PT Bestprofit (12/10) - Harga minyak merosot ke posisi terendah lebih
dari dua minggu, dipicu penurunan pasar saham global turun. Serta
sentimen investor akan terjadi bearish seiring perkiraan persediaan
minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan.
Melansir laman
Reuters, Jumat (12/10/2018), harga minyak mentah berjangka Brent turun
USD 2,83 menjadi USD 80,26 per barel, atau turun 3,41 persen. Ini
setelah mencapai posisi terendah USD 79,80, posisi terlemah sejak 24
September. Adapun patokan minyak global telah melemah usai mencapai
tertinggi selama empat tahun di level USD 86,74 pada 3 Oktober.
Sementara
harga minyak mentah AS Futures West Texas Intermediate (WTI) turun USD
2,2 menjadi USD 70,97 per barel, atau 3,01 persen. WTI mencapai titik
terendah sejak 21 September.
Persediaan minyak mentah Amerika
Serikat dilaporkan naik 6 juta barel pekan lalu, menurut lembaga
Administrasi Informasi Energi. Angka ini melebihi dari ekspektasi analis
yang sebesar 2,6 juta barel. pt bestprofit
"Peningkatan
signifikan dalam persediaan minyak mentah adalah refleksi dari
kilang-kilang yang turun untuk pemeliharaan," kata Andrew Lipow,
Presiden Lipow Oil Associates.
Di sisi lain, kejatuhan pasar ekuitas AS dan kondisi risiko dari pasar global juga membebani harga minyak mentah berjangka.
Pada
hari Rabu, pasar saham AS jatuh, dengan indeks S & P 500 dan Dow
Industrials memposting hari terburuk dalam delapan bulan. Kondisi ini
dipicu data ekonomi yang solid memperkuat ekspektasi kenaikan suku bunga
selama tahun depan.
"Sisi permintaan dari persamaan minyak selalu
jauh lebih sulit untuk dibedakan daripada sisi pasokan yang lebih
transparan dan karena penurunan ekuitas di tengah kenaikan tarif, pasar
minyak bisa mulai mendiskon skenario terburuk terkait dengan ekspektasi
permintaan minyak," jelas Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and
Associates. pt bestprofit
Organisasi Negara-negara
Pengekspor Minyak mengurangi perkiraan pertumbuhan permintaan minyak
global pada tahun depan untuk bulan ketiga berturut-turut. Pengurangan
dengan alasan headwinds menghadapi ekonomi yang lebih luas dari sengketa
perdagangan dan pasar negara berkembang yang bergejolak.
Di Teluk
AS Meksiko, produsen telah memangkas produksi hingga 40 persen pada
Kamis karena Badai Michael, menurut Biro Keselamatan dan Penegakan
Lingkungan (BSEE). Bahkan ketika beberapa operator mulai mengembalikan
kru ke anjungan lepas pantai.
Badai Michael melanda ke darat
Florida pada Rabu. Ini merupakan badai terkuat ketiga yang pernah
menyerang daratan AS. Sejak itu melemah menjadi badai tropis.
Harga
minyak turun dua persen didorong bursa saham Amerika Serikat (AS) atau
wall street yang tertekan. Meski pun pelaku pasar khawatir tentang
menyusutnya pasokan Iran dari sanksi AS dan terus mengawasi Badai
Michael sehingga menutup hasil produksi dari teluk Meksiko.
Harga
minyak Brent merosot USD 1,91 atau 2,3 persen ke posisi USD 83,09 per
barel. Sebelumnya harga minyak acuan ini naik 1,3 persen pada Selasa.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) susut USD 1,79 ke posisi USD
73,17 per barel atau turun 2,4 persen. pt bestprofit
Harga
minyak memperpanjang kerugian pasca American Petroleum Institute (API)
melaporkan persediaan minyak mentah naik 9,7 juta barel selama sepekan
yang berakhir 5 Oktober menjadi 410,7 juta. Angka ini lebih dari empat
kali lipat 2,6 juta barel yang diperkirakan analis.
Harga minyak
turun seiring bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street yang
tergelincir. Ini dengan indeks saham S&P 500 alami penurunan
terbesar dalam satu hari sejak Februari. Kenaikan imbal hasil obligasi
AS dan kekhawatiran kebijakan sektor perdagangan memicu aksi jual di
wall street.
"Selama kita terus melihat pelemahan di saham, itu
akan berdampak ke area lainnya. Salah satunya energi karena itu semua
berkaitan dengan harapan ekonomi," ujar Analis United-ICAP, Brian
LaRose, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (11/10/2018).
Risiko
terhadap sistem keuangan global telah meningkat selama enam bulan
terakhir. Hal tersebut dapat meningkat tajam jika tekanan di pasar
negara berkembang meningkat dan hubungan perdagangan global memburuk.
Hal
itu seperti disampaikan Dana Moneter Internasional (IMF). IMF memangkas
proyeksi ekonomi global pada 2018 dan 2019 dan juga khawatir terhadap
permintaan minyak yang merosot. pt bestprofit
Sumber : Liputan6