Monday, 10 March 2025

Bestprofit | Emas Turun Di Bawah $2.900, Investor Khawatir Resesi

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (11/3) – Pada awal minggu ini, harga emas (XAU) mengalami penurunan signifikan sebesar 0,70%, merosot ke bawah angka $2.900 per ons, mencatatkan harga pada level $2.890. Penurunan ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran para investor tentang kemungkinan resesi ekonomi di Amerika Serikat (AS), yang diperburuk oleh kebijakan perdagangan kontroversial yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump. Dalam artikel ini, kita akan membahas faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan harga emas, situasi ekonomi AS, serta dampak kebijakan perdagangan Trump terhadap pasar global.

Harga Emas Tertekan oleh Sentimen Pasar yang Suram

Harga emas secara historis sering kali dianggap sebagai aset aman (safe haven) yang diminati oleh investor selama periode ketidakpastian ekonomi atau gejolak pasar. Namun, pada awal minggu ini, harga emas tertekan di tengah sentimen pasar yang suram akibat kekhawatiran terhadap resesi ekonomi global, terutama yang berasal dari Amerika Serikat. Saat penurunan harga terjadi, pasangan mata uang XAU/USD diperdagangkan pada $2.890 setelah mencapai titik tertinggi harian di angka $2.918.

Wall Street, yang merupakan barometer penting dari kinerja pasar saham AS, juga mengalami penurunan tajam. Hal ini mencerminkan ketidakpastian yang melanda pasar saham, yang dipicu oleh kekhawatiran investor tentang ekonomi AS yang melambat. Dalam beberapa bulan terakhir, investor cemas bahwa ekonomi terbesar di dunia ini menghadapi tantangan berat, dengan laju pertumbuhan yang semakin melambat.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Meningkatnya Kekhawatiran Resesi Ekonomi AS

Salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga emas adalah ketidakpastian mengenai masa depan ekonomi AS. Resesi, yang terjadi ketika ekonomi mengalami kontraksi berturut-turut selama dua kuartal berturut-turut, kini semakin terlihat sebagai kemungkinan yang sangat nyata. Laporan ekonomi yang dirilis baru-baru ini menunjukkan adanya penurunan dalam sejumlah indikator utama, seperti produksi industri dan belanja konsumen. Selain itu, laporan data ketenagakerjaan juga menunjukkan tanda-tanda kelemahan di pasar tenaga kerja.

Pada saat yang sama, model Atlanta Federal Reserve GDP Now memprediksi bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) AS untuk kuartal pertama tahun 2025 akan mengalami kontraksi sebesar -2,4%. Angka ini menjadi yang pertama kali tercatat dalam kategori negatif sejak pandemi COVID-19. Proyeksi tersebut memperburuk kekhawatiran bahwa ekonomi AS sedang menghadapi potensi stagflasi, yakni kondisi di mana inflasi tinggi terjadi bersamaan dengan stagnasi ekonomi dan pengangguran yang tinggi.

Kebijakan Perdagangan Donald Trump dan Dampaknya pada Pasar

Penyebab utama lain yang memengaruhi pergerakan harga emas adalah kebijakan perdagangan yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump. Selama masa jabatannya, Trump telah mengambil langkah-langkah yang sangat kontroversial dalam kebijakan perdagangan internasional, termasuk perang tarif dengan berbagai negara, seperti China. Keputusan-keputusan ini telah menyebabkan ketegangan perdagangan global dan berdampak pada stabilitas pasar.

Pada hari Jumat lalu, Trump memberikan pernyataan dalam sebuah wawancara yang berfokus pada kebijakan perdagangan dan dampaknya terhadap perekonomian AS. Dalam wawancara tersebut, Trump berkata, “Ada masa transisi, karena apa yang kami lakukan sangat besar. Kami membawa kekayaan kembali ke Amerika. Itu hal yang besar, dan selalu ada masa; butuh sedikit waktu.” Meskipun pernyataan tersebut menunjukkan optimisme terhadap pemulihan ekonomi AS, banyak analis dan investor yang meragukan efektivitas kebijakan tersebut dalam jangka pendek, mengingat ketegangan perdagangan yang masih berlangsung dan dampaknya terhadap perekonomian global.

Kebijakan perdagangan yang tidak pasti ini, yang lebih berfokus pada perlindungan industri domestik, telah meningkatkan ketegangan antara AS dan negara-negara mitra dagangnya. Beberapa pihak khawatir bahwa kebijakan tersebut dapat memperburuk kondisi ekonomi global, mengurangi pertumbuhan perdagangan internasional, dan menghambat aliran investasi ke pasar-pasar global. Hal ini tentu berpengaruh terhadap harga emas, yang sering kali dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi.

Emas Sebagai Aset Keamanan di Tengah Stagflasi

Meskipun harga emas mengalami penurunan pada awal minggu ini, banyak investor tetap mempertimbangkan logam mulia tersebut sebagai salah satu aset yang paling aman selama masa ketidakpastian ekonomi. Dalam kondisi stagflasi, di mana inflasi tetap tinggi sementara pertumbuhan ekonomi terhambat, investor cenderung beralih ke emas sebagai cara untuk melindungi kekayaan mereka.

Emas telah lama dikenal sebagai aset yang dapat bertahan terhadap inflasi. Dalam situasi di mana mata uang fiat seperti dolar AS melemah atau inflasi menggerus daya beli, harga emas cenderung naik. Oleh karena itu, meskipun harga emas turun sementara waktu di bawah $2.900, masih ada peluang bagi logam mulia ini untuk kembali menguat seiring dengan perkembangan lebih lanjut di pasar global dan ekonomi AS.

Peran Suku Bunga dan Kebijakan Moneter Federal Reserve

Selain kebijakan perdagangan dan proyeksi resesi, kebijakan moneter yang diterapkan oleh Federal Reserve (The Fed) juga memiliki dampak signifikan terhadap harga emas. Sejak awal pandemi COVID-19, Federal Reserve telah menurunkan suku bunga acuan ke level yang sangat rendah dan melaksanakan kebijakan pelonggaran kuantitatif untuk mendukung ekonomi AS.

Namun, dengan meningkatnya kekhawatiran tentang inflasi dan potensi resesi, banyak analis yang memperkirakan bahwa Federal Reserve mungkin akan mulai menaikkan suku bunga dalam waktu dekat untuk menahan tekanan inflasi. Kenaikan suku bunga dapat membuat emas menjadi kurang menarik karena biaya peluang untuk menyimpan emas (yang tidak memberikan hasil) menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan instrumen keuangan lainnya yang lebih menguntungkan. Ini bisa memperburuk tren penurunan harga emas dalam jangka pendek.

Kesimpulan: Ketidakpastian Ekonomi yang Terus Menghantui

Penurunan harga emas pada awal pekan ini menggambarkan bagaimana ketidakpastian ekonomi global, terutama yang berhubungan dengan resesi AS dan kebijakan perdagangan Trump, dapat memengaruhi pergerakan pasar logam mulia. Meskipun harga emas tertekan sementara, masih ada banyak faktor yang dapat memengaruhi pergerakan harga dalam jangka panjang, termasuk kebijakan moneter Federal Reserve, prospek ekonomi AS, serta ketegangan geopolitik yang melibatkan negara-negara besar.

Investor yang mencari perlindungan terhadap resesi dan inflasi masih dapat mempertimbangkan emas sebagai aset yang berharga. Namun, seperti biasa, volatilitas harga dan ketidakpastian pasar membuat keputusan investasi di pasar emas tetap memerlukan kehati-hatian. Sementara kekhawatiran mengenai stagflasi di AS meningkat, kita akan terus melihat bagaimana pasar bereaksi terhadap data ekonomi yang akan datang dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah AS dan Federal Reserve.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Sunday, 9 March 2025

Bestprofit | Emas Turun ke Bawah $2.910 akibat Imbal Hasil AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (10/3) – Pada hari Jumat, harga emas mengalami penurunan seiring dengan perbaikan yang terjadi pada nilai tukar Greenback (dolar AS) dan pemulihan imbal hasil obligasi Treasury AS. Data terbaru menunjukkan pergerakan yang signifikan di pasar emas setelah rilis laporan Nonfarm Payrolls (NFP) yang dikeluarkan oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS). Pada saat penulisan, harga XAU/USD diperdagangkan pada level $2.907, turun sekitar 0,11% dari posisi sebelumnya.

Laporan Pasar Kerja AS dan Dampaknya Terhadap Ekonomi

Laporan Nonfarm Payrolls (NFP) untuk bulan Februari mengungkapkan bahwa ekonomi AS menambah lebih banyak orang dalam angkatan kerja dibandingkan bulan Januari, meskipun tidak mencapai target yang diharapkan. Data ini menunjukkan adanya peningkatan dalam perekrutan tenaga kerja, yang meskipun tidak sesuai dengan ekspektasi pasar, tetap menjadi pertanda positif bagi perekonomian.

Salah satu poin penting dari laporan NFP ini adalah bahwa tingkat pengangguran tetap berada pada level yang relatif stabil. Gubernur Federal Reserve (Fed), Adriana Kugler, menyoroti bahwa perekrutan tetap berada di atas level impas, yang berarti ekonomi terus menciptakan lapangan pekerjaan meskipun ada ketidakpastian global yang mempengaruhi beberapa sektor.

Kugler juga mengungkapkan pandangannya tentang ketidakpastian ekonomi yang masih menyelimuti banyak sektor, yang menurutnya menjadi tantangan bagi kebijakan ekonomi di masa depan. Namun, dia menambahkan bahwa meskipun ada tantangan ini, upah tidak dianggap sebagai sumber tekanan inflasi yang besar. Hal ini memberi sinyal bahwa meskipun ada kenaikan upah, Fed tidak melihatnya sebagai faktor utama yang mempengaruhi laju inflasi saat ini.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kebijakan Moneter Federal Reserve: Stabilitas Menjadi Prioritas

Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, baru-baru ini menegaskan bahwa bank sentral AS tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Powell mengingatkan bahwa untuk mencapai target inflasi 2% di AS, akan membutuhkan waktu yang cukup panjang dan usaha yang berkelanjutan. Menurut Powell, meskipun beberapa pembacaan data ekonomi menunjukkan perbaikan, tidak ada kebutuhan mendesak bagi Fed untuk bereaksi berlebihan terhadap satu atau dua laporan data yang datang.

Dalam pernyataan terbarunya, Powell menyebutkan bahwa Fed berada dalam posisi yang baik terkait kebijakan moneter, dengan penekanan pada perlunya kebijakan yang stabil dalam mengatur inflasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Meskipun demikian, dia juga mengungkapkan bahwa masih harus dilihat bagaimana tarif atau kebijakan perdagangan internasional dapat mempengaruhi inflasi di masa depan.

Geopolitik dan Ketidakpastian Global: Pengaruh Terhadap Emas

Meskipun ada ketidakpastian di pasar tenaga kerja dan kebijakan moneter, harga emas tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan. Salah satu faktor yang membatasi potensi kenaikan harga emas adalah meredanya ketegangan geopolitik yang sempat mempengaruhi pasar dalam beberapa bulan terakhir.

Di Eropa, ada beberapa kemajuan dalam upaya perdamaian terkait konflik antara Ukraina dan Rusia, yang berdampak pada ketegangan geopolitik secara keseluruhan. Sementara itu, di Timur Tengah, upaya AS untuk menekan Hamas agar membebaskan sandera juga menjadi faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar emas.

Meskipun ketegangan geopolitik mereda, potensi pergerakan harga emas tetap terbatas karena faktor lainnya yang turut berperan dalam pergerakan pasar global.

Peran Bank Rakyat Tiongkok dan Negara-Negara Lain Dalam Pasar Emas

Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) tetap menjadi pembeli besar emas global. Menurut laporan dari World Gold Council (WGC), PBoC meningkatkan cadangannya sebesar 10 ton emas dalam dua bulan pertama tahun 2025. Meskipun demikian, pembeli terbesar emas pada awal tahun 2025 adalah Bank Nasional Polandia (NBP), yang meningkatkan cadangan emasnya sebesar 29 ton. Pembelian ini adalah yang terbesar sejak Juni 2019, ketika NBP membeli 95 ton emas dalam satu transaksi.

Pembelian emas oleh negara-negara besar ini menunjukkan bahwa meskipun harga emas berada dalam tekanan, permintaan untuk logam mulia tetap kuat. Negara-negara seperti Tiongkok dan Polandia terus memperluas cadangan emas mereka sebagai bagian dari strategi diversifikasi dan perlindungan terhadap ketidakpastian ekonomi global.

Imbal Hasil Obligasi AS dan Pengaruhnya Terhadap Harga Emas

Salah satu faktor yang turut menekan harga emas adalah pergerakan imbal hasil obligasi AS. Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun mengalami kenaikan tiga basis poin, mencapai level 4,318%. Selain itu, imbal hasil riil AS, yang diukur dengan imbal hasil Sekuritas Terlindungi Inflasi (TIPS) Treasury AS 10 tahun, juga meningkat sedikit, naik tiga setengah basis poin menjadi 1,981%.

Kenaikan imbal hasil riil ini memiliki korelasi terbalik dengan harga emas. Ketika imbal hasil obligasi AS meningkat, daya tarik emas sebagai aset bebas risiko menurun, karena investor cenderung mencari instrumen yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi, seperti obligasi. Hal ini menyebabkan harga emas tertekan meskipun ada permintaan yang kuat dari bank sentral dan investor lainnya.

Prospek Ekonomi AS dan Peluang Emas ke Depan

Meskipun data pasar tenaga kerja AS menunjukkan adanya penguatan, proyeksi ekonomi AS tetap menunjukkan adanya ketidakpastian. Model GDPNow dari Atlanta Fed memprediksi bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal pertama tahun 2025 akan mengalami kontraksi sebesar -2,4%, meskipun ada sedikit perbaikan dari proyeksi sebelumnya yang menyebutkan kontraksi sebesar -2,8%.

Proyeksi ini menggambarkan tantangan besar yang dihadapi oleh ekonomi AS. Meskipun pasar tenaga kerja menunjukkan tanda-tanda pemulihan, ada kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan masih mengalami tekanan. Oleh karena itu, meskipun ada faktor-faktor yang mendukung harga emas, seperti ketegangan geopolitik dan pembelian oleh bank sentral, faktor-faktor ekonomi domestik, terutama terkait dengan imbal hasil dan kebijakan moneter, akan terus mempengaruhi pergerakan harga emas ke depan.

Kesimpulan: Harga Emas Tertekan oleh Data Ekonomi dan Imbal Hasil

Harga emas turun pada hari Jumat karena penguatan dolar AS dan meningkatnya imbal hasil obligasi Treasury AS, yang membatasi potensi kenaikan harga logam mulia ini. Laporan pasar kerja AS, yang menunjukkan peningkatan perekrutan, memberikan dampak positif terhadap pasar tenaga kerja, tetapi gagal mencapai ekspektasi. Meskipun bank sentral seperti PBoC dan NBP terus menambah cadangan emas mereka, ketegangan geopolitik yang mereda dan kenaikan imbal hasil riil AS menjadi faktor utama yang menekan harga emas.

Dengan ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pergerakan harga emas ke depan akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter Federal Reserve, imbal hasil obligasi, dan faktor-faktor global lainnya. Meskipun ada potensi kenaikan harga emas dalam jangka panjang, investor tetap harus memantau perkembangan pasar yang dapat mempengaruhi harga logam mulia ini.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Thursday, 6 March 2025

Bestprofit | Emas Terkoreksi ke $2.910 karena Aksi Ambil Untung

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (7/3) – Emas, sebagai salah satu komoditas yang paling diperhatikan di pasar global, baru-baru ini mengalami penghentian reli harga yang sudah berlangsung selama tiga hari. Beberapa faktor makroekonomi, termasuk laporan data ekonomi yang beragam dari Amerika Serikat (AS) dan kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS, berperan dalam menghentikan momentum harga emas tersebut. Pada saat penulisan, harga emas (XAU/USD) diperdagangkan pada sekitar $2.918, yang hampir tidak mengalami perubahan signifikan.

1. Pengaruh Laporan Penggajian Nonpertanian AS terhadap Harga Emas

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi konsolidasi harga emas adalah ketidakpastian terkait dengan laporan Penggajian Nonpertanian AS yang sangat ditunggu-tunggu oleh para investor. Laporan ini seringkali menjadi indikator penting bagi keadaan perekonomian AS dan memberikan petunjuk mengenai kebijakan suku bunga yang mungkin diambil oleh The Federal Reserve (The Fed). Investor cenderung membukukan keuntungan sementara menunggu rilis data yang penting ini, yang memperburuk volatilitas harga emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

2. Kenaikan Imbal Hasil Obligasi Treasury AS yang Membebani Emas

Emas, yang tidak memberikan imbal hasil atau bunga, seringkali mengalami tekanan saat imbal hasil obligasi pemerintah AS mengalami kenaikan. Baru-baru ini, imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun mencatatkan level tertinggi dalam satu minggu, yang membatasi pergerakan harga emas. Ketika imbal hasil Treasury meningkat, para investor cenderung beralih ke instrumen yang memberikan imbal hasil, sehingga menjadikan emas kurang menarik.

Pada saat penulisan, imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun diperdagangkan pada 4,286%, setelah sebelumnya mencatatkan lonjakan yang cukup signifikan. Angka ini menunjukkan bahwa ada ketegangan di pasar obligasi yang juga berdampak pada pasar logam mulia. Emas perlu berjuang lebih keras untuk mempertahankan harga di atas angka $2.900, yang menjadi level psikologis penting bagi para trader dan investor.

3. Ketidakpastian Ekonomi Global dan Kebijakan Perdagangan AS

Pasar keuangan global saat ini diliputi oleh ketidakpastian yang besar, terutama terkait dengan kebijakan perdagangan AS. Kebijakan tarif yang diusulkan oleh Presiden AS, Donald Trump, telah memicu ketegangan dengan sejumlah negara, baik sekutu maupun musuh AS. Tarif yang diterapkan pada negara-negara seperti Kanada, Tiongkok, dan lainnya telah menyebabkan timbulnya respons balasan dari negara-negara tersebut, yang berpotensi menambah ketidakpastian global.

Meksiko juga mendapat penundaan tarif selama satu bulan, yang diperpanjang hingga 2 April. Penundaan ini muncul setelah adanya diskusi antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, mengenai perbaikan dalam penanggulangan masalah fentanil dan migrasi ilegal. Ketidakpastian ini turut memberi dampak pada pasar logam, termasuk harga emas, yang biasanya mendapat manfaat dari ketegangan geopolitik atau ketidakstabilan ekonomi.

4. Data Ekonomi AS yang Beragam Memengaruhi Sentimen Pasar

Selain faktor global, data ekonomi AS yang datang secara bergantian juga memengaruhi pasar emas. Salah satu laporan yang mencuri perhatian adalah laporan dari Challenger, Gray & Christmas, yang menunjukkan bahwa jumlah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) meningkat tajam pada Februari, mencapai level yang tidak terlihat sejak dua resesi terakhir. Lonjakan PHK ini menambah kekhawatiran tentang potensi pelambatan ekonomi di AS.

Namun, di sisi lain, data terkait klaim pengangguran mingguan menunjukkan penurunan klaim menjadi 221 ribu, yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang berada di angka 235 ribu dan 242 ribu pada minggu sebelumnya. Penurunan klaim ini memberi sedikit harapan bahwa resesi yang dikhawatirkan oleh banyak pihak mungkin tidak seburuk yang diperkirakan.

Kombinasi antara data PHK yang tinggi dan klaim pengangguran yang lebih baik menciptakan gambaran yang bertolak belakang mengenai kekuatan pasar tenaga kerja AS. Hal ini menambah ketidakpastian di kalangan investor, yang terus memantau perkembangan data ekonomi ini untuk membuat keputusan investasi, termasuk dalam pasar emas.

5. Proyeksi Pertumbuhan PDB AS yang Mengarah ke Kontraksi

Seiring dengan data ekonomi yang beragam, proyeksi untuk Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal pertama tahun 2025 menunjukkan angka yang mengecewakan. Model GDPNow dari Atlanta Fed memproyeksikan kontraksi PDB sebesar -2,4%, yang lebih buruk dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang menunjukkan penurunan sebesar -2,8%. Proyeksi negatif ini menciptakan sentimen yang pesimistis terhadap perekonomian AS, yang mungkin mendukung kenaikan harga emas sebagai aset pelindung nilai.

6. Imbal Hasil Riil AS dan Dampaknya Terhadap Emas

Imbal hasil riil AS, yang diukur melalui imbal hasil dari Sekuritas Terlindungi Inflasi (TIPS) Treasury 10 tahun, adalah faktor lain yang memengaruhi harga emas. Pada saat penulisan, imbal hasil riil AS tercatat datar pada angka 1,946%, yang berarti harga emas terhambat untuk bergerak lebih tinggi. Ketika imbal hasil riil tetap tinggi atau meningkat, emas sebagai aset tanpa imbal hasil cenderung menjadi kurang menarik bagi para investor.

7. Prediksi Pelonggaran Suku Bunga pada 2025 dan Dampaknya terhadap Emas

Meskipun saat ini pasar emas mengalami tekanan, ada prediksi bahwa pasar uang memperkirakan pelonggaran suku bunga oleh The Fed pada tahun 2025. Pedagang pasar uang saat ini mengharapkan penurunan suku bunga sebesar 74 basis poin, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang hanya 72 basis poin. Pelonggaran kebijakan moneter ini dapat memberikan dukungan positif bagi harga emas, karena suku bunga yang lebih rendah cenderung membuat emas lebih menarik sebagai alternatif investasi.

8. Kesimpulan: Konsolidasi Emas di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Secara keseluruhan, harga emas saat ini berada dalam fase konsolidasi setelah mengalami reli harga selama tiga hari sebelumnya. Pengaruh dari data ekonomi AS yang beragam, ketegangan perdagangan global, dan pergerakan imbal hasil obligasi Treasury AS menjadi faktor utama yang menahan laju harga emas. Sementara itu, ketidakpastian mengenai proyeksi pertumbuhan PDB AS dan kemungkinan pelonggaran suku bunga pada tahun 2025 tetap menjadi katalisator yang bisa memengaruhi pergerakan harga emas ke depan.

Dengan segala ketidakpastian yang ada, investor cenderung lebih berhati-hati dan memperhatikan perkembangan lebih lanjut dari laporan-laporan ekonomi yang akan datang. Emas tetap menjadi aset yang sangat sensitif terhadap dinamika pasar keuangan global, dan konsolidasi harga ini bisa menjadi peluang bagi para investor yang mencari peluang di tengah fluktuasi pasar.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Wednesday, 5 March 2025

Bestprofit | Penguatan Dolar Australia Terhadap Dolar AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2025/02/Aussie-Australia-Bestprofit.jpg

Bestprofit (6/3) – Pada hari Rabu, Dolar Australia (AUD) mengalami penguatan yang signifikan, terutama terhadap Dolar AS (USD). Pasangan mata uang AUD/USD memperoleh daya tarik setelah data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang beragam, termasuk hasil laporan PMI Jasa ISM yang menunjukkan angka yang tidak pasti dan laporan Perubahan Ketenagakerjaan ADP yang lebih lemah dari perkiraan. Dolar AS tetap berada di bawah tekanan, didorong oleh kekhawatiran mengenai perlambatan momentum ekonomi di AS. Hal ini memberikan kesempatan bagi Aussie untuk mempertahankan penguatannya, meskipun sentimen risiko global juga dipengaruhi oleh masalah perdagangan antara AS dan Tiongkok.

Ketegangan Perdagangan dan Pengaruhnya Terhadap Dolar Australia

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi pergerakan Dolar Australia adalah ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok. Pengenaan tarif baru oleh Presiden AS, Donald Trump, atas impor Tiongkok telah memperburuk ketegangan ini. Tarik ulur dalam hubungan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia berpotensi memperburuk sentimen risiko global, yang pada gilirannya dapat berdampak pada mata uang-mata uang yang terkait dengan komoditas, seperti Dolar Australia.

Pada awal Maret, Trump memperbarui tarif impor terhadap barang-barang Tiongkok dengan tambahan 10%. Pungutan tarif ini semakin memperburuk bea sebelumnya dan meningkatkan kekhawatiran pasar mengenai potensi pembalasan yang akan dilakukan oleh Tiongkok. Sebagai mitra dagang terbesar Australia, setiap ketegangan perdagangan dengan Tiongkok dapat merugikan sektor ekspor Australia, yang sangat bergantung pada permintaan dari pasar Tiongkok.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Data Ekonomi AS yang Mempengaruhi Pergerakan Dolar AS

Selain ketegangan perdagangan, laporan ekonomi dari AS juga turut berperan dalam melemahkan Dolar AS. Data PMI Jasa ISM yang dirilis menunjukkan ekspansi yang berkelanjutan di sektor jasa AS, dengan angka mencapai 53,5. Meskipun ini mencerminkan bahwa sektor jasa di AS masih mengalami pertumbuhan, angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pasar, yang mengindikasikan adanya pelambatan dalam sektor ini.

Di sisi lain, laporan Perubahan Ketenagakerjaan ADP menunjukkan hasil yang lebih buruk dari perkiraan. Laporan ini mengindikasikan bahwa sektor swasta AS mengalami pertumbuhan pekerjaan yang lebih lemah, yang berpotensi meredam optimisme mengenai kesehatan ekonomi AS. Data yang beragam ini membebani Dolar AS, karena pedagang pasar mulai menilai kemungkinan adanya perubahan kebijakan dari Federal Reserve (Fed), bank sentral AS, untuk merespons potensi hambatan ekonomi yang mungkin terjadi.

Dampak Terhadap Kebijakan Bank Sentral Australia (RBA)

Sementara itu, Bank Sentral Australia (RBA) juga berperan dalam dinamika pasar mata uang. Pada Februari 2025, RBA menurunkan suku bunga resmi sebesar 25 basis poin menjadi 4,10%, sebagai respons terhadap kekhawatiran inflasi yang masih tinggi. Keputusan ini menunjukkan bahwa RBA masih mempertahankan kebijakan moneter yang relatif lebih ketat dibandingkan dengan kebijakan suku bunga rendah yang diterapkan oleh banyak bank sentral di dunia.

Namun, meskipun RBA telah menurunkan suku bunga pada bulan Februari, ekspektasi pasar mengenai kemungkinan pelonggaran lebih lanjut masih belum pasti. Para investor dengan hati-hati menunggu data ekonomi yang akan datang untuk menentukan apakah RBA akan melakukan langkah-langkah tambahan untuk merespons perkembangan ekonomi global. Ini menambah ketidakpastian dalam pasar, di mana perubahan kebijakan moneter oleh bank sentral dapat memengaruhi daya tarik investor terhadap mata uang Australia.

Evaluasi Risiko Global dan Pengaruhnya Terhadap Permintaan Komoditas Australia

Ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok, yang turut memengaruhi pasar mata uang, berpotensi mengurangi permintaan untuk komoditas utama Australia, seperti bijih besi, batu bara, dan gas alam. Meskipun Dolar Australia menguat terhadap Dolar AS, situasi global yang penuh ketidakpastian dapat menyebabkan investor lebih berhati-hati dalam mengevaluasi aset-aset berisiko.

Australia sangat bergantung pada ekspor komoditas, dan Tiongkok sebagai mitra dagang terbesar Australia memainkan peran penting dalam permintaan untuk komoditas tersebut. Jika ketegangan perdagangan meningkat dan tarif baru diterapkan, maka ekspor Australia bisa terpengaruh. Penurunan permintaan untuk komoditas Australia akibat hambatan perdagangan bisa mengurangi daya tarik bagi mata uang AUD, meskipun pengaruh Dolar AS yang lemah memberikan beberapa dorongan bullish untuk Aussie.

Sentimen Pasar dan Prospek Dolar Australia

Meskipun Dolar Australia mendapatkan manfaat dari pelemahan Dolar AS, pasar masih berhati-hati dalam memandang prospek mata uang ini ke depan. Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan adalah potensi risiko geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global yang dapat memengaruhi sentimen investor. Ketegangan perdagangan yang terus berkembang antara AS dan Tiongkok dapat menambah volatilitas pasar, yang berpotensi membuat investor lebih cenderung untuk menghindari aset-aset berisiko, termasuk mata uang yang terkait dengan komoditas.

Selain itu, meskipun RBA telah mengambil langkah-langkah untuk menanggapi inflasi yang tinggi, kebijakan moneter yang lebih ketat mungkin akan membatasi ruang bagi penguatan AUD lebih lanjut. Pasar akan terus memantau data ekonomi dari Australia, termasuk laporan inflasi, tingkat pengangguran, dan sektor ekspor, untuk menentukan apakah RBA akan mengambil langkah tambahan untuk mengatasi tantangan ekonomi yang mungkin muncul.

Kesimpulan

Dolar Australia (AUD) berhasil menguat pada hari Rabu setelah melemahkan Dolar AS (USD), didorong oleh data ekonomi AS yang beragam dan ketegangan perdagangan yang semakin meningkat. Meskipun RBA telah menurunkan suku bunga pada Februari 2025, kebijakan moneter di Australia masih belum pasti ke depannya, tergantung pada data ekonomi yang akan datang. Para investor terus memantau risiko global dan perkembangan ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok, yang dapat mempengaruhi permintaan komoditas Australia dan daya tarik mata uang AUD.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Tuesday, 4 March 2025

Bestprofit | Emas Naik Karena Investor Cari Keamanan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (5/3) – Pada hari Selasa, 5 Maret 2025, harga emas mengalami lonjakan signifikan seiring dengan melemahnya nilai tukar Dolar AS (USD). Penyebab utama dari pergerakan harga emas ini adalah meningkatnya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS), Kanada, Meksiko, dan Tiongkok yang memunculkan kebijakan tarif baru. Dengan tarif baru yang mulai berlaku, pasar global mengalami ketidakpastian, yang pada gilirannya mendukung kenaikan harga logam mulia tersebut.

Pengaruh Tarif Baru Terhadap Pasar Global

Perang dagang yang semakin memanas telah memicu penerapan tarif baru antara negara-negara besar tersebut. Pemerintah AS telah mengenakan tarif 25% pada barang-barang yang diimpor dari Kanada dan Meksiko, serta bea tambahan sebesar 10% untuk barang-barang asal Tiongkok. Kebijakan ini mulai berlaku pada malam hari pada tanggal 5 Maret 2025, dan langsung menambah ketegangan yang sudah ada antara negara-negara besar ini.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Bagi pasar internasional, pengumuman tarif baru ini memberi dampak besar, terutama pada pergerakan mata uang. Dolar AS, yang sebelumnya menjadi salah satu mata uang yang dominan di pasar global, mulai mengalami penurunan nilai tukar secara keseluruhan. Penurunan Dolar AS ini memberi dorongan bagi harga emas untuk naik. Emas, yang sering dianggap sebagai aset safe haven, mendapat perhatian lebih dari para investor yang berusaha melindungi nilai kekayaan mereka di tengah ketidakpastian ekonomi yang semakin berkembang.

Kenaikan Harga Emas dan XAU/USD

Harga emas batangan (XAU) diperdagangkan pada $2.918 per ons, mencatatkan kenaikan sebesar 0,62% dalam waktu singkat. Kenaikan ini mencerminkan reaksi pasar terhadap ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif baru tersebut. Emas, sebagai komoditas yang sering digunakan untuk melindungi nilai dalam periode ketegangan ekonomi dan geopolitik, memperoleh momentum yang cukup signifikan.

Di sisi lain, XAU/USD (harga emas dalam satuan Dolar AS) merasakan dampak langsung dari penurunan Dolar AS. Dengan melemahnya Dolar AS, harga emas cenderung naik karena lebih murah bagi investor yang menggunakan mata uang lainnya. Meskipun pasar global masih berusaha mengukur dampak penuh dari kebijakan tarif baru, penurunan Dolar AS yang terlihat dalam beberapa hari terakhir menunjukkan potensi kenaikan lebih lanjut bagi harga emas.

Sentimen Pasar yang Suram

Di tengah ketegangan perang dagang yang meningkat, sentimen pasar secara keseluruhan tetap suram. Para pelaku pasar merasa khawatir dengan potensi dampak jangka panjang dari kebijakan tarif baru yang diterapkan oleh AS terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok. Salah satu efek langsung dari kebijakan tarif ini adalah peningkatan biaya produksi dan potensi gangguan pasokan barang, yang bisa mengganggu perekonomian global.

Meskipun demikian, investor yang mencari keamanan lebih memilih untuk mengalihkan investasinya ke dalam bentuk emas, yang dianggap sebagai penyimpan nilai yang lebih aman dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya. Ini memperlihatkan bahwa permintaan akan emas semakin meningkat, sementara pasar mata uang global, terutama Dolar AS, menunjukkan tanda-tanda pelemahan.

Emas Sebagai Aset Safe Haven

Emas telah lama dikenal sebagai salah satu instrumen investasi yang dianggap aman dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan politik. Ketika pasar saham dan mata uang menunjukkan gejolak, banyak investor yang beralih ke emas untuk melindungi nilai aset mereka. Dalam konteks perang dagang ini, ketegangan antara negara-negara besar menciptakan suasana ketidakpastian yang mendorong minat terhadap emas.

Sebagai komoditas yang bernilai secara universal, emas memiliki daya tarik di seluruh dunia, terlepas dari fluktuasi mata uang. Oleh karena itu, ketika Dolar AS melemah, emas menjadi pilihan yang lebih menarik bagi investor, baik individu maupun institusi. Permintaan yang meningkat inilah yang mendorong harga emas naik, sementara Dolar AS mengalami penurunan.

Dolar AS dan Dampaknya Terhadap Pasar Emas

Dolar AS (USD) adalah mata uang cadangan global dan memiliki pengaruh besar terhadap pergerakan pasar global. Ketika Dolar AS melemah, harga komoditas seperti emas cenderung naik karena emas dihargai dalam Dolar. Dalam hal ini, harga emas bergerak berbanding terbalik dengan Dolar AS. Jadi, ketika Dolar melemah, harga emas cenderung mengalami kenaikan.

Pelemahan Dolar AS yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, yang dipicu oleh kebijakan tarif baru AS terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok, memberi ruang bagi harga emas untuk melonjak. Dolar yang lebih lemah membuat emas lebih terjangkau bagi investor internasional yang memegang mata uang selain Dolar. Hal ini mendorong permintaan terhadap emas, yang pada akhirnya mendorong harga logam mulia tersebut naik.

Reaksi Pasar Terhadap Perang Dagang yang Berkepanjangan

Perang dagang yang berkepanjangan antara negara-negara besar ini kemungkinan akan terus memberikan dampak besar pada pasar global. Ketidakpastian yang dihasilkan dari kebijakan tarif ini tidak hanya mempengaruhi harga mata uang, tetapi juga merambat ke pasar saham dan pasar komoditas. Dalam keadaan seperti ini, investor cenderung mencari aset yang lebih stabil dan dapat diandalkan, seperti emas.

Jika ketegangan antara AS, Kanada, Meksiko, dan Tiongkok terus berlanjut, kemungkinan besar harga emas akan tetap didorong oleh permintaan yang tinggi. Emas, sebagai aset yang tidak terpengaruh langsung oleh kebijakan fiskal atau moneter suatu negara, tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang ingin melindungi nilai aset mereka dari gejolak pasar yang lebih besar.

Kesimpulan: Harga Emas Meningkat Sebagai Dampak Perang Dagang dan Pelemahan Dolar AS

Harga emas mengalami kenaikan yang signifikan pada tanggal 5 Maret 2025, seiring dengan melemahnya Dolar AS akibat kebijakan tarif baru yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok. Ketegangan yang meningkat dalam perang dagang ini memicu ketidakpastian di pasar global, yang pada gilirannya mendorong permintaan akan emas sebagai aset safe haven.

Dengan Dolar AS yang melemah, emas menjadi lebih menarik bagi para investor internasional, sehingga harga emas bergerak naik. Sementara itu, ketegangan perang dagang yang terus berlanjut berpotensi membuat sentimen pasar tetap suram, mendorong lebih banyak permintaan terhadap logam mulia tersebut.

Dalam konteks ini, emas menjadi pilihan utama bagi mereka yang mencari perlindungan dari ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Dengan adanya peningkatan permintaan dan pelemahan Dolar AS, harga emas kemungkinan akan terus mengalami tren kenaikan dalam waktu yang akan datang.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Monday, 3 March 2025

Bestprofit | Emas Melonjak Karena Peningkatan Permintaan Aset Aman

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-2.jpg

Bestprofit (4/3) – Harga emas mengalami lonjakan lebih dari 1% pada hari Senin, mengakhiri kerugian yang telah terjadi selama dua hari berturut-turut. Kenaikan ini dipicu oleh pelemahan nilai tukar dolar AS (Greenback) serta peningkatan permintaan terhadap aset yang dianggap aman seperti emas. Selain itu, penurunan imbal hasil obligasi Treasury Amerika Serikat (AS) turut memperkuat daya tarik emas sebagai tempat perlindungan dari ketidakpastian pasar. Pada saat penulisan, harga emas (XAU/USD) diperdagangkan pada level $2.888 per ounce, menunjukkan adanya penguatan signifikan.

Faktor-faktor yang Mendorong Kenaikan Harga Emas

Beberapa faktor utama yang menyebabkan lonjakan harga emas ini adalah ketegangan geopolitik yang meningkat dan adanya ancaman tarif yang disampaikan oleh Presiden AS Donald Trump. Ancaman tarif terhadap negara-negara seperti Meksiko, Kanada, dan China, yang diperkirakan akan mulai diberlakukan pada hari Selasa, turut meningkatkan kekhawatiran pasar akan potensi dampak ekonomi yang lebih luas. Ketegangan ini menyebabkan para investor mencari aset yang lebih aman, salah satunya adalah emas, yang dianggap sebagai pelindung nilai dalam situasi ketidakpastian global.

Selain ketegangan geopolitik, pengaruh besar juga datang dari penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS, khususnya obligasi 10 tahun. Penurunan ini menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi emas untuk mencatatkan kenaikan harga. Para pedagang yang melihat adanya ketidakpastian ekonomi di pasar lebih cenderung membeli emas batangan sebagai langkah perlindungan terhadap potensi gejolak pasar yang bisa terjadi di masa depan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Dampak Ketegangan Geopolitik terhadap Pasar Emas

Bentrokan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada hari Jumat lalu semakin memperburuk selera risiko pasar. Ketegangan geopolitik semacam ini seringkali menciptakan ketidakpastian yang dapat merugikan pasar saham dan meningkatkan permintaan terhadap aset yang lebih aman seperti emas. Dalam situasi seperti ini, emas menjadi pilihan utama bagi para investor yang menginginkan perlindungan terhadap risiko global yang meningkat.

Ancaman tarif yang dikeluarkan oleh Trump juga memberi dampak besar pada pasar. Tarif yang dikenakan pada negara-negara besar seperti Meksiko, Kanada, dan China dapat mempengaruhi aliran perdagangan internasional dan merugikan perekonomian global. Hal ini menyebabkan para investor mencari aman dengan membeli aset yang stabil dan relatif tidak terpengaruh oleh perubahan kebijakan perdagangan internasional, yaitu emas.

Data Ekonomi AS yang Mendorong Permintaan Emas

Data ekonomi terbaru dari AS juga memberikan kontribusi terhadap peningkatan permintaan emas. Meskipun sektor manufaktur di AS pada bulan Februari menunjukkan kinerja yang bervariasi, secara keseluruhan data tersebut menambah ketidakpastian mengenai prospek ekonomi negara tersebut. Indeks S&P Global untuk sektor manufaktur menunjukkan adanya sedikit perbaikan, sementara data dari Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan penurunan, meskipun masih menunjukkan adanya pertumbuhan.

PMI Manufaktur ISM AS untuk Februari tercatat tetap stabil di 50,3, sedikit turun dari 50,9 dan sedikit lebih rendah dari perkiraan pasar yang sebesar 50,5. Penurunan ini menunjukkan adanya sedikit perlambatan dalam aktivitas bisnis sektor manufaktur AS. Di sisi lain, data PMI Manufaktur Global dari S&P Global menunjukkan ekspansi sektor manufaktur di luar AS, yang naik menjadi 52,7 dari 51,2, melampaui ekspektasi 51,6.

Namun, meskipun ada ekspansi global, ketidakpastian di sektor manufaktur AS tetap memberikan dampak yang lebih luas terhadap sentimen pasar, dan hal ini menjadi salah satu faktor yang memicu lonjakan harga emas.

Prospek Ekonomi AS dan Pengaruhnya terhadap Harga Emas

Prospek ekonomi AS menjadi perhatian penting dalam menentukan arah pergerakan harga emas. Pada saat yang sama, imbal hasil riil AS, yang diukur dengan menggunakan Sekuritas yang Dilindungi Inflasi (TIPS) Treasury 10 tahun, mengalami penurunan hampir tiga basis poin menjadi 1,808%. Penurunan ini mengindikasikan bahwa pasar mulai meragukan kekuatan pertumbuhan ekonomi AS ke depannya.

Dalam pidatonya, Presiden Federal Reserve St. Louis, Alberto Musalem, menyebutkan bahwa prospek pertumbuhan ekonomi AS masih solid, namun data ekonomi terbaru menunjukkan adanya risiko penurunan. Peningkatan ketidakpastian ekonomi ini menyebabkan pasar semakin mengandalkan emas sebagai aset yang lebih stabil dan aman.

Penurunan Imbal Hasil Obligasi AS dan Pengaruhnya Terhadap Emas

Salah satu faktor penting yang turut mendukung kenaikan harga emas adalah penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Obligasi pemerintah AS 10 tahun tercatat turun dua basis poin (bps) ke level 4,176%, yang terakhir kali tercatat pada Desember 2024. Penurunan imbal hasil ini menunjukkan adanya penurunan ekspektasi terhadap pertumbuhan ekonomi AS, yang pada gilirannya meningkatkan daya tarik emas sebagai aset yang lebih aman.

Imbal hasil riil yang turun menciptakan lingkungan di mana instrumen investasi lain seperti obligasi AS menjadi kurang menarik bagi investor. Emas, yang tidak memberikan imbal hasil tetapi dianggap sebagai aset yang lebih stabil, menjadi pilihan yang semakin populer. Oleh karena itu, semakin banyak investor yang beralih ke emas, mendorong harga menuju level yang lebih tinggi.

Outlook Pasar Emas ke Depan

Melihat data ekonomi yang ada dan ketegangan geopolitik yang terus berkembang, outlook untuk harga emas dalam waktu dekat masih menunjukkan prospek yang positif. Dengan adanya ketidakpastian ekonomi yang meningkat, baik di dalam negeri AS maupun di pasar global, emas diperkirakan akan terus menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan dari potensi risiko.

Selain itu, pasar juga memprediksi bahwa Federal Reserve (Fed) kemungkinan akan melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut. Menurut data dari Prime Market Terminal, pasar uang telah memperkirakan bahwa Fed akan mengurangi suku bunga sebesar 71 basis poin (bps) pada pertemuan mendatang, naik dari 58 bps yang diperkirakan sebelumnya. Kebijakan ini bisa semakin mendukung harga emas yang cenderung menguat ketika suku bunga rendah.

Kesimpulan

Kenaikan harga emas lebih dari 1% pada hari Senin mencerminkan meningkatnya ketidakpastian pasar yang disebabkan oleh ketegangan geopolitik, ancaman tarif, dan data ekonomi AS yang bervariasi. Meskipun sektor manufaktur menunjukkan sedikit perlambatan, ada juga sinyal positif dari pasar global yang menunjukkan ekspansi. Namun, faktor-faktor ini mendorong permintaan terhadap emas sebagai aset yang aman, dengan imbal hasil obligasi AS yang menurun dan prospek ekonomi AS yang pesimis. Para pedagang yang mencari keamanan telah membeli emas batangan, mendorong harga menuju $2.900, sementara pasar terus mengantisipasi kebijakan lebih lanjut dari Federal Reserve yang dapat mempengaruhi arah pergerakan harga emas ke depan.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Sunday, 2 March 2025

Bestprofit | Emas Naik, Bisa Capai $3.100 Akhir Tahun

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (3/3) – Harga emas kembali mencatatkan kenaikan signifikan dalam perdagangan awal Asia, dengan harga emas spot mengalami kenaikan sebesar 0,4% menjadi $2.868,21 per ons. Kenaikan ini menambah sentimen positif terhadap logam mulia tersebut di tengah ketidakpastian ekonomi global. Laporan terbaru dari Goldman Sachs Research, yang dipimpin oleh analis Lina Thomas, memperkirakan bahwa harga emas akan terus naik hingga mencapai angka $3.100 per ons pada akhir tahun. Proyeksi ini didorong oleh permintaan yang lebih tinggi dari bank sentral serta faktor-faktor ketidakpastian kebijakan yang terus berlangsung. Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai faktor yang mendasari proyeksi kenaikan harga emas, serta bagaimana ketidakpastian politik dan ekonomi dapat memainkan peran besar dalam memperkuat daya tarik emas sebagai aset safe haven.

Pemicu Kenaikan Harga Emas: Permintaan Bank Sentral yang Lebih Tinggi

Salah satu faktor utama yang mendorong proyeksi kenaikan harga emas adalah tingginya permintaan dari bank-bank sentral. Dalam laporan tersebut, Goldman Sachs menyebutkan bahwa permintaan dari bank sentral diperkirakan akan lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Beberapa negara telah memperkuat cadangan emas mereka sebagai langkah antisipasi terhadap ketidakpastian ekonomi global. Meningkatnya ketegangan geopolitik dan kebijakan moneter yang tidak pasti di beberapa negara besar, seperti Amerika Serikat dan China, turut mempengaruhi keputusan bank-bank sentral untuk memperbanyak cadangan emas mereka.

Pada tahun-tahun sebelumnya, bank sentral telah menjadi pembeli emas terbesar di dunia, dan tren ini tampaknya akan berlanjut. Bank-bank sentral cenderung membeli emas sebagai langkah untuk mendiversifikasi cadangan devisa mereka dan mengurangi ketergantungan pada mata uang utama seperti dolar AS. Di tengah ketegangan politik dan perdagangan internasional, emas tetap menjadi aset yang dianggap aman dan tahan terhadap inflasi serta fluktuasi nilai tukar mata uang.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketidakpastian Kebijakan Moneter dan Fiskal: Dampak pada Harga Emas

Selain permintaan dari bank sentral, ketidakpastian yang terkait dengan kebijakan moneter dan fiskal juga memberikan dorongan signifikan bagi harga emas. Analis Goldman Sachs, Lina Thomas, mengungkapkan bahwa ketidakpastian kebijakan ini dapat memperpanjang periode kenaikan harga emas. Ketika kebijakan moneter dan fiskal tidak dapat diprediksi atau tidak stabil, investor cenderung beralih ke aset safe haven seperti emas untuk melindungi nilai kekayaan mereka.

Salah satu contoh ketidakpastian yang dapat memengaruhi harga emas adalah kebijakan suku bunga. Bank-bank sentral besar di dunia, seperti Federal Reserve Amerika Serikat dan European Central Bank, sering kali memberikan sinyal yang tidak jelas terkait perubahan suku bunga mereka. Ketika suku bunga rendah atau bahkan negatif, imbal hasil yang dihasilkan dari instrumen keuangan lain, seperti obligasi dan tabungan, menjadi kurang menarik. Dalam kondisi ini, emas menjadi pilihan yang lebih menarik bagi investor yang ingin melindungi aset mereka dari potensi risiko inflasi.

Selain itu, ketegangan politik yang berhubungan dengan kebijakan perdagangan internasional, terutama perang tarif antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China, dapat memperburuk ketidakpastian ekonomi. Ketika investor merasa cemas tentang dampak kebijakan tersebut terhadap ekonomi global, mereka sering kali beralih ke emas sebagai aset yang lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi politik atau ekonomi tertentu.

Daya Tarik Emas Sebagai Aset Safe Haven

Emas telah lama dikenal sebagai aset safe haven yang dapat memberikan perlindungan terhadap ketidakpastian ekonomi dan politik. Dalam waktu-waktu ketegangan atau krisis, investor cenderung mencari aset yang dapat bertahan atau bahkan naik nilainya, meskipun pasar lainnya mengalami penurunan. Emas telah terbukti menjadi pilihan utama dalam situasi seperti ini.

Peran emas sebagai pelindung nilai terhadap inflasi juga sangat penting. Ketika inflasi meningkat, daya beli mata uang fiat akan tergerus, namun emas tetap mempertahankan nilainya. Ini menjadikannya sebagai pelindung terhadap penurunan daya beli mata uang yang disebabkan oleh lonjakan harga barang dan jasa. Seiring dengan peningkatan ketidakpastian ekonomi global, permintaan terhadap emas sebagai alat lindung nilai semakin meningkat.

Spekulasi dan Posisi Net Long Emas: Menunggu Momentum yang Tepat

Selain permintaan fisik dan faktor ketidakpastian kebijakan, ada juga faktor spekulasi yang dapat mempengaruhi harga emas. Analis Lina Thomas mencatat bahwa ketidakpastian ini bisa mendorong spekulan untuk mempertahankan posisi net long mereka dalam emas lebih lama. Posisi net long mengacu pada jumlah kontrak atau posisi yang dipertahankan oleh investor yang mengharapkan harga emas akan terus naik.

Dalam kondisi pasar yang volatil, banyak spekulan memilih untuk menahan posisi mereka dalam emas sebagai aset yang lebih aman, dengan harapan harga emas akan terus naik. Namun, pergerakan harga emas ini bisa bersifat sementara. Jika investor mulai merasa lebih percaya diri tentang prospek ekonomi dan politik global, mereka mungkin akan menjual emas dan beralih ke aset yang lebih berisiko, seperti saham atau obligasi, yang menawarkan potensi keuntungan lebih tinggi dalam jangka panjang.

Dampak Ketidakpastian Geopolitik pada Pasar Emas

Selain ketidakpastian kebijakan domestik, ketidakpastian geopolitik juga dapat memiliki dampak besar pada harga emas. Ketegangan politik di wilayah Timur Tengah, ketegangan antara negara-negara besar, serta potensi krisis politik di negara-negara besar dapat menciptakan kondisi pasar yang tidak menentu. Ketika pasar saham mengalami volatilitas atau ketegangan politik meningkat, investor sering kali melarikan diri ke aset yang lebih aman, seperti emas.

Faktor-faktor eksternal ini menciptakan dasar yang kuat bagi harga emas untuk terus mengalami kenaikan, meskipun dihadapkan dengan dinamika ekonomi global yang kompleks. Dalam situasi seperti ini, permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven menjadi sangat tinggi, dan ini dapat mendorong harga emas lebih tinggi lagi dalam jangka pendek.

Kesimpulan: Emas Akan Terus Menjadi Aset yang Menjanjikan

Proyeksi Goldman Sachs tentang harga emas yang bisa mencapai $3.100 per ons pada akhir tahun ini didasarkan pada kombinasi berbagai faktor, mulai dari permintaan yang kuat dari bank sentral hingga ketidakpastian kebijakan dan geopolitik. Emas terus menunjukkan dirinya sebagai aset safe haven yang tidak terpengaruh oleh fluktuasi pasar yang lebih berisiko. Meskipun ada kemungkinan harga emas akan turun jika investor merasa lebih percaya diri tentang prospek ekonomi dan politik, dalam jangka panjang, faktor-faktor yang mendasari permintaan emas diperkirakan akan terus mendukung kenaikan harga emas.

Dengan ketidakpastian global yang masih berlangsung, baik dalam hal kebijakan moneter, geopolitik, maupun inflasi, emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan nilai dalam menghadapi volatilitas pasar. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika harga emas diperkirakan akan terus naik, dan bisa saja mencapai angka yang lebih tinggi lagi seiring dengan berlanjutnya tren ketidakpastian global.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Thursday, 27 February 2025

Bestprofit | Emas Terus Menurun

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (28/2) – Pada hari Kamis (27/2), harga emas mengalami penurunan yang signifikan, turun ke level $2.880 per ons setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi $2.950 pada hari Senin. Penurunan harga emas ini terjadi akibat penguatan dolar AS yang dipicu oleh pengumuman serangkaian kebijakan tarif baru oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai faktor yang memengaruhi pergerakan harga emas, termasuk kebijakan tarif baru, data ekonomi AS, dan kondisi permintaan fisik emas di pasar global.

1. Pengumuman Tarif Baru oleh Presiden Trump

Salah satu penyebab utama penurunan harga emas pada 27 Februari adalah pengumuman tarif baru yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump. Beberapa menit setelah Menteri Keuangan Steven Mnuchin hanya memberikan indikasi tentang kemungkinan tarif baru untuk bulan April, Trump mengumumkan penerapan tarif 25% pada Kanada dan Meksiko yang akan dimulai minggu depan. Kebijakan tarif baru ini langsung menciptakan ketegangan di pasar global, yang berimbas pada penguatan dolar AS. Meningkatnya nilai dolar AS ini menyebabkan investor lebih memilih untuk membeli dolar ketimbang emas, yang pada gilirannya menyebabkan harga emas turun.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Selain tarif terhadap Kanada dan Meksiko, Trump juga mengumumkan pembatasan perdagangan dengan Tiongkok dan menetapkan pungutan baru pada Uni Eropa. Kebijakan tersebut berfungsi untuk merugikan permintaan mata uang asing, yang pada akhirnya meningkatkan permintaan terhadap dolar AS. Dolar yang lebih kuat membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang asing, yang juga mendorong penurunan harga emas.

2. Pengaruh Dolar AS yang Lebih Kuat

Kenaikan dolar AS merupakan faktor kunci dalam penurunan harga emas. Sejak kebijakan tarif diumumkan, dolar AS menguat signifikan terhadap sebagian besar mata uang utama dunia. Kenaikan dolar ini membuat emas, yang diperdagangkan dalam dolar, menjadi lebih mahal bagi para pembeli internasional. Sebagai komoditas yang dihargai dalam dolar, emas cenderung bergerak berlawanan arah dengan nilai tukar dolar. Ketika dolar menguat, emas biasanya mengalami penurunan harga, karena investor lebih memilih untuk membeli dolar yang lebih kuat.

Selain itu, penguatan dolar ini juga disebabkan oleh investor yang beralih ke aset-aset berisiko lebih rendah, seperti dolar, karena ketegangan perdagangan yang meningkat. Ketika ada ketidakpastian ekonomi global, dolar AS sering kali dianggap sebagai tempat yang aman untuk berinvestasi, dan ini memperburuk kondisi bagi harga emas.

3. Dampak Data Ekonomi AS

Selain kebijakan tarif dan penguatan dolar, data ekonomi AS juga memberikan dampak pada harga emas. Meskipun data ekonomi AS menunjukkan bahwa pertumbuhan tahunan pada kuartal keempat 2019 tetap stabil di angka 2,3%, kekhawatiran tentang kemungkinan melambatnya ekonomi AS tetap ada. Salah satu faktor yang menambah kekhawatiran tersebut adalah lonjakan klaim pengangguran, yang menjadi tanda bahwa pasar tenaga kerja AS mungkin mulai melemah. Sementara itu, pasar tenaga kerja yang ketat telah menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi AS selama beberapa tahun terakhir.

Peningkatan klaim pengangguran dapat mengindikasikan adanya kesulitan dalam sektor tenaga kerja, yang berpotensi meredam optimisme mengenai prospek ekonomi AS ke depan. Meskipun demikian, data ekonomi yang lebih kuat dari AS biasanya akan membuat investor lebih tertarik pada aset-aset seperti saham dan dolar AS, yang dapat menekan permintaan terhadap emas sebagai aset safe-haven.

4. Penurunan Permintaan Fisik Emas

Salah satu faktor tambahan yang memengaruhi penurunan harga emas adalah tanda-tanda melemahnya permintaan fisik emas di pasar internasional. Sebagai salah satu konsumen terbesar emas, Tiongkok memainkan peran penting dalam pasar global. Namun, data terbaru menunjukkan bahwa impor emas China melalui Hong Kong mengalami penurunan yang signifikan, mencapai level terendah dalam hampir tiga tahun pada bulan Januari. Penurunan impor ini mengindikasikan bahwa permintaan fisik emas dari Tiongkok mungkin sedang melambat, yang dapat menekan harga emas di pasar global.

Selain itu, data dari Swiss juga menunjukkan penurunan yang tajam dalam ekspor emas ke China. Ekspor emas dari Swiss ke China tercatat mengalami penurunan sebesar 99% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini menunjukkan bahwa permintaan fisik emas dari pasar utama seperti Tiongkok bisa jadi lebih rendah, yang semakin memberi tekanan pada harga emas. Permintaan fisik yang lebih rendah, terutama dari negara-negara pengimpor utama, seperti China dan India, dapat menjadi faktor penting dalam penurunan harga emas dalam waktu dekat.

5. Prospek Harga Emas ke Depan

Meskipun harga emas turun pada hari Kamis (27/2), prospek harga emas di masa depan tetap bergantung pada sejumlah faktor. Salah satu faktor yang dapat mendorong harga emas naik lagi adalah ketidakpastian ekonomi global. Ketika ketegangan perdagangan meningkat dan pasar keuangan global mengalami volatilitas, permintaan terhadap emas sebagai aset safe-haven kemungkinan akan kembali meningkat. Emas sering kali dianggap sebagai pelindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi, dan dalam situasi yang penuh gejolak, investor sering kali beralih ke emas.

Namun, faktor lain yang harus diperhatikan adalah kebijakan moneter dari Bank Sentral AS (The Fed). Jika The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut atau melonggarkan kebijakan moneter guna mendukung perekonomian, maka hal ini bisa mendorong harga emas naik. Suku bunga yang lebih rendah biasanya mengurangi daya tarik dolar AS dan meningkatkan daya tarik emas, karena emas tidak memberikan hasil bunga.

6. Kesimpulan

Harga emas yang turun ke $2.880 per ons pada 27 Februari menunjukkan dampak dari serangkaian faktor yang saling berinteraksi. Pengumuman tarif baru oleh Presiden Trump, penguatan dolar AS, data ekonomi AS yang menunjukkan potensi pelambatan, dan penurunan permintaan fisik emas dari pasar utama seperti Tiongkok semuanya berkontribusi terhadap penurunan harga emas. Meskipun demikian, ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan moneter AS tetap menjadi faktor kunci yang dapat mempengaruhi harga emas ke depan. Dalam situasi ketidakpastian ekonomi, emas tetap menjadi aset yang diminati sebagai pelindung nilai terhadap risiko global.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Wednesday, 26 February 2025

Bestprofit | Emas Turun, Investor Tunggu Data PCE AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (27/2) – Pada hari Rabu, 26 Februari, harga emas mengalami penurunan setelah mencapai rekor tertinggi beberapa hari sebelumnya. Penurunan ini terjadi di tengah ketidakpastian pasar yang berkaitan dengan potensi perubahan kebijakan ekonomi, terutama yang melibatkan tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, serta data inflasi yang diharapkan akan dirilis pada akhir pekan ini.

Penurunan Harga Emas Spot

Harga emas spot turun sebesar 0,1% menjadi $2.912,51 per ons pada pukul 01:49 p.m. ET (1849 GMT). Penurunan ini terjadi setelah harga emas mencapai rekor tertinggi pada hari Senin, yaitu $2.956,15 per ons. Rekor tersebut tercatat di tengah kekhawatiran terkait perang dagang yang bisa muncul akibat ancaman tarif dari pemerintah AS. Emas dianggap sebagai salah satu lindung nilai yang aman terhadap ketidakpastian global, dan para investor cenderung beralih ke emas sebagai bentuk perlindungan terhadap potensi ketidakstabilan ekonomi dan geopolitik.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Penyebab Penurunan Harga Emas

Penurunan harga emas pada hari Rabu tidak mengherankan banyak pihak, mengingat kondisi pasar yang cenderung stabil setelah periode volatilitas yang tinggi. David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, mengungkapkan bahwa meskipun tren bullish untuk harga emas masih berlangsung, periode konsolidasi menjelang beberapa data penting yang akan dirilis pada akhir pekan ini dapat menyebabkan penurunan harga sementara.

“Tren bullish masih berlangsung… Kami tidak terkejut dengan periode konsolidasi menjelang beberapa data penting,” kata Meger. Konsolidasi ini merujuk pada fase di mana harga emas bergerak dalam kisaran sempit, tanpa ada pergerakan yang signifikan, hingga informasi lebih lanjut atau data yang diharapkan dapat memberikan petunjuk tentang arah pergerakan harga berikutnya.

Pengaruh Kebijakan Tarif Presiden AS

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi harga emas adalah kebijakan tarif yang akan diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump. Pada hari Selasa, Trump memerintahkan penyelidikan terhadap potensi penerapan tarif baru, termasuk tarif pada impor tembaga. Tembaga adalah logam yang penting untuk berbagai sektor, mulai dari kendaraan listrik hingga perangkat keras militer, jaringan listrik, dan barang konsumen.

Keputusan ini membuka babak baru dalam ketegangan perdagangan antara AS dan negara-negara mitra dagangnya, dengan kemungkinan dampak pada harga logam lainnya. Meskipun harga emas mengalami penurunan pada hari Rabu, investor tetap fokus pada perkembangan kebijakan tarif ini, mengingat dampaknya yang dapat memengaruhi pasar komoditas global.

Fokus Investor pada Data Inflasi

Selain kebijakan tarif, investor juga menunggu data inflasi yang akan dirilis pada akhir minggu ini. Laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang dianggap sebagai pengukur inflasi pilihan oleh Federal Reserve (Bank Sentral AS), akan dirilis pada hari Jumat. Data inflasi ini diharapkan dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai kebijakan moneter yang akan diambil oleh Federal Reserve, terutama terkait dengan potensi pemotongan suku bunga.

Jika inflasi lebih tinggi dari perkiraan, hal ini dapat menunda pemotongan suku bunga lebih lanjut, yang sebelumnya sudah diperkirakan oleh pasar. Sebagai lindung nilai terhadap inflasi, emas memiliki potensi untuk naik lebih tinggi jika tekanan inflasi meningkat. Dalam hal ini, harga emas dapat kembali menguat, seiring dengan semakin tingginya permintaan untuk emas sebagai aset yang dapat melindungi nilai dari inflasi.

Dampak Kebijakan Suku Bunga Federal Reserve terhadap Harga Emas

Pada tahun lalu, Bank Sentral AS melakukan pemotongan suku bunga sebanyak tiga kali, dengan total pemotongan sebesar 75 basis poin. Meskipun sudah ada ekspektasi bahwa suku bunga akan tetap rendah, pasar uang saat ini memprediksi adanya penurunan lebih lanjut, yakni sekitar 54 basis poin pada akhir tahun ini. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar mengharapkan dua langkah pelonggaran suku bunga sebesar 25 basis poin, serta sekitar 20% peluang adanya penurunan tambahan.

“Perilaku bank sentral akan menjadi kunci bagi nasib emas, karena emas telah menjadi elemen penting bagi permintaan dalam beberapa tahun terakhir,” kata Frank Watson, analis pasar di Kinesis Money. Harga emas sangat sensitif terhadap perubahan kebijakan suku bunga, karena suku bunga yang lebih rendah membuat emas menjadi lebih menarik dibandingkan dengan instrumen investasi lain yang memberikan imbal hasil lebih tinggi.

Perkembangan Harga Logam Lainnya

Selain emas, harga logam lainnya juga mengalami pergerakan pada hari tersebut. Harga perak spot naik sebesar 0,3% menjadi $31,81 per ons, sementara harga platinum turun 0,1% menjadi $965,55 per ons. Paladium, yang sering dikaitkan dengan sektor otomotif, mengalami penurunan lebih besar, turun 0,9% menjadi $919,50 per ons.

Penurunan harga logam-logam ini mencerminkan perubahan dinamika di pasar logam mulia secara keseluruhan. Meskipun emas tetap menjadi perhatian utama bagi para investor, pergerakan harga logam lainnya tetap perlu dicermati, terutama bagi investor yang memiliki portofolio logam mulia yang lebih beragam.

Prospek Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Dalam jangka pendek, harga emas mungkin akan terus mengalami konsolidasi seiring dengan menunggu data-data ekonomi yang akan datang, seperti laporan inflasi dan kebijakan yang akan diambil oleh Federal Reserve. Namun, dalam jangka panjang, ketidakpastian ekonomi dan geopolitik yang masih ada, ditambah dengan kebijakan moneter yang cenderung mendukung emas, memberikan prospek positif bagi harga emas.

Bagi investor, emas tetap menjadi salah satu instrumen yang diandalkan untuk melindungi portofolio dari ketidakpastian dan inflasi. Oleh karena itu, meskipun harga emas turun pada hari Rabu, potensi kenaikan harga emas dalam waktu dekat tetap tinggi, terutama jika data inflasi dan kebijakan moneter memperkuat posisi emas sebagai lindung nilai yang aman.

Kesimpulan

Harga emas mengalami penurunan pada hari Rabu, 26 Februari, setelah mencapai rekor tertinggi beberapa hari sebelumnya. Penurunan ini terjadi menjelang data inflasi yang akan dirilis pada akhir pekan ini dan perkembangan lebih lanjut mengenai kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. Meskipun ada konsolidasi dalam jangka pendek, harga emas diperkirakan akan tetap mendominasi pasar sebagai aset yang aman, dengan prospek kenaikan harga yang tinggi seiring dengan tekanan inflasi dan kebijakan moneter yang mendukung.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Tuesday, 25 February 2025

Bestprofit | Emas Anjlok, Investor Lakukan Aksi Jual

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/04/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (26/2) – Pada hari Selasa (25/2), harga emas mengalami penurunan tajam, mencapai level terendah dalam lebih dari seminggu. Penurunan ini terjadi setelah harga emas mencatatkan rekor tertinggi pada sesi sebelumnya, didorong oleh ketidakpastian pasar akibat rencana tarif Presiden AS Donald Trump. Pada pukul 01:46 pagi waktu setempat (1846 GMT), harga emas spot turun 1,4% menjadi $2.909,59 per ons. Meskipun sempat mencapai rekor tertinggi $2.956,15 per ons pada hari Senin, harga emas berjangka AS juga turun 1,5% pada level $2.918,80. Penurunan ini memperlihatkan dinamika pasar yang dipengaruhi oleh aksi ambil untung serta sentimen terhadap kebijakan perdagangan global.

Aksi Ambil Untung dan Penurunan Harga Emas

Harga emas spot yang turun tajam ini menunjukkan adanya aksi ambil untung setelah mencapai puncaknya pada hari Senin. Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, menjelaskan bahwa penurunan harga emas disebabkan oleh investor yang membukukan keuntungan setelah harga emas mencapai rekor tertinggi. “Anda melihat aksi ambil untung serta orang-orang yang ingin keluar dan membangun kembali posisi pada harga yang lebih rendah,” ujar Haberkorn. Hal ini menggambarkan sifat pasar yang sangat reaktif terhadap fluktuasi harga, terutama setelah emas mencapai level tertingginya.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Emas sebagai aset safe haven memang dikenal memiliki daya tarik kuat bagi investor yang mencari tempat perlindungan di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Namun, ketika harga mencapai puncaknya, banyak investor memilih untuk merealisasikan keuntungan mereka, yang pada gilirannya menyebabkan penurunan harga emas dalam jangka pendek. Meskipun demikian, penurunan harga ini sering kali dianggap sebagai peluang untuk membeli kembali pada harga yang lebih rendah, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi yang masih terus berlanjut.

Ketidakpastian Kebijakan Tarif AS

Penyebab utama ketidakpastian yang mendukung lonjakan harga emas adalah kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap impor dari Kanada dan Meksiko. Trump mengonfirmasi pada hari Senin bahwa tarif impor tersebut akan tetap diterapkan tepat waktu dan sesuai jadwal, meskipun negara-negara tersebut telah berupaya meningkatkan keamanan perbatasan mereka dan menghentikan aliran fentanil ke AS menjelang batas waktu yang ditetapkan pada 4 Maret. Keputusan ini menciptakan ketegangan dalam hubungan perdagangan antara AS dan dua negara tetangga terbesarnya, yang pada gilirannya meningkatkan volatilitas pasar.

Ketegangan perdagangan antara AS dan negara-negara lainnya seringkali menjadi pemicu lonjakan harga emas. Ketidakpastian mengenai masa depan kebijakan tarif AS menciptakan ketegangan di pasar global, sehingga membuat investor cenderung beralih ke emas sebagai aset pelindung nilai. Meskipun demikian, saat aksi ambil untung terjadi, harga emas bisa mengalami penurunan sementara, namun secara umum, ketidakpastian ini tetap menjadi faktor yang mendukung permintaan terhadap emas.

Reaksi Investor terhadap Ketidakpastian

Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals, berpendapat bahwa meskipun terjadi penurunan harga emas, ketidakpastian yang masih ada akan terus memicu minat beli terhadap emas. “Saya masih berpikir bahwa ada cukup banyak ketidakpastian di luar sana yang terkait dengan tarif (dan) perdagangan secara lebih umum… penurunan akan terus dipandang sebagai peluang pembelian,” ujar Grant. Meskipun harga emas turun, banyak investor yang melihat penurunan ini sebagai kesempatan untuk membeli pada harga yang lebih rendah.

Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun harga emas mengalami volatilitas, terutama di tengah fluktuasi kebijakan perdagangan global, minat terhadap emas sebagai aset safe haven tetap tinggi. Ketidakpastian seputar kebijakan tarif dan potensi ketegangan perdagangan global tetap menjadi faktor yang mendukung daya tarik emas di mata investor. Oleh karena itu, meskipun harga emas turun dalam jangka pendek, tren jangka panjang masih menunjukkan potensi kenaikan.

Posisi Spekulan Emas dan Tren Pasar

Data terbaru menunjukkan bahwa spekulan emas memangkas posisi beli bersih mereka sebanyak 13.605 kontrak menjadi 201.962 dalam seminggu hingga 18 Februari. Penurunan posisi beli ini mencerminkan aksi ambil untung yang terjadi di kalangan spekulan emas. Namun, meskipun posisi beli berkurang, total posisi beli bersih masih cukup signifikan, menunjukkan bahwa investor masih tetap optimis terhadap prospek jangka panjang emas.

Emas sering dianggap sebagai aset yang berfungsi sebagai pelindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Oleh karena itu, meskipun terdapat penurunan harga dalam jangka pendek, investor tetap cenderung membeli kembali emas ketika harga turun, dengan harapan bahwa ketidakpastian ekonomi yang ada akan mendorong harga emas naik di masa depan.

Respons Federal Reserve terhadap Inflasi dan Pasar Tenaga Kerja

Selain ketidakpastian terkait kebijakan tarif, faktor lain yang memengaruhi harga emas adalah perkembangan inflasi di AS. Dalam penelitian yang diterbitkan oleh Federal Reserve San Francisco pada hari Senin, investor dan ekonom memperkirakan bahwa The Federal Reserve akan merespons “dengan kuat dan sistematis” terhadap perubahan inflasi dan pasar tenaga kerja. Jika inflasi meningkat lebih tinggi dari yang diperkirakan, The Fed kemungkinan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk menanggulangi inflasi tersebut.

Tingginya suku bunga dapat menurunkan daya tarik emas sebagai aset investasi, karena emas tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi atau saham. Dalam hal ini, kebijakan moneter yang lebih ketat dari The Fed dapat mempengaruhi permintaan terhadap emas, karena investor cenderung mencari aset yang memberikan imbal hasil lebih tinggi ketika suku bunga naik. Oleh karena itu, pengaruh inflasi dan kebijakan suku bunga The Fed menjadi faktor penting dalam menentukan arah pergerakan harga emas.

Prospek Jangka Panjang Emas

Meskipun terjadi penurunan harga emas dalam jangka pendek, prospek jangka panjang emas masih cukup cerah. Ketidakpastian yang terus berlanjut terkait kebijakan perdagangan global, inflasi, dan keputusan moneter The Fed kemungkinan besar akan terus mendukung permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven. Meskipun ada fluktuasi harga, ketegangan ekonomi dan geopolitik global, serta potensi ketidakpastian pasar yang lebih besar, masih membuat emas menjadi pilihan utama bagi banyak investor yang ingin melindungi kekayaan mereka.

Secara keseluruhan, meskipun harga emas mengalami penurunan tajam pada Selasa (25/2), hal ini tidak berarti bahwa tren bullish untuk emas telah berakhir. Sebaliknya, banyak investor yang melihat penurunan ini sebagai kesempatan untuk membeli kembali emas pada harga yang lebih rendah. Ketidakpastian global yang terus berkembang, baik dari segi kebijakan perdagangan maupun ekonomi, menjadikan emas sebagai pilihan investasi yang menarik untuk melindungi kekayaan di tengah ketidakpastian pasar.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!