Wednesday, 12 February 2025

Bestprofit| Emas Stabil Karena Powell Pertahankan Kebijakan Restriktif

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (13/2) – Pada Rabu, 12 Februari 2025, harga emas mengalami sedikit pemulihan setelah beberapa hari mengalami penurunan. Penurunan harga emas sebelumnya dipengaruhi oleh kekhawatiran terhadap kebijakan moneter yang ketat dan kenaikan suku bunga yang dapat membebani daya tarik logam mulia. Namun, pernyataan dari Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell dan data inflasi terbaru dari Amerika Serikat (AS) memberikan dampak yang signifikan terhadap pergerakan harga emas.

Menurut laporan tersebut, Ketua Powell menekankan bahwa kebijakan moneter perlu tetap ketat untuk mengatasi tekanan inflasi yang meningkat, serta ancaman tarif yang meningkat dari Presiden AS, Donald Trump. Sementara itu, harga emas XAU/USD diperdagangkan di kisaran $2.897, yang menunjukkan sedikit perubahan dari harga sebelumnya. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai dampak dari pernyataan Ketua Fed, data inflasi AS, dan bagaimana hal ini mempengaruhi pasar emas serta sentimen global.

Kenaikan Inflasi di AS Meningkatkan Ketidakpastian Ekonomi

Salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga emas adalah tingkat inflasi di AS. Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) baru-baru ini mengungkapkan bahwa inflasi di negara tersebut melonjak lebih dari 3%, sebuah angka yang lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya. Kenaikan inflasi ini menunjukkan bahwa tekanan harga di AS terus meningkat, yang dapat mengarah pada kebijakan moneter yang lebih ketat dari Federal Reserve.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Kenaikan inflasi ini memberikan sinyal bahwa pekerjaan Fed dalam mengatasi inflasi belum selesai. Hal ini kemudian memicu ekspektasi pasar bahwa pelonggaran kebijakan moneter yang sempat diharapkan dapat tertunda. Pada minggu lalu, kontrak berjangka suku bunga dana federal menunjukkan bahwa pedagang mengharapkan pelonggaran sebesar 40 basis poin (bps) pada akhir tahun 2025. Namun, setelah data Inflasi Konsumen (CPI) dirilis, ekspektasi tersebut disesuaikan menjadi hanya 30 bps pemotongan suku bunga pada akhir tahun ini. Penyesuaian ekspektasi ini mencerminkan bahwa pasar mungkin memperkirakan bahwa siklus pelonggaran suku bunga akan lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

Dampak Kenaikan Inflasi terhadap Dolar AS dan Obligasi Treasury

Kenaikan inflasi yang cukup signifikan ini juga memengaruhi pergerakan Dolar AS (USD) dan obligasi Treasury AS. Meskipun angka inflasi yang lebih tinggi dapat merangsang kenaikan suku bunga, yang biasanya mendukung mata uang AS, Dolar AS (USD) kehilangan sebagian tenaganya setelah rilis data CPI. Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan USD terhadap sekeranjang mata uang utama, berada di 107,98, hampir tidak berubah setelah reaksi terhadap angka inflasi.

Selain itu, imbal hasil obligasi Treasury AS juga dipengaruhi oleh kenaikan inflasi ini. Ketika inflasi meningkat, investor cenderung mencari perlindungan terhadap risiko inflasi, dan ini dapat memengaruhi pergerakan harga obligasi. Meskipun ada reaksi dari pasar obligasi terhadap kenaikan inflasi, pergerakan harga obligasi tetap terjaga, dengan sebagian besar investor masih memantau kebijakan moneter yang akan diambil oleh Fed.

Tanggapan Ketua Federal Reserve Jerome Powell

Pada hari yang sama, Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyelesaikan kesaksiannya di depan Komite Jasa Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS. Dalam kesaksiannya, Powell menegaskan bahwa pekerjaan untuk mengatasi inflasi masih jauh dari selesai. Ia menambahkan bahwa meskipun kebijakan moneter yang ketat telah memberi dampak, tetapi inflasi masih tetap terlalu tinggi. Oleh karena itu, Powell mengindikasikan bahwa Fed akan mempertahankan kebijakan moneter yang ketat untuk sementara waktu.

Selain itu, Powell juga mengungkapkan bahwa The Fed tidak akan terburu-buru dalam mengambil langkah-langkah pelonggaran suku bunga jika inflasi tetap berada di atas target 2%. Hal ini menunjukkan bahwa pasar mungkin harus menunggu lebih lama sebelum ada kebijakan yang lebih longgar, yang dapat memengaruhi daya tarik emas sebagai aset investasi.

Pandangan dari Pejabat Federal Reserve Lainnya

Pernyataan Powell juga didukung oleh pandangan pejabat Fed lainnya. Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, mengatakan bahwa jika ekonomi berkembang sesuai harapan, inflasi di AS dapat mencapai target 2% pada tahun 2026. Hal ini memberikan gambaran bahwa meskipun ada tekanan inflasi, proses pemulihan ekonomi memerlukan waktu yang lebih panjang untuk mencapai kestabilan harga yang diinginkan.

Sementara itu, Presiden Fed Chicago, Austan Goolsbee, menambahkan bahwa pembacaan inflasi yang tinggi pada bulan Januari dapat menegaskan bahwa “pekerjaan jelas belum selesai.” Goolsbee menyoroti bahwa meskipun ada tanda-tanda pelonggaran inflasi, pertempuran untuk menurunkan inflasi ke tingkat yang lebih rendah masih harus terus berlanjut. Oleh karena itu, pandangan dovish atau pelonggaran kebijakan moneter masih belum bisa diharapkan dalam waktu dekat.

Emas: Aset yang Tidak Memberikan Imbal Hasil

Emas, yang dikenal sebagai aset safe haven, sering kali menjadi pilihan bagi investor yang mencari perlindungan terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Namun, meskipun emas memiliki daya tarik sebagai aset lindung nilai, logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil seperti halnya obligasi atau saham. Hal ini menjadikan emas lebih sensitif terhadap pergerakan suku bunga.

Ketika suku bunga lebih tinggi, imbal hasil obligasi dan instrumen investasi lainnya menjadi lebih menarik dibandingkan emas. Oleh karena itu, jika kebijakan moneter tetap ketat, seperti yang diungkapkan oleh Ketua Powell, harga emas berisiko untuk tetap tertekan dalam jangka pendek. Sebaliknya, jika inflasi tetap tinggi dan pasar mengharapkan kebijakan moneter yang lebih dovish, emas berpotensi kembali menarik minat investor.

Prospek Harga Emas ke Depan

Melihat ke depan, prospek harga emas akan sangat dipengaruhi oleh dinamika kebijakan moneter yang diambil oleh The Fed, serta perkembangan inflasi di AS. Jika inflasi terus meningkat dan Fed tetap mempertahankan kebijakan ketatnya, harga emas mungkin akan terjebak dalam tren sideways atau turun dalam jangka pendek. Namun, jika tekanan inflasi tidak terkendali dan pasar mulai memperkirakan adanya pelonggaran suku bunga, harga emas berpotensi mengalami lonjakan kembali.

Selain itu, ketidakpastian global terkait dengan potensi tarif yang dikenakan oleh Presiden Trump dapat menambah ketegangan di pasar, yang dapat mendorong investor untuk kembali mencari aset safe haven seperti emas. Dalam jangka panjang, ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global dapat mendukung permintaan emas sebagai pelindung nilai terhadap risiko.

Kesimpulan

Harga emas pada 12 Februari menunjukkan sedikit pemulihan setelah penurunan yang cukup signifikan dalam beberapa hari sebelumnya. Ketidakpastian ekonomi yang ditandai dengan inflasi yang lebih tinggi di AS dan kebijakan moneter yang ketat dari Federal Reserve memberikan dampak yang besar terhadap pergerakan harga emas. Meskipun demikian, prospek harga emas masih tergantung pada arah kebijakan Fed dan perkembangan inflasi global. Para investor harus terus memantau data ekonomi dan pernyataan dari pejabat Fed untuk menentukan langkah selanjutnya dalam menghadapi dinamika pasar emas.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!