Monday 3 August 2015

Saham AS Turun di tengah Laba Seiring Jatuhnya Saham Komoditas

BESTPROFIT FUTURES MALANG (4/8) - Saham AS turun, setelah ekuitas membukukan kenaikan bulanan terbaik mereka dalam lima, di tengah hasil yang mengecewakan dari Tyson Foods Inc dan seiring tenggelamnya produsen komoditas.
Indeks The Standard & Poor 500 turun 0,4 persen ke level 2,095.63 pada pukul 12:37 siang waktu New York, mendekati harga rata-rata selama 100 hari terakhir. Dow Jones Industrial Average kehilangan 117,82 poin, atau 0,7 persen, ke level 17,572.04. Sementara  Indeks Nasdaq Composite turun 0,3 persen.
Komoditas turun setelah sebuah saham manufaktur China merosot ke lima bulan terendah dan Iran yang mengatakan akan mampu meningkatkan produksi minyak mentahnya seminggu setelah sanksi berakhir.(sdm)
Sumber: Bloomberg

Dokumentasi Donor Darah November 2014












Idul Adha Oktober 2014











17-an Agustus (2014)




















Sunday 2 August 2015

Antisipasi Rilis Data Ekonomi, IHSG Berpotensi Menguat

BESTPROFIT FUTURES MALANG (3/8) - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan melanjutkan penguatan di awal pekan perdagangan saham. Rilis laju data ekonomi dinilai akan mempengaruhi laju IHSG.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan IHSG berpotensi menguat dengan target resistance 4.854 yang wajib ditembus untuk dapat menggeser area konsolidasi ke arah atas. Akan tetapi, IHSG dapat aman selama level support terjaga kuat di level 4.704. IHSG masih berpotensi menguat dalam jangka panjang.

Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo mengatakan IHSG dapat kembali melanjutkan penguatan di awal pekan ini. Penguatan itu ditopang dari pelaku pasar yang sudah mengantisipasi rilis data ekonomi mulai dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Meski demikian, IHSG ada sedikit ke arah konsolidasi mengingat indeks saham Dow Jones alami koreksi pada Jumat pekan lalu.

"Selama IHSG bertahan di atas support 4.749 maka seharusnya bisa menguat. IHSG akan bergerak di kisaran support 4.749-4.771 dan level resistance 4.835-4.850 pada awal pekan," kata Satrio saat dihubungi Liputan6.com, Senin (3/8/2015).

Sementara itu, dalam riset PT Sinarmas Sekuritas menyebutkan IHSG akan bergerak menguat di kisaran level 4.750-4.830 pada perdagangan saham Senin pekan ini. Sejumlah rilis data ekonomi yang mempengaruhi laju IHSG antara lain dari China akan merilis data NBS manufacturing PMI yang diperkirakan ke level 50,08 dibandingkan sebelumnya di level 50,2.

Dari Jepang juga merilis data manufaktur yang diperkirakan bertambah 1,3 ke level 51,4. "Sedangkan dari Indonesia menantikan dirilisnya data inflasi Juli yang diperkirakan ke level 0,76 persen MoM dibandingkan sebelumnya di level 0,54 persen MoM," tulis riset PT Sinarmas Sekuritas.

Ekonom Bank DBS, Gundy Cahyadi memperkirakan, pertumbuhan ekonomi tetap di bawah 5 persen pada kuartal II 2015. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan 4,7 persen. Sehingga pertumbuhan ekonomi berpeluang tidak lebih tinggi dari 4,9 persen sepanjang 2015. Hal itu sudah memperhitungkan belanja fiskal menjelang akhir tahun.

"Pertumbuhan ekonomi sepanjang 2015 bahkan mungkin lebih rendah, jika tidak melihat perbaikan dalam laju pengeluaran fiskal ke depan," tutur Gundy.
Meski demikian, Gundy memperkirakan, data perdagangan tetap kuat pada Juni 2015. Hal itu didukung dari impor dan ekspor tertekan.

Untuk rekomendasi saham, William memilih sejumlah saham antara lain PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Sedangkan Satrio menyarankan untuk membeli saham bank dan barang konsumsi. Sedangkan saham kontruksi yang jadi pilihan antara lain saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT PP Tbk (PTPP). "Speculative buy untuk saham konstruksi," ujar Satrio.

Pada penutupan perdagangan saham, Jumat 31 Juli 2015, IHSG menguat 90,03 poin (1,91 persen) ke level 4.802,52. Indeks saham LQ45 naik 2,5 persen ke level 813,09. Seluruh indeks saham acuan menguat sepanjang hari ini. (Ahm/)


Sumber : Liputan6

Rupiah dan Kinerja Emiten Masih Warnai Gerak IHSG

BESTPROFIT FUTURES MALANG (3/8) - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan menguat pada perdagangan saham selama sepekan. Lantaran kinerja keuangan emiten sesuai harapan para pelaku pasar.

Analis PT MNC Securities, Sharlita Lutfiah Malik menyampaikan hal tersebut. "Kita tahu laporan keuangan sesuai ekpektasi, ada beberapa ekspektasi dengan ada laba," kata dia kepada Liputan6.com di Jakarta, Senin (3/8/2015).

Dia mengatakan, kinerja IHSG juga didorong sentimen global seiring indeks saham acuan global berada di jalur hijau seperti indeks saham Dow Jones yang didukung penguatan saham Yahoo dan Walmart. Sharlita memproyeksi, IHSG berada pada level support 4.790 dan resistance berada pada level 4.865.

Analis PT Waterfront Securities, Oktavianus Marbun memprediksi IHSG bergerak variatif pada pekan ini. Dia mengatakan, beberapa sentimen negatif masih membayangi pergerakan IHSG. Sentimen negatif itu seperti beberapa laporan emiten yang masih minus. Kemudian, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah.

"Rupiah masih tertekan, sementara belum ada langkah diambil pemerintah atau berita-berita positif," ujar Oktavianus.

Namun, dia bilang jika data makro RI membaik akan menjadi pendorong IHSG. "Inflasi dan lain-lain kalau bagus mendukung pasar saham bisa positif," tambahnya. Dia menuturkan, IHSG bergerak pada level support 4.720 dan resistance pada level 4.852 pada pekan ini.

Untuk pilihan saham pada pekan ini, Sharlita merekomendasikan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).

Sementara Oktavianus memilih PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) untuk dicermati pelaku pasar. (Amd/Ahm)


Sumber : Liputan6

Banjir Turis Asing, Jepang Ubah Kantor Jadi Hotel

BESTPROFIT FUTURES MALANG (3/8) - Jepang mencatat rekor masuknya turis asing sebanyak 13,4 juta orang pada 2014. Keberhasilan ini terjadi karena pelemahan nilai mata uang yen dan kemudahan pembuatan visa untuk beberapa negara di Asia.

Pada 2020, ketika Tokyo menjadi tuan rumah olimpiade musim panas, pemerintah Jepang menargetkan turis yang masuk negara tersebut akan mencapai 20 juta orang.

Kenaikan turis itu membuat banyak pengusaha berputar otak. Masalahnya, jumlah akomodasi di Tokyo saat ini sebanyak 100 ribu kamar hotel. Dalam tiga tahun hanya akan ada tambahan 7.600 kamar.

Lambatnya penambahan akomodasi, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (2/8/2015), terjadi karena harga tanah dan konstruksi yang mahal. Beberapa perusahaan membuat solusi untuk mengatasi itu dengan mengubah gedung perkantoran lama menjadi hotel dengan tampilan modis dan murah.

Harga hotel-hotel baru tersebut hanya sekitar US$ 30 per malam, hampir separuh harga dari bisnis hotel di Tokyo. "Konversi ini cara paling ideal untuk mengatasi kebutuhan mendesak akan kamar hotel," kata Manager Senior Sankei Building Co, Yukari Sasaki.

"Membangun hotel dari nol membutuhkan uang yang banyak karena harga konstruksi yang tinggi." tambahnya.

Sankei, anak usaha Fuji Media Holdings Inc, mengubah gedung perkantoran berusia 35 tahun di Distrik Akihabara menjadi hotel dalam waktu setahun dengan dana kurang dari US$ 8 juta. Hotel bernama Grids itu memberikan harga US$ 27 per orang untuk tempat tidur bertingkat dan US$ 40 per malam untuk kamar yang premium.

Sebagai perbandingan, harga termurah sebuah hotel bisnis di Tokyo mencapai US$ 76 per malam.

"Pangsa pasar hotel jenis ini masih kecil tapi ada potensi untuk berkembang karena kebutuhan akan akomodasi hotel sangat besar," ujar Tomohiko Sawayanagi, Direktur Jones Lang LaSalle, Tokyo.

Reporter: Elsa Analet

(Elsa/Gdn)


Sumber : Liputan6

Inflasi Juli Diprediksi Terendah Selama 5 Tahun Terakhir

BESTPROFIT FUTURES MALANG (3/8) - Laju inflasi pada Juli 2015 diproyeksikan bakal lebih tinggi dibanding realisasi inflasi bulan sebelumnya. Meski melonjak, level inflasi pada bulan ketujuh disebut yang terendah selama periode yang sama dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.

Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk, Ryan Kiryanto memperkirakan inflasi Juli ini akan berada di bawah 1 persen. Angka tersebut lebih tinggi daripada raihan Juni lalu sebesar 0,54 persen. 

"Inflasi bulan ketujuh berkisar 0,65 persen-0,75 persen. Secara tahunan, ada pada range 7,1 persen-7,2 persen," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (3/8/2015).

Kenaikan inflasi tersebut, kata Ryan, disebabkan karena dampak dari lonjakan konsumsi kebutuhan bahan pokok, transportasi dan komunikasi di periode menjelang, selama serta paska Lebaran Idul Fitri.

Walaupun begitu, dia bilang, ramalan inflasi di Juli tercatat yang terendah selama 5 tahun terakhir. Hal ini berkat upaya pemerintah dalam mengendalikan harga dan menjaga inflasi. "Ya (terendah selama 5 tahun terakhir)," ujarnya.

Proyeksi ini senada dengan perkiraan Bank Indonesia (BI) sebelumnya. Gubernur BI, Agus Martowardojo mengatakan, inflasi sampai minggu ketiga Juli 2015 sebesar 0,76 persen atau lebih rendah dibanding prediksi semula 1,12 persen.

"Kalau 0,76 persen ini bisa bertahan terus hingga akhir bulan (Juli), maka akan yang terendah dalam 5 tahun terakhir," tegasnya.

Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil pernah menjelaskan, upaya pemerintah untuk mengendalikan inflasi sangat serius, proaktif dan terarah. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran Tim Pengendali Inflasi Daerah yang terus melakukan pengawasan ketat terkait distribusi bahan pokok.

"Upaya lain, pasar murah cukup intensif dan intervensi pasar yang melibatkan Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan yang rajin dan aktif memonitor. Inilah yang menyebabkan kita bisa menjaga stabilisasi harga," klaim dia. (Fik/Ndw)


Sumber : Liputan6

Saham Jepang Melemah Terkait Penurunan Minyak Mentah

BESTPROFIT FUTURES MALANG (3/8) - Bursa saham Jepang melemah, dengan indeks Topix turun untuk pertama kalinya dalam empat hari, terkait menurunnya sektor energi di tengah jatuhnya harga minyak mentah.
Indeks Topix turun 0,1 persen menjadi 1,658.40 pada 09:03 pagi di Tokyo, setelah pada Jumat kemarin membukukan kenaikan 1,8 persen di bulan Juli lalu. Indeks Nikkei 225 Stock Average turun 0,3 persen menjadi 20,514.27. Lebih dari 70 perusahaan di indeks Topix akan melaporkan hasil kuartalannya pada hari ini.
Dari 903 perusahaan yang telah melaporkan hasil musim ini dan perkiraan labanya sudah tersedia, 62 persennya diharapkan untuk memperoleh profit, peningkatan dari 48 persen yang mengalahkan perkiraan pada kuartal sebelumnya, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Saham energi memimpin penurunan pada indeksTopix seiring turunnya harga minyak mentah berjangka di New York sebanyak 1,6 persen setelah Iran mengklaim akan mampu meningkatkan produksi mingguannya setelah sanksi-sanksi mereka dicabut.
Indeks berjangka E-mini pada indeks Standard & Poor 500 naik kurang dari 0,1 persen indeks tersebut turun  0,2 persen pada hari Jumat lalu di New York.
Sebuah indeks manufaktur resmi  China pada akhir pekan kemarin turun ke level terendahnya lima bulan. Saham China mengalami penurunan terburuk sejak 2009 pada bulan Juli lalu seiring pemerintah yang berjuang untuk mencegah kejatuhan ekuitasnya di tengah melemahnya pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia. Pasar Yunani ditetapkan untuk melanjutkan aktifitasnya menyusul skorsing lima minggunya.(mrv)
Sumber: Bloomberg