Best Profit (13/12) - Harga minyak merosot usai laporan menteri
energi Iran mengatakan ada perpecahan di dalam Organisasi Negara-negara
Pengekspor Minyak (OPEC).
Hal itu membuat penguatan harga minyak
terhenti usai pembatasan produksi yang dipimpin OPEC dan pemangkasan
ekspor dari Libya. Ditambah rilis data minyak Amerika Serikat (AS).
Harga
minyak Brent turun lima sen ke posisi USD 60,15 per barel. Sementara
harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) susut 50 sen ke posisi USD
51,15 per barel. Harga minyak sudah turun sejak awal Oktober usai sentuh
level tertinggi dalam empat tahun di atas USD 87.
Pergerakan
harga minyak dipengaruhi laporan Menteri Energi Iran Bijan Zanganeh
menuturkan, kalau kartel tidak ramah terhadap Iran. OPEC menyetujui
pemotongan produksi pada pekan lalu usai ekspor minyak Iran habis
lantaran sanksi AS sejak awal November. bestprofit
Pada
Rabu waktu setempat, OPEC menyatakan telah imbangi penurunan ekspor yang
terkena sanksi Iran. Presiden Iran Hassan Rouhani menuturkan kalau
ekspor membaik sejak awal November. Sebelumnya harga minyak naik
didukung oleh pemangkasan ekspor dari Libya dan pengurangan produksi
yang dipimpin OPEC.
Selain itu, pasar juga mengabaikan data
pemerintah yang menunjukkan stok minyak mentah AS turun 1,2 juta barel
pada pekan lalu. Penurunan jauh lebih kecil dari yang dilaporkan
American Petroleum Institute (API) sebesar 10 juta barel.
"Perbedaan
dari penurunan persediaan besar yang dilaporkan API membuat laporan
tampak lebih negatif dari pada yang sebenarnya,” ujar John Kilduff,
Partner Again Capital Management, seperti dikutip dari laman Reuters,
Kamis (13/12/2018). pt bestprofit
Kekhawatiran tentang
kelebihan pasokan global minyak mentah didorong sebagian besar oleh
hasil produksi AS sehingga menekan harga minyak dalam beberapa pekan
terakhir. Hal itu juga mendorong OPEC dan produsen minyak non OPEC
termasuk Rusia memangkas pasokan sebesar 1,2 juta barel per hari selama
enam bulan yang berlaku mulai 1 Januari.
“Kesepakatan OPEC pekan
lalu akan memungkinkan lebih banyak posisi menguat untuk diambil oleh
pelaku pasar,” seperti dikutip dari laporan analis JBC Energy.
Harga
menarik pada pekan ini usai Libya umumkan force majeure dari ekspor
ladang minyak terbesarnya pada Minggu. Namun, pandangan ekonomi global
melemah dan produksi yang lebih tinggi di tempat lain membebani pasar.
Apalagi usai produksi minyak mentah AS melonjak di AS dan ditetapkan
sebagai produsen minyak utama di dunia.
“Kami cukup yakin OPEC
akan berhasil mengencangkan pasar minyak sehingga menjaga kontrak minyak
Brent dalam satu bulan ke posisi USD 60 per barel selama enam bulan ke
depan,” ujar Analis SEB Bjarne Schieldrop.
Ia menuturkan, para
investor dan produsen masih khawatir terhadap tambahan pasokan minyak AS
pada akhir 2019 dan 2020 ketika pipa baru dipasang dari Permian ke
Teluk AS. pt bestprofit futures
Sumber : Liputan6