Sunday, 16 February 2025

Bestprofit | Emas Turun karena Aksi Ambil Untung dan Ritel Lemah

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (17/2) – Pada hari Jumat, 14 Februari 2025, harga emas sempat mengalami penurunan yang cukup signifikan, menembus level di bawah $2.900 per troy ounce. Meskipun demikian, para analis memperkirakan harga emas akan mengakhiri minggu ini dengan kenaikan solid lebih dari 0,80%. Keadaan ini disebabkan oleh para pedagang yang memutuskan untuk membukukan keuntungan mereka menjelang akhir pekan.

Dampak Data Ekonomi AS terhadap Dolar dan Emas

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga emas pada hari Jumat adalah data ekonomi dari Amerika Serikat yang beragam. Meskipun ada sejumlah data yang menunjukkan tanda-tanda kelemahan ekonomi, dolar AS mengalami penurunan tajam dan mencapai titik terendah tahunan. Selain itu, imbal hasil obligasi Treasury AS (T-note) juga merosot drastis, yang pada gilirannya mendukung harga emas.

Penurunan nilai dolar AS dan imbal hasil obligasi menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi logam mulia seperti emas. Dalam kondisi seperti ini, para investor cenderung beralih ke emas sebagai aset safe-haven, yang dapat mendorong harga emas lebih tinggi.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Penurunan Penjualan Ritel AS Memicu Pelemahan Dolar AS

Salah satu data ekonomi yang mempengaruhi pasar adalah penurunan tajam dalam penjualan ritel AS pada bulan Januari. Penurunan ini menambah tekanan pada dolar AS, yang terus melemah secara keseluruhan. Data ini mengindikasikan adanya pelambatan dalam konsumsi domestik, yang menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

Dengan penurunan tajam pada sektor ritel, investor mulai memperkirakan bahwa Federal Reserve (Fed) mungkin akan melonggarkan kebijakan moneternya, yang dapat mencakup penurunan suku bunga. Hal ini menyebabkan dolar AS semakin terdepresiasi, sementara emas yang dihargai dalam dolar semakin menarik bagi investor internasional.

Proyeksi Penurunan Suku Bunga Federal Reserve

Setelah data ekonomi yang kurang menggembirakan, spekulasi tentang kemungkinan penurunan suku bunga oleh Federal Reserve semakin menguat. Sebagian besar investor memproyeksikan lebih dari satu penurunan suku bunga pada tahun ini. Jika Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga, hal ini akan berdampak pada penurunan imbal hasil obligasi, yang pada gilirannya akan membuat emas lebih menarik.

Pada hari Jumat, imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun turun enam basis poin menjadi 4,472%. Penurunan imbal hasil ini mencerminkan harapan pasar bahwa kebijakan moneter yang lebih longgar dari Fed dapat memberikan dukungan terhadap perekonomian yang lebih lemah.

Produksi Industri AS Membaik, Namun Tidak Cukup Untuk Menahan Tren Melemah Dolar

Sementara itu, ada berita positif mengenai sektor produksi industri AS. Pada bulan Januari, data menunjukkan adanya perbaikan pada sektor ini setelah sebelumnya mencatatkan angka yang mengecewakan. Meskipun ini memberikan sedikit dorongan positif bagi dolar AS, namun dampaknya tidak cukup kuat untuk menghentikan penurunan tajam mata uang tersebut.

Sebagai reaksi terhadap data yang beragam ini, investor mulai melihat emas sebagai aset yang lebih menarik untuk melindungi nilai kekayaan mereka. Hal ini mengarah pada peningkatan permintaan yang mendukung harga emas.

Tren Harga Emas yang Terus Meningkat

Meskipun harga emas sempat terjun ke level terendah dua hari di $2.878 pada hari Jumat, tren harga emas secara keseluruhan tetap naik. Indeks Kekuatan Relatif (RSI) emas juga menunjukkan adanya penurunan setelah sempat berada di wilayah jenuh beli selama sebagian besar bulan Februari. RSI yang keluar dari wilayah jenuh beli mengindikasikan bahwa ada kemungkinan koreksi jangka pendek, namun ini tidak mengubah prospek jangka panjang untuk harga emas.

Penurunan harga emas ini mungkin akan terhenti jika pembeli dapat menjaga harga tetap berada di atas level terendah harian pada 12 Februari di $2.864. Dalam hal ini, harga emas kemungkinan besar akan kembali menunjukkan kenaikan.

Level Support dan Resistance untuk Harga Emas

Pada saat harga emas tertekan, level support pertama yang perlu diperhatikan adalah level psikologis di sekitar $2.850. Jika level ini berhasil ditembus, maka level support berikutnya yang akan diuji adalah level tertinggi siklus yang terjadi pada 31 Oktober di sekitar $2.790. Di bawahnya, terdapat level swing low pada 27 Januari yang berada di $2.730.

Sebaliknya, jika harga emas berhasil menembus level $2.900, maka harga emas berpotensi untuk melanjutkan kenaikan. Resistance berikutnya yang perlu diperhatikan adalah level tertinggi sepanjang masa yang tercatat pada $2.942. Penembusan harga emas di atas level ini bisa membuka jalan menuju $2.950, dan kemungkinan besar akan mencapainya dalam waktu dekat.

Selain itu, para analis juga memproyeksikan bahwa harga emas bisa melanjutkan momentum kenaikannya menuju level $3.000 jika pasar terus didorong oleh ketidakpastian ekonomi dan kebijakan moneter yang lebih longgar dari Federal Reserve.

Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Emas ke Depan

Berdasarkan kondisi pasar saat ini, ada beberapa faktor kunci yang dapat mempengaruhi pergerakan harga emas dalam beberapa minggu mendatang. Faktor utama yang perlu diperhatikan adalah kebijakan suku bunga Federal Reserve, kondisi ekonomi global, serta perkembangan politik dan keuangan yang dapat meningkatkan ketidakpastian.

Kebijakan moneter yang lebih longgar dan kemungkinan penurunan suku bunga dapat memberikan dukungan lebih lanjut bagi harga emas. Selain itu, ketidakpastian geopolitik atau geostrategis, seperti ketegangan antara negara besar atau krisis ekonomi global, juga bisa mempercepat permintaan terhadap aset safe-haven seperti emas.

Kesimpulan

Harga emas saat ini menghadapi pergerakan yang beragam, dengan penurunan yang tajam pada 14 Februari yang kemudian diikuti oleh proyeksi kenaikan lebih dari 0,80% pada akhir minggu ini. Data ekonomi yang beragam, terutama penurunan penjualan ritel AS dan spekulasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve, telah memberikan angin segar bagi pasar emas. Meskipun mengalami kemunduran jangka pendek, tren naik harga emas tetap utuh. Dengan level support dan resistance yang jelas, harga emas kemungkinan akan terus berfluktuasi seiring dengan perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter yang diambil oleh pihak berwenang.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Thursday, 13 February 2025

Bestprofit | Emas Naik Akibat Kekhawatiran Tarif Trump

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/04/Gold-Emas-1.jpg

Bestprofit (14/2) – Pada hari Kamis (13/2), harga emas mengalami kenaikan signifikan setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif timbal balik pada negara-negara yang mengenakan pajak terhadap impor AS. Langkah ini memicu kekhawatiran di pasar mengenai dampak kebijakan perdagangan global yang bisa mengganggu stabilitas ekonomi dunia. Kenaikan harga emas ini tidak hanya mencerminkan ketidakpastian ekonomi, tetapi juga menunjukkan permintaan akan aset aman di tengah kondisi pasar yang fluktuatif.

Kenaikan Harga Emas Spot dan Emas Berjangka

Harga emas spot pada Kamis, 13 Februari, tercatat naik sebesar 0,4% menjadi $2.915,76 per ons. Harga ini semakin mendekati rekor tertingginya yang tercatat pada hari Selasa sebelumnya, yaitu $2.942,70 per ons. Selain itu, harga emas berjangka AS juga mengalami kenaikan sebesar 0,6%, mencapai $2.945,40 per ons pada penutupan pasar. Kenaikan harga emas ini terjadi seiring dengan ketegangan global yang dipicu oleh kebijakan perdagangan yang kontroversial.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Trump Umumkan Tarif Timbal Balik pada Negara Pengenal Pajak Impor AS

Keputusan Donald Trump untuk mengenakan tarif timbal balik pada negara-negara yang memberlakukan pajak terhadap barang-barang impor dari AS semakin memperburuk ketegangan dalam hubungan perdagangan internasional. Dalam sebuah pernyataan, Trump menyebutkan bahwa AS akan memberlakukan tarif terhadap negara-negara yang memungut pajak impor atas produk-produk asal AS. Langkah ini memicu kekhawatiran pasar karena dapat memperburuk perang dagang yang sudah berlangsung lama antara AS dan beberapa negara besar lainnya, seperti China dan Uni Eropa.

Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh keputusan Trump ini berdampak langsung pada harga emas. Sebagai aset yang dianggap aman, emas sering kali menjadi pilihan utama investor ketika ada ketidakpastian atau ketegangan geopolitik. Oleh karena itu, ketegangan yang muncul akibat kebijakan perdagangan ini mendorong minat terhadap emas, yang tercermin dalam lonjakan harga emas pada hari Kamis.

Kenaikan Harga Produsen AS dan Dampaknya terhadap Inflasi

Selain kebijakan perdagangan, data harga produsen AS yang dirilis pada bulan Januari juga memberikan dampak signifikan terhadap harga emas. Pada bulan Januari, harga produsen AS mengalami peningkatan yang cukup pesat, memberikan indikasi bahwa inflasi di negara tersebut semakin meningkat.

Kenaikan inflasi ini turut memperkuat ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (Bank Sentral AS) kemungkinan akan menunda pemotongan suku bunga hingga paruh kedua tahun 2025. Kenaikan inflasi dapat meningkatkan kekhawatiran akan penurunan daya beli masyarakat, yang membuat emas semakin menarik sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Dengan ekspektasi bahwa suku bunga akan tetap stabil atau bahkan naik, emas menjadi lebih menarik bagi para investor yang mencari perlindungan dari ketidakpastian ekonomi.

Pernyataan Ketua Federal Reserve dan Dampaknya pada Kebijakan Moneter

Pada minggu yang sama, Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan kesaksian di hadapan Kongres mengenai kebijakan moneter yang akan diambil oleh bank sentral AS. Powell menegaskan kembali bahwa Federal Reserve tidak akan terburu-buru untuk memangkas suku bunga, meskipun ada tekanan inflasi yang meningkat. Hal ini menandakan bahwa kebijakan moneter yang lebih ketat mungkin masih berlaku dalam waktu dekat.

Pernyataan Powell ini berpengaruh pada sentimen pasar, karena banyak investor yang sebelumnya mengharapkan penurunan suku bunga segera. Dengan tidak adanya pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat, permintaan terhadap emas tetap tinggi, karena investor lebih cenderung membeli aset yang tidak memberikan imbal hasil (seperti emas) untuk melindungi nilai kekayaan mereka.

Posisi Dolar AS dan Pengaruhnya terhadap Harga Emas

Selain faktor kebijakan perdagangan dan inflasi, posisi dolar AS juga turut mempengaruhi pergerakan harga emas. Pada hari Kamis, indeks dolar AS (.DXY) mengalami penurunan sebesar 0,5%, yang membuat emas yang dihargakan dalam dolar AS menjadi lebih murah bagi pembeli asing. Penurunan dolar ini memberikan dorongan tambahan bagi harga emas untuk naik, karena lebih banyak pembeli luar negeri yang tertarik untuk membeli emas dengan harga yang lebih murah.

Emas sebagai Lindung Nilai di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global

Emas dikenal sebagai aset safe haven yang digunakan oleh investor untuk melindungi kekayaan mereka dari inflasi, ketidakpastian politik, dan gejolak ekonomi. Di tengah situasi ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan perdagangan Donald Trump dan ancaman perang dagang, permintaan terhadap emas meningkat tajam. Emas dianggap sebagai tempat berlindung yang aman ketika pasar saham atau instrumen keuangan lainnya menghadapi tekanan.

Selain itu, tingginya inflasi yang tercatat di AS membuat emas semakin menarik sebagai lindung nilai. Banyak investor yang memilih untuk membeli emas untuk melindungi nilai aset mereka dari potensi penurunan daya beli akibat inflasi yang meningkat. Dalam konteks ini, kebijakan Trump yang dapat memicu ketegangan perdagangan global semakin memperburuk ketidakpastian ekonomi, sehingga semakin banyak investor yang beralih ke emas.

Dampak terhadap Pasar Perhiasan dan Pedagang Emas di Asia

Kenaikan harga emas ini juga berimbas pada sektor perhiasan, khususnya di pasar India dan China. Di India, yang merupakan salah satu konsumen terbesar emas di dunia, kenaikan harga emas membuat permintaan perhiasan untuk musim pernikahan sedikit terhambat. Meskipun harga emas naik tajam, tradisi membeli perhiasan emas di India tetap menjadi bagian penting dari perayaan pernikahan, namun banyak pembeli yang lebih berhati-hati karena harga yang semakin tinggi.

Di sisi lain, pedagang emas di China memberikan diskon untuk menarik pembeli. Meskipun harga emas internasional naik, pedagang emas di China mencoba menarik konsumen dengan penawaran harga yang lebih murah untuk mempertahankan volume penjualan. Diskon ini menjadi strategi yang digunakan untuk menanggapi ketegangan pasar dan kebutuhan untuk mempertahankan permintaan domestik terhadap emas.

Harga Logam Mulia Lainnya: Perak, Platinum, dan Paladium

Selain emas, harga logam mulia lainnya juga menunjukkan pergerakan yang signifikan. Harga perak spot tercatat turun 0,2% menjadi $32,15 per ons, sementara harga platinum turun sedikit 0,1% menjadi $991,25 per ons. Sebaliknya, harga paladium mengalami lonjakan sebesar 1,6%, mencapai $989,50 per ons. Pergerakan harga logam mulia lainnya mencerminkan volatilitas pasar yang dipengaruhi oleh faktor-faktor global seperti kebijakan perdagangan AS, inflasi, dan permintaan terhadap aset safe haven.

Kesimpulan

Harga emas yang naik pada Kamis (13/2) menunjukkan bagaimana faktor-faktor eksternal seperti kebijakan perdagangan Donald Trump dan data inflasi di AS dapat mempengaruhi pasar logam mulia. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif AS mendorong investor untuk beralih ke emas sebagai aset aman. Selain itu, faktor suku bunga, inflasi, dan posisi dolar AS juga berperan dalam pergerakan harga emas. Ke depan, harga emas kemungkinan akan terus dipengaruhi oleh dinamika ekonomi global, terutama terkait dengan kebijakan perdagangan dan ketegangan geopolitik yang terus berkembang.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Wednesday, 12 February 2025

Bestprofit| Emas Stabil Karena Powell Pertahankan Kebijakan Restriktif

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (13/2) – Pada Rabu, 12 Februari 2025, harga emas mengalami sedikit pemulihan setelah beberapa hari mengalami penurunan. Penurunan harga emas sebelumnya dipengaruhi oleh kekhawatiran terhadap kebijakan moneter yang ketat dan kenaikan suku bunga yang dapat membebani daya tarik logam mulia. Namun, pernyataan dari Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell dan data inflasi terbaru dari Amerika Serikat (AS) memberikan dampak yang signifikan terhadap pergerakan harga emas.

Menurut laporan tersebut, Ketua Powell menekankan bahwa kebijakan moneter perlu tetap ketat untuk mengatasi tekanan inflasi yang meningkat, serta ancaman tarif yang meningkat dari Presiden AS, Donald Trump. Sementara itu, harga emas XAU/USD diperdagangkan di kisaran $2.897, yang menunjukkan sedikit perubahan dari harga sebelumnya. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai dampak dari pernyataan Ketua Fed, data inflasi AS, dan bagaimana hal ini mempengaruhi pasar emas serta sentimen global.

Kenaikan Inflasi di AS Meningkatkan Ketidakpastian Ekonomi

Salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga emas adalah tingkat inflasi di AS. Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) baru-baru ini mengungkapkan bahwa inflasi di negara tersebut melonjak lebih dari 3%, sebuah angka yang lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya. Kenaikan inflasi ini menunjukkan bahwa tekanan harga di AS terus meningkat, yang dapat mengarah pada kebijakan moneter yang lebih ketat dari Federal Reserve.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kenaikan inflasi ini memberikan sinyal bahwa pekerjaan Fed dalam mengatasi inflasi belum selesai. Hal ini kemudian memicu ekspektasi pasar bahwa pelonggaran kebijakan moneter yang sempat diharapkan dapat tertunda. Pada minggu lalu, kontrak berjangka suku bunga dana federal menunjukkan bahwa pedagang mengharapkan pelonggaran sebesar 40 basis poin (bps) pada akhir tahun 2025. Namun, setelah data Inflasi Konsumen (CPI) dirilis, ekspektasi tersebut disesuaikan menjadi hanya 30 bps pemotongan suku bunga pada akhir tahun ini. Penyesuaian ekspektasi ini mencerminkan bahwa pasar mungkin memperkirakan bahwa siklus pelonggaran suku bunga akan lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

Dampak Kenaikan Inflasi terhadap Dolar AS dan Obligasi Treasury

Kenaikan inflasi yang cukup signifikan ini juga memengaruhi pergerakan Dolar AS (USD) dan obligasi Treasury AS. Meskipun angka inflasi yang lebih tinggi dapat merangsang kenaikan suku bunga, yang biasanya mendukung mata uang AS, Dolar AS (USD) kehilangan sebagian tenaganya setelah rilis data CPI. Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan USD terhadap sekeranjang mata uang utama, berada di 107,98, hampir tidak berubah setelah reaksi terhadap angka inflasi.

Selain itu, imbal hasil obligasi Treasury AS juga dipengaruhi oleh kenaikan inflasi ini. Ketika inflasi meningkat, investor cenderung mencari perlindungan terhadap risiko inflasi, dan ini dapat memengaruhi pergerakan harga obligasi. Meskipun ada reaksi dari pasar obligasi terhadap kenaikan inflasi, pergerakan harga obligasi tetap terjaga, dengan sebagian besar investor masih memantau kebijakan moneter yang akan diambil oleh Fed.

Tanggapan Ketua Federal Reserve Jerome Powell

Pada hari yang sama, Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyelesaikan kesaksiannya di depan Komite Jasa Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS. Dalam kesaksiannya, Powell menegaskan bahwa pekerjaan untuk mengatasi inflasi masih jauh dari selesai. Ia menambahkan bahwa meskipun kebijakan moneter yang ketat telah memberi dampak, tetapi inflasi masih tetap terlalu tinggi. Oleh karena itu, Powell mengindikasikan bahwa Fed akan mempertahankan kebijakan moneter yang ketat untuk sementara waktu.

Selain itu, Powell juga mengungkapkan bahwa The Fed tidak akan terburu-buru dalam mengambil langkah-langkah pelonggaran suku bunga jika inflasi tetap berada di atas target 2%. Hal ini menunjukkan bahwa pasar mungkin harus menunggu lebih lama sebelum ada kebijakan yang lebih longgar, yang dapat memengaruhi daya tarik emas sebagai aset investasi.

Pandangan dari Pejabat Federal Reserve Lainnya

Pernyataan Powell juga didukung oleh pandangan pejabat Fed lainnya. Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, mengatakan bahwa jika ekonomi berkembang sesuai harapan, inflasi di AS dapat mencapai target 2% pada tahun 2026. Hal ini memberikan gambaran bahwa meskipun ada tekanan inflasi, proses pemulihan ekonomi memerlukan waktu yang lebih panjang untuk mencapai kestabilan harga yang diinginkan.

Sementara itu, Presiden Fed Chicago, Austan Goolsbee, menambahkan bahwa pembacaan inflasi yang tinggi pada bulan Januari dapat menegaskan bahwa “pekerjaan jelas belum selesai.” Goolsbee menyoroti bahwa meskipun ada tanda-tanda pelonggaran inflasi, pertempuran untuk menurunkan inflasi ke tingkat yang lebih rendah masih harus terus berlanjut. Oleh karena itu, pandangan dovish atau pelonggaran kebijakan moneter masih belum bisa diharapkan dalam waktu dekat.

Emas: Aset yang Tidak Memberikan Imbal Hasil

Emas, yang dikenal sebagai aset safe haven, sering kali menjadi pilihan bagi investor yang mencari perlindungan terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Namun, meskipun emas memiliki daya tarik sebagai aset lindung nilai, logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil seperti halnya obligasi atau saham. Hal ini menjadikan emas lebih sensitif terhadap pergerakan suku bunga.

Ketika suku bunga lebih tinggi, imbal hasil obligasi dan instrumen investasi lainnya menjadi lebih menarik dibandingkan emas. Oleh karena itu, jika kebijakan moneter tetap ketat, seperti yang diungkapkan oleh Ketua Powell, harga emas berisiko untuk tetap tertekan dalam jangka pendek. Sebaliknya, jika inflasi tetap tinggi dan pasar mengharapkan kebijakan moneter yang lebih dovish, emas berpotensi kembali menarik minat investor.

Prospek Harga Emas ke Depan

Melihat ke depan, prospek harga emas akan sangat dipengaruhi oleh dinamika kebijakan moneter yang diambil oleh The Fed, serta perkembangan inflasi di AS. Jika inflasi terus meningkat dan Fed tetap mempertahankan kebijakan ketatnya, harga emas mungkin akan terjebak dalam tren sideways atau turun dalam jangka pendek. Namun, jika tekanan inflasi tidak terkendali dan pasar mulai memperkirakan adanya pelonggaran suku bunga, harga emas berpotensi mengalami lonjakan kembali.

Selain itu, ketidakpastian global terkait dengan potensi tarif yang dikenakan oleh Presiden Trump dapat menambah ketegangan di pasar, yang dapat mendorong investor untuk kembali mencari aset safe haven seperti emas. Dalam jangka panjang, ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global dapat mendukung permintaan emas sebagai pelindung nilai terhadap risiko.

Kesimpulan

Harga emas pada 12 Februari menunjukkan sedikit pemulihan setelah penurunan yang cukup signifikan dalam beberapa hari sebelumnya. Ketidakpastian ekonomi yang ditandai dengan inflasi yang lebih tinggi di AS dan kebijakan moneter yang ketat dari Federal Reserve memberikan dampak yang besar terhadap pergerakan harga emas. Meskipun demikian, prospek harga emas masih tergantung pada arah kebijakan Fed dan perkembangan inflasi global. Para investor harus terus memantau data ekonomi dan pernyataan dari pejabat Fed untuk menentukan langkah selanjutnya dalam menghadapi dinamika pasar emas.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Tuesday, 11 February 2025

Bestprofit | Emas Turun Di Tengah Kekhawatiran Perang Dagang

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (12/2) – Pada hari Selasa, 11 Februari, harga emas mengalami penurunan signifikan, turun di bawah $2.900 per ons setelah mencapai rekor tertinggi di $2.940. Penurunan ini disebabkan oleh aksi ambil untung dari para investor, meskipun sentimen pasar secara umum tetap bullish. Ketegangan perdagangan global, khususnya terkait dengan kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan tarif 25% atas impor baja dan aluminium, terus menambah ketidakpastian pasar.

Meskipun ada sedikit konsolidasi harga, para investor tetap optimistis mengenai prospek jangka panjang emas, terutama dengan adanya ketegangan geopolitik dan risiko yang terus berkembang. Artikel ini akan mengulas faktor-faktor yang menyebabkan penurunan harga emas tersebut, serta perkembangan terbaru yang mempengaruhi pasar dan peran emas sebagai aset investasi.

Pergerakan Harga Emas dan Sentimen Pasar

Harga emas telah mengalami volatilitas yang cukup besar dalam beberapa minggu terakhir. Setelah mencapai level tertinggi $2.940 per ons, harga emas turun pada 11 Februari menjadi di bawah $2.900. Penurunan ini terjadi setelah para pedagang jangka pendek memutuskan untuk menguangkan keuntungan, yang mengindikasikan adanya aksi ambil untung setelah lonjakan harga yang signifikan.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Meskipun harga emas mengalami koreksi, sentimen pasar tetap optimistis atau “bullish”, dengan banyak analis dan investor yang percaya bahwa harga emas akan terus menunjukkan tren naik dalam jangka panjang. Ketegangan perdagangan yang semakin meningkat, terutama antara AS dan negara-negara besar lainnya, dianggap sebagai faktor yang mendukung sentimen positif terhadap emas. Konflik perdagangan ini dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas ekonomi global, yang membuat emas tetap menjadi pilihan investasi yang aman.

Pengaruh Kebijakan Tarif Presiden Trump

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi volatilitas harga emas adalah kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump. Pada 11 Februari, ketegangan semakin meningkat setelah Trump memutuskan untuk memberlakukan tarif 25% atas impor baja dan aluminium. Keputusan ini memicu kekhawatiran akan terjadinya perang dagang yang lebih luas, yang pada gilirannya akan meningkatkan ketidakpastian ekonomi global.

Pasar keuangan sangat dipengaruhi oleh ketidakpastian, dan ketegangan perdagangan semacam ini sering kali membuat investor beralih ke aset yang lebih aman seperti emas. Meskipun saat ini harga emas turun, potensi ancaman terhadap hubungan perdagangan internasional dapat memicu lonjakan permintaan emas sebagai lindung nilai terhadap risiko geopolitik.

Data Inflasi AS dan Dampaknya Terhadap Kebijakan Fed

Investor kini menunggu dengan cemas rilis data inflasi AS yang akan diumumkan pada hari Rabu, yang diperkirakan akan mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter Federal Reserve (Fed). Jika data inflasi menunjukkan tekanan yang lebih tinggi, hal ini bisa memperburuk ekspektasi bahwa Fed mungkin akan mengambil tindakan untuk menanggapi inflasi yang melonjak, yang bisa mempengaruhi kebijakan suku bunga mereka.

Sementara emas dianggap sebagai aset lindung nilai yang efektif terhadap inflasi, sikap hati-hati Fed terhadap pemotongan suku bunga dapat membatasi potensi keuntungan jangka pendek. Jika Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga dalam tingkat yang lebih tinggi untuk mengendalikan inflasi, hal ini dapat mempengaruhi daya tarik emas yang tidak memberikan hasil imbal balik seperti aset lainnya, seperti obligasi atau saham.

Namun, meskipun kebijakan Fed mungkin membatasi kenaikan harga emas dalam waktu dekat, ketegangan perdagangan dan ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif masih memberikan dukungan kuat bagi harga emas. Risiko geopolitik yang berkelanjutan dan potensi tarif baru tetap dapat memperburuk ketidakpastian pasar, yang pada gilirannya bisa memperkuat permintaan untuk emas.

Kebijakan Suku Bunga Dovish dari Bank Sentral Lainnya

Di luar AS, kebijakan suku bunga yang dovish dari bank sentral utama dunia juga berkontribusi terhadap potensi dukungan bagi harga emas. Bank of England (BoE) dan Reserve Bank of India (RBI) baru-baru ini mengumumkan pemotongan suku bunga dovish, yang mencerminkan tindakan serupa dari European Central Bank (ECB), Riksbank, dan Bank of Canada (BoC).

Langkah-langkah dovish ini, yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, berpotensi meningkatkan inflasi global. Sebagai aset yang dilihat sebagai lindung nilai terhadap inflasi, emas akan mendapatkan manfaat dari kebijakan semacam ini, karena investor mencari perlindungan dari penurunan nilai mata uang atau ketidakstabilan ekonomi yang dapat timbul akibat kebijakan moneter yang lebih longgar.

Selain itu, kebijakan dovish dari bank sentral ini juga dapat mengurangi daya tarik mata uang yang lebih kuat, yang membuat emas, sebagai aset fisik, semakin menarik bagi investor yang khawatir tentang penurunan nilai mata uang fiat.

Permintaan Emas dari Bank Sentral

Salah satu faktor yang terus memberikan dukungan bagi harga emas adalah permintaan yang berkelanjutan dari bank sentral di seluruh dunia. Pada bulan Januari, People’s Bank of China (PBoC) melaporkan bahwa mereka telah memperluas cadangan emas mereka untuk bulan ketiga berturut-turut. Langkah ini mencerminkan peningkatan minat bank sentral global terhadap emas sebagai aset cadangan yang lebih aman.

Permintaan dari bank sentral sangat penting karena mereka sering membeli emas dalam jumlah besar untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang asing dan meningkatkan cadangan devisa mereka. Bahkan di tengah ketegangan perdagangan dan ketidakpastian ekonomi, bank-bank sentral di banyak negara terus mengumpulkan emas untuk mendiversifikasi cadangan mereka dan melindungi nilai mata uang mereka dari potensi risiko inflasi.

Kesimpulan

Meskipun harga emas turun di bawah $2.900 per ons pada 11 Februari, sentimen pasar tetap optimistis, didorong oleh ketegangan perdagangan global dan ketidakpastian ekonomi yang meningkat. Faktor-faktor seperti kebijakan tarif Presiden Trump, kebijakan dovish dari bank sentral besar lainnya, dan permintaan yang berkelanjutan dari bank sentral global tetap memberikan dukungan bagi harga emas. Meskipun ada risiko koreksi harga jangka pendek, prospek jangka panjang emas sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian geopolitik tetap kuat.

Investor yang tetap mengamati perkembangan pasar dengan cermat mungkin akan menemukan peluang untuk berinvestasi dalam emas di tengah volatilitas ini, karena emas terus menjadi pilihan utama untuk melindungi nilai kekayaan dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Monday, 10 February 2025

Bestprofit | Emas Tembus $2.900 Akibat Ancaman Tarif

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (11/2) – Ancaman Presiden Trump untuk mengenakan tarif baru atau meningkatkan tarif terhadap mitra dagang utama AS mempengaruhi banyak pasar internasional. Salah satu dampak paling mencolok adalah lonjakan harga emas berjangka yang menembus level $2.900 per troy ons, sebuah rekor baru. Ketidakpastian yang dihadirkan oleh ancaman ini menyebabkan para pedagang beralih ke emas berjangka sebagai aset yang lebih aman. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang dampak dari kebijakan tarif Trump, pengaruhnya terhadap pasar emas, dan bagaimana hal ini mempengaruhi perekonomian global.

Ancaman Tarif Trump dan Dampaknya terhadap Pasar Global

Presiden Donald Trump terkenal dengan kebijakan perdagangan yang agresif dan sering kali mengancam akan menaikkan tarif pada barang-barang impor dari negara-negara mitra dagang utama. Salah satu ancaman terbaru adalah tarif 25% yang akan diterapkan pada baja dan aluminium yang dikirim ke Amerika Serikat. Kebijakan ini kemungkinan akan berdampak besar pada negara-negara seperti Kanada dan Meksiko, yang merupakan pengirim utama baja dan aluminium ke AS.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kanada, misalnya, menjual sekitar 60% aluminium yang diekspor ke AS. Hal ini membuat Kanada sangat rentan terhadap kebijakan tarif ini. Meksiko juga memiliki ketergantungan tinggi terhadap pasar AS, dan ancaman tarif dapat mengganggu hubungan dagang yang telah berlangsung lama antara negara-negara ini.

Namun, meskipun Trump mengancam akan mengenakan tarif, ada ketidakpastian tentang apakah kebijakan tersebut akan benar-benar diterapkan atau apakah akan ada pengecualian. Beberapa analis berpendapat bahwa langkah-langkah negosiasi atau pengecualian dapat terjadi, yang akan mengurangi dampak dari kebijakan tarif tersebut.

Lonjakan Harga Emas Berjangka: Reaksi Pasar terhadap Ketidakpastian

Di tengah ancaman tarif Trump, pasar emas berjangka menunjukkan reaksi yang signifikan. Harga kontrak bulan depan untuk emas berjangka ditutup naik 1,6%, mencapai $2.914,30 per troy ons. Ini merupakan rekor baru untuk harga emas bulan depan, melampaui batas $2.900 untuk pertama kalinya dalam sejarah. Lonjakan ini mencerminkan meningkatnya permintaan untuk emas sebagai aset yang lebih aman di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global.

Ketika ketegangan perdagangan meningkat dan ancaman tarif muncul, investor cenderung beralih ke emas sebagai “safe haven” atau tempat berlindung. Emas dianggap sebagai aset yang relatif stabil selama masa ketidakpastian ekonomi atau geopolitik. Lonjakan harga emas ini menunjukkan bahwa para pedagang dan investor sedang mencari perlindungan dari potensi dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif Trump.

Mengapa Emas Menjadi Aset yang Menarik di Tengah Ketidakpastian?

Emas telah lama dipandang sebagai aset yang aman selama masa-masa ketidakpastian. Selama krisis ekonomi atau ketegangan geopolitik, harga emas sering kali mengalami lonjakan karena investor mencari instrumen yang lebih stabil dibandingkan dengan saham atau mata uang. Salah satu alasan utama mengapa emas dianggap sebagai aset yang aman adalah karena ia tidak bergantung pada kebijakan moneter atau fiskal dari negara manapun.

Ketika ada ketidakpastian mengenai kebijakan tarif atau perang dagang, nilai mata uang dan saham dapat menjadi sangat volatile, yang membuat investor merasa lebih nyaman untuk beralih ke emas. Emas juga tidak terpengaruh langsung oleh inflasi, yang membuatnya semakin menarik ketika ada ketakutan akan devaluasi mata uang atau kenaikan harga barang.

Lonjakan harga emas berjangka dalam beberapa minggu terakhir adalah contoh bagaimana ketidakpastian perdagangan dapat mempengaruhi pasar emas. Meskipun kebijakan tarif Trump masih berada dalam tahap ancaman, pasar sudah mulai merespons dengan berinvestasi lebih banyak pada emas.

Dampak Tarif terhadap Ekonomi Global: Kanada dan Meksiko Terpengaruh

Salah satu negara yang paling terpengaruh oleh ancaman tarif adalah Kanada, yang merupakan salah satu pemasok utama aluminium ke Amerika Serikat. Kanada mengirimkan sekitar 60% dari total ekspor aluminiumnya ke AS, menjadikannya sangat rentan terhadap kebijakan tarif ini. Meksiko, yang juga bergantung pada perdagangan dengan AS, menghadapi risiko serupa.

Tarif baru yang diberlakukan pada baja dan aluminium dapat memperlambat perdagangan antara negara-negara ini dan AS. Dampak dari kebijakan ini tidak hanya akan mempengaruhi sektor industri, tetapi juga dapat memicu ketegangan diplomatik yang lebih luas antara AS dan mitra dagangnya.

Namun, meskipun ada ketidakpastian besar terkait penerapan tarif, pasar tampaknya belum sepenuhnya yakin bahwa kebijakan ini akan berlangsung lama. Capital Economics, sebuah firma riset, mencatat bahwa meskipun kebijakan tarif ini mengkhawatirkan, ada kemungkinan bahwa pengecualian atau solusi kompromi dapat dicapai melalui negosiasi. Hal ini memberikan sedikit ketenangan bagi pasar yang khawatir akan dampak jangka panjang dari kebijakan Trump.

SPDR Gold dan Kenaikan Harga Emas

SPDR Gold Trust, yang merupakan salah satu dana yang melacak harga emas, juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 1,6%. Ini menunjukkan bahwa investor tidak hanya beralih ke emas fisik, tetapi juga ke produk investasi yang berkaitan dengan emas. SPDR Gold, yang berinvestasi dalam emas fisik, mencerminkan permintaan yang kuat untuk emas sebagai aset safe haven.

Sebagai salah satu cara termudah bagi investor untuk mengakses pasar emas, SPDR Gold menawarkan peluang bagi mereka yang ingin menghindari volatilitas pasar saham atau ketidakpastian ekonomi global. Lonjakan harga emas ini mendorong banyak investor untuk mencari produk investasi yang berbasis pada emas, meningkatkan permintaan lebih lanjut.

Proyeksi Ke Depan: Dampak Jangka Panjang dari Kebijakan Tarif

Ke depan, dampak kebijakan tarif terhadap pasar global akan bergantung pada banyak faktor. Meskipun harga emas berjangka telah naik tajam, ketidakpastian yang terkait dengan kebijakan perdagangan Trump masih jauh dari selesai. Para pelaku pasar akan terus memantau apakah tarif benar-benar akan diterapkan atau jika negosiasi dapat menghasilkan pengecualian atau perubahan kebijakan.

Bagi investor, pergeseran ke emas berjangka dan produk terkait emas mungkin akan berlanjut selama ketidakpastian ini. Namun, jika kebijakan tarif Trump berhasil dinegosiasikan atau diubah, harga emas bisa mengalami koreksi, meskipun ketegangan perdagangan global tetap ada.

Kesimpulan

Ancaman tarif Presiden Trump terhadap mitra dagang utama AS telah menciptakan gelombang ketidakpastian di pasar global, yang berdampak langsung pada harga emas. Lonjakan harga emas berjangka mencapai rekor baru, dengan investor beralih ke emas sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik. Meskipun kebijakan tarif Trump mungkin tidak diterapkan sepenuhnya, ketegangan perdagangan ini menunjukkan betapa pentingnya emas dalam strategi investasi di masa ketidakpastian.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Sunday, 9 February 2025

Bestprofit | Emas Naik di Tengah Perang Dagang dan NFP

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-2.jpg

Bestprofit (10/2) – Emas telah menunjukkan tren penguatan yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir, terpicu oleh sejumlah faktor penting yang berpengaruh pada pasar global. Kenaikan harga emas ini tidak hanya dipengaruhi oleh pergerakan pasar tenaga kerja AS, tetapi juga oleh ketegangan geopolitik yang semakin meningkat, terutama terkait dengan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Pada artikel ini, kita akan membahas berbagai faktor yang memengaruhi harga emas, dari ancaman tarif yang diajukan oleh Presiden AS Donald Trump hingga keputusan Bank Rakyat Tiongkok dan sikap hati-hati dari pejabat Federal Reserve.

1. Ancaman Tarif Presiden Trump dan Dampaknya pada Harga Emas

Salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga emas adalah ancaman tarif timbal balik yang diajukan oleh Presiden AS, Donald Trump. Rencana untuk mengumumkan tarif baru terhadap sejumlah negara, terutama Tiongkok, telah memicu ketidakpastian yang cukup besar di pasar global. Dalam menghadapi ketegangan ini, para investor mulai melirik emas sebagai instrumen investasi yang aman (safe-haven). Ketika ketegangan perdagangan meningkat, banyak pedagang dan investor beralih ke emas sebagai pelindung nilai terhadap risiko inflasi dan ketidakpastian ekonomi.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Dalam konteks ini, harga emas mencatatkan lonjakan pada hari Jumat, dengan XAU/USD diperdagangkan pada harga $2.862, naik 0,24%. Kenaikan ini sejalan dengan pernyataan Trump yang mengindikasikan akan adanya langkah-langkah proteksionisme lebih lanjut yang dapat memperburuk ketegangan perdagangan global. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan tersebut mengarahkan banyak investor untuk mencari perlindungan dalam bentuk emas, yang telah lama dianggap sebagai tempat berlindung yang aman di tengah gejolak pasar.

2. Data Ketenagakerjaan AS yang Mencatatkan Hasil Beragam

Selain faktor eksternal terkait dengan ketegangan perdagangan, laporan ketenagakerjaan AS juga turut memengaruhi pergerakan harga emas. Data Nonfarm Payrolls (NFP) AS untuk bulan Januari menunjukkan bahwa jumlah penggajian tidak memenuhi ekspektasi pasar. Angka penggajian hanya mencapai 143 ribu, jauh di bawah perkiraan 170 ribu. Angka ini juga lebih rendah dibandingkan dengan bulan Desember yang tercatat mencapai 256 ribu. Namun, meskipun data NFP mengecewakan, terdapat aspek positif yang dapat dilihat dalam laporan tersebut. Salah satunya adalah penurunan tingkat pengangguran yang mencapai 4%, lebih baik dari estimasi yang sebesar 4,1%. Penurunan tingkat pengangguran ini menunjukkan bahwa meskipun pertumbuhan penggajian lebih lambat, pasar tenaga kerja AS tetap menunjukkan ketahanan yang kuat. Fakta bahwa pasar tenaga kerja AS tetap stabil meskipun ada penurunan penggajian dapat memberi petunjuk bahwa Federal Reserve mungkin akan mempertahankan kebijakan moneter yang lebih ketat untuk mengendalikan inflasi. Hal ini memberikan alasan bagi investor untuk tetap waspada terhadap pergerakan harga emas, yang berpotensi dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga yang lebih tinggi.

3. Pembelian Emas oleh Bank Rakyat Tiongkok (PBoC)

Selain faktor yang datang dari Amerika Serikat, perkembangan di Tiongkok juga memengaruhi dinamika pasar emas. Baru-baru ini, Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) melanjutkan kebijakannya untuk menambah cadangan emas. Pada Januari 2025, cadangan emas PBoC meningkat dari 73,29 juta ons menjadi 73,65 juta ons. Langkah ini menunjukkan bahwa Tiongkok semakin berfokus pada diversifikasi cadangan devisanya dengan menambah kepemilikan emas. Langkah tersebut memberikan sinyal bahwa Tiongkok menganggap emas sebagai instrumen yang penting dalam menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan negara. Pembelian emas oleh bank sentral besar ini dapat memberikan dukungan tambahan bagi harga emas global, karena meningkatkan permintaan untuk logam mulia tersebut. Keputusan PBoC ini juga semakin memperkuat pandangan bahwa emas akan terus menjadi salah satu tempat berlindung yang aman di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global.

4. Reaksi Pejabat Federal Reserve dan Prospek Suku Bunga

Perkembangan terkait dengan kebijakan moneter AS juga memainkan peran penting dalam pergerakan harga emas. Setelah rilis data ketenagakerjaan AS, beberapa pejabat Federal Reserve memberikan komentar yang menunjukkan kecenderungan hati-hati terhadap kebijakan suku bunga. Presiden Fed Minneapolis, Neel Kashkari, mengindikasikan bahwa suku bunga kebijakan mungkin perlu dipertahankan “sedikit lebih rendah” mengingat situasi ekonomi saat ini. Di sisi lain, Presiden Fed Chicago, Austan Goolsbee, menyebutkan bahwa meskipun data NFP solid, suku bunga mungkin akan turun, tetapi kecepatannya akan lebih lambat karena adanya lebih banyak ketidakpastian di pasar. Sementara itu, Gubernur Fed, Adriana Kugler, menyatakan bahwa tingkat inflasi telah bergerak menyamping dan bahwa “masuk akal untuk mempertahankan suku bunga kebijakan di tempatnya.” Pernyataan-pernyataan dari pejabat Fed ini mengisyaratkan bahwa bank sentral AS akan terus mengevaluasi kondisi ekonomi sebelum mengambil keputusan untuk mengubah kebijakan suku bunga lebih lanjut. Reaksi pasar terhadap pernyataan tersebut mungkin akan membatasi ruang gerak harga emas, terutama jika imbal hasil obligasi AS terus naik.

5. Dampak Indeks Dolar AS dan Imbal Hasil Obligasi

Sementara harga emas dipengaruhi oleh faktor-faktor global dan kebijakan dalam negeri, perkembangan lainnya, seperti pergerakan Indeks Dolar AS (DXY) dan imbal hasil obligasi AS, juga memiliki dampak yang signifikan terhadap harga logam mulia ini. Pada pekan ini, DXY mengalami kenaikan tipis sebesar 0,32% dan berada pada level 108,04 setelah sebelumnya mencapai titik terendah harian di 107,51. Kenaikan Dolar AS ini dapat menekan harga emas, karena terdapat hubungan negatif antara harga emas dan nilai tukar dolar. Imbal hasil obligasi AS 10 tahun juga mengalami kenaikan, bertambah lima basis poin menjadi 4,487%. Imbal hasil riil AS, yang berkorelasi terbalik dengan harga emas, naik tiga basis poin menjadi 2,062%, memberikan hambatan bagi penguatan harga emas. Ketika imbal hasil obligasi AS naik, emas seringkali tertekan karena daya tarik investasi obligasi yang lebih tinggi.

6. Prospek Pelonggaran Kebijakan oleh Federal Reserve

Terlepas dari data ketenagakerjaan yang lebih lemah, pasar uang memperkirakan bahwa Federal Reserve mungkin akan melakukan pelonggaran kebijakan pada tahun 2025. Kontrak berjangka suku bunga dana federal memperkirakan pelonggaran sebesar 39 basis poin. Jika hal ini terjadi, emas berpotensi mendapat dukungan lebih lanjut, karena suku bunga yang lebih rendah cenderung membuat emas lebih menarik sebagai alternatif investasi. Namun, kecepatan pelonggaran kebijakan Fed masih menjadi tanda tanya. Pasar menunggu lebih banyak sinyal dari pejabat Fed terkait arah kebijakan moneter mereka ke depannya. Dalam waktu yang lebih dekat, ketegangan perdagangan dan perkembangan ekonomi global akan terus menjadi faktor penting yang menentukan pergerakan harga emas.

7. Kesimpulan

Harga emas saat ini didorong oleh sejumlah faktor yang saling berinteraksi, mulai dari ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok, data ketenagakerjaan AS yang beragam, hingga keputusan Bank Rakyat Tiongkok dan sikap hati-hati dari pejabat Federal Reserve. Ketidakpastian ekonomi dan politik global memberikan daya tarik tambahan bagi emas sebagai tempat berlindung yang aman. Ke depannya, pergerakan harga emas kemungkinan akan dipengaruhi oleh perkembangan lebih lanjut dalam perang dagang, kebijakan moneter AS, dan pembelian emas oleh bank sentral besar. Meskipun ada beberapa hambatan dari kenaikan imbal hasil obligasi dan nilai dolar yang lebih kuat, proyeksi pelonggaran kebijakan oleh Federal Reserve dapat memberikan dukungan tambahan bagi harga emas. Dengan demikian, emas tetap menjadi komoditas yang menarik bagi investor yang mencari perlindungan dari ketidakpastian ekonomi global, dan prospek jangka pendeknya tetap positif meskipun terdapat beberapa tantangan di pasar.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Thursday, 6 February 2025

Bestprofit | Dolar AS Menguat Menjelang Laporan NFP

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Dolar-2.jpg

Bestprofit (7/2) – Indeks Dolar AS (DXY) menunjukkan pergerakan yang relatif stabil di bawah level 108,00 pada hari Kamis, meskipun terdapat data ekonomi yang beragam dari Amerika Serikat yang mengindikasikan ketidakpastian terkait dengan arah kebijakan moneter ke depan. Investor terus memperhatikan indikator-indikator ekonomi, dengan perhatian utama tertuju pada laporan ketenagakerjaan yang akan dirilis pada hari Jumat. Laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi pasar tenaga kerja AS yang dapat memengaruhi keputusan Federal Reserve dalam menentukan arah kebijakan moneter mereka.

Data ADP Menunjukkan Kekuatan Ekonomi yang Lebih Kuat dari Perkiraan

Salah satu indikator utama yang mendorong pergerakan pasar dalam beberapa hari terakhir adalah laporan dari ADP yang mengungkapkan bahwa sektor swasta AS mengalami peningkatan pekerjaan yang lebih kuat dari yang diperkirakan. ADP melaporkan penambahan 183.000 pekerjaan pada bulan Januari, jauh melebihi konsensus yang diperkirakan hanya 150.000. Angka ini menunjukkan bahwa meskipun ada kekhawatiran tentang potensi pelambatan ekonomi, pasar tenaga kerja sektor swasta masih menunjukkan ketahanan yang signifikan.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Laporan ADP ini memunculkan harapan bahwa ekonomi AS tetap mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan, meskipun adanya ketidakpastian global dan potensi resesi yang terus membayangi. Peningkatan pekerjaan sektor swasta ini memberi sinyal bahwa perusahaan-perusahaan mungkin masih cukup optimis terhadap proyeksi ekonomi mereka meskipun ada sejumlah tantangan di luar negeri dan dalam negeri. Namun, meskipun data ADP mencatatkan angka positif, investor tetap berhati-hati. Mereka menyadari bahwa data tersebut hanya mencakup sektor swasta dan tidak menggambarkan secara keseluruhan pasar tenaga kerja AS. Oleh karena itu, banyak yang berpendapat bahwa laporan Nonfarm Payrolls (NFP) yang akan dirilis pada hari Jumat akan lebih memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kesehatan ekonomi AS.

Klaim Pengangguran Awal Mengindikasikan Potensi Pelemahan

Sementara data ADP memberikan gambaran positif tentang sektor swasta, angka klaim pengangguran awal yang dirilis pada hari Kamis menunjukkan potensi pelemahan di pasar tenaga kerja. Klaim pengangguran awal untuk pekan yang berakhir 3 Februari tercatat sebanyak 219.000, lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang memprediksi 213.000. Angka ini juga menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan angka klaim pengangguran yang tercatat pada minggu sebelumnya, yang sebesar 208.000. Peningkatan klaim pengangguran ini menjadi perhatian bagi para investor, karena dapat mengindikasikan adanya pelambatan dalam perekrutan tenaga kerja. Hal ini mungkin juga menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan mulai lebih berhati-hati dalam hal pengeluaran dan perekrutan, yang bisa jadi terkait dengan ketidakpastian ekonomi atau peningkatan biaya operasional. Lebih lanjut, klaim pengangguran berkelanjutan—yaitu jumlah individu yang terus menerima tunjangan pengangguran—juga mengalami kenaikan, mencapai 1,886 juta, yang sedikit lebih tinggi dari perkiraan 1,87 juta. Meskipun angka ini masih dalam level yang relatif rendah, kenaikan ini tetap menjadi tanda peringatan bagi pasar tenaga kerja.

Fokus Beralih ke Laporan Nonfarm Payrolls

Data ketenagakerjaan yang dirilis oleh ADP dan klaim pengangguran menunjukkan gambaran yang saling bertentangan mengenai pasar tenaga kerja AS. Oleh karena itu, semua mata kini tertuju pada laporan Nonfarm Payrolls (NFP) yang akan dirilis pada hari Jumat. Laporan NFP ini diperkirakan akan menunjukkan penambahan 170.000 pekerjaan baru pada bulan Januari, sebuah penurunan signifikan dibandingkan dengan penambahan 256.000 pekerjaan pada bulan Desember. Angka NFP ini sangat penting karena memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai kesehatan keseluruhan pasar tenaga kerja AS, termasuk sektor publik dan swasta. Data NFP akan memberikan petunjuk kepada investor tentang apakah pasar tenaga kerja mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan atau apakah ekonomi masih cukup kuat untuk menahan gejolak global.

Prediksi Pasar untuk Kebijakan Moneter Federal Reserve

Menghadapi data ekonomi yang bervariasi ini, para investor juga semakin memperhatikan kebijakan moneter Federal Reserve. Terutama, para pelaku pasar ingin mengetahui apakah The Fed akan melanjutkan kebijakan pengetatan suku bunga ataukah akan mulai melonggarkan kebijakan moneternya untuk merespons tanda-tanda pelambatan ekonomi. Menurut alat CME FedWatch, terdapat hampir 90% kemungkinan bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tetap pada pertemuan bulan Maret. Ini mengindikasikan bahwa pasar memperkirakan bahwa The Fed akan menjaga suku bunga tetap tinggi untuk menjaga tekanan inflasi tetap terkendali, meskipun ada kekhawatiran tentang potensi pelambatan ekonomi. Meskipun begitu, keputusan The Fed mengenai suku bunga sangat bergantung pada data ekonomi yang terus berkembang, terutama laporan NFP yang akan dirilis pada hari Jumat. Jika laporan NFP menunjukkan angka yang jauh lebih rendah dari ekspektasi, maka kemungkinan besar The Fed akan mulai mengurangi laju pengetatan suku bunga mereka. Sebaliknya, jika data menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja tetap kuat, maka The Fed mungkin akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.

Sentimen Pasar yang Masih Bersifat Hawkish

Saat ini, meskipun terdapat ketidakpastian mengenai arah kebijakan The Fed, sentimen pasar masih cenderung hawkish—yakni berpihak pada kemungkinan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut. Indeks sentimen terhadap kebijakan The Fed masih berada di atas angka 100, yang menunjukkan ekspektasi bahwa The Fed akan tetap fokus pada pengendalian inflasi, meskipun mungkin laju pemotongan suku bunga akan lebih lambat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Namun, meskipun sentimen pasar masih hawkish, banyak yang mencatat bahwa pasar akan terus memantau data ekonomi berikutnya dengan hati-hati. Ini mencakup bukan hanya laporan NFP, tetapi juga perkembangan lebih lanjut terkait klaim pengangguran dan indikator-indikator lain yang dapat memengaruhi keputusan kebijakan moneter Federal Reserve.

Kesimpulan

Indeks Dolar AS (DXY) terus berjuang untuk mempertahankan kenaikannya di bawah level 108,00, dipengaruhi oleh data ekonomi yang beragam dari Amerika Serikat. Meskipun laporan ADP menunjukkan adanya kekuatan pasar tenaga kerja sektor swasta, angka klaim pengangguran awal menunjukkan potensi pelemahan dalam pasar tenaga kerja yang lebih luas. Fokus pasar kini beralih pada laporan Nonfarm Payrolls (NFP) yang akan datang, yang diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kesehatan ekonomi AS. Keputusan Federal Reserve terkait suku bunga akan sangat bergantung pada data ketenagakerjaan yang dirilis pada hari Jumat. Meskipun sentimen pasar masih cenderung hawkish, ketidakpastian yang ditimbulkan oleh data ekonomi yang beragam menambah tantangan bagi para investor dan pembuat kebijakan. Dengan begitu, perkembangan ekonomi dalam beberapa minggu mendatang akan sangat menentukan arah kebijakan moneter yang akan diambil oleh The Fed dan dampaknya terhadap Dolar AS serta pasar global.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Wednesday, 5 February 2025

Bestprofit | Emas Melonjak Melewati $2.860 per Ons

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (6/2) – Pada bulan Februari 2025, harga emas mencatatkan lonjakan signifikan, menembus angka $2.860 per ons untuk pertama kalinya dalam sejarah. Lonjakan ini terjadi di tengah ekspektasi pasar yang berkembang tentang penurunan suku bunga di AS, ditambah dengan ketidakpastian geopolitik yang masih melingkupi hubungan internasional dan perdagangan global. Kenaikan ini juga sejalan dengan pergerakan harga obligasi AS, dengan US Treasuries mengalami kenaikan yang mencerminkan harapan pasar terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar.

Penyebab Lonjakan Harga Emas

Salah satu faktor utama yang memicu kenaikan harga emas adalah ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga yang lebih rendah. Pasar mengantisipasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan mengurangi suku bunga dua kali pada tahun ini, berdasarkan proyeksi terakhir dari Federal Open Market Committee (FOMC). Penurunan suku bunga ini diperkirakan akan memperburuk daya tarik mata uang dolar AS, yang pada gilirannya mendorong permintaan akan emas sebagai aset lindung nilai (hedge) terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Selain itu, pergerakan pasar obligasi AS juga mencerminkan harapan tersebut. Yield obligasi AS mengalami penurunan, yang sering kali menjadi indikator bahwa pasar percaya The Fed akan mengubah kebijakan moneternya untuk meredakan ketegangan ekonomi yang ada. Aktivitas sektor jasa AS yang dilacak oleh ISM (Institute for Supply Management) juga memberikan indikasi perlambatan ekonomi, di mana laporan bulan Januari menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat dari yang diperkirakan.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Dampak dari Geopolitik dan Ketegangan Perdagangan Global

Lonjakan harga emas juga tidak bisa dipisahkan dari ketidakpastian yang disebabkan oleh ketegangan geopolitik. Salah satu faktor yang mendorong kekhawatiran global adalah potensi eskalasi ketegangan di Timur Tengah. Presiden AS, Donald Trump, baru-baru ini mengindikasikan kemungkinan pengiriman pasukan AS ke Jalur Gaza, yang memicu ketegangan antara negara-negara besar dan meningkatkan risiko geopolitik di kawasan tersebut. Selain itu, China mengancam akan mengenakan tarif tambahan pada impor energi AS pada minggu depan sebagai respons terhadap tarif yang dikenakan AS terhadap produk-produk China. Langkah ini berisiko memperburuk hubungan perdagangan antara kedua negara besar dan dapat memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi global. Pasar merespons dengan waspada, dan emas sering kali dianggap sebagai salah satu instrumen investasi yang lebih aman saat ketidakpastian geopolitik meningkat.

Pemotongan Suku Bunga oleh Bank Sentral

Perkembangan lainnya yang mendukung kenaikan harga emas adalah keputusan beberapa bank sentral besar untuk menurunkan suku bunga mereka. Di Eropa, European Central Bank (ECB) mengumumkan pemangkasan suku bunga, sementara Bank of Canada (BoC) juga mengikuti langkah serupa dengan menurunkan suku bunga mereka. Bahkan, BoC mengakhiri pengetatan kuantitatif (quantitative tightening), yang berarti bank sentral akan lebih banyak memasukkan likuiditas ke pasar. Keputusan ini semakin memperlihatkan bahwa banyak bank sentral mulai berfokus pada penguatan perekonomian, meskipun hal ini mungkin dapat memperburuk inflasi di masa depan. Selain itu, Reserve Bank of India (RBI) dan Bank of England (BoE) diharapkan akan mengikuti kebijakan serupa dengan memotong suku bunga mereka dalam waktu dekat. Kebijakan ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah di banyak negara besar, tetapi di sisi lain, suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik emas sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan dengan aset lainnya, seperti obligasi pemerintah.

Aktivitas Ekonomi AS yang Melambat

Di sisi lain, data ekonomi AS juga memberikan gambaran bahwa perekonomian negara ini sedang melambat. Laporan terbaru menunjukkan bahwa sektor jasa AS, yang merupakan salah satu pilar utama perekonomian, mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dari ekspektasi pada bulan Januari. Aktivitas yang lebih lambat dalam sektor ini bisa menjadi indikator perlambatan ekonomi yang lebih luas. Sementara itu, harga yang dihadapi oleh perusahaan di AS juga melambat. Indeks harga yang diterima oleh perusahaan mengalami penurunan, yang menunjukkan bahwa tekanan inflasi mulai berkurang. Ini mendukung pandangan bahwa The Fed mungkin tidak perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut dan dapat merespons dengan lebih agresif terhadap perlambatan ekonomi, yang pada gilirannya mendorong prediksi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga.

Kebijakan Suku Bunga dan Dampaknya terhadap Emas

Penurunan suku bunga adalah salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam mempengaruhi harga emas. Ketika suku bunga diturunkan, imbal hasil dari instrumen keuangan seperti obligasi juga cenderung menurun. Dengan demikian, investor cenderung mencari aset lain yang memberikan perlindungan terhadap inflasi, salah satunya adalah emas. Ketika suku bunga rendah, biaya peluang untuk memegang emas yang tidak memberikan bunga atau dividen menjadi lebih kecil, sehingga daya tarik emas sebagai investasi meningkat. Namun, kebijakan moneter yang lebih longgar juga bisa memperburuk ketidakstabilan ekonomi dalam jangka panjang. Terutama jika inflasi tidak terkendali, suku bunga yang rendah dapat meningkatkan harga barang dan jasa, yang mendorong permintaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi. Oleh karena itu, para pelaku pasar akan terus memantau kebijakan dari Federal Reserve, ECB, BoC, dan bank sentral lainnya untuk memahami arah pergerakan harga emas.

Prospek Ke Depan dan Potensi Risiko

Di tengah segala ketidakpastian ini, harga emas diperkirakan akan terus menjadi fokus perhatian investor. Jika ekspektasi terhadap pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve terus berkembang, harga emas dapat terus meningkat, bahkan melampaui rekor harga tertinggi yang tercatat saat ini. Selain itu, ketegangan geopolitik dan risiko perdagangan global juga kemungkinan besar akan terus mendukung kenaikan harga emas. Namun, di sisi lain, terdapat potensi risiko yang harus diperhatikan oleh para investor. Salah satu risiko utama adalah kemungkinan adanya perubahan kebijakan oleh bank sentral yang dapat mempengaruhi ekspektasi pasar. Misalnya, jika Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi dari yang diharapkan atau jika ketegangan geopolitik mereda, harga emas bisa mengalami penurunan.

Kesimpulan

Lonjakan harga emas yang melampaui $2.860 per ons di bulan Februari mencerminkan ketidakpastian yang melanda ekonomi global. Faktor-faktor seperti ekspektasi suku bunga yang lebih rendah, ketegangan geopolitik, dan hambatan dalam perdagangan global semuanya berperan dalam meningkatkan permintaan terhadap emas. Bank sentral besar di seluruh dunia juga mengambil langkah-langkah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan suku bunga mereka, yang meningkatkan daya tarik emas sebagai investasi yang lebih aman. Namun, meskipun prospek emas tampak positif dalam jangka pendek, tetap ada sejumlah risiko yang harus diperhatikan. Pemantauan terhadap kebijakan moneter dan perkembangan geopolitik akan sangat penting bagi para investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Tuesday, 4 February 2025

Bestprofit | Emas Terkerek oleh Pelemahan Dolar dan Perang Dagang

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (5/2) – Pada hari Selasa malam, harga emas mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa, menembus angka $2.845 per ons, sebuah lonjakan signifikan yang mencerminkan kekhawatiran pasar terkait ketegangan geopolitik, khususnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Lonjakan ini terjadi dalam sesi perdagangan Amerika Utara, dan merupakan respon terhadap pelarian investor ke aset safe haven, seperti emas, yang dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global. Kenaikan harga emas ini didorong oleh penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS dan pelemahan Dolar AS, yang dipengaruhi oleh dampak perang dagang yang semakin intensif. Pada saat yang sama, keputusan Tiongkok untuk memberlakukan tarif balasan atas barang-barang AS dan kontrol ekspor logam-logam penting semakin memperburuk ketidakpastian pasar.

Pengaruh Perang Dagang Terhadap Pasar Global

Perang dagang antara AS dan Tiongkok telah memasuki fase baru, dengan implementasi tarif balasan oleh kedua negara. Meskipun Presiden AS, Donald Trump, memutuskan untuk menunda kenaikan tarif atas barang-barang Meksiko dan Kanada, tarif 10% atas barang-barang Tiongkok mulai diberlakukan. Langkah ini segera direspons oleh Tiongkok dengan mengenakan tarif pada berbagai produk AS, termasuk batu bara, gas alam cair (LNG), minyak mentah, peralatan pertanian, dan truk listrik. Selain itu, Tiongkok memutuskan untuk memberlakukan kontrol terhadap ekspor logam-logam tertentu yang penting untuk produksi barang elektronik.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Ketegangan perdagangan yang meningkat ini memicu pelarian modal ke dalam aset-aset yang dianggap lebih aman, seperti emas. Dalam hal ini, emas dipandang sebagai penyimpan nilai yang dapat mengurangi risiko investasi yang disebabkan oleh ketidakpastian global. Akibatnya, harga emas bergerak naik, dengan XAU/USD diperdagangkan pada $2.843, menunjukkan kenaikan lebih dari 1% pada hari tersebut.

Penurunan Dolar AS dan Imbal Hasil Obligasi Treasury

Salah satu faktor yang turut mendorong lonjakan harga emas adalah penurunan nilai Dolar AS. Indeks Dolar AS (DXY) tercatat turun 0,43%, menjauhi angka 108,00. Pelemahan Dolar AS membuat emas semakin menarik bagi investor, karena harga emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya. Selain itu, penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS turut memperburuk prospek dolar, yang pada gilirannya mendukung kenaikan harga emas. Pada saat yang sama, imbal hasil riil obligasi Treasury AS 10 tahun, yang diukur dengan menggunakan Sekuritas Terlindungi Inflasi Treasury (TIPS), turun hampir enam basis poin (bps) dari 2,13% menjadi 2,072%. Penurunan ini mencerminkan harapan pasar akan penurunan inflasi, yang menjadi faktor positif bagi harga emas karena logam kuning tersebut tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi.

Ketegangan Pasar Tenaga Kerja AS dan Dampaknya pada Emas

Selain faktor perang dagang dan ketegangan geopolitik, data ekonomi AS juga turut mempengaruhi pergerakan harga emas. Data terbaru dari Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja AS (JOLTS) menunjukkan bahwa jumlah lowongan pekerjaan menurun pada bulan Desember, sebuah indikasi bahwa meskipun pasar tenaga kerja tetap kuat, pertumbuhannya mulai melambat. Pembukaan pekerjaan tercatat hanya 7,6 juta, jauh lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 8 juta dan penurunan signifikan dari angka 8,156 juta yang tercatat pada bulan November. Selain itu, pesanan pabrik AS untuk bulan Desember tercatat turun sebesar 0,9%, melebihi perkiraan pasar yang mengantisipasi penurunan sebesar 0,7%. Data ini semakin menambah tekanan terhadap nilai Dolar AS dan memberikan dukungan lebih lanjut bagi harga emas, yang seringkali dilihat sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian ekonomi.

Potensi Dampak Kebijakan Federal Reserve terhadap Harga Emas

Meskipun harga emas terus mencatatkan kenaikan yang mengesankan, risiko terkait dengan kebijakan moneter Federal Reserve (Fed) tetap ada. Pidato dari pembicara-pembicara Fed dapat memengaruhi arah harga emas ke depan. Presiden Fed San Francisco, Mary Daly, baru-baru ini menyampaikan bahwa pekerjaan Fed belum selesai dalam menangani inflasi. Daly menekankan bahwa ekonomi AS berada dalam kondisi yang kuat, dan bahwa Bank Sentral berada dalam posisi yang baik untuk menunggu dan melihat dampak dari tarif dan kebijakan perdagangan yang sedang berlangsung. Kebijakan yang lebih agresif dari Fed, termasuk potensi kenaikan suku bunga, dapat memberikan tekanan pada harga emas. Saat Fed menaikkan suku bunga, hal tersebut cenderung meningkatkan imbal hasil obligasi dan memperkuat dolar, yang pada gilirannya dapat meredam permintaan untuk emas sebagai aset safe haven. Oleh karena itu, pasar akan sangat memperhatikan setiap petunjuk dari para pembicara Fed terkait kebijakan suku bunga di masa depan.

Proyeksi Masa Depan: Emas Menuju $2.850 atau Lebih Tinggi?

Dengan segala ketidakpastian yang melanda pasar global, harga emas diperkirakan akan terus melanjutkan reli kenaikan. Saat ini, harga emas sudah berada di dekat level $2.850, dan beberapa analis melihat potensi harga emas untuk menembus angka $2.900 dalam waktu dekat, tergantung pada perkembangan lebih lanjut terkait perang dagang dan kebijakan moneter global. Namun, meskipun prospek harga emas terlihat optimis, pernyataan dari para pembicara Federal Reserve dapat menjadi faktor pembatas. Jika Fed memperkenalkan kebijakan yang lebih hawkish, termasuk kenaikan suku bunga, harga emas mungkin akan mengalami penurunan atau bahkan konsolidasi. Pasar juga akan memantau perkembangan data ekonomi lainnya, seperti inflasi dan tingkat pengangguran, yang dapat memengaruhi kebijakan suku bunga Fed dan, pada gilirannya, harga emas.

Kesimpulan

Emas telah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di $2.845 pada Selasa malam, didorong oleh kekhawatiran akan perang dagang antara AS dan Tiongkok, serta faktor penurunan imbal hasil obligasi Treasury AS dan pelemahan Dolar AS. Ketegangan geopolitik, penurunan imbal hasil obligasi, serta data ekonomi AS yang lebih lemah memberikan dorongan bagi permintaan emas sebagai aset safe haven. Namun, potensi kebijakan moneter yang lebih agresif dari Federal Reserve dapat membatasi kenaikan harga emas di masa depan. Dengan ketidakpastian yang terus berlanjut di pasar global, harga emas kemungkinan besar akan terus berfluktuasi, tergantung pada kebijakan moneter, perkembangan perang dagang, dan data ekonomi yang muncul. Investor akan terus memperhatikan faktor-faktor ini dalam mengambil keputusan investasi mereka di pasar emas.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Monday, 3 February 2025

Bestprofit | Emas Capai Rekor Tertinggi, Siap Lanjutkan Kenaikan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (4/2) – Harga emas telah mencapai rekor tertinggi pada hari Senin, mencatatkan lonjakan signifikan setelah Amerika Serikat (AS) awalnya menjadwalkan tarif pada beberapa negara mitra dagang terbesarnya, termasuk Kanada, Meksiko, dan China. Keputusan ini memicu arus masuk besar-besaran ke logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil sebagai aset safe haven. Pada saat penulisan, harga emas (XAU/USD) diperdagangkan pada $2.821, mencatatkan kenaikan sebesar 0,87% dibandingkan harga pembukaan. Meskipun suasana pasar telah sedikit membaik, emas tetap mempertahankan kenaikan sebelumnya, menandakan dampak dari ketegangan perdagangan global.

Pengaruh Kebijakan Tarif terhadap Harga Emas

Sejak Presiden AS Donald Trump menjabat, kebijakan tarif telah menjadi pendorong utama pasar. Pada awal minggu ini, pasar terpengaruh oleh pengumuman AS yang memberlakukan tarif 25% pada dua mitra dagang terbesarnya, yakni Kanada dan Meksiko, serta tarif 10% pada China. Langkah ini tidak hanya mengganggu hubungan perdagangan antarnegara, tetapi juga menambah ketidakpastian ekonomi global yang mendorong para investor untuk beralih ke aset safe haven seperti emas. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh perang dagang ini memicu lonjakan permintaan terhadap emas, yang dipandang sebagai penyimpan nilai dalam kondisi yang tidak stabil.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Imbal Hasil Treasury AS dan Pengaruhnya terhadap Harga Emas

Salah satu faktor yang mendukung lonjakan harga emas adalah penurunan imbal hasil Treasury AS, terutama pada T-note 10-tahun. Pada hari Senin, imbal hasil T-note 10-tahun AS turun satu setengah basis poin menjadi 4,537%, yang mencerminkan penurunan minat investor terhadap obligasi pemerintah AS. Imbal hasil yang lebih rendah ini cenderung meningkatkan daya tarik emas, karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi atau saham. Selain itu, imbal hasil riil AS, yang diukur dengan Sekuritas yang Dilindungi Inflasi Treasury 10-tahun (TIPS), tetap stabil di 2,095%. Kondisi ini mencerminkan tingkat inflasi yang terjaga, namun dengan ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, emas tetap menjadi pilihan utama bagi para investor yang ingin melindungi aset mereka dari volatilitas pasar.

Data Ekonomi AS dan Implikasinya terhadap Pasar Emas

Sementara pasar global terfokus pada kebijakan tarif, data ekonomi AS juga memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi pasar domestik. Salah satu data yang menjadi perhatian adalah PMI Manufaktur ISM untuk bulan Januari yang naik menjadi 50,9, melampaui ekspektasi pasar yang sebesar 49,8. Ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur AS mengalami sedikit perbaikan dibandingkan bulan Desember yang hanya tercatat pada level 49,2. Kenaikan ini menandakan adanya peningkatan dalam aktivitas bisnis yang bisa memberikan dorongan positif bagi ekonomi AS secara keseluruhan. Namun, pengamatan lebih dekat terhadap data PMI menunjukkan bahwa subkomponen harga yang dibayarkan mengalami kenaikan signifikan, dari 52,5 menjadi 54,9. Kenaikan ini mencerminkan biaya input yang lebih tinggi dalam sektor manufaktur, yang dapat berpotensi meningkatkan tekanan inflasi. Hal ini memberikan sinyal bahwa meskipun ada perbaikan dalam aktivitas bisnis, tantangan inflasi masih akan tetap membayangi ekonomi AS, yang berpotensi mendukung kenaikan harga emas.

Tanggapan Pasar terhadap Perang Dagang

Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, memberikan pandangannya mengenai dampak perang dagang terhadap harga emas. Menurutnya, pasar saat ini belum sepenuhnya menyadari sejauh mana perang dagang antara AS dan mitra-mitranya dapat mempengaruhi pasar logam mulia. “Kami belum melihat respons yang lengkap dari Emas, dan jika perang dagang ini berlanjut untuk jangka waktu yang cukup lama, hal itu dapat menyebabkan harga Emas yang jauh lebih tinggi di kemudian hari,” kata Melek. Pernyataan ini menunjukkan bahwa jika ketegangan perdagangan global berlanjut atau bahkan memburuk, harga emas bisa terus mengalami lonjakan yang signifikan. Ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan oleh perang dagang ini membuat banyak investor memilih emas sebagai tempat yang lebih aman untuk melindungi nilai kekayaan mereka.

Kebijakan Fed dan Peran Suku Bunga dalam Dinamika Harga Emas

Selain pengaruh perang dagang dan kebijakan tarif, kebijakan suku bunga yang diterapkan oleh Federal Reserve (Fed) juga berperan penting dalam menentukan arah harga emas. Pada minggu ini, Presiden Fed Boston, Susan Collins, menyatakan bahwa Fed dapat bersabar dalam melakukan pemotongan suku bunga, mengingat ketidakpastian yang ditimbulkan oleh tarif perdagangan. Hal ini menunjukkan bahwa bank sentral AS mungkin akan mempertahankan suku bunga pada tingkat yang lebih tinggi dalam waktu dekat, yang bisa berpengaruh pada daya tarik emas sebagai aset safe haven. Di sisi lain, Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, berpendapat bahwa Fed perlu menurunkan inflasi hingga mencapai target 2% untuk menjaga kredibilitas lembaga tersebut. Meskipun pasar tenaga kerja AS tetap solid, Bostic menekankan pentingnya melihat dampak dari pelonggaran suku bunga sebesar 100 basis poin yang dilakukan pada tahun lalu. Kebijakan suku bunga ini memiliki dampak langsung terhadap daya tarik emas, karena suku bunga yang lebih rendah membuat logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil menjadi lebih menarik bagi para investor.

Proyeksi Suku Bunga dan Dampaknya pada Pasar Emas

Sementara itu, pasar berjangka uang kini memperkirakan penurunan suku bunga Fed sebesar 44 basis poin pada tahun 2025. Para pedagang mengantisipasi langkah pertama pada bulan Juni, yang akan mempengaruhi ekspektasi terhadap pasar saham dan obligasi. Penurunan suku bunga ini bisa memicu lebih banyak arus masuk ke emas, yang biasanya menjadi pilihan investasi utama ketika suku bunga rendah atau ketika ada ketidakpastian ekonomi yang tinggi.

Kesimpulan: Ketidakpastian Global dan Prospek Emas

Secara keseluruhan, lonjakan harga emas yang tercatat pada hari Senin mencerminkan dampak langsung dari ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif dan perang dagang global. Ketika pasar menghadapi ketegangan perdagangan antara AS dan mitra dagangnya, serta potensi penurunan suku bunga oleh Fed, investor cenderung beralih ke aset yang lebih aman, seperti emas. Meskipun ada perbaikan dalam data ekonomi AS, faktor-faktor eksternal seperti kebijakan tarif dan ketidakpastian global tetap menjadi pendorong utama harga emas ke tingkat yang lebih tinggi. Dengan proyeksi yang masih mengarah pada ketidakpastian perdagangan global dan potensi penurunan suku bunga Fed, harga emas mungkin akan terus mengalami kenaikan dalam waktu dekat. Para investor dan analis akan terus memantau perkembangan kebijakan AS dan kondisi pasar global untuk memahami bagaimana tren ini akan mempengaruhi pasar logam mulia di masa mendatang.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!