Tuesday, 21 January 2025

Bestprofit | Emas Melonjak karena Kebijakan Trump

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (22/1) – Harga emas terus mengalami kenaikan signifikan, menguat lebih dari 1% dan mencapai titik tertinggi dua bulan di $2.745 pada hari Selasa. Kenaikan ini tidak hanya dipicu oleh kondisi ekonomi domestik, tetapi juga faktor geopolitik yang berpengaruh. Berbagai faktor, dari kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump hingga ketegangan di Timur Tengah, berperan dalam memengaruhi harga logam mulia ini.

Pengaruh Kebijakan Tarif Trump terhadap Harga Emas

Hari pertama pemerintahan Presiden AS Donald Trump memberikan dampak besar terhadap dinamika pasar. Sebelumnya, pasar cenderung optimis terhadap kebijakan Trump yang mengarah pada penguatan dolar AS dan peningkatan selera risiko. Namun, situasi berubah setelah Trump mengisyaratkan kebijakan tarif terhadap Kanada dan Meksiko. Hal ini memicu ketidakpastian di pasar global dan mendorong investor untuk beralih ke aset yang dianggap lebih aman, seperti emas. Dalam hal ini, kebijakan tarif yang diusulkan oleh Trump menjadi katalis utama untuk mengubah aliran investasi. Meskipun dolar AS sempat menguat di awal sesi, pengumuman tarif menyebabkan pelemahan greenback, yang pada gilirannya memperkuat harga emas. Harga emas (XAU/USD) diperdagangkan pada $2.742, yang menunjukkan pergerakan naik yang signifikan. Terlebih lagi, nilai tukar dolar Kanada (CAD) dan Peso Meksiko (MXN) jatuh, menunjukkan dampak langsung dari kebijakan tersebut.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Imbal Hasil Obligasi dan Dampaknya terhadap Emas

Selain pengaruh kebijakan tarif, penurunan imbal hasil obligasi AS turut berkontribusi pada penguatan harga emas. Pada hari tersebut, imbal hasil obligasi Treasury AS turun, khususnya pada bagian tengah dan ujung kurva yang panjang. Hal ini mendorong investor untuk beralih ke emas, yang tidak memberikan imbal hasil. Penurunan imbal hasil Treasury 10 tahun yang mencapai lima setengah basis poin (bps) menjadi 4,572% semakin memperkuat daya tarik emas sebagai aset safe haven. Penurunan imbal hasil riil juga memperburuk prospek bagi instrumen investasi lainnya, seperti obligasi dan saham, yang membuat emas semakin menarik. Dengan imbal hasil Treasury 10 tahun yang dilindungi inflasi (TIPS) berada di 2,17%, para investor merasa lebih aman menyimpan aset mereka dalam bentuk emas, yang cenderung bertahan atau bahkan menguat dalam kondisi pasar yang tidak pasti.

Ketegangan Geopolitik dan Pengaruhnya terhadap Pasar Emas

Tidak hanya kebijakan domestik AS, ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga memberi dampak pada pergerakan harga emas. Ketegangan antara Israel dan Hamas semakin meningkat setelah pasukan Israel meluncurkan operasi di kota Jenin, Tepi Barat. Sebelumnya, ada harapan bahwa gencatan senjata antara kedua pihak bisa dicapai, tetapi kenyataannya pertempuran kembali meningkat, memicu ketidakpastian lebih lanjut di kawasan tersebut. Ketegangan ini memberi dorongan bagi emas sebagai aset yang lebih aman. Pasar semakin khawatir dengan eskalasi lebih lanjut dari konflik tersebut, yang bisa mempengaruhi stabilitas kawasan dan memperburuk ketegangan global. Oleh karena itu, investor mulai mencari perlindungan dalam emas, menganggapnya sebagai aset yang lebih stabil di tengah ketidakpastian politik.

Prospek Ekonomi AS dan Potensi Pemangkasan Suku Bunga

Agenda ekonomi AS yang diperkirakan akan dirilis dalam minggu ini juga turut memengaruhi sentimen pasar. Data ekonomi penting, seperti Klaim Pengangguran Awal, PMI Flash Global S&P, dan data perumahan, akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai keadaan perekonomian AS. Data ini bisa mempengaruhi keputusan Federal Reserve (The Fed) mengenai kebijakan suku bunga di masa mendatang. Pasar memperkirakan bahwa The Fed mungkin akan memangkas suku bunga dua kali pada akhir tahun 2025, dengan pengurangan pertama diperkirakan terjadi pada bulan Juni. Jika ini terjadi, suku bunga yang lebih rendah akan memperburuk imbal hasil obligasi, yang semakin meningkatkan daya tarik emas. Dengan suku bunga yang rendah, biaya peluang untuk menahan emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi lebih kecil, sehingga memperkuat permintaan terhadap logam mulia ini.

Dinamika Harga Emas di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Harga emas tidak hanya dipengaruhi oleh faktor domestik dan geopolitik, tetapi juga oleh ketidakpastian ekonomi global. Ketika investor merasa cemas tentang kondisi ekonomi atau ketegangan internasional, mereka sering kali memilih untuk berinvestasi dalam aset yang lebih aman, seperti emas. Dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi, baik dari kebijakan fiskal pemerintah AS, fluktuasi nilai tukar mata uang, serta ketegangan geopolitik di berbagai belahan dunia, harga emas diperkirakan akan terus mengalami volatilitas. Dalam beberapa minggu mendatang, harga emas mungkin akan terus dipengaruhi oleh perkembangan politik di AS, keputusan suku bunga yang diambil oleh The Fed, dan peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di luar negeri. Setiap perubahan kebijakan fiskal dan moneter atau eskalasi ketegangan internasional dapat menjadi pendorong kuat bagi pergerakan harga emas.

Faktor Fundamental yang Menentukan Arah Harga Emas

Terdapat beberapa faktor fundamental yang dapat menentukan arah harga emas ke depan. Salah satunya adalah stabilitas ekonomi AS. Jika perekonomian AS terus menunjukkan tanda-tanda pelambatan, seperti meningkatnya klaim pengangguran atau penurunan data perumahan, maka emas kemungkinan besar akan terus menguat. Hal ini karena ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan akan mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman. Selain itu, kebijakan The Fed juga akan mempengaruhi pergerakan emas. Jika suku bunga dipangkas, imbal hasil dari instrumen keuangan lainnya seperti obligasi akan lebih rendah, meningkatkan daya tarik emas. Sebaliknya, jika suku bunga tetap atau bahkan dinaikkan, emas mungkin akan mengalami tekanan jual.

Kesimpulan

Kenaikan harga emas yang terjadi pada hari Selasa dan beberapa minggu terakhir mencerminkan adanya ketidakpastian dalam perekonomian global. Kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, penurunan imbal hasil obligasi, ketegangan geopolitik, serta potensi perubahan suku bunga oleh The Fed adalah faktor-faktor yang memberi dampak langsung pada harga emas. Dengan imbal hasil yang rendah dan ketegangan global yang meningkat, investor terus melihat emas sebagai aset yang lebih aman untuk melindungi nilai kekayaan mereka. Meskipun harga emas telah melewati beberapa level resistensi utama, volatilitas pasar kemungkinan akan terus berlanjut, tergantung pada perkembangan lebih lanjut dalam kebijakan ekonomi dan geopolitik global.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Sunday, 19 January 2025

Bestprofit | Emas Turun, Dolar Kembali Menguat

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-6.jpg

Bestprofit (20/1) – Harga emas mengalami penurunan tipis setelah tiga hari berturut-turut menguat, pada Jumat sore (17/1). Penurunan ini terjadi karena dolar AS berhasil bangkit dari pelemahan yang terjadi selama dua hari sebelumnya. Pemicu utama dari pergerakan ini adalah data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah dari perkiraan, yang sebelumnya memicu harapan pasar akan adanya pemangkasan suku bunga yang lebih cepat oleh Federal Reserve. Harga emas untuk pengiriman Februari tercatat turun sebesar US$0,90, menjadi US$2.750,00 per ons. Perubahan harga ini mencerminkan dinamika pasar yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan dolar dan harapan terhadap kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral AS, Federal Reserve.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Data Ekonomi AS Memicu Harapan Pemangkasan Suku Bunga

Minggu ini, pasar dikejutkan dengan beberapa data ekonomi AS yang menunjukkan hasil yang lebih lemah dari ekspektasi, terutama terkait dengan inflasi inti dan penjualan ritel. Inflasi inti, yang tidak termasuk harga energi dan makanan yang sering bergejolak, tercatat lebih rendah dari perkiraan para analis, menunjukkan bahwa tekanan inflasi di AS mungkin mulai mereda. Selain itu, penjualan ritel di AS untuk bulan Desember juga menunjukkan penurunan, yang memberikan gambaran bahwa konsumsi domestik mungkin melambat. Kondisi ini membuka kembali harapan di kalangan pelaku pasar bahwa Federal Reserve akan segera mengambil langkah untuk memangkas suku bunga guna merangsang perekonomian. Pemangkasan suku bunga dapat menguntungkan harga emas, karena suku bunga yang lebih rendah cenderung menurunkan imbal hasil obligasi dan meningkatkan daya tarik emas sebagai aset yang lebih aman. Meskipun demikian, meskipun harapan pemangkasan suku bunga semakin kuat, Federal Reserve diperkirakan tidak akan mengubah suku bunga pada pertemuan kebijakan yang dijadwalkan pada akhir bulan Januari. Oleh karena itu, pasar tetap memantau dengan cermat keputusan yang diambil oleh bank sentral ini.

Peran Indeks Dolar dalam Pergerakan Harga Emas

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi harga emas pada hari tersebut adalah pergerakan indeks dolar. Indeks dolar ICE, yang mengukur nilai dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya, tercatat naik 0,35 poin menjadi 109,31. Kenaikan ini memberikan tekanan pada harga emas yang dihargakan dalam dolar AS. Ketika dolar menguat, emas yang diperdagangkan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain, sehingga menurunkan permintaan terhadap logam mulia tersebut. Kenaikan indeks dolar ini bisa jadi dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi global, termasuk ekspektasi terhadap kebijakan moneter AS dan kekhawatiran pasar terhadap potensi pengetatan kebijakan moneter di negara-negara besar lainnya. Dolar yang lebih kuat biasanya membuat emas, yang tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi atau dividen saham, menjadi kurang menarik bagi investor.

Imbal Hasil Obligasi AS Beragam, Pengaruh Terhadap Emas

Selain pergerakan dolar, imbal hasil obligasi pemerintah AS juga turut berperan dalam mempengaruhi harga emas. Imbal hasil obligasi dua tahun AS tercatat naik 3,8 basis poin, menjadi 4,272%, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun mengalami penurunan sebesar 0,8 poin, menjadi 4,609%. Pergerakan imbal hasil obligasi ini mencerminkan dinamika pasar terkait dengan ekspektasi terhadap kebijakan moneter Federal Reserve. Secara umum, ketika imbal hasil obligasi jangka pendek meningkat, investor cenderung mengalihkan dana mereka ke instrumen pendapatan tetap, yang menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi. Sebaliknya, ketika imbal hasil obligasi jangka panjang turun, hal ini dapat menambah daya tarik emas sebagai aset yang lebih aman, mengingat emas tidak terpengaruh oleh perubahan imbal hasil obligasi atau suku bunga. Namun, pada Jumat sore tersebut, meskipun ada perbedaan pergerakan antara imbal hasil obligasi jangka pendek dan jangka panjang, harga emas tetap tertekan karena menguatnya dolar dan pengaruh dari data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan.

Harapan Pemangkasan Suku Bunga dan Daya Tarik Emas

Harapan akan pemangkasan suku bunga di AS telah menjadi pendorong utama penguatan harga emas dalam beberapa hari terakhir. Emas sering dianggap sebagai aset yang aman dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan kebijakan moneter yang lebih longgar. Oleh karena itu, jika Federal Reserve memutuskan untuk memangkas suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan, harga emas dapat kembali menguat. Namun, meskipun ada optimisme terkait pemangkasan suku bunga, para analis dan pelaku pasar tetap memperhatikan data ekonomi dan keputusan Federal Reserve yang akan datang. Sebagian besar pelaku pasar memperkirakan bahwa pada pertemuan kebijakan mendatang pada 29 Januari, Federal Reserve kemungkinan besar akan mempertahankan suku bunga tidak berubah, mengingat kekhawatiran terhadap inflasi dan ketegangan ekonomi global yang belum sepenuhnya mereda.

Minggu-Minggu Mendatang dan Prospek Harga Emas

Melihat ke depan, prospek harga emas akan sangat bergantung pada beberapa faktor, termasuk keputusan kebijakan Federal Reserve, pergerakan dolar, dan data ekonomi AS yang akan datang. Jika data inflasi atau pasar tenaga kerja menunjukkan tanda-tanda lebih lanjut dari pelambatan ekonomi, harapan pemangkasan suku bunga dapat kembali mendominasi, memberikan dorongan positif bagi harga emas. Namun, jika Federal Reserve mempertahankan sikapnya yang lebih hawkish dan memutuskan untuk tidak segera memangkas suku bunga, harga emas mungkin akan menghadapi tekanan lebih lanjut. Selain itu, faktor-faktor global seperti ketegangan geopolitik dan perkembangan pasar energi juga dapat memengaruhi permintaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai.

Kesimpulan: Ketidakpastian Ekonomi dan Potensi Harga Emas

Pada Jumat sore (17/1), emas turun tipis setelah beberapa hari mengalami penguatan. Pergerakan harga ini dipengaruhi oleh bangkitnya dolar AS setelah dua hari pelemahan dan harapan pasar terhadap pemangkasan suku bunga Federal Reserve yang semakin menguat setelah data ekonomi AS yang lemah. Meskipun harga emas tertekan, prospek jangka panjang untuk logam mulia ini tetap bergantung pada keputusan kebijakan Federal Reserve dan faktor ekonomi lainnya. Sebagai salah satu aset yang paling sensitif terhadap perubahan kebijakan moneter, harga emas akan terus dipantau dengan seksama oleh para investor dan analis. Ketidakpastian ekonomi dan geopolitik yang terus berlanjut memberikan gambaran bahwa emas tetap memiliki daya tarik sebagai instrumen investasi yang aman di tengah volatilitas pasar global.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Thursday, 16 January 2025

Bestprofit | Emas Tembus $2.700 Usai Pernyataan Dovish Fed

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (17/1) – Pada hari Kamis, 16 Januari 2025, harga emas mengalami lonjakan signifikan dan berhasil menembus angka $2.700 per ons. Kenaikan harga emas ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat (AS), termasuk pergerakan nilai tukar dolar AS (Greenback) serta rilis data ekonomi yang menunjukkan kekuatan konsumen meskipun ada beberapa tanda ketidakpastian.

Mengapa Harga Emas Meningkat?

Kenaikan harga emas ini sejalan dengan penurunan nilai tukar dolar AS yang memangkas sebagian dari kenaikan sebelumnya. Selain itu, data-data ekonomi AS, meskipun menunjukkan soliditas ekonomi, memicu ekspektasi pasar yang lebih besar terhadap pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve (Fed). Hal ini menciptakan suasana yang mendukung bagi investasi emas sebagai aset yang lebih aman di tengah ketidakpastian ekonomi.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Data Ekonomi AS: Belanja Konsumen dan Angka Pekerjaan

Data yang dirilis oleh pemerintah AS menunjukkan bahwa ekonomi negara tersebut tetap solid. Salah satu data yang menarik perhatian adalah angka belanja konsumen yang menunjukkan peningkatan meskipun lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Penjualan ritel pada bulan Desember tidak memenuhi ekspektasi pasar, namun data revisi untuk bulan November menunjukkan kekuatan konsumen yang lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya. Ini menandakan bahwa meskipun ada beberapa hambatan, konsumsi masyarakat AS tetap menjadi pilar utama bagi perekonomian. Di sisi lain, data terkait pasar tenaga kerja AS menunjukkan adanya sedikit tekanan. Jumlah klaim asuransi pengangguran melonjak untuk pertama kalinya sejak 7 Desember 2024. Meskipun kenaikan klaim ini tidak terlalu signifikan, hal ini memberi indikasi bahwa pasar tenaga kerja mulai mengalami beberapa tantangan, yang dapat mempengaruhi kebijakan ekonomi dan moneter yang diambil oleh Federal Reserve.

Penurunan Imbal Hasil Obligasi AS

Salah satu faktor yang turut berperan dalam lonjakan harga emas adalah penurunan imbal hasil obligasi AS. Imbal hasil obligasi pemerintah AS, yang merupakan salah satu indikator penting dari biaya pinjaman di pasar, mengalami penurunan seiring dengan harapan pasar terhadap kebijakan lebih dovish dari Federal Reserve. Pedagang di pasar obligasi mengantisipasi bahwa Bank Sentral AS mungkin akan menurunkan suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan sebelumnya, yang pada gilirannya akan mengurangi daya tarik obligasi AS sebagai instrumen investasi. Hal ini berujung pada peralihan investasi ke aset yang lebih aman, seperti emas. Penurunan imbal hasil obligasi ini juga mencerminkan ekspektasi pasar yang kuat akan adanya pelonggaran moneter lebih lanjut dari Fed.

Pergerakan Dolar AS (Greenback) dan Indeks DXY

Salah satu penyebab utama lonjakan harga emas adalah melemahnya dolar AS. Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, turun 0,14% pada hari tersebut dan berada di bawah angka 109,00. Penurunan ini terjadi di tengah pernyataan-pernyataan dovish dari pejabat Federal Reserve dan ekspektasi pasar akan pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut. Ketika dolar AS melemah, emas, yang diperdagangkan dalam dolar, menjadi lebih murah bagi pembeli dengan mata uang lain, sehingga meningkatkan permintaan emas di pasar global. Melemahnya dolar juga mencerminkan adanya kekhawatiran pasar terhadap ketidakpastian ekonomi, yang mendorong pelaku pasar untuk beralih ke aset yang lebih stabil dan terhindar dari fluktuasi mata uang, seperti emas.

Pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Terpilih

Kenaikan harga emas juga dipengaruhi oleh situasi politik di AS, khususnya menjelang pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS yang terpilih. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh transisi politik ini turut memperburuk sentimen pasar. Pelaku pasar cenderung mencari perlindungan di aset-aset yang lebih aman, seperti emas, di tengah ketegangan politik domestik yang dapat mempengaruhi kebijakan ekonomi dan keuangan negara tersebut. Selain itu, ketidakpastian yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi Trump yang belum sepenuhnya jelas, termasuk rencana pajak dan kebijakan perdagangan, turut memperburuk sentimen risiko di pasar global. Emas, dengan sifatnya sebagai aset safe-haven, menjadi pilihan utama bagi investor yang menghindari potensi gejolak pasar akibat ketidakpastian politik.

Pandangan Federal Reserve: Kebijakan Dovish

Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller, mengeluarkan pernyataan yang dovish pada hari tersebut, yang semakin memperburuk sentimen pasar terhadap dolar AS. Dalam pernyataannya, Waller menyatakan bahwa Fed mungkin akan menurunkan biaya pinjaman lebih cepat dan lebih agresif jika proses desinflasi di AS berkembang lebih cepat dari yang diperkirakan. Komentar ini mengarah pada ekspektasi pasar bahwa Fed akan mengadopsi kebijakan moneter yang lebih longgar untuk mendorong pemulihan ekonomi lebih lanjut. Pelonggaran kebijakan moneter ini diharapkan dapat menurunkan tingkat bunga dan memperlambat laju inflasi, yang membuat aset berisiko seperti saham menjadi lebih menarik dibandingkan dengan instrumen pendapatan tetap. Namun, emas, yang tidak memberikan imbal hasil, cenderung menjadi pilihan yang lebih aman dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan pasar.

Perkembangan Selanjutnya yang Perlu Diperhatikan

Para pedagang dan analis pasar akan terus memantau perkembangan lebih lanjut dari data ekonomi AS yang akan dirilis dalam beberapa hari mendatang. Salah satu data penting yang akan menjadi fokus perhatian adalah data perumahan, termasuk Izin Bangunan dan Pembangunan Perumahan. Data ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi sektor perumahan, yang merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian AS. Selain itu, para pelaku pasar juga akan terus mengamati kebijakan yang diambil oleh Federal Reserve dan respons pasar terhadap kebijakan tersebut. Jika Fed terus menunjukkan sikap dovish dan memprioritaskan pelonggaran moneter, maka harga emas kemungkinan akan terus menunjukkan tren positif.

Kesimpulan

Kenaikan harga emas di atas $2.700 pada 16 Januari 2025 menunjukkan bagaimana kondisi ekonomi dan pasar yang tidak pasti dapat mempengaruhi preferensi investasi. Penurunan dolar AS, data ekonomi yang campuran, dan harapan akan pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve menjadi faktor utama yang mendorong harga emas naik. Pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS dan dinamika politik domestik juga menambah ketidakpastian yang memicu pelaku pasar untuk beralih ke aset yang lebih aman seperti emas. Dengan kondisi ekonomi global yang penuh tantangan, emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang ingin melindungi nilai kekayaan mereka.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Wednesday, 15 January 2025

Bestprofit | Emas Naik ke Tertinggi Sebulan Usai Inflasi AS Lebih Tinggi dari Perkiraan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/07/c1_20240630_04500512-768x383-1.jpeg

Bestprofit (16/1) – Pada hari Rabu (15 Januari 2025), harga emas diperdagangkan lebih tinggi, mencatatkan kenaikan signifikan setelah dolar AS dan imbal hasil Treasury mengalami penurunan yang tajam. Katalis utama untuk pergerakan ini adalah laporan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS. Kenaikan harga emas ini menggambarkan bagaimana pasar merespon data ekonomi yang lebih kuat, yang sekaligus meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan lebih berhati-hati dalam kebijakan moneternya.

Harga Emas Naik Signifikan

Harga emas untuk pengiriman Februari tercatat naik sebesar US$35,80 menjadi US$2.718,10 per ons pada sore hari Rabu, mencatatkan harga tertinggi sejak 11 Desember 2024. Kenaikan harga emas ini dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penurunan dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih rendah. Penurunan ini terjadi setelah data inflasi AS yang dirilis lebih tinggi dari perkiraan, yang memengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve ke depan.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Data Inflasi AS Lebih Tinggi dari Perkiraan

Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Desember 2024 naik sebesar 0,4%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan 0,3% yang tercatat pada bulan November dan juga melebihi perkiraan konsensus yang memperkirakan kenaikan IHK sebesar 0,3%. Data ini menunjukkan bahwa tekanan inflasi di AS masih cukup tinggi, meskipun ada indikasi bahwa inflasi mulai mereda pada beberapa bulan terakhir. Namun, meskipun IHK secara keseluruhan lebih tinggi, angka IHK inti, yang tidak termasuk komponen makanan dan energi yang cenderung lebih volatil, hanya naik 3,2% secara tahunan. Angka ini sedikit lebih rendah dari perkiraan pasar yang mengantisipasi kenaikan sebesar 3,3%. Meskipun demikian, lonjakan inflasi bulanan yang lebih besar dari ekspektasi memberikan dorongan bagi harga emas.

Imbal Hasil dan Dolar AS Turun

Salah satu faktor yang mendukung pergerakan harga emas adalah penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Imbal hasil Treasury AS, terutama pada obligasi dua tahun dan sepuluh tahun, mengalami penurunan tajam setelah data inflasi dirilis. Imbal hasil pada obligasi dua tahun AS turun 10,8 basis poin menjadi 4,276%, sementara obligasi 10 tahun turun lebih dalam, 13,3 basis poin, menjadi 4,66%. Penurunan imbal hasil ini terjadi karena pasar mulai merespons data inflasi dengan lebih hati-hati terhadap kebijakan moneter yang lebih dovish dari Federal Reserve. Penurunan imbal hasil obligasi membuat emas menjadi lebih menarik sebagai alternatif investasi, karena imbal hasil yang lebih rendah pada instrumen pendapatan tetap seperti obligasi pemerintah akan mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman dan menguntungkan seperti emas. Selain itu, penurunan imbal hasil Treasury juga berkontribusi pada penurunan dolar AS. Indeks dolar ICE, yang mengukur nilai dolar terhadap sekumpulan mata uang utama, terakhir terlihat turun 0,16 poin menjadi 109,11. Penurunan dolar ini membantu mendongkrak harga emas, karena emas menjadi lebih terjangkau bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain selain dolar.

Ekspektasi Kebijakan Federal Reserve

Meskipun Federal Reserve diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada akhir pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 29 Januari mendatang, data inflasi ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa bank sentral AS mungkin akan lebih agresif dalam mengurangi suku bunga di masa depan. Dengan adanya ketidakpastian dalam perekonomian dan adanya tekanan inflasi yang terus berlanjut, pasar mulai memproyeksikan bahwa pemangkasan suku bunga bisa terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Menurut alat CME Fedwatch, yang mengukur ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga, saat ini terdapat probabilitas 29% bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan berikutnya pada bulan Maret 2025. Ini merupakan kenaikan dari probabilitas sebelumnya yang hanya sebesar 23,2% pada hari Selasa. Kenaikan probabilitas pemangkasan suku bunga ini berkontribusi pada penurunan imbal hasil obligasi dan juga melemahnya dolar AS, yang pada gilirannya meningkatkan daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.

Emas Sebagai Aset Lindung Nilai

Emas sering dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Meskipun ada beberapa sinyal bahwa inflasi mungkin mulai mereda, data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan pada bulan Desember menunjukkan bahwa ketidakpastian ekonomi masih ada. Dalam situasi seperti ini, investor sering beralih ke emas sebagai tempat yang lebih aman untuk menyimpan nilai kekayaan mereka. Kenaikan harga emas pada 15 Januari ini mencerminkan minat yang terus meningkat terhadap logam mulia tersebut di tengah ketidakpastian ekonomi global dan nasional. Selain itu, meskipun ada spekulasi bahwa suku bunga bisa dipangkas pada bulan Maret, banyak investor yang memilih untuk tetap memegang emas sebagai aset yang tahan terhadap volatilitas pasar.

Perkiraan Arah Pasar Emas ke Depan

Dengan latar belakang data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dan ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve, harga emas berpotensi terus menguat di masa mendatang. Meski demikian, masih ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi pergerakan harga emas ke depan, seperti kebijakan moneter yang diambil oleh Federal Reserve dan perkembangan ekonomi global lainnya. Jika Federal Reserve benar-benar melakukan pemangkasan suku bunga pada Maret, kita bisa melihat harga emas terus naik, mengingat bahwa imbal hasil yang lebih rendah akan semakin membuat emas lebih menarik. Sebaliknya, jika inflasi mulai mereda lebih cepat dari yang diperkirakan, ada kemungkinan harga emas akan terkoreksi, meskipun kemungkinan ini tampaknya lebih kecil mengingat data inflasi yang masih menunjukkan tekanan.

Kesimpulan

Harga emas menguat pada 15 Januari 2025, didorong oleh data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan, penurunan imbal hasil obligasi AS, dan melemahnya dolar. Meskipun ada prediksi bahwa Federal Reserve mungkin mempertahankan suku bunga pada pertemuan mendatang, ekspektasi untuk pemangkasan suku bunga semakin kuat setelah data inflasi tersebut. Sebagai hasilnya, emas terus dilihat sebagai aset lindung nilai yang menarik, dan potensi kenaikan harga emas masih terbuka lebar dalam waktu dekat. Namun, investor perlu memantau perkembangan lebih lanjut dalam kebijakan moneter dan situasi ekonomi global untuk memahami arah pergerakan harga emas selanjutnya.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Tuesday, 14 January 2025

Bestprofit | Emas Naik, Dolar Melemah Usai Data Inflasi AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (15/1) – Pada Selasa sore (14 Januari 2025), harga emas tercatat mengalami kenaikan tipis seiring dengan pelemahan dolar AS. Emas berjangka untuk pengiriman Februari tercatat naik sebesar US$4,70 menjadi US$2.683,30 per ons. Kenaikan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk data inflasi yang lebih rendah dari yang diperkirakan di AS dan laporan yang mengindikasikan bahwa Pemerintahan Trump berencana untuk memberlakukan tarif impor secara bertahap.

Data Inflasi AS Lebih Rendah dari Ekspektasi

Salah satu faktor utama yang mendorong pergerakan harga emas adalah laporan terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS yang menunjukkan bahwa Indeks Harga Produsen (PPI) untuk bulan Desember 2024 naik sebesar 0,2% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Angka ini lebih rendah dari perkiraan yang diprediksi sebelumnya, yakni kenaikan sebesar 0,3%. Data ini memberikan gambaran bahwa inflasi di AS mungkin tidak secepat yang dikhawatirkan oleh para investor dan analis, sehingga memberikan ruang bagi emas untuk mendapatkan dukungan. PPI adalah salah satu indikator penting yang mengukur perubahan harga barang dan jasa di tingkat produsen. Ketika PPI meningkat, ini seringkali dianggap sebagai tanda inflasi yang lebih tinggi, yang pada gilirannya bisa mendorong bank sentral untuk menaikkan suku bunga. Namun, dengan PPI yang lebih rendah dari ekspektasi, kemungkinan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat menjadi lebih kecil, yang membuat aset-aset seperti emas, yang tidak memberikan hasil atau bunga, menjadi lebih menarik sebagai tempat berlindung.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Rilis Indeks Harga Konsumen AS yang Ditunggu-Tunggu

Data PPI ini datang menjelang rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk bulan Desember 2024 yang akan dirilis pada Rabu (15 Januari 2025). CPI adalah indikator inflasi yang lebih langsung dirasakan oleh konsumen karena mengukur perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Diperkirakan CPI akan menunjukkan kenaikan bulanan sebesar 0,3%, yang tidak berubah dibandingkan dengan bulan November. Meskipun ada ekspektasi bahwa inflasi akan tetap stabil, ketidakpastian mengenai data CPI bisa menyebabkan fluktuasi lebih lanjut pada harga emas. Bila CPI menunjukkan angka yang lebih rendah dari perkiraan, ini dapat mengurangi kekhawatiran tentang inflasi tinggi, sehingga memperkuat daya tarik emas. Sebaliknya, jika CPI menunjukkan lonjakan yang lebih besar dari yang diperkirakan, hal ini bisa memperburuk kekhawatiran inflasi, meningkatkan minat terhadap emas sebagai aset pelindung nilai.

Kebijakan Tarif Impor yang Direncanakan oleh Pemerintahan Trump

Faktor lain yang turut memengaruhi pergerakan harga emas adalah laporan Bloomberg yang mengindikasikan bahwa Pemerintahan Trump mungkin berencana untuk secara bertahap menaikkan tarif pada impor ke AS. Menurut laporan tersebut, kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya tawar Amerika Serikat dalam perdagangan internasional, dengan cara meningkatkan tarif secara bertahap setiap bulan. Langkah ini bertujuan untuk menghindari lonjakan inflasi yang dapat memicu respons dari Federal Reserve dalam bentuk kenaikan suku bunga. Jika kebijakan ini diterapkan, ini dapat menciptakan ketegangan dalam hubungan perdagangan AS dengan negara-negara lain dan mengarah pada ketidakpastian ekonomi. Ketidakpastian semacam itu seringkali mendorong investor untuk beralih ke aset yang dianggap lebih aman, seperti emas. Emas, yang telah lama dianggap sebagai tempat berlindung dalam masa ketegangan ekonomi dan geopolitik, dapat memperoleh dukungan lebih lanjut dari para investor yang mencari keamanan di tengah ketidakpastian.

Dampak Melemahnya Dolar AS

Kenaikan harga emas ini juga didorong oleh penurunan nilai dolar AS. Indeks dolar ICE yang mengukur nilai dolar terhadap sekumpulan mata uang utama, terakhir terlihat turun 0,67 poin menjadi 109,29. Pelemahan dolar ini dapat memperkuat harga emas karena emas cenderung bergerak terbalik dengan nilai dolar. Ketika dolar melemah, emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain, meningkatkan permintaan global terhadap logam kuning tersebut. Kenaikan harga emas ini juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti ketegangan geopolitik dan potensi ketidakstabilan ekonomi global. Dalam situasi seperti ini, investor sering mencari aset yang tidak terpengaruh oleh fluktuasi pasar saham atau pergerakan mata uang, menjadikan emas sebagai pilihan utama. Sebagai aset yang dianggap lebih stabil, emas sering menjadi pilihan bagi mereka yang mencari perlindungan terhadap inflasi atau ketidakpastian ekonomi.

Imbal Hasil Obligasi yang Beragam

Selain pengaruh dari dolar dan kebijakan tarif, pergerakan imbal hasil obligasi juga turut memberikan dampak terhadap harga emas. Imbal hasil Treasury AS menunjukkan pergerakan yang bervariasi pada hari Selasa, dengan obligasi jangka pendek (dua tahun) terlihat membayar 4,377%, turun 1,7 basis poin, sementara imbal hasil obligasi jangka panjang (10 tahun) naik 1,2 basis poin menjadi 4,799%. Pergerakan imbal hasil obligasi ini seringkali mencerminkan ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan moneter dan inflasi. Ketika imbal hasil obligasi jangka panjang naik, ini seringkali menandakan bahwa investor mengharapkan inflasi yang lebih tinggi atau potensi kenaikan suku bunga. Sebaliknya, ketika imbal hasil obligasi jangka pendek turun, ini bisa menandakan bahwa pasar mengharapkan penurunan inflasi atau penundaan dalam kebijakan kenaikan suku bunga. Bagi investor emas, pergerakan imbal hasil ini memiliki dampak langsung karena suku bunga yang lebih tinggi dapat membuat emas menjadi kurang menarik. Sebaliknya, suku bunga yang lebih rendah atau penurunan imbal hasil obligasi dapat meningkatkan daya tarik emas karena investor mencari alternatif yang lebih aman dan lebih menguntungkan.

Prospek Masa Depan Harga Emas

Melihat kondisi ekonomi global saat ini, dengan ketidakpastian inflasi, potensi kebijakan perdagangan yang lebih ketat, dan fluktuasi pasar keuangan, harga emas kemungkinan akan tetap mengalami volatilitas dalam jangka pendek. Namun, jika data inflasi AS terus menunjukkan angka yang lebih rendah dari ekspektasi dan kebijakan perdagangan yang lebih ketat terus berlanjut, emas dapat tetap menjadi salah satu aset yang paling menarik bagi investor yang mencari perlindungan. Selain itu, pergerakan dolar dan kebijakan moneter dari Federal Reserve juga akan terus menjadi faktor kunci dalam menentukan arah harga emas. Jika dolar AS terus melemah dan imbal hasil obligasi tetap relatif stabil atau turun, emas berpotensi untuk melanjutkan kenaikan harga. Namun, seperti halnya dengan semua investasi, ada risiko yang terlibat. Investor perlu terus memantau perkembangan ekonomi global, kebijakan perdagangan, serta keputusan-keputusan penting dari bank sentral yang dapat mempengaruhi pergerakan harga emas di masa depan.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Monday, 13 January 2025

Bestprofit | Emas Turun, Dolar AS Menguat

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/04/Gold-Emas-1.jpg

Bestprofit (14/1) – Pada sesi perdagangan Amerika Utara, harga emas mengalami penurunan signifikan. Harga XAU/USD tercatat turun 1,20%, diperdagangkan pada angka $2.657 setelah gagal menembus level $2.700. Penurunan harga emas ini didorong oleh keputusan para pedagang yang mencari instrumen yang lebih aman, yaitu dolar AS, setelah imbal hasil obligasi Treasury AS mencapai level tertinggi sejak November 2023. Fenomena ini mencerminkan ketidakpastian ekonomi yang tengah berlangsung, di mana pasar cenderung beralih dari aset yang lebih berisiko seperti emas ke aset yang lebih aman seperti Greenback, yang dipandang lebih stabil dalam menghadapi tantangan ekonomi global.

Peran Kenaikan Imbal Hasil Obligasi Treasury AS

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga emas adalah pergerakan imbal hasil obligasi Treasury AS. Imbal hasil obligasi AS, yang mencerminkan tingkat pengembalian investasi di pasar obligasi, telah meningkat ke level tertinggi sejak November 2023. Kenaikan ini menarik perhatian para investor, karena meningkatnya imbal hasil obligasi membuat instrumen investasi ini semakin menarik dibandingkan dengan emas, yang tidak memberikan hasil bunga. Dengan suku bunga yang lebih tinggi pada obligasi AS, investor cenderung lebih memilih obligasi yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan untuk dolar AS dan menurunkan permintaan terhadap emas.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Data Ekonomi AS yang Menarik Perhatian Investor

Pada hari Senin, data ekonomi yang langka dipublikasikan, dan pasar langsung merespons dengan cermat. Data terbaru mengenai Nonfarm Payrolls AS untuk bulan Desember menunjukkan angka yang lebih baik dari yang diperkirakan. Dengan angka 256 ribu pekerjaan yang tercipta, hasil ini melebihi perkiraan pasar yang hanya mengharapkan tambahan 160 ribu pekerjaan. Ini menunjukkan bahwa perekonomian AS masih dalam kondisi yang relatif kuat. Meskipun demikian, pasar tetap hati-hati mengingat faktor inflasi yang dapat mempengaruhi kebijakan moneter AS di masa depan.

Dinamika Pasar Menanti Rilis Data Inflasi AS

Meskipun data ketenagakerjaan AS menunjukkan perekonomian yang lebih baik dari ekspektasi, para pedagang lebih fokus pada rilis data inflasi AS yang akan diumumkan pada hari Rabu. Data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk bulan Desember diperkirakan akan menunjukkan inflasi tahunan sebesar 2,8%, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan angka 2,7% pada bulan November. Sementara itu, CPI Inti yang mengecualikan komponen-komponen yang volatil diperkirakan tetap stabil pada 3,3% YoY, tidak berubah dari tiga bulan sebelumnya. Pentingnya data inflasi ini terletak pada dampaknya terhadap ekspektasi pasar terkait kebijakan moneter The Federal Reserve (Fed). Jika data inflasi menunjukkan adanya tekanan yang lebih tinggi dari perkiraan, ini bisa mempengaruhi keputusan The Fed dalam menentukan arah kebijakan suku bunga mereka. Sebaliknya, jika data inflasi lebih rendah dari ekspektasi, hal ini dapat memperkuat pandangan bahwa tekanan inflasi mulai mereda, yang berpotensi mengarah pada penurunan suku bunga oleh The Fed.

Ekspektasi Kebijakan Fed dan Dampaknya terhadap Pasar

Salah satu perhatian utama para investor adalah bagaimana kebijakan moneter The Federal Reserve akan berkembang dalam waktu dekat. Saat ini, sebagian besar investor hanya mengharapkan pelonggaran suku bunga sebesar 25 basis poin, yang akan menurunkan suku bunga antarbank dana Fed dari kisaran 4,25%-4,50% menjadi 4,00%. Suku bunga yang lebih rendah dapat menjadi sinyal bahwa The Fed merasa cukup yakin dengan stabilitas ekonomi AS dan mulai mengurangi ketatnya kebijakan moneter mereka. Pelonggaran suku bunga ini biasanya berdampak positif terhadap aset berisiko, termasuk emas, karena lebih sedikitnya imbal hasil yang ditawarkan oleh obligasi AS dapat membuat emas menjadi pilihan yang lebih menarik. Namun, keputusan untuk menurunkan suku bunga sangat bergantung pada data ekonomi yang ada, terutama data inflasi yang akan dirilis dalam beberapa hari mendatang. Jika inflasi masih menunjukkan tekanan yang signifikan, The Fed mungkin akan menahan atau bahkan menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada harga emas.

Pengaruh Kebijakan The Fed Terhadap Dolar AS dan Emas

Suku bunga yang lebih tinggi cenderung menguatkan dolar AS karena imbal hasil yang lebih tinggi membuat dolar lebih menarik bagi para investor global. Ini dapat menyebabkan penurunan harga emas, yang cenderung bergerak berlawanan arah dengan dolar AS. Sebaliknya, jika The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga atau memberikan sinyal bahwa mereka akan melonggarkan kebijakan moneter, dolar AS mungkin akan melemah, yang dapat memberikan dukungan terhadap harga emas. Namun, penting untuk dicatat bahwa harga emas juga dipengaruhi oleh faktor global lainnya, seperti ketidakpastian geopolitik, permintaan dari negara-negara seperti China dan India, serta kondisi ekonomi global. Oleh karena itu, meskipun kebijakan The Fed memiliki pengaruh yang signifikan, faktor-faktor lain juga turut berperan dalam menentukan arah pergerakan harga emas.

Prospek Emas di Tahun 2025

Menghadapi tahun 2025, prospek harga emas masih dipengaruhi oleh sejumlah faktor utama. Pertama, ketegangan geopolitik dan ketidakpastian global dapat terus mendukung permintaan untuk emas sebagai aset safe haven. Kedua, dinamika kebijakan moneter The Fed dan inflasi AS akan tetap menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga emas. Jika inflasi tetap tinggi dan The Fed mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi, harga emas bisa terus berada di bawah tekanan. Namun, jika inflasi mulai menunjukkan tanda-tanda mereda dan The Fed melonggarkan kebijakan moneternya, harga emas bisa kembali menguat. Oleh karena itu, investor perlu terus memantau data ekonomi yang akan datang, terutama data inflasi dan kebijakan suku bunga The Fed, untuk memahami arah pergerakan harga emas di masa depan.

Kesimpulan

Harga emas turun pada sesi perdagangan Amerika Utara seiring dengan peningkatan permintaan terhadap dolar AS yang dipicu oleh kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS. Meskipun data ketenagakerjaan AS menunjukkan angka yang lebih baik dari ekspektasi, para investor masih menunggu rilis data inflasi AS yang dapat mempengaruhi keputusan kebijakan moneter The Fed. Pelonggaran suku bunga yang diperkirakan akan dilakukan oleh The Fed dapat memberikan dampak positif terhadap harga emas, namun hal ini sangat bergantung pada perkembangan data inflasi dan ekonomi AS ke depan.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Sunday, 12 January 2025

Bestprofit | Dolar AS Menguat Pasca Data Ketenagakerjaan Positif

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Dolar-4.webp

Bestprofit (13/1) – Pada hari Jumat (10/1), Dolar AS mengalami penguatan signifikan setelah laporan data ekonomi yang menunjukkan bahwa ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat, berhasil menciptakan lebih banyak pekerjaan dari yang diharapkan pada bulan Desember. Hal ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) kemungkinan besar akan menghentikan siklus pemotongan suku bunga pada pertemuan kebijakan yang akan dilaksanakan akhir bulan ini. Dolar AS semakin memperpanjang kenaikannya setelah data menunjukkan ekspektasi inflasi konsumen AS untuk tahun-tahun mendatang melonjak pada bulan Januari.

Dampak Data Ekonomi terhadap Dolar AS

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa ekonomi AS berhasil menambah 256.000 pekerjaan pada bulan Desember 2024, jauh lebih tinggi dari perkiraan ekonom yang memprediksi penambahan 160.000 pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap kuat meskipun ada beberapa ketidakpastian ekonomi global. Sementara itu, jumlah pekerjaan pada bulan November direvisi turun menjadi 212.000, namun angka untuk Desember memberikan dorongan positif terhadap ekonomi AS. Tingkat pengangguran juga turun menjadi 4,1%, lebih rendah dari yang diperkirakan yaitu 4,2%. Angka ini mencerminkan ketahanan pasar tenaga kerja meskipun ada tantangan inflasi yang lebih tinggi di beberapa sektor ekonomi. Di sisi lain, pendapatan per jam rata-rata juga meningkat 0,3% pada bulan Desember, setelah kenaikan 0,4% pada bulan November. Hal ini menunjukkan bahwa upah di AS terus mengalami peningkatan, meskipun secara keseluruhan masih dalam rentang yang moderat.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Inflasi Konsumen AS dan Pengaruhnya Terhadap Dolar

Data terbaru yang dirilis juga mengungkapkan peningkatan signifikan dalam ekspektasi inflasi konsumen di AS untuk tahun depan. Survei sentimen konsumen dari Universitas Michigan menunjukkan bahwa ekspektasi inflasi satu tahun melonjak menjadi 3,3% pada bulan Januari, level tertinggi sejak Mei. Ini adalah lonjakan dari 2,8% pada bulan Desember, dan menandakan bahwa pasar memprediksi tekanan inflasi yang lebih besar dalam waktu dekat. Peningkatan ekspektasi inflasi ini mengarah pada kekhawatiran bahwa inflasi bisa tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, mendorong pasar untuk memperkirakan bahwa The Fed akan lebih berhati-hati dalam melanjutkan kebijakan pelonggaran suku bunga. Hal ini pada gilirannya mendukung penguatan Dolar AS, karena investor mulai lebih memperhitungkan bahwa kebijakan moneter yang lebih ketat dari The Fed bisa memperkuat nilai mata uang tersebut.

Pergerakan Dolar Terhadap Yen dan Euro

Setelah rilis data ekonomi yang positif tersebut, Dolar AS naik tajam terhadap Yen Jepang, mencapai level tertinggi sejak Juli. Namun, meskipun sempat mengalami penguatan, pada hari yang sama Dolar sedikit berbalik arah dan mengalami penurunan tipis sebesar 0,1% pada level 157,845 Yen. Terlepas dari penurunan singkat tersebut, Dolar masih menunjukkan tren kenaikan yang solid terhadap Yen dalam beberapa minggu terakhir. Di sisi lain, Euro mengalami penurunan terhadap Dolar AS. Mata uang tunggal zona euro turun ke level terendah sejak November 2022, terakhir tercatat turun 0,5% pada $1,0244. Penurunan ini terjadi untuk minggu kedua berturut-turut, dan sejumlah besar analis valuta asing memperkirakan bahwa Euro kemungkinan besar akan mencapai paritas dengan Dolar pada tahun 2025, menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters.

Prospek Suku Bunga The Fed

Seiring dengan penguatan Dolar AS, pasar mulai memasukkan kemungkinan bahwa The Fed akan menahan kebijakan suku bunga pada pertemuan kebijakan bulan Januari. Berdasarkan estimasi dari LSEG, pasar suku bunga berjangka AS telah sepenuhnya memperhitungkan bahwa The Fed tidak akan melakukan pemotongan suku bunga pada pertemuan mendatang. Pasar juga memperkirakan bahwa hanya akan ada satu kali pemotongan suku bunga pada tahun 2025, dengan langkah pertama kemungkinan besar terjadi pada pertemuan Juni. Kebijakan moneter yang lebih ketat ini diperkirakan akan menjaga nilai Dolar AS tetap kuat, mengingat suku bunga yang lebih tinggi dapat menarik investor asing untuk berinvestasi dalam aset yang denominasi dalam Dolar. Hal ini dapat mendorong lebih banyak permintaan terhadap Dolar, sekaligus memperkuat daya tarik mata uang tersebut di pasar internasional.

Pengaruh pada Pound Sterling dan Yen Jepang

Sementara itu, Pound Sterling Inggris jatuh ke level terlemahnya sejak November 2023 terhadap Dolar AS. Pada perdagangan terakhir, Pound tercatat turun 0,8% pada $1,2208. Penurunan ini mencerminkan sejumlah faktor negatif yang sedang dihadapi oleh ekonomi Inggris, termasuk kekhawatiran tentang keuangan pemerintah Inggris yang semakin memburuk dan aksi jual obligasi pemerintah yang memperburuk sentimen pasar terhadap Sterling. Di Jepang, prospek kenaikan upah yang berkelanjutan dan peningkatan biaya impor akibat pelemahan Yen menjadi perhatian bagi Bank of Japan (BoJ). Beberapa sumber di Jepang menyatakan bahwa tekanan inflasi yang meningkat dapat mempengaruhi kebijakan moneter Bank of Japan, yang berpotensi memperburuk outlook ekonomi dan keuangan negara tersebut. Hal ini menyebabkan Yen tertekan dan Dolar AS terus menguat terhadap mata uang Jepang.

Indeks Dolar AS dan Kinerja Mingguan

Indeks Dolar AS, yang mengukur nilai tukar Dolar terhadap enam mata uang utama, terus melaju ke level tertinggi sejak November 2022. Pada saat yang sama, indeks ini berada di jalur untuk mencatatkan kenaikan mingguan keenam berturut-turut. Ini merupakan rentang kenaikan terpanjang sejak 11 minggu berturut-turut pada tahun 2023. Peningkatan berkelanjutan dalam indeks Dolar AS mencerminkan keyakinan pasar terhadap kekuatan ekonomi AS dan ekspektasi bahwa The Fed akan menjaga kebijakan moneter yang ketat untuk mengatasi inflasi. Mengingat bahwa inflasi di AS tetap menjadi fokus utama dalam kebijakan ekonomi, penguatan Dolar AS diperkirakan akan berlanjut hingga pertemuan kebijakan The Fed berikutnya.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, penguatan Dolar AS pada 10 Januari didorong oleh data ekonomi yang lebih baik dari yang diperkirakan, termasuk angka pekerjaan yang tinggi dan penurunan tingkat pengangguran. Selain itu, lonjakan ekspektasi inflasi konsumen AS memberikan dorongan tambahan terhadap mata uang AS, dengan pasar memperkirakan bahwa The Fed kemungkinan akan menghentikan siklus pemotongan suku bunga. Penguatan Dolar AS terlihat jelas terhadap sejumlah mata uang utama, seperti Yen dan Euro, dengan pasar yang memperhitungkan potensi kebijakan moneter yang lebih ketat di AS. Ke depan, pasar akan terus mengawasi data ekonomi dan pernyataan dari The Fed untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter di AS dan dampaknya terhadap pasar valuta asing global.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Thursday, 9 January 2025

Bestprofit | Emas Menguat Jelang Data NFP

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-10.jpg

Bestprofit (10/1) – Harga emas terus menunjukkan tren positif, melonjak untuk hari ketiga berturut-turut pada Kamis (9/1). Kenaikan tipis sebesar 0,35% mencerminkan sentimen pasar yang didorong oleh permintaan safe-haven di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Pada saat penulisan, XAU/USD diperdagangkan pada $2.671, level yang menandakan kepercayaan investor terhadap logam mulia sebagai aset lindung nilai.

Faktor Pendorong Kenaikan Harga Emas

1. Kekhawatiran atas Kebijakan Donald Trump

Salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas adalah laporan dari CNN yang menyebutkan kemungkinan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, akan mengumumkan keadaan darurat ekonomi nasional. Langkah ini dapat memberikan Trump justifikasi hukum untuk mengenakan tarif tambahan pada sekutu dan musuh AS, yang berpotensi meningkatkan ketegangan perdagangan global. Ketidakpastian kebijakan ini membuat para investor lebih memilih emas sebagai aset safe-haven. Dengan meningkatnya risiko ekonomi global, logam mulia sering menjadi pilihan utama untuk melindungi nilai aset dari volatilitas pasar.
Kunjungi juga : bestprofit futures

2. Krisis Anggaran Inggris Raya

Krisis anggaran yang melanda Inggris Raya juga memberikan tekanan tambahan pada pasar keuangan global. Pada hari Kamis, imbal hasil obligasi pemerintah Inggris (UK Gilt) dengan tenor panjang melonjak di atas 5%, level tertinggi sejak 1998. Lonjakan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap stabilitas ekonomi Inggris di tengah tantangan anggaran yang sedang dihadapi. Ketidakpastian di Inggris ini turut mendorong permintaan terhadap emas, mengingat logam mulia tersebut dianggap sebagai aset yang relatif aman di tengah ketidakpastian fiskal dan moneter.

Peran Federal Reserve dalam Dinamika Pasar

1. Sikap Hawkish Federal Reserve

Meskipun pasar keuangan AS tutup pada Hari Berkabung Nasional untuk mantan Presiden Jimmy Carter, pernyataan dari pejabat Federal Reserve tetap menjadi sorotan. Gubernur Michelle Bowman menegaskan pentingnya berhati-hati dalam menyesuaikan suku bunga, menunjukkan bahwa Federal Reserve tetap hawkish. Sikap ini didukung oleh Jeffrey Schmid dari Kansas City Fed, yang menyebutkan bahwa suku bunga saat ini mendekati tingkat netral. Namun, Patrick Harker dari Philadelphia Fed dan Susan Collins dari Boston Fed menawarkan pandangan yang lebih moderat, dengan menyebutkan bahwa pendekatan bertahap terhadap pemotongan suku bunga mungkin lebih bijaksana di tengah ketidakpastian ekonomi.

2. Dampak Kebijakan Fed pada Harga Emas

Federal Reserve memainkan peran penting dalam menentukan arah harga emas. Kenaikan suku bunga cenderung menekan harga emas karena logam mulia tidak memberikan imbal hasil bunga. Namun, ketidakpastian kebijakan moneter sering kali meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe-haven. Dengan pandangan yang beragam di antara pejabat Fed, prospek kebijakan moneter AS tetap menjadi faktor penting yang harus diperhatikan investor.

Fokus Minggu Ini: Data Ekonomi AS

Para pedagang emas dan investor global akan memusatkan perhatian mereka pada rilis data ekonomi penting minggu ini, termasuk laporan Nonfarm Payrolls AS bulan Desember dan Sentimen Konsumen Universitas Michigan (UoM). Data ini akan memberikan gambaran lebih jelas tentang kondisi ekonomi AS, yang pada akhirnya dapat memengaruhi arah kebijakan moneter Federal Reserve.

1. Nonfarm Payrolls AS

Laporan Nonfarm Payrolls, yang mengukur jumlah pekerjaan baru di luar sektor pertanian, merupakan indikator utama kesehatan ekonomi AS. Angka yang lebih tinggi dari perkiraan dapat meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut, yang berpotensi menekan harga emas. Sebaliknya, angka yang lemah dapat memperkuat sentimen safe-haven dan mendorong harga emas lebih tinggi.

2. Sentimen Konsumen Universitas Michigan

Sentimen Konsumen Universitas Michigan memberikan wawasan tentang kepercayaan konsumen terhadap ekonomi AS. Kepercayaan yang tinggi dapat mencerminkan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara penurunan kepercayaan dapat meningkatkan permintaan emas sebagai aset lindung nilai di tengah kekhawatiran ekonomi.

Prospek Harga Emas ke Depan

1. Ketegangan Geopolitik

Selain faktor ekonomi, ketegangan geopolitik juga menjadi pendorong utama harga emas. Kemungkinan tarif tambahan dari AS, krisis anggaran di Inggris, dan ketidakpastian global lainnya akan terus mendukung permintaan safe-haven. Jika ketegangan ini terus meningkat, harga emas diperkirakan akan tetap dalam tren naik.

2. Pergerakan Mata Uang dan Imbal Hasil Obligasi

Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah, seperti yang terlihat di Inggris, dapat memengaruhi permintaan emas. Namun, jika dolar AS melemah karena kebijakan moneter yang lebih dovish, emas dapat mendapatkan dorongan tambahan. Nilai tukar mata uang dan imbal hasil obligasi tetap menjadi faktor penting yang harus diawasi.

3. Sentimen Pasar terhadap Fed

Pandangan pasar terhadap kebijakan Federal Reserve akan memainkan peran kunci dalam menentukan arah harga emas. Jika pasar memperkirakan Federal Reserve akan memperlambat kenaikan suku bunga atau bahkan mempertimbangkan pemotongan, harga emas dapat terus melonjak.

Kesimpulan

Harga emas yang melonjak untuk hari ketiga berturut-turut mencerminkan dinamika kompleks di pasar global. Ketidakpastian kebijakan Donald Trump, krisis anggaran Inggris Raya, dan sikap hawkish Federal Reserve menjadi faktor utama yang memengaruhi permintaan terhadap logam mulia ini. Dengan data ekonomi penting seperti Nonfarm Payrolls AS dan Sentimen Konsumen Universitas Michigan yang akan dirilis minggu ini, prospek harga emas tetap bergantung pada perkembangan lebih lanjut di pasar keuangan global. Sebagai aset safe-haven, emas terus menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan dari volatilitas dan ketidakpastian ekonomi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang sedang berlangsung, harga emas berpotensi melanjutkan tren positifnya dalam waktu dekat.  
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Wednesday, 8 January 2025

Bestprofit | Dolar Menguat Terpacu Lonjakan Imbal Hasil Treasury

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Dolar-5.jpg

Bestprofit (9/1) – Pada hari Rabu, 8 Januari 2025, Dolar Amerika Serikat (AS) menguat secara signifikan, diuntungkan oleh data ekonomi yang positif dari AS dan meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS. Peningkatan ini juga dipicu oleh pesanan industri Jerman yang lebih lemah, yang memberi tekanan pada euro. Menguatnya dolar ini menunjukkan kekuatan ekonomi AS yang terus menunjukkan ketangguhan meski di tengah ketidakpastian global.

Indeks Dolar Menguat 0,3%

Pada pukul 04:35 ET (09:35 GMT), Indeks Dolar (DXY), yang melacak kinerja Dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya, diperdagangkan lebih tinggi 0,3% pada level 108,690. Dolar AS menguat karena sejumlah faktor, salah satunya adalah lonjakan imbal hasil obligasi Treasury AS yang mendekati level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Peningkatan imbal hasil obligasi ini mencerminkan sentimen investor yang lebih optimis terhadap ekonomi AS, yang tercermin dalam data-data ekonomi terbaru. Penguatan dolar ini juga semakin diperburuk oleh sentimen negatif yang datang dari Eropa, terutama setelah pesanan industri Jerman menunjukkan hasil yang lebih lemah dari yang diharapkan. Hal ini memberi tekanan pada euro dan memperbesar jarak penguatan dolar.

Imbal Hasil Obligasi AS Melonjak

Dolar AS terus menguat pada hari Rabu berkat melonjaknya imbal hasil obligasi pemerintah AS. Pada bulan November, data menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam jumlah lowongan pekerjaan di AS. Selain itu, angka pemutusan hubungan kerja (PHK) yang tetap rendah menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja, sementara sektor jasa juga menunjukkan angka yang positif pada bulan Desember. Laporan yang lebih kuat dari perkiraan ini telah mendorong lonjakan imbal hasil Treasury AS, dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun mencapai titik tertinggi dalam delapan bulan terakhir. Imbal hasil 30 tahun juga mendekati level psikologis 5%, yang mengindikasikan ekspektasi pasar terhadap potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve (The Fed). Peningkatan imbal hasil obligasi ini memperlihatkan bahwa para investor melihat ekonomi AS yang masih cukup kuat, meskipun ada kekhawatiran mengenai inflasi yang belum sepenuhnya mereda. Imbal hasil obligasi yang lebih tinggi membuat aset-aset dolar lebih menarik, yang pada gilirannya mendongkrak nilai tukar dolar terhadap mata uang-mata uang utama lainnya.

Data Ekonomi AS yang Menunjukkan Tanda-Tanda Ketahanan

Salah satu data yang paling menarik perhatian pasar adalah laporan mengenai lowongan pekerjaan di AS. Data menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan di AS meningkat secara tak terduga pada bulan November, yang menandakan bahwa perusahaan-perusahaan di AS masih membutuhkan tenaga kerja meskipun ada ketidakpastian ekonomi global. Selain itu, data terkait tingkat pengangguran dan PHK juga mencatatkan angka yang rendah, mengindikasikan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap kokoh. Tidak hanya itu, sektor jasa AS juga menunjukkan kinerja yang baik pada bulan Desember, dengan indeks yang menunjukkan adanya ekspansi di sektor ini. Bahkan, ukuran harga yang dibayarkan untuk input mencapai titik tertinggi dalam dua tahun terakhir. Data ini menunjukkan bahwa inflasi masih menjadi perhatian, meskipun tidak seburuk yang diperkirakan sebelumnya. “Rilis data AS kemarin bersifat hawkish bagi Fed, dan probabilitas tersirat dari penurunan suku bunga pada bulan Maret kini telah turun di bawah 40%,” kata analis di ING, dalam sebuah catatan kepada klien. Hal ini menunjukkan bahwa ekspektasi pasar akan penurunan suku bunga oleh The Fed telah berkurang, mengingat data ekonomi yang lebih kuat dan ketahanan pasar tenaga kerja.

Ketegasan The Fed Terhadap Kebijakan Suku Bunga

Pernyataan di atas mengindikasikan bahwa Bank Sentral AS, The Fed, mungkin akan lebih berhati-hati dalam menurunkan suku bunga di masa mendatang. Meskipun The Fed telah memangkas proyeksi penurunan suku bunga pada pertemuan terakhirnya di bulan Desember, pasar kini memperkirakan bahwa pelonggaran suku bunga yang terjadi sepanjang tahun 2025 mungkin hanya berkisar sekitar 37 basis poin (bps), jauh lebih sedikit daripada yang diperkirakan sebelumnya. “Cetakan yang paling luar biasa adalah subkomponen harga yang dibayarkan ISM, yang melonjak ke level tertinggi sejak Januari 2023. Jika ekonomi yang secara umum tangguh sudah diperhitungkan ketika Fed bertemu pada bulan Desember, kebangkitan kembali kekhawatiran inflasi dapat mendorong penyesuaian yang lebih hawkish dalam pesan kebijakan,” lanjut catatan dari ING. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada tanda-tanda ketangguhan ekonomi, inflasi yang masih mengkhawatirkan bisa mendorong The Fed untuk mempertahankan kebijakan moneter yang lebih ketat dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penguatan dolar ini bisa menjadi indikasi bahwa pasar lebih mengharapkan kebijakan yang lebih hawkish dari The Fed ke depan.

Sentimen Negatif dari Eropa: Pesanan Industri Jerman yang Lemah

Sementara dolar AS menguat, euro mengalami tekanan setelah rilis data pesanan industri Jerman yang lebih lemah dari ekspektasi pasar. Data pesanan industri yang buruk ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur di Jerman, yang merupakan ekonomi terbesar di zona euro, mengalami kesulitan dalam menghadapi tantangan global. Jerman telah lama menjadi mesin pendorong utama ekonomi zona euro, tetapi kondisi ekonomi global yang menantang dan ketegangan geopolitik baru-baru ini membuat sektor industri di negara ini berjuang. Imbal hasil obligasi negara-negara zona euro juga tidak memberikan sentimen positif, yang berkontribusi pada pelemahan euro terhadap dolar. Pelemahan euro ini semakin memperburuk posisi mata uang tunggal Eropa dalam menghadapi kekuatan dolar. Para investor kini semakin berfokus pada kestabilan ekonomi AS dan mengurangi eksposur terhadap mata uang Eropa yang lebih rentan terhadap ketidakpastian global.

Data Ekonomi yang Diperlukan Untuk Menilai Kesehatan Ekonomi AS Lebih Lanjut

Meskipun dolar menguat berkat data yang positif, masih ada banyak data ekonomi yang akan datang untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kesehatan ekonomi AS. Salah satu data yang sangat dinantikan adalah laporan pekerjaan AS yang akan dirilis pada hari Jumat mendatang. Laporan ini akan memberikan indikasi lebih lanjut tentang kondisi pasar tenaga kerja di AS dan potensi dampaknya terhadap kebijakan moneter The Fed. Sebelum laporan pekerjaan tersebut, pasar juga akan mencermati data gaji swasta ADP dan klaim pengangguran mingguan pada hari Rabu untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai tren pasar tenaga kerja.

Kesimpulan

Dolar AS menguat pada hari Rabu, 8 Januari 2025, didorong oleh data ekonomi yang positif dan melonjaknya imbal hasil obligasi pemerintah AS. Data lowongan pekerjaan yang meningkat, sektor jasa yang solid, dan kekhawatiran inflasi yang kembali muncul, menunjukkan bahwa ekonomi AS tetap tangguh. Hal ini mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed, yang pada gilirannya memperkuat posisi dolar di pasar global. Namun, penguatan dolar ini juga terjadi bersamaan dengan tekanan yang dihadapi euro, menyusul data pesanan industri Jerman yang lemah. Para pelaku pasar kini menunggu lebih banyak data ekonomi AS, termasuk laporan pekerjaan, untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter dan keadaan ekonomi global. Sementara itu, dinamika antara dolar dan euro menunjukkan bagaimana faktor-faktor ekonomi global saling berinteraksi untuk membentuk arah pasar mata uang dunia.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Tuesday, 7 January 2025

Bestprofit | Harga Emas Turun di Bawah $2.650 Akibat Dolar Menguat

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (8/1) – Harga emas mencatat pergerakan yang fluktuatif pada hari Selasa, 7 Januari, dengan diperdagangkan di bawah $2.650 per ons setelah sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 1% di awal sesi. Namun, tekanan dari penguatan dolar AS dan meningkatnya imbal hasil Treasury AS membuat harga emas memangkas kenaikan tersebut. Artikel ini akan membahas faktor-faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga emas serta prospek ke depannya.

Penguatan Dolar dan Dampaknya terhadap Harga Emas

Dolar AS yang menguat memberikan tekanan signifikan pada harga emas. Setelah mencapai level terendah dalam satu minggu, dolar kembali bangkit, membuat emas menjadi kurang menarik bagi investor yang menggunakan mata uang lain. Sebagai aset yang dihargai dalam dolar, harga emas cenderung berbanding terbalik dengan pergerakan mata uang ini. Penguatan dolar mempersempit ruang gerak emas, meskipun di sisi lain, suku bunga yang lebih rendah biasanya mendukung harga logam mulia ini. Kondisi ini juga diperburuk oleh data ekonomi AS yang menunjukkan ekonomi yang tangguh. Misalnya, lowongan pekerjaan yang lebih kuat dari perkiraan dan data sektor jasa yang solid menandakan bahwa pasar tenaga kerja dan aktivitas ekonomi AS tetap kuat. Situasi ini membuat Federal Reserve (The Fed) cenderung berhati-hati dalam melakukan pelonggaran kebijakan suku bunga.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Imbal Hasil Treasury yang Meningkat

Selain penguatan dolar, kenaikan imbal hasil Treasury AS juga memberikan tekanan pada emas. Imbal hasil yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang untuk memegang aset tanpa bunga seperti emas, sehingga mengurangi daya tarik logam mulia ini bagi investor. Dalam situasi seperti ini, emas sering kali kehilangan daya tariknya sebagai aset pelindung nilai terhadap inflasi. Peningkatan imbal hasil mencerminkan ekspektasi pasar bahwa The Fed mungkin tidak akan segera memangkas suku bunga secara signifikan. Data lowongan pekerjaan yang lebih kuat dari ekspektasi mendukung pandangan bahwa ekonomi AS tetap tangguh, yang pada gilirannya memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan kebijakan moneter yang ketat lebih lama.

Inflasi dan Kekhawatiran Investor

Kekhawatiran investor terhadap potensi inflasi akibat tarif AS yang diusulkan juga menjadi faktor yang memengaruhi harga emas. Tarif tersebut dapat memicu kenaikan harga barang dan jasa, sehingga membatasi ruang gerak The Fed untuk memangkas suku bunga. Dalam kondisi ini, emas yang biasanya menjadi lindung nilai terhadap inflasi justru menghadapi tekanan karena suku bunga yang tinggi membuatnya kurang menarik dibandingkan instrumen berbunga lainnya. Meskipun emas memiliki reputasi sebagai aset aman di tengah ketidakpastian ekonomi, kenaikan suku bunga dan imbal hasil Treasury sering kali mengurangi daya tarik tersebut. Hal ini menciptakan dilema bagi investor yang mencari perlindungan dari inflasi namun dihadapkan pada biaya peluang yang lebih tinggi.

Peran Bank Sentral dalam Mendukung Harga Emas

Di sisi lain, bank sentral Tiongkok memberikan dukungan pada harga emas dengan meningkatkan cadangan emasnya untuk bulan kedua berturut-turut. Langkah ini mencerminkan strategi diversifikasi aset cadangan asing di tengah ketidakpastian global. Dengan menambah cadangan emas, Tiongkok memberikan sinyal positif bagi pasar logam mulia. Permintaan dari bank sentral sering kali menjadi pendorong utama harga emas, terutama ketika pasar menghadapi volatilitas. Langkah Tiongkok menunjukkan bahwa meskipun ada tekanan dari faktor eksternal seperti dolar dan imbal hasil Treasury, ada dukungan fundamental yang tetap kuat bagi emas di pasar global.

Fokus pada Data Ekonomi dan Kebijakan The Fed

Para pelaku pasar kini mengalihkan perhatian mereka ke data pekerjaan utama AS dan risalah rapat The Fed untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter. Data pekerjaan yang solid dapat memperkuat argumen untuk mempertahankan suku bunga tinggi, sementara data yang lemah dapat memberikan dorongan bagi emas dengan meningkatkan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter. Risalah rapat The Fed juga akan memberikan wawasan tentang pandangan para pembuat kebijakan terhadap inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan prospek suku bunga. Jika The Fed mengisyaratkan pendekatan yang lebih dovish, emas berpotensi mendapatkan dukungan karena ekspektasi suku bunga yang lebih rendah cenderung melemahkan dolar dan meningkatkan daya tarik logam mulia ini.

Prospek Harga Emas ke Depan

Prospek harga emas akan sangat bergantung pada dinamika kebijakan moneter, data ekonomi, dan kondisi pasar global. Berikut beberapa faktor yang dapat memengaruhi harga emas ke depannya:
  1. Kebijakan The Fed: Jika The Fed mempertahankan sikap hawkish, emas kemungkinan akan terus menghadapi tekanan. Namun, jika ada sinyal pelonggaran kebijakan, harga emas dapat pulih.
  2. Data Ekonomi AS: Data yang kuat cenderung mendukung dolar dan imbal hasil Treasury, yang merugikan emas. Sebaliknya, data yang lemah dapat meningkatkan permintaan untuk emas sebagai aset aman.
  3. Permintaan Bank Sentral: Langkah bank sentral, terutama di negara-negara seperti Tiongkok, dapat memberikan dukungan jangka panjang bagi harga emas.
  4. Ketidakpastian Geopolitik: Ketegangan geopolitik atau krisis ekonomi global dapat mendorong permintaan emas sebagai aset lindung nilai.

Kesimpulan

Harga emas saat ini berada dalam tekanan akibat penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil Treasury. Meskipun ada dukungan dari langkah bank sentral Tiongkok, faktor eksternal seperti kebijakan The Fed dan data ekonomi AS tetap menjadi penentu utama arah pergerakan harga emas. Dengan investor yang kini menantikan data pekerjaan dan risalah rapat The Fed, volatilitas harga emas kemungkinan akan tetap tinggi dalam waktu dekat. Namun, sebagai aset yang memiliki reputasi sebagai pelindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian, emas tetap menjadi pilihan menarik bagi banyak investor. Dalam jangka panjang, keseimbangan antara tekanan eksternal dan dukungan fundamental akan menentukan apakah emas dapat kembali menguat atau tetap tertekan.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!

Monday, 6 January 2025

Bestprofit | Emas Turun, Pasar Tunggu Data Ekonomi AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (7/1) – Pada hari Senin (6 Januari 2025), harga emas mengalami penurunan, didorong oleh kenaikan imbal hasil obligasi Treasury AS. Seiring dengan ini, petunjuk terbaru dari Federal Reserve (The Fed) mengenai penurunan suku bunga yang lebih lambat di tahun 2025 membuat para investor semakin cermat menunggu berbagai data ekonomi yang dijadwalkan akan dirilis minggu ini. Data tersebut diperkirakan dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai arah kebijakan moneter AS dan dampaknya terhadap pasar komoditas, khususnya emas.

Penurunan Harga Emas pada 6 Januari 2025

Harga emas spot turun sebesar 0,2% menjadi $2.634,52 per ons pada pukul 02.27 ET (19.27 GMT). Sementara itu, harga emas berjangka AS juga ditutup lebih rendah, yaitu turun 0,3% menjadi $2.647,40 per ons. Penurunan ini terjadi di tengah kenaikan imbal hasil pada Obligasi Treasury AS, yang kembali menunjukkan tren naik. Kenaikan imbal hasil ini memberikan tekanan pada harga emas, karena emas, yang tidak memberikan imbal hasil, menjadi kurang menarik dibandingkan dengan obligasi yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Nitesh Shah, seorang ahli strategi komoditas dari WisdomTree, menjelaskan bahwa imbal hasil obligasi yang kembali naik telah memberikan tekanan pada harga emas. “Imbal hasil pada obligasi kembali naik, memberikan tekanan pada emas,” ujarnya. Dengan kenaikan imbal hasil pada Obligasi Treasury AS 10 tahun yang mencapai level tertinggi lebih dari delapan bulan, investor lebih memilih instrumen yang menawarkan imbal hasil, meninggalkan emas yang tidak memberikan bunga atau dividen.
Kunjungi juga : bestprofit futures

Proyeksi Harga Emas di Masa Depan

Meskipun harga emas mengalami penurunan pada awal tahun 2025, Shah memperkirakan bahwa harga emas bisa mencapai $3.050 per ons pada akhir tahun ini. Proyeksi ini didasarkan pada pandangan ekonomi “konsensus”, yang memperkirakan depresiasi dolar dan penurunan imbal hasil obligasi. Selain itu, ketegangan yang meningkat di Timur Tengah dapat memberikan risiko tambahan yang dapat menyebabkan harga emas naik lebih tinggi dari perkiraan. Meskipun demikian, perubahan kondisi geopolitik dan ekonomi global, seperti ketegangan di Timur Tengah, dapat mempengaruhi prospek harga emas.

Dampak Kebijakan The Fed terhadap Harga Emas

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi pergerakan harga emas adalah kebijakan moneter dari Federal Reserve (The Fed). Pada bulan Desember 2024, The Fed mengumumkan proyeksi terbaru yang menyiratkan perubahan arah kebijakan moneter yang lebih hati-hati, khususnya terkait dengan pemotongan suku bunga. Mayoritas pembuat kebijakan The Fed menunjukkan kekhawatiran bahwa inflasi dapat kembali muncul dan lebih sulit dikendalikan. Oleh karena itu, meskipun ada proyeksi pemotongan suku bunga di tahun 2025, The Fed mungkin akan mengurangi laju penurunan suku bunga dan mempertahankan tingkat suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, demi menanggulangi inflasi yang masih tetap di atas target 2%. Keputusan tersebut, jika direalisasikan, dapat berdampak besar pada pasar emas. Suku bunga yang lebih tinggi cenderung mengurangi daya tarik emas, karena investor lebih memilih instrumen yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, seperti obligasi. Oleh karena itu, meskipun suku bunga yang lebih tinggi dapat menekan harga emas dalam jangka pendek, ketidakpastian mengenai inflasi dan ketegangan geopolitik dapat tetap menjadi faktor pendorong harga emas di masa depan.

Pengaruh Kebijakan Donald Trump terhadap Inflasi dan Emas

Kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh Presiden AS terpilih, Donald Trump, juga diperkirakan dapat mempengaruhi harga emas. Trump akan dilantik pada tanggal 20 Januari 2025, dan kebijakan-kebijakan yang akan dia terapkan, seperti tarif dan kebijakan proteksionis, diprediksi akan memicu inflasi lebih lanjut. “Ada spekulasi bahwa Trump akan menarik kembali tarif, dan jika harga komoditas naik, inflasi akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama,” kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures. Jika kebijakan proteksionis Trump memicu lonjakan harga komoditas, inflasi akan tetap tinggi, yang berpotensi mendukung permintaan untuk emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Dalam hal ini, meskipun suku bunga yang lebih tinggi dapat memberikan tekanan pada harga emas, ketegangan inflasi yang berkelanjutan dapat membuat emas tetap menarik sebagai aset yang aman.

Pengaruh Indeks Dolar terhadap Harga Emas

Salah satu faktor yang turut mempengaruhi pergerakan harga emas adalah pergerakan indeks dolar AS (DXY). Pada hari Kamis (2 Januari 2025), indeks dolar AS sempat mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua tahun. Namun, pada hari Senin (6 Januari), indeks dolar AS merosot 1%, memberikan sedikit dukungan pada harga emas. Penurunan indeks dolar AS dapat meningkatkan daya tarik emas, yang biasanya berbanding terbalik dengan pergerakan dolar. Dalam hal ini, meskipun harga emas turun pada 6 Januari, penurunan dolar AS dapat memberikan sedikit harapan bagi para investor emas.

Perhatian Investor pada Laporan Ekonomi AS

Para investor saat ini sangat menantikan serangkaian data ekonomi AS yang akan dirilis dalam beberapa hari mendatang. Data pekerjaan AS, yang dijadwalkan untuk dirilis pada hari Jumat, dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai jalur kebijakan moneter yang akan diambil oleh The Fed. Selain itu, data lowongan pekerjaan yang akan dirilis pada hari Selasa dan angka ketenagakerjaan ADP yang dijadwalkan pada hari Rabu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pandangan investor mengenai prospek ekonomi AS. Risalah dari pertemuan kebijakan terbaru The Fed pada hari Rabu juga akan menjadi sorotan utama, karena ini dapat memberikan wawasan lebih lanjut mengenai rencana The Fed terkait dengan suku bunga dan inflasi.

Pergerakan Harga Logam Mulia Lainnya

Selain emas, beberapa logam mulia lainnya juga mengalami pergerakan harga yang signifikan pada 6 Januari 2025. Harga perak spot naik 1,1% menjadi $29,93 per ons, mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan dengan emas. Sementara itu, harga platinum turun 0,8% menjadi $930,41 per ons, dan harga paladium turun 0,4% menjadi $918,25 per ons. Meskipun harga perak menunjukkan kenaikan, pergerakan harga platinum dan paladium cenderung lebih terkendali.

Kesimpulan

Pada awal tahun 2025, harga emas mengalami penurunan, dipengaruhi oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS dan proyeksi kebijakan moneter yang lebih hati-hati dari The Fed. Namun, faktor-faktor lain seperti inflasi yang tinggi, ketegangan geopolitik, dan kebijakan ekonomi Donald Trump dapat mempengaruhi harga emas ke depan. Investor saat ini menunggu dengan cermat data ekonomi AS yang akan dirilis minggu ini, yang diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai arah kebijakan suku bunga The Fed dan dampaknya terhadap pasar emas.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!