PT Bestprofit (9/11) - Harga minyak mentah dunia turun hampir 2
persen karena investor fokus pada membengkaknya pasokan minyak mentah
global, yang meningkat lebih cepat daripada yang diperkirakan banyak
orang.
Melansir laman Reuters, Jumat (8/11/2018), harga minyak
mentah berjangka Brent, patokan minyak global, turun USD 1,42, atau 1,97
persen, menjadi USD 70,65 per barel, posisi terendah sejak pertengahan
Agustus. Sementara harga minyak mentah berjangka AS turun USD 1,00, atau
1,6 persen, menjadi USD 60,67 per barel, terendah sejak 14 Maret.
Pasar
fokus pada rekor produksi minyak mentah AS dan sinyal output dari Irak,
Abu Dhabi dan Indonesia akan tumbuh lebih cepat daripada yang
diperkirakan pada 2019.
Kekhawatiran akan melimpahnya pasokan
potensial mengurangi reli di awal sesi yang didorong data China yang
menunjukkan adanya rekor impor minyak.
"Ada trifecta masalah yang
dibuat oleh stockpile AS, kelebihan produksi OPEC dan berkurangnya
sanksi Iran," kata Bob Yawger, Direktur Berjangka Mizuho di New York.
Adapun
impor minyak mentah China tercatat naik menjadi 9,61 juta barel per
hari (bpd) pada Oktober, naik 32 persen dari tahun sebelumnya, menurut
data bea cukai. pt bestprofit
Cina masih akan diizinkan
untuk mengimpor minyak mentah Iran di bawah sanksi AS yang akan
memungkinkannya untuk membeli 360.000 bpd selama 180 hari, mengutip dua
sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada Reuters.
Produksi
minyak mentah AS mencapai rekor tertinggi baru sebesar 11,6 juta barel
per hari pada minggu terakhir. AS kini telah melampaui Rusia sebagai
produsen minyak terbesar dunia.
Lembaga Administrasi Informasi
Energi AS mengatakan, pihaknya mengharapkan output minyaknya bisa
mencapai ke atas 12 juta bpd pada pertengahan 2019, berkat minyak
serpih.
Bahkan dengan sanksi AS terhadap minyak Iran di tempat,
investor percaya ada lebih dari cukup pasokan untuk memenuhi permintaan.
Pengabaian membuat persepsi di pasar bahwa sanksi tidak dapat membatasi
pasokan minyak mentah sebanyak yang diharapkan semula.
Pandangan
ini tercermin dalam grafik harga yang menunjukkan perdagangan kontrak
berjangka minyak mentah Brent pada Januari hingga Februari.
Struktur
harga ini, yang dikenal sebagai contango, terwujud ketika pelaku pasar
percaya ada kelebihan pasokan dan memutuskan untuk menyimpan minyak
daripada menjualnya. Ini menciptakan kumpulan minyak mentah tak terjual
yang lebih besar. pt bestprofit
Beberapa pengamat pasar
percaya Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia
dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi pasokan.
"OPEC
dan Rusia dapat menggunakan (produksi) pemotongan untuk mendukung USD 70
per barel," kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank.
Lembaga
think tank terkemuka yang didanai pemerintah Arab Saudi sedang
mempelajari kemungkinan efek pada pasar minyak dari pecahnya OPEC, Wall
Street Journal melaporkan pada hari Kamis, mengutip orang-orang yang
akrab dengan masalah ini.
Harga minyak tergelincir usai pasokan
Amerika Serikat (AS) cetak rekor dan persediaan domestik melebihi dari
apa yang diharapkan.
The US Energy Information Administration
(EIA) menyatakan persediaan minyak domestik meningkat 5,8 juta barel,
melebih dari harapan analis. Hasil produksi sentuh 11,6 juta barel per
hari. Produksi mingguan tersebut merupakan rekor. Berdasarkan data
Agustus menunjukan produksi lebih dari 11,3 juta barel per hari.
Harga
minyak AS melemah 54 sen ke posisi USD 61,67 per barel, hampir dekati
20 persen di bawah rata-rata tertinggi USD 76,41 per barel pada awal
Oktober. pt bestprofit
"Pasar masih membuktikan ini dapat
berlanjut, jadi dalam jangka pendek masih negatif,” kata Analis Price
Futures, Phil Flynn, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis
(8/11/2018).
Sementara itu, harga minyak Brent susut enam persen
menjadi USD 72,07 per barel. Hal itu didorong dari laporan sebelumnya
Rusia dan Arab Saudi sedang membahas apakah akan memangkas produksi
minyak tahun depan.
Sementara ekspor minyak Iran diperkirakan
jatuh usai sanksi AS mulai berlaku pada Senin. Laporan OPEC telah
indikasikan pasar minyak global dapat alami surplus pada 2019. Ini
karena melambatnya permintaan. AS juga mengabulkan keringanan sanksi
Iran kepada delapan negara yang impor minyak negara dari Iran.
“Pasar
sekarang akan melihat OPEC dan produsen non OPEC untuk mengendalikan
produksi karena AS telah memberikan delapan negara keringanan dari
sanksi yang pada dasarnya menambah pasokan,” ujar Presiden Lipow Oil
Associates, Andrew Lipow.
Rusia dan Arab Saudi, produsen utama
minyak memulai pembicaraan bilateral tentang kembali memangkas produksi
minyak pada 2019. Hal itu berdasarkan kantor berita Rusia TASS. Pada
Juni, kelompok produsen memutuskan mengendurkan hasil produksi sejak
2017 usai tekanan dari Presiden AS Donald Trump.
Analis mengatakan negara itu mungkin lebih bersedia untuk memangkas produksi usai pemilihan paruh waktu AS berakhir.
"OPEC
merasakan tekanan Trump tetapi produsen mengambil tindakan dengan
pemikiran mereka hanya perlu melewati pemilihan AS. Kami berharap untuk
mulai dengar komentar publik dari para menteri OPEC pada akhir pekan ini
tentang menarik kembali produksi,” kata Analis Hedgeye, Joe McMonigle.
Sebuah
komite menteri yang terdiri dari beberapa anggota OPEC dan sekutu
bertemu pada Minggu di Abu Dhabi untuk membahas prospek pada 2019. pt bestprofit
Sumber : Liputan6