Showing posts with label inflasi. Show all posts
Showing posts with label inflasi. Show all posts

Wednesday 6 September 2023

Best Profit | Wall Street Merosot Setelah Rilis Data Ekonomi AS Membangkitkan Kekhawatiran Inflasi dan Suku Bunga


Best Profit (7/9) – Wall Street mengalami penurunan luas dalam perdagangan saham pada Rabu, 6 September 2023, dengan indeks Nasdaq memimpin koreksi dengan turun 1 persen. Indeks Nasdaq mengalami penurunan signifikan setelah data sektor jasa yang lebih kuat dari yang diperkirakan memicu kekhawatiran bahwa inflasi yang stabil dapat menyebabkan suku bunga tinggi yang berkelanjutan.

Seperti dilaporkan oleh Yahoo Finance, pada penutupan sesi perdagangan Wall Street, indeks Dow Jones turun sebanyak 198,78 poin, atau 0,57 persen, menjadi 34.443,19. Indeks S&P 500 juga mengalami penurunan sebesar 31,35 poin, atau 0,70 persen, mengakhiri pada 4.465,48. Indeks Nasdaq merosot sebanyak 148,48 poin, atau 1,06 persen, menjadi 13.872,47.

Tren Berdasarkan Sektor

Diantara 11 sektor industri utama dalam S&P 500, sektor teknologi mengalami koreksi terbesar dengan penurunan sebanyak 1,4 persen. Sebaliknya, sektor utilitas memimpin kenaikan dengan kenaikan sebesar 0,2 persen, sementara sektor energi adalah satu-satunya sektor yang mencatatkan kenaikan, naik sebesar 0,1 persen. Kenaikan sektor energi berkaitan dengan kenaikan harga minyak. best profit

Baca Juga : Dampak Penguatan Dolar AS dan Kenaikan Imbal Hasil Obligasi terhadap Harga Emas

Baca Juga : Harga Minyak Naik Ditengah Prospek Perpanjangan Pengurangan Pasokan OPEC+

Harga minyak berjangka naik pekan ini, meningkatkan kekhawatiran akan tekanan inflasi. Institute for Supply Management (ISM) melaporkan bahwa indeks manajer pembelian non-manufaktur naik menjadi 54,5 bulan lalu, melampaui ekspektasi 52,5. Selain itu, ukuran harga yang dibayarkan oleh bisnis sektor jasa meningkat.

Para pelaku pasar sedang mempertaruhkan kemungkinan sebesar 93 persen bahwa Federal Reserve (the Fed) akan menjaga suku bunga setelah pertemuannya pada 20 September 2023. Taruhan berikutnya untuk mempertahankan suku bunga pada November 2023 sekitar 57 persen, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

“Data sektor jasa ISM yang lebih kuat dari perkiraan menunjukkan bahwa investor masih kesulitan dalam membaca situasi pasca COVID-19,” kata Carol Schleif, Chief Investment Officer BMO Family. best profit

Sementara itu, para pelaku pasar berharap adanya penurunan suku bunga.

Dampak pada Kinerja Saham

Investor saham juga merespons kenaikan imbal hasil obligasi AS berjangka 10 tahun dan 2 tahun.

“Saham-saham pertumbuhan telah memasukkan gagasan bahwa inflasi telah tertahan dengan baik dan bahwa the Fed akan melakukan pemotongan. Jika gagasan tersebut tidak berlaku lagi, mereka akan rentan,” komentar Patrick Kaser, Portfolio Manager di Brandywine Global. best profit

Laporan tersebut mengindikasikan pertumbuhan ekonomi “sedang” di Amerika Serikat selama beberapa minggu terakhir. Sementara itu, pertumbuhan lapangan kerja tetap “lemah,” dan inflasi melambat di sebagian besar negara bagian.

Pergerakan Saham

Sementara itu, saham Lockheed Martin turun sebanyak 4,8 persen karena produsen senjata AS mengurangi prospek pengiriman jet F-35. Roku Inc., di sisi lain, mengalami kenaikan harga saham sebesar 2,9 persen setelah mengumumkan rencana untuk mengurangi tenaga kerja sekitar 10 persen dan memberlakukan pembatasan perekrutan baru. best profit

Dalam hal volume perdagangan, Wall Street melihat sebanyak 9,39 miliar saham berpindah tangan selama sesi tersebut. Angka ini sedikit di bawah rata-rata pergerakan 10,17 miliar saham dalam 20 sesi terakhir, menunjukkan tingkat ketidakpastian yang tinggi dan perilaku perdagangan yang berhati-hati di kalangan investor.

Sebagai kesimpulan, penurunan terbaru dalam kinerja Wall Street menekankan kekhawatiran yang semakin meningkat seputar inflasi dan suku bunga. Koreksi ini telah memengaruhi berbagai sektor, dengan saham teknologi mengalami penurunan terbesar. best profit

Wednesday 13 November 2019

Best Profit | Pidato Powell : Suku Bunga Tidak Berubah Dalam Waktu Dekat; Inflasi Ditingkatkan Dahulu

Best Profit (14/11) - Federal Reserve tidak mungkin untuk menyesuaikan suku bunga dalam waktu dekat selama ekonomi tetap pada jalurnya saat ini, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan kepada Kongres pada hari Rabu.

Dalam komentar yang diberikannya kepada Komite Ekonomi Bersama, Powell menegaskan kembali sikap yang diuraikannya beberapa minggu yang lalu bahwa langkah Fed tahun ini menuju kebijakan moneter yang lebih akomodatif telah membantu mendukung ekonomi yang terus tumbuh. Dia mencatat bahwa pergerakan Fed cenderung memiliki efek yang tertinggal, yang berarti bahwa akan membutuhkan waktu untuk menilai dampak yang mereka miliki.

Powell mengaskan sikap kebijakan moneter saat ini sepertinya akan tetap secara luas konsisten dengan pandangan Fed tentang pertumbuhan ekonomi moderat, pasar tenaga kerja yang kuat, dan inflasi mendekati tujuan 2 persen. best profit

The Fed telah memangkas suku bunga acuan tiga kali tahun ini ke kisaran target saat ini dari 1,5% menjadi 1,75%.

Menyusul pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal akhir bulan lalu, Powell mengatakan dia melihat ekonomi “berada di tempat yang baik” dan tidak mungkin membutuhkan lebih banyak stimulus jika data tetap konsisten.

Seperti yang telah berkali-kali dia lakukan sebelumnya, Powell mengingatkan bahwa masih ada tantangan, seperti pelemahan di luar negeri, ketegangan perdagangan, dan inflasi yang rendah. best profit

Beberapa pejabat baru-baru ini telah menempatkan penekanan khusus pada inflasi yang masih di bawah target 2% The Fed. Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari, misalnya, telah mengatakan The Fed harus menyatakan secara terbuka bahwa ia tidak akan menaikkan sampai inflasi tepat pada target. Charles Evans dari Chicago melangkah lebih jauh, mengatakan bahwa Fed harus menyatakan bahwa tidak apa-apa jika levelnya sedikit lebih naik dari 2%.

Sementara itu, Powell juga telah mengatakan bahwa inflasi harus naik secara substansial sebelum ia mempertimbangkan kenaikan suku bunga. Dia mengatakan hari Rabu bahwa pembuat kebijakan akan terus menilai apa yang perlu dilakukan. best profit

Powell mengatakan pasar tenaga kerja tetap kuat, pendapatan meningkat dan kepercayaan konsumen terus tumbuh.

The Fed menanggapi krisis keuangan dengan membuka serangkaian operasi pasar sementara dan jangka panjang yang telah memompa miliaran ke dalam sistem.

Powell menyebut operasi itu “langkah-langkah teknis” yang tidak mencerminkan perubahan dalam kebijakan moneter, meskipun langkah tersebut telah menyebabkan ekspansi $ 270 miliar di neraca keuangan Fed.
Dia juga mengulangi bahwa kebijakan fiskal berada pada jalur yang tidak berkelanjutan dan dapat membatasi kemampuan untuk merespons penurunan ekonomi. best profit

Sumber : Vibiznews

Thursday 20 June 2019

Best Profit | Harga Emas Naik Dekati Posisi Tertinggi dalam 6 Tahun

Best Profit (21/6) - Harga emas melonjak mendekati posisi puncak dalam enam tahun, usai Federal Reserve Amerika Serikat (AS) mengisyaratkan siap untuk memotong suku bunga pada awal bulan depan untuk mendorong pertumbuhan, yang memicu penurunan tajam Dolar.

Melansir laman Reuters, Jumat (21/6/2019), harga emas di pasar spot melonjak 2,2 persen menjadi USD 1.390,38 per ons. Harga emas sempat menyentuh USD 1.392,84, tertinggi sejak awal September 2013. Adapun harga emas berjangka AS naik 3,6 persen menjadi USD 1.396,90 per ounce. best profit

"Harapan sangat tinggi untuk Fed dan pasar memperkirakan ini," kata Ryan Giannotto, Direktur Penelitian GraniteShares dengan mengacu pada pernyataan The Fed.

Dia mengatakan, suku bunga yang lebih rendah mengurangi imbal hasil bagi pemegang investasi non bullion. Ini juga membebani dolar yang membuat harga emas lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lainnya. best profit

The Fed pada hari Rabu mengisyaratkan pemangkasan suku bunga dimulai pada awal Juli. Bank Sentral ini siap untuk memerangi risiko ekonomi global dan domestik yang tumbuh karena meningkatnya ketegangan perdagangan dan kekhawatiran tentang inflasi yang lemah.

Para pejabat tinggi Tiongkok dan AS akan melanjutkan pembicaraan perdagangan sesuai dengan keinginan para pemimpinnya. Ini setelah negosiasi untuk mencapai kesepakatan perdagangan pada bulan lalu gagal. best profit

"Emas akhir-akhir ini didukung ketidakpastian perdagangan dan pertumbuhan, yang melemahkan Dolar AS, menyebabkan penguatan obligasi dan mendorong volatilitas pasar ekuitas," kata analis UBS dalam sebuah catatan.

Dolar turun 0,5 persen terhadap sekeranjang rivalnya menjadi 96,64, menempatkannya di jalur untuk penurunan dua hari terbesar sejak Februari 2018. Emas dalam dolar Australia berada pada titik tertinggi sepanjang masa. best profit

Adapun harga perak naik 2 persen menjadi USD 15,46 per ons, tertinggi dalam lebih dari 12 minggu. Harga Platinum turun menjadi USD 808,00 per ons dan paladium turun 0,8 persen menjadi USD 1.488,50 per ons.
The Fed pada hari Rabu mengisyaratkan pemangkasan suku bunga dimulai pada awal Juli. Bank Sentral ini siap untuk memerangi risiko ekonomi global dan domestik yang tumbuh karena meningkatnya ketegangan perdagangan dan kekhawatiran tentang inflasi yang lemah. best profit

Sumber : Liputan6

Wednesday 13 February 2019

Best Profit | Data Inflasi AS Bangkitkan Dolar Kembali

Best Profit (14/2) - Mengakhiri perdagangan forex sesi Amerika  beberapa saat lalu pada hari Kamis (14/02), dolar AS berhasil rebound dan mengungguli semua rival utamanya mendapat tenaga dari laporan tingkat inflasi oleh Departemen Tenaga Kerja AS semalam.

Indeks dolar yang menunjukkan kekuatan dolar AS terhadap rival utamanya ditutup pada posisi  97,18 atau naik sekitar 0,50% dari perdagangan sebelumnya. Namun indeks di sesi asia sempat turun ke posisi terendah di 96.8696.63  setelah awal sesi dibuka pada posisi 96.73. best profit

Departemen Tenaga Kerja mengatakan indeks harga konsumennya tidak berubah pada Januari, dan tidak termasuk harga makanan dan energi  inflasi inti naik 0,2 persen untuk bulan kelima berturut-turut. Kenaikan dalam harga inti cocok dengan perkiraan ekonom.

Terhadap yen Jepang, dolar naik 0,4 persen ke level tinggi 1-1/2 bulan di 110,89 dari level terendah 110,42. Data dari Bank of Japan menunjukkan bahwa harga produsen Jepang turun 0,6 persen pada bulan Januari tidak berubah dari data bulan  Desember tetapi jauh dari harapan untuk penurunan 0,2 persen. Demikian juga secara tahunan, harga produsen naik 0,6 persen yang meleset dari perkiraan 1,0 persen dan turun dari 1,5 persen di bulan sebelumnya. best profit

Melawan rival utama di Eropa yaitu terhadap euro, setelah turun ke level terendah 5 hari di 1,1341 kemudian  diperdagangkan lebih tinggi pada 1,1297 atau naik 0,43 persen.  Data dari Eurostat menunjukkan bahwa produksi industri zona euro menurun untuk bulan kedua berturut-turut dan pada kecepatan yang lebih cepat dari yang diperkirakan pada bulan Desember, tetapi penurunan itu kurang parah dari penurunan bulan sebelumnya. Produksi industri turun 0,9 persen dari November, ketika turun 1,7 persen. best profit

Terhadap poundsterling, dolar AS  secara singkat mengupas kerugian awal terhadap pound dengan  kenaikan 0,5 persen dari level terendah 5 hari di 1,2958. Data dari Kantor Statistik Nasional menunjukkan bahwa harga konsumen Inggris naik pada laju paling lambat dalam dua tahun pada Januari, indeks harga konsumen naik 1,8 persen tahun ke tahun mengikuti kenaikan 2,1 persen pada Desember.

Terhadap swiss franc, dolar AS bergerak ke 1,0075 atau naik 0,26 persen setelah sempat turun ke posisi terendah 1,0044.  Demikian juga terhadap loonie, dolar AS naik  0,5 persen pada 1,3257 setelah turun ke level terendah mingguan 1,3196. Melawan aussie, dolar AS pulih ke 0,7103 atau naik 0,5 persen dari terendah mingguan 0,7136. best profit

Sumber : Vibiznews

best profit

Wednesday 16 August 2017

Inflasi Rendah Dorong Penguatan Wall Street | PT Bestprofit Malang

PT Bestprofit Malang (17/8) - Indeks saham Amerika Serikat atau Wall Street ditutup naik tipis pada penutupan perdagangan Rabu kemarin. Kekhawatiran meningkat atas agenda Presiden Donald Trump dan beberapa catatan dari pertemuan Federal Reserve terbaru, para pembuat kebijakan khawatir tentang inflasi yang lemah.
Wall Street masih rapuh menyusul pernyataan The Federal Reserve, yang menunjukkan pembuat kebijakan Semakin mewaspadai inflasi lemah baru-baru ini. Beberapa orang meminta penghentian kenaikan suku bunga lebih lanjut sampai jelas bahwa trennya bersifat sementara.
"Reaksi terhadap pernyataan itu beragam, investor khawatir inflasi tidak mencapai target the Fed dan bahwa Fed mungkin akan mengencangkan terlalu dini," kata Bucky Hellwig, wakil presiden senior di BB & T Wealth Management di Birmingham, Alabama.
Pada saat yang sama, itu bisa mendorong kenaikan suku bunga berikutnya, yang akan mendukung saham, katanya seperti dilansir dari Reuters, Kamis (17/8/2017).
Investor telah menyaksikan penurunan inflasi dalam beberapa bulan terakhir, yang berada di bawah target 2 persen Fed.
Pembuat kebijakan Fed dengan suara bulat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah pada pertemuan mereka di 25-26 Juli.
Dow Jones Industrial Average naik 25,88 poin atau 0,12 persen untuk menutup perdagngan di level 22.024,87, kemudian S&P 500 menambahkan 3,5 poin atau 0,14 persen ke level 2.468,11 dan Nasdaq menambahkan 12,1 poin ke level 6.345,11.
Sumber : Liputan6

Lihat PT Bestprofit

Wednesday 18 January 2017

Harga Emas Melemah Setelah Inflasi AS Mendorong Kenaikan Dollar AS | Best Profit

Best Profit (19/1) - Harga Emas melemah pada akhir perdagangan Kamis dinihari (19/01) dari kenaikan tertitnggi delapan minggu sebelumnya karena meningkatnya harga konsumen ke tertinggi 2,5 tahun mengangkatkan dolar AS dan imbal hasil Treasury AS.
Namun pergerakan itu diredam sebagai pasar menunggu pidato Ketua Federal Reserve Janet Yellen, yang akan diawasi ketat untuk petunjuk pada kebijakan moneter AS.
Harga emas spot turun 0,45 persen pada $ 1,211.00 per ons, sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman Februari berada 0,2 persen lebih rendah pada $ 1,210.5
Emas mencapai tertinggi sejak pertengahan November, Selasa, setelah jatuh di bangun atas kemenangan pemilu AS Donald Trump bulan itu sebagai janjinya untuk memotong pajak dan meningkatkan pengeluaran memicu reli dalam hasil Treasury dan membeli aset siklis.
Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada hari Rabu Indeks Harga Konsumen naik 0,3 persen bulan lalu dan 2,1 persen dalam 12 bulan sampai Desember, kenaikan terbesar tahun ke tahun sejak Juni 2014.
Namun Ketidakpastian kebijakan Trump menjelang pelantikan, Jumat menjaga dukungan logam mulia ini. Best Profit
Laporan proteksionis dan kurangnya detail kebijakan telah menyebabkan beberapa investor untuk memilih emas, sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian di pasar yang lebih luas, karena bergeser pasca-pemilihan umum.
Perak naik 0,5 persen menjadi $ 17,24 per ons, sementara platinum adalah 1,17 persen lebih rendah pada $ 971,60 per ons dan paladium turun 0,04 persen pada $ 747,20.
Sumber : Vibiznews

Tuesday 27 December 2016

Harga Emas Naik Terpicu Deflasi Jepang | Best Profit

BEST PROFIT (28/12) - Harga emas naik pada akhir perdagangan Rabu dinihari (28/12) mendekati posisi dua minggu tertinggi terpicu lemahnya data inflasi Jepang, dalam perdagangan tipis dengan para pedagang di Amerika Serikat kembali setelah libur panjang akhir pekan Natal dan pasar London masih tutup.
Harga emas spot naik 0,4 persen pada $ 1,139.31 per ons, setelah sebelumnya merayap turun ke $ 1,131.35.
Harga emas berjangka AS untuk pengiriman Februari ditutup pada $ 1.138,80 per ons.
Indeks harga konsumen inti Jepang (CPI) tergelincir 0,4 persen tahun-ke-tahun pada November, dibandingkan dengan konsensus pasar dari penurunan 0,3 persen, sedangkan pengeluaran rumah tangga November juga turun 1,5 persen dari tahun sebelumnya. Sementara itu, rasio pekerjaan terhadap pelamar naik menjadi 1,41 dari 1,4 pada bulan Oktober, level tertinggi sejak Juli 1991. Data kebanyakan lemah menunjukkan bahwa ekonomi mungkin memiliki beberapa cara untuk naik sebelum bank sentral dapat memenuhi target inflasi 2 persen.
Kebanyakan analis percaya keprihatinan luas tentang bank-bank Eropa dan ketidakpastian seputar kebijakan AS Presiden terpilih Donald Trump kemungkinan akan mendukung harga emas pada tahun 2017.
Namun, harga emas bisa jatuh dalam jangka dekat jika imbal hasil obligasi AS terus naik.
Sementara itu pasar saham di AS dibuka lebih tinggi pada hari Selasa dengan Dow Jones Industrial Average melanjutkan march menuju 20.000 dan Nasdaq mencapai rekor tinggi.
Sedangkan dolar AS naik terhadap yen dan euro karena beberapa investor muncul dari jeda liburan untuk berburu barang murah karena pasar memasuki peregangan perdagangan terakhir tahun ini.
Mata uang AS telah naik ke tertinggi 10-bulan ¥ 118,660 pertengahan bulan pada ekspektasi pertumbuhan kuat saat Trump akan memasuki kantor pada bulan Januari. Sebuah permintaan diredam oleh dolar yang kuat bagi harga komoditas dalam dolar dengan membuat mereka lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Di antara logam mulia lainnya, perak naik 1,2 persen pada $ 15,91 per ons, kenaikan harian terbesar sejak 12 Desember. Platinum naik 1,3 persen menjadi $ 900, mengatasi enam sesi berturut-turut dari kerugian. Paladium naik hampir persen pada $ 662 per ons, di jalur untuk kenaikan terbesar satu hari dalam dua minggu.
Sumber : Vibiznews

Tuesday 21 June 2016

Euro Melemah Setelah Draghi Kemungkinan Menambahkan Stimulus

BESTPROFIT FUTURES (22/6) - Euro mengalami penurunan terbesar dalam seminggu terakhir terhadap dolar setelah Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi menegaskan kesediaannya untuk meningkatkan inflasi.
Dinamika inflasi di kawasan euro tetap "sedikit mereda" bahkan karena pemulihan ekonomi "memperoleh momentum pada awal tahun ini," kata Draghi pada sidang Parlemen Eropa di Brussels. Ia juga mengatakan satu set pinjaman baru ditargetkan untuk bank-bank Eropa seperti yang diumumkan sebelumnya, ukuran yang bertujuan guna mendorong bank untuk memberikan kredit lebih kepada perusahaan dan rumah tangga.
Ketua Federal Reserve Janet Yellen mengatakan pemungutan suara pada 23 Juni nanti di Inggris Raya apakah akan tetap di Uni Eropa menjadi ancaman bagi perekonomian, dan mungkin memiliki dorongan yang berarti apabila Inggris meninggalkan. Dia juga menawarkan perubahan untuk outlook nya dari minggu lalu.
Euro turun 0,5 % ke level $ 1,1263 pada pukul 13:32 siang waktu New York. Indeks Spot Dollar Bloomberg, yang melacak mata uang terhadap 10 mata uang utama, naik 0,2 %. (knc)
Sumber : Bloomberg

Sunday 27 December 2015

Emas Tahan Kenaikan Terkait Investor Yang Menimbang Prospek Inflasi



BESTPROFIT FUTURES MALANG (28/12) - Emas Tahan kenaikan mingguannya karena investor yang masih menimbang prospek inflasi di AS sebagai petunjuk pada kecepatan kemungkinan kenaikan suku bunga oleh The Fed pada tahun 2016.

Bullion untuk pengiriman cepat diperdagangkan di $ 1,076.33 per ons pada 8:36 pagi di Singapura dari $ 1,076.10 pada hari Kamis, disaat naik 0,5 persen, menurut Bloomberg generic pricing. Logam ini naik 0,9 persen pekan lalu.

Emas telah turun sebesar 9,1 persen tahun ini karena membaiknya ekonomi AS membaik, yang mendorong The Fed untuk mengetatkan kebijakan moneter pada bulan Desember untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade terakhir. 

Gubernur bank sentral AS telah mengatakan bahwa mereka akan melanjutkan secara bertahap dengan langkah tambahan di tahun depan. Sementara peningkatan berada di laju kenaikan harga dapat memacu permintaan emas sebagai lindung nilai, kenaikan inflasi dapat menyebabkan tingkat suku bunga yang lebih tinggi, yang biasanya merugikan bullion.

Bank sentral AS memilih indeks inflasi untuk berada pada 0,4 persen di bulan November, laporan menunjukkan pada hari Rabu. Hal tersbut berada di bawah target The Fed sebesar 2 persen selama lebih dari tiga tahun terkait turunnya komoditas termasuk minyak. 

Sumber: Bloomberg


Tuesday 17 November 2015

Bursa AS Menguat Ditengah Laba Pengecer Serta Data Inflasi yang Lebih Tegas

BESTPROFIT FUTURES MALANG (18/11) - Bursa saham AS menguat di tengah pendapatan yang lebih tinggi dari perkiraan dari Home Depot Inc. dan Wal-Mart Stores Inc, sementara data inflasi yang lebih tegas mendukung spekulasi perekonomian cukup kuat untuk menangani biaya pinjaman yang lebih tinggi secepatnya di bulan depan.
Untuk hari kedua, saham-saham berada di antara yang paling tertekan selama aksi jual pekan lalu yang mematahkan kembali sebagian besar. Kali ini adalah pengecer, yang dipimpin oleh Home Depot dan Wal-Mart, setelah perusahaan energi yang bergerak di kisaran kenaikan kemarin. Kedua kelompok di S & P 500 kehilangan lebih dari 5,9 persen pekan lalu.
Indeks Standard & Poor 500 naik 0,2% ke level 2,057.81 pada pukul 12:54 siang di New York, setelah sebelumnya naik sebanyak 0,7%. Dow Jones Industrial Average naik 50,95 poin, atau 0,3%, ke 17,533.96. Sementara Indeks Nasdaq Composite naik 0,4%, setelah naik 0,8%.
Laporan hari ini menunjukkan biaya hidup termasuk makanan dan bahan bakar menguat kembali pada bulan Oktober setelah naik di bulan sebelumnya, menunjukkan inflasi bergerak mendekati target The Fed. Itu merupakan pembacaan back-to-back terkuat sejak Mei dan April.(frk)
Sumber: Bloomberg

Sunday 1 November 2015

Harga Beras Naik Akibat El Nino Kerek Inflasi Oktober

BESTPROFIT FUTURES MALANG (2/11) - Indonesia diprediksi akan mengecap inflasi pada Oktober 2015 atau berbanding terbalik dengan realisasi September yang mencatatkan deflasi 0,05 persen. Alasannya karena bahan pangan mengalami kenaikan harga akibat kemarau berkepanjangan atau El Nino.

Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Riyanto mengungkapkan, kecenderungan realisasi deflasi tidak akan terjadi secara berurutan, sehingga diramalkan ada inflasi di bulan kesepuluh ini.

"Mungkin inflasinya saya perkirakan kecil ya di bawah 0,2 persen, karena tidak ada peristiwa atau kebijakan yang bikin harga naik," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Senin (2/11/2015).

Inflasi, kata Riyanto, disumbang dari kenaikan harga jual komoditas pertanian, seperti beras, sayur mayur akibat musim kering berkepanjangan karena El Nino. Ia bilang, saat ini terjadi paceklik atau bergesernya musim panen.

"Tapi sampai akhir tahun saya pikir akan mencapai target bahkan inflasi bisa di bawah 4 persen," paparnya.

Berbeda, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Damhuri Nasution memproyeksikan, Oktober ini, Indonesia akan mendulang deflasi 0,02 persen (month to month/MoM) dan inflasi tahunan diperkirakan 6,32 persen.

Sementara Ekonom DBS Group Research, Gundi Cahyadi memperkirakan inflasi tahunan akan mengarah ke angka 6,4 persen dan inflasi inti 5,1 persen pada Oktober ini (year on year/YoY).

"Indonesia harus tetap hati-hati ke depan, karena inflasi inti telah‎ bergerak meningkat sejak 2014. Sebab inflasi masih dibayang-bayangi pelemahan kurs rupiah serta risiko kenaikan harga makanan akibat El Nino," ucap Gundi.

Ekonom Utama Bank Dunia, Ndiame Diop pernah menyampaikan, tekanan harga bahan pangan terutama beras telah meningkat pada beberapa bulan terakhir sebagai akibat musim kemarau berkepanjangan atau El Nino di sejumlah daerah di Indonesia.

Bahkan Bank Dunia memperkirakan kondisi El Nino akan moderat dan mendongkrak harga beras hingga 10 persen tahun ini.

"Dampak El Nino berpotensi meningkatkan harga beras 10 persen tahun ini sehingga ada inflasi tambahan 0,3 persen-0,6 persen. Rumah tangga miskin menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk makanan dan akan
merasa dampak yang lebih besar dari naiknya harga-harga barang ini," jelas Diop. (Fik/Ndw)


Sumber : Liputan6

Thursday 29 October 2015

Harga Konsumen Jepang Jatuh 0,1% Sebelum Keputusan Kebijakan BOJ

BESTPROFIT FUTURES MALANG (30/10) - Indeks inflasi utama bank Jepang turun untuk bulan kedua berturut-turut seiring dampak dari turunnya harga minyak, menjaga Gubernur Haruhiko Kuroda jauh dari target inflasi 2 persen nya.
Harga konsumen tidak termasuk makanan segar turun 0,1 persen pada September dari tahun sebelumnya, setelah jatuh pada bulan Agustus untuk pertama kalinya sejak April 2013, menurut biro statistik. Perkiraan median ekonom yang disurvei oleh Bloomberg yakni untuk harga turun 0,2 persen. mengikis makanan dan energi, harga naik 0,9 persen.
Analis terbagi pada apakah BOJ akan meningkatkan stimulus nanti pada  hari Jumat seiring anggota dewan memeriksa prospek inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Meskipun harga konsumen inti Jepang jatuh, Kuroda mengatakan tren inflasi membaik, dibantu oleh ketatnya pasar tenaga kerja dan keuntungan perusahaan yang tinggi.
Pengeluaran rumah tangga turun 0,4 persen pada bulan September, sementara tingkat pengangguran menguat 3,4 persen, menurut laporan terpisah oleh biro statistik.
Sementara 16 dari 36 analis yang disurvei Bloomberg mengatakan mereka mengharapkan Kuroda dan para pembuat kebijakan untuk memperkuat kebijakan moneter.
Kuroda mengatakan pada 16 Oktober bahwa tren inflasi "pasti meningkat" dan mengutip indeks yang tidak termasuk makanan segar dan energi, yang naik 1,1 persen pada Agustus. (sdm)
Sumber: Bloomberg

Sunday 2 August 2015

Inflasi Juli Diprediksi Terendah Selama 5 Tahun Terakhir

BESTPROFIT FUTURES MALANG (3/8) - Laju inflasi pada Juli 2015 diproyeksikan bakal lebih tinggi dibanding realisasi inflasi bulan sebelumnya. Meski melonjak, level inflasi pada bulan ketujuh disebut yang terendah selama periode yang sama dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.

Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk, Ryan Kiryanto memperkirakan inflasi Juli ini akan berada di bawah 1 persen. Angka tersebut lebih tinggi daripada raihan Juni lalu sebesar 0,54 persen. 

"Inflasi bulan ketujuh berkisar 0,65 persen-0,75 persen. Secara tahunan, ada pada range 7,1 persen-7,2 persen," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (3/8/2015).

Kenaikan inflasi tersebut, kata Ryan, disebabkan karena dampak dari lonjakan konsumsi kebutuhan bahan pokok, transportasi dan komunikasi di periode menjelang, selama serta paska Lebaran Idul Fitri.

Walaupun begitu, dia bilang, ramalan inflasi di Juli tercatat yang terendah selama 5 tahun terakhir. Hal ini berkat upaya pemerintah dalam mengendalikan harga dan menjaga inflasi. "Ya (terendah selama 5 tahun terakhir)," ujarnya.

Proyeksi ini senada dengan perkiraan Bank Indonesia (BI) sebelumnya. Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan, inflasi sampai minggu ketiga Juli 2015 sebesar 0,76 persen atau lebih rendah dibanding prediksi semula 1,12 persen.

"Kalau 0,76 persen ini bisa bertahan terus hingga akhir bulan (Juli), maka akan yang terendah dalam 5 tahun terakhir," tegasnya.

Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil pernah menjelaskan, upaya pemerintah untuk mengendalikan inflasi sangat serius, proaktif dan terarah. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran Tim Pengendali Inflasi Daerah yang terus melakukan pengawasan ketat terkait distribusi bahan pokok.

"Upaya lain, pasar murah cukup intensif dan intervensi pasar yang melibatkan Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan yang rajin dan aktif memonitor. Inilah yang menyebabkan kita bisa menjaga stabilisasi harga," klaim dia. (Fik/Ndw)


Sumber : Liputan6

Sunday 10 May 2015

Suku Bunga Tiongkok Dipangkas Lagi, Ketiga Kalinya Dalam 6 Bulan Terakhir

BESTPROFIT FUTURES MALANG (11/5) - Paska tingkat inflasi Tiongkok periode April yang ternyata masih belum sesuai harapan dirilis, bank sentral Tiongkok (PBOC) segera memangkas suku bunga acuannya hari ini (10/5/2015) untuk ketiga kalinya dalam kurun enam bulan terakhir untuk mecegah terjadinya deflasi dan untuk menangkal perlambatan ekonomi akibat kemerosotan di bidang properti yang masih berkepanjangan.
Adapun suku bunga tahunan lending diturunkan 0,25 persen menjadi 5,1 persen, dan suku bunga deposito tahunan dengan jumlah yang sama juga dipangkas menjadi 2,25 persen. PBOC menyampaikan bahwa rate ini akan mulai efektif diberlakukan Senin (11/5/2015).
Para pembuat kebijakan di PBOC mengambil langkah ini setelah inflasi masih menunjukkan pergerakan yang lambat dan ekspor impor juga menunjukkan kemerosotan yang cukup tajam di bulan April. Kondisi ini jelas sangat tidak mendukung target pertumbuhan ekonomi Tiongkok di tahun ini di kisaran 7 persen. Para petinggi di Tiongkok melihat pertumbuhan ekonomi di “menolong” perekonomian Tiongkok.
Namun bukan hanya PBOC yang dituntut untuk mengatas perlambatan ekonomi Tiongkok. Pasalnya, reformasi struktural juga sangat dinantikan oleh para pelaku pasar di Tiongkok terutama dalam hal meningkatkan peran perusahaan swasta, sektor jasa dan belanja konsumen. Reformasi struktural bidang ekonomi dinilai sangat perlu dilakukan mengingat sudah hampir sekitar 12 tahun lalu Tiongkok kerap mempersulit investor asing untuk berinvestasi di negaranya melalui berbagai regulasi yang berat sebelah dan cenderung merugikan investor asing.
Selain itu perusahaan-perusahaan negara juga dinilai membutuhkan reformasi. Negara harus mendefinisikan ulang apa yang menjadi priorioritasnya. Tidak semua yang dianggap sebagai “industri strategis” juga serta merta harus dikuasai negara. Perusahaan pelat merah semacam itu menikmati keuntungan yang sangat besar, jika dibandingkan pesaing lain di pasar atau bahkan membangun monopoli di sektornya masing-masing. Kita tidak bisa menyebutnya sebagai ekonomi pasar bebas. Reformasi di dalam struktur perusahaan negara juga menjadi salah satu faktor penting.

Pada akhirnya dapat disimpulkan masih banyak yang harus dikerjakan oleh para petinggi Tiongkok untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di negaranya. Selain itu pemanfaatan lemahnya Yuan saat ini juga dinilai bisa cukup membantu perekonomian Tiongkok dengan harapan dapat menggenjot ekspornya di bulan mendatang.

Sumber : Vibiznews

Laju Inflasi Tiongkok Kembali Meleset, Bank Sentralnya Panik

BESTPROFIT FUTURES MALANG (11/5) - Telah dilaporkan kemarin (10/5/2015) bahwa harga konsumen Tiongkok di bulan April mencatat kenaikan yang masih jauh dari target. Seperti diketahui hingga kini Tiongkok masih berjuang untuk mencapai target inflasi sebesar 3 persen yang dipatopk pada tahun 2015 ini. Sayang, hingga saat ini hal tersebut terlihat masih sulit untuk terpenuhi. Kondisi ini cukup menekan bank sentral Tiongkok (PBOC) untuk menambah paket stimulus moneter longgar untuk memacu kenaikan permintaan domestik.
Seperti telah dirilis, inflasi Tiongkok di bulan April lalu hanya mencatat kenaikan sebesar 1,5 persen dari tahun sebelumnya dimana pada bulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar 1,4 persen (yoy). Sementara itu, sejalan dengan laju inflasi yang cenderung stagnan, Indeks harga produsen yanng merupakan komponen pembentuk inflasi justru tercatat turun 4,6 persen, dimana kontraksi pada IHP ini kian memperpanjang rekor penurunannya.
Demi mencapai target inflasi dan kenaikan IHP, PBOC telah memangkas suku bunga acuannya sebanyak dua kali dan juga memangkas Giro Wajib Minimum (GWM) sebanyak dua kali dalam enam bulan terakhir untuk membantu pertumbuhan ekonomi di negaranya. Langkah kebijakan moneter tersbeut diambil PBOC dengan pertimbangan risiko deflasi yang semakin kuat dimana pada kuartal terakhir tahun 2014, inflasi Tiongkok menyentuh laju terlemahnya sejak 2009 silam.
Pada bulan April. harga makanan tercatat naik 2,7 persen dari tahun sebelumnya, sementara biaya non-makanan naik 0,9 persen. Sedangkan jika dilihat dari bulan sebelumnya harga konsumen justru mencatat deflasi sebesar 0,2 persen di bulan April. Sedangkan harga produsen masih tetap melemah karena penurunan di sektor tambang. Secara keseluruhan harga produsen turun memasuki bulan ke-38 berturut-turut.

Sumber : Vibiznews

Wednesday 29 April 2015

Inflasi Tinggi Persulit Indonesia Hadapi Kompetisi Pasar Bebas

BESTPROFIT FUTURES MALANG (30/4) - Pemerintahan Joko Widodo mematok target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 mendatang diantara 6,4 persen – 6,6 persen. Target pertumbuhan ekonomi ini naik signifikan dibanding target pertumbuhan ekonomi dalam APBN Perubahan (APBN-P) 2015 yang dipatok di level 5,7 persen. 
Adapun target pemerintah pada tahun 2016 mendatang yaitu pertumbuhan ekonomi sebesar  6,4 persen – 6,6 persen, inflasi 4 persen, angka kemiskinan 9-10 persen, pengangguran 5,2 persen – 5,5 persen, rasio penerimaan pajak 13,3 persen. Untuk mengejar pertumbuhan ekonomi tersebut tentunya pembangunan infrastruktur Indonesia jelas harus dilakukan dengan cepat dan tepat sasaran.
Meski demikian, sebelum jauh melihat target di tahun 2016 mendatang, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo menyatakan kekhawatirannya bahwa dalam menghadapi kompetisi pasar bebas ASEAN di penghujung 2015 ini Indonesia bisa kalah bersaing dengan negara-negara di kawasan yang memiliki inflasi rendah. Yang dimaksud disini adalah produk yang dihasilkan negara dengan inflasi tinggi kemungkinan besar akan kalah saing dengan negara-negara yang inflasinya rendah.
Seperti diketahui, Indonesia memiliki indeks harga konsumen yang lebih tinggi dibanding beberapa negara di kawasan. Seperti diketahui, hingga bulan Maret lalu saja laju inflasi Indonesia sudah mencapai 6,38 persen (yoy).  Persentase inflasi ini jelas jauh lebih tinggi dibanding Filipina (0,1 persen), dan Malaysia (2,4 persen), apalagi dengan Thailand yang mengalami deflasi 0,57 persen dan juga Singapura yang deflasi 0,39 persen.
Pada dua tahun terakhir, inflasi di Indonesia telah mencapai 8,3 persen, jauh lebih tinggi dibanding Filipina yang sudah mampu mengendalikan inflasi di bawah 5 persen. Padahal, Indonesia dan Filipina merupakan sama-sama negara kepulauan. Harus dipahami bahwa inflasi yang rendah dan stabil penting untuk dicapai, karena kaitannya dengan daya saing negara lain. Dengan angka inflasi Indonesia yang di atas 5 persen maka diperkirakan akan menyulitkan posisi Indonesia dalam era MEA.

Sumber : Liputan6

Thursday 29 January 2015

Inflasi Jepang Melambat Lebih dari Perkiraan

BESTPROFIT FUTURES MALANG (30/1) - Tingkat inflasi Jepang melambat lebih dari perkiraan pada bulan Desember, menambah tantangan bagi kepala bank sentral Haruhiko Kuroda dalam meningkatkan aktivitas perekonomian ketiga terbesar di dunia.
Harga konsumen tidak termasuk makanan segar naik 2,5% dari tahun sebelumnya, kata biro statistik hari Jumat di Tokyo. Data tersebut kurang dari proyeksi rata-rata dalam survei Bloomberg News sebesar 2,6% terhadap para ekonom. Dilucuti dari dampak kenaikan pajak penjualan bulan April tahun lalu, inflasi inti “ Indeks kunci Bank Jepang - adalah 0,5%.
Pelemahan minyak dapat menyebabkan inflasi melambat pada bulan mendatang sebelum membantu meningkatkan pertumbuhan dan memicu tekanan harga dalam jangka panjang, Kuroda mengatakan pada pekan lalu setelah Bank of Japan menurunkan proyeksi dalam setahun dari bulan April. BOJ akan menyesuaikan stimulus moneter untuk menjaga inflasi menuju sasaran 2% apabila ekspektasi untuk kenaikan harga antara perusahaan dan konsumen memburuk, kata Kuroda.(frk)
Sumber : Bloomberg