Showing posts with label Komoditi. Show all posts
Showing posts with label Komoditi. Show all posts

Sunday 20 July 2014

Kilau Emas LLG Redup Jelang Akhir Juli

Harga emas LLG pada perdagangan pekan lalu terpantau ditutup melemah cukup signifikan secara agregat mingguan. Pelemahan harga emas pada pekan lalu didorong oleh kebijakan lanjutan oleh The Fed dan juga aksi profit taking oleh para investor.
Pergerakan harga emas LLG pada pekan lalu akhirnya memutus trend bullish secara agregat sepekan yang telah berlangsung hingga 6 pekan beruntun. Pergerakan yang cenderung terus menguat tersebut akhirnya berdampak pada aksi profit taking dalam skala signifikan sejak perdagangan awal pekan lalu. Terpantau pada hari pertama perdagangan pekan lalu, harga emas LLG anjlok hingga harga terendah sejak 19 Juni 2014.
Pelemahan signifikan pada hari pertama perdagangan pekan lalu, belum cukup untuk menjadi titik akhir pelemahan harga emas LLG. Pasca anjloknya harga di hari pertama perdagangan, harga emas LLG kian tergerus oleh rencana pemercepatan peningkatan suku bunga AS serta wacana pemberhentian pembelian obligasi pada Oktober 2014 oleh The FED. Hal tersebut berimbas pada penguatan Dollar AS dan juga pengurangan minat terhadap aset safe haven sehingga harga emas kian terpuruk.
Namun, pada pertengahan pekan, harga emas akhirnya dapat bergerak menguat meskipun belum ada fundamental positif kuat untuk sedikit menutup pelemahan signifikan pada dua hari pertama perdagangan pekan lalu. Terpantau pasca anjloknya harga pada dua hari pertama perdagangan, aksi beli teknikal memicu harga emas untu bangkit untuk kembali mendekat kisaran harga $1.300/t oz.
Walaupun pekan lalu terpantau tidak ada fundamental positif kuat pada pergerakan harga emas hingga pertengahan pekan, harga emas mendadak mendapatkan dorongan fundamental kuat akibat dorongan kisruh geopolitik global. Berita yang cukup mengagetkan dari tertembaknya maskapai Malaysia Airlines MH 17 di Ukraina, menjadi sentimen kuat yang mendorong harga emas naik signifikan hingga kembali menyentuh lebih dari kisaran $1.300/t oz. Penguatan signifikan harga emas akibat konflik tersebut, dilandasi oleh potensi semakin meningkatnya tensi konflik antara Ukraina dan Rusia pasca tertembaknya MH 17.
Dengan adanya fundamental positif kuat dari tertembaknya MH 17 di Ukraina, pada awalnya harga emas diperkirakan akan mampu bangkit dari potensi pelemahan pada awal pekan lalu. Namun, pergerakan melonjak signifikan pasca tragedi MH 17, terpantau membuat pergerakan emas memasuki masa lesu secara teknikal. Imbas dari hal tersebut, aksi profit taking kembali menggerus harga emas sehingga pergerakan harga emas yang telah bullish dalam 6 pekan terakhir, harus berakhir pekan lalu.
Pada perdagangan pekan lalu, harga emas LLG terpantau ditutup melemah signifikan secara agregat sepekan. Harga emas LLG ditutup turun 1,29% ke tingkat harga $1.310,60/t oz atau melemah $17,20/t oz.
Sedangkan pada perdagangan emas berjangka di Bursa Comex, harga emas berjangka juga terpantau ditutup melemah signifikan secara agregat sepekan. Harga emas berjangka Comex untuk kontrak Agustus 2014 turun hingga 2,09% ke tingkat harga $1.309,4/t oz atau melemah $28/t oz.
Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi harga emas akan kembali menguat pada perdagangan hari ini. Hal tersebut dilandasi oleh potensi aksi beli pasca anjloknya harga emas di akhir pekan lalu yang diperkuat oleh dorongan fundamental dari peristiwa penembakan MH 17. Terkait pergerakan harga emas, range normal diprediksi akan berada di kisaran $1.293-$1.334 baik pada emas LLG maupun emas berjangka Comex kontrak Agustus 2014.

Sumber : Vibiznews

Thursday 17 July 2014

Harga Kopi Arabika Masih Terkoreksi di Bursa ICE US

Harga kopi Arabika di Bursa ICE US pada perdagangan Kamis 17 Juli 2014 terpantau ditutup menguat cukup signifikan. Penguatan harga kopi Arabika di Bursa ICE US masih dipicu oleh terkoreksinya harga pasca penurunan tajam harga kopi di akhir pekan lalu dan awal pekan ini.
Pergerakan harga kopi yang sebelumnya telah melemah hingga level terendah 5 bulan, terpantau masih melanjutkan pola koreksi pada perdagangan Kamis lalu di Bursa ICE US. Kondisi sentimen ataupun arahan pasar terkait belum jelasnya tingkat output Brasil pasca kekeringan sejak awal tahun lalu, masih menjadi landasan utama volatilitas harga kopi. Sebelumnya, harga kopi telah melambung tinggi hingga lebih dari $215/ton pada April lalu akibat sentimen kuat dari prediksi kerusakan lahan kopi Brasil yang kini telah melemah sejak Mei lalu.
Pada perdagangan Kamis 17 Juli 2014 di Bursa ICE US, harga kopi Arabika terpantau ditutup menguat cukup signifikan. Harga kopi berjangka ICE US untuk kontrak September 2014 ditutup naik 0,83% ke tingkat harga $163,85/ton atau menguat $1,35/ton.
Sedangkan dari Bursa LIFFE, harga kopi Robusta terpantau justru ditutup melemah pada perdagangan Kamis. Harga kopi Robusta berjangka LIFFE untuk kontrak September 2014 ditutup turun 0,50% ke tingkat harga $1.999/ton atau melemah $10/ton.
Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi harga kopi Arabika akan cenderung bergerak melemah pada perdagangan hari ini di Bursa ICE US. Hal tersebut dilandasi oleh masih belum adanya arahan sentimen positif kuat yang dapat memicu penguatan harga kopi Arabika pasca terkoreksinya harga di dua hari perdagangan terakhir. Terkait pergerakan harga, range normal diprediksi akan berada di kisaran $159-$168 pada Arabika dan $1980-2029 pada Robusta.

Sumber : Vibiznews

Wednesday 16 July 2014

Cina memindahkan alat pengebor minyak

BESTPROFIT FUTURES (17/07) - Alat pengebor minyak Cina yang berada di dekat kepulauan Paracel hari Rabu (16/07) direlokasi.

Cina mengatakan alat pengebor minyak tersebut mendeteksi tanda-tanda minyak serta gas dan akan menganalisa data sebelum melakukan pengeboran lagi.Kepulauan Paracel merupakan wilayah sengketa antara Cina dan Vietnam.

Cina meletakkan alat pengebor minyak di wilayah tersebut bulan Mei silam.

Beberapa pihak memandang peletakkan alat pengebor sebagai langkah Cina menegaskan kedaulatan di wilayah tersebut.

Peletakkan alat pengebor minyak menyebabkan tabrakan antara kapal-kapal Vietnam dan Cina dekat lokasi.

Selain itu, peletakkan alat pengebor minyak menyebabkan demonstrasi anti-Cina dan kerusuhan selama tiga hari di Vietnam, dimana pekerja yang marah menargetkan pabrik milik asing di beberapa daerah.

Kerusuhan tersebut menewaskan sedikitnya dua orang dan puluhan luka-luka. Beberapa pabrik dibakar atau rusak.

Cina dan Vietnam sama-sama mengklaim kepulauan Paracel tahun 1974 dan karenanya sempat terlibat perang singkat.

Sumber : BBC

Sunday 13 July 2014

Harga Karet Tocom Terangkat Aksi Beli

Harga karet di Bursa Tocom pada awal perdagangan sesi pagi hari ini terpantaus sedang mengalami penguatan tipis. Penguatan harga karet di Bursa Tocom diduga merupakan imbas aksi beli para investor pasca anjloknya harga karet pada pekan lalu.
Pergerakan harga karet yang turun tajam hingga hampir merupakan rekor mingguan terburuk 6 bulan terpantau mulai memicu aksi beli oleh para investor di Tocom. Harga karet yang terus tergerus akibat penguatan daya saing karet sintetis pasca anjloknya harga minyak mentah global, membuat harga karet dianggap telah terlalu rendah. Selain itu, pekan lalu dorongan tingkat persediaan karet di Bursa Tocom juga menjadi sentimen negatif kuat pada pekan lalu akibat indikasi penumpukan supply sehingga harga karet Tocom sulit untuk bergerak bangkit.
Walaupun demikian, penguatan harga karet di Bursa Tocom pada perdagangan hari ini juga diduga turut terangkat oleh pergerakan nilai mata uang Yen. Pergerakan nilai mata uang Yen yang bergerak cenderung melemah pasca penguatan pekan kemarin, diduga turut meningkatkan aksi beli investor asing di Bursa Tocom yang diperdagangkan dalam Yen.
Pada perdagangan hari ini di Bursa Tocom, harga karet terpantau sedang mengalami pergerakan menguat tipis. Harga karet berjangka Tocom untuk kontrak Desember 2014 naik 0,05% ke tingkat harga 201,4 Yen/kg atau menguat 0.1 Yen/kg.
Sedangkan dari Bursa SHFE, harga karet juga terpantau mengalami pergerakan menguat namun dalam level cukup signifikan. Harga karet berjangka SHFE untuk kontrak September 2014 naik hingga 0,90% ke tingkat harga 14.070 Yuan/ton atau menguat 125 Yuan/ton.
Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi harga karet berpotensi untuk kembali menguat tipis pada perdagangan hari ini di Bursa Tocom. Hal tersebut dilandasi oleh potensi aksi beli para investor pasca penurunan harga signifikan pekan lalu meskipun arahan sentimen pasar masih lemah. Terkait pergerakan harga, range normal diprediksi akan berada di kisaran 198-203,5 Yen/kg.

Sumber : Vibiznews

Tuesday 8 July 2014

HARGA MINYAK: WTI & Brent Lanjutkan Pelemahan

Harga minyak dunia melanjutkan penurunannya, karena berkurangnya kekhawatiran tentang gangguan pasokan dari Timur Tengah dan segera dimulainya kembali ekspor Libya serta kerusuhan Irak yang belum mempengaruhi ekspor.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk Agustus turun 13 sen menjadi berakhir US$103,40 per barel di New York Mercantile Exchange. Merupakan hari kedelapan penurunan.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus turun US$1,30 ditutup pada US$108,94/barel di perdagangan London.
"Pasar Brent masih di bawah tekanan. Ekspektasi ekspor minyak mentah Libya segera dimulai kembali. Pemberontakan Sunni di Irak berdampak kecil pada produksi minyak dari Selatan," kata Tim Evans dari Citi Futures.

Thursday 3 July 2014

Emas Mengalami Penurunan Tajam Sejak Bulan Mei Pasca Meningkatnya Data Pekerjaan AS

BESTPROFIT FUTURES (04/07) - Emas berjangka turun tajam dalam hampir lima minggu setelah pemerintah AS menambahkan lebih banyak lapangan kerja bulan lalu melebihi perkiraan, membatasi permintaan sebagai aset haven.

Penambahan 288.000 pekerjaan mengikuti kenaikan 224.000 pekerja di bulan sebelumnya, menurut angka dari Departemen Tenaga Kerja hari ini. Perkiraan rata-rata dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom menyerukan kenaikan 215.000 pekerja. Ekuitas AS naik ke rekornya.

Emas telah naik 9,8 persen dalam tahun ini terkait pernyataan dari Federal Reserve yang akan mempertahankan suku bunga rendah untuk waktu yang dirasa cukup setelah mengakhiri pembelian obligasi, sementara itu kerusuhan di Irak dan Ukraina mendorong permintaan safe haven. Logam tersebut turun 28 persen pada tahun 2013, tertinggi dalam tiga dekade terakhir, setelah ekonomi AS meningkatkan daya tarik.

Di Comex New York, emas berjangka untuk pengiriman Agustus turun 0,8 persen untuk menetap di level $ 1,320.60 per ons pada pukul 1:40 siang, penurunan terbesar untuk kontrak teraktif sejak 30 Mei. Pada tanggal 1 Juli, logam kuning mencapai level $ 1,334.90, yang merupakan level tertinggi sejak 24 Maret.(frk)

Sumber: Bloomberg

Wednesday 2 July 2014

Yellen Menegaskan Pandangan Tingkat Suku Bunga, Emas Meningkat untuk Hari Keempat

BESTPROFIT FUTURES (03/07) - Emas berjangka naik untuk sesi keempat berturut-turut pasca ketua Federal Reserve Janet Yellen Chair menegaskan biaya pinjaman AS akan tetap rendah, peningkatan permintaan untuk logam mulia sebagai alternatif investasi.
Tidak perlu untuk mengubah kebijakan The Fed saat ini, Yellen mengatakan hari ini di Dana Moneter Internasional (IMF) di Washington. Bank sentral telah mempertahankan tingkat suku bunga pinjaman acuan mendekati nol persen sejak Desember 2008 lalu dan membeli surat utang obligasi jangka panjang dan aset agunan.
Dalam dua hari terakhir, kepemilikan emas ETF Aset di SPDR Gold Trust naik tajam sejak November 2011 lalu. Pada tanggal 19 Juni, emas berjangka melonjak tajam dalam sembilan bulan terakhir pasca The Fed menegaskan tingkat suku bunga akan tetap rendah untuk "waktu yang cukup," meningkatkan kekhawatiran inflasi. Hari ini, perak naik ke level tertingginya dalam 15-pekan terakhir, dan paladium mencatat reli terpanjangnya dalam 33 bulan terakhir.
Emas berjangka untuk pengiriman Agustus naik sebesar 0,3 persen untuk menetap di level $1,330.90 per ons pada pukul 1:47 siang di Comex New York. Kemarin, harga emas mencapai $1,334.90, level tertinggi untuk kontrak teraktif sejak 24 Maret lalu. Logam naik untuk 10 kali dalam 11 sesi terakhir. (izr)
Sumber: Bloomberg

Tuesday 1 July 2014

Harga Gula Terus Melemah, Demand Terindikasi Lesu

Harga gula di Bursa ICE US terpantau kembali ditutup melemah signifikan pada perdagangan Selasa 1 Juli 2014. Pelemahan harga gula di Bursa ICE dipicu oleh adanya indikasi pelemahan demand gula pasca penurunan pembelian oleh dua perusahaan gula di Bursa ICE US.
Permintaan gula yang terindikasi melemah, memperburuk trend pelemahan harga gula di Bursa ICE US. Indikasi yang didasari oleh penurunan pembelian gula di Bursa ICE US oleh CSC Sugar LLC dan Louis Dreyfus Commodities hingga level terendah dalam 15 tahun tersebut, memicu harga gula untuk kembali anjlok di bursa.
Sebelumnya, harga gula telah berada dalam trend lemah sejak pekan lalu akibat lonjakan output tebu Brasil. Output tebu Brasil yang berada di level 2,33 juta ton melebih ekspektasi awal di level 2,2 juta ton. Imbas dari lonjakan output tersebut, sepanjang pekan lalu harga gula terus tergerus akibat ekspektasi tekanan lonjakan supply gula global.
Pada perdagangan Selasa 1 Juli 2014, harga gula di Bursa ICE US terpantau ditutup melemah signifikan. Harga gula berjangka ICE US untuk kontrak Oktober 2014 turun hingga 1,17% ke tingkat harga $17,8/ton atau melemah $0,21/ton.
Sedangkan dari Bursa LIFFE, harga gula putih juga terpantau ditutup melemah signifikan. Harga gula putih berjangka LIFFE untuk kontrak Agustus 2014 turun 1,29% ke tingkat harga $466,10/ton atau melemah $6,10/ton.
Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi harga gula masih akan melanjutkan trend melemah pada perdagangan hari ini. Hal tersebut dilandasi oleh tekanan posisi supply dan juga demand gula saat ini yang terpantau cukup kuat untuk mendorong pergerakan harga gula ke arah pelemahan. Terkait pergerakan harga gula, range normal diprediksi akan berada di kisaran $17,5-18,25 pada gula ICE US dan $460,5-$474,5 pada gula putih LIFFE.

Sumber : Vibiznews

Harga Emas Spot Comex Turun Tipis

Harga emas spot di Bursa Comex pada perdagangan Selasa 1 Juli 2014 terpantau ditutup melemah tipis dini hari tadi. Pelemahan harga emas di Bursa Comex dipicu oleh sentimen data manufaktur Tiongkok yang berhasil mengangkat pergerakan bursa global.
Pengaruh data manufaktur Tiongkok yang menguat ke level 51 atau naik 0,2 poin terpantau memicu pelemahan harga emas spot di Bursa Comex. Dampak dari penguatan sektor manufaktur Tiongkok tersebut berpengaruh pada pergerakan bursa saham global yang positif dan secara tidak langsung berimbas pada penurunan minat terhadap emas di Bursa Comex.
Walaupun melemah akibat dorongan penguatan bursa saham pada Selasa lalu, secara fundamental emas masih berpotensi untuk menguat. Hal tersebut dapat terlihat dari pergerakan harga emas berjangka yang masih dapat menguat di Bursa Comex. Kisruh antara pemerintah Irak dengan kelompok ISIS, macetnya negosiasi perdamaian Ukraina-Rusia, serta ekspektasi tingkat suku bunga rendah yang masih akan dipertahankan di AS masih cukup kokoh menggerakan harga emas untuk cenderung menguat.
Namun, pergerakan harga emas yang secara teknikal terpantau mulai lesu akibat lonjakan signifikan sejak dua pekan lalu, sedikit menjadi faktor penahan penguatan signifikan harga emas. Selain itu, penurunan demand emas oleh Tiongkok serta kasus investasi emas bodong di negara tersebut turut berpengaruh terhadap tekanan ke arah pelemahan pada perdagangan emas di Asia.
Pada perdagangan Selasa 1 Juli 2014 di Bursa Comex, harga emas spot terpantau ditutup melemah tipis dini hari tadi. Harga emas spot Comex turun 0,07% ke tingkat harga $1.326,1/t oz atau melemah $0,9/t oz.
Sedangkan dari perdagangan emas berjangka di Bursa Comex, emas berjangka masih dapat ditutup menguat dini hari tadi. Harga emas berjangka COmex untuk kontrak Agustus 2014 naik 0,35% ke tingkat harga $1.326,6/t oz atau menguat $4,6/t oz.
Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi pergerakan harga emas pada hari ini di Bursa Comex akan bergerak flat cenderung melemah akibat aksi tunggu sentimen data GDP kawasan EURO dan pidato Janet Yellen. Kedua faktor tersebut, diprediksi akan sangat signifikan mempengaruhi pergerakan harga emas pada perdagangan hari ini. Terkait pergerakan harga emas pada hari ini di Bursa Comex, range normal diperkirakan akan ada di kisaran $1.318-$1.340 pada emas berjangka kontrak Agustus 2014 dan $1.319-$1.336 pada emas spot Comex.

Sumber : Vibiznews

Jelang Pidato Yellen, Dollar Dekati Level 6 Pekan Terendahnya Terhadap Euro

BESTPROFIT FUTURES (02/07) - Dollar diperdagangkan mendekati level 6 pekan terendahnya terhadap euro menjelang Pidato Gubernur Federal Reserve Janet Yellen hari ini, setelah bulan lalu menyatakan bahwa suku bunga AS akan tetap rendah dalam waktu yang cukup lama.

Kemarin Dollar turun pada hari ke-5 setelah indeks manufaktur AS naik kurang dari perkiraan ekonom sebelumnya. Dollar Australia mendekati level tertingginya sejak November tahun lalu jelang perdagangan hari ini. Mata uang Selandia Baru turun dari level 3 tahun tertingginya setelah harga susu bubuk merosot pada sebuah pelelangan. Sementara ECB (European Central Bank) besok akan mengumukan kebijakan.

Sejak kemarin dollar berada pada level $1.3680 per euro pukul 8:20 pagi ini waktu Tokyo, saat menyentuh level $1.3700, merupakan level tertinggi sejak 21 Mei lalu. Dollar berada pada level 101.54 yen dari level 101.53 di New York. Sementara Euro berada pada level 138.90 yen dari level 138.88.

Indeks Spot Dollar Bloomberg, yang mencatat mata uang dollar terhadap 10 mata uang lainnya, berada pada level 1,002.75 dari level kemarin 1,002.67, level penutupan terendah sejak 6 Mei lalu.

Hari ini di Washington Yellen akan memberikan testimoninya dihadapan IMF (International Monetary Fund).

Dollar Australia tergelincir 0.1% ke level 94.89 sen AS setelah kemarin menyentuh level 95.05, level yang tak terlihat sejak 7 November tahun lalu.

Dollar Selandia Baru melemah 0.1% ke level 87.67 sen AS dari level tertingginya kemarin 87.91. Pekan lalu dollar Selandia Baru mencatat level 87.94, level tertinggi sejak mencapai level tertingginya 88.43 di Agustus 2011 lalu. (bgs)

Sumber : Bloomberg

Monday 30 June 2014

Harga Kopi Arabika Rebound Signifikan di Bursa ICE US

Harga kopi varian Arabika di Bursa ICE US terpantau ditutup menguat pada perdagangan Senin 30 Juni 2014 setelah anjlok pada Jumat lalu. Penguatan harga kopi Arabika di Bursa ICE US dipicu oleh fluktuasi harga kopi seiring belum jelasnya panen kopi Brasil.
Belum jelasnya dampak kekeringan Brasil terhadap kopi siap panen di negara tersebut, masih terus berimbas pada fluktuasi harga kopi varian Arabika. Walaupun, telah beredar isu terkait kerusakan cukup signifikan pada salah satu perkebunan kopi di kawasan Minas Gerais, akan tetapi investor masih belum yakin untuk menjadikan hal tersebut sebagai tolak ukur terhadap panen keseluruhan Brasil.
Walaupun demikian, harga kopi varian Arabika pada perdagangan Senin lalu cukup terangkat oleh anjloknya harga kopi Arabika pada perdagangan hari Jumat. Harga kopi varian Arabika yang anjlok hingga 4,6% pada Jumat lalu, membuat harga kontrak kopi Arabika di Bursa ICE menjadi relatif murah sehingga memicu aksi beli pada awal perdagangan pekan ini.
Pada perdagangan Senin 30 Juni 2014 di Bursa ICE US, harga kopi Arabika ditutup menguat. Harga kopi Arabika berjangka ICE US untuk kontrak September 2014 naik 1,48% ke tingkat harga $175,10/ton atau menguat $2,55/ton.
Sedangkan dari perdagangan di Bursa LIFFE, harga kopi varian Robusta terpantau justru ditutup melemah. Harga kopi Robusta berjangka LIFFE untuk kontrak September 2014 turun 0,88% ke tingkat harga $2.016/ton atau melemah $18/ton.
Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi harga kopi Arabika akan cenderung untuk kembali bergerak menguat pada perdagangan hari ini. Hal tersebut dilandasi oleh potensi aksi beli menjelang masa panen Brasil dengan landasan adanya isu kerusakan kopi di kawasan Minas Gerais. Terkait pergerakan harga kopi pada perdagangan hari ini, range normal diprediksi akan berada di kisaran $168-$179 pada Arabika dan $1.950-$2.056 pada Robusta.

Sumber : Vibiznews

Ekspor Kayu Dan Barang Dari Kayu Meningkat

Laporan terkini dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa nilai ekspor nonmigas dengan golongan barang HS 2 Dijit yaitu Kayu, barang dari kayu (44) , mengalami peningkatan di bulan April dan mencapai angka 368.4 juta Dollar AS (FOB). Pada bulan sebelumnya yaitu bulan Maret ekspor golongan barang ini hanya mencapai sekitar 345.1 juta Dollar AS, sehingga dengan demikian telah naik sekitar 23.3 juta Dollar AS, atau naik sekitar 6.75 %.
Sedangkan secara kumulatif dari awal tahun ini, kinerja ekspor golongan barang ini telah mencapai angka sekitar 1360.2 juta Dollar AS dan memiliki porsi sekitar 2.83% terhadap ekspor nonmigas kumulatif untuk keseluruhan golongan barang.
Kinerja ekspor kumulatif golongan barang ini pada tahun lalu menunjukkan angka 1152 juta Dollar AS, sehingga dengan demikian dibandingkan dengan periode tersebut menunjukkan adanya kenaikan sekitar 208.2 juta Dollar AS atau sekitar 18.07 %.
Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa kinerja saham untuk sektor terkait di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk tiga bulan ini nampak menunjukkan kinerja yang positif dimana indeks saham untuk sektor MISC-IND mengalami kenaikan sekitar + 0.18 % dalam 3 bulan terakhir. Sementara itu indeks komposit (Jakarta Stock Exchange Composite Index, JCI) untuk periode yang sama menunjukkan kenaikan sekitar 1.89 % dalam 3 bulan terakhir.
Indeks LQ45 yang merupakan indeks yang terdiri dari 45 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan, juga menunjukkan sinyal yang positif. Indeks LQ45 mengalami kenaikan sekitar 2.48% dalam 3 bulan terakhir.
Sementara itu Jakarta Islamic Index (JII) yang merupakan indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas, menunjukkan kenaikan sekitar 2.06% dalam 3 bulan terakhir.

Sumber : Vibiznews

Sunday 29 June 2014

Ketegangan Irak Dinilai Tak Pengaruhi Produksi Minyak, WTI & Brent Turun

BESTPROFIT FUTURES (30/06) - Minyak mentah WTI (West Texas Intermediate) turun pada hari ke-3 dan Brent merosot ditengah adanya spekulasi yang menyatakan bahwa produksi minyak Irak tidak akan dipengaruhi oleh ketegangan pada penghasil minyak terbesar ke-2 OPEC tersebut.

Kontrak berjangka turun sebesar 0.3% di New York, perpanjang penurunan pekan lalu sebesar 1.4%. Militer Rusia sedang membantu guna mempersiapkan angkatan udara Irak untuk merebut kembali wilayah Irak Utara yang diduduki oleh para milisi Islam. Pertempuran belum menyebar hingga Irak Selatan, yang merupakan rumah bagi lebih dari sepertiga produksi minyak Irak.

WTI untuk pengiriman bulan Agustus turun sebesar 34 sen ke level $105.40 per barel pada perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange dan berada pada level $105.48 pukul 9:44 pagi waktu Sydney. Kontrak tergelincir sebesar 10 sen ke level $105.74 pada 27 Juni lalu. Volume semua kontrak berjangka diperdagangkan sebesar 41% dibawah 100 hari rata-rata. Bulan ini harga telah mengalami kenaikan sebesar 2.7% dan 3.8% pada kuartal ke-2.

Brent untuk penyelesaian bulan Agustus turun sebesar 26 sen atau 0.2% ke level $113.04 per barel di ICE Futures Europe exchange, London. Acuan minyak mentah Eropa diperdagangkan lebih tinggi sebesar $7.62 dibanding WTI. (bgs)

Sumber : Bloomberg

Tuesday 24 June 2014

Harga Minyak Brent Naik Ke $114,46, OPEC Berjanji Tingkatkan Produksi

Minyak mentah Brent naik untuk pertama kalinya dalam tiga hari sebagai sebuah cabang al-Qaeda mengkonsolidasikan kontrol atas wilayah Irak, produsen terbesar kedua OPEC. West Texas Intermediate menetap di atas $ 106 per barel untuk kedelapan kalinya dalam sembilan hari.
Pasukan Irak telah berjuang melawan Negara Islam Sunni di Irak dan Levant untuk menguasai kilang Baiji utara Baghdad selama hampir dua minggu. Krisis berkobar bulan ini ketika ISIL merebut kota utara Mosul pada tanggal 10 Juni lalu dan maju ke kota-kota di utara Baghdad.
Brent untuk pengiriman Agustus naik 34 sen, atau 0,3 persen, untuk mengakhiri sesi di $ 114,46 per barel di ICE Futures Europe yang berbasis di London. Futures menyentuh $ 115,71 pada 19 Juni, tertinggi sejak 9 September. Volume perdagangan di bursa berjangka adalah 36 persen di atas rata-rata 100-hari sampai dini hari tadi.
WTI untuk pengiriman Agustus tergelincir 14 sen untuk menetap di $ 106,03 per barel di New York Mercantile Exchange. Futures menyentuh $ 107,73 pada tanggal 20 Juni, harga intraday tertinggi sejak 19 September. Volume perdagangan di bursa berjangka adalah 23 persen di bawah rata-rata.
Patokan minyak mentah Eropa ditutup pada $ 8,43 premium untuk WTI, naik dari $ 7,95 kemarin. Brent, yang digunakan untuk harga lebih dari setengah dari minyak dunia, biasanya lebih sensitif terhadap perubahan akan keseimbangan pasokan dan permintaan global.
Arab Saudi akan merespon kekurangan apapun dan dapat mempertahankan output pada 12,5 juta barel per hari selama diperlukan dan kerajaan ini menghasilkan 9,7 juta bulan lalu, menurut data Bloomberg.
OPEC berjanji untuk memompa lebih banyak minyak untuk memenuhi kebutuhan dunia, mengganti barel yang hilang dari meningkatnya kekerasan di Irak yang mendorong harga ke level tertinggi sembilan bulan, Sekretaris Jenderal Abdalla El-Badri mengatakan setelah pembicaraan dengan Komisaris Energi Uni Eropa Guenther Oettinger di Brussels.
Pemberontak pro-Rusia di Ukraina menembak jatuh sebuah helikopter pemerintah, tindakan ini  melanggar gencatan senjata hanya beberapa jam setelah Presiden Vladimir Putin bertemu dengan pemimpin Uni Eropa yang bertujuan untuk membantu mengakhiri pertempuran.
Persediaan bensin kemungkinan tumbuh sebesar 1,45 juta barel dan persediaan bahan bakar distilasi, kategori yang mencakup minyak pemanas dan diesel, naik 850.000 barel.
Bensin berjangka untuk pengiriman Juli naik 1,82 sen, atau 0,6 persen, untuk menetap di $ 3,1258 per galon di Nymex. Diesel sulfur yang sangat rendah untuk pengiriman Juli naik 0,9 sen, atau 0,3 persen, ke $ 3,0416.

Sumber : Vibiznews

Sunday 22 June 2014

Konflik Irak Masih Kokoh Perkuat Harga Minyak Mentah

Harga minyak mentah pada perdagangan pekan lalu di Bursa NYMEX terpantau kembali ditutup menguat secara agregat sepekan. Penguatan harga minyak mentah dipicu oleh sentimen positif kuat dari konflik yang sedang berlangsung di Irak sejak dua pekan lalu.
Pengaruh Irak sebagai anggota OPEC dengan total ekspor minyak mentah terbesar ke-2 di dunia, masih kokoh memperkuat harga minyak mentah di Bursa NYMEX. Walaupun sentimen cukup kokoh, harga minyak mentah jenis WTI sempat melemah pada pertengahan pekan lalu akibat adanya peningkatan persediaan cadangan minyak mentah AS walaupun maish berada dalam kondisi defisit. Namun, pelemahan tersebut, dapat ditutup dengan rebound signifikan harga minyak WTI hingga hampir menyentuh level $107/barrel akibat adanya ekspektasi konflik Irak akan berlangsung lama.
Sedangkan untuk minyak jenis Brent di Bursa NYMEX, terpantau pada pekan lalu terus berada dalam trend menguat hingga 4 dari 5 hari perdagangan. Dampak konflik Irak terhadap pergerakan harga minyak Brent jauh melebihi pergerakan menguat harga minyak WTI sebab ketergantungan akan sumber minyak asal Irak untuk kegiatan produksi jenis minyak tersebut. Namun, berbeda dengan minyak jenis WTI, pergerakan menguat harga minyak jenis Brent dalam pekan lalu yang hampir terus berada di zona hijau justru mengalami pelemahan akibat aksi profit taking. Walaupun demikian, harga minyak jenis Brent masih tetap ditutup menguat secara agregat sepekan.
Pada perdagangan pekan lalu di Bursa NYMEX, harga minyak WTI ditutup menguat secara agregat sepekan. Harga minyak WTI berjangka untuk kontrak Agustus 2014 naik 0,62% ke tingkat harga $106,83/barrel atau menguat $0,66/barrel.
Sedangkan untuk minyak jenis Brent, terpantau pada pekan lalu juga mengalami penguatan lebih signifikan di Bursa NYMEX. Harga minyak jenis Brent berjangka untuk kontrak Desember 2014 naik hingga 2,47% ke tingkat harga $112,47/barrel atau menguat $2,71/barrel.
Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi harga minyak mentah berpotensi untuk kembali bergerak menguat pada pekan ini. Hal tersebut dilandasi oleh adanya ketergantung baik untuk produksi minyak jenis Brent maupun WTI terhadap aliran Supply Irak. Ekspor minyak mentah Irak yang pada April lalu mencapai 75,3 juta barrel untuk pengiriman dari Basrah, menjadi tolak ukur tingkat dependensi persediaan minyak global terhadap aliran supply Irak. Terkait pergerakan harga minyak pada pekan ini di Bursa NYMEX, minyak mentah diprediksi akan bergerak di kisaran $104,5-$109 pada WTI dan $108,5-$116,5 pada Brent.

Sumber : Vibiznews

Friday 20 June 2014

Harga Minyak Berfluktuasi, CPO Diincar

Ketidakstabilan berkepanjangan di Irak diperkirakan akan mendongkrak harga minyak. Baru-baru ini, minyak mentah WTI untuk pengiriman Juli menembus US$105 per barel, pertama kali dalam sembilan bulan terakhir.
Irak adalah produsen minyak terbesar keempat di antara negara OPEC berdasarkan produksi harian 2008-2012. Irak juga memiliki CAGR tertinggi dalam hal produksi minyak mentah harian (5,2%).
Menurut tim riset KDB Daewoo Securities Indonesia, harga minyak yang tinggi memungkinkan konsumen untuk mencari sumber energi alternatif, dan salah satunya adalah minyak sawit mentah (CPO) yang dapat diolah menjadi biofuel.

AALI diperdagangkan pada 15,0x FY14 forward P/E dengan estimasi ROE 25,6%, LSIP diperdagangkan pada 14,7x FY14 forward P/E dan estimasi ROE 14,9%, dan BWPT diperdagangkan pada 15,2x FY14 forward P/E dan estimasi ROE 15,1%.
“Di antara perusahaan tersebut, kami melihat valuasi AALI relatif menarik karena estimasi ROE yang lebih tinggi.”
Pada pertengahan 2011 dan awal 2012, ketika harga minyak melonjak ke level US$100 per barel, konsumsi biodiesel naik hampir dua kali lipat dari 358 juta liter (2011) menjadi 670 juta liter (2012).
Peningkatan permintaan juga didorong oleh kenaikan tingkat campur CPO ke dalam biofuel dan perluasan distribusi biofuel di Kalimantan. Indonesia adalah produsen CPO terbesar dengan total produksi 31 juta metrik ton pada 2013.
Sejak 2006, pemerintah Indonesia telah mempromosikan biofuel sebagai sumber energi alternatif. Hal ini bias dilihat dengan terbitnya surat Instruksi Presiden yang mengatur kebijakan dan insentif untuk investasi biofuel.
Saat ini, biofuel adalah mengkontribusi 27% dari konsumsi bahan bakar di Indonesia, dengan penggunaan mulai dari mobil diesel ke pembangkit listrik berbahan bakar diesel. Pemerintah juga telah merilis sebuah mandat untuk meningkatkan penggunaan biofuel hingga 2025.

HARGA MINYAK: Situasi Irak Kian Genting, WTI Menguat

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat hingga hari kedua setelah AS menyatakan akan mengirim penasihat militer menyusul pergolakan yang terjadi di Irak sebagai produsen terbesar kedua di antara negara pengekspor minyak.
Kontrak minyak mentah itu naik 0,2% di bursa New York setelah kemarin menguat 0,4%.
Presiden AS Barack Obama menyatakan akan mengirim sebanyak 300 penasihat militer untuk membantu pasukan Irak menghadapi kelompok pemberontak. Selain itu dilaporkan bahwa AS siap untuk mengambil tindakan ekstra kalau diperlukan.
Namun demikian, pertempuran antara kelompok pemberontak dengan pasukan pemerintah belum menyebar ke wilayah selatan. Wilayah tersebut merupakan  dua per tiga dari produksi minyak di Irak.
WTI untuk pengiriman Juli naik 25 sen menjadi US$106,68 per barel di bursa New York Mercantile Exchange. Harga kontrak itu tercatat US $106,61 pukul 09:22 waktu Sydney atau pukul 05:22 WIB sebagaimana dikutip Bloomberg, Jumat (20/6/2014).
Sedangkan kontrak Brent untuk pembayaran Agustus naik 80 sen atau 0,7% menjadi US$115,06 per barel di bursa London kemarin.
Harga komoditas itu dilaporkan naik 1,5% pekan ini. Sementara itu, selisih harga minyak acuan Eropa itu terhadap WTI tercatat sebesar US $9,01 untuk bulan yang sama.


Source : Bloomberg

Monday 16 June 2014

Karet Tocom Mulai Bergerak Menjauhi Level 200 Yen

Harga karet di Bursa Tocom pada awal perdagangan sesi pagi ini (17/6) terpantau kembali bergerak melemah setelah pada perdagangan kemarin ditutup turun cukup signifikan. Pelemahan harga karet di Bursa Tocom pada perdagangan sesi pagi ini diduga disebabkan oleh aksi profit taking oleh para investor akibat belum kokohnya sentimen terhadap harga karet.
Pergerakan harga karet yang telah menguat ke level diatas harga psikologis pada kisaran 200 Yen mulai mengalami pelemahan dalam dua hari terakhir perdagangan di Bursa Tocom. Harga karet di Bursa Tocom yang terdongkrak oleh peningkatan impor India serta pergerakan harga minyak akibat konflik Irak mulai memicu aksi profit taking oleh para investor. Selain faktor pergerakan harga yang telah menembus level harga psikologis, pelemahan harga karet juga didorong oleh belum adanya sentimen baru yang memicu aksi menghindari kemungkinan loss oleh investor.
Pada awal perdagangan sesi pagi ini di Bursa Tocom, harga karet terpantau sedang bergerak melemah. Harga karet berjangka Tocom untuk kontrak November 2014 yang pada penutupan kemarin ditutup melemah di level 199,6 Yen, kini kembali turun 0,45% ke level 198,7 Yen/kg atau melemah 0,9 Yen/kg.
Sedangkan dari Bursa Shanghai Future Exchange, harga karet juga terpantau sedang bergerak melemah. Harga karet berjangka SHFE untuk kontrak September 2014 turun 1,01% ke tingkat harga 14.190 Yuan/ton atau melemah 145 Yuan/ton.
Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi harga karet di Bursa Tocom berpotensi untuk kembali melemah pada perdagangan hari ini. Hal tersebut dilandasi oleh potensi tingginya kemungkinan aksi profit taking oleh para investor yang dapat kembali melemahkan harga karet menjauhi level 200 Yen. Terkait pergerakan harga karet pada perdagangan hari ini, karet Tocom diprediksi akan bergerak di kisaran 196,5-201 Yen.

Sumber : Vibiznews

Sunday 15 June 2014

Harga Bahan Bakar di Tiongkok Turun, Permintaan Minyak Mentah Berkurang Banyak

Harga bahan bakar di negeri Tiongkok mengalami penurunan yang signifikan khususnya bahan bakar untuk kontrak berjangka yang disebabkan lebihnya pasokan minyak yang picu kenaikan eksport. Permintaan Minyak dari Tiongkok mengalami penurunan di bulan Mei lalu yang turun 3,1 persen dari permintaan bulan sebelumnya, penurunan permintaan ini merupakan penurunan paling banyak sejak Agustus 2013. Hal ini disebabkan pasokan minyak yang berlebih sehingga pemerintah mendorong perusahaan-perusahaan minyak di negeri tersebut mengekspornya untuk memangkas persediaan ekonomi yang melambat.
Kegiatan ekonomi di  China stabil pada bulan Mei karena pemerintah menggenjot langkah-langkah kebijakan untuk menahan perlambatan lebih tajam, oleh buruknya kinerja  penjualan sektor ritel  sejak Desember 2013 lalu. Dalam mengkonsumsi minyak mentah, Tiongkok mengkonsumsi sekitar 9.410.000 barel per hari (bph) minyak bulan lalu sesuai dengan laporan data statistik pemerintah.
Jumlah tersebut telah  turun  dalam sembilan bulan dan turun dari 9.710.000 barel per hari pada bulan April, dan secara basis tahunan konsumsi di bualan Mei  turun 0,7 persen dari 9.480.000 barel per hari tahun sebelumnya. Dan Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan dalam laporan Mei lalu bahwa total permintaan minyak China akan   meningkat 355.000 barel per hari, atau 3,5 persen, untuk seluruh 2014.
Dari laporan IEA juga, permintaan minyak Tiongkok hanya tumbuh 1,3 persen pada kuartal pertama tahun ini dan lembaga ini menargetkan pertumbuhan Tiongkok tumbuh 7,5 persen  yang didorong peningkatan bensin, bahan bakar jet dan produk petrokimia.
Selain itu sebagai informasi Biro Statistik Nasional (NSB)  melaporkan permintaan minyak mentah harian olahan China mengalami penurunan sebesar 1,3 persen menjadi 9,5 juta barel per hari dari 9.630.000 barel per hari pada bulan April yang disebabkan  kilang memasuki musim pemeliharaan. 
Sebagai catatan, ekspor bahan bakar bersih pada bulan Mei adalah 410.000 ton, atau 92.580 barel per hari yang naik dibandingkan dengan impor bersih dari 340.000 ton pada bulan April dan 1,25 juta ton di tahun sebelumnya seperti yang dilaporkan bea cukai setempat sebelumnya.
Sedangkan untuk impor minyak, Tiongkok  mengimpor 6.140.000 barel per hari minyak mentah pada bulan Mei lalu, jumlah impor ini turun 9,4 persen dari rekor tinggi 6,78 juta barel per hari pada bulan April.
Kelebihan pasokan minyak di negeri ini menyebabkan harga bakar di bursa Shanghai mengalami penurunan yang cukup signifikan, pekan lalu harga minyak mentah di bursa SHFE  anjlok ke 3807 RMB dari harga 4505 RMB.

Sumber : Vibiznews

Thursday 12 June 2014

Terpengaruh Karet Shanghai, Karet Tocom Bergerak Melemah

Harga karet di Bursa Tocom pada awal sesi perdagangan pagi ini (13/4) terpantau sedang mengalami pelemahan. Pelemahan harga karet di Bursa Tocom disebabkan oleh harga karet di Bursa Shanghai yang melemah pada perdagangan Kamis kemarin.
Pelemahan di Bursa Shanghai terpantau masih mempengaruhi pergerakan harga karet di Bursa Tocom pada perdagangan sesi pagi hari ini. Harga karet Shanghai yang anjlok hingga 1,47% pada perdagangan hari Kamis, membuat harga karet Tocom tidak mampu untuk kembali menguat setelah sejak awal pekan berhasil rally hingga 4 hari berturut-turut.
Selain faktor pelemahan harga karet Shanghai, karet Tocom juga mengalami tekanan imbas pelemahan bursa saham Jepang. Indeks Nikkei yang ditutup melemah pada Kamis lalu dan masih melanjutkan pelemahan pada pagi ini turut menjadi sentimen negatif pada pergerakan harga karet Tocom.
Pada awal sesi pagi ini di Bursa Tocom, harga karet terpantau bergerak melemah. Harga karet berjangka Tocom untuk kontrak November 2014 turun 0,85% ke tingkat harga 197 Yen/kg atau melemah 1,7 Yen/kg.
Sedangkan dari pembukaan Bursa Shanghai Future Exchanges, harga karet juga terpantau melemah. Harga karet berjangka SHFE untuk kontrak September 2014 dibuka melemah 0,88% ke tingkat harga 14.130 Yuan/ton atau turun 125 Yuan/ton.
Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi harga karet di Bursa Tocom masih akan cenderung bergerak melemah pada perdagangan hari ini. Hal tersebut dilandasi oleh sentimen negatif dari melemahnya bursa Nikkei serta karet Shanghai  yang diperburuk oleh penguatan Yen pada saat ini. Terkait pergerakan harga pada hari ini, karet Tocom diprediksi akan bergerak di kisaran 194-201 Yen.

Sumber : Vibiznews