Best Profit (29/3) - Harga minyak berjangka mendatar usai pulih dari
kerugian terburuknya, ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump
menyerukan OPEC untuk meningkatkan produksi minyak mentah dalam upaya
menurunkan harga yang menuju kenaikan kuartalan terbaik mereka dalam
satu dekade.
Melansir laman Reuters, Jumat (29/3/2019), harga
minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 11 sen
menjadi USD 59,30 per barel. Sebelumnya kontrak jatuh ke USD 58,20
setelah tweet Trump. Dia mengatakan jika sangat penting bahwa OPEC
(Organisasi Negara Pengekspor Minyak) meningkatkan aliran Minyak" karena
pasar dunia yang rapuh.
Adapun harga minyak mentah berjangka
Brent kehilangan 1 sen menjadi USD 67,82 per barel, setelah sebelumnya
tenggelam di posisi USD 66,54 per barel. best profit
Harga
minyak telah naik lebih dari 25 persen pada tahun ini, dengan WTI
menuju kenaikan kuartal pertama terbesar sejak 2002. Kedua benchmark
menandai kenaikan kuartalan terbaik sejak 2009, terutama karena langkah
OPEC dan sekutunya seperti Rusia untuk memangkas produksi. Kelompok
OPEC, sepakat untuk memotong 1,2 juta barel per hari dari produksi pada
awal tahun ini.
"Tweet Trump ini di mana ia menyerang orang-orang
OPEC tidak memiliki jenis harga yang sama, dengan yang mereka lakukan
ketika itu adalah fenomena baru," kata Bob Yawger, Direktur Berjangka di
Mizuho di New York. best profit
Akibat ketidakpastian
untuk pakta yang dipimpin OPEC, Arab Saudi mengalami kesulitan
meyakinkan Rusia untuk tinggal lebih lama dalam kesepakatan. Moskow
kemungkinan hanya menyetujui perpanjangan tiga bulan pemangkasan
produksi, menurut tiga sumber yang akrab dengan masalah tersebut.
Sanksi
AS terhadap Venezuela dan Iran turut membatasi ekspor minyak
negara-negara tersebut dan mendorong harga minyak mentah tahun ini.
Amerika
Serikat telah menginstruksikan pedagang dan penyuling minyak di
seluruh dunia untuk lebih lanjut memotong kesepakatan dengan Venezuela
atau menghadapi sanksi sendiri. best profit
Selain sanksi
AS, pemadaman listrik yang terjadi pada bulan ini telah melumpuhkan
industri minyak Venezuela. Pelabuhan ekspor utama minyak negara itu
terhenti pada minggu ini.
"Jika pemotongan pasokan yang tidak
direncanakan tetap ada, harga minyak bisa mencapai USD 75 per barel
karena persediaan turun," ujar Tamas Varga PVM dalam sebuah catatan.
Permintaan kekhawatiran di balik kegelisahan ekonomi terkait dengan perang perdagangan AS-Tiongkok telah membatasi harga.
China
telah berjanji untuk lebih lanjut membuka pasar keuangan besar-besaran
bagi investor asing ketika pejabat senior AS tiba di Beijing untuk
pembicaraan perdagangan lebih lanjut. best profit
Sumber : Liputan6
best profit