Sunday 17 May 2015

Ekspor dan Pariwisata Penyebab Lesunya Ekonomi Hongkong

BESTPROFIT FUTURES MALANG (18/5) - Pertumbuhan ekonomi Hong Kong pada kuartal pertama tahun ini menunjukkan tren yang cenderung “mereda” di tengah kinerja ekspor dan sekt0r pariwisatanya yang melambat. Seperti diketahui, pertumbuhan ekspor turun menjadi 0,4 persen dari 0,6 persen, karena faktor eksternal di negara tujuan ekspor yang sedang goyah perekoomiannya. Penurunan besar terjadi di ekspor jasa perjalanan dimana pertumbuhan kedatangan wisatawan dan ekspor jasa wisata belanja menurun tajam.
Produk domestik bruto (PDB) Hongkong tercatat tumbuh sebesar 2,1 persen (yoy) pada kuartal pertama tahun lalu setelah berhasil mencatat pertumbuhan sebesar 2,4 persen di kuartal sebelumnya.
Laju pertumbuhan Hongkong terus melambat hingga saat ini setelah pada kuartal 3 tahun 2014 lalu sempat mencetak rebound yaitu sebesar 2,9 persen. Permintaan domestik merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan pada kuartal pertama tahun ini. Konsumsi swasta tumbuh 3,5 persen per tahun, didukung oleh kondisi pasar tenaga kerja yang stabil di sepanjang kuartal tersebut. Laju investasi tumbuh 7,3 persen, dipimpin oleh rebound pada mesin dan peralatan akuisisi.
Meski mencatat perlambatan pada pertumbuhannya, pemerintah Hongkong menegaskan bahwa pasar tenaga kerja Hongkong tetap dalam keadaan full employment saat ini, dengan tingkat pengangguran bulanan rendah hanya sebesar 3,3 persen pada kuartal pertama tahun ini. Faktor pemicu terbesar yang “merusak” pertumbuhan kuartal pertama lalu adalah reli dolar AS yang menguat dan tekanan ekonomi global sehingga menghambat laju ekspor Hongkong.
Namun, masih kuatnya permintaan domestik tetap menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil. Pasalnya kondisi pasar tenaga kerja yang positif serta laju pendapatan yang sesuai cukup memberikan dukungan kepada konsumsi lokal. Pada tahun ini pemerintah Hongkong masih mempertahankan perkiraan pertumbuhan di kisaran 1-3 persen, namun perkiraan inflasi untuk tahun ini dipangkas menjadi 3,2 persen dari 3,5 persen akibat dari melemahnya harga minyak. Prediksi inflasi inti tahun ini juga diturunkan menjadi 2,7 persen dari 3 persen.

Sumber : Vibiznews