Monday, 10 February 2025

Bestprofit | Emas Tembus $2.900 Akibat Ancaman Tarif

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (11/2) – Ancaman Presiden Trump untuk mengenakan tarif baru atau meningkatkan tarif terhadap mitra dagang utama AS mempengaruhi banyak pasar internasional. Salah satu dampak paling mencolok adalah lonjakan harga emas berjangka yang menembus level $2.900 per troy ons, sebuah rekor baru. Ketidakpastian yang dihadirkan oleh ancaman ini menyebabkan para pedagang beralih ke emas berjangka sebagai aset yang lebih aman. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang dampak dari kebijakan tarif Trump, pengaruhnya terhadap pasar emas, dan bagaimana hal ini mempengaruhi perekonomian global.

Ancaman Tarif Trump dan Dampaknya terhadap Pasar Global

Presiden Donald Trump terkenal dengan kebijakan perdagangan yang agresif dan sering kali mengancam akan menaikkan tarif pada barang-barang impor dari negara-negara mitra dagang utama. Salah satu ancaman terbaru adalah tarif 25% yang akan diterapkan pada baja dan aluminium yang dikirim ke Amerika Serikat. Kebijakan ini kemungkinan akan berdampak besar pada negara-negara seperti Kanada dan Meksiko, yang merupakan pengirim utama baja dan aluminium ke AS.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kanada, misalnya, menjual sekitar 60% aluminium yang diekspor ke AS. Hal ini membuat Kanada sangat rentan terhadap kebijakan tarif ini. Meksiko juga memiliki ketergantungan tinggi terhadap pasar AS, dan ancaman tarif dapat mengganggu hubungan dagang yang telah berlangsung lama antara negara-negara ini.

Namun, meskipun Trump mengancam akan mengenakan tarif, ada ketidakpastian tentang apakah kebijakan tersebut akan benar-benar diterapkan atau apakah akan ada pengecualian. Beberapa analis berpendapat bahwa langkah-langkah negosiasi atau pengecualian dapat terjadi, yang akan mengurangi dampak dari kebijakan tarif tersebut.

Lonjakan Harga Emas Berjangka: Reaksi Pasar terhadap Ketidakpastian

Di tengah ancaman tarif Trump, pasar emas berjangka menunjukkan reaksi yang signifikan. Harga kontrak bulan depan untuk emas berjangka ditutup naik 1,6%, mencapai $2.914,30 per troy ons. Ini merupakan rekor baru untuk harga emas bulan depan, melampaui batas $2.900 untuk pertama kalinya dalam sejarah. Lonjakan ini mencerminkan meningkatnya permintaan untuk emas sebagai aset yang lebih aman di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global.

Ketika ketegangan perdagangan meningkat dan ancaman tarif muncul, investor cenderung beralih ke emas sebagai “safe haven” atau tempat berlindung. Emas dianggap sebagai aset yang relatif stabil selama masa ketidakpastian ekonomi atau geopolitik. Lonjakan harga emas ini menunjukkan bahwa para pedagang dan investor sedang mencari perlindungan dari potensi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif Trump.

Mengapa Emas Menjadi Aset yang Menarik di Tengah Ketidakpastian?

Emas telah lama dipandang sebagai aset yang aman selama masa-masa ketidakpastian. Selama krisis ekonomi atau ketegangan geopolitik, harga emas sering kali mengalami lonjakan karena investor mencari instrumen yang lebih stabil dibandingkan dengan saham atau mata uang. Salah satu alasan utama mengapa emas dianggap sebagai aset yang aman adalah karena ia tidak bergantung pada kebijakan moneter atau fiskal dari negara manapun.

Ketika ada ketidakpastian mengenai kebijakan tarif atau perang dagang, nilai mata uang dan saham dapat menjadi sangat volatile, yang membuat investor merasa lebih nyaman untuk beralih ke emas. Emas juga tidak terpengaruh langsung oleh inflasi, yang membuatnya semakin menarik ketika ada ketakutan akan devaluasi mata uang atau kenaikan harga barang.

Lonjakan harga emas berjangka dalam beberapa minggu terakhir adalah contoh bagaimana ketidakpastian perdagangan dapat mempengaruhi pasar emas. Meskipun kebijakan tarif Trump masih berada dalam tahap ancaman, pasar sudah mulai merespons dengan berinvestasi lebih banyak pada emas.

Dampak Tarif terhadap Ekonomi Global: Kanada dan Meksiko Terpengaruh

Salah satu negara yang paling terpengaruh oleh ancaman tarif adalah Kanada, yang merupakan salah satu pemasok utama aluminium ke Amerika Serikat. Kanada mengirimkan sekitar 60% dari total ekspor aluminiumnya ke AS, menjadikannya sangat rentan terhadap kebijakan tarif ini. Meksiko, yang juga bergantung pada perdagangan dengan AS, menghadapi risiko serupa.

Tarif baru yang diberlakukan pada baja dan aluminium dapat memperlambat perdagangan antara negara-negara ini dan AS. Dampak dari kebijakan ini tidak hanya akan mempengaruhi sektor industri, tetapi juga dapat memicu ketegangan diplomatik yang lebih luas antara AS dan mitra dagangnya.

Namun, meskipun ada ketidakpastian besar terkait penerapan tarif, pasar tampaknya belum sepenuhnya yakin bahwa kebijakan ini akan berlangsung lama. Capital Economics, sebuah firma riset, mencatat bahwa meskipun kebijakan tarif ini mengkhawatirkan, ada kemungkinan bahwa pengecualian atau solusi kompromi dapat dicapai melalui negosiasi. Hal ini memberikan sedikit ketenangan bagi pasar yang khawatir akan dampak jangka panjang dari kebijakan Trump.

SPDR Gold dan Kenaikan Harga Emas

SPDR Gold Trust, yang merupakan salah satu dana yang melacak harga emas, juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 1,6%. Ini menunjukkan bahwa investor tidak hanya beralih ke emas fisik, tetapi juga ke produk investasi yang berkaitan dengan emas. SPDR Gold, yang berinvestasi dalam emas fisik, mencerminkan permintaan yang kuat untuk emas sebagai aset safe haven.

Sebagai salah satu cara termudah bagi investor untuk mengakses pasar emas, SPDR Gold menawarkan peluang bagi mereka yang ingin menghindari volatilitas pasar saham atau ketidakpastian ekonomi global. Lonjakan harga emas ini mendorong banyak investor untuk mencari produk investasi yang berbasis pada emas, meningkatkan permintaan lebih lanjut.

Proyeksi Ke Depan: Dampak Jangka Panjang dari Kebijakan Tarif

Ke depan, dampak kebijakan tarif terhadap pasar global akan bergantung pada banyak faktor. Meskipun harga emas berjangka telah naik tajam, ketidakpastian yang terkait dengan kebijakan perdagangan Trump masih jauh dari selesai. Para pelaku pasar akan terus memantau apakah tarif benar-benar akan diterapkan atau jika negosiasi dapat menghasilkan pengecualian atau perubahan kebijakan.

Bagi investor, pergeseran ke emas berjangka dan produk terkait emas mungkin akan berlanjut selama ketidakpastian ini. Namun, jika kebijakan tarif Trump berhasil dinegosiasikan atau diubah, harga emas bisa mengalami koreksi, meskipun ketegangan perdagangan global tetap ada.

Kesimpulan

Ancaman tarif Presiden Trump terhadap mitra dagang utama AS telah menciptakan gelombang ketidakpastian di pasar global, yang berdampak langsung pada harga emas. Lonjakan harga emas berjangka mencapai rekor baru, dengan investor beralih ke emas sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik. Meskipun kebijakan tarif Trump mungkin tidak diterapkan sepenuhnya, ketegangan perdagangan ini menunjukkan betapa pentingnya emas dalam strategi investasi di masa ketidakpastian.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Sunday, 9 February 2025

Bestprofit | Emas Naik di Tengah Perang Dagang dan NFP

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-2.jpg

Bestprofit (10/2) – Emas telah menunjukkan tren penguatan yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir, terpicu oleh sejumlah faktor penting yang berpengaruh pada pasar global. Kenaikan harga emas ini tidak hanya dipengaruhi oleh pergerakan pasar tenaga kerja AS, tetapi juga oleh ketegangan geopolitik yang semakin meningkat, terutama terkait dengan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Pada artikel ini, kita akan membahas berbagai faktor yang memengaruhi harga emas, dari ancaman tarif yang diajukan oleh Presiden AS Donald Trump hingga keputusan Bank Rakyat Tiongkok dan sikap hati-hati dari pejabat Federal Reserve.

1. Ancaman Tarif Presiden Trump dan Dampaknya pada Harga Emas

Salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga emas adalah ancaman tarif timbal balik yang diajukan oleh Presiden AS, Donald Trump. Rencana untuk mengumumkan tarif baru terhadap sejumlah negara, terutama Tiongkok, telah memicu ketidakpastian yang cukup besar di pasar global. Dalam menghadapi ketegangan ini, para investor mulai melirik emas sebagai instrumen investasi yang aman (safe-haven). Ketika ketegangan perdagangan meningkat, banyak pedagang dan investor beralih ke emas sebagai pelindung nilai terhadap risiko inflasi dan ketidakpastian ekonomi.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Dalam konteks ini, harga emas mencatatkan lonjakan pada hari Jumat, dengan XAU/USD diperdagangkan pada harga $2.862, naik 0,24%. Kenaikan ini sejalan dengan pernyataan Trump yang mengindikasikan akan adanya langkah-langkah proteksionisme lebih lanjut yang dapat memperburuk ketegangan perdagangan global. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan tersebut mengarahkan banyak investor untuk mencari perlindungan dalam bentuk emas, yang telah lama dianggap sebagai tempat berlindung yang aman di tengah gejolak pasar.

2. Data Ketenagakerjaan AS yang Mencatatkan Hasil Beragam

Selain faktor eksternal terkait dengan ketegangan perdagangan, laporan ketenagakerjaan AS juga turut memengaruhi pergerakan harga emas. Data Nonfarm Payrolls (NFP) AS untuk bulan Januari menunjukkan bahwa jumlah penggajian tidak memenuhi ekspektasi pasar. Angka penggajian hanya mencapai 143 ribu, jauh di bawah perkiraan 170 ribu. Angka ini juga lebih rendah dibandingkan dengan bulan Desember yang tercatat mencapai 256 ribu. Namun, meskipun data NFP mengecewakan, terdapat aspek positif yang dapat dilihat dalam laporan tersebut. Salah satunya adalah penurunan tingkat pengangguran yang mencapai 4%, lebih baik dari estimasi yang sebesar 4,1%. Penurunan tingkat pengangguran ini menunjukkan bahwa meskipun pertumbuhan penggajian lebih lambat, pasar tenaga kerja AS tetap menunjukkan ketahanan yang kuat. Fakta bahwa pasar tenaga kerja AS tetap stabil meskipun ada penurunan penggajian dapat memberi petunjuk bahwa Federal Reserve mungkin akan mempertahankan kebijakan moneter yang lebih ketat untuk mengendalikan inflasi. Hal ini memberikan alasan bagi investor untuk tetap waspada terhadap pergerakan harga emas, yang berpotensi dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga yang lebih tinggi.

3. Pembelian Emas oleh Bank Rakyat Tiongkok (PBoC)

Selain faktor yang datang dari Amerika Serikat, perkembangan di Tiongkok juga memengaruhi dinamika pasar emas. Baru-baru ini, Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) melanjutkan kebijakannya untuk menambah cadangan emas. Pada Januari 2025, cadangan emas PBoC meningkat dari 73,29 juta ons menjadi 73,65 juta ons. Langkah ini menunjukkan bahwa Tiongkok semakin berfokus pada diversifikasi cadangan devisanya dengan menambah kepemilikan emas. Langkah tersebut memberikan sinyal bahwa Tiongkok menganggap emas sebagai instrumen yang penting dalam menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan negara. Pembelian emas oleh bank sentral besar ini dapat memberikan dukungan tambahan bagi harga emas global, karena meningkatkan permintaan untuk logam mulia tersebut. Keputusan PBoC ini juga semakin memperkuat pandangan bahwa emas akan terus menjadi salah satu tempat berlindung yang aman di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global.

4. Reaksi Pejabat Federal Reserve dan Prospek Suku Bunga

Perkembangan terkait dengan kebijakan moneter AS juga memainkan peran penting dalam pergerakan harga emas. Setelah rilis data ketenagakerjaan AS, beberapa pejabat Federal Reserve memberikan komentar yang menunjukkan kecenderungan hati-hati terhadap kebijakan suku bunga. Presiden Fed Minneapolis, Neel Kashkari, mengindikasikan bahwa suku bunga kebijakan mungkin perlu dipertahankan “sedikit lebih rendah” mengingat situasi ekonomi saat ini. Di sisi lain, Presiden Fed Chicago, Austan Goolsbee, menyebutkan bahwa meskipun data NFP solid, suku bunga mungkin akan turun, tetapi kecepatannya akan lebih lambat karena adanya lebih banyak ketidakpastian di pasar. Sementara itu, Gubernur Fed, Adriana Kugler, menyatakan bahwa tingkat inflasi telah bergerak menyamping dan bahwa “masuk akal untuk mempertahankan suku bunga kebijakan di tempatnya.” Pernyataan-pernyataan dari pejabat Fed ini mengisyaratkan bahwa bank sentral AS akan terus mengevaluasi kondisi ekonomi sebelum mengambil keputusan untuk mengubah kebijakan suku bunga lebih lanjut. Reaksi pasar terhadap pernyataan tersebut mungkin akan membatasi ruang gerak harga emas, terutama jika imbal hasil obligasi AS terus naik.

5. Dampak Indeks Dolar AS dan Imbal Hasil Obligasi

Sementara harga emas dipengaruhi oleh faktor-faktor global dan kebijakan dalam negeri, perkembangan lainnya, seperti pergerakan Indeks Dolar AS (DXY) dan imbal hasil obligasi AS, juga memiliki dampak yang signifikan terhadap harga logam mulia ini. Pada pekan ini, DXY mengalami kenaikan tipis sebesar 0,32% dan berada pada level 108,04 setelah sebelumnya mencapai titik terendah harian di 107,51. Kenaikan Dolar AS ini dapat menekan harga emas, karena terdapat hubungan negatif antara harga emas dan nilai tukar dolar. Imbal hasil obligasi AS 10 tahun juga mengalami kenaikan, bertambah lima basis poin menjadi 4,487%. Imbal hasil riil AS, yang berkorelasi terbalik dengan harga emas, naik tiga basis poin menjadi 2,062%, memberikan hambatan bagi penguatan harga emas. Ketika imbal hasil obligasi AS naik, emas seringkali tertekan karena daya tarik investasi obligasi yang lebih tinggi.

6. Prospek Pelonggaran Kebijakan oleh Federal Reserve

Terlepas dari data ketenagakerjaan yang lebih lemah, pasar uang memperkirakan bahwa Federal Reserve mungkin akan melakukan pelonggaran kebijakan pada tahun 2025. Kontrak berjangka suku bunga dana federal memperkirakan pelonggaran sebesar 39 basis poin. Jika hal ini terjadi, emas berpotensi mendapat dukungan lebih lanjut, karena suku bunga yang lebih rendah cenderung membuat emas lebih menarik sebagai alternatif investasi. Namun, kecepatan pelonggaran kebijakan Fed masih menjadi tanda tanya. Pasar menunggu lebih banyak sinyal dari pejabat Fed terkait arah kebijakan moneter mereka ke depannya. Dalam waktu yang lebih dekat, ketegangan perdagangan dan perkembangan ekonomi global akan terus menjadi faktor penting yang menentukan pergerakan harga emas.

7. Kesimpulan

Harga emas saat ini didorong oleh sejumlah faktor yang saling berinteraksi, mulai dari ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok, data ketenagakerjaan AS yang beragam, hingga keputusan Bank Rakyat Tiongkok dan sikap hati-hati dari pejabat Federal Reserve. Ketidakpastian ekonomi dan politik global memberikan daya tarik tambahan bagi emas sebagai tempat berlindung yang aman. Ke depannya, pergerakan harga emas kemungkinan akan dipengaruhi oleh perkembangan lebih lanjut dalam perang dagang, kebijakan moneter AS, dan pembelian emas oleh bank sentral besar. Meskipun ada beberapa hambatan dari kenaikan imbal hasil obligasi dan nilai dolar yang lebih kuat, proyeksi pelonggaran kebijakan oleh Federal Reserve dapat memberikan dukungan tambahan bagi harga emas. Dengan demikian, emas tetap menjadi komoditas yang menarik bagi investor yang mencari perlindungan dari ketidakpastian ekonomi global, dan prospek jangka pendeknya tetap positif meskipun terdapat beberapa tantangan di pasar.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Thursday, 6 February 2025

Bestprofit | Dolar AS Menguat Menjelang Laporan NFP

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Dolar-2.jpg

Bestprofit (7/2) – Indeks Dolar AS (DXY) menunjukkan pergerakan yang relatif stabil di bawah level 108,00 pada hari Kamis, meskipun terdapat data ekonomi yang beragam dari Amerika Serikat yang mengindikasikan ketidakpastian terkait dengan arah kebijakan moneter ke depan. Investor terus memperhatikan indikator-indikator ekonomi, dengan perhatian utama tertuju pada laporan ketenagakerjaan yang akan dirilis pada hari Jumat. Laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi pasar tenaga kerja AS yang dapat memengaruhi keputusan Federal Reserve dalam menentukan arah kebijakan moneter mereka.

Data ADP Menunjukkan Kekuatan Ekonomi yang Lebih Kuat dari Perkiraan

Salah satu indikator utama yang mendorong pergerakan pasar dalam beberapa hari terakhir adalah laporan dari ADP yang mengungkapkan bahwa sektor swasta AS mengalami peningkatan pekerjaan yang lebih kuat dari yang diperkirakan. ADP melaporkan penambahan 183.000 pekerjaan pada bulan Januari, jauh melebihi konsensus yang diperkirakan hanya 150.000. Angka ini menunjukkan bahwa meskipun ada kekhawatiran tentang potensi pelambatan ekonomi, pasar tenaga kerja sektor swasta masih menunjukkan ketahanan yang signifikan.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Laporan ADP ini memunculkan harapan bahwa ekonomi AS tetap mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan, meskipun adanya ketidakpastian global dan potensi resesi yang terus membayangi. Peningkatan pekerjaan sektor swasta ini memberi sinyal bahwa perusahaan-perusahaan mungkin masih cukup optimis terhadap proyeksi ekonomi mereka meskipun ada sejumlah tantangan di luar negeri dan dalam negeri. Namun, meskipun data ADP mencatatkan angka positif, investor tetap berhati-hati. Mereka menyadari bahwa data tersebut hanya mencakup sektor swasta dan tidak menggambarkan secara keseluruhan pasar tenaga kerja AS. Oleh karena itu, banyak yang berpendapat bahwa laporan Nonfarm Payrolls (NFP) yang akan dirilis pada hari Jumat akan lebih memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kesehatan ekonomi AS.

Klaim Pengangguran Awal Mengindikasikan Potensi Pelemahan

Sementara data ADP memberikan gambaran positif tentang sektor swasta, angka klaim pengangguran awal yang dirilis pada hari Kamis menunjukkan potensi pelemahan di pasar tenaga kerja. Klaim pengangguran awal untuk pekan yang berakhir 3 Februari tercatat sebanyak 219.000, lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang memprediksi 213.000. Angka ini juga menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan angka klaim pengangguran yang tercatat pada minggu sebelumnya, yang sebesar 208.000. Peningkatan klaim pengangguran ini menjadi perhatian bagi para investor, karena dapat mengindikasikan adanya pelambatan dalam perekrutan tenaga kerja. Hal ini mungkin juga menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan mulai lebih berhati-hati dalam hal pengeluaran dan perekrutan, yang bisa jadi terkait dengan ketidakpastian ekonomi atau peningkatan biaya operasional. Lebih lanjut, klaim pengangguran berkelanjutan—yaitu jumlah individu yang terus menerima tunjangan pengangguran—juga mengalami kenaikan, mencapai 1,886 juta, yang sedikit lebih tinggi dari perkiraan 1,87 juta. Meskipun angka ini masih dalam level yang relatif rendah, kenaikan ini tetap menjadi tanda peringatan bagi pasar tenaga kerja.

Fokus Beralih ke Laporan Nonfarm Payrolls

Data ketenagakerjaan yang dirilis oleh ADP dan klaim pengangguran menunjukkan gambaran yang saling bertentangan mengenai pasar tenaga kerja AS. Oleh karena itu, semua mata kini tertuju pada laporan Nonfarm Payrolls (NFP) yang akan dirilis pada hari Jumat. Laporan NFP ini diperkirakan akan menunjukkan penambahan 170.000 pekerjaan baru pada bulan Januari, sebuah penurunan signifikan dibandingkan dengan penambahan 256.000 pekerjaan pada bulan Desember. Angka NFP ini sangat penting karena memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai kesehatan keseluruhan pasar tenaga kerja AS, termasuk sektor publik dan swasta. Data NFP akan memberikan petunjuk kepada investor tentang apakah pasar tenaga kerja mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan atau apakah ekonomi masih cukup kuat untuk menahan gejolak global.

Prediksi Pasar untuk Kebijakan Moneter Federal Reserve

Menghadapi data ekonomi yang bervariasi ini, para investor juga semakin memperhatikan kebijakan moneter Federal Reserve. Terutama, para pelaku pasar ingin mengetahui apakah The Fed akan melanjutkan kebijakan pengetatan suku bunga ataukah akan mulai melonggarkan kebijakan moneternya untuk merespons tanda-tanda pelambatan ekonomi. Menurut alat CME FedWatch, terdapat hampir 90% kemungkinan bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tetap pada pertemuan bulan Maret. Ini mengindikasikan bahwa pasar memperkirakan bahwa The Fed akan menjaga suku bunga tetap tinggi untuk menjaga tekanan inflasi tetap terkendali, meskipun ada kekhawatiran tentang potensi pelambatan ekonomi. Meskipun begitu, keputusan The Fed mengenai suku bunga sangat bergantung pada data ekonomi yang terus berkembang, terutama laporan NFP yang akan dirilis pada hari Jumat. Jika laporan NFP menunjukkan angka yang jauh lebih rendah dari ekspektasi, maka kemungkinan besar The Fed akan mulai mengurangi laju pengetatan suku bunga mereka. Sebaliknya, jika data menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja tetap kuat, maka The Fed mungkin akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.

Sentimen Pasar yang Masih Bersifat Hawkish

Saat ini, meskipun terdapat ketidakpastian mengenai arah kebijakan The Fed, sentimen pasar masih cenderung hawkish—yakni berpihak pada kemungkinan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut. Indeks sentimen terhadap kebijakan The Fed masih berada di atas angka 100, yang menunjukkan ekspektasi bahwa The Fed akan tetap fokus pada pengendalian inflasi, meskipun mungkin laju pemotongan suku bunga akan lebih lambat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Namun, meskipun sentimen pasar masih hawkish, banyak yang mencatat bahwa pasar akan terus memantau data ekonomi berikutnya dengan hati-hati. Ini mencakup bukan hanya laporan NFP, tetapi juga perkembangan lebih lanjut terkait klaim pengangguran dan indikator-indikator lain yang dapat memengaruhi keputusan kebijakan moneter Federal Reserve.

Kesimpulan

Indeks Dolar AS (DXY) terus berjuang untuk mempertahankan kenaikannya di bawah level 108,00, dipengaruhi oleh data ekonomi yang beragam dari Amerika Serikat. Meskipun laporan ADP menunjukkan adanya kekuatan pasar tenaga kerja sektor swasta, angka klaim pengangguran awal menunjukkan potensi pelemahan dalam pasar tenaga kerja yang lebih luas. Fokus pasar kini beralih pada laporan Nonfarm Payrolls (NFP) yang akan datang, yang diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kesehatan ekonomi AS. Keputusan Federal Reserve terkait suku bunga akan sangat bergantung pada data ketenagakerjaan yang dirilis pada hari Jumat. Meskipun sentimen pasar masih cenderung hawkish, ketidakpastian yang ditimbulkan oleh data ekonomi yang beragam menambah tantangan bagi para investor dan pembuat kebijakan. Dengan begitu, perkembangan ekonomi dalam beberapa minggu mendatang akan sangat menentukan arah kebijakan moneter yang akan diambil oleh The Fed dan dampaknya terhadap Dolar AS serta pasar global.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Wednesday, 5 February 2025

Bestprofit | Emas Melonjak Melewati $2.860 per Ons

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (6/2) – Pada bulan Februari 2025, harga emas mencatatkan lonjakan signifikan, menembus angka $2.860 per ons untuk pertama kalinya dalam sejarah. Lonjakan ini terjadi di tengah ekspektasi pasar yang berkembang tentang penurunan suku bunga di AS, ditambah dengan ketidakpastian geopolitik yang masih melingkupi hubungan internasional dan perdagangan global. Kenaikan ini juga sejalan dengan pergerakan harga obligasi AS, dengan US Treasuries mengalami kenaikan yang mencerminkan harapan pasar terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar.

Penyebab Lonjakan Harga Emas

Salah satu faktor utama yang memicu kenaikan harga emas adalah ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga yang lebih rendah. Pasar mengantisipasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan mengurangi suku bunga dua kali pada tahun ini, berdasarkan proyeksi terakhir dari Federal Open Market Committee (FOMC). Penurunan suku bunga ini diperkirakan akan memperburuk daya tarik mata uang dolar AS, yang pada gilirannya mendorong permintaan akan emas sebagai aset lindung nilai (hedge) terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Selain itu, pergerakan pasar obligasi AS juga mencerminkan harapan tersebut. Yield obligasi AS mengalami penurunan, yang sering kali menjadi indikator bahwa pasar percaya The Fed akan mengubah kebijakan moneternya untuk meredakan ketegangan ekonomi yang ada. Aktivitas sektor jasa AS yang dilacak oleh ISM (Institute for Supply Management) juga memberikan indikasi perlambatan ekonomi, di mana laporan bulan Januari menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat dari yang diperkirakan.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Dampak dari Geopolitik dan Ketegangan Perdagangan Global

Lonjakan harga emas juga tidak bisa dipisahkan dari ketidakpastian yang disebabkan oleh ketegangan geopolitik. Salah satu faktor yang mendorong kekhawatiran global adalah potensi eskalasi ketegangan di Timur Tengah. Presiden AS, Donald Trump, baru-baru ini mengindikasikan kemungkinan pengiriman pasukan AS ke Jalur Gaza, yang memicu ketegangan antara negara-negara besar dan meningkatkan risiko geopolitik di kawasan tersebut. Selain itu, China mengancam akan mengenakan tarif tambahan pada impor energi AS pada minggu depan sebagai respons terhadap tarif yang dikenakan AS terhadap produk-produk China. Langkah ini berisiko memperburuk hubungan perdagangan antara kedua negara besar dan dapat memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi global. Pasar merespons dengan waspada, dan emas sering kali dianggap sebagai salah satu instrumen investasi yang lebih aman saat ketidakpastian geopolitik meningkat.

Pemotongan Suku Bunga oleh Bank Sentral

Perkembangan lainnya yang mendukung kenaikan harga emas adalah keputusan beberapa bank sentral besar untuk menurunkan suku bunga mereka. Di Eropa, European Central Bank (ECB) mengumumkan pemangkasan suku bunga, sementara Bank of Canada (BoC) juga mengikuti langkah serupa dengan menurunkan suku bunga mereka. Bahkan, BoC mengakhiri pengetatan kuantitatif (quantitative tightening), yang berarti bank sentral akan lebih banyak memasukkan likuiditas ke pasar. Keputusan ini semakin memperlihatkan bahwa banyak bank sentral mulai berfokus pada penguatan perekonomian, meskipun hal ini mungkin dapat memperburuk inflasi di masa depan. Selain itu, Reserve Bank of India (RBI) dan Bank of England (BoE) diharapkan akan mengikuti kebijakan serupa dengan memotong suku bunga mereka dalam waktu dekat. Kebijakan ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah di banyak negara besar, tetapi di sisi lain, suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik emas sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan dengan aset lainnya, seperti obligasi pemerintah.

Aktivitas Ekonomi AS yang Melambat

Di sisi lain, data ekonomi AS juga memberikan gambaran bahwa perekonomian negara ini sedang melambat. Laporan terbaru menunjukkan bahwa sektor jasa AS, yang merupakan salah satu pilar utama perekonomian, mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dari ekspektasi pada bulan Januari. Aktivitas yang lebih lambat dalam sektor ini bisa menjadi indikator perlambatan ekonomi yang lebih luas. Sementara itu, harga yang dihadapi oleh perusahaan di AS juga melambat. Indeks harga yang diterima oleh perusahaan mengalami penurunan, yang menunjukkan bahwa tekanan inflasi mulai berkurang. Ini mendukung pandangan bahwa The Fed mungkin tidak perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut dan dapat merespons dengan lebih agresif terhadap perlambatan ekonomi, yang pada gilirannya mendorong prediksi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga.

Kebijakan Suku Bunga dan Dampaknya terhadap Emas

Penurunan suku bunga adalah salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam mempengaruhi harga emas. Ketika suku bunga diturunkan, imbal hasil dari instrumen keuangan seperti obligasi juga cenderung menurun. Dengan demikian, investor cenderung mencari aset lain yang memberikan perlindungan terhadap inflasi, salah satunya adalah emas. Ketika suku bunga rendah, biaya peluang untuk memegang emas yang tidak memberikan bunga atau dividen menjadi lebih kecil, sehingga daya tarik emas sebagai investasi meningkat. Namun, kebijakan moneter yang lebih longgar juga bisa memperburuk ketidakstabilan ekonomi dalam jangka panjang. Terutama jika inflasi tidak terkendali, suku bunga yang rendah dapat meningkatkan harga barang dan jasa, yang mendorong permintaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi. Oleh karena itu, para pelaku pasar akan terus memantau kebijakan dari Federal Reserve, ECB, BoC, dan bank sentral lainnya untuk memahami arah pergerakan harga emas.

Prospek Ke Depan dan Potensi Risiko

Di tengah segala ketidakpastian ini, harga emas diperkirakan akan terus menjadi fokus perhatian investor. Jika ekspektasi terhadap pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve terus berkembang, harga emas dapat terus meningkat, bahkan melampaui rekor harga tertinggi yang tercatat saat ini. Selain itu, ketegangan geopolitik dan risiko perdagangan global juga kemungkinan besar akan terus mendukung kenaikan harga emas. Namun, di sisi lain, terdapat potensi risiko yang harus diperhatikan oleh para investor. Salah satu risiko utama adalah kemungkinan adanya perubahan kebijakan oleh bank sentral yang dapat mempengaruhi ekspektasi pasar. Misalnya, jika Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi dari yang diharapkan atau jika ketegangan geopolitik mereda, harga emas bisa mengalami penurunan.

Kesimpulan

Lonjakan harga emas yang melampaui $2.860 per ons di bulan Februari mencerminkan ketidakpastian yang melanda ekonomi global. Faktor-faktor seperti ekspektasi suku bunga yang lebih rendah, ketegangan geopolitik, dan hambatan dalam perdagangan global semuanya berperan dalam meningkatkan permintaan terhadap emas. Bank sentral besar di seluruh dunia juga mengambil langkah-langkah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan suku bunga mereka, yang meningkatkan daya tarik emas sebagai investasi yang lebih aman. Namun, meskipun prospek emas tampak positif dalam jangka pendek, tetap ada sejumlah risiko yang harus diperhatikan. Pemantauan terhadap kebijakan moneter dan perkembangan geopolitik akan sangat penting bagi para investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Tuesday, 4 February 2025

Bestprofit | Emas Terkerek oleh Pelemahan Dolar dan Perang Dagang

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (5/2) – Pada hari Selasa malam, harga emas mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa, menembus angka $2.845 per ons, sebuah lonjakan signifikan yang mencerminkan kekhawatiran pasar terkait ketegangan geopolitik, khususnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Lonjakan ini terjadi dalam sesi perdagangan Amerika Utara, dan merupakan respon terhadap pelarian investor ke aset safe haven, seperti emas, yang dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global. Kenaikan harga emas ini didorong oleh penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS dan pelemahan Dolar AS, yang dipengaruhi oleh dampak perang dagang yang semakin intensif. Pada saat yang sama, keputusan Tiongkok untuk memberlakukan tarif balasan atas barang-barang AS dan kontrol ekspor logam-logam penting semakin memperburuk ketidakpastian pasar.

Pengaruh Perang Dagang Terhadap Pasar Global

Perang dagang antara AS dan Tiongkok telah memasuki fase baru, dengan implementasi tarif balasan oleh kedua negara. Meskipun Presiden AS, Donald Trump, memutuskan untuk menunda kenaikan tarif atas barang-barang Meksiko dan Kanada, tarif 10% atas barang-barang Tiongkok mulai diberlakukan. Langkah ini segera direspons oleh Tiongkok dengan mengenakan tarif pada berbagai produk AS, termasuk batu bara, gas alam cair (LNG), minyak mentah, peralatan pertanian, dan truk listrik. Selain itu, Tiongkok memutuskan untuk memberlakukan kontrol terhadap ekspor logam-logam tertentu yang penting untuk produksi barang elektronik.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketegangan perdagangan yang meningkat ini memicu pelarian modal ke dalam aset-aset yang dianggap lebih aman, seperti emas. Dalam hal ini, emas dipandang sebagai penyimpan nilai yang dapat mengurangi risiko investasi yang disebabkan oleh ketidakpastian global. Akibatnya, harga emas bergerak naik, dengan XAU/USD diperdagangkan pada $2.843, menunjukkan kenaikan lebih dari 1% pada hari tersebut.

Penurunan Dolar AS dan Imbal Hasil Obligasi Treasury

Salah satu faktor yang turut mendorong lonjakan harga emas adalah penurunan nilai Dolar AS. Indeks Dolar AS (DXY) tercatat turun 0,43%, menjauhi angka 108,00. Pelemahan Dolar AS membuat emas semakin menarik bagi investor, karena harga emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya. Selain itu, penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS turut memperburuk prospek dolar, yang pada gilirannya mendukung kenaikan harga emas. Pada saat yang sama, imbal hasil riil obligasi Treasury AS 10 tahun, yang diukur dengan menggunakan Sekuritas Terlindungi Inflasi Treasury (TIPS), turun hampir enam basis poin (bps) dari 2,13% menjadi 2,072%. Penurunan ini mencerminkan harapan pasar akan penurunan inflasi, yang menjadi faktor positif bagi harga emas karena logam kuning tersebut tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi.

Ketegangan Pasar Tenaga Kerja AS dan Dampaknya pada Emas

Selain faktor perang dagang dan ketegangan geopolitik, data ekonomi AS juga turut mempengaruhi pergerakan harga emas. Data terbaru dari Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja AS (JOLTS) menunjukkan bahwa jumlah lowongan pekerjaan menurun pada bulan Desember, sebuah indikasi bahwa meskipun pasar tenaga kerja tetap kuat, pertumbuhannya mulai melambat. Pembukaan pekerjaan tercatat hanya 7,6 juta, jauh lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 8 juta dan penurunan signifikan dari angka 8,156 juta yang tercatat pada bulan November. Selain itu, pesanan pabrik AS untuk bulan Desember tercatat turun sebesar 0,9%, melebihi perkiraan pasar yang mengantisipasi penurunan sebesar 0,7%. Data ini semakin menambah tekanan terhadap nilai Dolar AS dan memberikan dukungan lebih lanjut bagi harga emas, yang seringkali dilihat sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian ekonomi.

Potensi Dampak Kebijakan Federal Reserve terhadap Harga Emas

Meskipun harga emas terus mencatatkan kenaikan yang mengesankan, risiko terkait dengan kebijakan moneter Federal Reserve (Fed) tetap ada. Pidato dari pembicara-pembicara Fed dapat memengaruhi arah harga emas ke depan. Presiden Fed San Francisco, Mary Daly, baru-baru ini menyampaikan bahwa pekerjaan Fed belum selesai dalam menangani inflasi. Daly menekankan bahwa ekonomi AS berada dalam kondisi yang kuat, dan bahwa Bank Sentral berada dalam posisi yang baik untuk menunggu dan melihat dampak dari tarif dan kebijakan perdagangan yang sedang berlangsung. Kebijakan yang lebih agresif dari Fed, termasuk potensi kenaikan suku bunga, dapat memberikan tekanan pada harga emas. Saat Fed menaikkan suku bunga, hal tersebut cenderung meningkatkan imbal hasil obligasi dan memperkuat dolar, yang pada gilirannya dapat meredam permintaan untuk emas sebagai aset safe haven. Oleh karena itu, pasar akan sangat memperhatikan setiap petunjuk dari para pembicara Fed terkait kebijakan suku bunga di masa depan.

Proyeksi Masa Depan: Emas Menuju $2.850 atau Lebih Tinggi?

Dengan segala ketidakpastian yang melanda pasar global, harga emas diperkirakan akan terus melanjutkan reli kenaikan. Saat ini, harga emas sudah berada di dekat level $2.850, dan beberapa analis melihat potensi harga emas untuk menembus angka $2.900 dalam waktu dekat, tergantung pada perkembangan lebih lanjut terkait perang dagang dan kebijakan moneter global. Namun, meskipun prospek harga emas terlihat optimis, pernyataan dari para pembicara Federal Reserve dapat menjadi faktor pembatas. Jika Fed memperkenalkan kebijakan yang lebih hawkish, termasuk kenaikan suku bunga, harga emas mungkin akan mengalami penurunan atau bahkan konsolidasi. Pasar juga akan memantau perkembangan data ekonomi lainnya, seperti inflasi dan tingkat pengangguran, yang dapat memengaruhi kebijakan suku bunga Fed dan, pada gilirannya, harga emas.

Kesimpulan

Emas telah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di $2.845 pada Selasa malam, didorong oleh kekhawatiran akan perang dagang antara AS dan Tiongkok, serta faktor penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS dan pelemahan Dolar AS. Ketegangan geopolitik, penurunan imbal hasil obligasi, serta data ekonomi AS yang lebih lemah memberikan dorongan bagi permintaan emas sebagai aset safe haven. Namun, potensi kebijakan moneter yang lebih agresif dari Federal Reserve dapat membatasi kenaikan harga emas di masa depan. Dengan ketidakpastian yang terus berlanjut di pasar global, harga emas kemungkinan besar akan terus berfluktuasi, tergantung pada kebijakan moneter, perkembangan perang dagang, dan data ekonomi yang muncul. Investor akan terus memperhatikan faktor-faktor ini dalam mengambil keputusan investasi mereka di pasar emas.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Monday, 3 February 2025

Bestprofit | Emas Capai Rekor Tertinggi, Siap Lanjutkan Kenaikan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (4/2) – Harga emas telah mencapai rekor tertinggi pada hari Senin, mencatatkan lonjakan signifikan setelah Amerika Serikat (AS) awalnya menjadwalkan tarif pada beberapa negara mitra dagang terbesarnya, termasuk Kanada, Meksiko, dan China. Keputusan ini memicu arus masuk besar-besaran ke logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil sebagai aset safe haven. Pada saat penulisan, harga emas (XAU/USD) diperdagangkan pada $2.821, mencatatkan kenaikan sebesar 0,87% dibandingkan harga pembukaan. Meskipun suasana pasar telah sedikit membaik, emas tetap mempertahankan kenaikan sebelumnya, menandakan dampak dari ketegangan perdagangan global.

Pengaruh Kebijakan Tarif terhadap Harga Emas

Sejak Presiden AS Donald Trump menjabat, kebijakan tarif telah menjadi pendorong utama pasar. Pada awal minggu ini, pasar terpengaruh oleh pengumuman AS yang memberlakukan tarif 25% pada dua mitra dagang terbesarnya, yakni Kanada dan Meksiko, serta tarif 10% pada China. Langkah ini tidak hanya mengganggu hubungan perdagangan antarnegara, tetapi juga menambah ketidakpastian ekonomi global yang mendorong para investor untuk beralih ke aset safe haven seperti emas. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh perang dagang ini memicu lonjakan permintaan terhadap emas, yang dipandang sebagai penyimpan nilai dalam kondisi yang tidak stabil.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Imbal Hasil Treasury AS dan Pengaruhnya terhadap Harga Emas

Salah satu faktor yang mendukung lonjakan harga emas adalah penurunan imbal hasil Treasury AS, terutama pada T-note 10-tahun. Pada hari Senin, imbal hasil T-note 10-tahun AS turun satu setengah basis poin menjadi 4,537%, yang mencerminkan penurunan minat investor terhadap obligasi pemerintah AS. Imbal hasil yang lebih rendah ini cenderung meningkatkan daya tarik emas, karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi atau saham. Selain itu, imbal hasil riil AS, yang diukur dengan Sekuritas yang Dilindungi Inflasi Treasury 10-tahun (TIPS), tetap stabil di 2,095%. Kondisi ini mencerminkan tingkat inflasi yang terjaga, namun dengan ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, emas tetap menjadi pilihan utama bagi para investor yang ingin melindungi aset mereka dari volatilitas pasar.

Data Ekonomi AS dan Implikasinya terhadap Pasar Emas

Sementara pasar global terfokus pada kebijakan tarif, data ekonomi AS juga memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi pasar domestik. Salah satu data yang menjadi perhatian adalah PMI Manufaktur ISM untuk bulan Januari yang naik menjadi 50,9, melampaui ekspektasi pasar yang sebesar 49,8. Ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur AS mengalami sedikit perbaikan dibandingkan bulan Desember yang hanya tercatat pada level 49,2. Kenaikan ini menandakan adanya peningkatan dalam aktivitas bisnis yang bisa memberikan dorongan positif bagi ekonomi AS secara keseluruhan. Namun, pengamatan lebih dekat terhadap data PMI menunjukkan bahwa subkomponen harga yang dibayarkan mengalami kenaikan signifikan, dari 52,5 menjadi 54,9. Kenaikan ini mencerminkan biaya input yang lebih tinggi dalam sektor manufaktur, yang dapat berpotensi meningkatkan tekanan inflasi. Hal ini memberikan sinyal bahwa meskipun ada perbaikan dalam aktivitas bisnis, tantangan inflasi masih akan tetap membayangi ekonomi AS, yang berpotensi mendukung kenaikan harga emas.

Tanggapan Pasar terhadap Perang Dagang

Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, memberikan pandangannya mengenai dampak perang dagang terhadap harga emas. Menurutnya, pasar saat ini belum sepenuhnya menyadari sejauh mana perang dagang antara AS dan mitra-mitranya dapat mempengaruhi pasar logam mulia. “Kami belum melihat respons yang lengkap dari Emas, dan jika perang dagang ini berlanjut untuk jangka waktu yang cukup lama, hal itu dapat menyebabkan harga Emas yang jauh lebih tinggi di kemudian hari,” kata Melek. Pernyataan ini menunjukkan bahwa jika ketegangan perdagangan global berlanjut atau bahkan memburuk, harga emas bisa terus mengalami lonjakan yang signifikan. Ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan oleh perang dagang ini membuat banyak investor memilih emas sebagai tempat yang lebih aman untuk melindungi nilai kekayaan mereka.

Kebijakan Fed dan Peran Suku Bunga dalam Dinamika Harga Emas

Selain pengaruh perang dagang dan kebijakan tarif, kebijakan suku bunga yang diterapkan oleh Federal Reserve (Fed) juga berperan penting dalam menentukan arah harga emas. Pada minggu ini, Presiden Fed Boston, Susan Collins, menyatakan bahwa Fed dapat bersabar dalam melakukan pemotongan suku bunga, mengingat ketidakpastian yang ditimbulkan oleh tarif perdagangan. Hal ini menunjukkan bahwa bank sentral AS mungkin akan mempertahankan suku bunga pada tingkat yang lebih tinggi dalam waktu dekat, yang bisa berpengaruh pada daya tarik emas sebagai aset safe haven. Di sisi lain, Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, berpendapat bahwa Fed perlu menurunkan inflasi hingga mencapai target 2% untuk menjaga kredibilitas lembaga tersebut. Meskipun pasar tenaga kerja AS tetap solid, Bostic menekankan pentingnya melihat dampak dari pelonggaran suku bunga sebesar 100 basis poin yang dilakukan pada tahun lalu. Kebijakan suku bunga ini memiliki dampak langsung terhadap daya tarik emas, karena suku bunga yang lebih rendah membuat logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil menjadi lebih menarik bagi para investor.

Proyeksi Suku Bunga dan Dampaknya pada Pasar Emas

Sementara itu, pasar berjangka uang kini memperkirakan penurunan suku bunga Fed sebesar 44 basis poin pada tahun 2025. Para pedagang mengantisipasi langkah pertama pada bulan Juni, yang akan mempengaruhi ekspektasi terhadap pasar saham dan obligasi. Penurunan suku bunga ini bisa memicu lebih banyak arus masuk ke emas, yang biasanya menjadi pilihan investasi utama ketika suku bunga rendah atau ketika ada ketidakpastian ekonomi yang tinggi.

Kesimpulan: Ketidakpastian Global dan Prospek Emas

Secara keseluruhan, lonjakan harga emas yang tercatat pada hari Senin mencerminkan dampak langsung dari ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif dan perang dagang global. Ketika pasar menghadapi ketegangan perdagangan antara AS dan mitra dagangnya, serta potensi penurunan suku bunga oleh Fed, investor cenderung beralih ke aset yang lebih aman, seperti emas. Meskipun ada perbaikan dalam data ekonomi AS, faktor-faktor eksternal seperti kebijakan tarif dan ketidakpastian global tetap menjadi pendorong utama harga emas ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan proyeksi yang masih mengarah pada ketidakpastian perdagangan global dan potensi penurunan suku bunga Fed, harga emas mungkin akan terus mengalami kenaikan dalam waktu dekat. Para investor dan analis akan terus memantau perkembangan kebijakan AS dan kondisi pasar global untuk memahami bagaimana tren ini akan mempengaruhi pasar logam mulia di masa mendatang.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Sunday, 2 February 2025

Bestprofit | Emas Menguat Menjelang Pembukaan Pasar AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (3/2) – Harga emas (XAU/USD) saat ini mencapai rekor tertinggi baru, mendekati $2.581,75, sebuah level yang menunjukkan lonjakan signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Pada saat artikel ini ditulis, harga emas berpotensi melanjutkan tren bullish ini, dengan titik resistensi intraday yang mungkin tercapai saat sesi perdagangan AS dimulai. Kenaikan harga emas ini dipicu oleh sejumlah faktor global yang memengaruhi pasar keuangan, mulai dari ketegangan geopolitik hingga perkembangan ekonomi yang tidak dapat diabaikan. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai faktor-faktor yang mendorong harga emas saat ini, serta dampak yang ditimbulkan oleh sentimen pasar dan data ekonomi yang akan datang.

1. Ketegangan Geopolitik: Ancaman Perang Dagang dan Kebijakan Tarif

Salah satu faktor utama yang memberikan tekanan pada pasar emas adalah ketegangan geopolitik, yang muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa tarif 25% akan diberlakukan pada Kanada dan Meksiko mulai hari Sabtu. Kedua negara tersebut adalah mitra dagang terbesar AS, dan langkah ini berpotensi memicu ketidakpastian ekonomi yang besar. Jika kebijakan tarif ini diterapkan, maka hubungan perdagangan antara AS dan kedua negara ini bisa terganggu, meningkatkan risiko terjadinya perang dagang lebih lanjut.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Trump juga mengancam akan mengenakan tarif 100% pada negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) jika mereka berusaha menggantikan Dolar AS dengan mata uang baru dalam perdagangan internasional. Ketegangan ini bisa berdampak signifikan pada stabilitas pasar global, dan ketakutan akan inflasi mulai mencuat. Jika tarif tinggi diterapkan, harga barang dan jasa di pasar AS berpotensi melonjak, yang pada gilirannya bisa memengaruhi daya beli konsumen dan produsen. Ketidakpastian politik dan ekonomi semacam ini sering kali menjadi pendorong bagi investor untuk beralih ke aset yang lebih aman, seperti emas. Emas telah lama dianggap sebagai pelindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan inflasi. Dengan adanya potensi perang dagang dan kebijakan tarif yang agresif, investor cenderung membeli emas sebagai bentuk perlindungan terhadap volatilitas pasar dan inflasi yang lebih tinggi.

2. Dampak Perang Dagang Terhadap Emas Batangan

Salah satu sektor yang kemungkinan besar akan terkena dampak langsung dari kebijakan tarif dan perang dagang adalah emas batangan. Ketegangan perdagangan antara AS dan mitra dagangnya dapat meningkatkan harga logam mulia ini, karena ketidakpastian yang tercipta akan membuat investor mencari pelaburan yang lebih aman. Seperti yang telah disebutkan, emas sering kali dipandang sebagai “safe haven” selama masa-masa ketegangan ekonomi atau politik. Ketika risiko global meningkat, banyak investor yang beralih ke emas untuk melindungi nilai kekayaan mereka. Apalagi jika perang dagang ini memicu lonjakan inflasi, harga emas batangan berpotensi melonjak lebih jauh, mengingat harga emas cenderung meningkat saat inflasi melonjak atau saat mata uang fiat, seperti Dolar AS, tertekan. Namun, perlu diingat bahwa meskipun emas batangan dapat mengalami kenaikan harga yang signifikan, hal ini juga berpotensi menambah biaya hidup bagi konsumen AS, yang sudah mengalami tekanan dari harga barang-barang yang lebih mahal akibat tarif. Oleh karena itu, meskipun harga emas bisa melambung, kondisi ekonomi domestik AS yang semakin sulit bisa mengimbangi lonjakan harga tersebut.

3. Fokus pada Inflasi: Rilis PCE AS dan Dampaknya Terhadap Harga Emas

Di sisi lain, faktor ekonomi yang tak kalah penting adalah inflasi. Sebagai salah satu indikator utama yang dipantau oleh Federal Reserve (Fed), data Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS akan segera dirilis. PCE merupakan ukuran inflasi yang sering dipilih oleh Fed untuk menilai tekanan inflasi yang ada dalam perekonomian. Angka inflasi yang tinggi bisa menjadi faktor pendorong untuk pembelian emas, karena inflasi mengurangi daya beli mata uang dan membuat aset-aset seperti emas menjadi lebih menarik bagi investor. Untuk bulan Desember, angka PCE diperkirakan akan tetap stabil atau sedikit lebih tinggi. Jika inflasi menunjukkan kecenderungan untuk terus meningkat, Fed kemungkinan akan mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga guna menahan laju inflasi tersebut. Namun, ada juga risiko bahwa langkah ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi, yang pada gilirannya bisa memperburuk ketidakpastian di pasar global. Dalam kondisi seperti ini, investor cenderung melirik emas sebagai pelindung nilai, yang membuat permintaan terhadap logam mulia ini semakin tinggi.

4. Implikasi Kebijakan Moneter Terhadap Emas

Dalam konteks kebijakan moneter, fokus utama pasar tetap tertuju pada kebijakan Federal Reserve. Keputusan Fed untuk menaikkan suku bunga atau tetap mempertahankan suku bunga rendah akan sangat memengaruhi pasar emas. Jika inflasi terus merangkak naik, Fed mungkin akan menaikkan suku bunga, yang biasanya akan mendorong dolar AS menguat. Namun, penguatan dolar ini tidak selalu berbanding lurus dengan harga emas. Dalam beberapa kasus, meskipun dolar AS menguat, ketegangan geopolitik dan kekhawatiran inflasi yang tinggi bisa mendorong harga emas ke level yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika Fed memilih untuk mempertahankan suku bunga rendah untuk mendukung pemulihan ekonomi, harga emas berpotensi tetap tinggi karena rendahnya imbal hasil yang ditawarkan oleh aset-aset berisiko lainnya. Dalam hal ini, emas tetap menjadi pilihan bagi investor yang mencari lindung nilai dari inflasi dan ketidakpastian ekonomi.

5. Proyeksi Harga Emas: Melihat Ke Depan

Melihat ke depan, harga emas (XAU/USD) kemungkinan besar akan terus dipengaruhi oleh sejumlah faktor utama. Ketegangan geopolitik, seperti perang dagang dan kebijakan tarif, dapat memperburuk ketidakpastian ekonomi global, yang mendorong harga emas untuk terus melonjak. Di sisi lain, data inflasi, terutama PCE, akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter AS dan dampaknya terhadap pasar emas. Jika inflasi terus menunjukkan angka yang lebih tinggi dan pasar tetap terjaga dalam ketidakpastian geopolitik, harga emas bisa melanjutkan tren kenaikannya dan bahkan mencapai titik lebih tinggi dari rekor yang telah tercatat saat ini. Namun, volatilitas pasar dan potensi perubahan kebijakan dari Fed bisa menjadi faktor penghalang bagi kenaikan harga emas yang berkelanjutan.

Kesimpulan

Harga emas yang mencapai rekor tertinggi ini mencerminkan ketidakpastian ekonomi dan geopolitik yang semakin besar di pasar global. Ketegangan perdagangan antara AS dengan Kanada, Meksiko, dan negara-negara BRICS, serta ancaman tarif yang dikeluarkan oleh Presiden Donald Trump, menambah ketidakpastian yang mendorong investor beralih ke emas sebagai pelindung nilai. Di sisi lain, data inflasi, terutama PCE, akan menjadi indikator penting dalam menentukan arah harga emas selanjutnya. Dengan adanya ketegangan ini, emas tetap menjadi aset yang menarik bagi mereka yang mencari perlindungan terhadap inflasi dan volatilitas pasar yang semakin tinggi.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Thursday, 30 January 2025

Bestprofit | Emas Dekati Rekor Tertinggi Pasca ECB dan PDB AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-4.jpg

Bestprofit (31/1) – XAU/USD, pasangan mata uang yang mengukur nilai emas terhadap Dolar AS (USD), saat ini diperdagangkan mendekati rekor tertingginya di wilayah $2.790. Lonjakan harga emas ini terutama dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi makro terkini yang menekan nilai Dolar AS. Dalam artikel ini, kita akan mengulas faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga emas, dengan fokus pada kebijakan moneter Bank Sentral Eropa (ECB), data ekonomi Amerika Serikat (AS), serta dampaknya terhadap pasar global.

Kebijakan Moneter ECB: Menurunkan Suku Bunga Acuan

Pada hari yang sama, menjelang pembukaan Wall Street, Bank Sentral Eropa (ECB) mengumumkan keputusan kebijakan moneternya. ECB menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps), sesuai dengan ekspektasi pasar. Dengan keputusan ini, suku bunga pada operasi pembiayaan kembali utama, fasilitas pinjaman marjinal, dan fasilitas simpanan berada pada 2,9%, 3,15%, dan 2,75% masing-masing.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Keputusan ini menggambarkan langkah proaktif ECB untuk merespons tantangan ekonomi yang dihadapi kawasan Eropa. Meski tingkat inflasi di zona euro telah menunjukkan tren menurun, kebijakan penurunan suku bunga menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan Eropa masih khawatir tentang laju pertumbuhan ekonomi. ECB mengindikasikan bahwa meskipun inflasi berada dalam kontrol, kondisi ekonomi secara keseluruhan membutuhkan stimulus lebih lanjut untuk mendukung pemulihan. Pernyataan yang menyertai keputusan tersebut, beserta konferensi pers yang dipimpin oleh Presiden ECB, Christine Lagarde, menunjukkan bahwa sikap kebijakan Eropa cenderung dovish. Hal ini mengisyaratkan bahwa ECB kemungkinan besar akan mempertimbangkan penurunan suku bunga lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang, tergantung pada kondisi ekonomi yang berkembang. Langkah ini berfungsi sebagai dukungan bagi pasar emas, karena ketidakpastian ekonomi dan kebijakan moneter yang longgar umumnya mendorong minat terhadap aset-aset safe haven seperti emas.

Dampak Kebijakan ECB terhadap Dolar AS

Keputusan ECB untuk menurunkan suku bunga acuan ini memiliki dampak langsung terhadap nilai tukar Dolar AS. Ketika bank sentral di Eropa mengurangi suku bunga, hal ini berpotensi membuat aset-aset denominasi euro menjadi lebih menarik, terutama jika dibandingkan dengan aset yang berdenominasi Dolar AS. Sebagai akibatnya, permintaan terhadap Dolar AS dapat menurun, menyebabkan pelemahan mata uang ini di pasar global. Kondisi ini menjadi salah satu faktor yang memperkuat harga emas. Sebagai aset yang dihargai dalam Dolar AS, harga emas cenderung naik ketika Dolar melemah. Pelemahan Dolar meningkatkan daya tarik emas bagi investor internasional yang memegang mata uang selain Dolar, karena emas menjadi lebih murah bagi mereka.

Pertumbuhan Ekonomi AS: Data PDB dan Klaim Pengangguran

Pada saat yang sama, Amerika Serikat merilis data awal Produk Domestik Bruto (PDB) untuk kuartal keempat (Q4) 2024. PDB AS tercatat tumbuh pada kecepatan tahunan sebesar 2,3% dalam tiga bulan terakhir hingga Desember, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pasar yang sebesar 2,6%, dan jauh di bawah angka 3,1% yang tercatat pada kuartal ketiga (Q3). Meski angka ini menunjukkan bahwa ekonomi AS masih tumbuh, laju pertumbuhannya lebih lambat dari yang diharapkan. Hal ini dapat dipandang sebagai indikator bahwa pemulihan ekonomi AS mungkin mulai kehilangan momentum. Pertumbuhan yang lebih lambat dari ekspektasi dapat memperburuk sentimen terhadap Dolar AS, karena investor mengkhawatirkan pelambatan ekonomi lebih lanjut, yang dapat menyebabkan Federal Reserve (Fed) melonggarkan kebijakan moneter lebih agresif. Selain itu, data Klaim Pengangguran Awal yang dirilis AS untuk minggu yang berakhir pada 24 Januari menunjukkan kenaikan tak terduga dalam klaim pengangguran, yang meningkat menjadi 207 ribu dari sebelumnya 223 ribu. Kenaikan klaim pengangguran ini menambah kekhawatiran tentang kesehatan pasar tenaga kerja AS dan memperburuk pandangan terhadap prospek ekonomi di AS. Dalam konteks ini, pelemahan Dolar AS yang disertai dengan data ekonomi yang kurang menggembirakan semakin mendorong investor untuk beralih ke aset-aset yang lebih aman, seperti emas.

Implikasi terhadap Harga Emas: Sentimen Positif bagi XAU/USD

Perkembangan kebijakan moneter ECB yang dovish dan data ekonomi AS yang mengecewakan memberikan dukungan bagi harga emas. Ketika kebijakan moneter longgar diterapkan di Eropa dan data ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda pelemahan, ketidakpastian ekonomi semakin memperkuat permintaan terhadap emas sebagai pelindung nilai (safe haven). Bagi pasar XAU/USD, situasi ini memberikan peluang untuk melanjutkan tren kenaikan harga emas. Harga emas telah mendekati level tertingginya yang baru-baru ini tercatat di sekitar $2.790 per ons, sebuah rekor yang mencerminkan ketegangan ekonomi global. Dalam jangka pendek, para analis memprediksi bahwa XAU/USD mungkin akan terus diperdagangkan dalam kisaran yang lebih tinggi, karena para investor terus mencari perlindungan dari ketidakpastian ekonomi dan geopolitik yang terus berkembang.

Kesimpulan: Katalisator untuk Kenaikan Emas

Secara keseluruhan, faktor-faktor ekonomi makro yang mempengaruhi pasar saat ini menunjukkan bahwa harga emas berpotensi untuk terus menguat dalam waktu dekat. Kebijakan moneter ECB yang lebih longgar, data ekonomi AS yang mengecewakan, serta ketidakpastian ekonomi global secara keseluruhan semuanya menciptakan kondisi yang mendukung harga emas. Dengan XAU/USD yang diperdagangkan mendekati rekor tertingginya di sekitar $2.790, investor cenderung mengalihkan perhatian mereka ke emas sebagai aset safe haven. Ke depannya, keputusan-keputusan kebijakan moneter lainnya, baik dari ECB maupun Federal Reserve, serta rilis data ekonomi penting dari berbagai negara, akan terus menjadi katalisator utama yang menggerakkan harga emas di pasar global.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Wednesday, 29 January 2025

Bestprofit | Perjuangan Emas di Tengah Suku Bunga Tinggi Fed

 

https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (30/1) – Harga emas cenderung berfluktuasi tajam setelah pernyataan dari Ketua Federal Reserve Amerika Serikat, Jerome Powell. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa The Fed akan bersikap lebih hawkish, yang mempengaruhi pergerakan harga emas di pasar global. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa harga emas turun, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan apa yang bisa diharapkan pasar ke depan.

1. Reaksi Pasar terhadap Sikap Hawkish The Fed

Harga emas, yang dikenal sebagai aset safe haven, sangat sensitif terhadap perubahan kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia, seperti Federal Reserve (Fed). Ketika Powell mengumumkan bahwa The Fed tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dan cenderung mempertahankan kebijakan yang lebih ketat, pasar bereaksi dengan penurunan harga emas. Menurut data, harga emas (XAU/USD) bergerak fluktuatif dalam kisaran $2.750 – $2.740 per ons setelah pernyataan resmi dari Powell. Penurunan ini terjadi karena investor cenderung menilai suku bunga yang lebih tinggi akan membuat emas, yang tidak menghasilkan imbal hasil, menjadi kurang menarik dibandingkan dengan aset lain yang lebih menguntungkan, seperti obligasi atau saham.
Kunjungi juga : bestprofit futures

2. Penghapusan Bahasa Inflasi: Tanda-tanda Keberlanjutan Kebijakan Suku Bunga Tinggi

Salah satu bagian penting dalam pernyataan Powell adalah penghapusan bahasa inflasi yang sebelumnya menjadi fokus utama kebijakan The Fed. Ketika The Fed menyatakan bahwa inflasi telah terkendali, hal ini mengisyaratkan bahwa mereka tidak akan terburu-buru untuk mengubah kebijakan moneter mereka. Sebaliknya, mereka akan menunggu perkembangan lebih lanjut sebelum melakukan perubahan besar. Keputusan ini memberikan sinyal bahwa suku bunga tinggi mungkin akan terus diberlakukan dalam jangka waktu yang lebih lama, yang pada gilirannya dapat membatasi daya tarik emas sebagai instrumen investasi. Kenaikan suku bunga akan mempengaruhi biaya peluang yang harus dibayar oleh investor yang menahan emas tanpa mendapatkan imbal hasil.

3. Ketidakpastian Politik dan Pengaruhnya terhadap Kebijakan The Fed

Pada konferensi pers tersebut, pertanyaan pertama yang diajukan kepada Jerome Powell adalah mengenai hubungan antara dirinya dan Presiden AS saat itu, Donald Trump. Powell menjawab bahwa ia belum pernah berbicara dengan Trump dan menegaskan bahwa ia tidak akan berkomentar mengenai kebijakan atau politik Presiden Trump. Hal ini memperlihatkan betapa independennya Federal Reserve dalam mengambil keputusan, meskipun di tengah ketidakpastian politik. Independensi The Fed adalah aspek penting yang diinginkan oleh pasar, karena kebijakan moneter yang jelas dan transparan memberikan rasa stabilitas dan prediktabilitas yang dibutuhkan oleh investor. Ketika pasar merasa bahwa kebijakan moneter tidak terpengaruh oleh keputusan politik jangka pendek, ini dapat mengurangi ketegangan di pasar dan mendukung stabilitas ekonomi.

4. Komentar Powell tentang Kebijakan Moneter dan Peran Suku Bunga

Jerome Powell mengungkapkan bahwa kebijakan moneter saat ini tidak “terlalu ketat” seperti sebelumnya. Ia juga menambahkan bahwa The Fed tidak terburu-buru untuk menyesuaikan suku bunga dan sedang dalam mode “tunggu dan lihat”. Dalam konteks ini, mode “tunggu dan lihat” berarti bahwa The Fed akan memantau situasi ekonomi, termasuk kebijakan fiskal dan perdagangan yang diambil oleh pemerintahan AS yang baru. Komentar ini menunjukkan bahwa The Fed tidak terburu-buru untuk melonggarkan kebijakan moneternya, meskipun ada tekanan dari berbagai pihak untuk melakukan perubahan lebih cepat. Powell mengingatkan bahwa meskipun inflasi menunjukkan tanda-tanda penurunan, ekonomi AS masih memerlukan kebijakan yang hati-hati dan cermat agar tidak menimbulkan ketidakstabilan lebih lanjut.

5. Tinjauan Jangka Pendek: Tunggu dan Lihat

Pada pertemuan selanjutnya, yang dijadwalkan pada bulan Maret, Jerome Powell menekankan bahwa mereka tidak terburu-buru untuk membuat keputusan besar mengenai suku bunga. Sebagai gantinya, The Fed akan terus memantau berbagai faktor, termasuk kebijakan fiskal, inflasi, dan kondisi pasar tenaga kerja, sebelum memutuskan langkah selanjutnya. Dalam jangka pendek, kebijakan The Fed yang tidak berubah dapat mengarah pada volatilitas pasar yang lebih tinggi, dengan investor yang menunggu sinyal lebih jelas mengenai arah kebijakan moneter. Pasar emas, khususnya, akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga, dan keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi dapat mengurangi daya tarik emas.

6. Implikasi Terhadap Investasi Emas di Masa Depan

Bagi investor emas, pernyataan dari Jerome Powell menjadi pengingat penting untuk selalu memantau perubahan kebijakan moneter dan kondisi ekonomi global. Ketika The Fed bersikap hawkish dan memutuskan untuk tidak mengubah kebijakan suku bunga dalam waktu dekat, emas cenderung mengalami tekanan harga. Namun, investor yang fokus pada jangka panjang mungkin masih melihat emas sebagai aset yang aman di tengah ketidakpastian global. Sementara itu, bagi investor yang berfokus pada jangka pendek, fluktuasi harga emas bisa menjadi peluang untuk mengambil posisi trading yang menguntungkan. Dengan volatilitas yang terjadi, ada kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dari pergerakan harga yang cepat. Namun, penting untuk selalu mempertimbangkan risiko yang terlibat dalam investasi di pasar yang penuh ketidakpastian ini.

7. Apa yang Bisa Diharapkan di Masa Depan?

Di masa depan, pasar emas kemungkinan akan terus dipengaruhi oleh kebijakan The Fed, khususnya terkait dengan suku bunga dan keputusan lainnya yang berhubungan dengan inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Jika The Fed terus mempertahankan kebijakan moneter yang lebih ketat, harga emas mungkin akan tetap dalam kisaran yang lebih rendah. Sebaliknya, jika ada perubahan signifikan dalam kebijakan suku bunga atau faktor eksternal lainnya, harga emas bisa mengalami lonjakan. Selain itu, perkembangan ekonomi global juga akan memainkan peran penting. Ketidakpastian ekonomi dan geopolitik selalu dapat memberikan dorongan bagi permintaan emas sebagai aset safe haven. Oleh karena itu, meskipun harga emas saat ini cenderung turun, potensi pergerakan harga ke depan tetap bisa terjadi tergantung pada berbagai faktor yang ada.

Kesimpulan

Harga emas mengalami penurunan yang signifikan setelah pernyataan hawkish dari Jerome Powell, yang menunjukkan bahwa The Fed tidak berniat untuk mengubah kebijakan suku bunga dalam waktu dekat. Keputusan ini dapat membatasi daya tarik emas, yang lebih cenderung menguntungkan ketika suku bunga rendah. Namun, investor tetap harus berhati-hati dan mengawasi perkembangan selanjutnya di pasar, karena keputusan kebijakan moneter The Fed, serta faktor eksternal lainnya, akan terus mempengaruhi harga emas di masa depan.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Thursday, 23 January 2025

Bestprofit | Emas Stabil di Tengah Sinyal Ekonomi AS Beragam

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/04/Gold-Emas-1.jpg

Bestprofit (24/1) – Harga emas mengalami fluktuasi tajam dalam beberapa hari terakhir, setelah sempat merosot ke level terendah harian di $2.735. Meskipun begitu, harga logam kuning ini berhasil bertahan kuat dan diperdagangkan pada $2.755, hampir tidak berubah. Kenaikan dan penurunan harga emas ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari perkembangan imbal hasil obligasi Treasury AS hingga kondisi pasar tenaga kerja di Amerika Serikat (AS). Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang memengaruhi harga emas, dinamika pasar obligasi, serta proyeksi ekonomi AS yang turut mempengaruhi pergerakan logam mulia ini.

1. Penurunan Klaim Pengangguran dan Dampaknya pada Pasar Tenaga Kerja AS

Data terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan adanya peningkatan jumlah klaim pengangguran awal pada minggu yang berakhir pada 18 Januari. Klaim pengangguran meningkat menjadi 223 ribu, yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan 220 ribu. Meski demikian, laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa faktor-faktor seperti cuaca buruk dan kebakaran di Los Angeles menjadi alasan utama peningkatan klaim ini, yang kemungkinan besar tidak akan berlanjut dalam rilis berikutnya. Meskipun ada sedikit tanda melemahnya pasar tenaga kerja, para ekonom dan analis percaya bahwa faktor eksternal ini akan mereda dalam waktu dekat. Namun, peningkatan klaim pengangguran memberikan gambaran bahwa kondisi pasar tenaga kerja AS mungkin mulai mendingin, yang dapat mempengaruhi kebijakan moneter dan keputusan pasar terkait suku bunga.
Kunjungi juga : bestprofit futures

2. Dinamika Imbal Hasil Obligasi Treasury AS dan Pengaruhnya pada Harga Emas

Imbal hasil obligasi Treasury AS menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga emas. Dalam beberapa hari terakhir, imbal hasil obligasi AS mengalami kenaikan, yang sempat membatasi kenaikan harga emas. Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun, yang naik empat basis poin menjadi 4,637%, berperan penting dalam membatasi rally emas. Namun, imbal hasil riil yang tetap tidak berubah memberikan dorongan bagi harga emas. Imbal hasil riil, yang diukur menggunakan Treasury 10-tahun Inflation-Protected Securities (TIPS), tetap berada di angka 2,19%. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada tekanan dari kenaikan imbal hasil nominal, inflasi yang terkendali dan kebijakan moneter yang berhati-hati tetap memberikan dukungan bagi logam mulia ini.

3. Kebijakan Perdagangan AS dan Dampaknya pada Pasar Global

Salah satu faktor yang turut mempengaruhi sentimen pasar dalam beberapa hari terakhir adalah retorika kebijakan perdagangan Presiden AS, Donald Trump. Laporan yang diterbitkan oleh Reuters mengungkapkan bahwa Trump telah mengonfirmasi kemungkinan penerapan tarif universal pada semua impor ke AS. Kebijakan ini, jika diterapkan, diperkirakan akan menambah ketegangan perdagangan global dan memicu gejolak di pasar keuangan, termasuk harga emas. Kenaikan harga emas sering kali terjadi dalam kondisi ketidakpastian global atau gejolak ekonomi, mengingat emas sering dipandang sebagai aset safe haven. Oleh karena itu, wacana tarif impor yang lebih tinggi dapat mendorong permintaan untuk emas sebagai lindung nilai terhadap risiko yang timbul akibat kebijakan perdagangan tersebut.

4. Dolar AS Melemah, Menjadi Faktor Pendukung Kenaikan Emas

Meskipun terdapat kenaikan imbal hasil obligasi Treasury, harga emas tetap dapat bertahan berkat penurunan nilai dolar AS. Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kinerja dolar terhadap sekeranjang enam mata uang utama, turun sebesar 0,08% menjadi 108,06. Penurunan dolar ini memberi dukungan bagi harga emas, mengingat hubungan terbalik antara dolar dan emas. Ketika dolar melemah, emas menjadi lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya, yang dapat meningkatkan permintaan global terhadap logam mulia ini. Oleh karena itu, penurunan dolar AS menjadi faktor yang menguntungkan bagi harga emas meskipun ada tekanan dari kenaikan imbal hasil obligasi AS.

5. Kenaikan Bank Sentral yang Memengaruhi Prospek Ekonomi Global

Minggu ini, beberapa bank sentral besar diperkirakan akan mengambil langkah-langkah yang berpotensi mempengaruhi pasar global, termasuk Bank of Japan (BoJ), Federal Reserve (Fed), dan Bank Sentral Eropa (ECB). Bank of Japan (BoJ) diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada hari Jumat. Sementara itu, Federal Reserve (Fed) dan Bank Sentral Eropa (ECB) akan menjadi fokus utama pasar minggu depan. Analis memperkirakan bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga mereka, sedangkan ECB diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps. Kebijakan moneter yang diambil oleh bank-bank sentral besar ini berpotensi mempengaruhi pergerakan harga emas, mengingat adanya hubungan erat antara kebijakan suku bunga dan daya tarik emas sebagai aset safe haven.

6. Agenda Ekonomi AS yang Menanti: PMI, Data Perumahan, dan Sentimen Konsumen

Agenda ekonomi AS minggu ini akan menyajikan beberapa data penting yang dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai kesehatan ekonomi AS. Di antaranya adalah S&P Global Flash PMI, data perumahan, serta rilis akhir Sentimen Konsumen University of Michigan (UoM) untuk bulan Januari. Data PMI dan Sentimen Konsumen dapat memberikan indikasi mengenai arah pertumbuhan ekonomi dan sentimen pasar, yang pada gilirannya dapat memengaruhi pergerakan harga emas. Selain itu, data perumahan yang dirilis minggu ini juga akan memberikan wawasan penting mengenai sektor properti, yang berperan penting dalam perekonomian AS. Kekuatan sektor perumahan dapat memberikan sinyal positif terhadap ekonomi secara keseluruhan, sementara penurunan dalam sektor ini bisa memicu ketidakpastian yang akan menguntungkan harga emas.

7. Proyeksi Kebijakan Suku Bunga di 2025 dan Dampaknya terhadap Emas

Pasar juga mulai mencerna kemungkinan perubahan kebijakan suku bunga di masa depan. Beberapa pelaku pasar memperkirakan adanya peluang yang hampir sama bahwa Fed akan memangkas suku bunga dua kali pada akhir tahun 2025, dengan pengurangan pertama yang diperkirakan terjadi pada bulan Juni. Penurunan suku bunga dapat memberikan dorongan lebih lanjut bagi harga emas, karena suku bunga yang lebih rendah membuat emas menjadi aset yang lebih menarik dibandingkan dengan obligasi atau instrumen berbunga lainnya.

Kesimpulan

Harga emas tetap bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi global dan dinamika pasar yang terus berkembang. Meskipun ada tekanan dari kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS dan potensi kebijakan perdagangan yang ketat, faktor-faktor seperti pelemahan dolar AS, kebijakan moneter global, dan ketidakpastian ekonomi terus mendukung daya tarik emas sebagai aset safe haven. Pasar akan terus memantau perkembangan data ekonomi AS, keputusan bank sentral, serta kebijakan perdagangan untuk menentukan arah selanjutnya bagi harga emas di masa depan.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Wednesday, 22 January 2025

Bestprofit | Emas Siap Pecah Rekor di Tengah Spekulasi Trump

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (23/1) – Pada awal tahun 2025, harga emas mencatatkan lonjakan signifikan, mencapai rekor tertinggi baru di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan retorika perdagangan dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Emas, yang dikenal sebagai aset safe haven, menarik perhatian para investor yang mencari perlindungan dari ketidakpastian pasar global.

Penyebab Kenaikan Harga Emas: Retorika Perdagangan Trump dan Ketegangan Geopolitik

Salah satu faktor utama yang mendorong lonjakan harga emas adalah pernyataan Presiden Donald Trump yang semakin memperuncing ketegangan perdagangan. Retorika perdagangan Trump yang sebelumnya difokuskan pada negara-negara seperti Meksiko, Kanada, dan Tiongkok, kini meluas ke Zona Euro. Dengan kemungkinan adanya peningkatan tarif pada barang impor dari berbagai negara, para pelaku pasar semakin cemas tentang dampaknya terhadap perekonomian global. Ketidakpastian ini mendorong banyak investor untuk beralih ke emas sebagai pelindung nilai.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Selain itu, ketegangan geopolitik yang semakin memanas di Timur Tengah, serta potensi tindakan ekonomi AS terhadap Rusia, semakin memperburuk situasi. Ketegangan ini meningkatkan kekhawatiran tentang potensi konflik yang dapat mempengaruhi pasar finansial global. Dalam situasi seperti ini, emas sering dianggap sebagai pilihan investasi yang lebih aman karena sifatnya yang tidak terpengaruh oleh fluktuasi mata uang atau kebijakan moneter.

Harga Emas Tembus $2.650: Pembelian Bullion Meningkat

Pada akhir sesi perdagangan di Amerika Utara, harga emas naik lebih dari 0,39%, mencapai angka psikologis $2.650 per ounce. Pembeli terlihat semakin agresif, dengan banyak yang mengarahkan pandangan mereka pada rekor tertinggi yang sebelumnya dicapai pada angka $2.790. Harga emas tercatat berada pada posisi $2.755 per ounce setelah mengalami pemantulan dari posisi terendah harian di angka $2.741. Lonjakan harga ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap logam mulia tersebut tetap tinggi meskipun ada fluktuasi dalam pasar lainnya. Imbal hasil Treasury Inflation-Protected Securities (TIPS) 10 tahun berada pada angka 2,18%, yang menunjukkan adanya kekhawatiran inflasi yang tinggi. Para investor mencari perlindungan dari inflasi yang dapat menggerus daya beli mata uang, sehingga emas menjadi pilihan utama mereka.

Kenaikan Emas di Tengah Penguatan Dolar AS

Salah satu fenomena menarik yang terjadi pada 2025 adalah meskipun Indeks Dolar AS mengalami penguatan, harga emas tetap mencatatkan kenaikan yang signifikan. Secara tradisional, dolar yang lebih kuat cenderung menekan harga emas, karena emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Namun, situasi saat ini menunjukkan adanya permintaan yang sangat tinggi terhadap emas sebagai alat lindung nilai, meskipun dolar menguat. Para analis pasar berpendapat bahwa meskipun dolar AS lebih kuat, ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan perdagangan Trump dan potensi perang dagang yang meluas menyebabkan para investor mencari alternatif investasi yang lebih stabil. Emas, sebagai logam mulia yang memiliki nilai intrinsik, dianggap sebagai tempat yang lebih aman dibandingkan dengan aset-aset berisiko lainnya.

Retorika Perdagangan Trump dan Pengaruhnya Terhadap Ekonomi Global

Retorika perdagangan Presiden Trump yang meluas ke zona ekonomi lainnya semakin memperburuk ketegangan dalam perdagangan internasional. Beberapa kebijakan yang diumumkan oleh Trump, termasuk kemungkinan tarif universal pada semua impor ke AS, menambah ketidakpastian di pasar global. Bahkan, Trump mengonfirmasi bahwa tarif ini sedang dipertimbangkan dan mungkin diberlakukan pada tahap selanjutnya, meskipun beberapa analisis menunjukkan bahwa kebijakan ini mungkin tidak seagresif yang diperkirakan sebelumnya. Pernyataan ini juga berhubungan dengan kemungkinan dampak terhadap inflasi dan suku bunga di AS. Para analis berpendapat bahwa kebijakan perdagangan Trump bisa menyebabkan lonjakan harga-harga barang, yang pada gilirannya akan mempengaruhi daya beli konsumen.

Imbal Hasil Riil dan Peran Emas dalam Situasi Inflasi yang Meningkat

Imbal hasil riil yang naik satu basis poin turut mendukung kenaikan harga emas. Ketika imbal hasil riil naik, emas cenderung mendapat keuntungan, karena investor mencari perlindungan dari inflasi yang dapat mengurangi nilai mata uang dan daya beli konsumen. Dalam situasi ini, emas berfungsi sebagai lindung nilai yang efektif terhadap inflasi dan ketidakpastian pasar. Bahkan, jika suku bunga dipangkas oleh Federal Reserve (The Fed) pada akhir tahun 2025, yang menjadi perkiraan pasar, kenaikan harga emas bisa berlanjut. Penurunan suku bunga dianggap akan memperburuk proyeksi inflasi, yang pada gilirannya membuat emas semakin menarik bagi investor.

Perkiraan Masa Depan: Peluang Penurunan Suku Bunga dan Pengaruhnya Terhadap Emas

Para pelaku pasar memproyeksikan peluang yang hampir sama bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga dua kali pada akhir tahun 2025, dengan penurunan pertama diperkirakan terjadi pada bulan Juni. Kebijakan suku bunga yang lebih rendah cenderung membuat imbal hasil obligasi lebih rendah, sehingga mendorong investor untuk mencari aset yang lebih menguntungkan, seperti emas. Selain itu, dengan potensi penurunan suku bunga, logam mulia ini menjadi lebih menarik karena tidak terpengaruh oleh suku bunga yang rendah.

Kesimpulan

Harga emas yang mencapai rekor tertinggi di tahun 2025 mencerminkan kecemasan pasar yang semakin meningkat, terutama terkait dengan kebijakan perdagangan yang diambil oleh Presiden Donald Trump dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Meskipun dolar AS menguat, permintaan terhadap emas tetap kuat karena sifatnya sebagai aset yang aman dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan politik global.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!