BESTPROFIT FUTURES MALANG (10/7) - Harga minyak naik tajam pada perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) usai
anjlok ke level terendah dalam tiga bulan. Harga minyak naik hampir tiga
persen menyambut kebangkitan pasar saham China. Tak hanya itu, pedagang
minyak juga masih mencari arah negosiasi kesepakatan nuklir Iran yang
memungkinkan negara itu mengekspor lebih banyak minyak mentah.
Dilansir dari Reuters,
Jumat (10/7/2015), harga minyak mentah Brent ditutup naik US$ 1,56 atau
2,7 persen menjadi US$ 58,61 per barel. Pada hari Senin, harga minyak
Brent mencapai titik terendah tiga bulan yaitu US$ 55,1 per barel.
Harga
minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) yang jadi acuan di
AS, naik US$ 1,13 atau 2,2 persen ke US$ 52,78 per barel. Harga minyak
sempat menyentuh US$ 50,58 per barel berada di level terendah sejak
April. Pada awal perdagangan, harga minyak naik setelah saham China rebound 6 persen.
"China adalah benar-benar rumah untuk komoditas, terutama minyak dan
logam. Keduanya dapat runtuh kapan saja jika ada masalah dengan ekonomi
China," kata Chris Jarvis, analis dari Caprock Risk Management di
Frederick, Maryland.
Harga minyak mentah AS dan tembaga anjlok
masing-masing sekitar 8 persen antara Senin dan Selasa di puncak
kehancuran pasar China.
Di Wina, negosiasiasi untuk kesepakatan
nuklir antara Iran dan dengan Negara Barat menjadi fokus pembicaraan.
Gedung Putih mengatakan tidak akan terburu-buru untuk membuat
kesepakatan, tetapi memperingatkan bahwa Teheran harus membuat pilihan
sulit atau risiko keruntuhan.
Iran berusaha untuk menghidupkan
kembali ekspor minyak yang telah turun dari 2,5 juta barel per hari pada
2011 menjadi sekitar 1 juta barel per hari pada tahun 2014 karena
sanksi Barat yang timbul dari program nuklirnya.
(Ndw/Gdn)
Sumber : Liputan6