Tuesday, 4 February 2025

Bestprofit | Emas Terkerek oleh Pelemahan Dolar dan Perang Dagang

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (5/2) – Pada hari Selasa malam, harga emas mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa, menembus angka $2.845 per ons, sebuah lonjakan signifikan yang mencerminkan kekhawatiran pasar terkait ketegangan geopolitik, khususnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Lonjakan ini terjadi dalam sesi perdagangan Amerika Utara, dan merupakan respon terhadap pelarian investor ke aset safe haven, seperti emas, yang dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global. Kenaikan harga emas ini didorong oleh penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS dan pelemahan Dolar AS, yang dipengaruhi oleh dampak perang dagang yang semakin intensif. Pada saat yang sama, keputusan Tiongkok untuk memberlakukan tarif balasan atas barang-barang AS dan kontrol ekspor logam-logam penting semakin memperburuk ketidakpastian pasar.

Pengaruh Perang Dagang Terhadap Pasar Global

Perang dagang antara AS dan Tiongkok telah memasuki fase baru, dengan implementasi tarif balasan oleh kedua negara. Meskipun Presiden AS, Donald Trump, memutuskan untuk menunda kenaikan tarif atas barang-barang Meksiko dan Kanada, tarif 10% atas barang-barang Tiongkok mulai diberlakukan. Langkah ini segera direspons oleh Tiongkok dengan mengenakan tarif pada berbagai produk AS, termasuk batu bara, gas alam cair (LNG), minyak mentah, peralatan pertanian, dan truk listrik. Selain itu, Tiongkok memutuskan untuk memberlakukan kontrol terhadap ekspor logam-logam tertentu yang penting untuk produksi barang elektronik.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketegangan perdagangan yang meningkat ini memicu pelarian modal ke dalam aset-aset yang dianggap lebih aman, seperti emas. Dalam hal ini, emas dipandang sebagai penyimpan nilai yang dapat mengurangi risiko investasi yang disebabkan oleh ketidakpastian global. Akibatnya, harga emas bergerak naik, dengan XAU/USD diperdagangkan pada $2.843, menunjukkan kenaikan lebih dari 1% pada hari tersebut.

Penurunan Dolar AS dan Imbal Hasil Obligasi Treasury

Salah satu faktor yang turut mendorong lonjakan harga emas adalah penurunan nilai Dolar AS. Indeks Dolar AS (DXY) tercatat turun 0,43%, menjauhi angka 108,00. Pelemahan Dolar AS membuat emas semakin menarik bagi investor, karena harga emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya. Selain itu, penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS turut memperburuk prospek dolar, yang pada gilirannya mendukung kenaikan harga emas. Pada saat yang sama, imbal hasil riil obligasi Treasury AS 10 tahun, yang diukur dengan menggunakan Sekuritas Terlindungi Inflasi Treasury (TIPS), turun hampir enam basis poin (bps) dari 2,13% menjadi 2,072%. Penurunan ini mencerminkan harapan pasar akan penurunan inflasi, yang menjadi faktor positif bagi harga emas karena logam kuning tersebut tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi.

Ketegangan Pasar Tenaga Kerja AS dan Dampaknya pada Emas

Selain faktor perang dagang dan ketegangan geopolitik, data ekonomi AS juga turut mempengaruhi pergerakan harga emas. Data terbaru dari Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja AS (JOLTS) menunjukkan bahwa jumlah lowongan pekerjaan menurun pada bulan Desember, sebuah indikasi bahwa meskipun pasar tenaga kerja tetap kuat, pertumbuhannya mulai melambat. Pembukaan pekerjaan tercatat hanya 7,6 juta, jauh lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 8 juta dan penurunan signifikan dari angka 8,156 juta yang tercatat pada bulan November. Selain itu, pesanan pabrik AS untuk bulan Desember tercatat turun sebesar 0,9%, melebihi perkiraan pasar yang mengantisipasi penurunan sebesar 0,7%. Data ini semakin menambah tekanan terhadap nilai Dolar AS dan memberikan dukungan lebih lanjut bagi harga emas, yang seringkali dilihat sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian ekonomi.

Potensi Dampak Kebijakan Federal Reserve terhadap Harga Emas

Meskipun harga emas terus mencatatkan kenaikan yang mengesankan, risiko terkait dengan kebijakan moneter Federal Reserve (Fed) tetap ada. Pidato dari pembicara-pembicara Fed dapat memengaruhi arah harga emas ke depan. Presiden Fed San Francisco, Mary Daly, baru-baru ini menyampaikan bahwa pekerjaan Fed belum selesai dalam menangani inflasi. Daly menekankan bahwa ekonomi AS berada dalam kondisi yang kuat, dan bahwa Bank Sentral berada dalam posisi yang baik untuk menunggu dan melihat dampak dari tarif dan kebijakan perdagangan yang sedang berlangsung. Kebijakan yang lebih agresif dari Fed, termasuk potensi kenaikan suku bunga, dapat memberikan tekanan pada harga emas. Saat Fed menaikkan suku bunga, hal tersebut cenderung meningkatkan imbal hasil obligasi dan memperkuat dolar, yang pada gilirannya dapat meredam permintaan untuk emas sebagai aset safe haven. Oleh karena itu, pasar akan sangat memperhatikan setiap petunjuk dari para pembicara Fed terkait kebijakan suku bunga di masa depan.

Proyeksi Masa Depan: Emas Menuju $2.850 atau Lebih Tinggi?

Dengan segala ketidakpastian yang melanda pasar global, harga emas diperkirakan akan terus melanjutkan reli kenaikan. Saat ini, harga emas sudah berada di dekat level $2.850, dan beberapa analis melihat potensi harga emas untuk menembus angka $2.900 dalam waktu dekat, tergantung pada perkembangan lebih lanjut terkait perang dagang dan kebijakan moneter global. Namun, meskipun prospek harga emas terlihat optimis, pernyataan dari para pembicara Federal Reserve dapat menjadi faktor pembatas. Jika Fed memperkenalkan kebijakan yang lebih hawkish, termasuk kenaikan suku bunga, harga emas mungkin akan mengalami penurunan atau bahkan konsolidasi. Pasar juga akan memantau perkembangan data ekonomi lainnya, seperti inflasi dan tingkat pengangguran, yang dapat memengaruhi kebijakan suku bunga Fed dan, pada gilirannya, harga emas.

Kesimpulan

Emas telah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di $2.845 pada Selasa malam, didorong oleh kekhawatiran akan perang dagang antara AS dan Tiongkok, serta faktor penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS dan pelemahan Dolar AS. Ketegangan geopolitik, penurunan imbal hasil obligasi, serta data ekonomi AS yang lebih lemah memberikan dorongan bagi permintaan emas sebagai aset safe haven. Namun, potensi kebijakan moneter yang lebih agresif dari Federal Reserve dapat membatasi kenaikan harga emas di masa depan. Dengan ketidakpastian yang terus berlanjut di pasar global, harga emas kemungkinan besar akan terus berfluktuasi, tergantung pada kebijakan moneter, perkembangan perang dagang, dan data ekonomi yang muncul. Investor akan terus memperhatikan faktor-faktor ini dalam mengambil keputusan investasi mereka di pasar emas.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!