PT Bestprofit (10/10) - Harga emas bergerak mendatar atau stabil pada
perdagangan Selasa karena tekanan akan kenaikan nilai tukar dolar AS
diimbangi oleh penurunan pasar saham.
Mengutip Reuters, Rabu
(10/10/2018), harga emas di pasar spot tidak berubah atau tetap di USD
1.188,20 per ounce pada pukul 14.22 siang waktu New York. Sebelumnya
harga emas sempat menyentuh angka terendah di USD 1.183,04 per ounce.
Sedangkan untuk harga emas berjangka ditutup naik USD 2,9 atau 0,24 persen ke angka USD 1.191,5 per ounce.
"Perang
perdagangan antara AS dengan China dan peningkatan volatilitas pasar
saham adalah faktor-faktor yang mendukung kenaikan harga emas," jelas
David Meger, analis logam mulia di High Ridge Futures. pt bestprofit
"Namun sentimen tersebut ternyata diimbangi dengan kenaikan suku bunga," lanjut dia.
Suku bunga obligasi yang lebih tinggi meningkatkan permintaan akan dolar AS sehingga nilai tukarnya juga terdorong naik.
Penguatan
dolar AS ini tentu saja memberikan tekanan kepada harga emas karena
harganya akan lebih tinggi bagi mereka yang bertransaksi menggunakan
mata uang di luar dolar AS.
Pada perdagangan sehari sebelumnya,
harga emas turun lebih dari 1 persen karena para investor mencari
perlindungan dari penguatan dolar Amerika Serikat (AS), yang telah
didorong data ekonomi AS yang memperkuat ekspektasi kenaikan suku bunga
lebih lanjut. pt bestprofit
"Dolar AS yang kuat dan
ekspektasi kenaikan suku bunga menekan harga emas. Hal ini
menakut-nakuti investor emas," kata Carlo Alberto De Casa, Kepala Analis
ActivTrades.
Harga emas telah jatuh lebih dari 12 persen dari
puncaknya pada bulan April sebagian besar karena kekuatan dolar, yang
mencerminkan ekonomi AS yang dinamis, meningkatnya suku bunga AS dan
kekhawatiran perang perdagangan global.
Dolar yang lebih kuat membuat emas yang dibanderol dalam denominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Pasar
saham global jatuh karena kepercayaan investor terpukul dari lonjakan
minggu lalu di tengah kekhawatiran tentang sengketa perdagangan
AS-China.
Kondisi ini diperparah ketika Bank Sentral China (PBOC)
mengeluarkan kebijakan berupa pemotongan rasio cadangan wajib sebesar 1
persen untuk penyimpanan renminbi mulai 15 Oktober 2018. Hal ini
bertujuan untuk menurunkan struktur biaya pembiayaan. pt bestprofit
Sumber : Liputan6