Bestprofit (10/6) – Harga emas membukukan kenaikan signifikan pada hari Senin, diperdagangkan pada $3.329 per troy ons pada saat penulisan. Penguatan ini terjadi di tengah melemahnya Dolar AS dan penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS, meskipun terdapat kabar positif mengenai pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Kenaikan harga emas ini mengindikasikan bahwa logam mulia tersebut tetap menjadi pilihan investor dalam kondisi ketidakpastian pasar global.
Melemahnya Dolar AS Jadi Katalis Penguatan Emas
Salah satu pendorong utama kenaikan harga emas adalah pelemahan Indeks Dolar AS (DXY) yang tercatat turun 0,25% menjadi 98,95. Dolar yang lebih lemah menjadikan emas — aset yang dihargai dalam Dolar — lebih murah bagi pembeli luar negeri, sehingga meningkatkan permintaan.
Secara historis, terdapat korelasi negatif yang kuat antara Dolar AS dan harga emas. Saat Dolar melemah, investor cenderung beralih ke emas sebagai aset alternatif, terlebih ketika kondisi pasar menimbulkan ketidakpastian atau kekhawatiran ekonomi.
Imbal Hasil Obligasi Treasury AS Turun, Emas Diuntungkan
Penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS juga menjadi faktor penting yang menopang harga emas. Saat imbal hasil obligasi menurun, biaya peluang untuk memegang emas (yang tidak memberikan bunga) menjadi lebih rendah, sehingga menarik minat investor. Dalam konteks saat ini, tren penurunan imbal hasil menjadi sinyal bahwa pasar memprediksi pelonggaran kebijakan moneter atau penurunan prospek pertumbuhan ekonomi.
Penurunan imbal hasil ini menunjukkan adanya kekhawatiran pasar terhadap pertumbuhan ekonomi atau potensi pelonggaran dari Federal Reserve. Dalam situasi seperti itu, emas biasanya menjadi tempat berlindung yang aman bagi investor.
Kunjungi juga : bestprofit futures
Optimisme Perdagangan AS-Tiongkok Tak Menggerus Minat pada Emas
Meskipun ada kabar positif mengenai pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, peningkatan selera risiko di pasar keuangan tidak cukup kuat untuk menghapus minat investor terhadap emas. Menurut laporan Wall Street Journal, Presiden Donald Trump memberikan fleksibilitas kepada Menteri Keuangan AS Scott Bessent terkait kontrol ekspor dalam upaya meredakan ketegangan dengan Tiongkok.
Namun, pelonggaran ketegangan ini tidak serta merta menghentikan reli harga emas. Pasar tampaknya masih menahan napas karena ketidakpastian hasil akhir dari perundingan perdagangan dan bagaimana implementasi kebijakan akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi global.
Geopolitik Global Masih Tegang, Emas Tetap Diincar
Ketegangan geopolitik tetap tinggi, khususnya karena meningkatnya eskalasi antara Rusia dan Ukraina. Rusia baru-baru ini mengklaim kendali atas wilayah di bagian timur-tengah Ukraina, meningkatkan risiko konflik terbuka yang lebih luas.
Kondisi ini menambah alasan bagi investor untuk mencari perlindungan melalui aset safe haven seperti emas. Dalam situasi geopolitik yang memanas, permintaan terhadap emas cenderung meningkat, seiring kekhawatiran terhadap stabilitas politik dan ekonomi global.
Potensi Uji Level $3.350 dalam Jangka Pendek
Dengan semua katalis yang mendukung harga emas saat ini — mulai dari Dolar yang melemah, imbal hasil obligasi yang menurun, ketegangan geopolitik, hingga ketidakpastian hasil pembicaraan dagang — emas berpotensi menguji level resistensi psikologis di $3.350 per troy ons dalam waktu dekat.
Level ini dianggap sebagai titik penting yang bisa membuka jalan bagi reli lebih lanjut jika kondisi pasar tetap mendukung. Namun, potensi koreksi tetap ada apabila ada perkembangan signifikan yang meningkatkan selera risiko secara global, misalnya hasil perundingan dagang yang sangat positif atau lonjakan imbal hasil obligasi secara tiba-tiba.
Fokus Pasar Minggu Ini: Data Inflasi dan Sentimen Konsumen
Menjelang akhir pekan, perhatian pasar akan tertuju pada sejumlah rilis data ekonomi utama dari Amerika Serikat. Di antaranya adalah:
-
Indeks Harga Konsumen (IHK): Data ini akan memberikan gambaran seberapa besar tekanan inflasi di tingkat konsumen, yang pada gilirannya akan memengaruhi ekspektasi kebijakan suku bunga oleh The Fed.
-
Indeks Harga Produsen (PPI): Sebagai indikator inflasi di tingkat produsen, PPI juga akan diperhatikan untuk menilai apakah tekanan biaya mulai meresap ke dalam harga barang dan jasa.
-
Data pekerjaan: Angka ketenagakerjaan, tingkat pengangguran, dan pertumbuhan upah menjadi faktor penting dalam menilai kesehatan ekonomi AS secara keseluruhan.
-
Survei Sentimen Konsumen Universitas Michigan: Data ini membantu mengukur persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi masa depan, yang berpengaruh terhadap perilaku belanja dan investasi.
Hasil dari data-data ini dapat memperkuat atau membalikkan arah tren emas saat ini, tergantung bagaimana pasar menafsirkan sinyal dari data tersebut dalam konteks kebijakan moneter.
Kesimpulan: Emas Tetap Relevan di Tengah Ketidakpastian
Kenaikan harga emas pada hari Senin mencerminkan bahwa logam mulia ini masih memainkan peran penting sebagai aset lindung nilai, terutama di tengah tekanan geopolitik dan fluktuasi ekonomi global. Melemahnya Dolar AS, penurunan imbal hasil obligasi, dan kekhawatiran geopolitik menjadi faktor utama yang menopang harga.
Meski ada tanda-tanda membaiknya hubungan dagang AS-Tiongkok, pasar tetap berhati-hati. Investor masih memantau sejumlah data ekonomi penting yang akan dirilis minggu ini, yang bisa memperkuat tren naik atau memberikan tekanan koreksi pada harga emas.
Dalam jangka pendek, potensi pengujian level $3.350 tetap terbuka, terutama jika data ekonomi mendukung narasi perlambatan pertumbuhan atau pelonggaran kebijakan moneter dari The Fed. Namun, investor tetap disarankan untuk mencermati dinamika global secara menyeluruh, mengingat volatilitas pasar bisa berubah dengan cepat.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!