Bestprofit (12/2) – Pada hari Selasa, 11 Februari, harga emas mengalami penurunan signifikan, turun di bawah $2.900 per ons setelah mencapai rekor tertinggi di $2.940. Penurunan ini disebabkan oleh aksi ambil untung dari para investor, meskipun sentimen pasar secara umum tetap bullish. Ketegangan perdagangan global, khususnya terkait dengan kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan tarif 25% atas impor baja dan aluminium, terus menambah ketidakpastian pasar.
Meskipun ada sedikit konsolidasi harga, para investor tetap optimistis mengenai prospek jangka panjang emas, terutama dengan adanya ketegangan geopolitik dan risiko yang terus berkembang. Artikel ini akan mengulas faktor-faktor yang menyebabkan penurunan harga emas tersebut, serta perkembangan terbaru yang mempengaruhi pasar dan peran emas sebagai aset investasi.
Pergerakan Harga Emas dan Sentimen Pasar
Harga emas telah mengalami volatilitas yang cukup besar dalam beberapa minggu terakhir. Setelah mencapai level tertinggi $2.940 per ons, harga emas turun pada 11 Februari menjadi di bawah $2.900. Penurunan ini terjadi setelah para pedagang jangka pendek memutuskan untuk menguangkan keuntungan, yang mengindikasikan adanya aksi ambil untung setelah lonjakan harga yang signifikan.
Kunjungi juga : bestprofit futures
Meskipun harga emas mengalami koreksi, sentimen pasar tetap optimistis atau “bullish”, dengan banyak analis dan investor yang percaya bahwa harga emas akan terus menunjukkan tren naik dalam jangka panjang. Ketegangan perdagangan yang semakin meningkat, terutama antara AS dan negara-negara besar lainnya, dianggap sebagai faktor yang mendukung sentimen positif terhadap emas. Konflik perdagangan ini dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas ekonomi global, yang membuat emas tetap menjadi pilihan investasi yang aman.
Pengaruh Kebijakan Tarif Presiden Trump
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi volatilitas harga emas adalah kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump. Pada 11 Februari, ketegangan semakin meningkat setelah Trump memutuskan untuk memberlakukan tarif 25% atas impor baja dan aluminium. Keputusan ini memicu kekhawatiran akan terjadinya perang dagang yang lebih luas, yang pada gilirannya akan meningkatkan ketidakpastian ekonomi global.
Pasar keuangan sangat dipengaruhi oleh ketidakpastian, dan ketegangan perdagangan semacam ini sering kali membuat investor beralih ke aset yang lebih aman seperti emas. Meskipun saat ini harga emas turun, potensi ancaman terhadap hubungan perdagangan internasional dapat memicu lonjakan permintaan emas sebagai lindung nilai terhadap risiko geopolitik.
Data Inflasi AS dan Dampaknya Terhadap Kebijakan Fed
Investor kini menunggu dengan cemas rilis data inflasi AS yang akan diumumkan pada hari Rabu, yang diperkirakan akan mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter Federal Reserve (Fed). Jika data inflasi menunjukkan tekanan yang lebih tinggi, hal ini bisa memperburuk ekspektasi bahwa Fed mungkin akan mengambil tindakan untuk menanggapi inflasi yang melonjak, yang bisa mempengaruhi kebijakan suku bunga mereka.
Sementara emas dianggap sebagai aset lindung nilai yang efektif terhadap inflasi, sikap hati-hati Fed terhadap pemotongan suku bunga dapat membatasi potensi keuntungan jangka pendek. Jika Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga dalam tingkat yang lebih tinggi untuk mengendalikan inflasi, hal ini dapat mempengaruhi daya tarik emas yang tidak memberikan hasil imbal balik seperti aset lainnya, seperti obligasi atau saham.
Namun, meskipun kebijakan Fed mungkin membatasi kenaikan harga emas dalam waktu dekat, ketegangan perdagangan dan ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif masih memberikan dukungan kuat bagi harga emas. Risiko geopolitik yang berkelanjutan dan potensi tarif baru tetap dapat memperburuk ketidakpastian pasar, yang pada gilirannya bisa memperkuat permintaan untuk emas.
Kebijakan Suku Bunga Dovish dari Bank Sentral Lainnya
Di luar AS, kebijakan suku bunga yang dovish dari bank sentral utama dunia juga berkontribusi terhadap potensi dukungan bagi harga emas. Bank of England (BoE) dan Reserve Bank of India (RBI) baru-baru ini mengumumkan pemotongan suku bunga dovish, yang mencerminkan tindakan serupa dari European Central Bank (ECB), Riksbank, dan Bank of Canada (BoC).
Langkah-langkah dovish ini, yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, berpotensi meningkatkan inflasi global. Sebagai aset yang dilihat sebagai lindung nilai terhadap inflasi, emas akan mendapatkan manfaat dari kebijakan semacam ini, karena investor mencari perlindungan dari penurunan nilai mata uang atau ketidakstabilan ekonomi yang dapat timbul akibat kebijakan moneter yang lebih longgar.
Selain itu, kebijakan dovish dari bank sentral ini juga dapat mengurangi daya tarik mata uang yang lebih kuat, yang membuat emas, sebagai aset fisik, semakin menarik bagi investor yang khawatir tentang penurunan nilai mata uang fiat.
Permintaan Emas dari Bank Sentral
Salah satu faktor yang terus memberikan dukungan bagi harga emas adalah permintaan yang berkelanjutan dari bank sentral di seluruh dunia. Pada bulan Januari, People’s Bank of China (PBoC) melaporkan bahwa mereka telah memperluas cadangan emas mereka untuk bulan ketiga berturut-turut. Langkah ini mencerminkan peningkatan minat bank sentral global terhadap emas sebagai aset cadangan yang lebih aman.
Permintaan dari bank sentral sangat penting karena mereka sering membeli emas dalam jumlah besar untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang asing dan meningkatkan cadangan devisa mereka. Bahkan di tengah ketegangan perdagangan dan ketidakpastian ekonomi, bank-bank sentral di banyak negara terus mengumpulkan emas untuk mendiversifikasi cadangan mereka dan melindungi nilai mata uang mereka dari potensi risiko inflasi.
Kesimpulan
Meskipun harga emas turun di bawah $2.900 per ons pada 11 Februari, sentimen pasar tetap optimistis, didorong oleh ketegangan perdagangan global dan ketidakpastian ekonomi yang meningkat. Faktor-faktor seperti kebijakan tarif Presiden Trump, kebijakan dovish dari bank sentral besar lainnya, dan permintaan yang berkelanjutan dari bank sentral global tetap memberikan dukungan bagi harga emas. Meskipun ada risiko koreksi harga jangka pendek, prospek jangka panjang emas sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian geopolitik tetap kuat.
Investor yang tetap mengamati perkembangan pasar dengan cermat mungkin akan menemukan peluang untuk berinvestasi dalam emas di tengah volatilitas ini, karena emas terus menjadi pilihan utama untuk melindungi nilai kekayaan dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti.