Showing posts with label Ekspor. Show all posts
Showing posts with label Ekspor. Show all posts

Monday 2 September 2019

Best Profit | China Perlambat Pengenaan Tarif Barang AS, Sebagian Besar Bulan Desember

Best Profit (3/9) - China memperlambat pembalasan pengenaan tarif seiring terus meningkatnya ketegangan perdagangan dengan AS.

Pemerintah China pada hari Minggu menyatakan peningkatan bea antara 5% dan 10% pada berbagai barang utama Amerika yang diekspor ke China, termasuk kedelai dan minyak mentah.

Namun proporsi tarif yang dimulai pada hari Minggu hanya menyumbang sekitar sepertiga dari lebih dari 5.000 lini produk yang tercantum dalam pengumuman terbaru. Mayoritas tarif akan mulai berlaku 15 Desember, dan rencana China untuk membalas tarif pada otomotif dan suku cadang AS juga tidak akan berlangsung hingga saat itu. best profit

Sebuah laporan oleh Panjiva, sebuah perusahaan data rantai pasokan yang merupakan bagian dari S&P Global Market Intelligence, menunjukkan bahwa produk-produk dalam kelompok 1 September mungkin telah dipilih karena barang-barang itu melihat beberapa perbaikan dalam pengiriman daripada penurunan lebih lanjut. Analisis 27 Agustus menunjukkan bahwa ekspor A.S. pada kelompok 1 September turun 15,2% pada kuartal kedua dari tahun lalu, dibandingkan dengan penurunan 20,4% untuk kelompok 15 Desember.

Peningkatan ini merupakan bagian dari pengumuman Departemen Keuangan 23 Agustus untuk tarif pembalasan atas barang-barang AS senilai $ 75 miliar. Sebagian dari kenaikan tarif terbaru Presiden AS Donald Trump juga mulai berlaku pada hari Minggu. best profit

Intinya, semua ekspor Cina senilai $ 550 miliar ke AS akan dikenai bea masuk ketika putaran lain diterapkan pada bulan Desember.

“Di bawah situasi saat ini, kami pikir masalah yang harus didiskusikan adalah pembatalan tarif ekspor China senilai $ 550 miliar, untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dari perang dagang,” kata juru bicara Kementerian Perdagangan, Gao Feng, pada saat konferensi pers hari Kamis, demikian rilis CNBC. “Pada saat ini, pihak China sedang dalam negosiasi serius tentang topik ini dengan pihak AS.” best profit

Selama akhir pekan, Dewan Bisnis AS-China mengatakan dalam survei anggota tahunannya bahwa hampir setengah dari responden melaporkan kehilangan penjualan, terutama karena penerapan tarif. Survei juga menemukan bahwa anggota kehilangan pangsa pasar kepada pesaing asing.

Ekspor A.S. ke Cina menyumbang lebih dari 1,1 juta pekerjaan Amerika, menurut laporan terpisah dari dewan. best profit

Sumber : Vibiznews

Tuesday 15 September 2015

Komoditi Perkebunan Laku Keras Tapi Ekspor Timah Nyaris Anjlok Hingga 100%

BESTPROFIT FUTURES MALANG (16/9) - Badan Pusat Statistik (BPS) telah melaporkan kemarin  (15/9) bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia tercatat sebesar US$ 433,8 juta pada Agustus 2015 lalu atau turun jika dibandingkan dengan perolehan yang tercatat di bulan sebelumnya yaitu sebesar US$ 1,33 miliar. Angka tersebut merupakan selisih lebih antara ekspor dan impor, yang masing-masing membukukan nilai masing-masing sebesar US$ 12,7 miliar dan US$ 12,27 miliar. Secara rinci kinerja ekspor pada bulan lalu tercatat meningkat 10,79 persen (mom), sementara impor tumbuh lebih tinggi, yakni mencapai 21,69 persen (mom).
Ekspor nonmigas Agustus 2015 mencapai US$11,17 miliar, naik 11,23 persen dibanding Juli 2015, sedangkan dibanding ekspor Agustus 2014 turun 5,99 persen. Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Agustus 2015 terhadap Juli 2015 terjadi pada perhiasan/permata sebesar US$237,1 juta (121,75 persen), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada timah sebesar US$103,8 juta (99,96 persen). Sedangkan jika menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan periode Januari-Agustus 2015 turun 7,36 persen dibanding periode yang sama tahun 2014, dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun 9,15 persen, sedangkan ekspor hasil pertanian naik 1,77 persen.
Jika kriteria ekspor non migas dipersempit dalam kriteria HS 2 digit maka nilai ekspor komoditi lainnya yang juga bukukan peningkatan antara lain kendaraan dan bagiannya meningkat US$ 147,8 juta atau naik 41,04 persen, mesin dan pesawat mekanik meningkat US$ 146,3 juta atau naik 37,26 persen. Lalu kopi, teh, dan rempah-rempah juga meningkat US$ 49 juta atau naik 49,06 persen, serta karet dan barang dari karet bukukan peningkatan terkecil hanya sebesar US$ 81,7 juta atau naik 16,75 persen. Sedangkan komoditi HS 2 digit yang mencatat penurunan terbesar adalah ekspor timah yang pada bulan lalu mencatat penurunan sebesar -US$ 103,8 juta atau turun -99,96 persen.
Tajamnya penurunan ekspor timah pada bulan lalu tidak lepas dari intervensi yang dilakukan pemerintah. Pasca penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 33 Tahun 2015 tentang perubahan Permendag No. 44/2014 tentang Ketentuan Ekspor Timah, volume perdagangan ekspor timah batangan Indonesia naik pesat. Dengan revisi Permendag tersebut, maka para eksportir timah diwajibkan memiliki sertifikat CnC yang bertujuan untuk menjamin ketelusuran asal barang. Maksudnya ialah asal usul bijih timah yang digunakan untuk bahan baku timah murni batangan harus CnC, sedangkan untuk timah solder dan barang lainnya dari timah harus dilengkapi bukti pembelian bahan baku tumah murni batangan dari bursa timah.
Perlu diketahui, sebelum peraturan ini resmi diberlakukan, volume ekspor timah pada Mei 2015 lalu misalnya menunjukkan bahwa volume transaksi perdagangan timah di Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI) berhasil mencapai 6.395 ton, atau melonjak 35,3% ketimbang April 2015 sebesar 4.725 ton. Lonjakan ekspor timah pada bulan-bulan lalu disebabkan oleh banyaknya perusahaan yang memanfaatkan waktu tersisa sebelum efektifnya Permendag Nomor 33/2015.

Sumber : Vibiznews

Sunday 17 May 2015

Kinerja Ekspor Industri Catat Kenaikan, Kinerja Sahamnya Negatif

BESTPROFIT FUTURES MALANG (18/5) - Hari Jumat (15/5) Indonesia dilaporkan mengalami penurunan surplus dagang sebesar 59,78 persen dari US$ 1,13 miliar yang tercatat di bulan Maret 2015 menjadi sebesar US$ 454,4 juta di sepanjang April 2015. Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis angka tersebut menjelaskan bahwa berkurangnya surplus terjadi akibat penurunan ekspor minyak dan gas bumi (migas) akibat pelemahan harga komoditas tersebut.
Ekspor nonmigas produk industri pengolahan dilaporkan turun 5,69 persen. Jika dilihat dari kontribusinya terhadap total ekspor keseluruhan periode Januari-April 2015, industri pengolahan mengambil bagian terbesar yaitu sebesar 69,83 persen, sedangkan ekspor produk pertanian hanya tercatat sebesar 3,41 persen, dan ekspor tambang tercatat sebesar 13,03 persen.
Adapun beberapa komoditi yang termasuk dalam produk industri pengolahan pada Maret lalu terlihat mix dimana ekspor mesin/peralatan listrik yang sebelumnya mencatat kenaikan, pada April lulu mencatat penurunan sebesar 3,72 persen, hingga ekspor tercatat sebesar US$ 737,8 juta, lalu komponen karet dan barang dari karet mencatat kenaikan sebesar 10,79 persen menjadi US$ 549,9 juta, demikian juga dengan alas kaki mencatat kenaikan hingga 21,58 persen menjadi US$ 416,4 juta dan yang terakhir berbagai produk kimia yang mencatat kenaikan sebesar 20,91 persen menjadi sebesar US$ 252,8 juta.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa ekspor industri pengolahan menunjukkan kenaikan di bulan April. Bahkan pertumbuhan industri pengolahan non migas kuartal I-2015 juga dilaporkan jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Apabila dilihat sejak tahun 2011 hingga kuartal I-2015 lalu, pertumbuhan industri non migas selalu di atas pertumbuhan ekonomi. Hanya pada tahun 2013 saja pertumbuhan industri non migas sedikit di bawah pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan industri pengolahan non migas pada 2019 mendatang diprediksi akan mampu mencapai target 8,38 persen. Hal ini karena peningkatan pertumbuhan industri disertai dengan meningkatnya kontribusi sektor industri pengolahan non migas terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional 2015 sebesar 21,22 persen dan pada 2019 mencapai 24,15 persen.
Adapun cabang industri yang tumbuh tinggi pada kuartal I-2015 antara lain industri kimia, farmasi dan obat tradisional sebesar 9,05 persen, industri logam dasar sebesar 8,66 persen, industri makanan dan minuman sebesar 8,16 persen, serta industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik sebesar 8,14 persen.
Analys Vibiz Research Center mengemukakan bahwa kinerja saham untuk sektor terkait di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tiga bulan ini yaitu sektor industri nampak menunjukkan kinerja yang negatif dimana indeks saham untuk sektor MISC-IND menunjukkan penurunan dalam 3 bulan terakhir sebesar 10,89 persen, demikian juga dengan indeks BASIC-IND masih bertahan dengan tren penurunan dalam 3 bulan terakhir kemarin sebesar 16,91 persen. 

Sumber : Vibiznews

Ekspor dan Pariwisata Penyebab Lesunya Ekonomi Hongkong

BESTPROFIT FUTURES MALANG (18/5) - Pertumbuhan ekonomi Hong Kong pada kuartal pertama tahun ini menunjukkan tren yang cenderung “mereda” di tengah kinerja ekspor dan sekt0r pariwisatanya yang melambat. Seperti diketahui, pertumbuhan ekspor turun menjadi 0,4 persen dari 0,6 persen, karena faktor eksternal di negara tujuan ekspor yang sedang goyah perekoomiannya. Penurunan besar terjadi di ekspor jasa perjalanan dimana pertumbuhan kedatangan wisatawan dan ekspor jasa wisata belanja menurun tajam.
Produk domestik bruto (PDB) Hongkong tercatat tumbuh sebesar 2,1 persen (yoy) pada kuartal pertama tahun lalu setelah berhasil mencatat pertumbuhan sebesar 2,4 persen di kuartal sebelumnya.
Laju pertumbuhan Hongkong terus melambat hingga saat ini setelah pada kuartal 3 tahun 2014 lalu sempat mencetak rebound yaitu sebesar 2,9 persen. Permintaan domestik merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan pada kuartal pertama tahun ini. Konsumsi swasta tumbuh 3,5 persen per tahun, didukung oleh kondisi pasar tenaga kerja yang stabil di sepanjang kuartal tersebut. Laju investasi tumbuh 7,3 persen, dipimpin oleh rebound pada mesin dan peralatan akuisisi.
Meski mencatat perlambatan pada pertumbuhannya, pemerintah Hongkong menegaskan bahwa pasar tenaga kerja Hongkong tetap dalam keadaan full employment saat ini, dengan tingkat pengangguran bulanan rendah hanya sebesar 3,3 persen pada kuartal pertama tahun ini. Faktor pemicu terbesar yang “merusak” pertumbuhan kuartal pertama lalu adalah reli dolar AS yang menguat dan tekanan ekonomi global sehingga menghambat laju ekspor Hongkong.
Namun, masih kuatnya permintaan domestik tetap menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil. Pasalnya kondisi pasar tenaga kerja yang positif serta laju pendapatan yang sesuai cukup memberikan dukungan kepada konsumsi lokal. Pada tahun ini pemerintah Hongkong masih mempertahankan perkiraan pertumbuhan di kisaran 1-3 persen, namun perkiraan inflasi untuk tahun ini dipangkas menjadi 3,2 persen dari 3,5 persen akibat dari melemahnya harga minyak. Prediksi inflasi inti tahun ini juga diturunkan menjadi 2,7 persen dari 3 persen.

Sumber : Vibiznews

Sunday 22 March 2015

Kontribusi Terhadap Perekonomian Masih Kecil, Ekspor Produk Industri Pengolahan Turun

BESTPROFIT FUTURES MALANG (23/3) - Badan Pusat Statistik (BPS) pada pekan lalu telah merilis neraca perdagangan Indonesia bulan Februari 2015 yang dalam laporannya berhasil kembali mencatat surplus sebesar 0,74 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Surplus ini relatif stabil jika dibandingkan dengan surplus pada Januari 2015 yang tercatat sebesar 0,75 miliar dolar AS. Pencapaian tersebut ditopang oleh surplus neraca migas maupun nonmigas. 
Ekspor nonmigas untuk industri pengolahan pada bulan Februari lalu mencatat penurunan sebesar 8,6 persen. Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-Februari 2015, kontribusi ekspor nonmigas produk industri pengolahan adalah sebesar 68.43 persen.
Beberapa komoditi yang termasuk dalam produk industri pengolahan mencatatkan penurunan ekspor yang cukup besar, seperti mesin/peralatan listrik sebesar US$42.3juta (5.89%), alas kaki US$64juta (16.19%), sedangkan perangkat optik mencatat kenaikan sebesar US$7.5juta (15%). 
Berdasarkan data statistik perdagangan terkini yang dikeluarkan oleh BPS, menunjukkan bahwa peran industri pengolahan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional menunjukkan tren yang terus menurun. Hal ini ditandai dengan kontribusi peran industri pengolahan terhadap pendapatan negara yang terus menurun. Dapat disimpulkan bahwa sektor industri belum mampu menggerakkan pertumbuhan dan daya saing ekonomi,
Untuk saat ini produk industri pengolahan dalam negeri yang berpotensi di ekspor seperti produk tekstil, kayu olahan, mebel/furniture dan peralatan elektronik. Sedangkan negara tujuan utama untuk ekspor industri pengolahan ini antara lain AS, Tiongkok, Jepang, Jerman, Turki, Korea Selatan.
Analys Vibiz Research Center mengemukakan bahwa kinerja saham untuk sektor terkait di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tiga bulan ini yaitu sektor industri nampak menunjukkan kinerja yang positif dimana indeks saham untuk sektor MISC-IND mengalami kenaikan sekitar 3.57 % dalam 3 bulan terakhir. Sementara untuk indeks BASIC-IND menunjukkan penurunan sekitar -4.11% dalam 3 bulan terakhir.

Sumber : Vibiznews

Tuesday 16 December 2014

Ekspor Jepang Bulan November Naik Tidak Sesuai Perkiraan

BESTPROFIT FUTURES MALANG (17/12) - Ekspor Jepang bulan November naik kurang dari perkiraan sebelumnya, sehingga mempertegas berbagai tantangan kepada upaya Perdana Menteri Shinzo Abe guna menarik ekonomi dari resesi.

Eskpor naik 4.9% dari awal tahun ini, menurut rilis data dari kementerian keuangan, angka tersebut dibawah perkiraan rata-rata dari survey Bloomberg News yang menyatakan naik 7%. Sementara impor tergelincir 1.7%, sehingga menyebabkan defisit neraca perdagangan sebesar 892 miliar yen ($7.6 miliar).

Abe menghadapi tekanan yang meningkat guna mendorong pertumbuhan ekonomi setelah memengkan pemilu dia berjuang terkait komitmen guna mengejar kebijakan Abenomic yang dicetuskannya. Ekspor yang akan naik secara bertahap akan membantu pelemahan yen saat harga minyak mentah turun yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan memicu inflasi pada jangka panjang, menurut Kepala Bank Sentral Haruhiko Kuroda.

Di lain pihak yen diperdagangkan pada level 116.63 per dollar pukul 8:59 pagi waktu Tokyo setelah kemarin mencapai level 115.57, level tertinggi dalam sebulan terakhir. (bgs)

Sumber : Bloomberg