernyataan di atas mengindikasikan bahwa Bank Sentral AS, The Fed, mungkin akan lebih berhati-hati dalam menurunkan suku bunga di masa mendatang. Meskipun The Fed telah memangkas proyeksi penurunan suku bunga pada pertemuan terakhirnya di bulan Desember, pasar kini memperkirakan bahwa pelonggaran suku bunga yang terjadi sepanjang tahun 2025 mungkin hanya berkisar sekitar 37 basis poin (bps), jauh lebih sedikit daripada yang diperkirakan sebelumnya. “Cetakan yang paling luar biasa adalah subkomponen harga yang dibayarkan ISM, yang melonjak ke level tertinggi sejak Januari 2023. Jika ekonomi yang secara umum tangguh sudah diperhitungkan ketika Fed bertemu pada bulan Desember, kebangkitan kembali kekhawatiran inflasi dapat mendorong penyesuaian yang lebih hawkish dalam pesan kebijakan,” lanjut catatan dari ING. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada tanda-tanda ketangguhan ekonomi, inflasi yang masih mengkhawatirkan bisa mendorong The Fed untuk mempertahankan kebijakan moneter yang lebih ketat dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penguatan dolar ini bisa menjadi indikasi bahwa pasar lebih mengharapkan kebijakan yang lebih hawkish dari The Fed ke depan.

Sentimen Negatif dari Eropa: Pesanan Industri Jerman yang Lemah

Sementara dolar AS menguat, euro mengalami tekanan setelah rilis data pesanan industri Jerman yang lebih lemah dari ekspektasi pasar. Data pesanan industri yang buruk ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur di Jerman, yang merupakan ekonomi terbesar di zona euro, mengalami kesulitan dalam menghadapi tantangan global. Jerman telah lama menjadi mesin pendorong utama ekonomi zona euro, tetapi kondisi ekonomi global yang menantang dan ketegangan geopolitik baru-baru ini membuat sektor industri di negara ini berjuang. Imbal hasil obligasi negara-negara zona euro juga tidak memberikan sentimen positif, yang berkontribusi pada pelemahan euro terhadap dolar. Pelemahan euro ini semakin memperburuk posisi mata uang tunggal Eropa dalam menghadapi kekuatan dolar. Para investor kini semakin berfokus pada kestabilan ekonomi AS dan mengurangi eksposur terhadap mata uang Eropa yang lebih rentan terhadap ketidakpastian global.

Data Ekonomi yang Diperlukan Untuk Menilai Kesehatan Ekonomi AS Lebih Lanjut

Meskipun dolar menguat berkat data yang positif, masih ada banyak data ekonomi yang akan datang untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kesehatan ekonomi AS. Salah satu data yang sangat dinantikan adalah laporan pekerjaan AS yang akan dirilis pada hari Jumat mendatang. Laporan ini akan memberikan indikasi lebih lanjut tentang kondisi pasar tenaga kerja di AS dan potensi dampaknya terhadap kebijakan moneter The Fed. Sebelum laporan pekerjaan tersebut, pasar juga akan mencermati data gaji swasta ADP dan klaim pengangguran mingguan pada hari Rabu untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai tren pasar tenaga kerja.

Kesimpulan

Dolar AS menguat pada hari Rabu, 8 Januari 2025, didorong oleh data ekonomi yang positif dan melonjaknya imbal hasil obligasi pemerintah AS. Data lowongan pekerjaan yang meningkat, sektor jasa yang solid, dan kekhawatiran inflasi yang kembali muncul, menunjukkan bahwa ekonomi AS tetap tangguh. Hal ini mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed, yang pada gilirannya memperkuat posisi dolar di pasar global. Namun, penguatan dolar ini juga terjadi bersamaan dengan tekanan yang dihadapi euro, menyusul data pesanan industri Jerman yang lemah. Para pelaku pasar kini menunggu lebih banyak data ekonomi AS, termasuk laporan pekerjaan, untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter dan keadaan ekonomi global. Sementara itu, dinamika antara dolar dan euro menunjukkan bagaimana faktor-faktor ekonomi global saling berinteraksi untuk membentuk arah pasar mata uang dunia.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Tuesday, 7 January 2025

Bestprofit | Harga Emas Turun di Bawah $2.650 Akibat Dolar Menguat

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (8/1) – Harga emas mencatat pergerakan yang fluktuatif pada hari Selasa, 7 Januari, dengan diperdagangkan di bawah $2.650 per ons setelah sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 1% di awal sesi. Namun, tekanan dari penguatan dolar AS dan meningkatnya imbal hasil Treasury AS membuat harga emas memangkas kenaikan tersebut. Artikel ini akan membahas faktor-faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga emas serta prospek ke depannya.

Penguatan Dolar dan Dampaknya terhadap Harga Emas

Dolar AS yang menguat memberikan tekanan signifikan pada harga emas. Setelah mencapai level terendah dalam satu minggu, dolar kembali bangkit, membuat emas menjadi kurang menarik bagi investor yang menggunakan mata uang lain. Sebagai aset yang dihargai dalam dolar, harga emas cenderung berbanding terbalik dengan pergerakan mata uang ini. Penguatan dolar mempersempit ruang gerak emas, meskipun di sisi lain, suku bunga yang lebih rendah biasanya mendukung harga logam mulia ini. Kondisi ini juga diperburuk oleh data ekonomi AS yang menunjukkan ekonomi yang tangguh. Misalnya, lowongan pekerjaan yang lebih kuat dari perkiraan dan data sektor jasa yang solid menandakan bahwa pasar tenaga kerja dan aktivitas ekonomi AS tetap kuat. Situasi ini membuat Federal Reserve (The Fed) cenderung berhati-hati dalam melakukan pelonggaran kebijakan suku bunga.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Imbal Hasil Treasury yang Meningkat

Selain penguatan dolar, kenaikan imbal hasil Treasury AS juga memberikan tekanan pada emas. Imbal hasil yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang untuk memegang aset tanpa bunga seperti emas, sehingga mengurangi daya tarik logam mulia ini bagi investor. Dalam situasi seperti ini, emas sering kali kehilangan daya tariknya sebagai aset pelindung nilai terhadap inflasi. Peningkatan imbal hasil mencerminkan ekspektasi pasar bahwa The Fed mungkin tidak akan segera memangkas suku bunga secara signifikan. Data lowongan pekerjaan yang lebih kuat dari ekspektasi mendukung pandangan bahwa ekonomi AS tetap tangguh, yang pada gilirannya memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan kebijakan moneter yang ketat lebih lama.

Inflasi dan Kekhawatiran Investor

Kekhawatiran investor terhadap potensi inflasi akibat tarif AS yang diusulkan juga menjadi faktor yang memengaruhi harga emas. Tarif tersebut dapat memicu kenaikan harga barang dan jasa, sehingga membatasi ruang gerak The Fed untuk memangkas suku bunga. Dalam kondisi ini, emas yang biasanya menjadi lindung nilai terhadap inflasi justru menghadapi tekanan karena suku bunga yang tinggi membuatnya kurang menarik dibandingkan instrumen berbunga lainnya. Meskipun emas memiliki reputasi sebagai aset aman di tengah ketidakpastian ekonomi, kenaikan suku bunga dan imbal hasil Treasury sering kali mengurangi daya tarik tersebut. Hal ini menciptakan dilema bagi investor yang mencari perlindungan dari inflasi namun dihadapkan pada biaya peluang yang lebih tinggi.

Peran Bank Sentral dalam Mendukung Harga Emas

Di sisi lain, bank sentral Tiongkok memberikan dukungan pada harga emas dengan meningkatkan cadangan emasnya untuk bulan kedua berturut-turut. Langkah ini mencerminkan strategi diversifikasi aset cadangan asing di tengah ketidakpastian global. Dengan menambah cadangan emas, Tiongkok memberikan sinyal positif bagi pasar logam mulia. Permintaan dari bank sentral sering kali menjadi pendorong utama harga emas, terutama ketika pasar menghadapi volatilitas. Langkah Tiongkok menunjukkan bahwa meskipun ada tekanan dari faktor eksternal seperti dolar dan imbal hasil Treasury, ada dukungan fundamental yang tetap kuat bagi emas di pasar global.

Fokus pada Data Ekonomi dan Kebijakan The Fed

Para pelaku pasar kini mengalihkan perhatian mereka ke data pekerjaan utama AS dan risalah rapat The Fed untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter. Data pekerjaan yang solid dapat memperkuat argumen untuk mempertahankan suku bunga tinggi, sementara data yang lemah dapat memberikan dorongan bagi emas dengan meningkatkan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter. Risalah rapat The Fed juga akan memberikan wawasan tentang pandangan para pembuat kebijakan terhadap inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan prospek suku bunga. Jika The Fed mengisyaratkan pendekatan yang lebih dovish, emas berpotensi mendapatkan dukungan karena ekspektasi suku bunga yang lebih rendah cenderung melemahkan dolar dan meningkatkan daya tarik logam mulia ini.

Prospek Harga Emas ke Depan

Prospek harga emas akan sangat bergantung pada dinamika kebijakan moneter, data ekonomi, dan kondisi pasar global. Berikut beberapa faktor yang dapat memengaruhi harga emas ke depannya:
  1. Kebijakan The Fed: Jika The Fed mempertahankan sikap hawkish, emas kemungkinan akan terus menghadapi tekanan. Namun, jika ada sinyal pelonggaran kebijakan, harga emas dapat pulih.
  2. Data Ekonomi AS: Data yang kuat cenderung mendukung dolar dan imbal hasil Treasury, yang merugikan emas. Sebaliknya, data yang lemah dapat meningkatkan permintaan untuk emas sebagai aset aman.
  3. Permintaan Bank Sentral: Langkah bank sentral, terutama di negara-negara seperti Tiongkok, dapat memberikan dukungan jangka panjang bagi harga emas.
  4. Ketidakpastian Geopolitik: Ketegangan geopolitik atau krisis ekonomi global dapat mendorong permintaan emas sebagai aset lindung nilai.

Kesimpulan

Harga emas saat ini berada dalam tekanan akibat penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil Treasury. Meskipun ada dukungan dari langkah bank sentral Tiongkok, faktor eksternal seperti kebijakan The Fed dan data ekonomi AS tetap menjadi penentu utama arah pergerakan harga emas. Dengan investor yang kini menantikan data pekerjaan dan risalah rapat The Fed, volatilitas harga emas kemungkinan akan tetap tinggi dalam waktu dekat. Namun, sebagai aset yang memiliki reputasi sebagai pelindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian, emas tetap menjadi pilihan menarik bagi banyak investor. Dalam jangka panjang, keseimbangan antara tekanan eksternal dan dukungan fundamental akan menentukan apakah emas dapat kembali menguat atau tetap tertekan.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Monday, 6 January 2025

Bestprofit | Emas Turun, Pasar Tunggu Data Ekonomi AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (7/1) – Pada hari Senin (6 Januari 2025), harga emas mengalami penurunan, didorong oleh kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS. Seiring dengan ini, petunjuk terbaru dari Federal Reserve (The Fed) mengenai penurunan suku bunga yang lebih lambat di tahun 2025 membuat para investor semakin cermat menunggu berbagai data ekonomi yang dijadwalkan akan dirilis minggu ini. Data tersebut diperkirakan dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai arah kebijakan moneter AS dan dampaknya terhadap pasar komoditas, khususnya emas.

Penurunan Harga Emas pada 6 Januari 2025

Harga emas spot turun sebesar 0,2% menjadi $2.634,52 per ons pada pukul 02.27 ET (19.27 GMT). Sementara itu, harga emas berjangka AS juga ditutup lebih rendah, yaitu turun 0,3% menjadi $2.647,40 per ons. Penurunan ini terjadi di tengah kenaikan imbal hasil pada Obligasi Treasury AS, yang kembali menunjukkan tren naik. Kenaikan imbal hasil ini memberikan tekanan pada harga emas, karena emas, yang tidak memberikan imbal hasil, menjadi kurang menarik dibandingkan dengan obligasi yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Nitesh Shah, seorang ahli strategi komoditas dari WisdomTree, menjelaskan bahwa imbal hasil obligasi yang kembali naik telah memberikan tekanan pada harga emas. “Imbal hasil pada obligasi kembali naik, memberikan tekanan pada emas,” ujarnya. Dengan kenaikan imbal hasil pada Obligasi Treasury AS 10 tahun yang mencapai level tertinggi lebih dari delapan bulan, investor lebih memilih instrumen yang menawarkan imbal hasil, meninggalkan emas yang tidak memberikan bunga atau dividen.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Proyeksi Harga Emas di Masa Depan

Meskipun harga emas mengalami penurunan pada awal tahun 2025, Shah memperkirakan bahwa harga emas bisa mencapai $3.050 per ons pada akhir tahun ini. Proyeksi ini didasarkan pada pandangan ekonomi “konsensus”, yang memperkirakan depresiasi dolar dan penurunan imbal hasil obligasi. Selain itu, ketegangan yang meningkat di Timur Tengah dapat memberikan risiko tambahan yang dapat menyebabkan harga emas naik lebih tinggi dari perkiraan. Meskipun demikian, perubahan kondisi geopolitik dan ekonomi global, seperti ketegangan di Timur Tengah, dapat mempengaruhi prospek harga emas.

Dampak Kebijakan The Fed terhadap Harga Emas

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi pergerakan harga emas adalah kebijakan moneter dari Federal Reserve (The Fed). Pada bulan Desember 2024, The Fed mengumumkan proyeksi terbaru yang menyiratkan perubahan arah kebijakan moneter yang lebih hati-hati, khususnya terkait dengan pemotongan suku bunga. Mayoritas pembuat kebijakan The Fed menunjukkan kekhawatiran bahwa inflasi dapat kembali muncul dan lebih sulit dikendalikan. Oleh karena itu, meskipun ada proyeksi pemotongan suku bunga di tahun 2025, The Fed mungkin akan mengurangi laju penurunan suku bunga dan mempertahankan tingkat suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, demi menanggulangi inflasi yang masih tetap di atas target 2%. Keputusan tersebut, jika direalisasikan, dapat berdampak besar pada pasar emas. Suku bunga yang lebih tinggi cenderung mengurangi daya tarik emas, karena investor lebih memilih instrumen yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, seperti obligasi. Oleh karena itu, meskipun suku bunga yang lebih tinggi dapat menekan harga emas dalam jangka pendek, ketidakpastian mengenai inflasi dan ketegangan geopolitik dapat tetap menjadi faktor pendorong harga emas di masa depan.

Pengaruh Kebijakan Donald Trump terhadap Inflasi dan Emas

Kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh Presiden AS terpilih, Donald Trump, juga diperkirakan dapat mempengaruhi harga emas. Trump akan dilantik pada tanggal 20 Januari 2025, dan kebijakan-kebijakan yang akan dia terapkan, seperti tarif dan kebijakan proteksionis, diprediksi akan memicu inflasi lebih lanjut. “Ada spekulasi bahwa Trump akan menarik kembali tarif, dan jika harga komoditas naik, inflasi akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama,” kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures. Jika kebijakan proteksionis Trump memicu lonjakan harga komoditas, inflasi akan tetap tinggi, yang berpotensi mendukung permintaan untuk emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Dalam hal ini, meskipun suku bunga yang lebih tinggi dapat memberikan tekanan pada harga emas, ketegangan inflasi yang berkelanjutan dapat membuat emas tetap menarik sebagai aset yang aman.

Pengaruh Indeks Dolar terhadap Harga Emas

Salah satu faktor yang turut mempengaruhi pergerakan harga emas adalah pergerakan indeks dolar AS (DXY). Pada hari Kamis (2 Januari 2025), indeks dolar AS sempat mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua tahun. Namun, pada hari Senin (6 Januari), indeks dolar AS merosot 1%, memberikan sedikit dukungan pada harga emas. Penurunan indeks dolar AS dapat meningkatkan daya tarik emas, yang biasanya berbanding terbalik dengan pergerakan dolar. Dalam hal ini, meskipun harga emas turun pada 6 Januari, penurunan dolar AS dapat memberikan sedikit harapan bagi para investor emas.

Perhatian Investor pada Laporan Ekonomi AS

Para investor saat ini sangat menantikan serangkaian data ekonomi AS yang akan dirilis dalam beberapa hari mendatang. Data pekerjaan AS, yang dijadwalkan untuk dirilis pada hari Jumat, dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai jalur kebijakan moneter yang akan diambil oleh The Fed. Selain itu, data lowongan pekerjaan yang akan dirilis pada hari Selasa dan angka ketenagakerjaan ADP yang dijadwalkan pada hari Rabu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pandangan investor mengenai prospek ekonomi AS. Risalah dari pertemuan kebijakan terbaru The Fed pada hari Rabu juga akan menjadi sorotan utama, karena ini dapat memberikan wawasan lebih lanjut mengenai rencana The Fed terkait dengan suku bunga dan inflasi.

Pergerakan Harga Logam Mulia Lainnya

Selain emas, beberapa logam mulia lainnya juga mengalami pergerakan harga yang signifikan pada 6 Januari 2025. Harga perak spot naik 1,1% menjadi $29,93 per ons, mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan dengan emas. Sementara itu, harga platinum turun 0,8% menjadi $930,41 per ons, dan harga paladium turun 0,4% menjadi $918,25 per ons. Meskipun harga perak menunjukkan kenaikan, pergerakan harga platinum dan paladium cenderung lebih terkendali.

Kesimpulan

Pada awal tahun 2025, harga emas mengalami penurunan, dipengaruhi oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS dan proyeksi kebijakan moneter yang lebih hati-hati dari The Fed. Namun, faktor-faktor lain seperti inflasi yang tinggi, ketegangan geopolitik, dan kebijakan ekonomi Donald Trump dapat mempengaruhi harga emas ke depan. Investor saat ini menunggu dengan cermat data ekonomi AS yang akan dirilis minggu ini, yang diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai arah kebijakan suku bunga The Fed dan dampaknya terhadap pasar emas.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Sunday, 5 January 2025

Bestprofit | Emas Turun Tertahan Dolar yang Kuat

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (6/1) – Harga emas mengalami penurunan pada hari Jumat setelah mencapai level tertinggi dalam tiga minggu sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh penguatan dolar AS yang mempengaruhi daya tarik emas sebagai aset investasi. Para analis memperkirakan bahwa harga emas bisa terus tertekan di tengah potensi perubahan besar dalam kebijakan ekonomi dan perdagangan yang akan dibawa oleh Presiden terpilih AS, Donald Trump, yang akan dilantik pada 20 Januari mendatang.

Emas Turun Tertekan Penguatan Dolar

Harga emas spot pada hari Jumat turun sebesar 0,3% menjadi $2.649,29 per ons, setelah mencapai titik tertingginya sejak 13 Desember. Harga emas berjangka AS juga turun sebesar 0,2%, mencapai $2.663,70 per ons. Meskipun harga emas mengalami penurunan, harga logam mulia ini tercatat naik sekitar 1,1% sepanjang minggu ini, menunjukkan bahwa permintaan emas masih cukup kuat. Nitesh Shah, seorang ahli strategi komoditas di WisdomTree, menjelaskan bahwa penguatan dolar AS menjadi faktor utama yang menekan harga emas. Menurutnya, kebijakan ekonomi Presiden Trump yang mendukung tarif perdagangan yang lebih tinggi telah menyebabkan penguatan dolar. Hal ini menyebabkan emas menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri, mengurangi permintaan emas di pasar internasional.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Dampak Potensial Tarif Perdagangan Trump terhadap Emas

Pemerintahan baru yang dipimpin oleh Donald Trump diperkirakan akan menerapkan kebijakan proteksionis yang lebih ketat, termasuk tarif perdagangan yang lebih tinggi, yang dapat memicu inflasi. Kebijakan ini diyakini dapat menciptakan ketidakpastian ekonomi global, yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan permintaan logam mulia, termasuk emas. Shah menambahkan bahwa dalam situasi perlambatan perdagangan global, biasanya ada penurunan permintaan logam sebagai hasil dari perlambatan ekonomi. Hal ini terjadi karena permintaan terhadap logam mulia biasanya terkait erat dengan kinerja ekonomi dan daya beli global. Dalam konteks kebijakan proteksionis Trump, pelambatan perdagangan internasional mungkin akan berimbas pada penurunan permintaan logam mulia, termasuk emas. Meskipun demikian, Shah juga mengingatkan bahwa meskipun penguatan dolar dapat membatasi potensi kenaikan harga emas dalam jangka pendek, ada faktor-faktor fundamental yang bisa mendukung harga emas dalam jangka panjang, seperti utang yang terus meningkat di AS dan negara-negara lain serta ketegangan geopolitik yang masih berlangsung.

Potensi Pengaruh Kebijakan Trump terhadap Kebijakan Moneter AS

Pemerintahan Trump juga diprediksi akan memengaruhi kebijakan moneter di Amerika Serikat. Sebagai contoh, tarif yang diusulkan dan kebijakan proteksionis dapat memicu inflasi. Inflasi yang meningkat ini berpotensi membatasi langkah Federal Reserve (Fed) dalam menurunkan suku bunga lebih lanjut, yang biasanya memberikan keuntungan bagi harga emas. Pada tahun 2024, Federal Reserve telah melakukan tiga kali pemotongan suku bunga. Namun, dengan adanya tekanan inflasi yang semakin tinggi, Fed diperkirakan hanya akan memangkas suku bunga dua kali pada tahun 2025. Kenaikan suku bunga yang lebih lambat ini bisa membatasi potensi kenaikan harga emas, karena emas lebih menarik saat suku bunga rendah, karena memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan instrumen investasi lainnya yang lebih bergantung pada suku bunga.

Permintaan Musiman Dukung Harga Emas

Meskipun ada tekanan dari penguatan dolar dan kebijakan proteksionis Trump, harga emas saat ini mendapatkan dukungan dari permintaan musiman. Januari telah terbukti menjadi bulan yang menguntungkan bagi harga emas, dengan harga emas tercatat mengalami kenaikan terbaik selama 20 tahun terakhir pada bulan ini. Analis independen, Ross Norman, menjelaskan bahwa permintaan emas seringkali meningkat pada bulan Januari karena investor dan pengalokasi aset membuka posisi beli baru. Selain itu, penjualan perhiasan yang bagus selama musim perayaan juga turut memberikan dorongan bagi harga emas. Permintaan musiman ini biasanya terjadi seiring dengan tradisi perayaan tahun baru, ketika banyak masyarakat yang membeli perhiasan atau emas batangan sebagai bentuk investasi. Faktor ini, meskipun sementara, memberikan daya tahan bagi harga emas di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Kinerja Logam Mulia Lainnya

Selain emas, logam mulia lainnya seperti perak, platinum, dan paladium juga menunjukkan pergerakan harga yang positif. Harga perak spot naik 0,8% menjadi $29,82 per ons, sementara harga platinum naik 1,4% menjadi $937,65 per ons, dan harga paladium juga naik 1,4% menjadi $924,20 per ons. Meskipun ketiga logam mulia ini tidak menunjukkan pergerakan sebesar emas, namun kenaikan harga mereka menunjukkan adanya permintaan yang stabil di pasar komoditas. Kenaikan harga logam-logam ini dapat dilihat sebagai bagian dari diversifikasi investasi dalam pasar komoditas, di mana investor tidak hanya fokus pada emas, tetapi juga pada perak dan logam mulia lainnya yang seringkali dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi yang serupa dengan emas, seperti kebijakan moneter dan perdagangan global.

Kesimpulan: Prospek Emas ke Depan

Harga emas menghadapi tantangan besar di tengah penguatan dolar yang dipicu oleh kebijakan ekonomi proteksionis yang diusung oleh Presiden Trump. Sementara itu, kebijakan tarif yang lebih tinggi dan inflasi yang meningkat dapat memperlambat pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve, yang pada gilirannya membatasi potensi kenaikan harga emas. Namun, ada faktor-faktor lain yang dapat terus mendukung harga emas dalam jangka panjang, seperti ketegangan geopolitik, utang yang terus meningkat di berbagai negara, dan permintaan musiman yang mendukung harga emas pada awal tahun. Secara keseluruhan, meskipun emas menghadapi tekanan jangka pendek, faktor-faktor fundamental yang mendasari harga emas tetap memberikan prospek positif bagi logam mulia ini. Para investor yang mempertimbangkan untuk berinvestasi dalam emas perlu memperhatikan perkembangan ekonomi global, kebijakan pemerintah, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga emas di masa depan.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Thursday, 2 January 2025

Bestprofit | Emas Melonjak Dekati $2.650, Dampak Trump

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (3/1) – Harga emas (XAU/USD) terus menunjukkan peningkatan signifikan, memperpanjang kenaikan intraday dan mendekati level $2.650 pada sesi pembukaan Amerika Utara pada hari Kamis, 2 Januari. Momen ini terjadi setelah liburan Tahun Baru, ketika pasar kembali beroperasi dan perhatian investor tertuju pada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harga logam mulia tersebut. Penguatan harga emas ini mencerminkan peningkatan daya tariknya sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi dan potensi perubahan kebijakan di Amerika Serikat (AS).

Kenaikan Harga Emas: Faktor Penyebab dan Proyeksi Ke Depan

Emas telah lama dikenal sebagai aset safe haven, yang menjadi pilihan utama investor ketika kondisi ekonomi global tidak pasti. Pada awal tahun 2025 ini, harga emas mengalami penguatan signifikan, dan banyak faktor yang berperan dalam hal ini. Salah satu yang paling penting adalah kebijakan yang diharapkan dari Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, yang dijadwalkan akan dilantik pada 20 Januari mendatang. Investor memproyeksikan kebijakan-kebijakan Trump, seperti penerapan tarif impor yang lebih tinggi dan pemotongan pajak, dapat memengaruhi kondisi ekonomi global dengan cara yang mendukung penguatan harga emas.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Kebijakan Tarif Impor dan Potensi Perang Dagang

Salah satu kebijakan yang diharapkan akan diberlakukan oleh pemerintahan baru Trump adalah tarif impor yang lebih tinggi. Hal ini kemungkinan akan memicu ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan negara-negara mitra dagangnya. Sebagai contoh, jika Trump kembali meningkatkan tarif terhadap barang-barang impor dari China atau Uni Eropa, ini bisa memicu pembalasan dari negara-negara tersebut, yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi perang dagang global. Perang dagang ini cenderung mengurangi kepercayaan investor terhadap pasar saham dan aset berisiko lainnya, sehingga mendorong permintaan untuk emas sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi. Sebagai aset yang tidak terpengaruh langsung oleh perubahan nilai mata uang atau ketegangan politik, emas sering kali dipandang sebagai tempat yang lebih aman bagi investor dalam menghadapi ketidakstabilan. Potensi terjadinya perang dagang global dapat meningkatkan volatilitas pasar finansial, dan dalam kondisi ini, harga emas cenderung naik sebagai respons terhadap meningkatnya ketidakpastian.

Pemotongan Pajak dan Tekanan Inflasi di Amerika Serikat

Selain kebijakan tarif impor, kebijakan ekonomi lain yang kemungkinan akan diterapkan oleh pemerintahan Trump adalah pemotongan pajak yang lebih besar. Meskipun hal ini bisa meningkatkan daya beli masyarakat, namun pemotongan pajak yang besar dapat memicu inflasi di AS. Inflasi yang lebih tinggi dapat merugikan daya beli konsumen, tetapi juga dapat mendorong harga emas naik karena logam mulia ini sering digunakan sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Emas biasanya menjadi pilihan utama investor saat inflasi mulai meningkat. Dalam situasi ini, harga barang dan jasa akan cenderung naik, dan daya beli mata uang yang digunakan untuk membeli barang-barang tersebut dapat menurun. Sebagai hasilnya, banyak investor beralih ke emas, yang dianggap memiliki nilai yang lebih stabil dibandingkan dengan mata uang fiat yang bisa terdepresiasi akibat inflasi.

Emas Sebagai Aset Safe Haven di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global

Ketidakpastian ekonomi yang dihadapi oleh AS dan negara-negara lain saat ini menjadi salah satu faktor utama yang mendorong harga emas naik. Ketidakpastian ini bisa bersumber dari berbagai faktor, seperti kebijakan perdagangan internasional, ketegangan politik, atau kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi. Dalam situasi ketidakpastian seperti ini, banyak investor cenderung memilih emas sebagai aset safe haven untuk melindungi nilai portofolio mereka. Emas memiliki reputasi sebagai tempat perlindungan yang lebih stabil ketika pasar keuangan mengalami guncangan atau saat terdapat ketidakpastian yang lebih besar. Meskipun harga emas cenderung berfluktuasi dalam jangka pendek, tren jangka panjangnya menunjukkan bahwa emas sering kali menguat selama periode ketegangan ekonomi. Ini menjadikannya pilihan yang menarik untuk diversifikasi aset dan lindung nilai terhadap risiko-risiko ekonomi yang tidak pasti.

Imbal Hasil Treasury AS 10 Tahun dan Dampaknya terhadap Harga Emas

Selain kebijakan fiskal, pergerakan imbal hasil obligasi AS, khususnya Treasury AS 10 tahun, juga memainkan peran penting dalam menentukan daya tarik emas. Pada awal tahun 2025, imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun turun mendekati 4,54%, yang menunjukkan bahwa ada pelambatan dalam kenaikan imbal hasil. Turunnya imbal hasil ini menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi emas, karena emas tidak memberikan imbal hasil atau bunga. Secara umum, ketika imbal hasil obligasi dan instrumen keuangan lainnya turun, biaya peluang untuk memegang aset yang tidak menghasilkan bunga, seperti emas, menjadi lebih rendah. Dalam hal ini, investor lebih cenderung beralih ke emas sebagai alternatif investasi, karena emas menawarkan perlindungan terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi tanpa bergantung pada tingkat suku bunga. Oleh karena itu, penurunan imbal hasil Treasury AS dapat menjadi faktor pendukung yang signifikan bagi kenaikan harga emas.

Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Harga Emas

Selain kebijakan politik dan kondisi pasar obligasi, ada sejumlah faktor lain yang dapat mempengaruhi harga emas. Misalnya, fluktuasi harga energi, seperti minyak, dapat berperan penting dalam mempengaruhi biaya produksi dan inflasi, yang pada gilirannya dapat berdampak pada daya tarik emas. Selain itu, perubahan dalam permintaan dari negara-negara besar pengimpor emas, seperti China dan India, juga dapat mempengaruhi pergerakan harga emas global. Selain itu, kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia, seperti Federal Reserve di AS, juga dapat memainkan peran penting dalam harga emas. Jika Federal Reserve mengubah kebijakan suku bunga atau melakukan pelonggaran kuantitatif, ini dapat memengaruhi nilai dolar AS dan, pada gilirannya, harga emas. Emas dan dolar AS biasanya memiliki hubungan terbalik, di mana ketika dolar AS melemah, harga emas cenderung naik.

Kesimpulan: Prospek Emas di 2025

Harga emas (XAU/USD) menunjukkan potensi untuk terus menguat di awal tahun 2025, didorong oleh kebijakan fiskal yang diharapkan dari pemerintahan Trump, ketidakpastian ekonomi global, serta faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi pasar keuangan. Dengan tarif impor yang lebih tinggi, pemotongan pajak yang dapat memicu inflasi, dan imbal hasil obligasi AS yang lebih rendah, harga emas memiliki peluang untuk terus naik sebagai aset safe haven. Namun, meskipun prospeknya positif, pergerakan harga emas tetap bergantung pada berbagai faktor ekonomi, politik, dan pasar. Oleh karena itu, investor perlu tetap waspada terhadap perkembangan global yang dapat memengaruhi harga logam mulia ini.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Wednesday, 1 January 2025

Bestprofit | Emas Siap Catatkan Tahun Terbaik Sejak 2010

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (2/1) – Emas, sebagai logam mulia yang sering dipandang sebagai pelindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, menunjukkan performa yang luar biasa pada tahun 2024. Harga emas pada hari Selasa mengalami kenaikan signifikan dan diperkirakan akan mengakhiri tahun ini dengan pencapaian yang memecahkan rekor. Banyak faktor yang mempengaruhi lonjakan harga emas, mulai dari pembelian yang kuat oleh bank sentral, ketidakpastian geopolitik yang meningkat, hingga pelonggaran kebijakan moneter global. Emas diperkirakan akan terus menjadi pilihan utama bagi investor pada tahun 2025, meskipun ada tantangan dari penguatan dolar AS dan kebijakan Federal Reserve yang lebih lambat.

Kenaikan Harga Emas yang Mencapai Rekor

Pada hari Selasa, harga emas spot tercatat naik 0,4% menjadi $2.615,00 per ons, sementara harga emas berjangka AS juga naik 0,4% menjadi $2.627,30. Lonjakan ini membawa harga emas mendekati rekor tertinggi yang pernah tercatat sebelumnya pada 31 Oktober 2024, yakni $2.790,15 per ons. Secara keseluruhan, harga emas telah meningkat lebih dari 26% pada tahun 2024, menjadi lonjakan tahunan terbesar sejak 2010.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Penyebab Lonjakan Harga Emas

Beberapa faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas pada tahun ini antara lain:
  1. Permintaan dari Bank Sentral Bank sentral di seluruh dunia, termasuk yang ada di negara-negara berkembang, telah meningkatkan cadangan emas mereka secara signifikan. Pembelian emas oleh bank sentral ini memberikan dorongan besar bagi harga emas. Emas sering dianggap sebagai instrumen yang lebih aman dibandingkan dengan mata uang yang rentan terhadap inflasi atau ketidakpastian ekonomi.
  2. Ketidakpastian Geopolitik Ketegangan geopolitik yang meningkat, seperti konflik di Timur Tengah, ketegangan antara negara-negara besar, dan ketidakstabilan politik di berbagai belahan dunia, telah mendorong banyak investor untuk mencari aset yang lebih aman. Emas, yang sudah lama dianggap sebagai tempat berlindung yang aman, menjadi pilihan utama.
  3. Pelonggaran Kebijakan Moneter Global Bank-bank sentral besar, termasuk Federal Reserve Amerika Serikat, telah menurunkan suku bunga mereka untuk merangsang perekonomian pasca-pandemi. Pelonggaran kebijakan moneter ini menyebabkan imbal hasil obligasi lebih rendah, yang membuat emas yang tidak menghasilkan bunga menjadi lebih menarik.
  4. Kenaikan Arus Masuk ke ETF Emas Exchange-Traded Funds (ETF) yang berfokus pada emas juga mengalami peningkatan arus masuk. Ini menunjukkan minat yang lebih besar dari investor ritel dan institusional terhadap emas sebagai bentuk investasi yang lebih aman dan stabil.

Pandangan Ekonomis dari Analis dan Bank Sentral

Aneeka Gupta, Direktur Penelitian Ekonomi Makro di WisdomTree, mengatakan bahwa faktor-faktor tersebut adalah pendorong utama kenaikan harga emas. Ia juga menambahkan bahwa meskipun ada beberapa potensi hambatan dari penguatan dolar AS dan kebijakan Federal Reserve yang lebih moderat pada tahun 2025, harga emas kemungkinan akan tetap didukung oleh faktor-faktor yang telah disebutkan. Dalam sebuah analisis lebih lanjut, Daan Struyven, seorang ahli strategi komoditas di Goldman Sachs, mengungkapkan bahwa emas berpotensi mencapai $3.000 per ons. Peningkatan permintaan dari bank sentral dan potensi pemotongan suku bunga lebih lanjut oleh Fed akan mendukung harga emas dalam jangka panjang.

Dampak Pemilu dan Kebijakan Ekonomi AS

Pemerintahan baru yang dipimpin oleh Donald Trump pada tahun 2025 berpotensi membawa dampak signifikan terhadap ekonomi global. Kebijakan ekonomi yang mungkin termasuk tarif perdagangan, deregulasi, dan perubahan dalam sistem perpajakan dapat mempengaruhi sentimen pasar dan memperkuat daya tarik emas. “Jika ketegangan geopolitik terus meningkat dan kebijakan ekonomi menjadi lebih tidak menentu, investor dapat semakin cenderung mengalihkan dana mereka ke emas sebagai tempat berlindung yang aman,” kata Han Tan, Kepala Analis Pasar di Exinity Group.

Emas Sebagai Lindung Nilai Terhadap Risiko Geopolitik dan Ekonomi

Emas sering dianggap sebagai aset yang dapat melindungi nilai investasi dalam situasi ketidakpastian, baik itu ketegangan geopolitik maupun krisis ekonomi. Harga emas cenderung meningkat ketika suku bunga rendah atau ketika inflasi menjadi ancaman. Oleh karena itu, dengan kebijakan suku bunga yang lebih rendah oleh bank sentral, emas menjadi pilihan menarik bagi banyak investor. Sejak lama, emas telah dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan devaluasi mata uang. Selama masa-masa ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, investor lebih cenderung mengalihkan portofolio mereka ke emas. Hal ini membantu memperkuat permintaan terhadap logam mulia tersebut.

Prospek Emas di Tahun 2025

Dengan kondisi yang ada, emas kemungkinan akan terus menarik perhatian investor pada tahun 2025. Permintaan bank sentral diperkirakan akan tetap tinggi, dan harga emas bisa terus mengalami kenaikan, meskipun ada beberapa potensi hambatan dari kebijakan moneter yang lebih ketat dan penguatan dolar AS. Dari perspektif pasar, meskipun pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral dapat lebih lambat pada tahun 2025, ketegangan geopolitik yang berlanjut dan keputusan kebijakan ekonomi dari pemerintahan baru AS dapat memberikan dorongan positif bagi harga emas.

Kinerja Logam Mulia Lainnya

Selain emas, beberapa logam mulia lainnya juga menunjukkan performa yang bervariasi. Perak, misalnya, stabil di $28,96 per ons dan menuju tahun terbaiknya sejak 2020, setelah naik hampir 22% pada tahun ini. Namun, platinum dan paladium mengalami penurunan. Platinum mengalami penurunan lebih dari 7%, sementara paladium turun lebih dari 17% pada tahun 2024. Perak, meskipun lebih volatil dibandingkan emas, juga telah menjadi pilihan banyak investor yang mencari alternatif investasi dalam logam mulia. Namun, kinerja perak jauh lebih baik daripada platinum dan paladium yang mengalami kerugian yang lebih besar.

Kesimpulan: Emas di Tahun 2024 dan Prospeknya di Masa Depan

Tahun 2024 telah menjadi tahun yang luar biasa bagi harga emas, dengan lonjakan yang dipicu oleh permintaan bank sentral, ketidakpastian geopolitik, dan kebijakan moneter yang longgar. Dengan prospek yang masih positif untuk emas pada tahun 2025, banyak analis dan investor percaya bahwa logam mulia ini akan terus memainkan peran penting dalam portofolio investasi. Ketegangan geopolitik yang meningkat, kebijakan ekonomi global yang lebih tidak pasti, dan kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve menjadi faktor-faktor yang akan terus mendukung harga emas di tahun-tahun mendatang. Emas tetap menjadi pilihan utama bagi mereka yang mencari perlindungan terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Dengan potensi kenaikan lebih lanjut dan prediksi harga yang optimis, emas diperkirakan akan terus bersinar di pasar global dalam waktu dekat.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!